PROLOGUE
(Translater : Orion)

Part 1
Angin yang bertiup dari pesawat yang terbang tinggi berhembus ke arah ladang gandum yang ada di bawahnya, beriak seperti gelombang emas.
Mengikuti pergantian musim, tanaman muda yang menutupi permukaan tanah seperti karpet juga mulai berubah menjadi karpet mewah yang berwarnakan kuning keemasan. Sedengkan ladang lain sedang mengalami ancaman akan gagal panen, hanya ladang ini saja yang tampaknya diberkati dengan hasil panen gandum dan anggur yang sangat melimpah.
“Ara, ini semua berkatmu, [      ]-sama, hingga kami bisa memanen hasil yang bagus tahun ini!”
Seorang petani tua yang membantu memanen berkata, tersenyum KEPADANYA sambil menatap ke arah ladang.
DIA hanya menanggapinya dengan tersenyum. Terlahir sebagai salah satu kerabat jauh dari keluarga kerajaan, satu - satunya hal yang DIA bisa sombongkan hanyalah tanah ini.
Meskipun DIA terlahir sebagai seorang bangsawan, masyarakat pada saat itu percaya akan pepatah bahwa ‘Seorang perempuan tanpa bakat adalah kebajikan’, keberadaannya hanyalah sebagai alat di keluarganya. Dan masa depannya kalau tidak menikahi atau dijodohkan ke pria kaya.
Hanya sebuah pion lain untuk menjalin hubungan dengan keluarga lain agar mengamankan kekayaan keluarganya---itulah nilai seorang anak perempuan di mata keluarganya.
Tanah KELUARGANYA terletak di perbatasan negara dan tidak ada sekolah atau biara perempuan di sekitarnya. Orang – orang di SEKITARNYA hanya melihat DIRINYA sebagai “Perempuan yang lahir untuk melanjutkan garis keturunan yang berikutnya”.
DIA yang dibesarkan di perbatasan tidak mempunyai teman sesama bangsawan dan akhirnya, DIA mencari anak – anak dari para pembantu untuk bermain dengannya.
Dengan campuran antara sikapnya sebagai bangsawan dan seperti laki – lakinya (tomboy), DIA bermain di ladang dengan lumpur, sambil belajar cara bertani gandum.
Karena kakeknya adalah orang yang menyukai buku, DIA belajar sendiri caranya membaca dan menulis, dan membaca banyak koleksi buku yang kakeknya tinggalkan. Ada satu buku belum terbuka yang ditinggalkan oleh kakeknya untuknya dimana didalam buku tersebut terdapat cara baru bertani yang DIA coba tanpa sepengetahuan ayahnya. Jika ayahnya mangabaikan trend yang ada saat itu dan MENGIZINKANNYA untuk mempelajarinya, nasib dari keturunan keluarganya mungkin akan berubah.
Hasil penelitiannya adalah hamparan padi emas yang bergoyang tertiup angin di depannya. Panen melimpah yang telah jarang terjadi akhir – akhir ini membuat para petani bersuka cita, dan tanpa memandang usia dan jenis kelamin, mereka berkerumun di SEKITARNYA, memuji – muji dirinya.
“[     ]-sama benar – benar hebat! Meskipun akhir – akhir ini panennya sedang buruk.”
“Tidak banyak sinar matahari yang mennyinari dalam beberapa tahun terakhir. Melihat keadaan tanah yang begitu buruk hingga sampai tidak bisa dipakai untuk bertanam, kita hampir menyerah pada saat itu.”
“Menurut rumor yang beredar, ada petani yang tidak akan bertahan dari musim dingin dikarenakan wabah yang menakutkan dan menular...... Benar – benar deh, jika bukan karena [     ]-sama di sini, tidak ada yang tahu apa yang mungkin akan terjadi......”
Anak – anak yang seusia dengannya, membungkuk seperti nenek – nenek, semuanya berulang kali berterima kasih atas berkah yang DIA bagikan kepada mereka. Dari hal itu, seseorang bisa menebak seberapa buruk panen sebelumnya di sini dalam beberapa tahun belakangan ini.
