SHIA, PERTARUNGAN TERBESARNYA SEUMUR HIDUP
(Translater : Hikari)

ZUGANn! DOGHAI BUAKH BUAKH BUAKH! DHUASH!
Suara kehancuran yang memekakkan telinga dapat terdengar di dalam Lautan Pohon. Beberapa pohon dapat disaksikan terbelah menjadi dua. Terdapat beberapa lubang terpencar di sana sini yang bisa terlihat di permukaan tanah seakan meteor jatuh di situ. Lebih jauh lagi, beberapa pohon terbakar sementara beberapa yang lain membeku.
Penyebab dari kerusakan semacam itu terhadap alam adalah dua orang gadis. Bahkan saat ini, kehancuran masih berlanjut.
"Hiyaaaaaa (Terima ini)‼"
Sebatang pohon dengan diameter satu meter ditembakkan bersamaan dengan suara seruan yang memekakkan telinga. Pohon itu terbelah di tengah dan terbang menuju target dengan kecepatan tinggi. Dengan massa dan kecepatan yang jelas. Kekuatan penghancur yang brutal diberikan pada pohon yang cukup biasa, membawa kehancuran di jalurnya.
"… …"Scarlet Spear""
Itu adalah sebuah tombak api yang membakar target dan segala sesuatu di hadapannya menjadi abu. Bahkan objek dengan massa yang sangat besar pun akan terbakar begitu tersentuh. Tombak itu menghantam balok kayu tersebut seperti sebuah meriam dan mengubahnya menjadi abu yang melayang di udara.
"Belum!"
Gelombang kejut yang dihasilkan oleh benturan antara "Scarlet Spear" dan batang kayu, membuyarkan kabut, dan di sisi lain kabut, sebuah siluet seseorang yang sedang berlari dapat terlihat. Segera, sebatang gelondong kayu jatuh dari langit seperti sebuah meteor dan menghujam tanah dengan suara menggelegar. Melangkah mundur, targetnya meloloskan diri dari jangkauan gelombang kejut kemudian tombak api kembali dilepaskan.
Akan tetapi, siluet tersebut bergegas keluar dari dalam kabut dengan kecepatan tinggi dan kemudian sebuah tendangan terbang yang kuat menyerang batang kayu tersebut yang menghujam tanah. Tidak diketahui dari mana kekuatan itu berasal tapi batang kayu yang menerima tendangan itu meledak hancur, dan dari benda itu muncul serpihan-serpihan yang melesat pada target.
"kh! "Fire Castle""
Tiba-tiba, sebuah dinding api yang dapat disebut sebagai benteng muncul menahan tembakan hasil improvisasi itu yang terbang mendekatinya, tidak satu pun tembakan itu mencapai si target.
Akan tetapi…
"Kena kauu!"
"Kh!"
Pada saat itu, siluet tersebut telah bergerak ke belakangnya. Setelah menembakkan tembakan improvisasi yang bertindak sebagai pengalihan yang bagus, dia sekali lagi menyelinap ke dalam kabut. Tangannya menggenggam palu yang dapat dikatakan kelas sangat berat. Segera, sebuah hembusan angin yang sangat kuat muncul.
""Wind Wall""
Dampak luar biasa dari Sledge Hammer menghantam tanah dan menghancurkannya. Akibatnya, bebatuan melesat dan menyebar ke segala arah. Akan tetapi, targetnya dapat menghalangi serangan hebat ini, dan memencarkannya dengan hembusan angin dari dinding angin karena itu segera mundur ke area aman. Sebagai tambahan, setelah mengaktifkan skill ini, target menembakkan sihir lain tanpa ampun pada pihak lawannya yang kalah telak setelah skill yang kaku itu.
""Frozen Coffin"."
"Fue! W-wa~!"
Saat menyadari sihir dari targetnya, dia mati-matian menjerit supaya itu dihentikan, tapi tidak perlu mendengar hal itu, karena aturan tidak-perlu-bicara diberlakukan. Si penyerang mencoba menjauh dari lokasinya tapi sihir es itu dalam sekejap mulai membekukan kakinya… …dan berakhir dengan seluruh tubuhnya berubah menjadi sebongkah es, kecuali kepalanya.
"Di-dingin~, tolong lepaskan~, Yue-sa~n"
"… …Kemenanganku."
