PEMBUNUH KEBOSANAN

Angela dan Hizkil baru saja sampai di depan toilet HoK. Toilet yang cukup mewah dengan dua pintu bercabang.
Masing-masing lorong menuju toilet yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Lambang jenis kelamin lelaki dan wanita juga tertempel di dinding tengah lorong. Semakin memudahkan pengguna baru untuk menggunakan toilet tersebut.
“Angela, kau masuk sini kan?” goda Hizkil sambil menunjuk lorong yang diperuntukan untuk kaum perempuan.
“Apa? Kau ingin kupanggang?” omel Angela dengan nada bercanda.
“Tapi kan namamu Angela, dan itu nama perempuan,” cengir Hizkil yang masih terlihat mengejek.
“Tahukah Hizkil, kau sudah bersamaku sejak umur 9 tahun. Mau sampai kapan kau membahas namaku yang seperti perempuan ....”
“Hahahaha ...,” Hizkil hanya tertawa terbahak-bahak mendengar respon sahabatnya itu.
“Jika kau ingin protes soal namaku, silahkan ajukan keluhan itu pada mendiang kedua orang tuaku,” ujar Angela tenang.
“Tenanglah Angela, aku hanya bercanda,” sahut Hizkil sambil berusaha berhenti tertawa.
“Ya ya, terserah–“ balas Angela dengan jutek dan mulai berjalan memasuki lorong pria, tapi perkataan dan gerakannya langsung terhenti ketika percakapan yang tak jauh dari mereka mulai terdengar.
Percakapan yang berasal dari toilet perempuan, khususnya kedua siswi yang mengobrol di lorong toilet perempuan.
“Shina, kamu beneran jalan sama si kakek banci itu?” tanya seorang gadis yang menjadi teman dekat Shina. Gadis berambut coklat panjang dengan gaya rambut ponytail.
“Iya, hahaha,” jawab Shina tertawa pelan sambil menyembunyikan mulut dengan tangan kanan.
Teman dekat Shina yang memasang ekspresi terkejut itu kembali mengajukan pertanyaan yang cukup banyak.
“Hee!? Ka-kamu beneran suka sama dia? Gak salah? Kok mau sih sama dia? Bukannya kamu suka sama Kak Hizkil?”
Shina tetap tersenyum dan kembali menjawab pertanyaan sahabatnya dengan nada bicara yang ringan.
“Iya Za, aku memang suka sama Kak Hizkil.” 
Bukan hal aneh jika pernyataan Shina tersebut membuat Angela dan Hizkil terkejut. Lelaki bermata tajam itu tidak menyangka jika gadis yang disukainya ternyata tertarik pada sahabatnya sendiri.
Hizkil hanya terdiam melirik cemas pada Angela yang mulai menundukkan kepala. Wajah Hizkil terlihat sangat merasa bersalah dan menyesal meski itu bukan kesalahan dirinya.
Sungguh disayangkan cinta pertama Angela berubah menjadi cinta segitiga yang tidak ia duga sebelumnya.
Dan sungguh disayangkan juga jika penderitaan Angela tidak sampai di situ. Sambil mengepalkan kedua tangan yang sedikit gemetar dan memejamkan mata yang seolah menahan rasa sakit hati, Angela kembali mendengarkan percakapan gadis yang saat ini seharusnya menjadi 'kekasih'nya itu.
“Lalu kenapa!? Kenapa kamu malah jalan sama kakek banci itu?! Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu,”  tanya kembali teman dekat Shina, kali ini nadanya terdengar tinggi. Nada yang berisikan kekesalan dan kekecewaan pada sang sahabat.
“Sabar Eliza, maka dari itu dengarkan dulu alasanku mau jalan sama dia,” balas Shina santai.
“Ya udah, jadi apa alasannya?!”
Dengar yah, aku jadian sama dia cuman iseng-iseng doang kok,” Shina mulai menjelaskan sambil mendengus tidak senang, mengalihkan pandangan dari sahabatnya.
“Eh, iseng-iseng doang? Kenapa kau lakukan itu?”
“Aku cukup kesal karena Kak Hizkil masih belum menghubungiku. Aku hanya berniat mempermainkan kakek banci itu kok,” jawab gadis dengan rambut bergelombang hitam itu menatap Eliza dengan ekspresi licik di wajahnya. “Siapa tahu aja rasa kesal aku bisa hilang karena mungkin Angela bakalan jadi hiburan yang menarik buat aku. Dia mungkin bakal jadi pembunuh kebosananku.
