HAL YANG DIPERJUANGKAN TEMAN
(Part 1)

(Translater : Natsume)

Di ruang kelas yang gelap.
Guren duduk di sebuah kursi, sendirian.
Ia berada di ruang kelasnya dan duduk di kursinya.
Di dalam ruang kelas yang diterangi cahaya lampu darurat, Ia menatap papan tulis sambil merenunggu
“……”
Karena ia telah membunuh semua musuh, sekarang ia bisa sedikit lebih tenang. Atau mungkin karena ia sudah terbiasa dengan sang iblis di jiwanya.
“…… Hu.”
Ia menghela nafas, ringan.
Iblis dalam dirinya saat ini tertidur.
Tidur si iblis menjadi lebih lama. Ia tidak yakin apakah hal ini terjadi karena ia mulai mendapat kesadarannya kembali atau mungkin saja ini adalah salah satu tahap dirinya melebur dengan iblisnya.
Guren mengalihkan pandangan ke jendela.
Semua jendela tertutup oleh kertas mantra.
Dirinya tersegel oleh Shinya.
Segelnya tidak mau rusak bahkan jika disayat oleh pedang.  Beruntung, karenanya Guren bisa mengendalikan hasratnya.
Ia dapat membuat iblis yang tiada henti mengidamkan kehancuran dan darah segar diam , sementara ini .
Seakan ia sudah terbiasa dengan hal ini. Mahiru juga kelihatannya memiliki sedikit rasionalitas dalam dirinya. Meskipun itu bukan Mahiru yang asli, namun kelihatannya ia tidak hanya bergerak semata-mata hnya untuk melakukan pembantaian. Mungkin setelah beberapa saat berlalu, ia juga bisa mengendalikan perilaku merusaknya.
“Tapi berapa lama hal itu berlangsung?”
Guren berbisik pada dirinya sendiri.
Ia menengadah untuk melihat kearah jam dinding.
Pukul 2:40 pagi, beberpa jam lagi menuju pagi.
Beberapa jam telah berlalu sejak ia disegel di dalam gedung sekolah.
Akan tetapi, hanya sekitar sejam yang lalu ia mendapat kesadarannya kembali.
Namapaknya, sebelum mendapat kesadarannya, ia telah menghantam dinding ruangan.
Selama beberapa jam, iblis itu tanpa lelah menghantam dinding yang dipenuhi kertas mantra, sambil menyeringai.
Pada saat itu, satu-satunya hal yang dapat dia pikirkan adalah membantai semua orang.
Ia ingin membunuh.
Menghancurkan.
Itu adalah keinginan yang serupa dengan iblis
Ia ingin menghancurkan semua hal di dunia ini.
Namun lambat laun, ketika Guren mulai sedikit demi sedikit melebur dengan iblis, ia juga merasakan keinginannya mulai berubah.
Saat ia menggunakan kekuatan iblis, hasratnya bukan lagi keinginan dasar sebagai manusia, tetapi menjadi hasratnya untuk menyelesaikan kebuntuan masalahnya yang rumit saat ini.
Di saat itulah, iblis itu tiba-tiba tertidur.
Iblis itu tertidur
Maka Guren pun mendapat kesadarannya.
Akan tetapi, dengan kata lain hal ini adalah,
“....... Bagian dari proses. Bagian dari proses diriku akan menjadi iblis seutuhnya."
Guren bergumam lelah. Berbanding terbalik dengan kelelahan hatinya, tubuhnya praktis mengeluarkan kekuatan yang hebat.
Ia menggenggam meja di sebelahnya; meja milik Shinya. Ia mengangkatnya. Lalu ia melambungkannya.
Meja itu terlempar layaknya sebuah peluru, lalu menembus papan tulis.
Jelas sekali itu bukan kekuatan seorang manusia.
“……”
Dia bersandar di kursinya, memiringkan kursinya ke belakang, dan menatap langit-langit.
Klik, klik, dia mengayunkan kursinya.
Ini bukan hal yang seharusnya ia lakukan sekarang, tapi bukan berati juga ia punya sesuatu untuk dilakukan saat ini.
Saat iblis itu bangun lagi, ia tidak berencana membiarkannya berbuat semuanya dan ia berencana untuk mengehentikannya, meskipun itu tidak mungkin. Penelitian ini jelas-jelas belum sempurna. Penelitian ini bukanlah sesuatu yang bisa ia gunakan atau telantarkan begitu saja tanpa membuat dirinya terluka.
Tapi ini sangat ia perlukan. Itulah sebabnya ia menggunakannya. Terlebih, karena keefektifannya. Ia bisa menyelamatkan Sayuri dan Shigure, Goshi dan Mito. Karenanya, meskipun ia tidak menyesali keputusannya, tapi ia juga terpaksa mengambil pilihan ini.
Hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dipertimbangkan oleh idealismenya.
Jika dia bisa menaklukkan iblis dengan kesadarannya, maka,
“....... Mahiru juga sedang melakukannya sekarang.”
Ia dengan lembut menyebut nama Mahiru.
Mahiru  itu menganggumkan.
Seorang jenius.
Ia lebih kuat, dewasa dan selalu berada selangkah didepan Guren.
Semuanya berjalan sesuai dengan yang Mahiru rencanakan.
Peperangan antara 'Mikado no Oni' dan Gereja Hyakuya.
Eksperimen Guren.
Semua itu ia mainkan dengan sempurna.
'Mikado no Oni’ dan Gereja Hyakuya yang selalu terpaku pada kekuatan dari akan benar-benar berdedikasi untuk menelitinya sekarang.
