JATUH CINTA

Seorang lelaki muda terlihat berjalan di daerah gurun pasir yang sangat luas. Sudah terlihat jelas kalau suhu di tempat tersebut benar-benar sangat tinggi.
Serangan terik panas matahari bersamaan dengan hamparan pasir yang memantulkan cahayanya  mulai menyerang tubuh lelaki yang masih terlihat muda itu.
Dia hanya terus berjalan dengan wajah yang kelelahan, terus melangkahkan kaki dengan keringat mengucur deras di sekujur tubuh.
Dengan pandangan letih, lelaki muda itu sesekali melirik sekitar, berniat mencari keberadaan orang lain.
Tidak peduli seberapa jauh dan lama pun ia berjalan, hamparan pasir itu tidak pernah berubah. Dia merasa jika dirinya hanya terus berputar-putar di tempat yang sama.
Di waktu tertentu, lelaki itu mulai melihat seorang gadis dengan rambut twintails merah muda yang tidak jauh dari tempatnya berpijak. Dia menghentikan langkah dan segera menatap sang gadis yang hanya memperlihatkan punggung kecilnya.
Perasaan bahagia datang karena berhasil menemukan seseorang di padang pasir tak bertuan itu. Dia pun mulai berjalan cepat menghampiri sang gadis dan berteriak pada orang yang tak dikenalnya itu.
“Hei, kau!!”
Tapi ketika lelaki tersebut berjalan beberapa langkah, gadis itu pun mulai ikut berjalan kembali menjauhinya.
“Hei, kau Tunggu!! Aku memanggilmu!!” teriak sang lelaki lebih keras dan semakin berjalan cepat menghampiri gadis tak dikenal tersebut.
Sang gadis menghiraukan teriakannya dan terus berjalan menjauhi lelaki yang mengejarnya itu.
Terus berjalan tanpa menolehkan kepala. Terus melangkah tanpa mempedulikan teriakannya.
Sang lelaki mulai berlari cepat mengejar sang gadis. Wajahnya terlihat kesal karena teriakannya diabaikan beberapa kali oleh sosok yang ia kejar.
Sambil terus berlari dengan wajah tak senang, teriakan lelaki itu semakin lantang.
“Aku bilang tunggu!!”               
Meski lelaki tersebut sudah menaikan kecepatan larinya. Jarak di antara mereka tidak pernah berubah sedikipun. Seolah-olah jika mereka berdua sudah ditakdirkan untuk tidak bertemu satu sama lain.
BRUAAK ...!!
Lelaki itu terjatuh di atas hamparan pasir karena rasa lelah yang hebat. Mulai memejamkan matanya sesaat sebelum mengambil nafas cukup dalam. Ketika dia kembali membuka mata, penglihatannya telah kembali ke dunia asalnya.
Dia tersadar jika semua yang dialaminya tadi hanyalah sebuah mimpi.
Sambil memegang kepalanya yang masih sedikit pusing, lelaki itu mulai bergumam penasaran dalam hati.
Apa maksud mimpi tadi?”
Teriakan seorang gadis yang cukup keras dari bawah mulai menghancurkan isi pikirannya. Nada teriakannya terdengar cukup kesal. 
“Cepat turun ke bawah, Angela Dwiputra!!”
Angela, lelaki yang baru bermimpi tadi mulai turun dari kasur sambil membalas teriakan gadis tersebut.
“Iya, Kak! Aku turun sekarang!”
“Cepatlah!! Apa kau ingin kesiangan sekolah!? Ini sudah hampir jam delapan!!”
“Iya iya, Kak! Aku baru mau mandi sekarang,” teriak Angela jengkel sambil berjalan menuju kamar mandi yang masih satu ruangan dengan kamar tidurnya.
Lelaki berambut putih itu mengambil sebuah handuk dekat pintu kamar mandi lalu mulai melepas pakaian dan membersihkan badannya.
Seperti lelaki pada umumnya, Angela tidak memerlukan waktu lama untuk membersihkan tubuh. Hanya butuh beberapa menit baginya untuk menyelesaikan kegiatan itu.
Setelah beberapa menit berlalu, terlihatlah Angela yang berjalan cepat menuju lemari dengan kondisi tubuh yang masih telanjang bulat.
Baginya, handuk yang sebelumnya ia ambil hanya berfungsi untuk mengeringkan tubuhnya yang masih basah.
Kemeja berwarna putih dengan lambang sains berbentuk segi delapan menempel rapi di tubuhnya. Celana berwarna hitam putih dan berkelas juga terlihat sudah ia pakai.
Kini dirinya terlihat lebih baik dari sebelumnya. Terlihat lebih segar dengan kedua mata tajam yang berwarna biru gelap. Warna rambutnya yang cukup langka terlihat berkelas dan menawan bagaikan mutiara kebiruan.