Dalam beberapa tahun terakhir musim dinginnya menjadi lebih parah dan para petani tanpa persediaan makanan yang cukup satu persatu meninggal karena wabah. Penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh pekerjaan yang menyiksa ditambah dengan berkurangnya pasokan makanan selama beberapa tahun terkahir.
Tapi tidak perlu khawatir dengan masalah seperti itu tahun ini.
Melihat kerumunan orang yang penuh dengan senyuman, DIA merasa sangat bangga dan gembira akan hal itu. -----------Keho. Dia terbatuk dengan pelan.
“.................?”
DIA meletakkan tangannya di dahinya. Sepertinya DIA terserang flu, DIA berkata pada dirinya sendiri.
Apakah karena cara bertani baru yang sukses DIA terlalu banyak bekerja hingga membuatnya kelelahan dan sekarang dirinya terserang flu?
Kalau DIA pikir – pikir lagi, DIA tidak beristirahat dengan baik akhir – akhir ini. Pada dasarnya, DIA menghabiskan waktu sepanjang tahun ini untuk belajar cara bertani dan bahkan bekerja berdampingan bersama para pembantunya untuk membangun kembali ladangnya.
Harusnya aku beristirahat untuk memulihkan kembali kesehatanku dulu.
Dan ketika aku sudah sembuh, aku akan bekerja bersama mereka agar  membuat lahan ini tumbuh subur dan bisa ditanami oleh tanaman kembali.
Satu tahun kemudian, lima tahun kemudian, dan sepuluh tahun kemudiian. DIA berjanji di dalam hatinya agar DIA ingin terus tinggal di tanah ini.
-----------Tapi pada saat itu, DIA tidak tau apa yang akan menimpanya.
Janjinya akan berubah menjadi kutukan hanya dalam beberapa hari.
Dia yang mencintai tanah ini lebih dari siapapun, akan mengutuk dan membenci tanah ini lebih dari siapapun juga.
-----------Biarkan keluargaku terkutuk hingga ke akar – akarnya.
-----------Biarkan bencana menyerang dan meluluhlantakkan tanah kita.
Mati, mati, kalian semua harus mati.
Terjangkit penyakit dan kesedihan yang mendalam lebih dari pada siapapun.
Tenggelam ke dalam lubang kesepian yang gelap dan dalam.
Dengan jeritan kematian dari ribuan kebencian, orang – orang yang mencintainya membunuhnya.
Ini adalah asal – usul dari Raja Iblis------ gadis yang mewakili delapan puluh juta roh jahat.
Gadis ini yang nantinya akan dikenal sebagai “Black Percher”.


Part 2
---Kolam dari Pohon air [No Name].
Tetesan air yang berkilau bergulir dari ujung daun hutan baru.
Mungkin itu karena hujan yang terus turun selama lima hari berturut – turut di daerah ini, hal ini menjadi pembicaaraan di kota karena mereka mengira apakah peningkatan hujan buatan disebabkan karena pergantian Floor Master di Sisi Timur.
Namun dengan bergantinya [Floor Master] dari Dewa Matahari ke Dewa Air Kuno, perubahan seperti ini sudah di duga dan para para penduduk juga menerimanya dengan tenang. Sedangkan, sebagaian besar anggota dari [No Name] berlari ke dalam ruangan dengan terburu – buru dikarenakan hujan yang terjadi secara tiba – tiba akhir – akhir ini dan kelompok yang tertinggal akhirnya berlatih lebih sedikit daripada biasanya.
Dengan pagi ini yang tanpa awan dan menjadi hari yang cerah untuk memulai sesuatu, kelompok senior, kelompok pelayan, dan Ketua Komunitas Jin Russel sedang menanam kembali bibit padi yang mereka beli untuk sawah mereka.
Setelah mengganti pakaian pelayannya dengan pakaian bertani padi dari Jepang, Percher mengeluh setelah menyelesaikan bagian pekerjaannya. “......Betapa merepotkannya. Menanam kembali tanaman yang sudah bertunas, gandum lebih baik daripada ini.”
