JALAN MENUJU IBU KOTA (2)
(Translater : Hikari ; Editor Gian)

Di depanku, satu ekor putih yang lembut sedang berkibas-kibas.
Mururu sedang duduk di sebuah kursi tanpa jubah yang dia kenakan sebelumnya, sehingga kakinya yang sehat, bokongnya yang ditutupi celana pendek dan ekor yang mencuat dari baliknya benar-benar menggoda mata.
Di depan Mururu adalah meja penerima guild. Dia pasti cemas tentang apakah permintaan yang dia ajukan akan diterima atau tidak.
"Kau sebaiknya tenang sedikit." (Renji)
"Itu susah."
[Dia seperti seorang anak kecil.]
Benar. Aku setuju dengan Ermenhilde.
Aku menaruh permintaan itu dengan namaku, tapi mungkin hanya aku, Mururu dan Feirona yang pergi ke ibu kota. Nona Francesca adalah seorang murid bagaimanapun juga dan aku tidak bisa membuat seorang putri bangsawan buru-buru ke ibu kota.
Kami hanya sedikit tapi karena ini berkaitan dengan Dewa Roh, kami harus cepat-cepat.
Setidaknya itulah yang Feirona putuskan. Saat ini, dia sedang pergi berbelanja dengan Nona Francesca untuk persiapan perjalanan.
Kami mencoba menaruh sebuah permintaan di guild, berharap mendapat seorang penyihir untuk ikut bersama kami, tapi aku ragu siapapun akan mengajukan diri.
Tidak peduli seberapa terkenalnya namaku, tidak akan ada seorangpun yang akan ikut mengawal ke ibu kota hampir secara gratis. Pada saat-saat seperti ini, hal-hal praktis seperti uang adalah hal yang lebih penting daripada sesuatu seperti gelar seorang Pembantai Dewa atau Pahlawan.
Ada batasan seberapa banyak uang yang aku dan Feirona miliki dan juga, meskipun ini adalah permintaan dari Dewa Roh, seseorang tidak akan siap untuk menghabiskan seluruh tabungannya untuk Mururu yang hanya seorang kenalan saja. Bahkan setelah permintaan ini selesai, fakta bahwa Mururu tidak punya uang tidak akan berubah. Karena tidak ada hadiah, itu hanya akan menciptakan masalah untuk mata pencahariannya nanti.
"Kuharap kita bisa mendapat beberapa rekan."
"Yah, semoga."
Berkata demikian, aku menjentikkan Ermenhilde dengan jariku.
Dia terbang di udara dengan suara kering dan saat aku menangkapnya——itu adalah Ekor. Aku sudah menduganya sejauh itu.
Mendengar suara itu, Mururu berbalik ke arahku. Telinga serigalanya berkedut, membuatnya terlihat sangat menghibur.
"Apa yang kau lakukuan?" (Mururu
"Menguji keberuntungan."
"Aku mengerti. Kuharapa kau mendapatkan hasil yang bagus."
Dan kemudian, dia tersenyum seperti seorang anak kecil yang polos. Dengan penilaian yang berbeda dari Ermenhilde, aku sekali lagi merasa bahwa dia benar-benar seorang anak kecil. Setelah menunjukkan padaku senyuman itu, dia sekali lagi berbalik ke arah konter.
Ekor putihnya mendorong naik jubahnya dan menunjukkan kaki indahnya yang tersembunyi di baliknya.
Menghela napas, aku mengalihkan tatapan ke arah catatan-catatan kecil dari permintaan misi penaklukan yang terkumpul. Aku hanya melihatnya untuk menghabiskan waktu, tapi kurasa mungkin aku sebaiknya menerima salah satu, mengingat dompetku sedang kosong. Aku juga ingin tahu seberapa terampilnya Mururu di pertarungan. Untuk seorang beastwoman yang melakukan perjalanan sendirian, dia seharusnya sangat berpengalaman.
Dunia ini sangat praktis hanya di saat-saat seperti itu. Kau bisa mendapatkan banyak uang hanya dengan memburu monster-monster. Semakin kuat monsternya, semakin besar hadiahnya juga. Dan itu tidak membutuhkan banyak waktu juga.
"Yah, jangan terlalu banyak berharap."
"Tapi aku mau."
Kurasa ini adalah pertama kalinya dia berpergian seperti ini. Setelah aku mentraktirnya makan, dia telah melihat-melihat ke mana pun dengan penasaran. Bagaimanapun semua hal di sini baru baginya. Aku bisa mengetahui hal itu dari mengamatinya.
Beastmen—Werewolf seperti Mururu, ada yang lainnya dengan karakteristik macan, beruang, atau kelinci juga. Mereka tidak satu spesies seperti Manusia. Mereka adalah sebuah komunitas yang terbentuk dari beragam tipe spesies.
