PARA PEMBANTAI DEWA (4)
(Translater : Theten; Editor : Toro)

Sesaat setelah pasukan goblin yang dipanggil oleh iblis berhasil ditaklukkan, kami, para petualang , tidak langsung kembali ke Ofan dan tetap berurusan dengan mayat para Goblin.
Dengan melepaskan semua peralatan yang sepertinya berguna, kami mengumpulkan mayat di satu tempat. Untuk mengurus mereka sekaligus.
Jika kami meninggalkan mayat mereka seperti itu saja, binatang buas atau beberapa goblin lainnya pasti tertarik padanya. Jika itu terjadi, kita sekali lagi harus berkumpul kembali untuk menaklukkan mereka dan itu akan sangat merepotkan.
[Mengapa kita juga harus melakukan ini ......]
"Ya karena bagaimanapun, aku juga merupakan seorang petualang."
[... ..Haah.]
Ini untuk orang-orang. Tapi sepertinya, Ermenhilde tidak begitu bersemangat.
Aku hanya mendengar desahan dari pagi hari. Yah, bukannya aku tidak mengerti bagaimana perasaannya.
Beberapa saat yang lalu, dengan Ermenhilde di tanganku, kami mengamuk saat bertempur dengan seekor Ogre hitam yang memiliki atmosfer Dewa Iblis. Penyamaranku terbongkar.Orang-orang mengetahui bahwa aku adalah salah satu dari 13 GodSlayers.
Tapi meski begitu, fakta bahwa aku menyatu di antara petualang dan ikut berurusan dengan mayat goblin tampaknya tidak dapat diterima oleh Ermenhilde. Nah, ini adalah pekerjaan untuk para amatir dan petualang pemula. Dan mungkin untuk tuna wisma tanpa pekerjaan.
Tapi tidak apa-apa, kan? Jika aku kembali ke guild sekarang ini, aku pasti akan terlibat dalam masalah yang merepotkan.
Aku ragu ada orang yang menginginkan pekerjaan melelahkan seperti yang sedang ku lakukan saat ini. Imbalannya bagus tapi secara mental sangat melelahkan. Bau busuk yang dikeluarkan oleh Goblin begitu mengerikan. Hanya dalam satu hari, daging hancur dan darah mulai mengeluarkan bau yang luar biasa. Yang terpenting, mayat Ogre hitam tidak bisa dilihat dimana-mana tapi ada noda hitam ditempat  di mana ia mati. Dan itu juga berbau busuk.
"Kau seharusnya baik-baik saja karena dirimu bahkan tidak memiliki hidung, jadi bertahanlah. "
[Bukan itu masalahnya! Bagi Renji, bukankah seharusnya ada pekerjaan yang lebih ...... cocok?]
"Aku tidak begitu menyukainya."
Daripada itu, Aku lebih memilih pekerjaan yang mudah seperti berurusan dengan mayat. Aku juga akan mendapatkan hadiah. Orang biasa tidak bisa memilih pekerjaan.
[Sungguh egois  ...... dan juga, bukankah ini pekerjaan yang merepotkan?]
"Aku hanya mengambil peralatan dari mayat dan mengumpulkannya di satu tempat saja, kau tahu? Ini sangat mudah. ​​"
[Entah kenapa, aku seperti ingin menangis.]
"Nah, kenapa memangnya?"
Sambil menjawab Ermenhilde seperti itu, aku dengan terampil memindahkan peralatan dari mayat-mayat itu. Kami tidak pernah memiliki masalah dengan uang saat dalam perjalanan untuk mengalahkan Dewa Iblis tapi dalam satu tahun terakhir, aku telah kehabisan uang cukup banyak. Ketika aku menyadari bahwa aku bisa mendapatkan banyak uang dengan menjual peralatan sampai seperti ini, keahlian ku dalam aspek ini meningkat seketika.
Ermenhilde akan marah dan mengatakan bahwa tidak ada pahlawan yang seperti itu tapi bagaimanapun juga uang lebih penting.