“Percher...It...Itu tidak benar”.
Lily yang juga telah selesai dengan bagiannya, tidak setuju dengan pendapat Percher sambil menggoyangkan kedua ekornya.
Terbagi antara pilihan makanan Eropa dan makanan Jepang, keduanya selalu bertengkar tentang hal ini.
Percher selalu menyajikan roti yang baru dipanggang saat dia bertugas mempersiapkan makanan untuk Komunitas sedangkan Lily selalu menyiapkan makanan ala Jepang yang harus dilengkapi dengan bahan pokok utama yaitu nasi.
Tapi keseimbangan ini akan segera berakhir dengan selesainya sawah ini.
Mungkin itulah yang menjadi alasan kenapa suasana hari Percher menjadi buruk ketika dia membantu di sawah.
“Baiklah. Bagaimanapun, lahan selanjutnya yang sudah siap untuk ditanami, harus ditanam dengan gandum.”
“Ta, tapi komunitas kami selalu menanam padi selama ini........”
“Tak ada ‘tapi – tapian’. Aku sudah memeriksa dan hasilnya adalah pilihan makanan Eropa dan Jepang rasionya sama, 5:5. Jika kau bersikeras, aku akan memimpin setengah dari kelompok senior untuk mogok kerja.”
*Au*, Lily tertunduk.
Dibandingkan dengan yang ada di kelompok senior dimana tugas utamanya adalah membantu pekerjaan rumah dan bekerja di ladang, tugas dari kelompok pelayan adalah membantu kelompok utama. Sederhananya, kelompok pelayan mempunyai kewenangan lebih dalam hirarki komunitas.
Lily berbicara kepada Percher dengan setara karena dia adalah pemimpin dari kelompok senior, namun anak – anak yang lain takut kepada Percher karena kewenangannya.
Jin, yang mengawasi pekerjaan di ladang menghela nafas saat ia memotong percakapan mereka berdua.
“Percher, Lily. Sebagai dua orang yang dipercaya untuk menyiapkan makanan bagi rekan – rekan mereka di Komunitas, kalian seharusnya tidak perlu berkelahi. Tolong tenang dan dengarkan pendapat satu sama lain dan...”
“Oh, benarkah? Mana yang lebih kau sukai, Jin?”
.......Eh? Jin tiba – tiba menghentikan perkataannya.
Percher menggunakan kesempatan ini untuk bergerak ke belakang Jin dan mengunci kedua bahunya dalam genggamannya.
“Lily. Mari biarkan Jin, sang pemimpin, yang memutuskan ini agar adil dan jujur. Tanah komunitas ini terbatas. Jika ia yang memutuskan bagaimana hal ini akan dibagi, bukankah dengan begini kita bisa menerima keputusannya tanpa ada dendam di antara kita?”

“Tu...Tunggu sebentar, Percher.......!!”
“Percakapan ini cukup sampai disini!”
Seseorang yang mengganggu pembicaraan mereka kali ini adalah pelayan [No Name] yang menempati nomor ketiga.
Shirayuki-hime sang Dewi Ular, melompat dan mendarat hingga menciptakan percikan air sambil membusungkan dadanya saat dia mengutarakan keberatannya.
“Lily, Aku mendengarnya juga! Telinga rubahmu tidak perlu mendengarkan perkataannya! Dibandingkan dengan kita yang memilih untuk memakan makanan Jepang, makanan barat tidak lebih dari sekedar debu! Lebih percaya dirilah dan bantah kata – katanya!”
Bishi! Shirayuki-hime menunjuk ke arah Percher.
Percher melotot balik ke arahnya dengan perasaan marah sambil mendecakan lidahya.
Lily yang panik mendengar nama ‘Aliansi untuk memakan makanan Jepang’ untuk pertama kalinya.
