SIHIR TANAH DAN ANGIN DI RUANGAN PUTIH
(Translater : Novel Otaku)

Mia memakai kedua tangannya untuk menutup bagian depan roknya sambil tersipu malu.
Hahaha, dia memang bodoh. Dengan melakukan gerakan seperti itu, bukankah itu menarik perhatian yang lain.
“Itu bagus, Tamaki, Kau punya teman.”
“Aku tidak merasa senang! Kazu-senpai sangat mesum!”
Aku tertawa seperti bandit.
Lalu aku berbalik ke arah Mia dan berlajan ke arahnya, sambil menggosok gosok tanganku.

Mia melangkah mundur dengan air mata di matanya.
“Kazu-senpai, hobimu sangat mesum!”
Arisu mengembungkan pipinya, dan berdiri di antara Mia dan aku.
Dia melirik ke bawah, menunjukan ekspresi sedih.
“Aku benci Kazu-Senpai yang seperti ini.”
“Maaf, aku tidak akan seperti ini lagi, jadi senyumlah.”
Aku dengan jujur membungkuk untuk meminta maaf. Ekspresi marah Arisu sangat menggemaskan, terlalu imut.
Tapi aku menyakiti hatinya.
“Aku paham, jadi kelemahan Kazu-senpai adalah Arisu!”
“Kelemahanmu adalah Arisu kan?
“Aku nyerah! Jadi kita sama.”
Tamaki tertawa dengan ‘Haha’. Anak ini sudah membuat bagian bawah badannya kotor, akan tetapi dia masih bisa semangat.
Tidak, bahkan kupingnya merah, dan pandangannya secara sengaja menghindariku, sepertinya dia memaksakan diri agar tidak terlalu canggung.
Aku ingin menggoda dia, dan membuatnya lebih canggung lagi.
Aku dengan sekuat tenaga menahan keinginanku, karena Arisu memelototiku.
“Ah, Arisu, kali ini kamu juga naik level?"
“....Ya. Termasuk aku, selain Kazu-senpai, dua yang lain juga meningkat levelnya.”
Aku memutuskan untuk mengganti topik.
Mengenai experience yang dibutuhkan untuk menaikkan level, Tamaki dan Mia sama, dan Arisu seharusnya membutuhkan experience sedikit lebih banyak daripada mereka

Menggunakan orc sebagai pengukur, seharusnya kurang lebih seperti experience setengah orc.
..... Mengukur seperti ini sungguh merepotkan.
Mari kita asumsikan experience membunuh Orc adalah 60.
Kenapa 60? Karena ini adalah denominasi terkecil untuk 2,3,4,5, dan 6.
Jadi maksudnya, tidak perduli apakah kelompokmu ada 2,3,4,5 atau 6 orang, angkanya dapat dibagi.
Levelku sekarang adalah 6.
Dengan kata lain, experience yang kubutuhkan untuk meningkatkan level adalah 420.

Kami adalah kelompok berisi yang 4 orang, jadi setiap orc yang kami kalahkan, semua orang mendapat 15 experience.
Setelah level up terakhir, kami mengalahkan 1 orc elit dan 3 orc, jadinya...

experience sekarang adalah 120.
Aku seharusnya masih membutuhkan 300 poin untuk meningkatkan level.
Arisu yang baru saja naik level, poin experiencenya adalah 0.
Poin experience untuk menaikan level untuk Tamaki dan Mia adalah 240, dan experience mereka sekarang adalah 30.
Mmm, kita akan menggunakan metode ini untuk menghitung di masa depan.
Yasudahlah, kita tidak perlu merisaukan hal ini sekarang.
“Poin Skill Arisu sekarang adalah 3? Harus kau simpan, atau menaikan peringkat dari sihir penyembuhan ya...?”
“Ah, itu, bolehkan aku menyuarakan opiniku?”
Arisu sangat jarang memberikan opini sendiri.
Saat ini, penyusunan tentang skill, Arisu menyerahkannya semua kepadaku untuk diputuskan, jadi sangat jarang baginya untuk menyuarakan.
Tetapi aku dapat mengira kenapa dia berkata seperti itu.
Aku telah meninjau informasi tentang sihir penyembuhan.
Jadinya, aku dapat mengira kira apa yang dia harapkan.

