BAB 12
(Translater : Fulcrum)

“Aku tidak mengira kalau sebuah iblis bisa merasuki robot.”
“Mungkin karena robot itu tipe humanoid, atau semacam itu. Roh buatan manusia, tak bisa dipercaya.”
Tatsuya menjawab Miyuki, yang wajahnya seakan berkata kalau dia masih belum terlalu memercayainya, dengan sikap seakan dia tidak ingin memercayainya.
Mereka berdua tidak sedang berada di ruang keluarga, tapi saat ini mereka sedang berada di dalam mobil. Mobil ini bukanlah transportasi publik yang biasa digunakan banyak orang, mobil ini milik Tatsuya pribadi. Terdaftar dengan nama ayahnya, tapi uang yang digunakan untuk membelinya berasal dari pendapatannya sendiri sebagai Taurus Silver.
Alasan kenapa mereka tidak menggunakan mobil publik yang harganya semurah bus pada setengah abad yang lalu, ialah karena Tastuya memiliki mobil pribadi yang digunakan untuk mengantarkan Miyuki sampai tujuan dengan aman dan prestis.
Tidak banyak orang yang menyadarinya, tapi Miyuki adalah putri dari sebuah keluarga terhormat, dengan kata lain dia adalah seorang ‘Ojou-sama’. Dan sangat terhormat.
Sebagai bagian dari latihan atas posisinya, dia menjalani pendidikan khusus selain sekolah.
Berkat peraturan khusus dari Yotsuba, dia tidak pernah pergi kemana pun yang dapat mempertemukannya dengan Mayumi, tapi dia masih mendapat pelatihan privat untuk menjaga dirinya tetap bersikap seperti orang kelas atas, jadi dia harus datang dengan mewah.
Tentu saja, mobil itu dilengkapi dengan Kecerdasan Buatan Kontrol Kemudi, dan mobil mewah itu dibuat tahan peluru, tahan panas, dan memiliki sistem anti-benturan; Miyuki meneruskan pembicaraannya didalam mobil itu sambil memasang wajah murung yang tidak senada dengan pakaian indah yang sedang dikenakannya saat itu.
“Dan jadi Onii-sama…….. apa yang akan kau lakukan?”
“Apanya, apa maksudmu apa yang akan kulakukan terhadap Pixie?”
Di sisi lain, jaket gelap yang dikenakannya tidaklah formal, lebih tepatnya; bisa dibilang kalau Tatsuya berpakaian lebih seperti seorang anak SMA selagi memasang ekspresi yang gagal membentuk sebuah senyuman kecut, seolah-olah dia setengah hati melakukannya.
“Karena, tidak mungkin aku membawanya pulang. Mungkin aku hanya akan memberikan alasan yang masuk akal kepada sekolah.”
“…..Onii-sama tidak bisa membawanya pulang? Pixie ingin Onii-sama untuk melakukan itu…”
Miyuki bertanya dengan nada yang sedikit ketakutan.
“Tidak mungkin dia akan bisa masuk ke rumah.”
Kali ini Tatsuya menjawab dengan senyuman di wajahnya.
“Kita hanya tahu sedikit tentang Parasite. Tidak ada jaminan kalau Parasite itu tidak berbohong.”
Menurut legenda, youkai tidak berbohong; hanya manusia lah yang berbohong yang menjadi kelemahan Amanojaku[1].
Meskipun youkai yang tidak berbohong dan yang berbohong hanya ada didalam cerita, saat ini, tidak ada satupun dari mereka yang meragukan perkataan Parasite yang merasuki Pixie, tapi itu adalah sesuatu yang tak bisa dipercaya bagi Tatsuya.
“Tidak ada bukti kalau perkataannya bahwa dirinya terbentuk dari pikiran Honoka memang benar. Hanya karena Mizuki melihat ‘jejak’ yang tertinggal. Tapi selain itu, kita hanya bisa memercayai perkataannya saja. Karena kita tidak punya cara untuk mengetahui kemampuan apa yang dimilikinya, tidak mungkin aku akan membiarkannya dekat dengan kita. Bagaimana kalau Pixie punya cara untuk berkomunikasi dengan Parasite lain, memanggil mereka mendekat selagi kita tidur? Itu akan jadi sangat buruk. Setidaknya sampai aku dapat memastikan kalau ia tidak bisa berkomunikasi dengan mahluk hidup lain, aku tidak akan percaya dengan kebodohan seperti itu.”
Saat dia mendengar kalau Tatsuya menyampaikan keputusannya dengan datar, bayangan yang ada di wajah Miyuki menghilang dalam sekejap.
“Tapi kalau begitu, bagaimana bisa Onii-sama percaya dengan hasil tanya jawab yang Onii-sama lakukan, apa ada cara untuk mengetahuinya?”
“Itu sama saja seperti menginterogasi tahanan saat perang. Hanya kitalah yang dapat memutuskan apa informasi yang kita dapat itu benar atau tidak.”
Wajahnya terlihat sedikit kaku, Miyuki menghilangkan jejak kebahagiaan di wajahnya dengan kehendaknya.
◊ ◊ ◊
Rumah ini tidak terlalu besar dan masih terlihat seperti rumah pada umumnya; Tatsuya menyerahkan perannya sebagai penjaga, di depan pintu elegan, rumah bergaya baratnya.
Meski bisa dibilang kalau dia menyerahkannya, apa yang dipasangnya tidak lebih dari pemindai wajah.
Kelas yang diikuti Miyuki untuk berlajar piano dan etika (mungkin bisa disebut sekolah) tidak memperbolehkan adanya pria. Bahkan pengawal sekalipun, milik orang kaya dan berkuasa, tidak diperbolehkan untuk masuk.
“Seperti biasa, kalau sudah selesai, aku akan menjemputmu.”
“Ya, aku akan menunggu Onii-sama.”
Karena itu, mereka akan melakukan pembicaraan seperti ini disaat seperti ini.
Ngomong-ngomong, dia akan menjemputnya lagi setelah dua jam. Karena kalau dia pulang ke rumah akan memakan waktu selama satu jam, biasanya dia akan mengisi waktunya di toko makanan di sekitar tempat itu.