Jika tiba saatnya Mahiru menunjukan risetnya lebih maju, mungkin saja, entah pihak mana, akan rela bersekutu dengan Mahiru.
Maka acara pembuka  yang pantas untuk menyambut debut sang bintang utama, Hiiragi Mahiru, adalah,
"....... Aku, huh.”
Guren tertawa.
Kemungkinan besar, organisasi-organisasi sihir di seluruh dunia sekarang sedang menaruh perhatian pada sekolah yang terletak di Shibuya, Tokyo ini.
Bahkan saat orang-orang menaruh perhatian pun, nampak diatur dengan sempurna oleh Mahiru.
Ia membiarkan 'Mikado no Oni dan Gereja Hyakuya terlibat dalam peperangan, menarik perhatian semua orang dan memulai pembantaian di sekolah ini.
Ini semua sesuai dengan rencanya.
Karenanya, dunia ini akan benar-benar bertransformasi dengan cepat yang mulanya bagai ‘kura-kura’ menjadi layaknya 'kelinci'.
Seluruh dunia akan memulai penelitian dan saling membantai satu sama lain. Jika hal itu terjadi, kehancuran dunia mungkin saja benar-benar akan datang.
Mahiru juga berkata sesuatu semacam itu.
Ia berkata dunia ini hampir hancur.
Ia juga berkata bahwa kehancuran akan terjadi di hari Natal tahun ini.
Guren mengingat kata-katanya.
Kata-katanya seolah-olah menggunakan kata ‘kehancuran' sebagai umpan untuk membuat bingung orang-orang di organisasi keagamaan yang lebih lemah.
Mahiru berkata.
"Kehancuran pertama akan datang pada mereka yang serakah, orang dewasa. Jelasnya, semua orang yang berumur diatas tiga belas tahun akan terbunuh."
Jika perkatannyya benar, jiwa-jiwa yang selalu mengedepankan hawa nafsunya akan menanggung beban terberat. Akan tetapi, ia melanjutkan.
"Tuhan sudah murka. Terhadap kita yang serakah. Terhadap semua riset kotor yang sedang berlangsung dan keburukan hasrat manusia yang kelewat batas.
Karenanya, bumi akan membusuk.
Monster-monster akan berjalan diatas tanah.
Racun akan jatuh dari langit.
Malaikat terakhir akan meniup sangkakala, dunia akan mendengarnya dan hancur.
Pada saat itu, umat manusia akan musnah. Manusia lemah tak akan dapat bertahan di dunia semacam itu.”
Dengan kata lain, ia menciptakan iblis demi bertahan di dunia seperti itu.
Meskipun ia mengatakan bahwa murka Tuhan mengarah pada manusia yang membiarkan hasrat mereka berkembang, namun bukankah objek kemarahan itu adalah iblis yang menyebabkan meluapnya hasrat itu?
Atau apakah itu hanya simile dalam agama yang digunakan untuk menghasut Guren?
“……”
Tapi, untuk beberapa alasan, Guren juga seperti merasakan sebuah tanda mendekatnya sebuah kehancuran.
Sekejap,  ia menyatu dengan iblisnya, mendengarnya meskipun pelan, suara dari kehancuran.
Ia tidak tahu mengapa ia punya perasaan semacam itu.
Tapi ia terus merasa seolah mendengar kehancuran dunia.
Ini sudah Agustus.
Jika dunia berakhir pada Natal, semua akan diputuskan dalam 4 bulan ini.
"........ Yah, lagian hidupku akan berakhir hari ini.”
Pada saat itu, ponsel di sakunya berbunyi.
"Huh?”
Ia mengambil ponsel dan melihat layarnya. Nama yang muncul adalah Hiiragi Mahiru.
Meskipun namanya tidak seharusnya terdaftar di kontaknya, untuk beberapa alasan, itulah yang ditampilkan oleh layar ponselnya.
Mungkin Mahiru yang menambahkannya. Guren tidak yakin saat kapan. Apakah disaat ia tidur bersamanya? Apa pun itu, mudah baginya untuk melakukan hal semacam itu.
Guren menatap pada ponsel yang menampilkan nama Hiiragi Mahiru.
“……”
Ia hanya menatapnya dan tidak mengangkatnya. Tidak perlu berbicara dengannya saat ini.
Getaran ponselnya berhenti.
Sebuah pesan masuk.
“Ayolah, angkat teleponnya.”
Begitulah.
Lalu ponselnya berdering lagi.
“……”
Guren tidak mengangkatnya. Ia tak boleh mengangkatnya. Karena itu adalah Mahiru, si cantik dan berbahaya, kombinasi yang mengerikan.
Deringnya kembali berhenti.
Pesan lain masuk ke ponsel Guren.
"Selanjutnya, jika kamu tidak angkat teleponnya sekali dalam sekali dering, aku akan membunuh semua orang yang berharga bagimu."
Lalu ponselnya berdering lagi.
Kali ini, Guren menekan tombol jawab dan meletakan ponsel di telinganya.
Lalu ia berkata dengan suara pelan.
“Cukup, Mahiru.”
“Udah kesal?”
"Ya.”
"Tapi aku mencintaimu.”
"Aku membencimu.”
“Pembohong. Sekarang hanya akulah yang dapat mengerti kamu. Mari kita saling akrab, huh?”
“……”
"Ngomong-ngomong, kamu sungguh luar biasa. Kamu sudah bisa mempertahankan kesadaranmu, kan? Kamu bisa melakukannya lebih cepat dariku. Kamu.....”