Angela berjalan menuju pintu keluar dan hendak membuka pintu kamar. Dirinya yang berniat turun ke bawah kembali dikejutkan oleh teriakan gadis di lantai bawah dengan nada semakin kesal.
“Angela!! Mau sampai kapan kamu di atas!? Ini sudah jam setengah sembilan!! Cepat turun atau Kakak hancurkan kamarmu sekarang!!”
“Berisik, Kak!! Aku sudah turun!!” teriak kesal Angela sambil membuka pintu. Dia berjalan cepat menuruni tangga dan melihat seorang gadis yang sudah berdiri di anak tangga paling bawah.
Rambutnya lurus panjang berwarna hitam, kulitnya yang hampir seputih salju, matanya yang menawan berwarna biru tua bagaikan lautan dalam samudera, dan tubuhnya yang begitu ramping seperti model di majalah terkenal.
Gadis yang memperlihatkan ekspresi kesal pada Angela saat ini adalah kakak kandungnya, Keisha Putri.
Dia benar-benar menatap tajam adiknya sambil membawa sendok sayur di tangan kanan.
“Aku sudah turun –“
“Cepat makan!!” hardiknya sambil menunjuk ruang makan. Tatapannya yang tajam tetap melekat pada sang adik.
“Ba-baik ...,” Angela membalas lirih sedikit khawatir dan ketakutan, lekas buru-buru berjalan menuju ruang makan.
Mereka mulai menikmati sarapan dan melakukan kembali aktifitas pagi seperti biasanya.
“Angela, bagaimana sekolahmu? Apa ada kendala dalam pelajaranmu?” tanya Keisha yang terlihat menggoda adiknya. Sepertinya, kemarahan beberapa menit sebelumnya pada Angela sudah lenyap.
Angela mulai mengeluh sambil mengalihkan pandangan. “Kenapa Kakak menanyakan hal itu? Apa Kakak sedang mengejekku?”
“Tidak, maaf, maaf. Aku hanya bercanda,” balas Keisha santai sambil terkekeh geli. “Hei, Angela. Mau sampai kapan kau memasuki sekolah itu? Kenapa tidak keluar dan bergabung dengan Pasukan Adjoin?” lanjut Keisha sedikit mengalihkan topik pembicaraan sambil tersenyum kecil menatap adiknya ini.
“Kakak macam apa yang menyuruh adiknya untuk berhenti sekolah? Lebih buruk lagi, kakak tersebut malah menyuruh adiknya untuk memasuki pasukan elit yang bertugas mengatasi para Kineser pelanggar,” tukas Angela ringan sambil tersenyum tipis menatap sang kakak yang mulai berwajah muram karena mendengar jawabannya.
“Tapi, Angela.... Percuma saja kamu memasuki sekolah itu jika hanya untuk mencari ingatan yang kau anggap hilang. Ka-kau tidak memiliki ingatan yang hilang dan ingatanmu baik-baik saja. Tidak ada yang aneh dengan masa lalumu. Apa yang ganjil dalam hati dan firasatmu itu hanyalah sebuah kesalahpahaman saja.“
Angela menghela napas berat seakan letih mendengar penjelasan yang sudah didengarnya berulang kali. Lalu dalam kurun waktu yang cepat, dia pun mulai memberikan tatapan serius dan berucap.
“Bukankah ini perjanjian kita, Kak? Jika Kakak tidak mau memberitahuku, maka biarkan aku yang mencari tahu semuanya sendiri.”
“Tapi— Keisha masih mencoba untuk meyakinkan adiknya, tapi
“Ini pembicaraan terakhir kita tentang masalah ini, Kak. Aku ingin berangkat sekarang,” sela Angela mulai berdiri dan berjalan meninggalkan kakaknya yang masih tampak khawatir. Tangannya masih mengepal erat ketika berjalan pergi meninggalkan ruang makan tersebut.
Angela mulai berangkat ke sekolahnya dengan berjalan kaki sendirian. Dirinya yang menginginkan hal itu meski teknologi canggih sudah berada di sekitarnya.
Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini langkah kakinya terhenti oleh sekelompok siswa dari sekolah yang sama dengannya. Siswa tersebut berjumlah tiga orang, dan salah satunya yang memiliki tubuh besar menghadang Angela.
“Apa yang kau inginkan dariku ...?” tanya Angela memejamkan mata, mencoba terlihat setenang mungkin menghadapi mereka.
“Berikan uangmu jika kau ingin lewat!” bentak salah satu siswa.
“Maaf, tapi aku tidak punya uang untuk diberikan padam –“
“Jangan bercanda, Bocah!! Apa kau ingin kupukul, hah!?” ancam siswa bertubuh besar itu.
"Bocah? Bukankah kalian juga masih bocah …,” batin Angela miris sambil melirik siswa bertubuh besar yang berada di samping kanan.