Tatsuya masuk ke dalam sebuah restoran keluarga yang telah dipilih oleh sistem GPS sebelumnya. Kalau dia masuk ke dalam toko makanan beralkohol dengan pakaian yang lebih dewasa, dia tidak akan dikeluarkan, tapi ia sedang merasa tidak ingin untuk hari ini.
Dia akan makan malam di rumah, jadi dia hanya memesan minuman. Biasanya, seorang pengunjung yang duduk selama dua jam dan hanya memesan minuman akan memberikan masalah kepada sang pemilik toko, tapi setiap kali dia menunggu Miyuki, dia memesan sesuatu yang mahal tidak peduli toko apa itu. Jadi tidak apa-apa kalau dia seperti itu.
Bahkan jika dia dipandangi pengunjung lain, apa yang dilakukannya hanya pura-pura tidak mengetahuinya.
Tatsuya mengisi kursi yang kosong dan tidak membuka halaman web publikasinya, tapi hanya memandangi jendelanya.
Dia terlihat seperti sedang melamun.
Tatsuya, sendiri, tidak sedang memikirkan apapun.
Meski begitu, apa yang dilakukannya benar-benar berbeda dari ‘melamun’ yang biasanya.
Dia tidak memfokuskan pikirannya, tapi meluaskan pikirannya.
Lebih luas dan lebih luas lagi, dengan Miyuki dan dirinya yang menjadi pusat pemikirannya, dia meletakkan pemikirannya ke seluruh sudut dan celah pikirannya.

Ini tidak dilihat dari atas seperti bird eye view[2], tapi dengan sudut pandang dimensi informasi.
Ini bukanlah sebuah bola diantara kedua titik fokus, karena ini tidak ada hubungannya dengan jarak; Tatsuya menitikkan konsentrasinya pada ‘mata’nya, memperdalam kontaknya dengan hukum kausalitas didalam dimensi penghubung.
Jadi dia tidak akan kelewatan satu hal pun yang dapat membahayakan Miyuki.
Karena dia memiliki ‘mata’ ini, dia dapat menembus batasan gender-nya dan dapat menjadi pengawal adiknya.
Lebih tepatnya, dia biasanya tidak menggunakan ‘pengamatan’ ini. Biasanya, dia melakukannya secara tidak sadar; saat ini dia dengan sadar melakukannya dan bahkan memperdalamnya.
Menghubungkan penglihatannya dengan hukum kausalitas membuat dirinya rentan terkena ‘kecelakaan’; meninggalkan tubuhnya di dimensi fisik; saat dia sedang berada di dimensi penghubung, luka apapun yang dideritanya akan sembuh. Terlalu lama ‘mengamati’ sesuatu dapat membuat pikirannya berada dalam keadaan seperti itu.
Meski dia menyebutnya dimensi penghubung, dimensi itu tidak memiliki sesuatu seperti namanya.
Cara setiap orang melihat sesuatu menjadi bagian dari pengenalan mereka terhadap hal tersebut.
Dan juga, bahkan jika dia menyebutnya penghubung, bukan berarti dia dapat melihat benang merah ataupun rantai hitam yang menghubungkan setiap orang; dia hanya bisa membaca informasi tentang suatu kausalitas. Mungkin orang lain akan dapat melihat benang merah ataupun rantai hitam jika mereka menganggapnya seperti itu; gambaran yang digunakan Tatsuya mencuatkan sesuatu yang dilihatnya sebagai poin utama yang ada dibalik suatu kausalitas, dll.
Secara teori, apa yang dilakukannya bisa dibilang untuk memprediksi masa depan; namun, Tatsuya masih hanya bisa membaca informasi yang ada pada ‘masa kini’ dan dua puluh empat jam di ‘masa lalu’. Akibatnya, kekuatannya sangatlah efektif jika digunakan untuk mencari musuh. Kekuatannya mungkin setara dengan kemampuan batin seseorang untuk pengamatan jarak jauh, meski kekuatannya lebih baik karena kekuatannya memiliki kemampuan untuk memusnahkan musuh dengan presisi dan radius serangan yang tepat.
Didalam pengamatannya, informasi mengenai musuh-musuhnya muncul.
Mereka tidak mentarget adiknya; dia, dirinya sendirilah yang mereka kejar.
(Aku gagal sebagai pengawal.)
Karena dia, dia sendiri, telah menjadi target, dia membuat orang yang sedang dilindunginya dalam bahaya. Menyebut dirinya sendiri gagal sebagai pengawal bukanlah ejekan yang biasa dikatakan seseorang pada dirinya sendiri.
Namun, dia tidak dapat membiarkan dirinya kalah terhadap bisikan putus asa atau penyesalan itu.
◊ ◊ ◊
Letkol Virginia Balance memberikan sebuah anggukan kecil ketika mendengar laporan kalau pasukan yang ditempatkannya sudah siap.
Sebelum operasi ini, mereka telah menganalisa rutinitas target dan sadar kalau sangatlah sedikit kesempatan untuk menyerangnya sampai-sampai membuat Balance terkejut.
Terlebih lagi, target hampir tidak pernah keluar malam seperti remaja-remaja pada umumnya.
Target berlatih setiap pagi di sebuah dojo ninja dimana mereka tidak dapat menyerangnya juga saat itu.
(Ada banyak orang Amerika yang akan melakukan kesalahan seperti yang baru saja ia lakukan.)
Dia telah pergi ke suatu tempat dengan sepedanya dua hari Minggu terakhir tapi dia segera menghilang dan bahkan tidak dapat ditemukan dengan satelit pengamat, mereka masih tidak tahu sama sekali kemana dia pergi.
Satu-satunya hal yang mereka dapatkan dari pengamatan selama dua minggu ini adalah kalau dirinya bukanlah seorang murid SMA biasa. Mereka baru saja akan menduga kalau dia adalah seorang agen dari sebuah kelompok pertahanan rahasia. Mereka ragu akan hal tersebut karena target tidak punya koneksi yang khusus (lebih tepatnya, mereka mengasumsikannya seperti itu) tapi investigasi mereka tidak terlalu sia-sia.
