KINESER ACIES TERKUAT
(Author : R Lullaby)
           
Lima hari setelah  pertarungan Annisa dan Alyshial. Hologram pengumuman pembukaan pendaftaraan turnamen, telah terpampang di layar pemberitahuan utama.
Beberapa orang berbondong-bondong melihat pengumuman itu. Tersenyum bersemangat bersama rekan timnya. Turnamen itu cukup digemari hingga banyak diikuti oleh para siswa.
Tapi ada juga siswa yang tak ikut, karena rasa tidak percaya dirinya. Atau mungkin karena alasan yang lain.
Seperti gadis bermata hijau, berambut merah muda panjang dan bergelombang. Dia terlihat tak senang ketika melihat pengumuman itu. Langsung berjalan cepat melewati layar pemberitahuan.
Para siswa langsung mundur, memberikan jalan pada dia yang terlihat cukup disegani.
“Siapa?” Aeldra bertanya, melirik Haikal yang berada di samping kanan. Dia berdiri cukup jauh dari kerumunan itu sambil menatap penasaran si gadis berambut merah muda.
“Senior kita, Kak Shina. Gadis terkuat di akademi ini sebelum kau datang.“ Haikal tersenyum khawatir melirik gadis bernama Shina itu.
“Dia lebih kuat dari Putri Alys ...?” Aeldra bertanya kembali, cukup terkejut nada suaranya.
“Tentu saja, dia kelas 3 loh. Banyak orang-orang yang lebih kuat dari Alyshial. Salah satunya gadis itu. Rekornya, dia tak pernah kalah melawan siapapun.”
“Se-seriusan ...?” Aeldra tersenyum khawatir, melirik Shina yang menghentikan langkah. Gadis berambut merah muda itu berbalik, menatap Aeldra cukup tajam.
“Aku juga dengar rumor kalau hanya Putri Mahkota atau Mediator Rina saja yang bisa melawannya.” Annisa berwajah khawatir, berbisik pada Aeldra yang berada di samping kanan.
“Du-dua serangkai itu?”
“Ka-ka-kak La-lapis ....” Wajah Seica langsung membiru. Dia mundur selangkah, ketakutan memegang rok Annisa. Dia bahkan hampir menangis ketika Annisa menyebutkan kata putri mahkota.
“Ke-kenapa lagi dia?” Aeldra tersenyum khawatir menatap Seica yang bersembunyi di belakang tubuh Annisa. Tapi perkataanya terhenti. Haikal menarik lengan bajunya, tersenyum cemas menyuruh Aeldra untuk menghadap kembali ke depan.
Aeldra membalikkan kembali wajah, terkejut melihat gadis yang dibicarakan sejak tadi sudah berada di hadapannya. Aeldra tersenyum, berjalan selangkah mundur karena wajah gadis itu yang cukup dekat.
“Siapa kau ...? Ini pertama kalinya aku melihatmu,” gadis bernama Shina bertanya, sedikit menundukkan kepala, alisnya semakin menukik ke bawah. Membuat Aeldra mulai berwajah cemas ketakutan.
“Ak-aku murid pindahan.” Aeldra mengalihkan pandangan. Tak berani membalas tatapannya.
“Murid pindahan ...? Di saat seperti ini?” Shina tersenyum kecil, mengubah ekspresi wajahnya. Dia menutup matanya sesaat sambil tertawa kecil.
“Ma-maaf, kupikir kau penyusup dari luar.” Shina masih memberikan tertawaan kecilnya. Terlihat menawan.
“Ah, ta-tak apa. Tapi Kakak hebat yah, bisa mengetahui murid pindahan sepertiku. Apa Kakak mengenal semua siswa di sekolah ini?”
“Apa yang kau katakan? Tentu saja aku bisa mengenalimu. Kau cukup mencolok,” senyum Shina menatap luka bakar Aeldra.
“Be-benar juga ....” Aeldra tersenyum khawatir sambil menyentuh luka bakarnya.
 “Jadi Aeldra, apa kau juga tertarik? Mengikuti turnamen itu?” senyum kecil Shina memiringkan kepala. Menahan dada dengan menyilangkan kedua tangan. Dadanya tidak terlalu besar, tapi terangkat. Membuat Aeldra mengalihkan pandangan, merah wajahnya.
“Ah ....” Annisa dan Haikal melirik Aeldra. Memasang wajah datar padanya.
