PROLOG
(Author : R Lullaby)

Tahun 24, penanggalan tahun iblis. Setidaknya itu yang kuketahui dari perkataan orang sekitar.
Penanggalan tahun di dunia berubah sejak invasi awal dari Penyihir Hitam Engelina pada dunia. Lalu tiga belas tahun tahun setelahnya, invasi besar pun dia lakukan. Memberikan gelombang kedua penyerangan yang mengerikan hingga menggemparkan dunia untuk kesekian kalinya.
Banyak korban dari para esper berjatuhan. Mempertahankan harga diri umat manusia dengan segenap jiwa dan raga. Tapi tetap saja ....
Pihak iblis terlalu kuat. Ditambah lima jendral iblis dari Kerajaan Gehena yang membantu penyihir hitam itu.
Di tengah keputusasaan akan di ujung tanduknya kehancuran umat manusia, seketika muncul sosok wanita yang bagaikan jelmaan malaikat. Beliau sang penyelamat yang memberi kekuatan dan semangat pada umat manusia untuk menjadi lebih kuat. Beliau adalah Sang Demigod terakhir.
Dengan adanya beliau, benua ini dapat direbut kembali oleh kami selaku umat manusia. Akan tetapi, harga yang dibayar untuk mendapatkan benua ini adalah pengkhianatan dari sang kekasih wanita itu yang berpihak pada iblis.
Sungguh kisah yang ironis.
Sungguh banyak peristiwa yang terjadi di masa lalu. Mulai dari kebenaran yang ditutupi sampai kebohongan yang sengaja dibeberkan.
Tapi menurut sejarah yang kupelajari, seperti itulah ceritanya.
Kini, Benua Dealendra terbagi menjadi enam kerajaan besar.  Dan kabarnya, tiap kerajaan itu dibangun oleh para Esper dari generasi keajaiban di masa lalu. Mereka jugalah orang-orang yang melakukan pemetaan wilayah di saat-saat kondisi krisis menimpa dunia.
Tak lebih dari 96 juta penduduk manusia hidup di benua besar ini. Memang terdengar sedikit, tapi itulah faktanya.
Maka dari itu seluruh kerajaan mulai menjalankan Program [Bride–Elect] guna untuk menambah populasi manusia di dunia.
Di masa ini mayoritas manusia merupakan seorang Esper, atau mereka sering menyebutnya dengan Kineser.
Mungkin hanya di bawah 1% saja manusia biasa yang ada di dunia, dan itu tak aneh mengingat kami tak mampu bertahan saat invasi besar Penyihir Hitam meski para Esper sudah mati-matian menyelamatkan nyawa kami sebanyak mungkin.
Lalu karena masa lalu yang melukai sang penyelamat, kami pun semakin menjadi minoritas. Perlakuan berbeda dan tak adil pun sudah menjadi hal biasa bagi kami.
Tak pernah ada dari kami yang bekerja di kerajaan. Kami tidak dipercaya untuk bergerak di bidang pemerintahaan. Karena dosa besar yang telah kami lakukan untuk beliau.
Tapi setidaknya kami harus bersyukur memiliki mereka. Para Esper atau Kineser itu. Jujur saja, aku benar-benar menaruh hormat pada mereka.
Bahkan sampai saat ini pun beberapa dari mereka pergi ke benua sebrang untuk melakukan pemetaan wilayah, dan melawan para iblis yang menakutkan dengan harapan bisa kembali merebut Benua Frosy.
Aku takkan pernah mau melakukan hal yang mempertaruhkan nyawa seperti itu. Jika disuruh memilih aku ingin tinggal di kota aman ini. Bekerja terus hingga sukses dan menghasilkan uang yang banyak. Lalu hidup enak dan dipenuhi kemewahan yang berlimpah.
Itulah impian dari orang yang tinggal di pinggiran sepertiku. Laki-laki berandal yang sudah merasakan keras dan perihnya kehidupan.
Maaf ..., seharusnya aku tidak bangga akan hal ini.
Kembali lagi. Aku memang berpikir seperti sebelumnya. Tak ingin terlibat dengan para Esper yang bertarung di garis depan melawan para iblis yang menakutkan.
Tapi ..., kenapa aku malah di sini, sekolah esper ini, dan berdiri di hadapan mereka. Memakai pakaian yang sama seperti orang-orang yang kini menatapku dengan penuh rasa penasaran.
“Baik perkenalkan dirimu, Anak Muda!” jelas guru muda di sampingku dengan senyuman lebar memperlihatkan kebanggaan.
“Hei, orang itu yang menyelamatkan Putri Selenia.”
“Eh, jadi dia mengalahkan iblis yang menyusup ke kerajaan kita.”
“Keren, pasti dia Kineser yang sangat kuat. “
Bisikan mereka benar-benar masih terdengar jelas. Atau mungkin, itu bukan bisikan lagi namanya.
Lagipula Kineser apaan? Aku hanya manusia biasa yang tak sengaja terlibat penyerangan minggu lalu. Karena kesalahpahaman dan lelaki aneh itu, aku malah jadi masuk ke sini.
Tapi apa boleh buat ..., aku harus melakukan ini demi impianku untuk memiliki kekayaan yang berlimpah dan hidup enak.
“Ae-Aeldra ..., itu namaku.” Aku berucap memberikan senyuman pada sekitar. Mencoba terlihat ramah. Tapi mungkin, senyuman paksa yang kuberikan tadi malah jadi terlihat aneh bagi mereka.
***