“Pada peringkat 3 sihir penyembuhan, ada sihir yang namanya Cure Mind. Bahkan ketika kau sangat ketakutan, di mana kau tidak bisa bergerak setelah mendengarkan raungan orc elit, selama kau menggunakan sihir ini, kau akan segera sembuh. dan...”
“Kalau kita bertemu dengan para wanita yang selamat, kamu ingin menyembuhkan luka di jiwa mereka. Apa aku benar?”  
“....Ya.”
Anak ini, rupanya mau bermain mental.
Tapi dia yang seperti ini, juga sangat menggemaskan. Setelah terekspos olehku, Arisu yang melihatku sambil tersipu sangat imut.
Dia adalah malaikat. Aku tidak bisa tahan untuk membelai kepalanya, dan akhirnya, wajahnya terlihat makin merah.
Mengenai hal pertama, aku telah memikirkannya secara teliti.
Masalah terbesar ketika orc elit muncul, akankah Arisu bisa tepat waktu menggunakanCure Mindpada yang lain?
Tidak, aku menggelengkan kepala. Jika dia ada waktu, Arisu seharusnya menyerang musuh. Tentu saja , aku akan menggunakan sihir Clear Mind pada mereka pertama-tama.
Ketika Tamaki berkembang sedikit lagi, dan punya metode untuk mengatasi para orc elit, maka itu akan berbeda....
Walaupun itu sangat... Aku bertukar tatapan dengan mata Arisu. Gadis di depanku menaruh kedua tangannya di dadanya, dan menatapku dengan tatapan memelas, menunggu keputusanku.
Dia menyelamatkan Shiki-san kemarin, akan tetapi walaupun sudah mengobati luka Shiki-san, Arisu merasa tidak berdaya untuk menyembuhkan luka mentalnya.
Dipikir dengan baik baik, sebenarnya aku telah sering menaruh beban pada Arisu. Karena aku tidak paham dengan kesakitan yang dirasakan para wanita, jadi tidak perduli apa yang terjadi, aku harus bergantung padanya.
Pada hal ini, walaupun sangat buruk untuk dikatakan, tetapi Tamaki dan Mia saat ini tidak bisa diandalkan.
Karena Arisu sudah berkata bahwa dia memerlukanCure Mind, maka itu artinya itu harus—— itu adalah kesimpulan yang kubuat. Bagaimanapun juga aku, yang seorang laki-laki, tidak dapat merasakan luka yang ada di hati para wanita.
“Aku mengerti, kalau begitu kamu akan menaikan peringkat sihir penyembuh.”

“Baik, Makasih, Kazu-senpai!”
Sebuah senyum seperti bunga tampak di wajah Arisu. Senyum itu tanpa dosa, dan hanya dengan melihat ekspresinya, bahkan aku juga merasa bahagia.
Ah, sungguh menggemaskan—— Aku tidak bisa menahan tapi ujung mulutku naik ke atas.
Tamaki dan Mia sama-sama melihat dari samping, tapi aku tak peduli.
Ah—— tapi……
Aku yang sekarang, mungkin tidak bisa memutuskan dengan tenang karena perasaan.
idak bagus, situasi paling buruk adalah kalau aku meragukan keputusanku.
Hmm—— Aku memang tidak cocok menjadi pemimpin. Aku tidak memiliki kapabilitas memimpin orang.
Di antara kami, orang yang punya kemampuan tersebut...
Aku pikir baik baik.
Tidak, bahkan tanpa berpikir, jawabannya jelas. Betul, orang itu adalah Shiki Yukariko.
Tidak diragukan, dia memiliki bakat sebagai pemimpin. Tanpa menghitung perasaan pribadiku, dan membiarkan dia memimpin dan mengatur semuanya, seharusnya menjadi pilihan yang paling bagus.
Tapi——