Itu benar, dua orang yang terus bertarung tanpa berdiskusi apapun adalah Yue dan Shia. Hari ini adalah awal dari pelatihan sepuluh hari, sebuah uji coba pertarungan sebagai tes akhir. Aturannya adalah Shia menang jika bisa melukai Yue meskipun sedikit. Hasilnya… …
"Uu~, itu~, eh, itu! Pipi Yue-san! Ada goresan! Sebuah goresan! Seranganku kena! Ahaha~, aku berhasil! Aku menang!"
Memang, ada sebuah goresan kecil di pipi Yue. Mungkin itu berasal dari potongan serpihan batu yang menembus pertahanan Yue. Meskipun itu benar-benar sebuah goresan kecil, sebuah luka adalah luka. Ini adalah kemenangan Shia. Setelah menunjuk hal itu, wajah Shia terlihat luar biasa gembira karenanya. Dia menyunggingkan seulas senyum lebar, meskipun tubuhnya kedinginan dan hidungnya ingusan. Telinga kelincinya menyentak senang. Tidak heran, ada sebuah janji penting yang dia buat dengan Yue dalam kelulusan pelatihan ini bagaimanapun juga.
Juga, bagi Yue, janji itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Karena itu,
"… …tidak ada luka."
Adalah hal yang bagus bahwa luka itu menghilang dengan segera karena "Auto Regen". Dia dengan wajah cemberut menolehkan kepalanya dengan 'hmpf'.
"W-wa!? Tidak adil! Memang ada goresan… …tidak, meskipun tidak ada apa-apa sekarang! Tadi memang ada! Kecurangan yang kejam! Karena aku sudah mengatakannya, tolong lepaskan sihir ini~. Rasanya dingin sejak tadi… …huh, entah kenapa aku jadi mengantuk…"
Karena kedinginan dan hidung yang berair, Shia mulai mengantuk. Kau akan mati kalau tidur! Itulah situasinya saat ini. Yue, yang mengintip keadaan tersebut, menghela napas dalam-dalam sambil berpikir 'ini tidak boleh dilanjutkan' dalam hatinya dan melepaskan sihirnya.
"Hachii-! Hachi! Auu, dingin seka~li. Aku hampir menjadi seekor kelinci yang tidak bisa kembali (untuk hidup)."
Setelah bersin-bersin dengan imut, dia menutupi hidungnya dengan daun terdekat. Shia kemudian memandangi Yue dengan tatapan serius. Yue memperlihatkan ekpsresi tidak senang karena tatapan itu. Wajah tanpa ekspresinya runtuh karena ekspresi tidak senang tersebut.
"Yue-san. Aku menang."
"… … … …Nn."
"Ini adalah janji, 'kan?"
"… … … … … … Nn."
"Kalau aku bisa menang setidaknya sekali dalam sepuluh hari… …Aku akan diajak untuk ikut dalam perjalanan Hajime-san dan Yue-san, 'kan?"
"… … … … … … … … Nn."
"Setidaknya, kau akan membantuku meyakinkan Hajime-san, 'kan?"
"… … … … … … … … Sarapan hari ini, apa?"
"Tungguuuu! Apa-apaan perubahan topik pembicaraan yang mendadak ini! Terlebih lagi, itu ringan! Yue-san, bukannya kau tidak ada masalah selama ada darah Hajime-san! Untuk apa bertanya tentang sarapan! Jadilah sekutuku! Kalau aku memiliki Yue-san sebagai seorang sekutu, itu sudah pasti 90% OK."
Shia membuat keributan gya-gya. Yue menatap ekspresi yang muncul dari dalam hatinya itu.
Seperti yang Shia katakan, Yue telah berjanji padanya. Hanya saja, Yue berkata pada Shia, hanya jika dia bisa melukainya dalam uji coba pertarungan, bahkan luka kecil sekalipun dalam sepuluh hari. Jika dia berhasil, Yue harus mengakui dan mengizinkan Shia untuk melakukan perjalanan dengan dia dan Hajime. Juga, Yue harus membantu Shia membujuk Hajime saat Shia meminta pada pemuda itu.
Shia serius ingin ikut bersama Hajime dan Yue. Setengahnya karena dia tidak ingin menjadi beban bagi keluarganya, sementara yang setengah lagi hanya karena dia ingin bersama-sama dengan Hajime dan Yue dan menjadi akrab dengan mereka berdua.