"Aku bekerja dengan benar, bukan? Aku yakin ini lebih baik daripada bermalas-malasan sepanjang hari. "
[Itu normal! Aku bilang, pilihlah pekerjaan yang lebih baik!]
"Aku tidak begitu hebat sehingga aku diperbolehkan memilih pekerjaan."
Setelah selesai memindahkan peralatan, aku meraih lengan mayat itu dan menyeretnya ke tempat yang telah disediakan untuk mengumpulkan semuanya.
Setelah melakukan ini hampir 200 kali, bahkan pekerjaan sederhana seperti itu benar-benar sangat melelahkan. Yang ikut berpartisipasi bersama ku adalah lebih dari 10 orang petualang dan 30 warga sipil di Kota Sihir. Bahkan ada beberapa anak di sini. Ini pasti kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan uang tambahan, kurasa.
[Jika kau mengatakan kepada mereka bahwa kau adalah salah satu pahlawan bukankah kamu akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik secara otomatis?]
"Tidak tertarik. Aku tidak ingin diseret ke dalam hal-hal seperti perebutan kekuasaan bangsawan karena itu. Selain itu, aku sama sekali tidak seperti seorang pahlawan. "
Titel sebagai 'Pahlawan' sudah pasti akan menarik perhatian.
Bahkan sekarang, petualang lainnya terus melirik saat aku melakukan pekerjaan ku.
Aku tidak cukup bodoh untuk tidak tahu maksud dibalik itu semua tapi aku tidak punya niat untuk menjawabnya.
[Yang benar saja ....]
Membungkuk di samping mayat berikutnya, aku memulai pekerjaan ku lagi.
Ermenhilde nampaknya masih bergumam tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Empat orang meninggal, 11 orang luka parah, 31 luka ringan.
Itu adalah jumlah korban dalam pertempuran ini.
Semua yang meninggal adalah para petualang muda, anak laki-laki yang pergi ke garis depan – salah satunya adalah yang aku ajak bicara sebelum pertempuran.
Aku ingat apa yang telah ku katakan kepada mereka saat itu. Aku teringat kata-kata yang ku gunakan untuk menghibur mereka.
'Kalian sungguh beruntung'?
Saat kalian memasuki medan perang, keberuntungan berakhir di sana. Untuk berdiri di medan perang pada usia tersebut, tidak ada yang lebih disayangkan daripada itu.
Dan di penjaga belakang yang terdiri dari pemanah dan penyihir. Dua orang terluka parah, 17 luka ringan. Itu saja. Bahkan mereka yang terluka parah pun bisa kembali ke kehidupan normal mereka begitu luka mereka sembuh. Luka mereka adalah jenis luka yang tidak akan meninggalkan efek setelahnya.
Mereka disergap oleh Iblis. Tapi mereka telah dilindungi oleh Souichi dan Aya karena keduanya mempertahankan bagian depannya.
......... memikirkan itu, aku hanya bisa mendesah.
Kesenjangan antara diriku dan Souichi. Kesenjangan antara God Slayer terlemah dan The Brave  atau Grand Magus. Kesenjangan antara seorang pembunuuh dewa yang tidak bisa meraih kekuatan tanpa mengorbankan orang lain dan mereka yang selalu bisa bertarung dengan kekuatan mereka.
Mengatakan bahwa tingkat bahaya di barisan depan dan penjaga belakang berbeda hanyalah sebuah alasan. Pada akhirnya, terdapat korban jiwa. Jika itu adalah Pahlawan yang sebenarnya - dia akan menyelamatkan mereka yang sekarat tersebut. Seorang pahlawan pasti akan mampu melakukannya.
Tapi dibandingkan dengan diriku, jangankan melindungi mereka, aku malah menggunakan kematian mereka sebagai sumber kekuatan ku sendiri.
Sebagai hasilnya Ogre hitam berhasil dikalahkan, dan semua orang mulai memanggilku Pahalawan lagi.