Perbedaan terbesar antara Beastmen dan demi-human atau manusia adalah bahwa mereka tidak menggunakan uang. Mereka bergantung pada kegiatan barter sebagai gantinya. Karena itulah gadis ini tidak pernah merasa panik ataupun marah setelah uangnya dicuri. Bahkan sekarang, dia berpikir bahwa seseorang pasti akan membantunya.
Karena inilah meskipun ada perdagangan antara Elf atau Dwarf dan manusia, tidak ada banyak interaksi dengan beastman. Aliran uang adalah hal penting bagi masyarakat bagaimanapun juga. Keuntungan dari setiap transaksi akan semakin memperkaya negara dan itu pada akhirnya akan membuat hidup banyak orang lebih baik.
Benar, barter dan kepercayaan terhadap tetanggamu juga penting, tapi itu saja tidak akan mengembangkan masyarakat.
Karena itulah, tidak seperti demi-human, tidak ada banyak interaksi dengan Beastman. Para Beastman benar-benar keluar dari dunia mereka dengan cara di mana mereka sanggup memenuhi kebutuhan diri sendiri. Ada beberapa yang keluar karena rasa ingin tahu terhadap dunia luar atau karena pekerjaan seperti Mururu, tapi mereka adalah minoritas.
——atau begitulah caraku melihatnya, untuk lebih tepatnya. Yah, pendapatku juga berubah banyak di tahun yang lalu. Ada sangat sedikit Beastman di Kota Sihir. Aku dapat melihat mereka sesekali sambil berjalan mengelilingi distrik. Mengikuti tren, mungkin ada yang lainnya di kota lain dan ibu kota juga.
Kurasa dunia ini juga berubah, sementara aku mengundurkan diri ke pinggiran desa yang terpencil.
[Santai sekali. Aku lebih khawatir tentang apa yang harus dia antarkan pada Yuuko, kau tahu.]
Yah, itu benar kurasa.
Hubungan antara sang Dewi dan Dewa Roh tidaklah buruk, tapi juga tidak bagus.
Selama perjalanan kami, mereka bahkan awalnya bermusuhan……dan tidak juga, tapi ada perselisihan. Ada beberapa kali kami berakhir dengan bertarung melawan para pendeta mereka dan terluka juga.
Bagi Dewa Roh, mengirimkan sesuatu pada Utano-san yang adalah seorang utusan Dewi adalah hal yang aneh. Yah, itu pasti sesuatu yang merepotkan tentunya, instingku berkata begitu.
Sejak awal, 'Permintaan dari Dewa' ini sendiri terdengar mencurigakan. Pertama, kami mendapatkan 'permintaan' dari sang Dewi untuk mengalahkan Dewa Iblis dan bahkan mendapat tuntutan yang lebih tidak masuk akal lagi sepanjang perjalanan. Bagiku, adalah hal yang lumrah untuk bersikap waspada.
Saat aku memikirkan hal lama semacam itu, pintu ayun guild berderit terbuka dan Nona Francesca dan Feirona kembali. Guild menjadi sedikit berisik karena kemunculan kombinasi orang-orang yang rupawan ini.
"Yō, bagaimana?" (Renji)
"Untuk sementara ini, aku meminta makanan untuk sepuluh hari. Itu akan siap besok." (Feirona)
"Kalau begitu, yang tersisa tinggal transportasi, ya?"
Makanan untuk sepuluh hari. Sekalipun itu hanya daging kering atau makanan yang diawetkan atau semacam yang lainnya, itu akan sangat berat. Kita memerlukan kuda.
Untuk kuda, meskipun itu tergantung dari kualitasnya, kita akan memerlukan koin emas daripada koin perunggu. Sudah jelas tidak ada mobil di dunia ini, dan alat transportasi hanyalah kuda atau gerobak kayu. Sudah jelas harganya lebih tinggi dalam hal itu. Belum lagi kami memerlukan dua kuda. Dan mengikuti tingkat harga di Kota Sihir, dompetku akan kosong. Dompet Feirorna juga sudah terpakai untuk memesan makanan.
Menghela napas, aku berdiri. Tidak peduli seberapa banyak aku mencoba menghemat, itu pasti segera dihabiskan di suatu tempat. Aku merasa ingin menangis karena fakta itu.
Kalau begitu tinggalkan saja ini, itulah yang Ermenhilde akan katakan tapi Penyihir Wanita dari Ibu Kota—Utano-san, begitu namanya muncul, aku tidak bisa berpura-pura tidak tahu juga. Kalau aku mengabaikannya saat aku melihat si gadis putih di konter, aku pastinya bebas. Tapi sekarang begitu nama Utano-san disebut, aku tidak bisa……begitulah sebuah ikatan hubungan bekerja, kurasa. Aku berakhir dengan merasa aku harus melakukan sesuatu juga.