Akan tetapi, keinginannya ditolak mentah-mentah. Bahkan hal tersebut dapat terlihat dari sikap Hajime dan Yue. Pada saat itu, yang Shia pikirkan adalah janji yang sebelumnya.
Di mata Shia, Hajime entah bagaimana memanjakan Yue dengan memenuhi semua harapannya. Di atas semuanya itu, Shia adalah seorang wanita. Dia memahami perasaan Yue terhadap Hajime. Sudah jelas itu karena dia pun memiliki perasaan yang sama. Jadi, kebalikannya pun juga benar. Yue juga mengerti perasaan Shia. Karena itulah, pertama-tama adalah hal yang penting untuk membuat Yue mengakui keberadaan Shia Haulia.
Bukan berarti Shia ingin merebut Hajime dari Yue. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu. Yang dia inginkan dari Hajime adalah pengakuan atas keberadaannya sama seperti halnya Yue, meskipun sedikit. Itu mungkin karena pengaruh dari dunia ini yang membuat mereka "sama". Dengan kata lain, dia hanya ingin "berteman" dengan mereka. Jadi akan ada seseorang yang dia cintai dan seorang teman yang juga mencintai orang tersebut di sisinya. Masa depan semacam itulah yang Shia impikan.
Di sisi lain, tentang kenapa Yue bertukar janji seperti itu dengan Shia, meskipun tidak ada keuntungan bagi Yue, 20%-nya adalah karena dia merasa bersimpati dengannya. Saat dia mendengar kisah Shia untuk pertama kalinya di dalam Ngarai Besar Raisen, sekalipun muncul perasaan rumit karena keadaannya yang lebih baik daripada dirinya sendiri, entah di mana di suatu tempat dalam hatinya dia tidak bisa menolak perasaan bahwa mereka itu "sama". Karena dia menganggap bahwa gadis itu adalah seorang rekan meskipun hanya sedikit, dia "memanjakan" Shia.
80%-nya lagi adalah… …sifat keras kepala wanita. Yue dapat memegang janji Shia. Itu adalah,
"Tolong lihatlah sendiri apakah aku hanya akan menjadi beban. Sekalipun mustahil, tolong sadari bahwa aku mampu untuk berada di sisi Hajime."
Itu adalah sebuah tantangan untuk memperebutkan pria yang dia cintai. Dia tidak mengira wanita semacam itu akan ada di dekatnya. Akan tetapi, saat dia berpikir bahwa Shia yang "sama" dengannya sebagai lawan, bersamaan dengan sosok Shia yang antusias dan konsentrasi yang luar biasa, jauh di dalam hatinya dia berpikir bahwa mustahil untuk tetap diam.
Hasilnya, pertandingan janji itu dimenangkan oleh Shia.
"… …haa. Aku mengerti. Aku akan mempertahankan janji itu…"
"Benarkah!? Seperti yang kuduga, ti~dak perlu berhenti~! Tolong pertahankan dengan baik!"
"… … … … … … … …Nn."
"Entah kenapa, kurasa ada waktu jeda yang aneh… Apa kau benar-benar akan melakukannya?"
"… …keras kepala."
Dengan enggan, be~nar-benar dengan perasaan enggan, Yue mengakui kemenangan Shia. Shia merasa sedikit gelisah dengan jawaban Yue tapi mengabaikannya dan melanjutkan dengan ekspresi lega dan gembira karena dia tahu bahwa Yue sama dengan Hajime dalam fakta bahwa dia tidak akan mengingkari janjinya.
Perlahan, pelatihan suku Haulia oleh Hajime menuju akhirnya. Yue yang murung dan Shia yang riang kembali pada Hajime dan yang lainnya.
* * *
Saat Yue dan Shia tiba di tempat Hajime berada, Hajime sedang menutup mata dan bersedekap sambil bersandar di pohon terdekat.
Mungkin karena dia menyadari keberadaan kedua orang itu, Hajime perlahan membuka matanya dan menoleh kepada mereka. Sambil dengan ragu-ragu melihat mereka berdua yang ekspresinya bertolak belakang, dia mengangkat sebelah tangannya dan memanggil mereka.
"Yō, kalian berdua. Pertandingannya sudah selesai?"
