PEMBANTAI DEWA (5)
(Translater : Theten; Editor : Gian Toro)

Di restoran...... atau lebih tepatnya, aula penjamuan yang dimana Aya dan yang lainnya menunggu terdapat sangat sedikit tamu lainnya.
Jumlah meja kayu cukup banyak dan juga terpelihara dengan baik. Disana juga terdapat piano besar tapi itu sedang tidak dimainkan sehingga terasa cukup sepi sekarang.
Di kasir, seorang gadis seumuran Aya sedang menerima pesanan dan di belakang meja kasir itu, tepatnya di dalam dapur, dua orang dewasa, mungkin orang tua si gadis sedang memasak makanan.
Atmosfernya terasa sangat santai dan nyaman saat kami duduk mengelilingi meja dan melihat-lihat menu. Omong-omong, Aya duduk di depanku dan Souichi dan Yayoi ada di sisinya.
"Ini restoran dengan suasana yang cukup bagus. Apakah kalian sering kesini?" (Renji)
"Ya. Disini dipenuhi dengan siswa seusia kita di sore hari tapi jumlah pelanggan di malam hari sangat sedikit. Karena kita cukup terkenal, kita sering datang ke sini untuk makan malam. "
"Menjadi terkenal benar-benar sulit ya?"
"Juga, makanan di sini sangat lezat. Kuantitas pelayanannya juga bagus. "
[Houu.]
"Tidak, kenapa kau menjadi begitu kagum? Kamu bahkan tidak memiliki mulut." (Renji)
[Muu ......]
Tapi, kurasa itu masuk akal. Aku mengalihkan pandanganku ke beberapa pelanggan di sini tapi mereka semua masih muda. Mereka bahkan mungkin belum genap 20 tahun.
Itu mungkin karena mereka tidak banyak melayani minuman beralkohol sehingga tidak populer di kalangan petualang malam. Saat melihat menu sambil mendengarkan Souichi, aku melihat bahwa hanya beberapa minuman yang disebutkan.
Bahkan desa-desa sekitar memiliki satu atau dua lebih banyak dari ini. Berpikir bahwa restoran ini mungkin ditujukan untuk anak di bawah umur – kalangan siswa, jadi cukup masuk akal.
Di dunia ini, sebenarnya tidak ada batasan usia untuk minum. Selama mereka minum secukupnya dan tidak menimbulkan masalah bagi orang lain, siapapun kecuali anak kecil diizinkan untuk minum.
Fakta bahwa tidak ada botol alkohol di belakang meja kasir, atau di tempat-tempat yang terlihat, mereka pasti menarik bagi kerumunan siswa.
"Tapi tidakkah kalian mendapatkan masalah ketika belanja secara normal?" (Renji)
"Tidak terdapat begitu banyak masalah bukan?" (Souichi)
"Itu mungkin karena kakak tidak terlalu sering berberlanja ... jika kamu pergi ke toko pedagang besar, kami benar-benar terlihat menonjol." (Yayoi)
"Eh, benarkah?" (Souichi)
"Yeah ... .Souichi tidak terlalu peduli dengan penampilannya dan tetap tinggal di rumah sepanjang waktu dan hanya pergi ke toko kecil sehingga kamu mungkin tidak menyadarinya. Wajah kita cukup terkenal. "(Aya)
"...... jadi begitu." (Souichi)
"Souichi, apa kau tidak pergi berbelanja dengan pacarmu atau siapapun?" (Renji)
"Aku tidak punya pacar."
Mengatakan itu, dia menjatuhkan bahunya. Dan aku hanya bisa merasa terkejut karenanya.
"Benarkah?" (Renji)
[Tidak seperti Renji, dia pasti populer dengan wanita.]
Dengan mengabaikan kata-kata Ermenhilde, aku memandang Aya dan Yayoi-chan. Aya, agak samar dan Yayoi dengan ekspresi senang, mengangguk.
Jadi dia benar-benar tidak memilikinya.