Yah, Ermenhilde adalah Ermenhilde. Tahu bahwa aku tidak akan bisa mengabaikan dia bagaimanapun juga tapi tetap berkata demikian berarti dia benar-benar punya kepribadian yang buruk. Mengingat sosoknya dari belakang yang sedang berdiri di depan konter, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai seorang dewasa, aku tidak bisa begitu saja mengabaikan seorang anak kecil yang sedang kesulitan.
"Maaf tapi, bisakah aku memintamu untuk menyiapkan kudanya juga?"
"Ya, tidak masalah."
Berkata demikian, aku berdiri sehingga tatapan Mururu beralih padaku.
"Pergi ke suatu tempat?"
"Kau ikut juga. Apa yang akan Nona Francesca lakukan?"
"Aku?"
"Kita akan mencari uang. Mururu, aku akan sedikit mengajarimu tentang bagaimana cara kerja uang."
Aku berkata demikian tapi dia hanya menelengkan kepalanya karena bingung.
Merasa khawatir dengan masa depan kami, aku hanya bisa menghela napas saat aku memerosotkan bahuku.
Tidak akan jadi masalah jika dia hidup di dunia beastman, tapi sekarang dia ada di sini. Dia harus belajar bagaimana uang bekerja kalau dia akan hidup dengan manusia.
Aku tidak tahu berapa banyak uang yang dicuri darinya, tapi dia pasti adalah mangsa empuk bagi para perampok.
"Mencari uang, apa kau akan menaklukan monster?"
"Itu benar. Kita tidak punya banyak waktu jadi kita hanya akan mencari sasaran yang gampang di tempat yang mudah pula."
Berkata demikian, aku menggoyangkan catatan kecil di tanganku.
Penaklukan monster. Lawan kami adalah goblin yang bisa ditemukan di dekat sini. Ini juga bisa diselesaikan dengan cepat. Karena kami akan pergi besok, aku tidak ingin menghadapi monster yang akan membuat kami lelah.
Sejujurnya, aku hanya ingin bergantung pada pengumpulan tanaman obat, tapi mempertimbangkan kepribadian Mururu, itu akan sulit. Gadis ini benar-benar benci menunggu.
"Uang?" (Mururu)
"Ya, benar. Di dunia manusia, kau tidak dianggap sebagai orang dewasa sampai kau mulai menghasilkan uang sendiri."
"…Aku mengerti…"
"Ini menyakitkan bagi telingaku." (Francesca)
[Sebagai setengah manusia, sebenarnya mungkin akan lebih baik dalam masalah itu.]
Ermenhilde berkata begitu tapi aku sendiri juga berpikir demikian. Rasanya aneh karena akulah yang mengatakan hal itu, tapi rasanya juga menyakitkan bagi telingaku sendiri.
Mururu memperlihatkan ekspresi terkejut dan Nona Francesca bermuka masam.
Mengecualikan Mururu, kurasa Nona Francesca bisa menghasilkan uang sendiri padahal. Yah, perburuan goblinnya yang pertama kali mungkin menjadi trauma baginya. Dia hampir mati setelah berburu sendirian bagaimanapun juga. Dia pasti teringat hal itu.
"Serahkan urusan kudanya padaku."
"Ya. Untuk sementara waktu, ayo setidaknya dapatkan biaya penginapan Mururu."
Saat ini, dia tidak punya pilihan selain menginap bersamaku atau menghabiskan malah bersama para Elf di hutan.
Aku sendiri tidak masalah, tapi para Elf biasanya tidak begitu menyambut ras lain. Feirona bisa dibilang kasus yang tidak biasa. Memikirkan hal itu, aku memberikan dompetku pada Feirona. Aah, aku penasaran, berapa banyak biaya yang dibutuhkan. Tidak peduli seberapa besar yang kudapatkan setelah datang ke sini, aku ragu itu akan cukup untuk membeli beberapa kuda.
"Ayo, kita pergi."
"Un, baik."
"Ya."
Sepertinya, Nona Francesca juga ikut bersama kami.
Akan lebih mudah dengan seorang penyihir, jadi sejujurnya aku merasa lega.
[Seperti yang kuduga, lebih mudah hidup bersama dengan orang-orang.]
Aku sedikit kaget dengan perkataan yang mendadak itu.
Adalah hal yang langka bagi Ermenhilde untuk mengatakan sesuatu semacam itu.
[Dengan begini, Renji akan melakukan misi penaklukan monster karena pengaruh dari orang-orang.]
"Tolong berhenti mengatakan seakan itu adalah hal yang bagus. Aku tidak suka bertarung ataupun menaklukan monster."