“So-soal itu –“
“Te-tentu saja dia ikut. Kak Aeldra pasti ikut! Ma-maka dari itu, apa Kak Shina juga ikut?” Seica keluar dari persembunyiannya, tersenyum lebar melihat Shina. Tubuhnya bergemetar, bukan ketakutan. Lebih mirip seperti menaruh kekaguman.
Sesaat, Shina terkejut melihat Seica yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Tapi setelah itu dia tersenyum. Mengusap pelan rambutnya.
“Astaga ..., kau tetap manis seperti biasanya yah, Putri Seica.”
“Ka-kakak ikut, kan!?” Seica menegaskan pertanyaanya sebelumnya.
“Maaf, aku tak tertarik dengan turnamen seperti itu,” jawab Shina, tersenyum menutup mata. Menyembunyikan sesuatu dari mereka.
“Kalian berdua ...,” lanjutnya menatap Haikal dan Annisa.
“Ya, Kak.”
“Kalian pasti satu tim dengan Seica, jadi tolong jaga dia. Gadis ini memang kuat, tapi dia tetaplah anak kecil. Masih perlu pengawasan. Dia sudah seperti adikku sendiri.”
“Bahkan dia juga??”  Aeldra dan Annisa sangat terkejut mendengar pernyataan mendadak Shina.
“Ya, tenang saja. Aku juga sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri,” Haikal tersenyum kecil, menganggukkan kepala. “Jadi rumor itu benar. Jika Kak Shina juga sangat menyayangi Putri Seica.”  Batin Haikal.
“Ini pertama kalinya kita saling bicara yah, Pangeran Haikal? Meski wajahmu seperti dirinya, tapi kepribadianmu lebih mirip dengan Nyonya Herliana.”
“Kakak mengenal dekat ibuku?” Haikal melebarkan mata, cukup terkejut menatap Shina. Tidak dia saja, tapi Annisa dan yang lainnya juga terkejut menatap penasaran Shina.
“Dia pembimbing kami sejak kecil.”
“Kami?” batin penasaran semua orang di sana.
“Lalu sekarang, emm ..., siapa namamu murid pindahan?” Shina menatap kembali Aeldra.
Ketika Aeldra berniat menjawab, tiba-tiba ada Selenia yang berlari mendekati mereka. Dia bersusah payah keluar dari kerumunan orang-orang.
“Aeldra, gawat!!” eskpresi wajahnya terlihat ingin menangis. Ketakutan menatap dalam Aeldra.
“Hah, kenapa berteriak seperti itu, Nia?” Aeldra menatap khawatir Nia yang terlihat ingin menangis.
“Di dalam pengumuman itu tertulis dengan jelas jika semua siswa bisa mengikuti turnamen ini. Tapi mereka membuat pengecualian satu orang untuk tahun ini. Orang itu tidak diperbolehkan mengikuti turnamen ini, tingkatanya dianggap berbeda, dan orang itu adalah ....”
“Ja-jangan katakan, ak-aku ...?” Aeldra tersenyum khawatir. Cukup terkejut mendengar pernyataan Selenia. Nia hanya mennganggukan kepala sangat cepat, tetap memberikan tatapan khawatirnya
“....” Semua orang di sekitarnya cukup terkejut mendengar pernyataan Selenia. Tak terkecuali bagi Shina. Dia mulai memperhatikan Aeldra cukup dalam, sungguh menatap penasaran lelaki berambut hitam itu.
Jauh di benua sebrang. Wilayah yang dikuasai para iblis. Di ujung selatan benua itu, wilayah terdekat dengan Benua Dealendra. Terlihat seorang gadis, berambut putih kemerah mudaan, bermata merah muda sedang menghancurkan pasukan minotour dengan sekali serang.
Bagaikan dorongan gravitasi sangat kuat yang membuat ratusan monster itu hancur menabrak tanah.
Lambang indah terlihat di dahinya. Lambang kebanggaan yang diwariskan orang berhaga padanya. Lambang Ras Demigod.
Gadis berwajah rupawan itu melayang turun ke bawah. Bersinar dengan warna merah muda di seluruh permukaan tubuhnya.
Pengguna Telekinesis terkuat. Putri mahkota dari kekaisaran yang memerintah enam kerajaan di Benua Dealendra. Putri–
“Lapis, kerja bagus!”
Ya, Putri Lapis D. Angelina.