Hajime mendengar bahwa ada sebuah taruhan di antara kedua orang itu dalam pertandingan. Hajime-lah yang mempersiapkan Sledgehammer ekstra berat Shia. Shia, yang dengan ekspresi penuh tekad ingin mengalahkan Yue dan meminta senjata baru padanya, masih segar dalama ingatannya, karena Yue sendiri tidak menolaknya. Meskipun isi dari taruhan itu tidak diketahui dan mereka juga tidak akan mengatakan padanya, juga itu tidak akan menjadi keadaan yang merugikan bagi Yue, dia membuatkannya.
Sebenarnya Hajime berpikir kalau Yue dan Shia bertarung,  8-9 dari 10 kemungkinan akan berakhir dengan kemenangan Yue. Dia sudah memahami kemampuan Yue di Jurang. Tidak peduli apakah Shia dapat menggunakan sihir secara langsung, dia yang terbenam dalam kehidupan damai sampai saat ini, berbeda dari mereka.
Akan tetapi, dari ekspresi mereka, Hajime dalam hatinya terkejut bahwa perkiraannya runtuh. Shia dengan girangnya berbicara dengan Hajime.
"Hajime-san! Hajime-san! Tolong dengarkan aku! Aku, akhirnya bisa menang melawan Yue! Ini kemenangan besar! Yah~ aku ingin menunjukkannya pada Hajime-san~, kemenanganku yang luar biasa! Saat-saat Yue-san mengakui keka—hebu!?"
Shia mencoba menjelaskan bagaimana pertandingan mereka berakhir dengan gerakan tubuh. Tapi karena dia terlalu terbawa suasana, tamparan melompat Yue datang dan dengan sebuah suara "duashh", dia terhempas dan menghantam tanah sambil berputar. Tamparan itu begitu kuat sampai dia hanya bisa mengejang-ngejang tanpa tanda-tanda akan bangun.
Yue berbalik sambil mendengus kesal, kemudian Hajime bertanya padanya dengan seulas senyum simpul.
"Nah? Apa yang terjadi?"
Daripada hasil pertarungan, Hajime menanyakan isi pertarungan. Sejujurnya, kenyataan bahwa Yue dikalahkan bukanlah sesuatu yang bisa dia percayai dengan mudah. Tidak peduli bagaimana dia melihat Yue dan Shia, tanpa mengetahui apa yang telah terjadi, dia hanya bisa berpikir bahwa itu sebuah kebohongan.
Yue yang memancarkan aura tidak ingin membicarakan itu namun tidak ingin menyembunyikannya, dengan enggan menjawab pertanyaan Hajime.
"… …kecocokan sihirnya stabil seperti Hajime."
"Itu bagus, atau malah harta karun yang sia-sia… …kalau begitu? Tidak hanya itu, 'kan? Sampai terganggu oleh sebuah Sledgehammer sejauh itu…"
"… …nn, dia spesialisasi dalam penguatan tubuh. Sejujurnya, itu berada di tingkatan monster."
"… ..hee. Apa itu dibandingkan dengan kita?"
Hajime menyipitkan mata terhadap evaluasi Yue. Sejujurnya, hasil evaluasi setinggi itu lebih dari yang dia bayangkan. Anehnya, wajah tanpa ekspresi gadis itu berubah menjadi kegetiran saat membicarakan hal tersebut, inilah yang pemuda itu sadari. Yue dapat terlihat sedang memikirkan bagaimana caranya menjawab pertanyaan Hajime, dan kemudian dia membalas sambil menatap mata laki-laki itu.
"… …dibandingkan dengan Hajime… …sekitar 60%."
"Yang serius… … itu tingkat maksimalnya"?
"Nn… …tapi, ada ruang untuk peningkatan, mungkin."
"Ooo. Itu memang di tingkat monster."
Hajime diam-diam terkejut mendengarkan cerita Yue mengenai kekuatan-seperti-monster Shia, kemudian dia menatap Shia tanpa berkata apapun. Kalau dikatakan sekitar 60% dari Hajime tanpa pengutan apapun, status Shia yang diperkuat seharusnya sekitar 6000. Itu sekitar dua kali lipat dari pahlawan yang benar-benar diperkuat. Benar-benar sebuah kekuatan yang pantas dianggap sebagai "tingkatan monster". Bisa dibilang gadis itu mampu mencapai Yue. Benar-benar hal yang tidak bisa dibayangkan dari penampilannya yang biasa terisak-isak dan merengek.