Itu berbahaya. Rasanya menyakitkan saat kau terluka dan mungkin saja kau bahkan bisa mati. Dan itu sama halnya bagi para rekanku juga.
Karena itulah aku ingin hidup santai sambil hanya mengumpulkan tanaman obat. Tapi dunia ini kejam. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah akan menjalani misi menaklukkan monster lagi.
Memburu Orc hitam bersama Nona Francesca, dan Ogre hitam itu dan pasukan goblin. Dan Iblis itu juga. Aku bekerja sedikit terlalu banyak akhir-akhir ini. Tepat saat aku berpikir aku akhirnya bisa santai, kali ini aku harus mengawal gadis putih ini ke ibu kota. Karena penyihir ibu kota—Utano-san terlibat, aku merasa tidak enak hati untuk mengabaikan dia.
"Ada apa tiba-tiba begitu?"
"Temanku yang cerewet mengatakan sesuatu yang aneh."
Saat aku menjawab Mururu yang mendekatiku dan menanyakan apa yang terjadi, dia membuat wajah tak mengerti dan menatapku.
Yah, itu adalah reaksi yang normal mengingat dia tidak bisa mendengar Ermenhilde. Mungkin karena Nona Francesca mengingat bagaimana dulu dia bereaksi yang sama, dia pun mulai tertawa.
"Renji, kau aneh."
"Aku sering dibilang begitu."
[……dan setiap kali kau dikomentari begitu, aku jadi bertanya-tanya, apa benar tidak masalah seperti itu?]
Yah, tidak juga, tapi itu lebih baik daripada diandalkan sebagai seorang Pahlawan.
Sekalipun kau mengharapkan sesuatu yang bersifat kepahlawanan dariku, aku hanya punya sangat sedikit hal yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa bertarung. Itu juga, hanya sedikit lebih kuat dari para petualang biasanya.
* * *
Bersama dengan Nona Francesca dan Mururu, aku meninggalkan distrik. Bahkan tidak perlu mencari-cari goblin. Mereka akan memunculkan diri mereka sendir selama kau pergi sedikit menjauh dari jalan besar dan menuju padang rumput.
Normalnya, seperti itu. Hari ini, sedikit berbeda. Keberadaan Mururu mengurangi kesulitan dalam misi perburuan goblin.
"Ada. Ketemu."
"Hebat, Mururu-chan."
"……kalau hanya segini, bahkan anak-anak kecil di desa bisa melakukannya."
Dia berkata demikian tapi dia pasti merasa senang telah dipuji karena ekornya bergoyang-goyang dengan begitu bersemangat di balik jubahnya.
Melihat ke arah yang dikatakan Mururu, aku bisa memastikan tiga goblin dengan penglihatanku. Mururu menemukan mereka dengan begitu mudahnya karena indera penciumannya. Bisa dibilang itu sebagai salah satu dari kemampuan khusus Beastman.
Kemampuan fisik Beastman melampaui manusia atau demi human dengan perbedaan yang cukup besar. Sama halnya dengan ketajaman kelima indera. Kekuatan lengan mereka, kekuatan kaki, dll juga berada di level yang berbeda. Dan mereka seperti itu sejak mereka anak-anak. Seorang beastman dewasa berada di tingkatan yang sama sekali berbeda. Di sisi lain, mereka tidak bisa menggunakan sihir jenis apapun. Itu bukan karena mereka tidak memiliki energi magis, mereka bahkan juga tidak menggunakan sihir roh. Satu teori mengemukakan bahwa mereka menggunakan semua energi magis mereka untuk memperkuat kemampuan fisik mereka sehingga karena itulah mereka kuat secara fisik.
Sambil merangkak dan bersembunyi di antara rumput setinggi pinggang, aku merasa takjub dengan kemampuan fisik mereka.
"Sekalipun kau memiliki tubuh yang kecil, kau benar-benar beastwoman yang berkembang sepenuhnya." (Renji)
"Aku bahkan sudah menyelesaikan upacara kedewasaan."
Berkata demikian, dia membusungkan dada dengan bangga. Itu begitu kekanak-kanakan sampai rasanya imut sekali. Kenapa rasanya begitu senang melihatnya, aku bertanya-tanya.
Tidak seperti demi-human, beastman memiliki rentang umur yang sama dengan manusia. Dilihat dari penampilannya, dia seharusnya berusia sekitar 14 tahun. Kalau dipikir-pikir lagi, Souichi dan yang lainnya juga berumur sekitar itu saat kami dipanggil.
"Mururu-chan sudah diperlakukan sebagai orang dewasa di antara Beastman?" (Francesca)
"Itu benar. Upacara kedewasaan untuk beastman tidak ditentukan oleh umur tapi dari kekuatan fisik. Menang melawan monster tertentu, mengumpulkan material, dengan melakukan hal-hal seperti itu kau mendapatkan pengakuan dari teman-temanmu untuk diterima sebagai orang dewasa."