Semua basa-basi ini tidak berguna. Jadi Guren menyelanya.
"....... Kekuatan ini, bisakah dikendalikan?”
"Ya~ hampir.”
"Seberapa banyak perkembangannya?”
“70%. Tapi kupikir kita tidak perlu melanjutkannya lagi. Sisanya, umat manusia akan membantu menyelesaikannya."
Mahiru membicarakan umat manusia.
Itu artinya,
"Kau bukan lagi manusia? Sampai tingkat mana kau terjerumus? Apa kau masih punya rasionalitasmu?”
Tapi Mahiru tidak menjawab dan terus berbicara.
“Cukup dengan itu. Yang lebih penting, Kureto-nii akan segera mencapai perkembangan ke angka 70% dalam risetnya, lalu ia akan mengambil penawar dan datang untuk menolongmu. Jika kamu menggunakannya, kamu akan bisa mempertahankan rasionalitas dan menggunakan senjata ..... Akan tetapi, kamu gak akan bisa mencapai level yang lebih tinggi. Jika itu pekerjaan orang rasional seperti Kureto-nii, ia akan mengambil tindakan mencari aman, dan kamu gak akan bisa mencapai level yang lebih tinggi.”
Saat itu, Guren bersiap menutup panggilan.
Kureto, dalam waktu singkat bisa melakukan apa yang Guren minta darinya. Dengan menggunakan data yang Guren serahkan dan mengembangakan riset senjata itu.
Jika begitu, sekarang ia harus menunggu regu penyelamat yang dikirim Kureto.
Itulah mengapa Guren bersiap untuk mengakhiri panggilan.
Akan tetapi, Mahiru berkata dengan gembira.
"Jika kamu mengakhiri panggilan kamu akan menyesal seumur hidup.”
“……”
Karena kalimatnya tadi, Guren tidak bisa mengakhiri panggilan. Karena ia akan benar-benar melakukan sesuatu yang membuat Guren menyesal.
"...... Tapi bahkan jika aku meneruskan panggilan ini, bukankah berinteraksi denganmu juga akan membuatku menyesal?”
"Fufufu.”
"...... Apa yang kau inginkan?”
Ia menjawab.
"Laporan mengenai yang dimiliki keluarga Hiiragi yang belum pernah kulihat sebelumnya.”
Dia mungkin menemukan keberadaan laporan itu karena kejadian ini. Ia mempercayakan ini pada Guren. Ia meminta Guren menyerahkan data penelitiannya pada Kureto, dengan harapan Kureto bisa mengembangkan riset lebih cepat darinya.
Jika begitu,
"Apa semua pergerakanku sudah terbaca?”
Mahiru menjawab.
“Karena kamu sangat baik.”
“Karena aku baik dan bodoh, sangat mudah untuk menggunakanku, kan?”
"Ya. Karena kamu baik dan lemah, kamu pastinya akan menjadi yang terkuat.”
"Aku tidak mau berbicara denganmu lagi.”
"Kamu hanya  ingin menghindar. Kamu sudah meniduriku.” (TLNote : Mahiru kaya yang ngedesek dinikahin :v)
"Mahiru.”
“Apa?”
Guren mengabaikannya dan berkata.
“Hei Mahiru...... Apa kau disana? Jangan kalah dengan iblis. Buat dia menyerah. Jawab aku.”
Ia mengarahkan perkataannya pada seseorang yang seharusnya ada di dalam raga Mahiru, Mahiru yang asli. Di dalam raga itu, Mahiru pasti masih ada.
Karena Guren sendiri sudah melebur dengan sang iblis, jadi ia bisa mengerti.
Iblis, tidak hidup sendirian
Memakan hasrat manusia, pada akhirnya mengkukuhkan keberadaannya, dan kemudian membuatnya lebih kuat.
Tentu saja, jika hati seseorang dilahapnya, maka orang itu tidak akan menjadi orang yang seperti sedia kala, tetapi meski begitu,
"Mahiru. Kau masih disana, kan? Jika begitu, jawab aku.”
"Aha, kamu masih punya hasrat kekanakan seperti itu? Baiklah. Aku bisa bertingkah laku seperti Mahiru yang kamu mau......’
Tapi Guren tak lagi peduli dan berkata.
"Mahiru! Aku tidak akan kalah. Akan kukalahkan iblis ini. Aku pasti akan menemukan cara untuk membuat iblis ini menyerah. Jadi kau juga, jangan kalah dengan iblis, bangunlah!”
"Ahahaha, menyentuh sekali. Tapi itu percuma.....”
"Mahiru! Berkembanglah bersamaku. Bangun!”
“……”
"Mahiru!”
"........ Guren......"
Panggilannya tiba-tiba terputus.
Benar-benar aneh. Mungkin Mahiru entah bagaimana bereaksi pada perkataannya. Hatinya masih hidup.
Ia menelepon balik.
Mahiru tidak mengangkatnya.
"Angkatlah.”
Mahiru tidak mengangkatnya.
"Angkatlah!.”
Mahiru tidak mengangkatnya.
"Cepat angkat!”
Masih tidak diangkat.
Tepat pada saat itu, cahaya memasuki ruangan.
Kertas mantra yang menyelimuti seluruh jendela terlepas. Cahaya yang menyilaukan masuk.
Matanya yang sudah terbiasa dengan kegelapan, merasakan sakit seakan tertusuk. Tapi pupilnya dengan segera berkontraksi, jadi ia bisa melihat situasi disekitarnya.
Pasukan dengan perlengkapan yang lengkap masuk melalui jendela. Secara reflek, Guren menghunus pedang yang sepertinya selalu dipegangnya.