“Maaf aku sedang buru-buru, jadi permis –“ Angela mulai melangkahkan kakinya kembali dan berniat melewati siswa besar yang menghadangnya, akan tetapi…
BUAKKK!!!
Seketika perutnya mendapat hantaman yang cukup keras dari dengkul kiri milik siswa yang bertubuh besar. Membuat Angela jatuh tersungkur sambil memegang perutnya dengan ekspresi kesakitan yang jelas.
“Orang lemah sepertimu tidak diperkenankan untuk sombong, Kakek Tua!” ejek siswa lainnya yang bertubuh lebih kecil.
“Nah, sekarang cepat berikan uangmu!!” ancam kembali lelaki bertubuh besar sambil mengangkat kerah Angela dan bersiap memukulnya.
“Hei, berandalan tak berotak!!”
Tepat ketika tinju tersebut mulai melayang ke arah Angela, mendadak terdengar seruan marah seorang gadis di belakang mereka. Lelaki bertubuh besar itu pun mulai menghentikan aksinya.
 “Hah …?” perlahan, lelaki bertubuh besar mulai melirik sinis ke arah gadis yang berteriak itu.
“Kalau dia gak mau ngasih uang, ya udah jangan maksa!” bentak gadis asing itu dengan tatapan tajam yang tertuju pada siswa-siswa berandalan di hadapannya.
“Hah? Apa hubungannya denganmu jika kami memeras pengecut ini?!”
“Aku tidak punya hubungan apa-apa dengannya, bahkan aku tidak tahu namanya,” jawab gadis itu sambil melirik sinis Angela.
“Lalu kenapa kau ikut campur?! Apa kau ingin berlagak menjadi pahlawan?!“
“Mengganggu …,” geram gadis tersebut dan memejamkan mata. Suaranya terdengar pelan namun dengan nada yang cukup dalam.
Kelompok berandalan itu terlihat kebingungan melihat satu sama lain.
“Kalian menggangu pemandangan semua orang!! Lihatlah, mereka menjadi risih karena kelakuan kalian!!” lanjut gadis tersebut berteriak sambil menunjuk orang-orang di sekitar yang melemparkan pandangan merasa terganggu.
“Si-siapa kau berani menceramahi kami, hah!?” seru salah satu dari berandalan tersebut.
Kelompok berandalan itu mulai berjalan menghampiri si gadis. Kini gadis itu telah dikelilingi oleh kelompok berandalan yang sebelumnya menyerang Angela.
“Si-siapa aku katamu…?” gadis berambut hitam panjang itu kembali berucap dengan tekanan nada yang dalam. Dia juga terlihat memejamkan mata seakan sedang menahan amarah.
“Iya, siapa kau–“
“Dasar sampah!! Kalian tidak kenal siapa aku!?” sembur gadis tersebut sambil menatap tajam siswa bertubuh besar dengan matanya yang berwarna coklat..
“Hah!? Aku tidak mengenali orang sepertimu!“ lelaki bertubuh besar terlihat bersiap-siap memukul sang gadis, tapi…
“Tu-tunggu …,” siswa yang terlihat lebih kecil tiba-tiba berkata cemas menghentikan tindakan temannya yang bersiap melayangkan pukulan.          
Secara perlahan lelaki yang terlihat lebih kecil itu mulai mengamati sang gadis secara seksama.
“Hooo, kenapa berhenti?” senyum sombong si gadis asing.
“Rambut hitam bergelombang, mata berwarna coklat seperti karamel …. Tidak salah lagi, orang ini adalah gadis itu ...,” gumam siswa yang melihat gadis itu secara seksama sambil melangkah mundur seakan ketakutan.
“Gadis itu?! Siapa gadis yang kamu mak –“
“Ap-apa kau bodoh!? Dia adalah salah satu putri bangsawan di HoK, Shina Shilvana!!”
“Putri?! Maksudmu Kineser yang mencapai tingkat 3 itu?!”
“Ya, se-sebaiknya kita pergi! Aku tidak mau berurusan dengan para bangsawan seperti dirinya. Nyawaku yang menjadi taruhannya!” seru siswa bertubuh kecil dan berlari menjauh.
Teman-temannya pun ikut berlari menjauh ketika mereka mengetahui identitas si gadis asing.
“Dasar berandal...,” sindir Shina sambil melirik mereka yang masih berlari.
Kini Angela mulai berdiri dan berjalan pelan ke arah gadis bernama Shina itu. Dia tersenyum dan berniat mengucapkan terima kasih.
“Terima kas–“
“Astaga, Ini sebabnya aku membenci orang lemah,” ujar Shina memotong perkataan Angela saat meihat pemuda itu. Dia membalikkan badan dan berjalan cepat menuju sekolah terkenal yang bernama HoK .
“....”