Aku menatap Souichi. Androgini, jika aku harus mengubah kata-kata ku, wajahnya  bisa dibilang cukup cantik untuk seorang  pria. Tinggi badannya sedikit lebih pendek dari pada anak laki-laki seusianya tapi aku ragu itu masalahnya.
Dia memiliki Kepribadian yang membuatnya mudah disukai orang, dia terampil dan kuat. Menurut ku dia seharusnya terlihat lebih baik dari orang lain tapi apakah dia kekurangan beberapa spesifikasi dari sudut pandang dunia ini?
Atau mungkin mereka mengira dia berkencan dengan Aya? Apalagi mereka merupakan seorang GodSlayers. Mereka berdua melakukan perjalanan bersama dan memiliki usia yang sama. Tidak akan aneh jika ada beberapa yang berpikir seperti itu.
Bahkan aku pikir itu akan menjadi suatu hubungan bagi mereka.
Kedekatan Souichi dan Aya sangat samar. Lebih dekat dari teman biasa tapi agak jauh untuk menjadi kekasih. Mereka berdua saling memanggil teman masa kecil atau teman dekat tapi aku merasa ini sedikit berbeda. Dan ini tidak seperti mereka juga tidak sadar satu sama lain.
Yah, aku tidak punya teman masa kecil atau teman baik seperti itu jadi aku tidak tahu jawaban yang benar.
"Karena kamu itu terkenal, apakah mereka merasa gugup saat berbicara dengan mu?" (Renji)
"Begitulah. Karena aku adalah pahlawan, seorang GodSlayer. Satu-satunya yang datang untuk mengobrol adalah anak perempuan dari keluarga bangsawan terkenal yang namanya  bahkan tidak aku ketahui. "(Souichi)
"Bukankah itu bagus? Bagaimanapun kau akan bisa hidup mewah. "
"Tidak terlalu tertarik. Lagipula aku ingin menjadi petualang setelah lulus. "
Benarkah? Aku menatapnya.
"Sama seperti Renji-niichan, aku ingin melihat ke sekeliling dunia. Dengan mataku sendiri. "
"Sepertinya terdengar menyenangkan. Tapi kau seharusnya tidak mencoba hidup seperti diriku. "
[Yeah, seharusnya tidak begitu. Jika kau mulai hidup seperti itu, Renji mungkin akan dikubur oleh Yuuko.]
"....... Itu adalah masa depan yang sangat masuk akal, jadi sungguh, aku mohon jangan."
Aku mengangkat bahu.
Mendapat upah dari guild, makan dan kemudian tidur. Setelah mengumpulkan sedikit uang, pindah ke desa berikutnya.
'Kebebasan' memang terdengar hebat tapi hidup tanpa tabungan sama sekali. Tidak ada jaminan apa yang akan terjadi begitu aku menjadi tua.
Jika Souichi benar-benar meniru gaya hidup itu, apa yang akan dilakukan sosok keibuan seperti Utano-san padaku ....... Sama seperti kata Ermenhilde, aku akan dikubur – sebenarnya akan baik-baik saja jika hanya berakhir seperti itu.
"Menjadi petualang tidak cocok untukmu, kakak." (Yayoi)
"Benar. Sebagai permulaan, kau tidak memiliki sifat  kedewasaan  dan karisma petualang yang kau butuhkan. Itu akan menjadi akhir bagi seorang petualang jika kamu diremehkan  kautahu? "(Aya)
"... .. terima kasih atas pendapatmu yang jujur, Yayoi, Aya." (Souichi)
[Karisma?]
Apa yang ingin kamu katakan? Aku sedikit memukul Ermenhilde di dalam saku ku. Sementara aku melakukan itu, Souichi merasa sedih mendengar komentar keduanya.
Karena dia terlihat lucu, kami bertiga mulai tertawa.
"Nah, apa yang harus kita makan? Sudahkah kalian memutuskan? "(Renji)
Ketika aku mengatakan itu, ketiganya mengatakan nama-nama hidangan yang mereka inginkan.