"...... Shinya?”
"Guren! Jangan bergerak! Kami disini untuk menolongmu!”
Sambil berkata begitu, Shinya mengumpulkan semua kertas mantra yang ada di ruangan kelas.
Lebih banyak pasukan masuk melalui jendela. Mito dan Goshi ada diantara mereka. Sesuatu semacam katana tergantung di setiap pinggang orang-orang itu.
"Guren!”
“Apa kau baik-baik saja?”
Mereka berkata.
Mereka seharusnya terluka parah, tapi mereka sekarang malah bisa bergerak dengan leluasa.
“……”
Lalu Guren sadar bahwa mereka semua memakai Iblis di dalam dirinya bereaksi pada iblis-iblis di dalam jiwa Shinya dan yang lainnya.
Kelihatannya Shinya, Goshi, Mito dan pasukan lainnya membiarkan kutukan senjata memasuki tubuh mereka.
Luka mereka mungkin telah pulih oleh kekuatan iblis .
Guren memastikan pergerakan dari para pasukan yang ‘mempunyai’ iblis di dalam diri mereka.
Pergerakan cepat. Namun tak sebagus Guren.
Nampaknya, racun iblis di dalam tubuh mereka lebih sedikit dibanding yang Guren punyai.
Racun iblis yang dibuat dengan rasionalitas.
Seperti kata Mahiru, dosis dari racun yang membuat mereka ‘tidak bisa mencapai level yang lebih tinggi'.
Tapi meski begitu, jika ia menghadapi mereka semua sekaligus Guren bisa saja kalah. Itulah tingkat kekuatan mereka saat ini.
Guren duduk di kursi, tak bergerak.
Iblis.
Karena ia merasakan Noya terbangun.
Noya berkata.
"Bunuh, bunuh, bunuh, bunuh.”
Guren menahannya.
“Bunuh rekan-rekanmu, bunuh temanmu, bunuh umat manusia.”
Guren bertahan sekuat tenaga.
Ia dikelilingi oleh para pasukan 'Mikado no Oni”
Shinya berbicara.
"Aku dengar kau mendapat kesadaranmu lagi.....”
Guren memotong.
“Tidak, iblis ini bangun!” Jika kau ingin mengendalikannya, cepatlah!”
Disamping Shinya, Goshi mengerutkan alisnya.
"Ah, sial.”
Mito menambahkan.
“Kumohon tahanlah sebentar! Jangan kalah oleh hasratmu!”
Saat keduanya berbicara, mereka bergegas berlari dan menahan bahu Guren. Kedua orang ini nampaknya sudah mengatasi pertempuran dengan iblis di hati mereka.
Noya terus berbisik hal yang sama lagi dan lagi.
"Bunuh, bunuh, bunuh, bunuh.”
“Bunuh!”
Mulutnya juga meneriakan hal yang sama.
Guren menatap Mito. Ia dengan paksa melepaskan genggaman Mito.
“Aku tidak akan membiarkanmu!”
Kemudian tangan Guren menampar wajah Mito yang meneriakan hal ini.
"Yaaaah!.”
Dibelakangnya Goshi berteriak kaget.
"Mito-chan!”
Guren menghantam Goshi dengan bagian belakang kepalanya yang saat itu tidak hanya mencengkeram lengannya, tetapi juga bersiap untuk meraih lehernya.
"Wu.”
Hidung Goshi patah, tapi dengan cepat sembuh dan kembali normal. Hal ini jelas bukan ciri dari seorang manusia. Ini adalah kekuatan dari
Tapi dia masihlah lemah.
Lemah sekali.
Guren mencekik Goshi. Mematahkannya lehernya sangatlah mudah. Yang harus dia lakukan hanya menekannya dengan jarinya.
“Berhenti!”
Guren berteriak marah dan sesaat tangannya berhenti.
Mendapat kesempatan pada saat itu, Shinya berlari dari samping dan menendang lengan Guren.
Shinya berkata.
“Tenanglah Guren, kami akan membantumu menahannya.”
“Kalu begitu cepatlah.”
Mendengar Guren berteriak, Shinya mengulurkan tangan kanannya. Memegang kertas mantra, yang mana tertulis tulisan yang tak pernah Guren lihat.
Guren terlihat seperti akan menghindar.
“Jangan menghindar!”
Ia diperintah begitu oleh Shinya.
"Ugh.”
Guren mengerutkan alisnya, berusaha tidak membuat kepalnya berpaling. Dengan sekuat tenaga, ia menahan iblis di dalam hatinya yang ingin menghindari kertas mantra itu dan menggunakan pedangnya untuk menebas Shinya.
Lalu tubuhnya berhenti bergerak.
Melihatnya, Shinya tersenyum.
"Bagus Guren, kita menang!”
Shinya menempelkan kertas mantra di tangan kanannya pada dahi Guren
Nampaknya itu adalah jenis mantra yang mempengaruhi sistem saraf.
Tubuh Guren mulai bergetar. Meskipun iblis itu berusaha bertahan dari pengaruh 'racun' itu, Guren merasakan suara Noya yang sedari tadi terdengar di kepalanya menjadi lebih pelan.
Mito berteriak.
"Guren! Kumohon bangunlah!”
Sambli menghadap pada Guren, ia mengayunkan sebuah pasak kayu panjang. Pasak yang dibawanya terlihat dilengkapi dengan sebuah rantai.
Tapi Guren menghindarinya. Guren menelaah situasi di sekelilingnya. Semua anggota regu memegang pasak semacam itu. Jika ia terkena olehnya tentunya ia akan terbelenggu, pikirnya.