Letnan Sirius sudah menunjukkan betapa sulitnya untuk menangkapnya saat dia sedang bersama adiknya. Sang target jarang sendirian, terutama, di tempat yang kemungkinan untuk melarikan dirinya kecil, sore hari ini adalah salah satu kesempatannya.
“Letnan Sirius, apa kau bisa mendengarku?”
Ketika Balance berbicara dengan perangkat radio, dia segera menerima jawaban dari Lina. Gadis itu berdiri di dekat sebuah taman sesuai rencana.
Inilah operasinya.
Anggota ‘Stardust’ yang menyamar sebagai perampok akan masuk ke dalam suatu restoran, dan melakukan beberapa serangan ringan. Dan kalau memungkinkan untuk menangkap target, mereka akan menculiknya. Jika mereka mendapat serangan balasan maka, bertarung sambil mundur dan menggiring target ke taman dimana Letnan Sirius menunggu.
Ini adalah rencana yang cukup samar, tapi dengan kondisi seperti ini, ini semua sudah serinci mungkin seperti dalam rencana; dia tidak hanya berlatih bertarung untuk tampil sempurna didepan atasannya, Balance sudah pernah belajar untuk berlatih pada kondisi yang benar-benar seperti pertarungan asli.
Lagipula, dalam permainan catur, kau dapat melihat semua gerakan lawanmu, jadi hanya taktik yang rumit yang akan berguna.
(Aku khawatir kalau Stardust mungkin akan dapat dikalahkan dalam fase pertama serangan namun……..)
Kemungkinannya kecil, Balance menenangkan kekhawatirannya
Sebenarnya dia bisa memutuskan untuk menghentikan operasi ini jika terjadi kegagalan, tapi Stardust juga adalah penyihir modifikasi yang telah dibentuk oleh teknologi USNA. Tak diragukan lagi kalau kelima orang tersebut mampu membunuh seorang anak SMA.
Bahkan jika sang target seperti apa yang diduganya kalau ia adalah pengguna Sihir Kelas Strategis, ada banyak kasus dimana sihir yang digunakan akn menimbulkan skala kerusakan yang besar dalam suatu pertarungan. Jika sang target memiliki Sihir Kelas Strategis dengan kekuatan destruktif, maka semakin besar kemungkinan kalau dia tidak akan menggunakannya kecuali dia sudah siap untuk membunuh dirinya sendiri.
Kecuali dia memiliki alat khusus seperti Brionac.
(Bahkan jika mereka dikalahkan, semua catatan mengenai Stardust telah dihapus sehingga mustahil untuk mengetahui identitas mereka.)
Karena itu, bahkan jika operasi ini gagal, tidak perlu khawatir akan konsekuensinya, pikir Letkol mengakhiri spekulasinya.
Dia terlihat sengaja tidak memikirkan Hukum Murphy[3].
◊ ◊ ◊
Setelah dia menyelesaikan urusannya dengan Balance, Lina melakukan pengecekan terakhir pada senjata sihir taktisnya, ‘Brionac’, didalam trailer yang diparkir di lahan parkir taman tersebut.
Senjata itu dibuat untuk digunakannya, dan tidak ada yang dapat menggunakannya selain dirinya; senjata itu adalah sebuah senjata super yang bahkan kapan dan dimana penggunaannya tak bisa ditentukan olehnya yang merupakan Komandan pasukan penyihir Stars. Meski itu adalah senjata portable, kekuatan maksimumnya setara dengan persenjataan sebuah kapal perang; meski benda itu memiliki kekuatan yang destruktif, radius serangan dan keluarannya dapat dikendalikan dengan bebas. Senjata itu memiliki penampilan yang konyol; berbentuk sebuah tongkat yang panjangnya sekitar 1.2 meter.
Sekitar dua per tiga dari panjangnya sama seperti pegangan sebuah raket tenis, dan sisa sepertiganya adalah silinder dengan diameter yang lebih besar; diantara kedua bagian tersebut, terdapat sebuah tongkat berbentuk kotak yang memiliki ketebalan dan lebar yang pas untuk tangannya.
Meski ini adalah sebuah pengecekan, senjata itu berkerja murni akibat kekuatan sihir.
Senjata yang dikombinasikan dengan sebuah CAD, adalah sebuah senjata sihir.
Brionac tidak menggunakan tenaga listrik. Jadi seharusnya, dia tidak memerlukan pengecekan mekanik. Jadi bahkan jika apa yang dilakukannya adalah sebuah pengecekan, dia hanya mengecek respon dari mode stand by-nya sebelum dialiri sihir.
Dia tahu kalau senjata ini sangat sederhana, tidak memiliki struktur yang rumit. Namun, saat dia membawa Brionac yang terlihat seperti sebuah gala, sebuah tombak atau gada, dia merasakan suatu perasaan aneh kalau dia menjadi seperti seorang heroine dari sebuah novel fantasi (atau gim).
Ngomong-ngomong tentang perasaan aneh.
(Tidak mungkin aku meragukan kemampuan Kolonel tapi……. Apa ini semua akan baik-baik saja?)
Sebenarnya, Lina ragu kalau operasi sederhana seperti ini akan mempan pada Tatsuya.
Lina juga mengerti kalau sebuah rencana yang terlalu rinci juga tidak efektif.
Namun, fase utama dari operasi ini seharusnya diselesaikan oleh kelima orang itu yang merupakan anggota ‘Stardust’, dan dia merasa kalau tidak perlu menunggu terlalu lama. Dia merasa kalau kemungkinan mereka dikalahkan begitu cepat sangatlah tinggi. Tatsuya sekelas dengan penyihir kelas Satelit, tidak, dia pernah bertarung melawan empat anggota Stars yang kelasnya lebih tinggi dalam pertarungan yang sesungguhnya.
Tatsuya adalah musuh yang berbahaya; namun, awalnya, Lina merasa kalau Miyuki lebih berbahaya.
Meski begitu, pemikiran seperti itu sudah hilang dari kepalanya.