Berbeda dari  Aya, Yayoi-chan makan cukup banyak. aku terkejut. Mungkin karena aku tidak pernah melihatnya seperti itu saat kita bepergian bersama. Dan Sebenarnya aku khawatir,Aya tidak terlalu banyak makan. Souichi, yang bertentangan dengan penampilannya, makan cukup banyak tapi Aya juga makan banyak.
"Apa yang terjadi, apakah kau tidak enak badan?" (Renji)
"Eh?" (Aya)
"Tidak maksudku, bukankah kau biasanya  makan lebih banyak sebelumnya?"
"Uu ...... .."
Ketika aku mengatakan itu, dia menyembunyikan wajahnya yang tersipu di balik menu. Ah, dia malu, aku akhirnya sadar.
Aku berakhir mengatakan sesuatu yang kurang sopan. Memutuskan untuk tidak memperpanjang topik itu lagi, aku memanggil pelayan untuk memberi pesanan.
Bahu Souichi dan Yayoi gemetar saat mereka mencoba menyembunyikan tawa mereka dan kemudian Souichi sendiri tiba-tiba tersungkur di atas meja. Mungkin, dia dipukul di bawah meja oleh Aya.
[Anak-anak harus makan lebih banyak atau kalian tidak akan tumbuh kau tahu?}
"Kamu harus diam sebentar." (Renji)
[... .wha. Renji itu kasar.]
"Pfft."
Ermenhilde, kaulah yang kasar.
Dan Yayoi akhirnya tidak bisa menahan diri dan tertawa terbahak-bahak dan kemudian terdengar suara tumpul. Mungkin, Souichi ditendang lagi karena tubuhnya sedikit bergetar.
Aku hanya bisa menggaruk pipiku.
"Nostalgia, bukan?"
[Itu benar.]
Seperti yang diharapkan, tidak peduli apa yang aku katakan, suasana ini benar-benar menyenangkan.
Souichi dan Aya akan menyebabkan keributan, Yayoi akan tertawa melihat itu. Setelah sampai ke dunia ini, kita terhubung dengan hubungan yang aneh. Meskipun mereka orang asing, mereka adalah orang yang paling kita percayai. Meskipun kita tidak terhubung dengan darah, kita seperti keluarga.
Itu sebabnya aku merasa – ini benar-benar nostalgia.
.
.
.
Sambil makan, kami berbicara tentang berbagai hal. Kehidupan sekolah mereka, perjalanan ku, apa yang kita lakukan dalam satu tahun terakhir, apa yang sedang dilakukan orang lain sekarang.
Sebelum kami sadar, kami telah memakan semuanya dan kemudian memesan makanan penutup.
Seperti yang diharapkan, jumlah yang dipesannya tidak memuaskannya karena Aya makan cukup banyak makanan penutup. Yah, aku tidak cukup peka untuk benar-benar mengatakannya dengan keras sekalipun. Aku sudah cukup dewasa  untuk bertindak seolah aku tidak melihat apapun, kurasa. Souichi yang melakukan hal itu dengan suara keras harus jatuh rata di atas meja lagi.
"Sungguh, janggut itu tidak cocok untukmu." (Yayoi)
[Jadi Yayoi berpikir seperti itu, bagaimana dengan Aya?]
"Eh, um ...... ya begitulah."
"Aku malah berpikir itu terlihat jantan." (Souichi)
Dan untuk beberapa alasan, topik itu berganti ke jenggot.
Apakah jenggot milik ku benar-benar pantas untuk menjadi topik pembicaraan? Juga, melihat Ermenhilde begitu bahagia mendapatkan lebih banyak teman untuk menyudutkan ku juga menjengkelkan.
Dan sepertinya jenggot ku tidak populer dengan Aya dan yayoi-chan. Dan Souichi, aku bertanya-tanya apakah dia menyadari bahwa mengatakannya seperti itu cukup banyak mengubah makna di balik kalimat tersebut.