Lagipula, ia memang seharusnya diringkus sekarang ini.
Akan tetapi, ia.
“……”
Ia melompat. Sambil menusukan pedang ke langit-langit, dia berdiri dengan posisi badan terbalik..
Ia memastikan jumlah pasukan disana.
Ada dua belas orang disana, termasuk Shinya, Goshi dan Mito.
Semua orang membawa katana.
Meskipun mereka lebih lemah darinya, tapi mereka adalah pasukan bersenjatakan . Membunuh mereka semua adalah hal yang mustahil.
Kalau begitu, apa yang harus ia lakukan?
Apa yang harus ia lakukan?
Shinya mendongak dan berkata .
"Satu saja tidak cukup. Meskipun kami tidak tahu seberapa banyak racun yang diberikan Mahiru padamu... Tapi, kami akan menempelkan sebanyak mungkin kertas mantra padamu. Jadi kau benar-benar akan terbangun. Jadi tunggulah disana sebentar.”
Guren menjawab.
"Hanya menggunakan kertas mantra untuk menyegel paksa iblis. Lalu apa? Hasrat yang ada dihatimu itu benar adanya. Itu adalah dirimu yang sebenarnya. Jika kau membelenggunya, mau jadi apa kau?”
Shinya menanggapinya dengan sebuah tatapan.
"Ha, siapa yang bicara 'tuh? Aku berbicara pada Guren. Kau iblis, diamlah.”
"Satu-satunya yang harus diam adalah kau, manusia. Kau juga menginginkan kekuatan, kan? Kekuatan untuk mencegah tunanganmu tidur dengan orang ini. Kekuatan agar tidak perlu lagi tunduk pada Kureto.”
“……”
"Lepaskanlah kemarahanmu. Katakan kau ingin kekuatan, maka iblis dalam hatimu......”
Tapi Shinya tidak menanggapinya. Hanya tertawa ringan.
"Nikmatilah saat-saat ini, iblis. Umat manusia telah menemukan cara untuk menaklukanmu. Karenanya kau akan menjadi budak kami, selamanya."
Sesaat, Guren sadar bahwa iblis dalam dirinya ketakuan.
Ini pertama kalinya ia tahu bahwa iblis bisa merasakan takut pada manusia. Jika ia memanfaatkan ini, mungkin ia punya kesempatan mengambil alih tubuhnya.
Namun, Guren masih belum bisa melawan.
Shinya menutup matanya. Mengangkat kedua jarinya dan terus menerus merapal sesuatu.
Garis-garis muncul di seluruh tubuhnya. Nampaknya untuk mengaktifkan mantra itu memerlukan sedikit waktu.
Guren ingin membunuh Shinya yang penuh celah.
Tapi di depan Shinya, Mito dan Goshi sudah mengambil posisi dengan katana, hal yang tidak biasa mereka lakukan.
Goshi berkata.
“Kami tidak akan membiarkanmu, kami tahu kau tidak ingin melakukan hal semacam ini.”
Jangan sombong.
Mito berkata.
"Kali ini, pastinya, kami akan meneyelamatkanmu.”
Para bajingan lemah, diamlah.
Guren tertawa.
Ia tertawa seorang diri.
Guren sadar gigi taringnya sudah memanjang menjadi taring iblis.
Ia membuka mulutnya.
"Kau membahayakan hidupmu demi kesia-siaan, mati dan sesalilah.”
Pedangnya bertemu dengan pedang Goshi.
"Uh.”
Pedang milik Goshi itu lemah. Jika ia menekan lebih dari ini, ia akan bisa menebas tubuh Goshi—
Pada saat itu, pedang Mito juga menerjang kearah pedang Guren. Guren agak melemah.
Dua lawan satu.
Meski begitu, Guren masihlah yang terkuat.
Mito, dengan ekspresi putus asa berkata,
“Uh,uuuugh....... aku, aku tidak akan kalah! Mempertaruhkan hidupku untuk menolong rekanku, tidak mungkin aku menyesalinya!"
Ia berkata begitu.
Rekan. Rekan. Rekan.
"Bodoh sekali, apa yang kau ucapkan?”
Meresponnya Goshi membalas.
"Satu-satunya yang bertingkah bodoh adalah kau! Itulah sebabnya kami akan mempertaruhkan hidup untukmu.”
Lalu ia sedikit memiringkan kepalanya.
Dari belakang mereka, Shinya mengulurkan tangannya.
Dengan sebuah kertas mantra.
Kertas mantra lagi.
Jika ia menyentuhnya, tubuh Guren akan terkekang.
Guren melangkah mundur.
Tapi dalam sekejap, tangan Shinya menghilang.
Goshi tertawa.
“Ah, ngomong-ngomong, itu tadi cuma ilusi.”
Sial!
Guren melihat sekitarnya.
Mencari Shinya.
Shinya telah menghilang.
“Disini.”
Suara itu datang dari langit-langit.
Meski ia mendongak tapi sudah terlambat. Dalam sepersekian detik, wajah Shinya sudah ada didekatnya.
Tiba-tiba sebuah kertas mantra telah tertempel di leher Guren. Guren tiba-tiba merasakan kekuatannya melemah hebat. Lalu Shinya menjambak rambutnya dan memeluknya.
 Saat Guren menghunus pedangnya, bersiap untuk menusukkannya ke Shinya. (TLNote: Ini bukan kiasan :3)
“Berhenti, iblis!”
Guren membentak marah. Dan gerakannya terhenti.