Upacara kedewasaan. Itu tidak didasarkan pada umur seperti dengan manusia. Itu berbeda untuk setiap ras tapi pada dasarnya melibatkan mengalahkan monster sendirian. Mereka yang tidak cocok untuk bertarung akan mengumpulkan material tertentu sebagai gantinya. Monster yang termasuk dalam penaklukan biasanya entah goblin atau Orc, jadi Mururu seharusnya terbiasa untuk bertarung sendirian melawan monster setingkat itu.
Saat aku menjelaskan itu, keduanya menatapku dengan terkejut.
"Kau tahu banyak."
"Aku juga sudah menjalani upacara itu. Yah, dalam kasusku itu bukan diakui sebagai orang dewasa tapi diakui sebagai seorang rekan sebagai gantinya."
Seharusnya lebih tepat dikatakan bahwa kami diseret untuk melakukannya secara pastinya.
Di benua Elfreim, untuk mendapatkan kepercayaan mereka, kami diminta untuk memburu monster yang dikatakan sebagai penguasa dari salah satu bagian hutan. Seperti yang diduga, aku tidak melakukannya sendirian tapi dengan Souichi dan yang lainnya.
Nantinya, kami diberi tahu bahwa biasanya kau tidak menghadapi monster kelas bos seperti itu tapi hanya menghadapi goblin. Pada dasarnya, daripada upacara, kami dimanfaatkan begitu saja untuk menyingkirkan masalah mereka.
"Benarkah?"
"Aku mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi aku menjalani hidup yang HARD…hidup yang keras bagaimanapun juga." (TL : Capslock di sini karena Renji mengatakannya dalam bahasa Inggris awalnya kemudian menyadari bahwa mereka tidak akan mengerti, jadi dia menggantinya ke bahasa Jepang)
[Ya ampun…]
Untuk beberapa alasan, Ermenhilde menghela napas letih. Yah, aku benar-benar menjalani hidup yang berat. Dari karyawan biasa ke menyelamatkan dunia.
Kalau aku terus berpikir ke arah itu, aku akan merasa depresi lagi jadi aku menghela napas dan melihat ke arah para goblin yang belum merasakan kehadiran kami.
"Apa kau tidak apa-apa dengan Goblin?" (Renji)
"Ya, tidak masalah. Aku bahkan bisa menghadapi lebih banyak……bahkan lima dari mereka dengan mudah." (Mururu)
"Itu menenangkan."
Dia pasti menyadari apa yang kumaksud karena suasananya berubah.
Tubuh kecilnya yang terbungkus jubah terasa seakan membesar. Matanya yang lembut dan kurang hati-hati berubah menjadi berbahaya dan bersinar. Kakinya ditutupi rambut hewan putih sepenuhnya. Mungkin, lengan di bawah jubahnya juga sama.
Posisi bertarung. Aku melihat para goblin lagi. Sepertinya mereka masih belum menyadari kami tapi melihat ke sekeliling mungkin karena merasakan sebuah keberadaan yang kuat di sekitar mereka.
Nona Francesca juga terkejut dengan perubahan mendadak Mururu. Aku bertanya-tanya apakah mereka mengajarkan ekologi beastman di Akademi Sihir? Sekalipun ya, tidak akan ada penyihir yang tidak merasa tertarik melihat hal ini secara langsung.
"Bisa aku buru mereka sekarang?" (Mururu)
"Itulah pekerjaannya."
"Mengerti."
Menjawab santai seperti itu, dia berlari dengan kecepatan yang mengagumkan ke arah para goblin.
[Apa dia akan baik-baik saja?]
Yah, siapa yang tahu? Aku menerima permintaan ini untuk memeriksa itu juga. Lagipula kami akan berpergian bersama mulai sekarang. Aku harus tahu seberapa baik dia dapast bertarung, hal-hal apa yang bisa dia lakukan.
Setelah melihatnya menikmatinya kembali, berikutnya aku menoleh pada Nona Francesca.
"Apakah ini pertama kalinya kau melihat seorang Beastwoman?"
"Y-ya……awalnya kupikir mereka tidak akan begitu berbeda dari manusia."
"Mereka hanya terlihat mirip. Kecuali untuk telinga dan ekornya."
Tapi saat mereka memasuki sebuah pertempuran, mereka sama sekali berubah.
Dari kejauhan, aku mendengar sebuah jeritan *gii*
Saat aku menoleh melihat ke sana, Mururu telah menundukkan salah satu goblin. Walau begitu, aku tidak bisa benar-benar memastikannya. Aku hanya bisa menebaknya karena ketiga goblin yang bisa kulihat dari sejauh ini telah berkurang menjadi dua.
