MASA LALU TAMAKI
(Translater : Guruh;  Editor : Toro)


Kami berempat terkirim ke ruang putih.
Syukurlah, kami selamat.
Jujur saja, aku tidak ingin bertarung dengan Elite Orc dengan kondisi terpencar seperti itu. Sangatlah mustahil bisa menang jika seperti ini.
Bahkan, aku sudah mulai memikirkan bagaimana caranya untuk kami merlarikan diri. Antara Magic Mia, apakah ada yang bisa di gunakan? Atau mungkin Magic untuk mengulur waktu.....
Benar, dalam pertarungan ini kami mengalahkan empat Orc, ditambah dengan Orc yang sebelumnya kami kalahkan.....
Jadi begitu, Elite Orc yang kami kalahkan kemarin, memiliki jumlah EXP yang sama dengan lima Orc biasa.
Apa mungkin Orc juga memiliki perbedaan dalam level, dan level itu mempengaruhi jumlah nilai EXP? Yang artinya Elite Orc itu level-5, dan memiliki 10 skill point yang cukup untuk menaikkan skill tertentu ke tingkat empat?
Apa Elite Orc itu memiliki sword skill tingkat 4? Atau semacam “Orc Battle Tactic” yang khusus untuk ras Orc, dan skill itu yang naik ke tingkat 4? Masalah ini masih misteri sampai saat ini.
Jika musuh juga memiliki sistem skill, maka itu kemungkinanan adalah “Orc Battle Tactic”. Karena jika  berdasarkan Sword Skill saja,akan mustahil mempunyai kekuatan seperti itu.
Jika sistem di dunia ini berdasarkan skill dan level, maka aku akan berasumsi ada skill bernama “Orc” yang dapat menigkatkan ukuran tubuh dan kekuatan.
Walaupun ini terdengar ngaco. Wah~ ini sangat tidak menguntungkan bagi manusia.
Tidak, mungkin tidak terlalu ngaco juga. Dari pengalaman sebelumnya, Orc sangatlah bodoh. Bahkan yang sudah jelas sebuah jebakan, mereka dengan mudahnya tetap terjatuh kedalamnya, Dan tidak memanggil temannya.
Sebagai contoh, jika aku level-0 dan ingin mengalahkan Arisu yang level-1. walaupun menggunakan jebakan, akan tetap sulit untuk menang.
Yang artinya, dia memiliki pemikiran yang bagus, dan dia akan menemukan bahwa ada jebakan dengan segera.
Jika melawan Orc biasa, selama kami memiliki perlengkapan dan persiapan yang cukup, aku rasa kami akan menang.
Walaupun banyak faktor keberuntungan, pada akhirnya aku tetap menang.
Singkatnya, keuntungan kami adalah mampu menggunakan orang yang tepat pada tempat yang tepat.
Aku mencoba pemikiran itu untuk lari dari kenyataan, namun tamaki masih menangis di dadaku.
Menurutku ini bukanlah salahnya, jika di pikir lagi arisu lah yang terlalu jago.
Aku sudah menggunakan standar yang salah dalam menilai orang. dalam pertarungan pertamaku dengan Orc, apa aku merasa tidak ingin mengalami hal seperti itu juga?
Aku menundukkan kepalaku dan melihat Tamaki yang terus berkata. “Maaf, kumohon jangan tinggalkan aku.”
Kemudian dengan ekspresi minta tolong aku melihat ke Arisu dan Mia.
Mereka berdua juga menangis.
Agh, sebenarnya aku yang ingin menangis....
Tamaki memelukku dengan lebih erat, yang semakin mendekatkkan tubuh kami.
Aku menepuk punggungnya layaknya aku menenangkan seorang bayi.
“Tenanglah, kita sudah aman, oke?”
Kami duduk berdua di tanah, atau lebih tepatnya dia menarik bajuku yang memaksaku untuk duduk.
Mungkin karena dia menaikkan Physical Skill ke tingkat-1, perempuan ini kuat sekali.
Oh ya— baru terpikir olehku, walaupun ada skill untuk Physical dan Movement, tapi tidak ada skill yang berhubungan dengan mental.
Walaupun dengan weapon skill dan physical skill, hati Tamaki masih belum sepenuhnya menjadi petarung. Jika terjadi hal yang sama saat bertarung dengan Orc aku rasa tidak akan ada kendala, masalahnya adalah bagaimana tindakan kami selanjutnya....