Perkataan sebelumnya diucapkan oleh gadis berambut coklat, bergaya ponytail. Wajahnya tak kalah rupawan, dia tersenyum mulai mengamati sekitar.
“Bahkan area ini juga sudah menjadi berbahaya. Bahkan Front-Liner sekalipun akan kesulitan mempertahankan wilayah ini.”
“Ya, monster terus berdatangan ke sini. Ada sesuatu yang menarik mereka untuk datang, Rina.”
“Bagaimana sekarang? Mundur?” khawatir gadis bernama Rina. Dia melirik Lapis yang mulai berpijak menyentuh tanah.
“Berapa jumlah seluruh Front-Liner sekarang?”
“Di bawah 80, bahkan terus menurun. 65% tak bisa memasuki pertempuran. Mereka terluka karena gempuran monster di barat beberapa hari yang lalu.” Rina tersenyum khawatir menutup mata.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Para monster benar-benar menjadi agresif sekarang,” Lapis terlihat berpikir, menggigit ibu jarinya.
“Jadi bagaimana, Lapis? Terus maju?”
“Tentu saja terus maju. Hanya kita yang bisa diandalkan sekarang.”
“Baiklah, tapi jangan berlebihan. Sebaiknya kita istirahat dulu.” Rina berwajah khawatir. Suaranya itu lekas menghentinkan langkah Lapis.
“Ah iya, kau benar. Kita tidak boleh ceroboh. Kita ada di wilayah musuh.” Lapis mulai duduk, meluruskan kedua kakinya.
“Apa yang sebenarnya ayah lakukan. Kenapa para iblis menjadi sangat liar, bagai sudah kehilangan –“
“Lapis, apa kau sudah mendengarnya, tentang Putri Nia yang bersekolah di Acies Highschool.”
“Ya, aku mendengarnya. Percuma dia pindah dan menghindariku, aku tetap akan mendatanginya. Menyeret dia keluar dari sekolah itu.”
“Keras seperti biasanya, yah?” Rina tersenyum khawatir.
“Gadis lemah sepertinya tak pantas berdiri di baris depan. Dia hanya akan menyusahkan sekitarnya.”
“Lalu kenapa harus kau yang langsung mendatanginya. Kenapa tidak minta Putri Alys saja yang mengurus semuanya.”
“Tak mungkin. Kita tidak bisa menyerahkan padanya jika ini menyangkut Selenia. Gadis itu memiliki harga diri yang tinggi, khususnya menyangkut sahabat dekatnya.” Lapis menutup mata sesaat, mengambil nafas cukup dalam.
“Baiklah aku paham. Lalu soal lelaki bernama Aeldra. Apa kau sudah tau?”
“Ya.” Lapis membuka mata. Tatapannya terlihat tajam menatap langit di atasnya.
“Apa yang kau pikirkan tentangnya? Apa mungkin kau berpikir jika dia lebih kuat darimu?” Rina tersenyum kecil, melirik Lapis.
“Entahlah, aku tak tau. Setelah bertemu dengan dia, semuanya akan jelas. Aku bisa mencium aroma orang kuat dan orang lemah. Ketika aku bertemu dengannya nanti, reaksi tubuh ini yang akan memberitahuku.”
“....”
“Astaga ..., padahal ini di wilayah musuh, tapi kalian terlalu santai yah, para gadis muda.” Langit berubah ungu gelap. Waktu seolah berhenti.
Rina seketika bersiga bertarung, tubuhnya bergemetar setelah mendengar gumaman wanita yang menggema di dalam hatinya. “Engelina ...?”
“Tenanglah, Rina. Dia bukan musuh.” Lapis mulai berdiri, menutup mata perlahan.
“Hmmm, jadi itu benar yah. Kau sudah mengetahui semuanya.” Gadis berambut putih, berpakaian gothic hitam, mulai muncul dari lubang dimensi merah. Sang penyihir hitam yang ditakuti semua orang, menunjukkan dirinya pada Lapis dan Rina.
“Hardy yang meberitahumu?” senyum kecil Lapis membuka mata, menatap gadis muda di hadapannya.
Wajah penyihir hitam itu terlihat seumuran dengannya. Tak menua dan tetap muda. Dia benar-benar berwajah rupawan.
“Di-dia benar-benar mirip dengannya. Bagaikan gambaran muda Nyonya Keisha.” Rina tersenyum khawatir menatap Engelina.