Kecenderungannya untuk memperlakukan Tatsuya sebagai penyihir yang lebih rendah darinya telah hilang.
Akhir-akhir ini dia mulai sadar kalau rasa malunya yang mengalahkannya bukan akibat kecerobohannya.
Jika dia menyebut ini sebagai gertakan, dia mungkin akan dapat menyadari kekuatan Tatsuya yang tak terbatas. Dan maka dari itu, dia benar-benar tidak tahu apa sebenarnya terjadi padanya.
Sihir apa yang dapat merubah ‘Dancing Blades’ menjadi debu?
Teknik apa memangnya yang dapat membatalkan efek dari ‘Muspelheim’?
Pada saat itu, dia menduga kalau itu hanya disebabkan oleh terputusnya ikatan antar molekul.
Dia pikir Rangkaian Aktivasinya telah dinetralkan.
Tapi seketika dia bertanya-tanya memangnya apa yang dapat melakukan hal seperti itu, pikiran Lina terpaku pada hal itu.
Dia sadar kalau hal seperti itu tidak bisa dilakukan.
Setidaknya, tidak ada seorang pun di Stars, termasuk dirinya yang bisa melakukannya.
Memutus ikatan antar molekul itu masalah lain.
Di sisi lain, membatalkan efek dari Muspelheim.
Menetralkan sihir membutuhkan kekuatan gangguan yang lebih besar ketimbang sihir yang ingin dinetralkan.
Bahkan jika dia menyimpulkan kalau Tatsuya memiliki kekuatan gangguan yang lebih besar darinya yang adalah Sirius, di saat yang sama, dia juga menetralkan sihir Miyuki.
Saat itu, Muspelheim miliknya dan Niflheim milik Miyuki bertabrakan.
Ketika dua Rangkaian Aktivasi berbeda bertabrakan, hanya efeknya saja yang akan hilang, tapi sihir itu sendiri tidak akan hilang. Agar sihir itu bisa hilang, butuh adanya rangkaian kalkulasi yang nantinya akan menimpa rangkaian sihir tersebut.
Sederhananya, saat itu, jika kekuatan Tatsuya-lah yang menetralkan sihir itu maka dia telah menggunakan kekuatan gangguan yang dua kali lebih besar dari yang dimiliki Lina.
Saat dia menyimpulkannya seperti itu, Lina jadi tidak bisa menghentikan tubuhnya yang gemetaran.
Kalau memang ada cara lain selain menetralkan sihir untuk menghentikan efeknya, maka itu pasti lebih dari menghancurkan sebuah rangkaian sihir.
Lina juga tahu kalau menyerang dengan tekanan Psion yang tinggi juga dapat menetralkan rangkaian sihir tapi saat itu, tidak ada tanda-tanda kalau dia melakukannya.
Sihirnya tidak dihancurkan dari luar, sihir itu dihancurkan dengan merusak struktur informasi dalamnya, Wakil Komandan Stars, Benjamin Canopus mungkin dapat mengetahui kalau Tatsuya dapat menggunakan ‘Gram Dispersion’ untuk melakukannya. Tetapi, Lina tidak tahu tentang sihir yang namanya Gram Dispersion.
Dia saat itu masih sangat muda (lebih tepatnya belum dewasa) saat masuk menjadi anggota pasukan Stars; tidak seperti gadis pada umumnya, dia memiliki pengalaman bertarung yang tinggi tapi di sisi lain dia masih belum mempunyai pengalaman yang cukup. Tentu saja, dibandingkan seorang murid SMA (sihir) biasa, dia memiliki pengetahuan yang luas, tapi banyaknya pengetahuan yang kau miliki tergantung seberapa lama waktu yang kau habiskan untuk mendapatkannya. Tidak peduli seberapa banyak pengetahuan yang dimilikinya, informasi yang belum pernah dipelajarinya tidak akan bisa ada di kepalanya.
Kegelisahan yang mengelilingi Lina muncul akibat kurangnya waktu belajarnya yang menyebabkan menurunnya kemampuannya untuk meluaskan pengalamannya. Singkatnya, gadis itu terlalu muda untuk menjadi seorang Komandan Stars.
Mungkin akan lebih baik jika mengatakan kalau itu adalah perwujudan dari doktrin yang bergantung pada kekuatan untuk menentukan kepemimpinan.
Sampai sekarang, kelemahan itu belum benar-benar mempengaruhinya, tapi sekarang dia sedang dalam misi diluar negaranya dengan dukungan staf yang tidak memadai untuk melawan musuh seperti Tatsuya yang tidak hanya memiliki kesempatan untuk mendapat pengalaman bertarung tapi juga memiliki pengetahuan dan kemampuan teknik yang tinggi, dan sekarang ia sedang menghadapi konsekuensi dari kekurangannya.
◊ ◊ ◊
Tatsuya bukanlah orang yang senang bertarung. Setidaknya begitulah dia memandang dirinya sendiri, dan sejauh ini pertarungan apapun yang diikutinya sebenarnya bukan dimulai olehnya. Sebenarnya, itu semua demi menjaga keamanan dan prestis Miyuki.
Ngomong-ngomong, dia bukanlah tipe orang yang tidak akan melawan. Dia memiliki pemikiran kalau memang perlu untuk bertarung dan menang demi menjaga perdamaian.
(Hmm, lima orang……)
Mereka ada didalam mobil SUV yang terparkir di sepanjang jalan. Tatsuya sengaja ragu-ragu untuk memastikan jumlah orang yang siap untuk melompat keluar dari mobil sampai sekarang.
Di situasi seperti ini, jika kau ingin melarikan diri, kau seharusnya bisa melakukannya. Tidak apa-apa untuk mengambil mobilnya nanti dengan remot kontrol.
Keputusan itu diambilnya dengan cepat.
Dia menyelesaikan pembayaran di terminal mejanya dan berdiri.
Mereka mungkin melihatnya, karena mereka segera membuka pintu SUV-nya.
Tatsuya segera keluar dari tempat itu dengan cepat.
Pintu toko tersebut tepat berseberangan dengan SUV itu.