Ekspresi Eliza berubah menjadi terkejut sekaligus penasaran, kemudian dia kembali mengajukan pertanyaan lain. “Me-mempermainkan gimana maksudnya?”
“Gini yah ..., aku ‘kan ngajak dia besok buat kencan, dan rencananya  juga kita ketemuan di depan sekolah ini. Nah, entar kamu kasih tahu semua teman di kelas kita buat datang besok ke tempat pertemuan itu,” Shina tersenyum sambil membeberkan rencananya.
“Hee!? Me-memangnya kamu mau apain dia?” 
“Rencananya aku mau langsung putusin dia di depan semua teman-teman sekelas kita. Aku pengen liat banget deh ekspresi wajah dia. Pasti lucu, hahaha,” jawab Shina yang diakhiri dengan tawa culas.
Setelah mendengar percakapan tadi, hati Angela semakin remuk, harga dirinya benar-benar dihancurkan. Perasaan yang sungguh-sungguh darinya hanya dijadikan permainan oleh gadis berambut hitam bergelombang itu.
Angela hanya semakin erat mengepalkan kedua tangan, semakin menutup erat kedua matanya yang berisikan rasa kekecewaan.
Sedangkan Hizkil terlihat menundukan kepala. Bukan wajah penyesalan lagi yang terlihat, tapi wajah kemarahan yang belum ia perlihatkan pada siapapun. Dia sungguh tak terima jika Shina hanya berniat mempermainkan perasaan sahabatnya.
Hizkil pun hendak melabraknya saat ini juga. Dia mulai berjalan menghampiri mereka, berniat memberi pelajaran pada Shina tanpa mempedulikan tempatnya. Tatapannya tetap tajam layaknya seseorang yang tidak bisa mengontrol kembali amarahnya.
Akan tetapi ....
Langkah lelaki berambut merah itu terhenti. Tiba-tiba terdiam dan melihat ke arah belakang, ke arah Angela yang malah menghentikan langkahnya.
“Mau ke mana kau, Hizkil?” tanya Angela tetap menundukkan kepala. Tekanan nada suaranya terdengar cukup dalam.
“Bukankah sudah jelas!? Aku akan memberinya pelaja–“
“Kau pikir aku akan membiarkan hal itu? Lihat sekitarmu, jernihkan kepalamu dulu. Sungguh memalukan kalau kau bertindak hanya berdasarkan emosi.”
“Kau gila, Angela?! Siapapun akan marah jika sahabatnya diperlakukan seperti itu!!“ labrak Hizkil marah sambil menatap tajam.
“Ini urusanku, bukan urusanmu …,” Angela mengingatkan dengan seulas senyum dan membuka matanya, meski terlihat jelas dia sendiri masih menahan emosi dengan mengepalkan kedua tangannya.
“Ini urusanku juga, Angela! Kau teman masa kecilku, sahabatku! Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri,” Hizkil terlihat sedih membalikkan badan.
Angela menghela napas sambil tersenyum miris melihat reaksi Hizkil.
“Memang benar aku adalah sahabat dan adik kelasmu di sekolah ini. Kuakui kau lebih tua dariku dan aku harus menghormati keinginanmu yang berusaha membelaku. Tapi bagaimana jika begini .…,” Angela memegang pundak Hizkil untuk membuat pemuda berambut merah itu kembali menatapnya. “Saat ini aku berbicara padamu sebagai seorang Kineser. Bukan berarti aku menyombongkan kekuatanku, tapi tolong kau hargai keinginanku, Hizkil Anugerah.”
Hizkil terdiam menatap cemas sahabatnya ini.
“Kaulah satu-satunya siswa di sekolah ini yang mengetahui kemampuanku, seharusnya kau mengerti apa maksudku barusan. Jadi, tolong jangan ikut campur atau ….,” Angela tidak meneruskan kalimatnya, namun dari nada bicaranya terlihat bahwa ia sedang serius dan bukan main-main.
“Angela .…,”Hizkil berkata lirih dengan khawatir, tapi dari wajahnya masih terlihat kalau dirinya masih kesal karena percakapan Shina dan temannya.