“Terima kasih atas pujianmu, Rina.”
“Jadi ...?” Lapis bertanya kembali.
“Waktu berlalu cepat. Terakhir kali bertemu denganmu, kau masih berumur 10 tahun. Kini kau sudah remaja, rupawan seperti Halsy dahulu kala.”
“Katakan, apa yang ingin kau sampaikan, Bibi.” Halsy tersenyum kecil, kembali menutup mata perlahan.
Sesaat, Engelina terkejut. Matanya melebar setelah mendengar perkataan yang diucapkan oleh Lapis.
“Lucunya, kau bahkan sudah menerimaku sekarang. Padahal dulu, sebelum kau kembali ke masa lalu, kau sangat membenciku dan ayahmu. Ini sungguh pertemuan yang indah. Akhirnya kau bisa mengerti, apa yang sebenarnya kami lakukan. Alasan kami memainkan peran ini.”
“....”
“Tapi kita lupakan dulu pertemuan kita yang dramatis. Ada berita buruk untukmu dan kalian semua.” Engelina memberikant tatapan seriusanya.
“Be-berita buruk?” Lapis menatap tajam Engelina. Terlihat khawatir wajahnya.
“Raja iblis kita telah dibunuh. Sampaikan ini pada ibumu.”
“Ay-ayah ...?” Lapis melebarkan mata, sangat kosong tatapanya. Tubuhnya bergemetar. Hatinya terguncang.
“Ya, ayahmu ....” Engelina tersenyum kecil, raut wajah sedih terlihat jelas dari mukanya.
“Si-siapa yang melakukannya!?” Lapis terlihat marah dan ketakutan. Air mata mulai mengucur dari kedua matanya.
“.....” Engelina terdiam sesaat, menundukkan kepala. Ada jeda waktu setelah perkatan terakhir Lapis.
“Aku tak tau, apa Halsy sudah memberitahu bocah sepertimu tentang masalah ini. Aku tak peduli jika kau mengerti atau tidak akan ucapanku ini. Tapi katakan ini pada Halsy.” Nada bicaranya tiba-tiba berubah. Terdengar lebih berat dan menyeramkan.
“Raja sebenarnya yang sudah melakukannya. Hari yang ditakuti oleh dunia sebentar lagi akan datang.”
“Ap-apa maksudnya itu?” Lapis menatap kosong Engelina. Tubuhnya bergemetar.
“Setidaknya bicara lebih sopan padanya, Elena. Dia masih anak-anak.” Engelina menutup sebelah mata, nadanya kembali seperti sebelumnya.
“....” Rina hanya menatap khawatir Engelina dan Lapis. Kedua tangannya sedikit bergemetar.
“Hanya itu yang ingin kusampaikan padamu. Setelah ini sebaiknya kau langsung kembali. Para jendral sepertinya mulai bergerak. Kalian kuat, tapi tak cukup kuat untuk menghentikan mereka semua.”
“La-lalu bagaimana denganm –“
“Masih ada yang harus kukerjakan. Setidaknya ini yang bisa kulakukan untuknya.” Engelina tersenyum kecil, menghilang bersama dengan dimensi khusus miliknya.
“....” Lapis menundukkan kepala, masih terguncang akan kematian seseorang yang dikaguminya. Tapi setelah itu dia memukul keras kedua pipinya, menguatkan diri.
“Kita kembali, Rina. Mungkin keadaan dunia saat ini sudah di ujung tanduk khancuran.” Lapis berwajah khawatir, berjalan cepat menuju pelabuhan.
Rina menganggukan kepala, membalas tatapan khawatir Lapis.
“Kita akan melewati jalur kerajaan Liviandra dan Skyline. Kita menyamar, akan memakan waktu lama jika aku melewati dua kerajaan itu sebagai seorang putri. “
“Ya, aku mengerti.”
“Ah iya, saat di Skyline juga kita akan menemui Nia. Membawa gadis bodoh itu keluar dari Acies Highschool.”
“Ya ya ya ....”
***
Sehari setelah pengumuman turnamen terpampang di layar. Sore hari, awal kemunculan sang penguasa malam.
Haikal terlihat berdiri di luar ruangan kepala sekolah. Punggungnya menyentuh dinding dekat pintu masuk.
Shina juga ada di sana. Punggungnya menyentuh dinding yang berlawanan dengan Haikal. Dia berwajah serius sambil bertanya pada lelaki di hadapannya.