Kelima orang yang sedang mengenakan sesuatu seperti topeng ski sedang berdiri di jalan. Mereka sampai di posisi mereka hampir bersamaan saat Tatsuya meninggalkan toko itu.
Mata mereka dibalik topeng berwarna biru, merah, hitam, coklat, dan abu-abu.
Itu adalah lensa kontak yang digunakan untuk menyembunyikan fakta kalau mereka adalah orang asing yang melakukan tindak kriminal, tapi mungkin saja bukan itu alasannya. Berbanding terbalik dengan itu, rasanya mereka tidak mencoba sampai seperti itu untuk menyembunyikan penampilan mereka. Mungkin, mereka yakin kalau mereka telah menyembunyikan semua identitas mereka selain wajahnya.
Mereka kelihatannya agak bingung melihat Tatsuya berdiri tepat didepan mereka.
Namun hal tersebut tidak berlangsung lama.
Tatsuya mulai bergerak.
Dia tidak menyerang ataupun mundur, dia berjalan ke tepi jalur pandang mereka.
Mereka terheran melihatnya,
Tatsuya sedang menjauhkan dirinya dari mereka tanpa mengubah langkahnya.
Tepat saat jarak mereka yang sebelumnya lima meter menjadi sepuluh meter, penyerang itu segera memulai pergerakannya.
Sebuah denting kecil dari sebuah pistol yang diarahkan padanya terdengar oleh telinga Tatsuya.
Itu bukanlah CAD berbentuk pistol, itu adalah senjata yang mengkombinasikan CAD dengan sebuah submachine gun.
Ini adalah senjata yang sudah cukup untuk menunjukkan kalau mereka adalah penyihir USNA.
Eropa Barat, Eropa Timur, dan Uni Soviet Baru tidak menggunakan senjata mesin yang rumit.
Satu-satunya negara selain Amerika yang mungkin menggunakan senjata serumit itu hanyalah Batalion Sihir Independen Jepang.
Dari cara mereka menggunakannya, dia sudah tahu kalau mereka akan menggunakan peluru karet yang akan dialiri listrik saat ditembakkan dan akan melepas listrik itu saat mengenai sesuatu. Mungkin, pistol itu sejenis stun gun. Tampaknya, mereka mendapat semacam perintah untuk menangkap Tatsuya hidup-hidup.
Tatsuya sudah memasukkan tangan kanannya ke dalam sakunya dan memegang gagang CAD-nya. Dan jarinya sudah ditaruhnya pada pelatuk CAD-nya.
Dengan punggungnya yang menghadap orang-orang bertopeng itu, Tatsuya menarik pelatuk CAD-nya.
Bagian-bagian dari submachine gun itu membuat suara benturan saat terjatuh mengenai jalan yang mana dapat didengar Tatsuya selagi mencoba untuk melarikan diri.
Semua ini terjadi saat musuh-musuhnya sedang terkejut.
Tepat setelah Tatsuya membuat mereka berlima tidak bersenjata, musuhnya akhirnya tersadar dari lamunan mereka.
Hal itu mungkin terlalu mengejutkan bagi mereka, pikir Tatsuya, tapi ini semua tidak bisa dihindari.
Umumnya, untuk mengendalikan objek yang berada di bawah sihir seseorang, jelas sekali diperlukan kekuatan gangguan yang melebihi kekuatan sihir orang tersebut.
Kalau kasusnya objek itu sedang dipegang secara fisik oleh penyihir lain, tingkat kesulitannya akan meningkat. Jadi bisa dibilang hampir mustahil untuk CAD dan perangkat persenjataan untuk dihancurkan dengan mudah oleh sihir.
Namun, salah jika mengira mereka terkejut karena ini.
Sihir yang mereka gunakan adalah sihir yang akan membuat peluru karet itu teraliri listrik saat ditembakkan dan akan melepas listrik itu saat mengenai sesuatu. Target sihir mereka bukanlah pistolnya tapi pelurunya. Badan pistol itu terhubung ke CAD tapi bolt[4]-nya, pengetuk dan sisanya benar-benar terisolasi dari CAD.
Sebenarnya, karena alasan perbaikan, senjata itu dikonstruksi agar mudah untuk dilepas-lepas; sesuatu yang mudah untuk dilakukan oleh sihir Tatsuya. Alasan dari kekagetan mereka sampai sekarang mungkin karena sampai saat ini mereka masih mengira kalau orang Jepang senang menggunakan pedang, sama seperti orang Amerika senang menggunakan pistol.
Tentu saja, Tatsuya tidak sampai pada kesimpulan itu secara sembarangan.
Kesimpulan yang dibuatnya itu adalah refleks saat dia melihat wajah kaget musuh-musuhnya. Fokus utama pikirannya adalah untuk menebak metode seperti apa yang akan mereka gunakan untuk menyerangnya setelah ini.
Bagi Tatsuya tidak ada alasan untuk tidak memikirkan hal tersebut.
Namun, ini adalah jalan umum.
Ini bukanlah jalanan yang sibuk, ini belum larut malam, ada pejalan kaki, dan kamera jalan disana-sini. Membunuh mereka ada menimbulkan banyak masalah.
Karena itu diantara begitu banyak saksi mata, dia tidak ingin menunjukkan sihir ‘Decomposition’. Jadi lebih baik jika dia tidak mendekomposisi pistol itu.
Semua pemikirannya itu berlangsung dalam interval tersebut.
Tatsuya menunjukkan belakang telapak tangannya.
Targetnya adalah perut.
Menyerang ulu hati mereka tidak akan bekerja
Dia menggunakan Flash Cast tepat saat belakang telapak tangannya dilancarkannya.
Sihir yang digunakannya adalah Sihir Tipe Osilasi.
Dari sentuhan telapak tangannya, tubuh musuhnya dipenuhi gelombang osilasi yang mana itulah yang seharusnya terjadi.
Namun, sihirnya menyebar. Tatsuya sadar kalau itu bukan dari apa yang dirasakan tangannya tapi dari ‘mata’ yang dia gunakan untuk mengamati apa yang terjadi.