Apakah aku akan dengan patuh melakukan perintahnya?
…… Itu sulit.
Aku tahu kalau kelakuanku berbelit-belit. Aku yang tidak bisa menerima dengan jujur, bahkan mungkin akan menjadi sumber kegelisahan.
Masalah hati itu sulit untuk di selesaikan, apalagi hatiku.
Biasanya kalau aku bertemu orang yang tidak cocok denganku, aku hanya akan mengacuhkan mereka.
Tapi ini bukan situasi normal, ini situasi perang.
Dengan tenaga manusia yang terbatas, anggota yang terbatas, cara yang terbatas. Dalam situasi seperti itu, apakah aku masih boleh memutuskan dengan perasaan pribadiku dan semacamnya.
“Tamaki, Mia, bagaimana keinginan kalian untuk menggunakan poin Skill?”
“Aku ingin menyimpan dan dengan cepat menaikan Skill Pedang ke peringkat 3.”
“Haruskah aku... meningkatkan sihir angin, atau menyimpannya, dan menaikan sihir Tanah ke ranking 3? Aku ingin dengar opini Kazu-chi, Selain itu, jika kamu bisa menggunakanSummon Clothuntuk memanggil kain, aku akan sangat senang."
“Kain?”
“Itu,erm...penutup.”

Suara Mia yang terakhir sangat kecil sampai hampir tidak kedengaran.
Gadis yang mungil ini menundukkan kepalanya dengan mata yang dipenuhi air mata.
Baik, aku mengangguk.
Dia ingin memakai kain untuk mengganti bajunya. Aku pikir itu benar, jika kita akan tinggal di Ruangan Putih ini untuk beberapa saat, tentu saja dia akan berpikir untuk mengganti pakaian dalamnya yang tidak nyaman.
Aku menggunakan Summon Cloth untuk memanggil sepotong kain yang lebar, dan memberikannya kepada keduanya.
Keduanya membungkus kain itu disekitar pinggang mereka
Mereka melepaskan rok dan celana dalamnya, menyembunyikan di belakang mereka, dan duduk.
Karena aku takut Arisu akan marah, aku berusaha mencoba untuk menahan keinginan untuk melihat ke arah mereka, sementara berpikir apa yang harus dilakukan.
Suara baju mereka membuat aku tidak fokus, dan aku harus berusaha keras untuk berkonsentrasi dengan pendapat Mia.
Argh, betul… masalahnya tentang sihir angin dan sihir tanah, dan mana yang harus dinaikkan.
“Mia bahkan tidak menggunakan sihir angin sama sekali pada pertempuran ini.”
“Aku memprediksi kalau kita harus lari, maka aku akan menggunakan Smog
Smogsihir angin peringkat 1, adalah sihir yang menciptakan kabut di sekitar.
Seperti yang dia katakan, sihir ini sangat efektif ketika melarikan diri. Sebaliknya, selain melarikan diri, hampir tidak ada kegunaan lagi. Jika kita ada kacamata infrarmerah yang dipakai militer, maka tentunya akan berbeda. Kalau tidak, pandangan kita juga akan terhalang. Jika sesuatu terjadi karena ini, maka itu akan sangat buruk.
“Selain itu, jika kita perlu melakukan serangan mendadak, kita dapat menggunakanSleeping Song untuk menghipnotis para orc."
“Aku merasa MP Mia yang sekarang terlalu sedikit, jika kita menggunakan MP untuk sihir itu,, lebih baik kita suruh Arisu untuk mengalahkan mereka..... Terlebih lagi, aku berpikir untuk menggunakan suara dari pertempuran untuk memancing musuh datang.”
“Di masa yang akan datang, ketika aku terus menaikan levelku, dan MP menjadi banyak, maka peringkat 1Sleeping Songakan berguna.”
Seperti yang dia katakan, diantara peringkat 1 Sihir angin, tidak ada sihir yang kuat untuk langsung menyerang musuh.
Peringkat sihir kedua sisanya, adalah Air Blastyang menggunakan angin kencang untuk membatasi gerakan musuh, dan Soft Landing yang mengurangi kecepatan mendarat.
