SUNGGUH DISAYANGKAN, PETUALANGANNYA BERAKHIR DI SINI
(Translater : Zerard)

Semua terjadi tanpa suara, tanpa mengetahui dari mana arahnya datang dan pergi. Hanya terdapat lolongan kosong akan angina.
Hingga pada akhirnya, Half Elf Ranger berada di sana, membanjiri mereka dengan banyak keluhan: “Lembab banget di sini!” “Tembat ini bau!”
“Setelah kita selesai membasi blob ini, kita akan langsung pulang,” seorang petualang menenangkannya, dan sang ranger tersenyum dan menjawab, “Kalau begitu kita harus melakukan yang terbaik.”
Dan kemudian, tiba-tiba, dia menghilang. Tepaat di depan mata mereka. Namun kemana?
Kemudian salah satun dari sepatu bootnya terjatuh dengan bunyi gedebuk. Apakah dari atas? Apakah ada sesuatu…di atas mereka?
Di sana lah dia.
Mereka hanya dapat melihat bagian bawah tubuhnya yang bergantung di dalam gelapnya tempat ini.
Dia sedang berusaha melepaskan diri dengan susah payah, tidak mempedulikan bahwa salah satu sepatunya telah terjatuh dan pakaiannya telah terangkat hingga celana dalamnya dapat terlihat.
Kakinya, menendang udara, kejang-kejang setiap kali party mereka mendengar suara krauk, seperti suara mengunyah, hingga pada akhirnya dia berhenti bergerak.
Mati? Apa dia—apa dia benar-benar—mati?
Suara dari atas mereka berlanjut. Terdengar bunyi klotak, dan busurnya terjatuh ke lantai tepat di depan mereka.
Gadis itu disabot, dikunyah dan dihancurkan. Secara perlahan, sedikit demi sedikit, kakinya naik ke atas dan menghilang.
Di samping sang petuanag, Dwarf Warrior menggenggam kapak perangnya yang ada di pundaknya dan berteriak.
Sang monk, seorang pengikut Dewa Pengetahuan, meneriakkan nama monster tersebut.
Plop, plop, plop. Darah, atau semcam cairan tubuh dari gadis itu, menetes ke bawah.
Darah itu menetes pada wajah sang petualang, sesuatau yang tebal dan keji.
Terdengar suara tajam, seperti suara gigi yang bergesekkan.
Suara itu berasal dari rahang yang di miliki oleh seekor serangga raksasa, yang sekarang menurunkan kepalanya, sungguh besar hingga memenuhi keseluruhan pandangan mereka.
Dan dari dalam mulut monster berbentuk kelabang: darah. Darah gadis itu.
“Eee—“
Tenggorokkannya tersedak, lidahnya terbelit; ketika suaranya muncul, suaranya terdengar serak dan pedih.
“Eeeyaaaaaaaggggggghhhhhhh!”
Dia mengingat berteriak, berlari, mengeluarkan pedangnya dan bahkan melompati sesuatu.
Akan bagaimana dia dapat selamat—dia tidak dapat mengingatnya.
Yang hanya dia ketahui adalah, dia sedang merangkak di luar sana di bawah sinar matahari.
Tiga—tidak dua—rekannya berlumuran akan lumpur.
Sang monk sedang merawat luka pada pundak sang dwarf.
Dan bagaimana dengan dia? Sang petualang bergumam pertanyaan dengan suara yang serak, namun tidak ada jawaban. Kita harus menolong….gadis itu… Sekali lagi, tidak ada jawaban.
Sang monk memberikan sebuah pukulan kepadanya hingga membuat dirinya terlempar. Sang petualang tidak mengetahui pria dengan pakaian monk ini mempunyai tenaga sebesar itu.
Seekor Rock Eater.
Banyaknya para penambang telah mengusir makhluk ini dari habitatnya. Itulah mengapa para blob telah muncul ke permukaan.
Namun mereka semua akan mengetahui semua ini nantinya.