“Jika kau melakukannya tadi, coba pikirkan apa yang terjadi dengan nama baikmu? Kau akan dibenci karena melabrak seorang gadis di dalam toilet perempuan ...,” Angela mengingatkan sambil setengah meledek.
“Tapi aku melakukan itu demi kau. Aku tak peduli dengan pandangan orang lain—"
“Sayangnya, aku mempedulikan hal itu. Selain itu ....” Angela berhenti berkata-kata sejenak untuk mengambil napas lalu melanjutkan, “Demi aku? Jangan bercanda, Hizkil. Justru sebaliknya yang akan terjadi. Aku akan semakin dipanggil 'banci' karena meminta bantuan pada kakak kelas populer sepertimu.”.
Angela tertawa miris saat mengakhiri kalimatnya, membuat Hizkil menghela napas menyerah.
“Baiklah, lalu apa rencanamu?!”
“Tenanglah, aku memiliki sebuah rencana yang bagus,” balas Angela tersenyum.
“Oh, iya benar! Kenapa tidak terpikirkan olehku, bagaimana jika kau hanya tidak perlu datang saja ke tempat pertemuan itu!”
“Bukan ide yang buruk, tapi sayangnya aku akan tetap datang ke tempat pertemuan itu,“ Angela kembali menanggapi, masih sambil tersenyum menatap sahabatnya.
Hah!? Ap-apa maksudmu!? Kau pasti tau kan jika datang ke tempat itu artinya apa!? Kau hanya akan jadi bahan tertawaan untuk mereka, harga dirimu bakalan diinjak-injak sama mereka, Angela!
“Ada satu hal yang ingin kupastikan, tolong anggap saja kalau kau tidak mendengar apa-apa. Dan ingat, tolong jangan campuri urusanku ini,” kata Angela sambil berjalan pergi memasuki toilet pria, sedangkan Hizkil masih berada di depan toilet tersebut dengan ekspresi kesal dan tidak terima.
“Angela!!”
Mendengarnya, Angela menghentikan langkah dan melirik sedikit Hizkil yang menatapnya jengkel.
“Bahkan sampai sekarang pun, aku benar-benar kesulitan untuk mengerti jalan pikiranmu.”
“Begitukah...?” Angela menyahut singkat, memejamkan mata sebentar lalu melanjutkan kembali perjalanannya ke dalam toilet, tidak berniat membahas masalah ini lebih jauh lagi.
Bersamaan masuknya Angela, Shina dan temannya mulai berjalan keluar dari toilet wanita. Mereka terlihat tertawa bahagia tanpa memperdulikan sekitar.
“Waah ide bagus tuh, pasti bakalah lucu deh wajahnya, hahaha ….”
“Iya kan, aku benar-benar menantikan ekspresi wajahny–“ sambut Shina tapi langsung terdiam saat melihat Hizkil yang berada di depannya. Gadis berwarna mata coklat itu benar-benar terkejut melihatnya. Wajahnya Eliza pun tidak berbeda jauh dengan Shina.
“Ka-Kak Hizkil?!”
“Iyalah, memangnya siapa lagi?!” jawab Hizkil senormal mungkin
“Ka-Kakak sejak kapan disini??” tanya Eliza yang terlihat cemas.
“Tenang, aku baru aja sampai di sini,” balas Hizkil yang mencoba tersenyum meski masih sedikit kesal sambil berjalan pergi menjauhi toilet tersebut.
“….”
Shina dan temannya hanya terdiam kebingungan dengan sikap Hizkil. Khususnya Shina, wajahnya terlihat khawatir dan mulai berpikir jika dia memiliki kesalahan padanya.
* * *
Waktu terasa cepat berlalu, tidak terasa bel pulang pun telah berbunyi. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Angela. Baginya, waktu seakan berhenti dan membeku bagaikan es yang membawakan kesedihan.
Hanya sakit hati yang dia rasakan. Sakit dikhianati oleh orang yang ia kagumi dan cintai. Sepanjang perjalanan pulang bersama sahabatnya, dia hanya diam seribu bahasa.
Hizkil pun hanya ikut terdiam, wajahnya terlihat masih cemas meski terlihat juga beberapa kemarahan yang masih tersisa.
Krekkk ….
Angela sampai di rumah dan membuka pelan pintu sederhana. Dia berjalan pelan masuk rumah sambil menundukkan kepalanya.