Aku percaya kalau mereka digunakan pada waktu yang tepat, 2 sihir ini akan sangat berguna. Hanya saja pada pertempuran ini, kami memilih menggunakan sihir lain.
Dan untuk peringkat 2 sihir angin....
“Jika kamu ingin fokus untuk menyerang, makaSilent Fieldseharusnya beguna." Silent Fieldadalah sihir yang ditujukan untuk seseorang atau benda.
Sihir itu akan menciptakan ruang dimana tidak ada suara yang akan keluar.
Ketika sasaran dimana sihir ini dikeluarkan sedang bergerak, ruangannya juga akan mengikuti. Ruangannya kira kira sekitar 3m lebarnya.
Selama satu kelompok masuk kedalam ruangan dan sama sama bergerak, maka kami bisa bergerak tanpa suara.
Atau mengisolasi suara saat bertempur, dan melakukan pembunuhan diam-diam seperti pembunuh di drama jaman dulu.
“Ada juga sihir serangan yang lain Sonic Edge kan? tapi sihir tanah ada sihir serangan juga.”
 “Jika kita menyimpan poin skill dan menggunakannya untuk menaikan sihir tanah, lalu sihir apa yang ada di peringkat 3 sihir tanah?”
“Ada sihir namanyaEarth Pit yang cocok untuk Kazu-chi, itu adalah sihir untuk menggali lobang.
“Itu dia!”
Aku menudingkan jariku pada Mia
Mia tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya dan bersandar kebelakang, dan bagian bawah badannya yang tertutup kain putih hampir terlihat.
“.....Kau baru saja ingin mengintip, dasar mesum.”
“Baiklah, jangan perdulikan hal itu untuk sekarang.”
“Mesum.”
Tiga gadis ini memelototiku.
“Maaf.”
"Aku kalah oleh tekanaan jumlah, dan hanya bisa membungkuk dengan sunguh sungguh.
“Baik,”
Mia membusungkan dadanya dengan sombong. Dasar anak ini.
Aku batuk beberapa saat.
“Aku rasa, Arisu akan menaikan sihir penyembuhan ke peringkat 3, dan sebaiknya untuk dua yang lain untuk menyimpan poin skill mereka dahulu. Bagaimanapun juga, level kalian terlalu rendah, dan sekarang kamu seharusnya fokus pada 1 skill.”
Tidak ada yang menentang. Pada pertempuran kali ini, Tamaki dan Mia keduanya benar-benar merasakan bahwa kekuatan mereka tidak cukup.
Keduanya menunjukkan ekspresi wajah serius, seperti berkata bahwa mereka ingin bisa sekuat aku dan Arisu secepatnya.
“Kalau begitu kita akan memutuskan seperti itu.”
Kita kembali ke dunia kami yang normal.
Arisu: Level 6 Skill Tombak  3Sihir Penyembuhan 2→3 Poin Skill  3→0
Tamaki: Level 3 Skill Pedang 2fisik 1 Poin Skill 2
Mia: Level 3 Sihir Tanah  2Sihir Angin 1 Poin Skill 2
Aku mengirimkan gagak untuk mengintai terlebih dahulu, sementara kami dengan berhati-hati masuk ke asrama wanita.
Sasaran pertama adalah kantin.
Bau yang datang, membuat kami mengernyitkan dahi.
Kursi dan meja di kafetaria semuanya hancur, dan ada ruang kosong di tengah.
Ada banyak gadis telanjang bertumpuk disana.
Sekitar 50 orang.
Tidak, lebih tepatnya 50 ‘Mayat’.
Gadis yang ditumpuk di situ semuanya telah mati.
Arisu yang berjalan didepan menarik napas dalam-dalam, Tamaki dan Mia juga terhenti di tempatnya karena kejadian menyedihkan di depan mereka.
“Semuanya.... mati?”
Tamaki bergumam.
“Tidak.”

Aku menggelengkan kepala.
Aku menunjuk ke arah dinding, ada sekitar 10 orang gadis terlentang disitu.
Dada mereka sedikit bergerak keatas.
“Mereka masih hidup!”
Arisu berteriak kencang dan dengan segera lari ke arah mereka.