Ia melihat Shinya tersenyum dan berteriak.
"Jangan pedulikan aku, bergeraklah!”
Pasukan mengulurkan pasak mereka yang dilengkapi dengan rantai. Pasak itu membelenggu tubuh Guren dan Shinya.
Selanjutnya, seakan dikendalikan dengan sihir, rantai itu mulai membelenggunya dari kaki dan tubuhnya.
Ia tidak tahu apa itu. Tapi mungkin saja ini ada hubungannya dengan menjalin kontrak dengan iblis.
Shinya berkata.
"Sudah berakhir, Guren. Pergi dan buatlah iblis itu menyerah. Setelah itu, kembalilah pada kami...... Kembalilah dan jadilah manusia!”
Guren menatap Shinya.
“……”
Ia kehilangan kesadarannya.
“……”
Guren membuka matanya, ia telah kembali ke tempat itu
Dunia itu.
Dunia dari iblis itu.
Sesosok tubuh muda nan cantik.
Kulit putih pucat
Mata merah.
Rambut merah darah.
Dengan seluruh tubuhnya terbelenggu oleh rantai.
Noya.
Ia merasakan kekuatan Noya, telah melemah hebat.
Guren menatap Noya.
Noya juga menengadah dan menatapnya, lalu berkata.
“....... Bekerjasama dengan semua orang untuk menganiaya aku, sungguh berlebihan."
Guren merespons.
"Itu karena kau kesepian, seorang diri.”
"Lagi-lagi ini. ‘Kesepian’, bukankah itu kamu? Kamu tidak mempercayai apapun. Itu sebabnya kamu meminta kekuatanku. Tak seorang pun menolongmu, karena itu kamu datang padaku.”
Itu benar.
Noya melanjutkan.
“Jadi lepaskanlah rantai ini. Lalu akan kubuat kamu menjadi kuat.”
“……”
“Pada dasarnya, manusia itu sendirian. Dan hanya bisa menjadi kuat sendirian. Kemari, gunakanlah aku, jadilah kuat.”
Sambil berkata begitu, Noya mengulurkan tangannya. Tangan itu terbelenggu dengan rantai yang menghisap kekuatannya, menyebabkannya lengan itu bergetar.
Melihat tangan iblis yang bergetar, Guren berkata.
“....... Aah. Benar. Manusia itu selalu sendirian.”
"Lalu-“
"Tapi untuk menajdi kuat kerjasama itu diperlukan. Mempercayai rekan itu sangat diperlukan.”
“....... Meskipun kau tak pernah dipercaya?”
Mendengar pertanyaan itu, Guren sesaat terdiam. Nampaknya iblis ini ingin mengeksploitasi bagian egois dari dirinya.
Bagian dirinya yang ingin menjadi sesuatu yang luar biasa.
Bagian dari dirinya yang bertindak dengan sesuka hatinya – ia pun mengabaikannya, dan berkata.
“Karena aku lemah, jadi jika aku tidak mempercayai seseorang, aku tidak akan bisa berkembang.”
“……”
"Aku diselamatkan oleh orang-orang yang rela mempertaruhkan nyawa mereka. Aku punya rekan.  Aku punya pelayan. Aku tidak sama denganmu. Aku, tidak sama dengan Mahiru.”
Lalu Noya berkata.
"Kau akan dikhianati.”
Guren menjawab.
“Terus kenapa? Lagipula aku seharusnya sudah mati hari ini. Bahkan jika aku dikhianati, terus kenapa?"
“……”
Lalu Noya terdiam. Tertarik oleh rantai, ia perlahan tersungkur ke tanah.
Noya berkata sambil menatap Guren.
“Kamu akan segera sadar, bahwa hanya akulah yang ada dipihakmu."
“Enyahlah, Iblis.”
“Aku akan menunggu saatnya. Semua yang kau inginkan......"
Tapi seketika, Noya tiba-tiba berhenti bicara.
Guren berbalik.
Tak ada apapun dibelakangnya. Dunia yang putih beersih.
Tapi Noya mengintip dari balik bahunya, seolah sedang melihat sesuatu dan berkata.
"Ah, ah, ah—Apaan nih. Sudah waktunya kah? Yaudah, deh. Sudah cukup. Aku akan menunggu dengan tenang.”
“Apa yang kau bicarakan?”
Guren bertanya. Noya tertawa riang.
“Ah~ Bukan apa-apa, hanya saja bagaimanapun itu, kamu akan dengan sukarela bergabung denganku nantinya. Baiklah, sampai jumpa nanti. Mimpi indah!”
Ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi tubuh Noya menghilang begitu saja.
Terbelenggu oleh rantai, ia benar-benar ditarik ke dalam tanah.
Dalam sekejap.
Guren mendapat kesadarannya.
Jiwanya, perasaan yang dikendalikan iblis, telah kembali.
Meskipun ada sisa rasa lelah dari pertarungannya dengan iblis, namun kepala dan hatinya jauh lebih lega sekarang.
Nampaknya Kureto benar-benar menemukan cara untuk mengendalikan ini.
Meskipun kekuatannya banyak berkurang jika dibandingkan saat ia menuruti hasratnya dan mengamuk, tapi saat ini dia benar-benar menaklukkan .
Setelah itu…

Guren membuka matanya.
Sekali lagi, ia berada di kelas.
Shinya memegang bahunya. Dengan mimik wajah khawatir, ia berkata.
“....... Apa kau sudah kembali?”
Guren hanya merespon dengan tatapan, tanpa kata.