Sebelum dia kembali menutup pintunya, terlihat Hizkil yang berbicara padanya.
“Apapun rencanamu ..., aku akan mendukungmu, Angela. Dia—tidak…, maksudku mereka semua tidak tahu akan betapa baiknya dirimu ….”
“…Ya, terima kasih …,” ucap Angela lalu menutup pintu rumahnya.
Saat pintu tersebut tertutup, saat itu juga Hizkil menghilang tak berbekas, menggunakan kemampuan berpindah tempatnya, Teleportasi.
“Angela, kamu sudah pulang?” tanya Keisha sambil tersenyum. Rambut hitamnya yang terikat ke belakang semakin membuat dirinya terlihat anggun dan dewasa.
Dengan apron memasak yang ia kenakan, gadis berusia 20 tahun itu benar-benar terlihat layaknya ibu rumah tangga.
“Iya Kak, aku pulang …,” balas Angela tersenyum tipis.
Melihat ekspresi wajah adiknya, raut wajah Keisha seketika berubah sedih dan khawatir. Dia berjalan selangkah menghampiri adiknya yang sedang melepas sepatu.
“Apa yang terjadi …?”
“…Tidak ada apa-apa, Kak ….” Angela memejamkan matanya beberapa detik.
Keisha hanya terdiam. Dia tahu kalau sesuatu telah terjadi pada adiknya. Tapi dia hanya berjalan mundur, menjauh seolah tak ingin mengungkit masalah pribadi adiknya tersebut.
“Begitu …,” gumam Keisha sambil tersenyum tipis pula.
Angela mulai berjalan menaiki tangga, berjalan pergi memasuki kamarnya. Tapi langkahnya terhenti, menolehkan kepala melihat Kakaknya yang mulai berbicara padanya.
“Ikuti kata hatimu, Kakak percaya kalau kamu dapat menyelesaikan masalah yang datang padamu. Apapun pilihanmu, kami berdua …. Kakak dan adik kecil kita pasti akan mendukungmu,” ucap Keisha sambil memunggungi Angela.
“…Terima kasih, Kak …,” balas Angela tulus.
“Tapi itu hanya jika kamu masih di jalan yang benar, yah ...,” ujar Keisha menolehkan kepala melihat Angela. Senyuman yang terlihat menawan bahkan membuat wajah sang adik memerah.
Angela lekas berjalan cepat memasuki kamar. Wajahnya terlihat lebih baik setelah mendapatkan hiburan singkat dari kakak perempuannya. Satu-satunya yang bisa dia lakukan saat ini adalah berpikir positif tentang Shina. Jika Shina memiliki alasan lain untuk melakukan hal tersebut padanya.
Angela mulai mengganti pakaianya, lekas membaringkan tubuh pada kasur berwarna putih yang terlihat empuk.
Dia mengamati smartbranning-nya dan melihat sebuah pesan yang sudah ia duga sebelumnya.
Pesan dari sang kekasih yang berisi peringatan manis agar dia tak lupa datang dalam pertemuan itu.
Angela hanya tersenyum dan membalas pesan itu seolah masih belum mengetahui rencana 'kekasih'nya.
***
Keesokan harinya, hari Minggu yang menjadi hari perjanjian pun datang. Angela bangun lebih awal seperti saat dia ingin mengungkapkan perasaannya pada Shina. Wajahnya terlihat tidak sabar ingin menemui gadis yang akan mempermalukannya nanti.
Entah dia terlalu bodoh atau memiliki rencana lain, tapi wajah Angela terlihat segar seolah sedang berusaha menikmati harinya.
Sang kakak hanya tersenyum kecil. Sadar jika adiknya ini hanya mencoba menyembunyikan kesedihannya. Dia tahu, jika Angela bersikap berlebihan seperti itu, maka dia pasti sedang menyembunyikan kesedihan yang cukup dalam.
“Angela? Tumben kamu keluar rumah di hari Minggu, mau kemana?” tanya Keisha tersenyum kecil.
“Oh ini Kak, mau main sama teman.”
“Sama Hizkil?”
“Bukan, sama teman seumuran denganku.”
“Waah, tak disangka kamu akhirnya punya teman. Benar-benar suatu keajaiban bagi orang pendiam sepertimu mempunyai teman …,” goda Keisha.
“….” Angela hanya melihat kakaknya dengan tatapan datar.