Dia segera melompat ke samping.
Dia merasakan adanya tiupan angin dari bawah.
Citranya dihancurkan oleh knuckle hitam berkilau yang dipakai di kepalan tangan musuh-musuhnya.
Dia mengelak ke samping dan berpindah ke belakang dan memberikan gelombang getaran pada orang tersebut sekali lagi.
Tubuh orang itu terjatuh ke tanah dari serangan tunggal yang datang dari titik butanya.
Meski begitu, kemampuan orang itu untuk menahan sihir cukup luar biasa.
Walaupun sentuhan fisik akan menambah jumlah informasi yang ada tentang bagaimana caranya melemahkan pelindung tubuh yang merupakan bagian dari sihir yang digunakannya pada orang itu, kekuatan gangguan yang dihasilkan orang itu secara refleks telah menetralkannya. Tidak peduli seberapa besar kekuatan itu, sihir itu dihasilkan dari sebuah virtual area sihir lemah; jadi sebenarnya, ini seharusnya mustahil.
(Tubuh modifikasi, tidak, mungkin manusia super.)
Selagi dia melompat dan menghindari serangan dari musuhnya yang berdiri dan melanjutkan apa yang dilakukannya, dia mengakses infomasi tubuh musuhnya dan mengamati mahluk hidup ini.
Dari strukturnya, ini jelas bukanlah modifikasi DNA; tidak salah lagi hasilnya mengatakan adanya beberapa peningkatan.
(Dengan tubuh mereka seperti ini, bagaimana bisa mereka bergerak?)
Bagi Tatsuya yang telah ‘mengamati’ ratusan orang yang berada diambang kematian, jelas sekali kalau orang-orang ini bisa tak sadarkan diri kapanpun.
Lebih baik bagi mereka berada dirawat di rumah sakit mendapat drip intravena daripada mengayunkan pisau dan pistol.
Meski begitu, kekuatan mereka sekuat ini.
Mereka seperti meteor tepat sebelum terbakar.
Tak diragukan lagi, mereka adalah debu angkasa yang terperangkap di bumi; tubuh mereka terbakar oleh nyala yang tidak bisa mereka hentikan.
Kalau cuma segini, maka mereka tidak akan bisa menerima kekalahan mereka; tidak ada cara untuk mengetahui kecerobohan seperti apa yang akan dilakukan musuh uniknya saat ini.
Itu adalah tindakan yang cukup berisiko, tapi dia harus segera mengakhiri ini.
Dengan begitu, tujuan Tatsuya berubah. Didalam pikirannya, dia segera menata ulang rencananya untuk serangan selanjutnya.
Setelah melompat semakin ke belakang untuk menjaga jarak, tangannya menggapai CAD yang ada di sakunya.
Ketika dia mengeluarkannya, dia mengaktifkan empat lapis sihir pemisah.
Ini pasti bisa menghentikan musuhnya.
Saat Tatsuya berhenti, kebetulan tepat ketika dia sedang seperti itu.
Seorang pria memasuki tempat itu.
Chiba Naotsugu berlari ke arahnya.
Secara tak terduga, sebuah pertarungan jalanan mendadak berubah menjadi apa yang tak diduga. Data catatan pendidikan lengkap membuatnya mengira kalau Tatsuya adalah seorang introvert.
Dia kira-kira 800 meter jauhnya dari seorang remaja yang fokus dalam pengamatannya yang sekaligus menjadi orang yang dilindunginya dari lantai tiga sebuah gedung. Data yang dimilikinya mengatakan kalau target sangatlah sensitif pada sekitarnya, jadi dia menjaga jarak dan berakhir seperti ini.
Berlari menuruni tangga hanya buang-buang waktu.
Menjaga kemampuan khususnya, dia melompat turun.
Terus seperti itu, Naotsugu menendang permukaan jalan.
Penguasaan Naotsugu akan Sihir Akselerasi (sebelumnya disebut teknik pertapa) membuatnya dapat berlari dengan kecepatan sampai 120 kph untuk jarak dekat.
Dari jaraknya saat ini lebih cepat jika berlari ketimbang menggunakan mobil.
Waktu yang dibutuhkannya untuk sampai hanyalah tiga puluh dua detik.
Sepanjang jalan, dia merasakan adanya dia Sihir Tipe Osilasi yang diaktifkan.
Dia dapat melihatnya dari belakang pertarungan itu, seorang penyerang terkena pukulan belakang telapak tangan dan terjatuh di tanah.
Didalam kepalanya, Naotsugu bergumam, ‘apa anak itu menggunakan sihir?’.
Data yang dimilikinya tidak memiliki informasi itu.
Karena ini bukanlah informasi yang perlu disembunyikan, sang pembuat data itu mungkin tidak menulisnya serinci ini.
Kelihatannya masih ada beberapa informasi yang dirahasiakan.
Ketertarikan Naotsugu pada target observasinya, pada situasi seperti ini, dia merubahnya menjadi subjek perlindungannya, ‘Shiba Tatsuya’ tertanam ke dalam pikirannya.
Astaga, kemampuan bertarung apa yang dimilikinya……..
Namun, tidak ada waktu untuk memerhatikan hal itu. Naotsugu adalah orang yang selalu memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan. (Setidaknya, begitulah dia memandang dirinya sendiri)
Dia menekan tombol pada perangkat persenjataan yang sedang dipegang di tangannya.
Itu adalah sebuah tongkat pendek yang berubah bentuk menjadi sebuah kodachi[5].
Naotsugu telah memodifikasi produk baru yang dikembangkan Keluarga Chiba bagi para penegak hukum untuk keperluan pribadinya.
Dia lebih mengutamakan kenyamanan, kemudahan penggantian, senjata yang umum daripada senjata yang unik seperti ‘Ikazuchimaru’ dan ‘Orochimaru’.
Sejak awal senjata adalah alat untuk digunakan dan digantikan. Selain itu, bahkan pedang-pedang terkenal akan tumpul setelah digunakan.