Shia menyadari pandangan setengah-terperangah setengah-kagum. Dia dengan girangnya berdiri, kemudian berjalan mendekati Hajime dengan ekspresi serius sambil mati-matian mengendalikan pikirannya yang terburu-buru. Menegakkan postur tubuhnya, rambut kelabu kebiru-biruannya berkibar dan telinga kelincinya berdiri tegak. Mulai sekarang dia akan mengungkapkan permintaannya sekali seumur hidup. Yah… …itu juga bisa dibilang sebuah pengakuan. Tubuhnya gemetar karena gugup, meskipun ekspresinya kaku, ada semangat tak tergoyahkan di matanya. Selangkah demi selangkah, gadis itu bergerak maju. Akhirnya, dia dengan mantap menyamakan tatapannya dengan Hajime, kemudian mengucapkan keinginannya.
"Hajime-san. Tolong bawa aku serta dalam perjalananmu. Kumohon!"
"Aku menolak."
"Jawaban cepat!?"
Shia yang tidak mengira akan ditolak karena suasana saat ini, membuka matanya lebar-lebar terlihat keheranan. "Apa yang dia katakan dengan tiba-tiba?" adalah hal yang dapat terlihat dari mata Hajime saat dia melihat Shia seakan sedang melihat orang yang tidak tahu malu.
Shia pun naik pitam. Tidak masalah berjuang sedikit lagi! Sesuatu semacam itu.
"Ke-kejamnya, Hajime-san. Padahal tahu kalau aku serius menanyakan itu, tapi dengan mudahnya…"
"Yah, sekalipun aku tidak ingin tahu meskipun kau mengatakannya. Pertama-tama, bagaimana dengan Kam dan yang lainnya? Jangan bilang kau tidak mencoba untuk mengajak mereka, benar?"
"I-itu salah! Ini adalah kisahku sendiri barusan! Aku sudah berbicara sebelumnya dengan ayah dan yang lainnya. Meskipun mereka sepertinya tidak berpikir kalau aku ini adalah beban… …itu… …"
"Itu? Apa itu?"
Entah kenapa Shia mulai terlihat malu-malu. Sambil mencuri-curi pandang pada Hajime dan memain-mainkan jarinya sendiri. Bahasa tubuh yang licik dan cerdik. Hajime menatapi Shia dengan curiga.
Si samping mereka, Yue terlihat jengkel sambil memandangi Shia.
"Itu… …A, aku hanya ingin mengikuti apa yang kupikirkan…"
"Haa? Apa yang sedang kau coba ikuti? Kalau sekarang, kau tidak akan menjadi beban bagi sukumu, 'kan? Kalau kau punya kekuatan itu, maka secara umum seharusnya tidak ada seorang pun yang tidak bisa kau kalahkan."
"… …"
Shia yang malu-malu mencoba menjawab, membuat Hajime mencapai batas kesabarannya. Pemuda itu kemudian menarik keluar Donner. Tidak diketahui apakah gadis itu menyadarinya, tapi Shia berseru "Keberanian wanita!" dalam pikirannya kemudian menyuarakan keinginan terdalamnya.
"Aku ingin berada di sisi Hajime-san! Aku mencintaimu!"
"… …Ha?"
Aku sudah mengatakannya, sekarang aku hanya perlu menggigitnya! Itulah yang Shia pikirkan dengan panik. Di hadapannya, Hajime terlihat kebingungan seakan-akan dia adalah seekor merpati yang memakan sebutir peluru karet. Tepat seperti itulah penampilan seseorang yang tidak paham apa yang telah terjadi. Akan tetapi, setelah beberapa saat, seakan makna perkataan itu akhirnya tersampaikan ke otaknya, dia secara insting keceplosan menukasnya.
"Tidaktidaktidak, bukannya itu aneh? Kapan dan di mana aku memicunya? Meskipun aku tidak bisa mengatakannya dengan bangga, kupikir aku telah memperlakukanmu dengan kasar… …jangan bilang, kau tertarik karena hal itu?"
Shia tidak pernah menyangka pemuda tersebut akan menganggapnya seperti itu dan mulai mundur selangkah menjauh dari Hajime dengan rasa menyesal. Kemudian Shia memprotes keras.
"Siapa yang mesum! Aku tidak punya hobi semacam itu! Malahan, kalau kau sadar kalau aku diperlakukan kasar, kenapa kau tidak bisa lebih baik lagi…"
"Yah, tidak ada perlunya untukku bersikap lebih baik lagi padamu… …pertama-tama, apa kau serius jatuh cinta padaku? Bukankah kau hanya tergoda dengan keadaan?"