Angela hanya tersenyum simpul setelah mendapatkan tatapan sinis Shina. Dia mulai berjalan mengikuti gadis itu karena tujuannya yang sama. Terus berjalan sambil memegang dada, bukan perutnya.
Perasaan di dadanya terasa amat sakit daripada perutnya. Jantungnya sungguh berdetak kencang, wajahnya terlihat sedikit memerah sambil memandang punggung Shina yang berjalan di depannya.
Lalu, beberapa menit setelahnya alarm tanda dimulainya pelajaran sudah berbunyi. Para siswa sudah memasuki kelasnya masing-masing untuk mengikuti kegiatan sekolah.
Seorang wanita paruh baya bernama Lina terlihat berjalan memasuki kelas Angela.
“Baiklah, aku akan meluangkan waktu d sini sebentar. Seperti yang kalian tahu Ibu adalah guru wali kelas A. Ibu di sini hanya sebagai guru pengganti sampai kelas kalian mendapatkan wali kelas kalian sendiri ...,” senyum Lina menatap seisi kelas tanpa terkecuali.
Siswa seisi kelas mulai memperhatikan guru Lina yang cukup rupawan.
“Langsung saja. Pengembangan dan cara memanipulasi ilmu kinesis atau biasa kita sebut DMSK menjadi pelajaran wajib bagi kalian di sini. Inilah yang membedakan HoK dengan sekolah lainnya. Kami menyediakan fasilitas pembelajaran untuk masalah ini,” lanjutnya melihat Angela dan yang lainnya.
Semua siswa yang berada di ruangan itu mengangguk pelan seolah membenarkan perkataan guru Lina.
“Sylvia, apa kau tahu sejak kapan kita, atau Kineser diketahui oleh dunia?” tanya guru Lina sambil melemparkan pandangannya pada si gadis berambut hitam panjang dan lurus.
“Se-sekitar tahun 2020, lebih tepatnya setelah bencana gempa hebat yang memakan korban 2/3 mahluk di bumi.”
“Ya, sejak saat itu mereka– para Kineser mulai menunjukan keberadaannya pada dunia. Sejak saat itu juga mereka mulai bekerja sama dengan pemerintahan dunia hingga seperti sekarang. Lalu Salsa, siapa yang menandatangani perjanjian perdamaian antara Kineser dan manusia normal?” tanya Lina melirik teman sebangku Sylvia.
“Dari pihak Kineser adalah Elica Ada Liviandra, mantan anggota pemerintahan baru saat ini. Sedangkan dari pihak manusia yakni ketua Perdamaian Dunia. Saat itu perdamaian dunia masih bernama PBB, Perserikatan Bangsa-Bangsa, ” jawab Salsa tersenyum manis.
“Ya, sepertinya kalian sudah tahu betul akan sejarah kemunculan Kineser di dunia. Sekarang pertanyaannya, apa guna Kineser di masa ini? Apa tujuan kalian memasuki sekolah ini? Dan apa yang ingin kalian capai jika bisa mengendalikan kemampuan kalian masing-masing?” tanya Lina sambil melontarkan tatapan serius pada Angela dan yang lainnya.
“Kita juga pasti tahu sendiri jika pandangan masyakarat saat ini pada Kineser berbeda. Kita mungkin berpikir akan diistimewakan karena memiliki potensi otak yang lebih besar, mungkin juga kita akan mendapatkan penghormatan karena pengolaan otak kita yang di atas rata-rata,” kembali Salsa mengangkat tangan kanannya dan menjawab.
“Kamu benar. Tapi sesungguhnya mereka bukan menaruh hormat pada kita, mereka hanya takut akan keberadaan kita, kekuatan kita. Mereka takut karena kita ini berbeda dengan mereka. Kalian tentunya juga sadar, jika Kineser sudah mencapai tingkatan 2, mereka sudah jauh dari kata manusia normal. Mereka sudah bisa mengendalikan kemampuan dan membuat skill sederhana mereka sendiri. Bahkan dalam beberapa kasus tipe tertentu, ada yang sudah bisa membunuh manusia,” senyum tipis Lina.
“....” Sylvia dan yang lainnya mulai menunjukkan wajah-wajah khawatir saat mendengarnya.
“Maka dari itu, pikirkanlah apa yang ingin kalian lakukan di masa depan. Pikirkan apa yang bisa kalian berikan pada masyarakat dengan kemampuan kalian itu. Ibu tidak menuntut kalian untuk harus berpatisipasi ekstrim dengan masyarakat. Tapi setidaknya, pikirkan timbal balik dari perbuatan kalian nanti. Tolong jangan membuat masalah yang merugikan orang lain dengan kemampuan kalian.”
“Ya, Bu!!” seru seluruh siswa yang berada di dalam kelas.
“Baik, sekarang kita akan membahas sedikit tentang <Development and Manipulating Science Kinesis>, atau biasa kita singkat dengan DMSK.”