Kemudian, bayangan putih saat Mururu melompat begitu tinggi dan menukik pada goblin berikutnya.
Yang terakhir menghilang ke dalam rerumputan begitu saja. Mungkin ditarik dan dipukul jatuh oleh makhluk buas bernama Mururu. Gaya bertarungnya benar-benar cocok dengan sesosok makhluk buas.
Aku menghela napas terhadap perubahan mendadak ini dan Nona Francesca sepertinya kehilangan kata-kata.
"Luar biasa."
Aku hanya bisa berkata begitu.
Sejujurnya, dia mungkin lebih kuat dariku di usia semuda itu. Aku merasa aku akan kehilangan kepercayaan diri lagi.
Entah itu Souichi dan kelompoknya atau gadis itu, kenapa anak-anak di sekitarku begitu kuat? Apakah aku bahkan punya posisi atau status di sini?
"Dia luar biasa." (Francesca)
"Yah."
Berkata begitu, aku berjalan keluar dari rerumputan tempatku bersembunyi.
Mururu sedang menunggu di sana, tak ternoda darah sedikit pun, untuk kami datang ke situ. Meskipun dia adalah petarung jarak dekat sepertiku, seberapa hebat dia ini sampai menghindari terkena darah sedikit pun, gadis putih ini?
Kilatan berbahaya di matanya telah menghilang, menunjukkan bahwa dia sudah tenang sekarang. Tapi di bawah jubahnya yang berkibar, lengannya tidak sekurus gadis biasanya tapi ditutupi rambut hewan berwarna putih bersih sampai ke sikunya. Dan yang lebih tidak biasa lagi adalah empat cakar panjang mirip pisau yang tumbuh dari tangannya. Saat ini, hanya tangan kanannya yang mengalami transformasi, tapi biasanya kedua tangannya seharusnya seperti itu.
Penampilan itu sudah jelas bukan manusia. Itu membuktikan bahwa gadis ini spesies yang sama sekali berbeda, sang Beastman.
Nona Francesca di sebelahku menelan ludah gugup, tapi bahkan sebagai seseorang yang sedikit terbiasa melihat beastman, dia merasa gadis petarung sejati ini benar-benar cantik.
Kecantikan dan keindahan luar biasa yang tidak akan pernah dimiliki manusia. Ditambah dengan kekuatan yang dia tunjukkan barusan, membuatnya terlihat luar biasa menawan.
"Yang tersisa adalah…"
Menutupi emosiku, aku menarik pisauku dari sarungnya. Membuka mulut goblin yang Mururu kalahkan itu, aku memotong taringnya dengan pisauku.
"Kalau kau membawa ini kembali ke resepsionis guild, kau akan mendapat hadiah sebagai balasannya."
"Itu pekerjaan Renji?"
"Bukan hanya aku, tapi setiap petualang."
Sambil memberikan penjelasan singkat, aku mulai melepaskan perlengkapan dari para goblin itu. Ini adalah pekerjaanku yang biasanya setelah setiap pertarungan. Meskipun Mururu-lah yang sebenarnya mengalahkan mereka semua ini.
[…Bisa tidak kau jangan bertindak seperti seorang bandit untuk kali ini?"]
"Juga, kau bisa menjual perlengkapan semacam ini untuk uang juga."
[Oi, Renji! Ini pertama kalinya kau bertarung bersama beastwoman ini. Setidaknya cobalah bersikap seperti seorang Pahlawan, bisa 'kan?]
Sambil mengabaikan Ermenhilde yang terus mengatakan hal semacam itu, aku melepaskan perlengkapan dari para goblin.
Kalau bersikap sebagai Pahlawan dapat mengisi dompetku, maka aku tidak akan keberatan. Tapi tidak seperti itu dan yang lebih penting lagi saat ini adalah uang daripada kehormatan sebagai seorang pahlawan. Kau tidak bisa makan hanya dengan kehormatan……Kalau aku mengatakan sesuatu seperti "Aku adalah seorang Pahlawan", mungkin aku bisa mendapatkan makanan di desa-desa,  tapi itu saja terasa konyol untuk dilakukan sebagai seorang manusia.
Ngomong-ngomong, sayangnya senjata yang bisa digunakan di sini adalah pedang pendek. Itu juga ada pecahan kecil di bilahnya. Aku ragu aku bisa mendapatkan banyak dari menjual ini. Aku hanya bisa menghela napas.
"Aku mengerti." (Mururu)
"Kurasa tidak banyak petualang yang melakukan hal itu sebenarnya…" (Francesca)
"Saat kau tidak punya uang, ini adalah sumber utama pemasukan."