Alasan kenapa Hajime tidak mempercayai niat baik Shia adalah karena dia berpikir itu hanyalah semacam perasaan yang muncul akibat kesalahpahaman setelah mengalami peristiwa yang menakutkan (TL : versi rawnya : Suspension Bridge Effect). Itu bukanlah hal yang mengejutkan karena semua orang dapat melihat sikap Hajime terhadap Shia itu kasar di segala aspek. Akan tetapi, Shia yang perasaannya diragukan sangat tidak senang.
"Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan keadaan. Tidak peduli berapa kalipun kau menyelamatkanku dari kesulitan, pikiranku tidak akan berubah… …meskipun aku merasa senang sekali saat kau memenuhi janjimu di depan para Tetua… …itu mungkin mempengaruhiku, tapi perasaan ini sudah terlahir, jadi tidak ada yang bisa kulakukan tentang hal ini. Bahkan terkadang aku memikirkannya. Sesuatu seperti "kenapa orang ini". Hajime-san bahkan sampai saat ini tidak pernah memanggil namaku, terkadang itu tiba-tiba menyadarkanku dan rasanya sakit. Seperti seorang iblis, hanya menjawab apa yang diperlukanselalu melemparkan diri sendiri ke dalam kerumunan demonic beast, tidak kenal ampun. Sama seperti iblis, tidak pernah bersikap baik padaku, hanya menyayangi Yue-san. Sama seperti iblis… …huh? Yang benar saja, kenapa aku jatuh cinta padamu? Huh~?"
Sementara bicara, Shia mulai meragukan perasaannya sendiri. Shia memiringkan kepalanya dan pembuluh darah Hajime telah menonjol keluar di kepalanya, sambil mati-matian menahan diri untuk menarik keluar Donner secara tidak sengaja saat mendengarkan jawaban gadis itu.
"Ba-bagaimanapun. Aku tidak bisa membiarkanmu ikut tidak peduli apa yang kau rasakan."
"Itu! Itu hanya bercanda. Aku benar-benar mencintaimu jadi tolong bawalah aku!"
"Kau tahu, perasaanmu itu… …yah, sekalipun itu benar, tidakkah kau mengerti bahwa aku sudah punya Yue? Malahan, bisa melakukan pengakuan semacam itu di depannya… …bahkan aku memikirkannya beberapa saat yang lalu, senjatamu yang pertama adalah penguatan tubuh, tapi bukan hanya itu, 'kan? Kurasa hatimu terbuat dari Azanthium sepenuhnya."
"Memangnya siapa yang hatinya terbuat dari bijih logam terkuat! Uu~, ternyata memang jadi seperti ini… …ee, aku mengerti. Segala sesuatu tentang Hajime-san itu sulit seperti yang kupikirkan."
Mendadak, Shia tertawa "fufufu" dengan anehnya sambil menoleh ke arah Hajime.
"Karena aku sudah berpikir ini mungkin terjadi!  Aku mendapatkan seorang sekutu dengan mempertaruhkan nyawa! Sekarang, Yue-sensei! Tolong bantu aku!"
"Ha? Yue?"
Hajime mengerjap-ngerjapkan matanya saat mendengar nama yang tidak terduga. Kena kau! Itulah ekspresi sombong Shia, dan kemudian melirik Yue yang ada di samping mereka.
Ekspresi Yue begitu getir seakan dia menggigit seratus serangga sekaligus, kemudian dengan jelas-jelas enggan, dia berkata pada Hajime.
"… … … … … … … … … … … … … … Hajime, ayo ajak dia ikut."
"Tidaktidaktidak, apa-apaan dengan jeda waktu itu? Kau sudah jelas membencinya… …jangan bilang itu adalah hadiah menang taruhan…"
"… …sayangnya."
Hajime secara garis besar mengerti keadaannya dari Yue yang memerosotkan bahu. Pemuda itu tidak lagi merasa marah tapi terpukau. Memang benar, Shia berpikir, agar Hajime mendengarkan permintaannya, kekuatannya sendiri tidaklah cukup. Sekali lagi, dia ingat bagaimana Hajime menerima perkataan Yue sebagai prioritas dalam pembuatan keputusan. Karena itulah, dia memerlukan sebuah metode untuk membuat Yue sebagai sekutunya. Bukanlah hal yang berlebihan untuk menyebutnya metode "mempertaruhkan nyawa", karena dia pahan bahwa itu bisa saja mustahil mengingat dia cukup mengetahui bagaimana perasaan Yue. Dalam sepuluh hari ini, bisa dikatakan dia secara harfiah sekarat untuk mengetahui kebiasaan Yue di dalam pertempuran. Dengan kata lain, sebesar itulah keseriusan Shia memikirkan itu.