Aku dipanggil seperti itu bahkan di guild pagi ini.
Meski begitu, Pahlawan seperti itu seharusnya tidak ada.
[Tapi meski begitu, semua orang akan memperlakukan mu seperti seorang pahlawan kau tahu?]
"Yeah dan itu merepotkan."
Mengatakan itu, aku melepas peralatan dari goblin lagi.
"Yang ingin aku lakukan hanya berkeliaran dan berkeliling dunia dengan mu."
[--hmm]
"Kurasa itu menyenangkan, tapi bagaimana denganmu?"
[Entahlah?]
Jawaban Ermenhilde sangat singkat dan tumpul.
Setelah itu, aku terus bekerja karena kami berdua terdiam beberapa saat.
Souichi dan yang lainnya sedang berbicara dengan walikota Magic City tentang bagaimana menghadapi iblis yang dipenjarakan itu.
Kupikir mereka mungkin akan memindahkannya ke ibukota kerajaan untuk menginterogasinya.
Ada banyak penyihir di kota tapi sangat sedikit yang benar-benar bisa bertarung. Para siswa akademi pada akhirnya hanya siswa. Penyihir berpengalaman akan memasuki persatuan ksatria kerajaan atau mendirikan laboratorium penelitian mereka sendiri.
Hanya dengan tingkat kekuatan militer di kota ini, jika iblis melakukan sesuatu lagi, bahkan jika dia terluka, itu masih akan menimbulkan banyak masalah. Bahkan Souichi dan yang lainnya adalah manusia, mereka lemah terhadap serangan mendadak. Akibatnya, ada korban jiwa dalam pertempuran baru-baru ini juga karena serangan mendadak.
Itu sebabnya, mereka akan segera mengirim Iblis itu menuju Royal Capital dari Ofan.
"Dewa Iblis yang tidak menghidupkan kembali Dewa iblis, eh?"
[Apakah kau benci bertarung?]
Dewa Iblis
Salah satu dari sedikit eksistensi yang bisa ku hadapi dengan kekuatan penuh.
Kebangkitan Dewa Iblis juga seperti kebangkitan alasan keberadaanku diriku sendiri. Aku menyadari apa yang Ermenhilde ingin katakan tapi aku tidak memiliki kata-kata untuk menjawabnya.
Senjata Pembunuh Dewa yaitu Ermenhilde dan God Slayer yang hanya bisa bertarung dengan kekuatan penuh hanya disaat melawan dewa.
Tapi, jika kamu bertanya apakah aku ingin Dewa Iblis dihidupkan kembali maka aku hanya bisa mengatakan tidak. Benar, jika itu terjadi, aku bisa sekali lagi bertarung sebagai 'pahlawan' bersama rekan-rekan ku
Tapi seperti waktu itu. Dalam pertempuran terakhir. Teman-teman yang tak terhitung jumlahnya telah dikorbankan. Mereka yang ingin ku lindungi dikorbankan. Baru saat itulah aku mampu melindungi dunia.
Tapi--
"Aku benci berkelahi. Ini menakutkan dan menyakitkan. "
[Aku mengerti.]
"Aku hanyalah seorang pengecut."
[Itu benar.]
"...... kamu seharusnya menyangkal hal itu, partner."
Aku benci bertengkar. Begitu banyak orang terluka. Begitu banyak orang menjadi sedih. Begitu banyak yang mati.
Dan yang terpenting - banyak yang harus menangis.
[Aku sangat bersemangat saat bertarung dengan penerus Dewa Iblis.]
"Aku mengerti."
[Tapi Renji memanggilku partnernya daripada memanggilku senjata.]
"Itu benar."
[........ Jangan menyangkal ku, Renji.]
Mendengar keluhan lembut Ermenhilde, akhirnya aku merasa bahagia.
Dengan perasaan itu, aku dengan lembut membelai medali itu di dalam saku dengan jariku.
"Aku menolak."
[Dasar bodoh.]
Aku mengangguk dengan cara yang berlebihan.
