AKAN MEREKA YANG TELAH MENUNGGU
(Translater : Zerard)

“Aduh! Dingin! Dingin!” Walaupun berteriak, Gadis Sapi tampak cukup riang seraya dia membuka pintu Guild. “Ada salju yang jatuh lagi!”
Musim dingin memang begini sih! Dengan kalimat itu, dia mendatangi ruang tunggu Guild, membersihkan bubuk putih dari pakaiannya. Beberapa petualang yang berada di dalam sedang duduk di sebuah bangku yang panjang, menghangati diri mereka di dekat perapian.  Beberapa orang sedang tidak berada di tempat ini pada waktu ini—dan di karenakan tidak banyak orang yang ingin pergi berpetualang pada musim dingin.
Sangatlah dingin, tidaklah mudah untuk membangun kemah, terdapat salju, sangat berbahaya—dan, oh benar, sangatlah dingin.
Sebuah kisah menceritakan seorang barbarian dari pegunungan jauh di utara yang tidak sedikitpun merasa terganggu dengan dingin seperti ini, yang di mana dia mengatakan bahwa ini adalah musim di mana orang-orang lemah berpangku pada apa yang di sebut kehangatan.
Seraya Gadis Sapi berjalan melewati ruangan yang di kenalnya, dia menghela napas. Kebanyakan petualang begitu bersemangat mencari uang, untuk dapat di tabung dari musim semi hingga musim gugur, agar mereka dapat melewati musim dingin tanpa harus bekerja.
Namun itu bukan berarti petualang yang ada di sini sekarang tidak pandai menabung. Petualang mungkin saja dapat beristirahat pada musim dingin, namun itu tidak berlaku pada Makhluk Tidak Berdoa: goblin, roh jahat, dan monster yang berkeliaran.
Kemudian juga, terdapat beberapa reruntuhan yang gerbangnya hanya terbuka di saat musim bersalju, dan memiliki harta karun tersembunyi yang dapat di cari. Bagi mereka yang telah melalui latihan keras, pengelana ataupun petualang dari berbagai macam ras yang tidak cocok dengan udara dingin, musim dingin ini tidak akan menghentikan pekerjaan mereka.
Bahkan, dengan sedikitnya para petualang, mengartikan semakin banyaknya quest untuk di ambil di musim dingin ini—sesuatu yang telah kita bicarakan sebelumnya.
“Ini memang benar-benar musim dingin,” kata teman Gadis Sapi, Gadis Guild. Menjawab gumamam sebelumnya dari sang gadis kebun ini.
Gadis Sapi terlihat bingung seraya melihat temannya yang sedang menatap jendela dengan tatapan sayu, tangannya menopang dagu. “Kenapa?” Gadis Sapi bertanya. Seseorang telah memberikan Gadis Sapi menu seraya dia berbicara.
“Tidak apa-apa,” Gadis Guild berkata dengan senyum penuh teka-teki. “Aku cuma…memperhatikan salju yang turun.”
“Oh…”
Tertarik mendengar jawabannya, Gadis Sapi mengarahkan tatapannya pada jendela juga. Mungkin akan sangat mudah untuk tidak memperhatikannya ketika kamu sedang penuh dengan kesibukan, namun dari dalam ruangan ini. Salju ini terlihat begitu indah.
Tidak akan lama lagi, serpihan salju ini akan menyelimuti kota dengan putih.
“Aku harap dia baik-baik saja….”
Gadis Guild hanya berbisik pada dirinya sendiri; dia tidak mengatakan siapa orang yang di harapkannya baik-baik saja, atau apa yang sedang seseorang itu lakukan yang membuatnya dalam bahaya.
Namun itu tidak menghentikan Gadis Sapi untuk meletakkan tangannya pada dadanya yang ranum dan berbisik, “Dia akan baik-baik saja.” Kemudian dia menambahkan, “Aku rasa dia pernah ke gunung salju sebelumnya.”
“Oh yang benar?” Gadis Guild berkata, mengedipkan matanya mendengar informasi yang tidak di duga. “Aku tidak mengetahui ini. Jadi dia pernah ke sana sebelumnya…”
“Tapi, dia nggak pernah memberitahuku, sih.”
Setiap orang memiliki beberapa hal yang tidak ingin mereka bicarakan. Pria itu selalu pendiam, dan walaupun terkadang itu membuat diri Gadis Sapi merasa sedikit kesepian, Gadis Sapi bersedia untuk menghadapinya.
Lagipula, ada beberapa hal yang aku juga belum ceritakan padanya.
Gadis Sapi mengembalikan menu dengan ucapan terima kasih dan mendekap perasaannya masuk ke dalam dadanya.
“Ugh! Dingin, dingin, dingin! Dingin banget sampai terasa sakit! Aku tahu pria itu cuma menggunakan tangannya, tapi…!”
“Dia…keturunan….dari, Frost, Giant, kan?”
“Pertarungan itu terlalu lama dan terlalu merepotkan.”

Pintu Guild kembali terbuka, dua wajah yang tidak asing memasuki ruangan dengan hembusan angin.
Salah satu dari petualang itu adalah pria tampan dengan sebuah tombak yang bersandar pada pundaknya; sedangkan satunya lagi menggunakan pakaian yang hanya sedikit memperlihatkan sosok tubuhnya yang indah untuk di bayangkan.
Mereka membersihkan salju dari tubuh mereka di depan pintu masuk, kemudian Spearman—rambutnya dengan rapi di sisir—secara riang mendekati Gadis Guil.
“Ahh. Anda selalu kembali sebelum dia datang,” Gadis Guild berkata, hela napasnya bercampur dengan senyum tempel di wajahnya. “Tentunya saya senang anda dapat kembali dengan aman.”
Gadis Sapi berdiri. “Selamat bekerja.”
“Terima kasih. Aku akan bekerja dengan keras.” Terdapat jeda, kemudian, “Aku tidak membencinya, kamu tahu?”
“Dia cuma bukan favoritku,” Gadis Guild berbisik, dan Gadis Sapi tersenyum padanya.
“Aku rasa semua akan berjalan dengan baik-baik saja.”
“Apa maksudmu?”
“Dia akan kembali sebelum kita merayakan tahun baru.”
Aku yakin.