"Ketika aku dalam penampilan lusuh seperti in, aku jadi lebih terlihat seperti petualang normal sehingga jadi lebih menguntungkan." (Renji)
"Aa, aku mengerti. Jadi seperti sebuah penyamaran. "
Bukan hanya itu, ini cukup merepotkan untuk membersihkannya. Dunia ini tidak memiliki barang seperti krim cukur dan alat cukur sehingga kamu harus menggunakan pisau untuk melakukannya. Itu sendiri sangat berbahaya. Sering kali aku pada akhirnya memotong pipi atau leher ku sendiri.
Ketika aku mulai berhati-hati, mencukur mulai terasa merepotkan dan akhirnya aku berakhir dengan membiarkan janggut ini. Sebagai hasilnya aku sadar bahwa akhirnya aku mulai diterima sebagai petualang biasa.
[Aku rasa dia hanya berpikir kalau mencukur itu merepotkan.]
Itu benar. Kau benar-benar mengenal ku dengan baik.
Yah, aku tidak berniat untuk mengatakan kalau itu benar dengan keras.
"Bahkan aku juga memikirkan berbagai hal Ermenhilde." (Renji)
[Aku bertanya-tanya apakah itu benar ... .. atau lebih tepatnya, seharusnya normal bagi seseorang untuk menjaga penampilan pribadinya sendiri.]
"........ aku tidak bisa membantahnya."
Aya dan Yayoi sama sekali tidak menyukainya, mungkin sebaiknya aku mencukurnya dengan baik mulai sekarang.
Aku masih merasa itu merepotkan tapi perasaan untuk tidak menunjukkan sifat malas ku pada mereka lebih besar. Karena aku telah hidup malas selama satu tahun terakhir, mungkin aku harus menggunakan ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki gaya hidup ku sendiri atau lebih tepatnya, setidaknya penampilan ku. Aku mulai merasa seperti itu saat melihat mereka.
Apakah ini efek dari energi kaum muda? Ketika berbicara dengan mereka, aku merasa sedikit lebih energik.
"Baiklah, aku akan berusaha lebih proaktif." (Renji)
"Itu adalah sebuah flag 'tidak akan melakukannya ' bukan?"
"Percayalah padaku, Aya."
"A-Aku tentu saja .... per-percaya padamu. "
Apakah ada sesuatu dalam percakapan ini yang membuatnya merasa malu?
Saat dia mengalihkan tatapannya dan menyembunyikan wajahnya, aku hanya bisa memiringkan kepalaku dalam kebingungan. Kali ini aku benar-benar tidak mengerti. sepertinya Souichi juga sama sejak dia membuat wajah bingung saat aku menatapnya.
Yayoi-chan sendiri hanya tersenyum lebar.
"Kenapa kau tidak mencoba menumbuhkan jenggot juga Souichi? Kau mungkin terlihat lebih gagah. "(Renji)
"Be, benarkah?"
Ketika aku mengatakan itu, Brave-sama menatap ku dengan gembira. Akankah janggut bahkan sesuai dengan wajah androginiya? ...... Saat membayangkannya, tidak mungkin tidak mungkin. Aku mengalihkan pandanganku darinya. Ada batasan dimana beberapa wajah pria tidak sesuai dengan janggut.
Jika Souichi menumbuhkan jenggot, Utano-san tidak akan berhenti hanya dengan aku yang terkubur .
Sambil memikirkan hal-hal itu, aku menjadi sedikit takut. Orang itu benar-benar akan bersungguh-sungguh saat dia melakukan sesuatu. Utano Yuuko-san adalah tipe orang seperti itu.Mereka mengatakan nama seseorang sering sesuai dengan sifat mereka tapi itu pasti tidak benar.
(T / N: Yuuko pada dasarnya berarti anak yang lembut)
"Itu sama sekali tidak sesuai dengan kakak." (Yayoi)
"Yup, pasti tidak." (Aya)
[Souichi memiliki wajah cantik.]
Dan sekali lagi dia benar-benar ditolak.