"Aku tau."
[Kamu benar-benar bodoh.]
Sekarang, mari bekerja keras dalam pekerjaanku yang sekarang.
Aku, yang bekerja keras bahkan disaat mendengarkan makian lembut Ermenhilde, mungkin benar-benar seorang masokis.
.
.
.
Ketika aku kembali ke kota saat matahari mulai terbenam, banyak toko yang diterangi oleh sihir cahaya masuk ke pandanganku.
Sementara merasa tidak nyaman karena mendapat ucapan terima kasih dari para penjaga, aku bertanya-tanya tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Haruskah aku kembali ke penginapan dan tidur atau haruskah aku menuju ke bar?
Sambil memutuskannya, aku menuju ke penginapan untuk sementara waktu. Saat aku sadar ada sosok di hadapanku.
"Yo, Souichi."
"Aku sudah menunggu Renji-niichan. Kau akhirnya kembali. "
[Apa yang terjadi Souichi. Untuk menunggu di tempat seperti ini.]
"Yah, aku tidak tahu penginapan mana yang ditempati Renji-niichan, jadi aku memutuskan untuk menunggu di suatu tempat yang dapat terlihat dari gerbang selatan."
Oi Brave-sama, seberapa bebas kah kamu?
Aku akhirnya melakukan tsukkomi di dalam pikiran ku.
"Bagaimana dengan Iblis itu?" (Renji)
"Setelah itu, mereka mengirim seekor kuda cepat untuk menghubungi ibu kota kerajaan. Semenjak bukan hanya kita, bahkan Renji-niichan pun juga terlibat, mungkin Yuuko-san sendiri yang akan datang untuk membawanya. "
"Uehh."
"...... Dia akan marah kau tahu."
Itu akan menjadi buruk.
Sebagai seseorang yang telah dimarahi berkali-kali olehnya selama perjalanan kita, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia adalah orang terakhir yang ingin kamu buat marah.
Yah, akulah yang selalu salah.
Membawa anak di bawah umur ke 'Kehidupan Malam' kota, menjadi sembrono dan terluka, mengajari anak-anak hal aneh, dll.
Aku tahu alasannya tidak terlalu bagus tapi aku benar-benar merasa bahwa kamu harus menikmati semuanya sekarang karena saat ini kamu sedang berada di dunia yang berbeda. Itu masih belum berubah.
[Yuuko benar-benar menakutkan saat marah.]
"Dia memiliki tanduk, aku yakin, tanduk!" (Renji)
"Dia mungkin mendengarnya kamu tahu?" (Souichi)
[Ketika itu terjadi, letakkan aku di tempat penyimpanan Souichi.]
"Kita akan bersama dalam kegembiraan dan rasa sakit, benar kan partner?" (Renji)
Saat aku mulai berbicara dengan Ermenhilde, Souichi mulai tertawa.
"Ini benar-benar nostalgia."
Aku mengangkat bahu.
Aku telah melakukan ini selama tiga tahun. Alih-alih nostalgia, ini menjadi lebih seperti hal biasa buat ku.
Itu sebabnya aku hanya bisa merasa tidak pada tempatnya pada kata-kata Souichi.
"Aku, pertama-tama, lebih memilih kepribadian yang lebih lembut dan seperti wanita, kau tahu." (Renji)
[Muu]
Melihat Ermenhilde marah saat mendengar kata-kata itu, aku tertawa bersama dengan Souichi.
Seperti biasa, partner ku begitu menyenangkan untuk digoda.
"Bagaimana dengan Aya dan Yayoi-chan?"
"Mereka pergi memesan restoran."
"... Tidak perlu melakukan sejauh itu."
"Mereka benar-benar bahagia. Terutama Aya. "
"Hmm."
[Sungguh tanggapan yang setengah hati. kamu akan dikubur untuk itu suatu hari nanti, kau tahu?]
Apakah aku benar-benar akan dikubur hanya karena itu?
Aku ragu dia itu orang yang mudah marah. Mungkin.