“Siapa dia?”
“Aeldra. Lelaki yang dikatakan bisa mengalahkan goblin dalam sekejap. Lelaki yang dikatakan bisa memukul mundur Hardy sang pengkhianat.”
“Har .., dy!?” mata Shina terbuka lebar, terlihat murka. Hatinya sungguh panas. Tubuhnya bergemetar. Aura kemarahan benar-benar dia keluarkan. Sangat hebat dan menakutkan, membuat Haikal terkejut, menatap penasaran Shina yang seperti itu.
“Ka-Kak Shina ...?” khawatir Haikal bertanya.
Shina tersadar, menutup muka dengan tangan kanan. Berusaha keras mengendalikan emosinya. Dia tersenyum, meminta maaf pada Haikal.
“Sesuatu terjadi diantara kalian?” Haikal bertanya, tapi Shina hanya tersenyum menutup mata. Menggelengkan kepala perlahan. Tapi Haikal tau, sesuatu telah terjadi antara Hardy dan Shina. Sesuatu yang besar hingga membuat Shina berwajah seperti itu.
“Kembali lagi, apa Nia yang mengatakan semua itu?” Shina kembali bertanya, memiringkan kepala.
“Iya, dia satu-satunya yang melihat kejadian itu.”
“Nia bukan orang yang suka berbohong. Dia gadis yang dapat dipercaya, dia gadis yang jujur. Dengan kata lain, itu semua kebenaran.” Gadis yang dijuluki terkuat itu menatap pintu ruang kepala sekolah.
“Aku sudah merasakan sebelumnya, ada yang berbeda darinya. ‘Lelaki ini bukan Kineser biasa, ada yang aneh dengannya’ seperti itu pikiranku ketika pertama kali melihatnya.” Lanjutnya.
“Sejujurnya aku sempat ragu dengan apa yang dikatakan Nia. Tapi setelah mendengar Kakak berkata seperti itu, kini semua jelas. Aeldra benar-benar kuat, tingkatannya berada jauh di atas kita.”
“Ya, dia mungkin setara, atau lebih kuat dari Front–Liner terkuat saat ini. Potensinya benar-benar tak dapat terlihat jika dia bisa menghancurkan iblis semudah itu. Lalu sekarang pertanyaannya ...,” Shina menatap Haikal. Haikal juga membalas tatapan Shina.
“Kenapa lelaki sekuat itu baru muncul sekarang.” Jelas keduanya bersamaan, menatap pintu masuk ruang kepala sekolah.
Di dalam ruang kepala sekolah, masih di waktu yang sama. Terlihat Selenia dan Aeldra, berdiri dan menatap kepala sekolah yang sedang duduk.
“Kumohon pertimbangkan lagi, Pak! Kenapa hanya Kak Aeldra yang tidak diperbolehkan? Ini diskriminasi namanya!”
Lelaki bertubuh besar itu berwajah khawatir menatap Putri Selenia, tak bisa menjawab pertanyaannya. Tapi setelah itu dia menatap khawatir Aeldra.
“Aeldra, apa rumor itu benar? Jika kau bisa memukul mundur sang pengkhianat?”
“Aku tak bisa berhenti sekarang.”
“Bukan berarti aku memukul mundur dirinya. Ini lebih mirip pertarungan yang seimbang, kami masing-masing mendapatkan luka.”
“Aeldra, apa tak keberatan jika kau keluar dari sekolah in –“
“Tunggu!! Anda semakin keterlaluan! Kenapa Bapak malah ingin mengeluarkan Kak Aeldra!!” Selenia terlihat sangat marah. Menggebrak mejanya sangat keras.
“Tenanglah Putri Selenia. Aku mengeluarkan dia bukan berarti mengusirnya.”
“Ja-jadi maksudnya?” khawatir Aeldra bertanya.
“Seperti yang kalian ketahui, Hardy yang saat ini sangat kuat. Bahkan Putri Lapis juga tak pernah bisa mengalahkannya. Dia setara dengan Front-Liner terkuat saat ini, Nyonya Salbina.
Sebelum kemunculanmu, hanya beliau yang bisa menghentikannya. Tapi beliau menghilang, semuanya memburuk jika dia menyerang, tidak ada yang bisa menghentikannya. Kami memiliki batasan, meski para pahlawan generasi lama berada di pihak kami.”