“……”
Karena beberapa alasan ia sedikit merasa malu dan tidak bisa bicara. Karena di dekatnya saat ada para bajingan yang mengatakan tentang 'mempertaruhkan nyawa untuk rekan', ‘aku percaya padamu' atau hal memalukan semacam itu.
Karena orang-orang bodoh ini yang benar-benar membahyakan nyawa mereka untuknya sedang berdiri di depannya.
“……”
Guren tidak tahu harus bilang apa dan mengerutkan alisnya.
Melihatnya, Shinya tertawa. Mungkin itu disebabkan karena ia sadar bahwa akal sehat telah kembali di mata Guren.
"Ah, aku mengerti perasaanmu. Ada apa dengan gerombolan ini? Ada apa dengan orang-orang yang selalu berkata ‘Aku ini rekanmu jadi aku akan menolongmu’ ini? Tapi beginilah adanya. Jadi seharusnya kau harus menunjukan rasa terima kasihmu, kan? Ayo, mana 'terima kasihmu' pada kami?”
“……”
"Guren. Mana ucapan terima kasih buatku.”
Masih mengerutkan dahi, Guren menjawab.
“........ Ini tidak seperti aku memintamu untuk menyelamatkanku.”
“Bagus-bagus~”
Shinya lagi-lagi tertawa.
Pada saat itu Mito juga menyadari bahwa Guren telah siuman.
Ia menatapnya. Matanya menjadi lembab. Air mata mengalir keluar.
"Guren!”
Ia memeluk Guren.
Ia menangis. Menangis lagi. Orang ini benar-benar suka sekali menangis.
“Syukurlah. Kau benar-benar bersyukur!”
Mito berkata begitu.
Bahkan mata Goshi sedikit basah saat melihatnya.
Meskipun ilusi yang dibuat Mahiru mencampur-aduk perasaan telah hilang, semua orang masih sangat emosional, Guren tidak bisa menerima situasi ini.
“........ Situasinya?”
Guren berkata.
Lalu ia melepas pelukan Mito. Karena Ia dan Shinya terikat oleh rantai, melepaskannya memerlukan sedikit waktu.
Disaat seperti itu, Shinya,
“Ayo berterimakasihlah pada kami.”
Ia terus menerus mengatakan ini. Guren benar-benar mengabaikannya.
Setelah mereka terpisah, Guren berjalan menjauhi rekan-rekannya untuk mengamati sekitar.
Ada beberapa prajurit di ruang kelas. Bergegas kesana–kemari.
Nampaknya mereka sedang memastikan situasi di seluruh sekolah.
Guren melempar tatapannya pada lapangan sekolah.
Dibanding sebelumnya, ada lebih banyak pasukan dan truk, seolah-olah halaman sekolah terisi penuh oleh mereka.
“Pasukan utama dari "Mikado no Oni' ada disini?
Guren bertanya dan Shinya menjawab.
“Sutuasinya sudah menjadi situasi yang mana mengharuskan kami melindungimu.”
Guren tertawa mendengarnya.
“Melindungiku? Apa yang kau maksud adalah melindungi penelitian ?”
Ia mengangguk.
“Yah, meski begitu. Tapi saat ini kita sedang diawasi oleh seluruh dunia, loh. Keluarga Hiiragi telah memberi tahu dunia bahwa penelitian telah sukses”.
Pertarungan telah dimulai.
"........ Ya.”
Guren mengangguk.
Karena itu, peperangan kali ini mungkin akan berakhir disini.
Penelitian itu sendiri telah berjalan dimana-mana. Semua orang sadar bahwa itu adalah kekuatan yang bisa mengubah keseimbangan antar organisasi sihir di seluruh dunia.
Itulah sebabnya, setelah Mikado no Oni mengumumkan keberhasilan, semua organisasi akan bersikap baik pada mereka yang telah memiliki senjata . Karena mereka tidak ingin dihancurkan oleh atau karena mereka ingin berbagi dengan kekuatan dari yang dimilikai Mikado no Oni.
Dalam waktu singkat, gereja Hyakuya menjadi pihak yang dirugikan.
Dan mungkin saja Mikado no Oni dalam sekejap telah beralih menjadi organisasi sihir terbesar di Jepang menggeser Gereja Hyakuya.
Tentu saja, ini terjadi hanya saat Gereja Hyakuya belum melakukan apapun, tapi.
Guren bertanya.
“Bagaiamana pergerakan gereja Hyakuya?”
Shinya menggeleng.
"Masih belum ada. Tapi serangan mereka semua telah berhenti. Meskipun rapat para pimpinan telah diatur, tapi nampaknya telah dibatalkan”.
Tentu saja. Jika mereka bicara sekarang dengan Mikado no Oni yang mempunyai sebagi kartu trump, Gereja Hyakuya tentu akan bersekutu dengan Hiiragi.
Tapi tentu saja, Mahiru akan membocorkan laporan mereka ke Gereja Hyakuya. Jadi sementara Guren tidak yakin bagaimana Gereja Hyakuya akan bertindak untuk kedepannya, setidaknya pertempuran malam ini sudah berakhir.
Guren memandangi kaca jendela yang pecah. Itu adalah jendela dimana Shinya dan yang lainnya masuk.
Para bajingan itu benar-benar kembali seperti yang mereka janjikan.
Untuk menolong rekannya.
Untuk menyelamatkan teman sekelasnya.
Orang-orang bodoh.
Mereka semua bodoh.
Guren menatap keluar jendela.
Sinar bulan masuk melalui jendela yang rusak.
Masih belum ada cahaya fajar.