Menanggapinya, seluruh siswa mulai menekan tombol android pada alat yang terlihat seperti jam. Dari jam itu muncul cahaya layar menu operating system.
Ya, itu adalah Smartbraning. Salah satu alat pembelajaran yang berkembang pesat pada satu dekade terakhir.
Selama satu jam lebih mereka mulai belajar seperti siswa pada umumnya.
Waktu pun berlalu begitu saja, jam istirahat yang diharapkan para siswa datang dengan sangat cepatnya.
“Pagi, Angela!!
“Ah!” seru Angela, lebih karena terkejut daripada kesakitan
Angela yang sedang melamun karena kejadian tadi pagi, mendadak terusik pikirannya oleh tepukan keras dari belakang.  Sahabatnya, Hizkil, dengan sengaja menepuk punggungnya keras-keras sambil menyengir lebar.
“Hahaha!!” Hizkil tertawa terbahak-bahak melihat  reaksi langka Angela. Dirinya seolah terlihat sangat senang melihat Angela yang pendiam memperlihatkan wajah terkejut seperti itu.
“Berisik! Itu tidak lucu, lagipula ini sudah hampir siang!”
“Ya, ya, maaf. Jadi, ayo kita pergi makan siang!”
“Ya…,” Angela menghela napas kecil lalu tersenyum simpul dan mulai berdiri dari bangku. Dia berjalan keluar kelas diiringi tatapan sinis dan tajam dari teman-teman sekelasnya.
Seperti biasanya, mereka berdua membeli makanan di kafetaria sekolah. Dan seperti biasanya juga pusat perhatian langsung tertuju pada mereka berdua, khususnya pada Hizkil. Lelaki berambut dan mata merah itu cukup populer di Highschool of Kinesis.
Mereka hanya membeli beberapa makanan di kafetaria untuk dimakan di atas atap yang tidak cukup jauh dari kafetaria.
Saat mereka sedang memakan makanannya, Hizkil nampak penasaran melihat Angela yang bersikap aneh tadi di kelas.
Angela, dari tadi kau sangat aneh. Apa kau sudah punya gadis yang kau incar?” tanya Hizkil asal lalu meminum air mineral yang ia beli sebelumnya di kafetaria.
Dengan nada datar sambil memakan roti coklat kesukaannya, Angela menjawab, “Sudah ....”
Burkgh uhuk uhhk!!” Hizkil tersedak karena kaget tak menyangka setelah mendengar jawaban singkat sahabatnya itu.
Dia tahu betul sifat Angela yang tidak pernah tertarik dengan seorang gadis. Dia juga tahu jika sang sahabat hanya terobesesi mencari tahu ingatannya yang hilang. Jawaban Angela tersebut benar-benar sebuah kejutan besar untuk Hizkil.
Angela hanya melirik Hizkil sekilas dengan tatapan tak senang, merasa terganggu dengan reaksi berlebihan sahabatnya.
“Siapa? Siapa!? Siapa orangnya!?” Hizkil bertanya kembali dengan sangat antusias.
“Jangan dibahas. Aku sudah tidak punya harapan dengan dia..., karena sepertinya juga dia nggak akan tertarik dengan lelaki sepertiku.”
Ayolah! Siapa dia, Angela?! seru Hizkil yang sudah telanjur begitu penasaran sampai mendekatkan wajahnya dan mencengkeram erat bahu Angela.
“Sh-Shina Shilvana, kelas X-A!!” teriak Angela kesal.
“Shi-Shina!? Maksudmu sang putri  bangsawan itu!?”
“Ya, dia orangnya. Kau puas?” Angela memalingkan wajahnya yang memerah, "Dan, singkirkan wajahmu itu!"
Aku tidak menyangka kalau tipe gadismu seperti itu,” ekspresi Hizkil berubah menjadi sedikit cemas lalu termenung.
“Sudah kuduga. Aku pikir..., aku memang kurang pantas untukny–“ ujar Angela dengan senyum yang dipaksakan lalu mulai  berdiri dan berjalan menuju pintu masuk.
“Tidak, justru sebaliknya Angela .
“Hah?” Angela menghentikan langkah dan berbalik, menatap keheranan pada Hizkil.
“Aku sering mendengar rumor buruk tentangnya dalam memperlakukan laki-laki. Menurutku dia yang kurang pantas untukmu.“
“Rumor bukan berarti kebenaran, itu mungkin hanya gosip yang sengaja dibeberkan tanpa kebenaran yang nyata,” Angela menjawab dengan tawa kecil yang seolah mengakhiri percakapan. Dia berbalik dan berjalan kembali.
Hizkil hanya bisa tersenyum dan menghela napas. Dia mulai berdiri sambil bergumam dalam hatinya.
