PENYERBUAN ASRAMA SMP PEREMPUAN
(Translater : Guruh ; Editor : Toro)

Setelah strategi meeting selesai.
“Boleh aku bicara secara privasi dengan Tamaki?”
Sebelum kami meninggalkan ruang putih, Arisu membawa Tamaki ke ujung ruangan dan berbicara secara rahasia.
Aku ingin tau apa yang mereka bicarakan, aku benar-benar penasaran.
Tapi, aku tidak boleh menguping, 'kan? Mia menarik lengan bajuku, seakan-akan dia mengetahui keraguanku.
“Perempuan itu memiliki rahasia antar perempuan.”
Aku merasa ekspresi Tamaki dan Mia sangatlah mencurigakan dan sesekali mereka melirik ke arahku, membuatku semakin penasaran.
“Kalau begitu, kita berbagi rahasia juga.”
“Rahasia seperti apa?”
“Arisu sangat sensitif di bagian kupingnya.....”
Bagaimana kamu bisa tau hal seperti itu.
“Ketika kami mandi waktu itu, kami ada sedikit kontak tubuh.”
“Ini benar-benar topik yang menarik.”
Terus? Aku mendekatkan telingaku ke Mia, tapi karena aku terlalu nyaring, Arisu berlari ke arahku sambil tersipu, dan terlihat marah denganku.
Arisu mendekatiku tanpa berbicara apapun, dan mencubit pipiku.
Sakit sekali.
Arisu yang menggembungkan pipinya terlihat sangat imut, dan membuatku tertawa, Arisu pun semakin cemberut, dan aku pun menyerah.
“Aku harus lebih hati-hati.”
Walaupun aku tidak mengerti, tapi aku harus meminta maaf dulu.
Dengan demikian, Tamaki dan Mia menaikkan sword skill dan earth magic ke tingkat dua.
Ketika kami meninggalkan ruang putih, kami pun langsung beraksi. Yang berbeda dari pengintaian sebelumnya, sekarang terdapat tiga Orc yang sedang berjaga di sekitar pintu utama.
Apa mereka sedang patroli?
Tapi mereka hanya berdiri di tempat saja, dan seperti mereka juga sedang tidak dalam kondisi waspada, dan sesekali mereka terlihat menguap.
Mungkin mereka di beri perintah oleh Elite Orc, karena itu mereka berjaga disana. Apapun itu, yang berbeda dari subuh, adalah Orc lebih aktif.
“Jumlah Orc yang di luar bertambah....”
Sekarang sudah jam sembilan pagi, hanya tinggal menunggu waktu sampai berita tentang manusia yang selamat menggunakan pusat pembinaan sebagai markas terdengar oleh para Orc.— pikirku dalam hati.
Oleh karena itu, kita harus berusaha membunuh Elite Orc sebanyak mungkin.
Aku tidak tau apakah ini keberuntungan atau tidak, tapi setiap bangunan yang ada disini di kelilingi oleh banyak pepohonan, yang membantu mengurangi suara.
Khususnya asrama perempuan,lokasinya lebih tersembunyi di bandingkan bangunan lainnya, walaupun ada keributan, Orc yang berada di bangunan lain tidak akan mengetahuinya.
Oleh karena itu, aku akan berusaha untuk memusnahkan semua Orc yang ada disini. Kita harus mengurangi jumlah musuh kita sebanyak mungkin.
Aku me-summon satu gagak dan dua puppet golem, MP ku berkurang-9,menjadi-41.
Party kami berjumlah empat orang. Karena jumlahnya meningkat, akan sangat sulit untuk menggunakan Support Magic ke semua orang, karena itu aku harus membaginya.
Pertama aku yang tidak berdiri di garis depan hanya memerlukan Physical Upuntuk meningkatkan kecepatan, yang berguna untuk melarikan diri.
Untuk Mia, Physical Updan support magic tingkat dua Smart Operation yang dapat meningkatkan kekuatan magic.
Untuk Arisu,Tamaki, dan dua puppet golem Keen Weapon,Physical Up,danMighty Arm.
Durasi efektif Hastesangatlah pendek, di saat support magic ku masih tingkat 3, magic ini hanya mampu bertahan 1 sampai 1,5 menit. Dan itu sangatlah tidak cukup.
Aku meminta arisu untuk menggunakan heling magic tingkat 2 Flower Coat kepada kami berempat. Ini hanyalah sebagai asuransi, karena lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
“Kita rubah rencana kita sedikit,pertama kita kalahkan tiga Orc yang ada di pintu. Dua Orc yang ada di pintu utama akan di kalahkan arisu dan puppet golem.”
“Ya”
“Aku akan menyerahkan Orc yang berdiri sedikit jauh itu pada tamaki.”
“Ah,hm aku mengerti.”
Tamaki memegang kapak besar yang lebih besar darinya dengan dua tangan, dan mengangguk dengan ekspresi yang takut.
Dia menelan air liurnya,sikapnya sangatlah berbeda jika di bandingkan dengan di ruang putih. Giginya tidak berhenti bergetar, sepertinya pertarungan pertamanya ini membuat dia gugup.
Aku hanya berharap dia melakukan yang terbaik.
“Jika ada Orc yang berusaha melarikan diri, aku akan mengandalkan mia untuk menghentikan mereka”
“Aku mengerti.”
“Arisu,serang!”
“Ya.”
Aku memberikannya perintah untuk dua Orc yang dekat pintu utama asrama perempuan.
Arisu melesat keluar dari hutan.
Aku membiarkan puppet golem mengikutinya dari belakang. Setelah mengalami keraguan, Tamaki berteriak sekuat tenaga untuk memberanikan dirinya dan langsung berlari menuju Orc yang sedikit lebih jauh dari kami.