Mayat-mayat sudah dibereskan. Sudah tak tercium bau darah lagi disana. Udara hanya dipenuhi penawar racun.
Guren mengangkat kepalanya dan melihat jam, ternyata sudah jam 4 pagi. Dengan kata lain, satu jam berlalu sejak Shinya dan yang lainnya merangsek masuk.
Selama itu, ia terbelenggu oleh rantai bersama Shinya, keduanya dengan erat terikat bersama. Goshi dan Mito juga disana menyaksikan dengan mata yang basah seperti orang tolol.
Guren tak ingin melihat orang-orang tolol itu.
Ia terus menatap keluar melalui jendela rusak itu.
“……”
Lagipula, ada sesuatu yang harus ia katakan pada mereka.
“....... Ah, sial. Aku mengerti..... kalian semua benar-benar sangat membantuku, terima kasih.”
Ia berkata dengan lembut. Sangat lembut sampai membuat dirinya sendiri terkejut.
Disisi lain, telinga Shinya sangatlah peka,
"Huh? Apa yang barusan kau katakan?”
Shinya berkata.
“……”
Tentu saja, ia tidak akan mengatakannya lagi.
Tapi Shinya terus bertingkah pura-pura bodoh.
“Barusan kau berkata bahwa kami sangat menolong, kan? Kau mengatakan terima kasih?"
“……”
"Kau bilang kau sangat bersyukur sampai mau nangis, kau sangat bersyukur sampai hampi mau mengompol?"
“Aku tidak berkata begitu.”
Saat ia berkata begitu ia berbalik badan, melihat mereka bertiga tertawa. Di tiap pinggang mereka ia melihat katana tergantung. Pedang yang disuntikan racun iblis.
Ketiganya, demi Guren, rela menyerah menjadi manusia.
Guren menatap pedang-pedang mereka dan berkata.
“........ Semuanya salahku, aku minta ma....."
Tapi Goshi memotong.
"Kau menyelamatkan kami sebelumnya. Ini hanya balas budi.”
Mito berkata setuju,
“Itu benar! Jadi jangan minta maaf!”
Mito berkata begitu.
Guren memandang keduanya, lalu.
"...... Ah, jadi begitu. Jadi kalian berdua harus berterimakasih padaku.”
“Eehhhhhh~!?”
Goshi dan Mito tertawa.
Shinya berjalan mendekati Guren dan bertanya.
“Aku tidak diselamatkan, jadi Guren berhutang padaku?”
“Dari tadi kau terus tersenyum seperti orang bodoh dan membuat orang lain klesa, jadi tidak dihitung.”
“Kau iri karena aku lebih tampan darimu?”
Guren tertawa mendengarnya.
“Aku pikir kau harusnya sudah sadar, bukankah aku yang lebih populer? Bahkan gadismu memilihku.”
Shinya terdiam sambil menyipitkan mata.
"Ah~ Aku berjuang sangat keras menolongmu dan kau masih berkata begitu?”
"Itulah kenyataannya.”
“Kau bajingan, bung.”
“Aku ingin kau berusaha lebih keras.”
Mito yang tidak mengerti situasinya, bertanya.
“Ah, ah, apa sih, apa yang terjadi?”
Guren menatapnya. Beberapa jam yang lalu, Mito berada di ambang kematiannya. Mungkin pernyataan cintanya saat kekacauan tadi hanya disebabkan oleh dirinya yang kebingungan. Ia mungkin hanya terpengaruh oleh mantra ilusi Mahiru dan hal itu mungkin membuatnya berhalusinasi sesaat berhadapan dengan kematiaan.
Karenanya Guren berkata.
“Aku memperebutkan seorang wanita dengan orang ini. Dan aku menang.”
“Apa.........”
Mito terlihat terkejut.
Lalu dengan cepat raut wajahnya tadi menghilang.
"He, he.... begitu, ya. Berarti gak ada hubungannya denganku!"
Tentu saja, dia juga mendapatkan kembali akal sehatnya. Ia tidak akan terganggu oleh hal-hal konyol seperti cinta atau jatuh cinta. Pengaruh mantra Mahiru telah lenyap.
Goshi memperhatikan Mito seolah menikmati situasi itu.
Lalu Shinya pun berbicara.
"Tapi Guren juga dicampakan, loh.”
"Eh!? Benarkah?!”
Mito terlihat sedikit senang saat ia berkata begitu, tapi semua ini tidak ada artinya..
Guren memanggil Shinya.
"Hentikan omong kosong ini.”
“Kau yang memulainya.”
Mengabaikannya, Guren bertanya.
“Dimana kedua pelayanku?”
Beberapa saat yang lalu, seharusnya mereka ada di atap. Lalu sekolah disegel. Karena atap dan pintu masuk ke sekolah semua ditutupi dengan kertamantra, mereka pasti telah pergi melalui pintu keluar, atau tetap di atap..
Shinya menajwab.
"Mengenai hal itu..... Kureto-nii sedang melindungi....."
Tanpa menunggu Shinya selesai bicara, Guren mengambil ponselnya dan menelpon Kureto. Panggilannya tersambung.
“Hei Kureto.”
“Ah, kau akhirnya bangun juga.....”
Guren menyelanya.
“Para pelayanku.....”
Kureto juga memotong kata-katanya.
“Sedang di kantor. Jangan menelpon mereka.”
Lalu mengakhiri panggilan.
Setelah panggilannya diputus, Guren memandang ponselnya kemudian pergi.
"Hey, Guren!”
Guren berjalan keluar ruang kelas sambil mengabaikan Mito yang memanggilnya.