“Hahahaha, maaf, maaf. Jadi teman kamu itu perempuan atau laki-laki?”
“Pe-perempuan Kak, “ jawab Angela dengan wajah memerah dan mengalihkan padangan dari kakaknya.
“….!”
Di luar dugaan, Keisha malah terdiam cukup lama. Giliran Angela yang bingung melihat kelebatan ekspresi terkejut sekaligus sedih.
“Kak?”
“Ma-maaf maaf! Syukurlah kamu sudah lebih baik sekarang,” Keisha buru-buru berjalan mundur dengan nada gugup.
“Lebih baik? Apa maksud Kak –“
“Sudah, sudah, cepat berangkat sana! Kamu jangan sampai membuat seorang gadis menunggu!” Keisha mendorong paksa punggung Angela menuju pintu keluar.
Kini Angela berada di luar pintu dengan ekspresi keheranan karena sikap Kakaknya. Tapi dia tidak punya banyak waktu dan mulai berjalan cepat mendatangi gadis yang sedang menunggunya.
Di dalam rumah, Keisha terlihat masih berada di dekat pintu. Gadis berambut hitam itu bersandar pada pintu sambil menundukkan kepalanya.
Air mata terlihat menetes jatuh ke lantai. Di saat suasana hening itu, Keisha terlihat menangis pelan. Dia yang bersedih mulai bergumam pelan dalam hati kecilnya.
Maaf, maafkan kakakmu ini, Angela. Tapi mau bagaimana lagi ..., kakak melakukan semua ini demi dirimu.”
Berbanding terbalik dengan wajah Keisha yang sedih, wajah Angela terlihat baik-baik saja. Dia seperti sudah siap mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan dari kekasihnya nanti.
Angela berjalan pelan menuju ke tempat pertemuan itu. Jauh di belakangnya juga terlihat Hizkil yang berwajah khawatir melihat sahabatnya.
Angin bertiup cukup kencang seolah menghalangi Angela untuk tidak melangkah lebih jauh lagi.
Tapi untuk suatu alasan yang Angela percayai, dia tetap terus berjalan dan melangkahkan kakinya ke tempat pertemuan itu.
Dari kejauhan Angela memandang, halaman depan HoK sudah terlihat cukup banyak orang yang berkumpul. Kini dia yakin kalau percakapan Shina saat itu bukan main-main, Shina benar-benar berencana mempermalukan dirinya.
Angela hanya tersenyum simpul, menghela nafas sebelum kembali berjalan menghampiri halaman HoK tersebut. Beberapa teman kelas Shina telah melihatnya yang berjalan ke arah mereka, mereka pun mulai berbisik satu sama lain. Ada yang tertawa dan ada juga yang terlihat kesal melirik Angela.
Dia terus berjalan menghampiri Shina dengan wajah seakan-akan dirinya tak tahu akan rencana 'kekasih'nya.
Ketika Angela sampai, Angela mulai berpura-pura mengajukan pertanyaan dengan nada bingung.
“Kenapa banyak orang, yah? Emang ada acara apaan sekarang?”
“Enggak ada acara apa-apa kok, mereka semua temanku,” Shina tersenyum lebar menjawabnya.
“Ohh gitu,” sahut Angela melihat teman-teman Shina, tapi mereka semua hanya terdiam mengacuhkan Angela.
Jauh dari tempat pertemuan itu, terlihat Hizkil yang hanya bisa melihat mereka dengan tatapan kesal. Hatinya benar-benar sakit melihat sahabat sekaligus seseorang yang sudah dia anggap sebagai adiknya diperlakukan seperti itu.
“Oh ya Angela, sebelum kita kencan aku mau ngomong sesuatu sama kamu ….”
“Ya, ada apa?”
“Sebenarnya aku gak suka sama kamu, jadi kita putus yah,” Shina tersenyum tanpa rasa bersalah. Nada bicaranya terdengar sangat ringan seolah keberadaan Angela benar-benar tidak berarti apa-apa baginya, dan seolah perasaan lelaki berambut itu tak pernah berharga baginya.
“Loh, kenapa!? Apa aku udah berbuat salah sama kamu!?” tanya Angela seakan dia terkejut dan sangat kebingungan. Dia terlihat berpura-pura bodoh dan memberikan respon jika dirinya belum mengetahui rencana kekasihnya.