[Sangat menyedihkan…]
Setelah itu, kami meminta Mururu mencari Goblin dan aku serta Nona Francesca juga bergabung dalam pertarungan.
Walau begitu, sulit bagi kami untuk menyaman kecepatan Mururu. Dia cepat dan kuat. Lebih mudah untuk bergerak secara terpisah darinya daripada bersama-sama dengannya. Sejujurnya, perbedaan dalam kemampuan fisiknya sedikit terlalu banyak.
Sekali lagi ini membuatku menyadari perbedaan antara manusia dan Beastman.
Mungkin saja, bahkan Feirona tidak akan bisa menandinginya.
"Kita cukup banyak bertarung, tapi…apa kau baik-baik saja?" (Francesca)
"Yah, aku hampir mencapai batasku." (Renji)
Dua pedang panjang di pinggangku, satu pedang pendek di bagian lain pinggang. Sebuah perisai besi di tangan kiri dan dua kapak perang di punggung. Berat totalnya mungkin lebih sedikit dari 40kg. Daripada dibilang berat, rasanya bahkan sulit untuk menggerakkan tubuhku. Tubuhku terlatih dengan baik dari perjalanan yang terus-menerus, tapi ini tetap saja menghabiskan sebagian besar staminaku. Kalau aku tidak mempunyai Cheat yang diberikan padaku, aku bahkan mungkin tidak bisa bergerak.
Napasku menjadi lebih berat tapi aku masih bisa pergi sedikit lagi. Aku benar-benar ingin kembali secepatnya. Bagaimana bisa protagonist kisah fantasi berjalan ke sana ke mari begitu mudahnya dengan lebih banyak barang di tas mereka? Kalau aku berharap pada sang Dewi bahwa aku ingin menjadi seperti protagonist di sebuah kisah fantasi, aku penasaran aku akan seperti apa?
Sambil berpikir demikian, aku mengalihkan perhatianku dari beban ini.
[Kau hanya terlalu serakah.]
"Sebanyak ini seharusnya sudah cukup untuk mengisi dompet kita."
"Daripada hal-hal semacam itu, tebasan cakarku lebih baik. Bagaimana itu bisa berguna, benda tumpul itu?"
Mururu yang mengatakan itu juga memegang sebuah gada kasar dan sebatang pedang, yang tidak sesuai dengan tubuh kecilnya, di kedua tangannya.
Itu lebih sedikit dari yang kupunya tapi dia bahkan tidak terlihat merasakan sedikit berat dari benda-benda itu. Aku merasa ingin membuatnya membawa setengah dari apa yang kupunya tapi segera membuang pemikiran tersebut. Itu akan merendahkanku baik sebagai seorang orang dewasa dan seorang pria.
"Mendapatkan uang berarti kau harus mengumpulkan barang-barang semacam itu yang bisa dijual."
"……Aku sama sekali tidak mengerti manusia."
"Aku tidak merasa itu benar sepenuhnya." (Francesca)
[Kau sudah jelas salah di sini, Renji.]
Oh, diamlah. Kita harus pergi besok jadi kita harus mendapatkan uang sebanyak mungkin hari ini.
Kita harus memperoleh perbekalan, dan kita harus mendapatkan kuda juga. Tapi ada banyak hal lain seperti herba dan obat-obatan yang diperlukan dalam perjalanan. Tidak ada yang namanya punya terlalu banyak uang.
Biasanya, aku tidak akan bekerja sekeras ini, tapi karena kita memiliki jadwal yang ketat, aku ingin siap untuk keadaan tidak terduga apapun. Belum lagi aku telah terlibat terlalu banyak hal-hal yang merepotkan akhir-akhir ini.
Memikirkan hal itu…aku merasa letih lagi. Aku penasaran apakah aku bahkan bisa bergerak besok.
Setelah kembali ke Kota Sihir, aku pertama-tama langsung ke toko barang-barang untuk menjual perlengkapan yang kudapat dari goblin. sementara aku menurunkan semua perlengkapan di konternya, si penjaga toko berseru kaget. Yah, mau bagaimana lagi. Umumnya seorang petualang tidak muncul dengan begitu banyak perlengkapan untuk dijual setelah hanya pergi berburu sekali.
Meskipun itu menghasilkanmu uang, ini juga berukuran besar sekali dan sulit untuk dibawa pulang ke kota. Itu juga menjadi penghambat saat bertarung dan kalau kau menjatuhkannya untuk bertarung kemudian mengumpulkannya lagi, itu saja sudah merepotkan sekali. Dan, kebanyakan perlengkapan tidak bisa langsung digunakan karena monster tidak merawat senjata mereka. Karena itulah orang-orang lebih suka berburu lebih banyak monster daripada mengumpulkan barang-barang dari setiap monster. Kebanyakan petualang menemukan cara yang kedua lebih efisien bagaimanapun juga.