“Arisu, kamu tahu kenapa dia jadi seperti ini?”
“Ya aku kurang lebih aku tau.”
“Tapi, lebih baik untuk pertama....”
Ya kita harus membuatnya tenang dulu. Aku secara halus mengusap kepala Tamaki, dia berbeda dengan Arisu, ada aroma mandarin. Atau mungkin sebelumnya dia menggunakan parfum.
“Tamaki, jangan khawatir. Aku tidak akan membencimu atau meninggalkanmu hanya karena hal kecil seperti ini.”
Itu benar, aku tidak akan mengkhianatimu, selama kamu terus mempercayaiku, maka aku iuga akan mempercayaimu,
Tapi tamaki tetap menangis.
Mungkin dia pernah mmengalami sakit hati. Pasti ada sesuatu di hatinya yang membuatnya memelukku yang sebagai pemimpin dengan erat dan memohon ampunan.
Sebuah perlakuan masa lalu yang kejam.
Aku tidak berpikir ini adalah masalah yang merepotkan. Aku pun sama dengan dia, memiliki luka di hati. Selama waktu mengijinkan, aku ingin mengerti rasa sakitnya dan membantunya untuk menyembuhkan luka itu.
Akhirnya, mungkin karena dia lelah, dia tertidur seperti ini di tanganku.
Aku menarik kakiku, dan membiarkannya tidur di pahaku. Setelah beberapa lama kakiku mulai terasa keram, yang membuat meminta Arisu menggunakan Remove Pain.
Tangan Tamaki di sekitar pinggulku, dan dia tidur begitu saja.
Beberapa kali dia mengeluarkan suara desahan, entah apakah dia sedang bermimpi buruk?
Perasaan ketika kita terbangun dari mimpi buruk sangatlah tidak enak.
Masa laluku selalu menghantuiku dan terus membuat hatiku hancur, aku rasa Tamaki juga merasa demikian.
Sekali lagi aku mengusap lembut rambut emasnya.
Tamaki pun tertidur dengan lelapnya.
“Arisu, Mia, bisa nggak kalian duduk juga?”
“Ya.”
“Hmm.”
Mereka berdua melipat kaki mereka dan duduk di depanku dengan postur duduk perempuan.
“Oke sekarang katakan padaku, kenapa Tamaki jadi seperti ini?”
“Ah, ini~”
Arisu ragu untuk sesaat kemudian berkata:
“Sebelumnya, bisa tidak kau menyetujui permintaanku?”
“Tentu saja, selama apa yang kau minta masih bisa aku penuhi, aku pasti akan menyetujuinya.”
“Itu, itu~”
Arisu menelan liurnya, dan mengeluarkan suara “Un” dan mengangguk sambil mengepalkan tanganya.
Kemudian dia menggelengkan kepalanya....
Akhirnya dia menatap mataku.
“Kazu-senpai, ini permintaanku, jika Tamaki juga mau, aku ingin kamu berhubungan dengannya” (TL note : pacaran)
“Huh?”
Aku kebingungan.
Ryuuki Tamaki adalah anak adopsi, aku sudah dengar ini dari dia sendiri.
Itu karena dia berambut pirang dengan mata biru seperti orang barat.
“Tamaki itu anak yatim piatu.”
Dia tidak tau siapa orang tuanya, dia sudah di buang di saat dia masih bayi.
Konon, ada jaman dimana orang kaya berlomba-lomba untuk mengadopsi dan mendidik anak yatim piatu seperti dia. Orang yang mengadopsi tamaki adalah seorang investor.
Tapi, orang tuanya dalam keluarga Ryuuki memiliki temperamen yang buruk. Walaupun pada biasanya dia di perlakukan dengan baik, tapi jika ada sesuatu yang salah, kemarahan mereka akan meledak dan akan memarahi Tamaki dengan mengatakan bahwa dia anak yang tidak berguna.
Seperti keluarganya tidak membutuhkannya, dia adalah anak yang tidak di inginkan, kami ingin mengadopsi anak yang lebih pintar.
“Bukannya orang seperti itu akan tereleminasi jika mereka ingin adopsi anak?”
“Normalnya mereka orang yang baik, banyak orang mengatakan bahwa mereka juga ramah tamah.”