“Lalu kau muncul, memutus pembatas itu. Ada tempat lebih cocok untukmu daripada di sini. Front-Liner, benar-benar terbuka lebar untuk. Mereka mustahil menolakmu.”
“Maaf Pak, tapi aku sudah memutuskan untuk tinggal di sini. Aku sudah berjanji dengannya, akan memenangkan acara  ini.” Aeldra menutup matanya perlahan. Melirik Selenia di sampingnya.
Nia tersenyum lebar. Hatinya senang.
“Jika kau ikut serta, turnamen ini tidak ada gunanya. Semua orang pasti akan tau jika kau yang akan memenangkan acara ini.”
“Bagaimana jika begini. Aku tak akan menggunakan ilmu kinesisku, hanya mengandalkan kekuatan fisik saja.”
“Tunggu, Kak Aeldra. Mustahil kekuatan fisik bisa –“ Nia terdiam, melihat tangan Aeldra yang terangkat di hadapannya.
“Mustahil kekuatan fisik bisa mengalahkan ilmu kinesis. Seharusnya kau yang paling tahu akan hal it –“ Kepala sekolah terlihat khwatir menatap Aeldra.
“Ingin mencobanya? Aku yang sekarang bisa menghancurkan  kerangka otak anda tanpa anda sadari.” Aeldra membunyikan jemarinya. Menatap tajam kepala sekolah. Memberikan ancaman yang sangat kuat padanya.
“Aku sudah hidup di jalanan sejak lama. Memberikan intimidasi pada seseorang cukup mudah bagiku.”
Kepala sekolah menundukkan kepala, bergemetar tubuhnya. Dia terlihat ketakutan dengan keringat di sekitar keningnya.
“Tapi aku tidak menyangka akan seefektif ini ....”  Aeldra memasang wajah datar dan bersalah.
Nia juga juga terkejut, terlihat ketakutan melirik Aeldra. Tubuhnya bergemetar.
“Bahkan dia juga ....”
“Ba-baiklah, tapi tolong jangan berlebihan.”
“Ya, selain itu aku akan jarang memasuki pertempuran. Tenang saja, Pak.” Aeldra tersenyum ramah, menutup matanya.
“Lalu tujuanmu mengikuti acara ini?”
“Bukankah aku suda mengatakannya? Aku sudah berjanji dengannya,” Aeldra kembali melirik Selenia.
“Begitu.” Kepala sekolah tersenyum lebar, menatap Putri Selenia. Nia hanya tersipu malu dengan wajah memerah.
“Aku jadi merasa bersalah pada Nia. Padahal alasanku sebenarnya tinggal di sini hanyalah demi uang. Mengikuti acara itu juga hanya untuk mendapatkan uang.” Aeldra menutup mata, berjalan meninggalkan ruangan. Nia berjalan pelan mengikutinya.
Sesampainya di luar ruangan, terlihat Shina dan Haikal masih di sana. Haikal melepaskan punggung dari dinding, tersenyum bertanya padanya.
“Bagaimana?”
“Terselesaikan, tapi aku hanya bisa menggunakan kekuatan fisikku. Dilarang menggunakan ilmu kinesis.”
“Benar, dia sendiri yang memintanya,” Nia tersenyum khawatir melirik Aeldra.
Haikal dan Shina terkejut menatap Aeldra dan Selenia.
Tapi setelah itu, Shina langsung tertawa kecil, menutup mulutnya. Seluruh perhatian tertuju padanya yang tertawa.
“Kau benar-benar lelaki yang menarik, Aeldra. Kau sudah membuatku terkejut dua kali.” Selenia masih tertawa kecil menutup mata.
“....” Aeldra hanya tersenyum kecil memejamkan mata. Membalas pernyataan Shina yang memuji dirinya.
“Kelompokmu baru dua orang, kan? Hanya kau dan Putri Selenia.”
“Ya, kelompokku hanya –“
“Hei, apa kau butuh anggota ketiga?” Shina melepaskan punggung dari dinding. Tersenyum bersemangat menatap Aeldra sangat dalam.
“Eh ...?” semua orang terkejut mendengar pertanyaannya. Aeldra bergemetar, tak bisa menghentikan senyumannya. Detak jantungnya berdetak cepat, semangatnya membara, tak sabar ingin mengikuti turnamen seminggu yang akan datang.
“Sempurna. Kini Kineser terkuat di Acies bergabung dengan kelompokku!”
***