Dan Jin yang terjebak di antara keduanya merasa hal yang buruk akan segera terjadi. Karena keduanya, yang masing – masing keras kepala dengan argumen mereka, sama seperti pertarungan antara api dan es.
“T, tunggu, tolong tenangkan diri kalian dulu”
“Yup. Tenanglah, dasar Ular berdada besar. Jin menginginkan makanan Barat. Jika kau masih ingin berdebat......Kenapa tidak kau lakukan setelah kau bisa memotong kubis dengan benar.”
“Diam! Aku bisa melakukannya dalam waktu dua jam! Dan siapa yang kau panggil Ular berdada besar, dasar bodoh!!!”
“Shi, Shirayuki-hime tolong tenangkan dirimu! Bukannya kemarin kau menghabiskan waktu sampai lima jam dan belum selesai juga?!”
Lily memeluk Shirayuki-hime yang terlihat gelisah dari belakang.
------Kebetulan juga karena Shirayuki-hime yang ceroboh mempersipkan dua puluh empat kubis, makan malam kemarin jadinya berubah menjadi perjamuan makan yang hanya di isi oleh kubis sebagai bahan utamanya.
“Jadi, apa pendapat pemimpin kita? Makanan Barat? Makanan Jepang?”
“Hey! Bbiasanya seseorang tidak akan bertanya seperti itu pada saat ini kan?”
“Bocah, tidak perlu mempertimbangkannya lagi! Makanan yang dipersiapkan dengan gaya Jepang adalah makanan standar di komunitas kami dan itulah yang harusnya kau katakan kepada papan cucian itu!”
Saat Shirayuki-hime mengatakan hal tersebut, Percher menjadi semakin marah.
“......Diamlah, Ular berdada besar. Tubuhku berdasarkan gadis berusia dua belas tahun, jadi jika aku memiliki payudara besar seperti itu akan menjadi mengerikan.”
“Ha dan kupikir kau ingin berkata apa! Jika kau memakan maskan Lily yang enak setiap hari, tubuhmu akan berkembang! Tapi karena kau masih seperti papan cucian, kau seharusnya lebih banyak makan nasi dan kacang!”
“Uu...........Jangan bodoh. Aku selalu minta tambahan ketika Lily bertugas untuk menyiapkan makanan.....!!”
Mishimishimishi! Jin seketika merinding.
Diserang dengan cacian yang begitu banyak membuatnya terdiam, Jin berulang kali menepuk tangannya, tapi Jin sudah tidak fokus dengan apa yang terjadi.
Dengan niat jahat yang masih terlihat di matanya, Percher tersenyum dengan kaku.
“Baiklah. Karena kita berdua tidak ada yang mau mengalah..... Mari kita putuskan dengan cara Little Garden.”
“......Oh? Aku mengerti, ide yang sangat bagus. Aku berpikir untuk mengajarkanmu agar memperlakukan seniormu dengan benar.”
Melotot satu sama lain, keduanya mengeluarkan niat membunuh mereka. Sekarang Jin benar – benar mulai panik.
Angin puyuh hitam bermunculan di sekitar Percher.
Sementara pusaran air menari – nari di sekitar Shirayuki-hime.
Jika keduanya bertarung dengan kekuatan penuh, kerusakannya bukanlah hal yang bisa ditertawakan lagi. Selain ladang air yang baru dibuat, bahkan kelompok senior yang sedang sibuk memanen akan terjebak dalam pertarungan ini.
Keduanya saling terus menatap satu sama lain. Hingga saat ini, Jin mulai berpikir cara apa yang harus ia gunakan untuk menghentikan mereka dan apakah hal ini sampai harus membuat ia menggunakan kewenangannya sebagai pemimpin---
“Kalian berdua. Apa yang kalian lakukan.”
Keduanya langsung terdiam. Tapi ini tak terhindarkan.
Tepat pada saat mereka berdua akan segera bertarung, bayangan dari pedang yang bisa memotong besi seperti mentega menghalangi tepat di tengah – tengah mereka dengan kecepatan yang lebih cepat daripada suara.