“Iya, banyak! Pertama kamu menghubungi aku, emang siapa kamu berani menghubungi aku?! Kedua kamu ngajak aku ketemuan buat urusan yang nggak penting, dan yang ketiga adalah, kamu nembak aku? Nggak salah?” balas Shina dengan nada yang jelas-jelas mengejek dan merendahkan Angela.
Tentu saja, spontan semua teman Shina tertawa terbahak-bahak melihat Angela yang dipermalukan oleh Shina yang kini statusnya berubah menjadi 'mantan kekasih'nya.
“Aku nggak nyangka ya, kamu berani nembak Shina. Pikir dulu dong, siapa cewek yang kamu tembak! Pantes enggak sama sampah kayak kamu!? Dia itu kaya, cantik, populer, dan dari keluarga ternama sedangkan kamu? Jangan main nembak aja!” ejek salah satu teman lelaki Shina sambil merangkul pundak Angela.
Entah untuk suatu alasan atau memang bodoh, Angela hanya berpura-pura tertunduk malu.
Selang setelah itu, mereka mulai melempari Angela dengan beberapa telur, tepung dan air yang sudah disiapkan sebelumnya. Ya, Angela benar-benar dipermalukan saat itu, harga dirinya benar-benar diinjak-injak oleh seseorang yang ia kagumi.
Di tempat jauh dari Angela dan yang lainnya, terlihat Hizkil yang menatap tajam tempat tersebut. Dia mengepalkan kedua tangan amat erat. Amarahnya benar-benar sudah berada di puncak. Tatapannya yang siap membunuh bagaikan seekor predator yang siap memangsa mangsanya.
Jika bukan karena gertakan Angela, jika bukan permintaan dari Angela untuk tidak ikut campur, saat ini Hizkil mungkin sudah melabrak kelompok tersebut. Dia sudah tidak peduli dengan nama baik atau yang lainnya.
“Maaf yah, kita ini enggak sebanding jadi tolong berhenti mengejarku,” tandas Shina tersenyum lalu pergi meninggalkan Angela sendirian, masih tetap menundukkan kepala.
Setelah cukup lama mereka pergi, Angela mulai mengangkat kepala, bukan wajah sakit hati atau putus asa yang terlihat. Dia hanya tersenyum seakan sudah tahu kalau hal ini pasti terjadi padanya.
Astaga, jika tahu seperti ini. Aku akan memakai pakaian yang jarang kupakai,” batinnya tersenyum ringan melihat seluruh pakaian yang ia kenakan.
Dia membalikkan badan dan berniat pulang, tapi tiba-tiba di hadapanya sudah terlihat Hizkil. Sorot mata yang penuh dengan kesedihan terlihat di matanya yang melihat kondisi Angela yang sudah dipermalukan.
“Parah mereka, sampai segininya menginjak-nginjak harga dirimu,” gumam Hizkil sambil membantu membersihkan baju kotor sang sahabat.
“Udah, nggak masalah. Aku anggap ini sebagai acara ulang tahunku aja,” balas Angela ringan.
Hizkil hanya terdiam mendengar perkataan Angela barusan dan semakin terlihat sedih. Meski demikian, Angela menangkap kelebatan emosi lain dalam mata sahabatnya itu.
"…Ada apa?"
“Ah tidak, aku hanya kagum. Dari dulu sifatmu belum berubah, kau selalu memandang positif suatu permasalahan. Coba deh kau lebih serius dalam menggunakan kemampuanmu di sekolah, biar gak diginiin,” jawab Hizkil agak muram.
“Hebat apanya ...,”Angela menyunggingkan senyuman miris sambil berjalan melewati Hizkil. Dia berniat langsung pulang ke rumahnya. Sedangkan Hizkil hanya tersenyum melihat Angela yang berjalan melewati dirinya.
“Tapi sepertinya mulai besok aku bakalan lebih sering menggunakan kemampuanku di HoK,” lanjut Angela melirik Hizkil
“Wa-waah serius!?” Hizkil dengan wajah terkejut sambil berjalan cepat menghampiri sahabatnya.
“Tidak, aku hanya bercanda, hahaha ...,” jawab Angela yang diikuti oleh tawaan lepas di akhir ucapan.
“Ah, sialan!” Hizkil hanya tersenyum melirik sahabatnya itu.
***