Seperti biasanya yah, kau selalu memandang positif suatu hal .…”
“Tapi Angela .... Jika kau suka, kau harus segera ungkapkan perasaanmu itu. Laki-laki harus agresif!” tegas Hizkil lalu berlari mengejar Angela.
“Kenapa? Bukankah aku sudah bilang kalau aku kurang pantas untuk –“
Astaga, sudah kubilang itu tidak benar! Kau bahkan sangat pantas untuk dirinya! Aku yakin itu,” Hizkil menyemangati sambil menepuk pelan punggung Angela.
“Ya, mungkin aku harus lebih percaya diri?” tanya Angela sambil membalas senyuman Hizkil.
“Ya, kamu harus lebih percaya diri,” Hizkil mengiyakan sambil tersenyum pada Angela. Tapi sayang, senyumannya terlihat berbeda dari sebelumnya. Senyuman yang seolah menyembunyikan kesedihan yang cukup dalam dan entah bagaimana Angela bisa merasakannya.
“Kenapa wajahmu terlihat tidak senang–“
Tidak, bukan apa-apa,sankal Hizkil sambil mengepalkan kedua tangannya erat-erat.
“Begitu .…” Angela memasang wajah curiga.
“Tenang Angela, aku akan membantumu untuk mendapatkan Shina.”
“Ya, terima kasih .…”
Ketika istirahat kedua datang, Hizkil mulai berjalan menghampiri kelas Shina berniat meminta nomor kontak untuk diberikan pada Angela.
Tapi sayangnya, Shina menanggapi hal tersebut dengan mengira kalau Hizkil-lah yang sedang mencoba mendekatinya. Alhasil Shina ini menjadi senang bukan main, karena gadis populer seperti Shina ini ternyata menyukai Hizkil.

***
Shina masih belum mengetahui alasan Hizkil meminta nomor handphonenya. Dia masih menganggap jika lelaki berambut merah itu sedang mencoba mendekati dirinya.
Sedangkan Hizkil yang sudah mendapatkan nomor kontak Shina lekas berlari menuju kelas X-B, berniat memberikan langsung nomor tersebut kepada sahabatnya.
“Angela!!” panggil Hizkil berteriak dari luar kelas Angela. Semua orang di dalam kelas Angela pun terkejut dengan teriakannya yang tiba-tiba.
Lelaki bermata merah itu langsung menjadi pusat perhatian. Karena suatu alasan tertentu juga, tatapan tak senang mulai terarah pada Angela yang berdiri dari tempat duduknya yang terlihat diasingkan.
Angela mengabaikan tatapan mereka, berjalan menghampiri sahabatnya, dan tersenyum kecil menatap sang sahabat.
“Ada apa?” tanya Angela sambil menghentikan langkah di hadapan Hizkil.
“Aku sudah dapat nomor kontaknya, nih!” jelas Hizkil sambil memberikan sepotong surat kecil, berisikan nomor kontak gadis yang disukai Angela.
“Be-benarkah!? Bagaimana kau bisa mendapatkannya sesingkat ini?“
“Jangan pikirkan masalah sepele seperti itu, yang penting kau harus hubungi dia nanti. Ajak ketemuan, terus tinggal ungkapkan perasaanmu!”
“Ungkapkan!? Memangnya segampang itu, yah?” tanya Angela keheranan sambil menatap ragu sahabatnya itu.
Hizkil mulai memegang pundak Angela, memberikan tatapan meyakinkan padanya sambil berucap.
“Coba aja dulu, siapa tahu berhasil!”
“Kalau gagal?” tanya Angela sambil melepas tangan Hizkil dari pundaknya.
Lalu dengan senyuman yang aneh dan mencurigakan, Hizkil menjawab. “Coba lagi!”
“Hah?” hanya respon datar yang dikeluarkan Angela setelah mendengar jawaban Hizkil.
“Bukan 'hah heh hoh', kau lakukan saja seperti apa yang kukatakan. Pasti berhasil!” jelas Hizkil memberikan senyuman lebar dan mulai berjalan pergi meninggalkan Angela.
“Ya ya, baiklah …,” jawab Angela sambil masuk kembali ke kelasnya karena bel masuk sudah berbunyi dan pelajaran terakhir akan segera dimulai.
Di malam harinya dengan perasaan berdebar-debar, Angela mulai memberanikan diri untuk mengirim pesan pada gadis yang ia sukai.
”Selamat malam, ini dengan Shina Shilvana dari kelas X-A bukan?”
“Iya iya, ini pasti dari Kak Hizkil, yah?”
“Enggak, bukan. Aku Angela Dwiputra dari kelas X-B.”
“Oh, cuman kamu ternyata, tahu darimana nomor kontakku?”
“Dari temen aku hehe, kamu lagi ngapain?”
“Makan!”