Hajime menggaruk kepalanya. Sekalipun dia melihat betapa enggannya Yue untuk menerimanya, tidak ada alasan bagi pemuda itu untuk membawa serta Shia. Pada akhirnya, yang penting adalah perasaan Hajime.
Yue mengangkat bahu seakan berkata bahwa itu tidak bisa diapa-apakan lagi. Karena dalam sepuluh hari ini dia, lebih dari siapapun, menyaksikan betapa Shia bekerja keras dan bagaimana gadis itu menghancurkan semua masalah yang dijatuhkan padanya. Jadi Yue  mengijinkan dia untuk menjadi rekan seperjalanan. Sejak awal, dia tidak pernah membenci Shia ataupun perasaannya terhadap Hajime.
Di sisi lain, Shia yang meminta bantuan Yue dengan ekspresi penuh kemenangan, mulai merasa tidak tenang tapi menguatkan dirinya. Itu karena Shia sudah mencoba semua yang dia bisa, jadi dia hanya bisa menunggu takdirnya dimainkan.
Hajime menarik dan menghela napas dalam-dalam sekali dan menatap mata Shia secara langsung, kemudian dia menyusun kata-kata penegasan satu demi satu. Shia dalam diam mengumpulkan kekuatannya saat dia mendengar kata-kata ini.
"Pergi dengan kami, bukankah kau sudah tahu jawabannya?"
"Tidakkah kau tahu? Bukankah masa depan bukanlah hal yang mutlak?"
Shia mengatakan itu karena dia dapat menangkap sebuah kelebatan masa depan. Dia yakin bahwa masa depan dapat diubah oleh tindakan dan tekad.
"Ini adalah perjalanan penuh bahaya."
"Aku senang aku adalah monster. Berkat hal itu aku bisa pergi denganmu."
Itu adalah istilah merendahkan dari para Tetua. Akan tetapi, dia merasa bangga dengan hal itu sekarang. bagaimanapun, dia mempelajari bahwa ada hal-hal yang tidak dia mampu lakukan kecuali dia adalah seorang monster.
"Harapanku adalah kembali ke kampung halamanku (dunia asal). Kau kemungkinan besar tidak akan pernah bertemu dengan keluargamu lagi, kau tahu?"
"Aku sudah berbicara tentang hal itu. "Bagaimanapun". Ayah dan yang lainnya mengerti."
Mereka adalah keluarga yang selalu melindunginya hingga saat ini. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasihnya. Sebuah keluarga yang selalu bersama tidak peduli di mana mereka berada. Saat dia mengatakan perasaannya pada mereka, mereka pasti akan tersenyum tanpa perlu berkata apapun.
"Kampung halamanku bukanlah tempat yang mudah untuk kau tinggali."
"Aku akan mengatakannya tidak peduli apapun itu. "Bagaimanapun juga."
Shia telah menunjukkan perasaannya. Itu tidak akan berhenti hanya dengan "kata" itu. Itu tidak bisa dihentikan. Perasan semacam itulah.
"… …"
"Fufu, inilah akhirnya? Kalau begitu, ini kemenanganku, 'kan?"
"Kemenangan apanya… "
"Perasaankulah yang menang… …Hajime-san."
"… …Apa."
Sekali lagi, dengan jelas. Keinginan Shia Haulia.
"… …tolong bawa aku bersamamu."
Hajime dan Shia bertatapan satu sama lain. Hajime melihat mata bewarna biru langitnya untuk memastikan niatnya.
Kemudian… …
"… … … … … …Haa~, lakukan saja sesukamu. Dasar orang aneh."
Mungkin karena Hajime melihat sesuatu di mata gadis itu, tidak lama kemudian Hajime menghela napas kemudian mengatakan padanya bahwa dia menyerah.
Di dalam Lautan Pohon, sebuah pekikan kegembiraan dan suara tanda ketidak puasan menggema. Melihat hal itu, Hajime hanya bisa tersenyum simpul dengan banyak makna tersembunyi bahwa akan ada banyak masalah ke depannya.