Cih. Kenapa kau teriak.
Ah biarkan saja, lagipula suara dari pertarungan akan terdengar oleh Orc yang berada di dalam asrama perempuan yang artinya mereka akan mengetahui bahwa seseorang telah menyerang.
Mungkin adalah mustahil bagi dia untuk tidak berteriak. Bagaimanapun juga ini adalah pertama kalinya dia melawan Orc yang bukanlah seperti boneka, ketika aku bertarung untuk menyelamatkan Arisu, Aku pada saat itu juga berteriak.itu adalah hal yang wajar.
Lalu Arisu?
Aku mencoba mengingatnya. Bagaimana ya mengatakannya, aku merasa dia sangatlah stabil, atau lebih tepatnya tenang. Tetapi itu karena Arisu sedikit spesial.
Hmm. Kalau di pikir lagi, dia memang sudah menakjubkan dari awal. Khusunya mentalnya yang lebih kuat lagi. Yang lain tidak bisa dibandingkan denganya.
Tamaki memegang kapak besar dan berlari menuju Orc.
Ini berbeda dengan pertama kali arisu bertarung, dia memiliki Sword Skill tingkat dua. Selama dia bertarung dengan normal, maka dia akan menang dengan mudah...
Ayunan kapak Tamaki sedikit meleset dari tengah, dan hanya memotong pundaknya, tangan kanan Orc yang memegang pedang telah terpotong.
Darah biru yang muncrat mengenai wajah tamaki.
“Eek....”
Tamaki tiba-tiba tidak bergerak.
Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi....
Ini bukan situasi yang bagus. Aku berdiri.
Orc yang telah kehilangan tangannya menjadi semakin gila dan berlari ke arah Tamaki, berusaha menabrak tamaki dengan tubuhnya. Tamaki yang tidak bergerak, terjatuh tak berdaya.
“Mia, gunakan Attack Magic pada Orc itu!”
“Aku mengerti.”
Walaupun ada resiko salah sasaran di tengah-tengah kekacauan pertarungan, tapi aku lebih khawatir jika tamaki terus di desak oleh Orc, maka akan semakin sulit untuk membantunya.
Kita harus membunuh Orc itu sekarang juga.
Stone Bullet
Batu yang di lempar Mia menembus dahi Orc itu dengan mudahnya.
Tapi Orc tersebut belum mati, dan orc tersebut terjatuh dan menindis tamaki.
Tamaki berteriak.
Di sisi lain pertarungan ini.... Arisu membunuh dua Orc secara instan, dia bahkan tidak memerlukan bantuan dari puppet golem.
Hmm, Arisu sama seperti biasanya.
Apa yang terjadi berikutnya adalah masalah utamanya.mendengar suara dari luar asrama, terdengar kegaduhan dari dalam asrama perempuan.
Sialan.
Tak hanya Tamaki tidak bisa membantu kami, dia juga telah menjadi beban kami. Rencana awalnya adalah untuk tamaki membunuh Orc biasa itu.
“Mia,rencana kita sudah berubah,lupakan saja soal pintu belakang. Kamu tinggal disini dan tunggu perintah, kamu akan bertanggung jawab bagian support. Aku akan pergi ke tempat Tamaki.”
“Aku mengerti.”
Tamaki telah kalah oleh tekanan rasa takut di pertarungan pertamanya. Tapi Mia yang juga menjalani pertarungan pertamanya dapat bersikap tenang, dan itu bagus sekali.
“Kazu-senpai,para Orc berlarian keluar dari asrama! ah, itu, Tamaki dia...”
“Arisu, bentuk formasi dengan puppet golem, dan jangan biarkan mereka datang kesini.”
“Ya, ya.”
Satu Orc berlari dengan kencang dari asrama.
Arisu bersiap menerima serangan itu. Aku berlari ke arah Tamaki, dan mengamati situasi pertarungan dengan mataku.
Tamaki tertindih oleh Orc yang jatuh, dan dalam kondisi yang panik. Dia melepas kapaknya, dan berteriak dan berusaha melepaskan diri. Walaupun Orc tersebut tidak hilang, namun Orc tersebut sudah tidak sadarkan diri dan tidak bergerak.
Ini adalah situasi yang sangat merepotkan. Aku mengeluarkan pisau—pisau survival biasa.
Aku menusukkan pisau itu kebelakang kepala Orc tersebut, Orc itu kejang-kejang sebentar.
Dan akhirnya berhenti bernapas.
Tubuhnya secara perlahan menghilang, dan meninggalkan sebuah permata.
“Tamaki, kamu bisa berdiri? Oi.”
Aku menarik tangan Tamaki berusaha membantunya.
Tamaki melihatku. Air matanya mulai mengalir dan bahkan ingusnya pun ikut mengalir. Dan terdapat noda basah di dalam rok nya.
Hmmm, tadi memang kejadian menakutkan, jadi mau bagaimana lagi.
Tamaki memelukku, dan memendam kepalanya ke dadaku, dan menangis dengan keras.
Aku dengan lembut mengelus rambut emasnya, tidak tau apa yang harus aku lakukan.
“Maaf, maaf, maaf, maaf.”
Dia terus meminta maaf padaku.
"Jangan tinggalkan aku, kumohon jangan tinggalkan aku.”
“Tunggu dulu, kamu itu ngomong apa....”
Kemudian,sebuah musik terdengar di telingaku.
Huh? Apa?
Aku mengangkat kepalaku, dan melihat Arisu mengatasi para Orc yang keluar dari pintu besar itu. Dengan ini, aku naik level.
Sejujurnya, kami benar-benar tertolong olehnya.