Karena aku yang mengemukakan ide itu juga berpikiran sama, aku juga tidak bisa mendukungnya. Maaf Souichi, juga, Ermenhilde teman ku, "wajah cantik" bukanlah pujian untuk pria.
.
.
.
Setelah selesai makan malam, kami meninggalkan restoran. Bulan merah tepat berada di puncak yang menunjukkan bahwa ini sudah cukup larut.
Saat aku menarik napas, aku menyadari bahwa napas ku terasa sedikit hangat.
Bukan seperti demam. Tapi, mungkin lebih seperti sedikit energi anak-anak menular pada ku. Aku merasa seperti itu.
Apakah ini menyenangkan Ya, memang begitu. Aku bersenang-senang.
Tanpa memikirkan sesuatu yang bodoh atau tidak berguna, aku hanya mengobrol dan makan bersama teman-teman ku, bersama anak-anak.
Aku jadi teringat bahwa ini bisa sangat menyenangkan. Waktu dimana kita tidak harus berpikir seperti Brave atau Hero bisa sangat menenangkan, kita diingatkan kembali akan hal itu sekali lagi.
"Apa kau makan sampai puas?"
"Ya, aku makan cukup banyak."
"Kalau begitu, alangkah baiknya jika tinggi badanmu bisa tumbuh sedikit."
"Ya……."
Menjawab dengan penuh semangat, lalu segera menjawab dengan suara kecil, aku menertawakan Souichi yang seperti itu.
"Terima kasih banyak Renji-oniisan sudah mentraktir kami." (Yayoi)
"Seperti yang kau duga, akan sangat memalukan untuk berbagi tagihan dengan anak-anak."
"Fufu."
"Saat kalian lulus dan  mendapatkan pekerjaan .... aku akan membuat kalian mentraktir ku."
"Tentu saja."
Yayoi-chan, seperti biasa, terdengar paling matang meski dia yang termuda.
"......... .."
Dan Aya diam saat menggantung kepalanya.
Dia menjadi seperti ini sesaat setelah ketika aku mengatakan bahwa kita harus kembali. “yang benar saja gadis ini?”. Aku mulai berpikir.
"Oi Souichi."
"Ya ?"
Sambil memanggilnya, aku melemparkan Ermenhilde padanya.
Dia panik sedikit karena tindakan ku yang tiba-tiba tapi entah bagaimana dia menangkapnya dengan benar dengan kedua tangannya.
Mungkin karena dia tinggal di sekolah sekarang, dia jadi menjadi sedikit ceroboh. Nah, wajar saja sih.
Kehidupan di mana kalian selalu berhati-hati 24/7 akan menghancurkan kalian cepat atau lambat. Itu sebabnya, ini baik-baik saja. Aku rasa karena itulah Utano-san mengirim anak-anak ini ke sekolah.
[Ada apa Renji?]
"Aku akan kembali setelah berjalan sedikit dengan Aya. Aku akan menemui kalian di asrama nanti, jadi jangan khawatir. "
"Seperti biasa."
"Jangan terlalu dipikirkan, itu seperti biasanya bukan."
Mengatakan itu, aku mulai berjalan. Ermenhilde mengatakan sesuatu tapi aku bersikap seperti aku tidak mendengarnya. Saat melirik sedikit, Yayoi-chan mengacungkan jempolnya. Apa yang sedang kamu lakukan? Aku menghela napas.
"........."
"............."
Hening.
Tapi juga tidak ada keluhan terhadap apa yang tiba-tiba aku katakan.
Saat aku melirik Aya yang berjalan di sampingku, dia sedang berjalan sambil menghadap kedepan sekarang.
Fuyou Aya. Teman masa kecil untuk Amagi bersaudara dan mungkin penyihir terkuat dan terhebat di dunia ini.
Aku tidak bisa mengerti gadis ini. Mengapa dia ingin berbicara dengan ku, apa yang dia harapkan dari ku?
Saat itu, aku telah menyelamatkannya beberapa kali. Dari monster, kecelakaan, dan penyakit. Sejak saat itu, aku merasa dia telah tumbuh dewasa.