Setelah itu, aku menyerahkan taring-taring goblin ke guild dan mengambil hadiah kami. Seperti yang diduga, dengan kami bertiga, kami sangat banyak memburu makhluk itu, jadi jumlahnya sangat bagus. Biaya untuk perjalanan masih lebih besar meskipun begitu.
"Oh iya, Mururu. Di mana kau tidur selama ini?"
"Di luar."
Aku seharusnya sudah tahu. Nona Francesca begitu terkejut tapi aku tidak terlalu karena aku sudah menduga jawaban ini.
Dia tidak punya uang dan tidak tahu bagaimana cara kerja uang. Belum lagi para beastman adalah pemburu alamiah yang tinggal di alam liar. Mereka sama sekali tidak ada masalah dengan tidur di ruang terbuka.
"Ini."
Berkata demikian, aku menyerahkan pada Mururu sejumlah uang yang kami dapatkan dalam sebuah kantung.
Aku menyerahkan kepada Nona Francesca juga. Dia menolak pada awalnya tapi saat aku bilang itu tidak masalah, dia menerimanya. Yah, dia membantu kami jadi itu adalah hal yang normal.
"Ini?" (Mururu)
"Hadiah dari misi. Ini adalah uang yang kau dapatkan dari pekerjaan hari ini."
Dia melihat kantung tersebut dengan tatapan penasaran dan memeriksa berat dan semacamnya.
Itu terlihat begitu lucu dan meskipun aku tahu itu tidak sopan, aku tetap saja tertawa.
"Jadi, kau bisa makan makanan lainnya selain daging kering dengan ini juga." (Renji)
"Aku mengerti. Mendapatkan uang seperti ini dan kemudian menggunakannya untuk makanan, ya 'kan?" (Mururu)
"Tidak, uang digunakan tidak hanya untuk makanan, tapi…"
Kalau aku mulai menjelaskan tentang 'belanja' padanya sekarang, aku akan sangat capek.
Berburu goblin, mengumpulkan perlengkapan, menjualnya di kota……sejujurnya, aku benar-benar sudah capek. Aku ingin kembali ke penginapanku dan tidur saja.
Duduk di kursi tanpa sandaran di guild, aku menghela napas. Aah, aku benar-benar capek.
[Kau baru menyadari bahwa menjelaskan itu merepotkan, ya?]
"Ayo bertemu dengan Foreina dan memutuskan waktu untuk pertemuan esok hari. Aku sangaat capek."
"……Mouu." (Francesca)
Berkata demikian, Nona Francesca mulai menjelaskan berbagai kegunaan uang pada Mururu.
[Ilustrasi]
Yah, terserahlah. Mengesampingkan itu, aku mulai memikirkan hal-hal lainnya. Aku penasaran apa yang Feirona sedang lakukan sekarang. Dia terlalu banyak memakan waktu hanya untuk kuda. Apa mungkin dia juga sedang berburu sendirian?
[Fuu, kita benar-benar bekerja keras hari ini.]
"Kau sama sekali tidak melakukan apa-apa, 'kan?"
Mengeluarkan Ermenhilde dari sakuku, aku menjentikkannya.
"Hmm."
Itu kepala.
"Semoga saja terjadi sesuatu yang bagus."
Sambil melihat ke konter, aku bergumam demikian. Tapi kurasa itu akan sulit.
Mungkin kami tidak akan bisa mempekerjakan seorang penyihir. Ada banyak permintaan yang lebih baik daripada yang kupasang. Seorang penyihir normal tidak akan menerima permintaanku.
Karena itulah aku memutuskan untuk tidak memikirkan hal yang membuat depresi seperti itu.
Tapi berikutnya, aku memikirkan perjalanan kami. Kami akan pergi dengan kuda, tapi sejujurnya, mengendarai kuda itu benar-benar menyakitkan. Bahkan setelah aku terbiasa dengan itu, secara fisik menguras tenaga untuk melakukan perjalanan jarak jauh dengan kuda.
Pada dasarnya bokongmu, atau tepatnya, seluruh tubuh bagian bawahmu mulai merasa kesakitan. Dan kalau kau melanjutkannya lebih jauh, seluruh tubuhmu akan mulai terasa sakit juga.
Memikirkannya lagi, aku kembali menghela napas.
Di sampingku, Nona Francesca si mantan pemula sedang mengajari petualang pemula Mururu tentang kegunaan uang. pemandangan itu terlihat begitu menyenangkan, memulihkanku.
"Rasanya damai."
[Padahal kau baru saja bertarung melawan goblin beberapa jam yang lalu.]
……Partnerku benar-benar kekurangan mimpi.