Aku mengikuti Souichi saat dia mulai berjalan sambil berbicara.
Dia mungkin membawa-ku ke restoran.
Setelah pertarungan itu, kami berpisah tanpa banyak bicara tapi aku senang mereka tidak mengatakan apapun kepada ku.
Yah, mereka mungkin akan banyak bertanya sekarang. Apa yang telah aku lakukan sampai sekarang dan yang lainnya. Bagaimana cara aku menghidarinya ?Aku menatap langit sambil berpikir.
Ini bukan sesuatu yang sangat keren, yang aku lakukan hanyalah bermalas-malasan. Tapi aku juga tidak ingin menyembunyikan semuanya dari mereka juga. aku tidak bermaksud untuk berbohong tapi mari kita mendramatisirnya sedikit sebagai gantinya.
"Tolong bersikap lembut dengan Aya oke? Jika Renji-niichan membuatnya marah, akulah yang mendapat akibatnya, kau tahu? "(Souichi)
"Kedengarannya menyenangkan."
"Oh, kumohon jangan ... .."
Dia mengatakan itu tapi, Souichi sendiri menikmati bermain-main dengan teman masa kecilnya.
Aku pikir dia sangat mudah dimengerti.
Sejauh dimana kamu akan bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang lebih antara mereka daripada hanya sebagai teman masa kecil.
"Kesampinggkan itu ,Souichi,"
"Jangan mengganti topik pembicaraan. ......... ada apa, Renji-niichan?"
"Apa aku tidak bau? Aku telah bersimbah dengan cipratan darah goblin dan berurusan dengan mayat mereka juga sampai sekarang. "
"Nah, sekarang kau sudah mengatakannya, kau memang bau."
[Kalian harus pergi makan malam sekarang bukan ? Apakah kamu berniat untuk pergi seperti ini?]
Jika aku benar-benar pergi seperti ini, bukan hanya Aya, bahkan Utano-san akan melakukan sesuatu yang buruk padaku. Dan maksud ku secara mental.
"Bisakah aku kembali ke penginapan? aku ingin mandi. Dan perlu ganti pakaian juga. "
"Ya. Jika kau pergi dengan pakaian yang penuh darah, akulah yang akan dikubur ... .. "
[Nah, tidak bisakah kalian berdua dikubur bersama? Dengan bahagia?]
Apapun selain itu.
Agak gelap, sempit dan juga sulit bernafas.
[Mungkin jika itu terjadi, Renji juga akan hidup lebih baik sesudahnya.]
"Bisakah kau tidak berbicara seperti aku bukan manusia yang hidup dengan baik."
[Itu memang benar, Renji.]
Dia mengatakan hal yang sangat kejam, partner.
Saat aku mengangkat bahu, Souichi tertawa.
"Bukankah Eru-san sedikit lebih lembut sekarang?" (Souichi)
"Dia sudah bundar sejak awal, lagipula dia adalah medali. Kamu tidak akan menjadi......gendut,bukan?" (T/n : disini Souichi menggunakan kata “Mellow = lembut”, dan dalam bahasa Jepang, “Mellow = lembut” dan “Round = Bundar” pengucapannya terdengar sama)
"...... bukan itu maksudnya."
Souichi tampak sangat imut saat ia menjatuhkan bahunya  sehingga aku mulai tertawa.
Saat itu, dia melotot padaku dengan menggembungkan pipi. Tindakannya masih benar-benar kekanak-kanakan. Haruskah aku katakan, seperti yang diharapkan dari seorang anak berusia 18 tahun atau aku harus katakan, meski usianya sudah 18 dia masih seperti ini.
"Waktu pertama kali, itu lebih formal, dia memanggil mu Renji-sama kan?"
[...... aku tidak ingat pernah seperti itu]
"Yeah, pada saat itu dia masih murni dan anggun."
[Haruskah aku mengahatakan berbagai hal  kepada Aya, Renji?]