Hanya satu tahun. Tapi itu cukup bagi seorang gadis untuk tumbuh besar, kurasa. Tingginya telah tumbuh dari setinggi dadaku hingga mencapai bahu ku. Rambutnya juga tumbuh lebih panjang dan ekspresinya juga menjadi lebih seperti orang dewasa. Meskipun dia tertawa kekanak-kanakan saat berbicara dengan Souichi, saat ini ekspresinya tenang.
"Apakah kau bertambah tinggi?"
"Hanya sedikit."
Percakapan berakhir.
Aku pandai melanjutkan pembicaraan dengan orang tapi aku rasa aku cukup payah dalam memulai percakapan sendiri.
Ini berbeda jika aku memiliki maksud tertentu tapi seperti sekarang ketika tidak ada maksud seperti itu dalam pikiranku, Aku pikir aku akan puas dengan hanya berjalan-jalan seperti ini.Aku pikir tidak terlalu perlu untuk berbicara.
Memindahkan pandanganku dari Aya, aku mendongak ke langit malam sambil berjalan di sampingnya.
"Seragammu benar-benar cocok dengan mu."
"Terima kasih banyak."
Bukannya aku punya sesuatu untuk dibicarakan.
Tapi aku merasa Aya punya sesuatu yang ingin dia katakan kepadaku.
Itulah kenapa dengan sabar aku menunggu Aya untuk berbicara. Merasa bebas?”, sambil menatap langit malam. Jalan-jalan tanpa tujuan benar-benar terasa enak.
Orang yang tinggal di dunia ini tidur lebih awal. Itu karena tidak ada lagi yang harus mereka lakukan. Yang paling mereka nikmati adalah alkohol dan perjudian. Tapi kasino (bar judi) hanya ada di daerah dimana para bangsawan tinggal. Dan itu pun bukan yang legal. Mereka yang suka hal seperti itu mungkin masih bangun sampai larut malam tapi hanya kita yang akan jalan-jalan pada saat seperti ini.
Tidak ada orang di sekitar sini. Suasana yang tenang, jalan-jalan pada saat seperti ini benar-benar terasa hebat.
"Renji-san."
Kaki Aya berhenti.
Aku menatapnya dan mata kami bertemu.
"Apakah kamu merasa sedih?" (Aya)
"Ya."
Mengapa? Dia tidak menanyakan hal itu. Tidak ada alasan untuk mengajukan pertanyaan yang sudah kamu ketahui jawabannya.
Aya sedang membicarakan apa yang terjadi di siang hari.
Empat orang telah mati, Dan mereka adalah petualang yang ikut bertarung dengan ku. kehidupan yang tidak bisa ku lindungi.
"Aku rasa aku sedih."
"…….Aku tidak sedih."
"Apakah begitu?"
"Ya."
Apakah seorang seperti Aya sudah menjadi berhati dingin?
“Aku tidak, Aku tidak bisa, Sebenarnya aku merasa semua ini sepertinya ini lebih baik.”
Jika salah satu dari kita ber 13 meninggal, jika seseorang yang dekat dengan kita, ... ..Aya pasti akan menangis.
Tapi, dia tidak akan sedih karena kematian empat orang yang namanya atau wajahnya sama sekali tidak dia ketahui. Bahkan jika mereka adalah orang-orang yang berdiri di medan perang yang sama dengannya.
Dan itu normal. Karena jika kamu tidak berpikir seperti itu, kamu akan menjadi orang yang akan mati nanti. Ya, karena kita mengerti bahwa medan perang adalah tempat semacam itu.
Mereka tidak sensitif seperti anak-anak berusia 18 tahun di dunia asal kita. Tapi, ini sesuatu yang alami bagi dunia ini. Aku yakin Aya khawatir dengan fakta bahwa dia tidak merasakan apapun bahkan pada kematian seseorang.
"Aku bersyukur Renji-san baik-baik saja ... aku sangat bahagia."