Ya—banyak orang yang pandai berpura-pura— pikirku acuh. Sebenarnya aku sendiri juga terpaksa harus membunuh seseorang di karena kan ‘Orang-orang pandai berpura-pura’ ......
“Walaupun begitu, Tamaki tetap berusaha keras. Dia terus berusaha untuk mendorong dirinya, memaksa dirinya.... sifat Tamaki itu blak-blakan dan serius, jadi dia akan terus bekerja keras hingga kelelahan.”
Sampai akhirnya—ya benar.
Hatinya hancur.
Ekspetasi orang tuanya, menjadi sebuah beban berat baginya,dan sampai ada situasi dimana dia kehilangan ingatannya dalam jangka pendek.
Oleh karena itu, keluarga Ryuuki mengirim Tamaki ke sekolah ini.
Mereka meninggalkannya—kata Arisu.
“Kazu senpai itu transferan anak SMA, jadi kamu mungkin nggak tau, sebenarnya sekolah ini semacam ....‘ubasuteyama’.” (TL Note: legenda jepang, dimana orang yang sudah tua ditinggalkan di sebuah bangunan untuk mati.)
Jadi begitu, sekolah ini terisolasi dari dunia luar.
Bagi orang yang mau merogoh sedikit uang untuk mengirim anaknya, ini adalah tempat yang cocok.
“Itu berarti, banyak orang seperti dia disini?”
“Sebenarnya aku juga.”
Aku melihat Arisu dengan ekspresi shock, yang hanya di balas oleh senyum depresi Arisu yang berbeda dengan biasanya.
“Sebenarnya aku juga anak yatim piatu, walaupun mereka tidak punya ekspetasi yang tinggi untukku, tapi mereka juga punya sikap seperti ‘Kirim saja anak ini ke sekolah itu’. Aku nggak punya hubungan baik dengan orang tua angkatku.”
“Arisu....”
“Ah, tapi nggak usah dipikirkan. Mereka sudah janji akan membayar biaya sekolahku sampai universitas.... dan dengan situasi sekarang, hal itu sudah nggak ada sangkut pautnya.”
Itu benar.
Aku menghembuskan nafasku, dan menatap langit-langit putih.
Itu karena inj dunia lain.
“Oh ya, kalau Mia?”
“Keluarga normal, orang tua normal, Cuma saja anaknya yang sedikit Hikikimori.

“Kenapa kamu bilang kayak itu latar belakang sebuah film?”
“Karena mereka khawatir anak mereka yang terlalu Hikikimori , karena itu mereka mengirim anak mereka ke sekolah ini, di mana semua telah di atur dan tidak ada hiburan.”
Mia menatap langit-langit.
“Dan yang paling buruk, mereka menemukankan segunung manga porno yang aku sembunyikan di belakang rak buku.”
“Itu ketika kamu SD?”
Mia mengeluarkan suara “Huh?” dan melihat ku dengan terkejut.
“Hal-hal kayak begitu sudah biasa sekarang.”
“Jangan mencari persetujuanku, aku tau kau ada di umur di mana rasa penasaran mendominasi, tapi orang normal biasanya tidak punya *segunung* manga porno.”
Mia menoleh ke Arisu, dan Arisu menggelengkan kepala malu.
“Ah lupakan saja, singkatnya kau pantas mendapatkanya.”
“Hmm aku juga pikir begitu.”
“Bukannya kau sebelumnya bilang, kalau kakakmu juga belajar disekolah?”
“Kakakku bawa game porno kesekolah waktu SD, sampai bikin kekacauan....”
Kakakknya tidak bisa di harapkan.
Tindakan seperti itu bisa menarik perhatian orang ke dia, hmm, mungkin tidak.
Akan tetapi, kakak adik ini benar-benar luar biasa.
“Kalau Kazu-chi?”
“..... kau ingin panggil aku seperti itu untuk seterusnya? Aku berhasil masuk ke sekolah ini dengan nilai ujian transfer SMA. Perbedaannya juga tinggi.”
Tapi aku juga tidak mengira akan di bully, aku menyesali tindakanku yang nyaris menginjak ranjau.
Tapi—aku menundukkan kepalaku dan melihat Tamaki yang tidur terlelap. Aku mengelus kepalanya dengan lembut, kemudian aroma wangi tercium.