 “Oh lagi makan yah. Besok, lebih tepatnya pas istirahat pertama kita boleh ketemuan di belakang halaman sekolah nggak? Ada sesuatu yang mau aku omongin.”
“Penting gak? Kalau enggak penting, aku males ah.”
“Penting kok ..., mau yah?”
“Ya udah deh, tapi jangan lama-lama.”
Malam yang penuh debar bagi Angela telah berlalu. Kini dia terbangun dengan wajah ceria yang belum pernah ia tunjukan sebelumnya.
Angela bangun lebih cepat dari biasanya, turun dari kamar dan membantu  kakaknya untuk membantu pekerjaan rumah.
Keisha yang melihat tingkah adiknya itu hanya bisa keheranan.
“Apa yang terjadi denganmu, Angela?” tanya Keisha sambil tersenyum bingung melihat Angela yang sedang menyapu lantai.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya merasa bersalah karena selalu menyusahkan Kakak ….”
“Benar-benar tidak seperti kamu yang biasanya, Angela,” ujar Keisha dan tertawa pelan. Kedua tangannya terlihat bergerak untuk merapikan piring yang baru ia bersihkan sebelumnya. “Apa ada hal yang baik terjadi padamu kemarin?” lanjutnya tersenyum melirik sang adik.
“Tidak ada Kak, hahahaha …,” Angela tertawa bahagia sambil menyimpan sapu pada tempatnya.
“Ya sudah, sekarang kamu mandi, biar Kakak yang menyiapkan sarapan.”
“Tapi aku berniat membantumu, Kak!“ sahut Angela cepat-cepat menatap Keisha yang bersiap-siap memasak.
“Bukankah tidak ada gunanya jika kamu masih terlambat? Cepat mandi sana!” Keisha menyunggingkan senyuman di wajah.
“Makasih Kak!” jelas Angela lalu berjalan ke kamarnya, bersiap-bersiap untuk berangkat sekolah.
Sambil memasak untuk sarapan, senyuman di wajah Keisha perlahan menipis sambil bergumam pelan dalam hatinya.
Syukurlah kamu sudah baikan, Angela….”
            Kedua tangan Keisha terlihat sedikit gemetar, kedua matanya terpejam rapat seolah berusaha keras untuk melupakan sesuatu. Kejadian yang melibatkan adik laki-lakinya itu.
Biasanya Angela hanya berjalan malas untuk pergi ke sekolah. Tapi hari ini dia tidak seperti biasanya.
Angela berlari ke arah sekolah dengan perasaan semangat, gembira, dan damai seolah dunia telah berubah untuk dia yang sedang jatuh cinta.
Dunia sungguh terlihat berbeda bagi Angela. Suasana hatinya benar-benar baik karena pertemuan yang dinantikannya dengan Shina.
Waktu berlalu sangat cepat hingga sampai istirahat pertama yang dinantikan oleh Angela. Selama pelajaran berlangsung dia tak dapat berkonsentrasi dan terus memikirkan pertemuannya nanti dengan Shina.
Ketika bel berbunyi keras, Angela lekas berjalan cepat keluar kelas, berjalan ke tempat yang sudah dijanjikan. Dia menunggu cukup lama hingga mereka berdua akhirnya bertemu.
Saat ini keduanya terlihat saling berhadapan. Hanya wajah Angela saja yang terlihat gugup.
“Jadi apaan yang mau diomongin sama aku?” tanya Shina ketus sambil membuang wajah dari Angela.
“An-anu, kau masih ingat kan waktu aku diperas sama siswa berandalan itu?”
“Ohh itu, ya aku ingat. Memangnya kenapa?”
“Sa-saat itu kau menolongku, jadi aku belum sempat bilang terima kasih,”
“Ya sama-sama, terus? Udah gitu doang? Gak penting banget,” Shina melirik Angela dengan sinis.
“Te-terus juga sejak saat itu aku udah mulai suka sama kamu, mau gak jadi pacar aku?” tanya gugup Angela dengan wajah yang semakin memerah.
            Dia menuruti apa yang Hizkil katakan dengan langsung mengungkapkan perasaanya pada Shina. Angela tergolong lelaki polos dan tidak terlalu mengerti tentang masalah itu.
            “Haaah?! Kamu?!” jawab Shina terkejut sambil menatap Angela dengan mata terbelalak.
            “Iy-iya,” jawab Angela tersenyum cemas karena berpikir jika dia sudah melakukan kesalahan.
            Untuk sesaat suasana hening datang, tidak ada dari keduanya yang kembali berbicara. Angela terlihat memalingkan wajahnya yang memerah, tapi sesekali juga mencuri pandangan pada Shina yang merasa terganggu.
            “Jadi bagaiman–“ 
“Ok, aku mau jadi pacar kamu kok."