"Aku juga. Aku juga bahagia Aya - Souichi dan yang lainnya juga aman. "
Tapi aku, pada saat yang sama, juga terpengaruh oleh kematian mereka ber empat. Aku telah berusaha untuk tidak menunjukkannya di wajah ku atau dalam tindakan ku tapi aku rasa mereka menyadarinya. Atau mungkin, aku hanya belum berubah dari satu tahun yang lalu.
Sederhana saja. Itu kesalahanku karena aku merasa tidak puas .--- aku yakin jika aku berdiri di medan perang sekarang, aku mungkin akan terluka. Tanpa alasan. Aku yakin itu
"Um--"
Suara Aya bergema dalam keheningan malam.
"Terima kasih telah menyelamatkan ku." (Aya)
"Tidak apa-apa. Aku telah mengatakannya waktu itu kalu aku sudah berjanji, bukan? Bahwa jika kau berada dalam bahaya, aku akan menyelamatkan mu. "
Aku rasa waktu itu dimalam seperti malam ini juga. aku tidak ingat dengan benar, tapi malam itu sangat tenang. Di depan perapian, aku sudah berjanji padanya.
Bahwa aku akan melindungi penyihir terhebat dan terkuat di dunia ini.
"Kamu mengingatnya. Janji itu. "(Aya)
"Yah, karena itu adalah janji yang sangat penting."
Aku mengangkat bahu.
Aku akan melindungi janjiku. Itu normal, jelas. Jadi, aku tentu saja, jelas, melindungi janjiku, itu saja.
"Renji-san sama seperti biasanya." (Aya)
"Aku hanya tidak ingin melanggar janji ku. Paling tidak begitulah menurut ku. "
Sulit untuk menepati janji. Bahkan setelah sampai ke dunia ini, aku melanggar banyak janji.
Tapi, kecuali dalam kasus ekstrim, aku pastikan tidak akan melanggar janji yang aku buat.
Bahkan jika janji itu sesuatu yang sangat kecil. Bahkan jika itu adalah janji yang luar biasa berharga.
Angin bertiup dan dengan lembut membuat rambut Aya bergoyang-goyang di udara. Di kegelapan malam, di bawah lampu lampu jalan yang bersinar dari energi sihir, cahaya pucat yang tidak ada di dunia kami sebelumnya, menyinari sosoknya.
"Nee, Renji-san."
18 tahun.
Tapi meski begitu aku merasakan semacam pesona dalam ekspresinya.
"Terima kasih banyak."
"Ya."
"Aku sekali lagi diselamatkan oleh mu."
"--itu benar."
Meskipun aku tidak bisa melindungi mereka, aku menyelamatkan nyawanya.
Aku yakin itulah yang ingin dia ceritakan padaku. Aku sedang memikirkan kematian mereka terlalu banyak. Kata-kata itu datang karena dia mengkhawatirkanku. Kata-kata itu begitu lembut, dan hangat sehingga akhirnya aku tersenyum secara alami.
Dan kemudian menghela napas. Ini tidak akan terjadi. Aku sedang dikhawatirkan oleh anak kecil. Aku gagal sebagai orang dewasa. Akhirnya aku tersenyum kecut.
Apa yang dia pikirkan saat melihatku seperti itu, Aya tersenyum seperti anak nakal. Bukan senyuman yang mempesona seperti sebelumnya, senyumnya lebih cocok untuk seorang gadis seusianya.
"Jangan menangis, oke?" (Aya)
"Tidak akan."
Dia mulai cekikikan.
Aku pernah mendengar kata-kata serupa di tempat yang sangat berbeda sekali. Dari suara yang sangat berbeda.
Satu tahun yang lalu – di tempat terakhir kali aku menangis.
"Yeah, aku sudah berjanji pada Ermenhilde."
Itu sebabnya, aku tidak akan menangis.
Walaupun rekan-rekanku meninggal, tidak masalah siapa yang meninggal, tidak peduli aku kehilangan apa pun.
--karena aku telah berjanji seperti itu