“Arisu, tadi kamu bilang berkat sifat optimis Tamaki, kamu bisa mendapatkan teman?”
“Ya itu benar, ketika aku masuk sekolah ini, aku tidak tau kalau Tamaki memaksa dirinya. Ketika aku sedikit mencuekkinnya, dia jadi.....”
“Jadi seperti ini?”
Arisu mengangguk, mengatakan bahwa dia mendengar masa lalu Arisu pada saat itu.
“Tamaki pernah bilang, di saat dia gagal dalam memenuhi ekspetasi seseorang yang dia percaya, di saat itu dia akan jadi hilang kendali. Normalnya dia akan baik-baik saja.”
“Jadi bisa dibilang dia.... sangat percaya padaku.”
Aku mengenal Tamaki baru kemarin sore.
Sebenarnya, diantara kami berempat, hanya aku dan Arisu yang memiliki hubungan, aku tidak menyangka kalau dia— bagaimana aku mengatakannya ya, memendam rasa padaku.
“Ini.... salahku.”
Arisu menundukkan kepala dan berkata.
“Aku meyakinkan semua orang— kalau hari ini kalian tidak mengikuti perintah Kazu-senpai, kalian akan mati.”
“Ah, kamu mengatakan itu pada sdmua orang untuk menolongku?”
Arisu mengangguk.
“Karena itu, semua orang bekerja keras untuk membantu Kazu-senpai.....”
“.... apa mungkin semua orang ingin naik ke level-1, juga karena kamu?”
Jadi ketika aku tidur sendiri di ruang tidur, Arisu dan yang lainnya membahas hal ini.
Ini benar-benar bantuan yang tak terduga.
Inisiatif Arisu membuatku senang, tapi walaupun aku senang, hmm— jadi itu alasannya kenapa para perempuan sangat penurut melebihi dugaanku.
“Ah, tapi bukan aku saja, shiki-senpai juga ikut membantu meyakinkan yang lain.”
“Orang itu?”
“Ya, Shiki-senpai bilang, Kazu-senpai adalah orang dengan  kesabaran yang tinggi, jika kita ingin mempercayakan seseorang, maka dialah orangnya....”
Apakah dia ingin membalas budi, atau dia memiliki niat terselubung lainnya?
“Jadi karena itu Tamaki ingin memenuhi ekspetasiku?”
Jika dia tidak memenuhi ekspetasi seseorang, maka dia akan di tinggalkan—. Sekali dia sudah berpikir seperti itu, maka dia akan hilang kendali.
Apa yang bisa aku lakukan untuknya....
“Kamu harus menenangkannya, kamu harus meyakinkan padanya, bahwa apapun kesalahan yang dia buat, Kazu-senpai tidak akan meninggalkannya.”
“Kalau hanya itu, selama aku menghabiskan waktuku untuk meyakinkannya, maka akan baik-baik saja. Untungnya, ketika kita di ruang putih, kita mempunyai waktu sebanyak yang kita inginkan.”
“Dulu, aku mencoba meyakinkan Tamaki, apapun yang dia lakukan padaku, aku tidak akan marah. Aku bahkan membiarkannya memakai sebuah pisau untuk menyayat lenganku.”
Tapi sekarang bekas luka itu telah hilang— arisu tersenyum dan berkata.
Apa yang terjadi padanya, bukanah hal yang paling mengerikan.
Yang berikutnya lebih gila dari yang aku bayangkan.

“Kemudian Tamaki memintaku untuk menyayat tangannya juga... jadi kami berdua menyayat diri kami.”
Tapi luka pada tangannya sudah menghilang karena efek Heal kemarin. Kemudian Arisu menambahkan—
“Jika hanya melukai diri kita saja sudah cukup, berarti apa aku juga bisa?”
“Tamaki dan aku sudah bersama sejak lama.”
Oh— aku mengerti. Walaupun Arisu sudah bersama dengannya dalam masa waktu yang lama, dia tetap harus melewati ritual seperti itu, jika seperti itu, maka harus ada hubungan yang lebih erat lagi antara aku dan Tamaki.
“Jadi karena itu kamu ingin aku berhubungan dengannya?”
“Ya.”
Arisu mengangguk.
Masalah ini semakin merepotkan saja.
Aku hanya bisa menghembuskan nafas.