Wajah Shina berubah dari yang tadinya memandang rendah Angela menjadi tersenyum kecil seolah menyembunyikan sesuatu. Dia melihat Angela dari kaki sampai kepala secara teliti. Nada perkataan sebelumnya terdengar cukup sombong.
"Be-benarkah?" tanya Angela terkejut seakan tidak percaya.
"Iya, emm ..., besok hari Minggu, kan? Jadi kita besok kencan, yah? Aku tunggu di depan sekolah kita, ” tanya Shina tersenyum sambil meninggalkan Angela.
            “Bo-bo-boleh,” jawab gugup Angela sambil melihat Shina yang berjalan pergi.
Angela berjalan cepat menuju kelasnya karena bel masuk telah berbunyi. Hatinya berdebar begitu cepat. Lelaki berambut putih kebiruan itu tak percaya jika Shina benar-benar menerima perasaannya.
Suasana hatinya saat itu benar-benar sangat baik hingga kesulitan merubah raut wajahnya yang terus tersenyum bahagia.
Selama pelajaran berlangsung pun dia hanya memikirkan bagaimana rencana kencannya dengan Shina nanti. Karena hal tersebut, dia sampai tidak konsentrasi pada pelajaran dan tanpa disadari kelas telah berakhir hingga memasuki jam istirahat kedua.
            Pada jam istirahat kedua tersebut, Angela pergi ke Kafeteria untuk mengisi perutnya. Di sana dia bertemu dengan sahabatnya Hizkil yang sedang bersama dengan teman-temannya.
Anak populer memang terlihat berbeda yah,”  batin Angela tersenyum bahagia melihat sang sahabat.
            Dia lekas pergi menjauhi Hizkil karena takut menghancurkan suasana, tapi saat Angela akan pergi meninggalkan Kafeteria, dirinya lebih dulu terlihat oleh Hizkil.
Alhasil Hizkil pun mulai beranjak dari kursi, berteriak memanggil namanya hingga membuat semua orang di Kafeteria itu terkejut.
            “Angela! Woi!” Hizkil berlari menghampiri Angela.
            “Ap-apa?” Angela terlihat gugup karena mendapatkan tatapan cukup tajam dari seluruh pengunjung Kafeteria.
            “Udah hubungin si Shina?” 
            Aku sudah mengontaknya, udah ketemuan juga ..., ” jawab Angela tersenyum bahagia karena mengingat kembali kejadian sebelumnya.
“Keren! Kau tersenyum, Angela?! Langka banget? Jangan bilang kalau kau udah jadian sama Si Shina.”
            “Iy-iya hehe, ” jawab Angela sambil tertawa kecil malu-malu. Perasaan bahagianya tidak bisa ia tampung sendirian dan ingin membaginya dengan sang sahabat.
            “Woah, aku turut senang! Selamat, yah!” Hizkil ikut tersenyum bahagia. Memegang pundak sahabatnya hingga membuat seisi kafetaria semakin menatap khawatir keduanya.
            “Hahahaha, tapi ini semua berkatmu, makasih yah,” Angela hanya tertawa sambil melepaskan kedua tangan sahabatnya, merasa risih dengan tatapan dari sekelilingnya.
            “Enggak lah, aku enggak berbuat banyak kok. Ini semua karena dirimu sendiri.”
“Justru kaulah yang sudah mendorongku sampai sejauh ini.”
“Haahahaha, ya sudahlah jika kau memang berpikir seperti itu.”
“Hmm ..., kamu udah ajak dia jalan belum?” lanjutnya bertanya penasaran.
            “Udah, malahan dia yang ngajak.”
            “Ehh, se-seriusan?! Masa?” Hizkil terkejut lalu diikuti dengan wajah cemas.
Angela hanya merespon perkataan Hizkil dengan senyuman dan anggukkan kepala.
“Ohh gitu, kau mau kemana sekarang?” lanjut Hizkil kembali bertanya.
            “Toilet.”
            “Bagus kebetulan, aku juga mau ke sana,” sahut Hizkil sambil tersenyum merangkul pundak sahabatnya.
            “Pembohong,” tuduh Angela sambil tersenyum simpul lalu kembali berjalan.
            “Seriusan deh, aku juga mau ke toilet, hahaha,” senyum lebar Hizkil yang diakhiri dengan tawa.
            “Ya ya ya,” senyum Angela menutup mata sesaat.
            Pada saat itu Angela merasa sangat bahagia karena sudah bisa hidup sampai saat ini. Dia akhirnya bisa merasakan rasa cinta. Hubungan ini merupakan pengalaman pertama baginya, dan mulai menyadari betapa indahnya orang yang sedang jatuh cinta.
            Tapi kebahagiaan itu akan hilang dalam sekejap ketika dia pergi ke toilet bersama sahabatnya. Dia tidak sengaja mendengarkan percakapan Shina dengan temannya Eliza di dalam toilet perempuan.

***