Pemikiran seperti itu sangatlah ironis bagi orang yang menyebut dirinya sebagai ‘salah satu penyihir terhebat di dunia dalam pertarungan jarak dekat’.
Remaja yang harus dilindunginya membuat lompatan yang jauh ke belakang.
Informasi yang terdapat pada data itu kembali berputar-putar di otak Naotsugu ketika melihat sebuah pasukan yang menghadapi remaja itu.
Musuhnya adalah Stardust, penyihir modifikasi yang berasal dari USNA, tidak, mereka adalah senjata yang diciptakan dari tubuh penyihir. Sebuah pasukan bunuh diri yang terdiri dari penyihir yang hanya memiliki waktu hidup yang tak lama lagi yang telah diperkuat dan dirubah. Didalam Stardust, terdapat kelompok-kelompok dengan kemampuan yang berbeda-beda. Naotsugu tahu kalau kelompok yang sedang dihadapi Tatsuya saat ini adalah tentara modifikasi untuk pertarungan jarak dekat.
Kalau aku tidak punya banyak waktu hidup lagi aku tidak ingin mati sia-sia…… mereka telah dicuci otak untuk merubah semua pemikiran mereka seperti itu, tapi Naotsugu tidak merasa kalau itu adalah tindakan yang kejam. Sebaliknya dia malah merasa kasihan, mereka sedang mempertaruhkan nyawa mereka untuk sebuah misi, tidak secara teori, tapi secara harfiah.
Namun, itulah yang membuat mereka menjadi musuh yang berbahaya.
Pasukan bunuh diri adalah pasukan terkuat di seluruh belahan dunia.
Tidak peduli seberapa hebat anak itu, mereka mungkin terlalu sulit untuk dihadapi oleh seorang anak SMA.
Naotsugu berkata seperti itu pada dirinya sendiri tentang Tatsuya dan Stardust.
Tatsuya sudah sadar kalau dia sedang diawasi. Dia juga tahu kalau yang mengawasinya adalah USNA dan satu pihak lain.
Namun, dia tidak mengira akan ada intervensi dalam waktu sesingkat ini. Tatsuya yakin kalau pihak yang lain hanya akan diam sebagai penonton.
Melihat orang tersebut berada di sisi Tatsuya mungkin berarti kalau dia bukanlah musuhnya setidaknya begitulah di situasi seperti ini.
Dia bahkan tahu siapa orang itu dari wajahnya yang dilihat Tatsuya saat dia mengintervensi.
Kakak kedua Erika.
Namun, Tatsuya tidak tahu mengapa Naotsugu memberikan bantuan kepada Tatsuya pada pertarungan ini.
“Shiba-kun.”
Tatsuya juga tidak menduga kalau akan diajak bicara.
“Namaku Chiba Naotsugu. Aku kakak dari teman sekelasmu, Chiba Erika.”
Dia juga tidak menduga kalau orang itu akan memperkenalkan dirinya secara pribadi.
“Aku yang akan mengatasinya. Berdirilah dibelakangku.”
Seperti yang diharapkan, tidak butuh penjelasan apapun, tapi ini bukanlah waktu untuk itu.
“Terima kasih.”
Kalau dia berkata ‘serahkan saja padaku’ maka Tatsuya tidak akan menentangnya.
Saat dia mundur dengan kecepatan yang konstan, Tatsuya melihat tanda-tanda dari punggung Naotsugu kalau dia akan melakukan sebuah ayunan dibawah bahu.
Naotsugu mungkin berharap kalau dia juga mengatakan sesuatu seperti ‘aku juga akan bertarung!’.
Sayangnya, Tatsuya tidak memiliki sikap egois seperti itu. Kalau seorang ahli sudah mengatakan untuk mundur, apa yang bisa dilakukannya hanyalah menurutinya. Selama itu menguntungkannya.
Masuknya Naotsugu yang terjadi tiba-tiba membuat bingung para anggota Stardust untuk beberapa detik.
Karena satu musuh sudah dikalahkan, empat orang bertopeng yang lain mengambil sebuah pistol dari suatu tempat dan mengarahkannya pada Naotsugu.
CAD menjawab faktor kecepatan yang signifikan dalam sihir modern.
Walau begitu, melepas pengaman pistol lebih cepat daripada membentuk rangkaian sihir yang membuntuhkan rangkaian aktivasi. Pada jarak sejauh ini, tidak perlu lagi untuk membidik sasarannya.
Orang-orang ini mungkin sangat terbiasa dengan pertarungan asli. Daripada bergantung pada kemampuan unik sihir mereka, tanpa ragu mereka lebih memilih untuk memilih opsi yang dapat meningkatkan kecepatan mereka. Mengabaikan sihir bukan berarti tidak menggunakannya sama sekali, sebuah Sihir Tipe Gerakan, sebuah aktivasi sihir yang menghentikan objek terbang sedang berjalan saat ini. Mungkin, itu untuk menghadapi senjata lempar yang mungkin dimiliki musuh mereka.
Mereka bersenjata pistol dan dilindungi oleh sihir.
Mereka menggunakan kemampuan mereka sebaik mungkin. Seperti yang diduganya, kemampuan bertarung mereka yang sebenarnya mungkin terhambat karena misi mereka untuk ‘menangkap Tatsuya hidup-hidup’. Tidak perlu ditanya lagi, langsung hancurkan musuh; tanpa ragu, itulah gaya bertarung mereka yang sebenarnya. Gaya bertarung ini sangatlah pragmatis dan cukup untuk melumpuhkan musuh dengan kemampuan menengah.
Namun, Chiba Naotsugu bukanlah musuh biasa.
Lebih cepat sebelum orang tersebut menarik pelatuk pistolnya, Naotsugu memperpendek jarak mereka. Tak perlu ditanya lagi, selain orang yang sedang didekati Naotsugu, mereka sudah tidak melihatnya lagi. Kecepatannya seperti sesuatu yang bahkan Tatsuya akan kesulitan untuk ikuti kalau dia tidak konsentrasi.
Saat dia melewatinya, kodachi itu bersinar. Dia menambahkan sebuah lapisan hitam pada ujung mata pedangnya.