Keduanya dengan canggung berbalik untuk melihat ke arah datangnya sumber suara itu.
Di jalan yang menuju ke hutan, pemimpin dari kelompokp pelayan, Kepala Pelayan Leticia, menatap mereka dengan mata merahnya.
“Baiklah. Aku datang kesini mendengar keributan.........dan mendengar suatuh hal yang sangat menarik. Aku tidak tahu kalau kalian berdua begitu dekat hingga meninggalkan pekerjaanmu dan bermain – main.”
“Tapi aku menyelesaikan bagianku.....”
“Diam.”
Senyum kecil yang terlihat di wajah Leticia langsung menghilang saat dia menatap tajam ke arah keduanya.
Itu adalah perintah yang tidak boleh dipertanyakan lagi dan Percher langsung terdiam.
Sepasang mata merah yang menyembunyikan niatnya. Dia jelas – jelas marah. Menunjukkan kemarahan seperti ini sangat jarang bagi Leticia. Tapi wajar saja, dia menjadi Kepala Pelayan seminggu yang lalu dan mereka sudah mulai ingin menghancurkannya, bahkan dengan sikapnya yang ramah, dia pasti akan marah. Dan baru saja, tampalnya dia tak segan – segan untuk melukai seseorang.
Percher yang dulu mungkin tak akan ragu, tapi Percher yang sekarang tidak setara untuk bertarung melawan Leticia. Lagi pula, Leticia sekarang mempunyai Gift dari bayangan naga. Melawannya hanyalah ide yang buruk.
Percher enghilangkan angin puyuhnya, dan Shirayuki-hime juga melakukan hal yang sama pada pusaran airnya.
“I, Ini tidak seperti kelihatannya Leticia-Dono! Kami bukannya bersaing dengan kekuatan kami! Kami mencoba menyelesaikan permasalahan ini menggunakan cara yang damai dan seperti pelayan pada umumnya....”
“Hou? Game pelayan. ........Aku mengerti. Itu bagus. Ini mungkin akan menjadi referensi yang bagus untuk delapan perintah bagi kelompok pelayan yang sedang kubuat.”
Sambil tersenyum saat rambut emasnya tertiup oleh angin, Leticia berkata kepada mereka:
“Lalu, mari kita kembali ke Markas Besar dan mulai Game-nya. Pemenangnya adalah siapa yang bisa bersikap lebih seperti pelayan. Yang kalah harus mengerjakan bagian pekerjaannya dua kali lipat selama sebulan penuh.”
“ “Apa?!” “
“Mari kita lihat----Oh iia. Kita mulai dengan siapa yang lebih baik dalam membuat dan menyajikan teh. Aku akan menilainya dengan sangat teliti, jadi bersiaplah.”
Menangkap kedua orang yang hendak lari dengan begitu mudahnya, Leticia bergegas menuju ke markas.
Karena ditinggalkan, Jin dan Lily menatap kelompok pelayan dengan tatapan bingung di wajah mereka.
Setelah seperti itu terus selama beberapa saat, Lily mendapat sebuah ide dan menyarankan.
“.....Um, Jin-kun. Aku punya saran, apakah tidak apa – apa?”
“Ya. Selama itu tidak ada hubungannya dengan mendukung jenis makanan dari salah satunya.”
Jin mengangguk seperti kelelahan.
Idenya Lily adalah:
“Untuk sementara ini......Kupikir kita bisa menggunakan Masakan Cina sebagai tema sajiannya.”
“........Un. Kupikir itu ide yang bagus.”
Tersenyum lemah, Jin setuju dengan idenya Lily.
Setelah memeriksa untuk melihat kelompok senior lainnya sudah menyelesaikan tugas mereka, keduanya bergabung dengan mereka bertindak seolah – olah tidak terjadi apapun.
------Di bawah langit yang cerah tanpa ada satu awanpun yang terlihat, kelompok yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka untuk hari ini duduk bersama menikmati udara sejuk setelah hujan sambil memakan makan siang mereka dengan santai.
Hari ini [No Name] damai seperti biasanya.