Tangan yang memegang pistol itu jatuh ke tanah. Titik tolakan itu terbentuk oleh ujung pedangnya yang bergerak dari kiri ke kanan membelah kulit, daging, dan tulang yang terkena tekanannya.
Musuh-musuhnya mungkin sadar kalau tebasan itu juga diikuti Sihir Tipe Berat ‘Pressure Slash’.
Tidak peduli dengan teriakan penuh kesakitan rekannya, tiga orang yang lain mengarahkan pistol mereka ke arah Naotsugu.
Peluru itu mengenai citra Naotsugu.
Naotsugu mengambil jarak dari lawannya, ketika terdengar suara kaca pecah.
Meski tidak selincah seorang dewa, tentara-tentara itu tidak bisa membidik dirinya.
Pandangan mereka terlalu dipenuhi dengan citra targetnya.
Bahkan Tatsuya yang sedang melihatnya dari belakang tidak yakin kalau dia dapat mengetahui posisi Naotsugu yang sebenarnya jika dia berada dalam posisi mereka.
Akar dari trik ini adalah terus-menerus melakukan siklus maju dan berhenti.
Karena Naotsugu maju, berhenti, merubah arah, maju, dan berhenti berulang kali, maka muncullah citra yang ditangkap oleh retina musuhnya.
Sebenarnya, logikanya teknik itu dapat menghambat supensi atau dengan kata lain ‘diam’. Tanpa menelaah lebih jauh akan teori itu, yang dimaksud dengan diam bisa berarti membuat otot berkontraksi, menghentikan gerakan kaki dengan memperbaiki posisi kaki dimana otot kaki dibuat kontraksi, tetap diam juga bisa berarti tidak jatuh.
Namun, itulah maksudnya kalau hanya otot yang bergerak.
Sederhananya Naotsugu menggunakan ‘Beginning’, dengan mengendalikan gerakan pertama tubuhnya dengan sihir, dia dapat berpindah dari keadaan diam sempurna hingga ke kecepatan tinggi tanpa ada jeda.
Namun, mengatakannya mudah, melakukannya dalam pertarungan sangatlah sulit.
Pergerakan yang terus menerus adalah hal yang biasa dalam dunia bela diri. Dikatakan kalau kau tidak bergerak sebelum berpikir maka kau tidak akan pernah bisa jadi nomor satu.
Gerakan tubuh Naotsugu bisa dibilang lebih cepat dari jalannya pemikiran atau bahkan sihir.
Jika dipikir-pikir lagi, dengan ‘Pressure Slash’ yang sebelumnya, Naotsugu bisa menghabisi mereka dari tempatnya yang cukup jauh untuk mengamati orang-orang itu dengan mengaktifkan sihir itu. Dia mungkin tidak memikirkan antisipasi yang dapat dilakukannya sampai-sampai melakukan hal itu tanpa membaca niat musuhnya.
Perubahan ini, memang jalan dan berhentinya kecepatan ini tak diragukan lagi merupakan aspek utama dari teknik yang membuat Chiba Naotsugu menjadi salah satu dari sepuluh ahli bela diri terbaik di dunia, pikir Tatsuya.
Selagi Tatsuya menganalisa kemampuan bertarung Naotsugu, semua orang bertopeng itu telah dibuat tak berkutik.
Naotsugu menurunkan tangannya yang memegang kodachi.
Dia tidak telihat lengah akan sekitarnya, tapi lebih seperti kalau dia sedikit lebih santai.
Hal itu juga sama bagi Tatsuya.
Dia harus berterima kasih kepadanya atas bantuannya, saat dia mengambil tiga langkah ke arah Naotsugu,
Sebuah firasat bahaya yang instens menyerang Tatsuya.
Naotsugu mungkin juga merasakannya. Tatsuya menendang jalan itu dan Naotsugu mengangkat kodachi-nya hampir di saat yang bersamaan.
Setelah itu,
Sebuah sinar menyerang Naotsugu.
Kodachi itu diserang oleh sinar itu, sebuah balok plasma energi tinggi.
Seketika pedang itu terkena sinar itu, balok plasma itu terpecah ke kanan dan kiri.
Titik dimana ‘Pressure Slash’ membentuk tolakan lah yang mungkin membiaskan balok plasma itu.
Namun, gelombang elektromagnetik tidak akan cukup untuk menahannya.
Sinar itu menghilang.
Anehnya, balok plasma itu menghilang sebelum mengenai bangunan di sepanjang jalan itu.
Tubuh Naotsugu sedikit gemetaran saat dia berdiri diam dengan kodachi-nya yang terangkat. Ototnya mungkin mengejang setelah terkena gelombang elektromagnetik yang melindungi dirinya. Itu mungkin rasanya seperti terkena stun gun dengan kekuatan penuh.
Tatsuya mengarahkan pandangannya ke mana yang dirasanya merupakan arah asal sinar itu ditembakkan.
Dari jauh, di tengah sebuah jalan yang ditutupi kegelapan.
Berjalan dengan santai dibawah cahaya lampu jalan,
Dengan rambut merah dan mata berwarna biru.
Sesuatu yang seperti tongkat diarahkan ke arahnya. Seorang penyihir bertopeng, ‘Angie Sirius’ sedang menatap Tatsuya dengan penuh ketidaksabaran.
(Bersambung)



[1] Youkai dalam mitologi Jepang yang dapat membaca pikiran seseorang
[2] Titik pandang yang berada diatas suatu objek, seperti burung yang terbang dan melihat ke bawah
[3] Adagium yang dilontarkan oleh Edward A. Murphy yang intinya ialah ‘apapun yang bisa salah, akan salah’, ‘semuanya memakan waktu lebih lama dari seharusnya’, dan ‘tidak ada yang sesederhana yang terlihat’.
[4] Bagian dari senjata api yang berfungsi sebagai penghalang di bagian belakang ruang tembak dan juga berfungsi untuk mendorong amunisi masuk ke ruang tembak (chamber)
[5] Pedang Jepang yang dibuat secara tradisional pada zaman feudal Jepang dan memiliki panjang kurang dari 60 cm