Apakah dia benar-benar ingin menyangkal bahwa hal itu pernah terjadi? Yah, sepertinya aku juga tidak ingin membicarakannya.
Aku hanyalah seorang karyawan perusahaan dan tiba-tiba dipanggil dengan akhiran '-sama'. Itu adalah memori yang memalukan.
"Berbicara tentang saat itu, Souichi masih belum tumbuh cukup tinggi dibandingkan waktu itu eh?" (Renji)
"Uu ......"
[Jangan pedulikan dia. Bagi pria, apa yang ada didalam dirimu yang lebih penting Souichi.]
Wow itu cukup kasar Ermenhilde .
Diberitahu seperti itu, Souichi hanya mengalihkan tatapannya dan mendesah.
Sebenarnya, karena wajahnya juga cukup androgini, jika dia memanjangkan rambutnya, bukankah dia akan mirip Yayoi-chan?
(T/n : androgini artinya adalah memiliki perpaduan karakter laki-laki dan perempuan)
"Pasti menyenangkan bagi Renji-niichan karena begitu tinggi."
"Aku kira tinggi-ku hanya rata-rata."
"Kalau begitu aku bahkan di bawah rata-rata. Bahkan di kelas aku adalah yang terpendek.
[Tidak apa-apa. Aku tahu banyak poin bagus yang dimiliki Souichi.]
Seperti kataku tadi, kamu tidak menghiburnya jika seperti itu Idiot! Aku memukul Ermenhilde dari atas saku.
Aku mengatakan itu untuk mengubah topik tapi Ermenhilde tampaknya memberikan pukulan terakhir.
"Nah, aku yakin kau akan segera bertambah tinggi dengan cepat."
"Aku masih minum susu setiap hari, tahu."
Jadi kau masih?
"Kau benar-benar menjalani hidup yang sehat. Kalau begitu, ayo cepat pergi ke penginapan dan kemudian bertemu dengan Aya dan yang lainnya. "
"……ya. Jika kita membuatnya menunggu lebih lama lagi, dia akan marah lagi. "
[Lagi?]
"Tidak, bukan apa-apa, Eru-san."
Apakah dia marah padanya karena suatu alasan?
Melihat mudahnya memahami Souichi, aku merasa tidak enak tapi tetap saja tertawa.
"Kamu pasti cocok sekali dengan Aya."
"Entahlah? Nah, kita adalah teman masa kecil. Entah bagaimana aku bisa mengerti apa yang dipikirkannya. "
"Yah, bukankah itu hebat."
Saat aku mengatakan itu, Souichi menatapku dengan gembira.
"Iri?"
"Yah, aku hanya penasaran?"
[Kamu tidak jujur, seperti biasa.]
"Bukan seperti itu, oke."
Tapi - aku benar-benar tidak merasa Iri, aku merasa bahwa karena mereka memiliki hubungan seperti itu, mereka dapat melakukannya.
Itu bukanlah rasa iri tapi lebih ke ...... cemburu.
"Yah, itu karena aku tidak memiliki orang seperti itu dalam hidup ku."
"Bagaimana dengan Eru-san?"
"Itu lebih seperti kita terjebak bersama."
[......... muu]
Sang pemberani yang melindungi rekan-rekannya. Dipercayai oleh semua orang, aku memiliki perasaan sedikit cemburu terhadap Amagi Souichi.
Berusaha menyembunyikannya, aku menggoda Ermenhilde untuk mengubah topik pembicaraan.
Tidak apa-apa.
Orang dewasa yang cemburu pada anak yang 10 tahun lebih muda itu hanya tak sedap dipandang.
Rekan-rekan yang bertarung bersama ku meninggal. Kehilangan hidup mereka .--- hanya pada saat itulah aku mendapatkan kekuatan untuk bertarung.
Haah, aku menghela napas dalam pikiranku.
"Aku dan Aya juga sama, Eru-san."
[...... Itu tidak benar-benar menghibur, Souichi.]
"Ini balasan untuk sebelumnya."
Aku iri pada Souichi yang bisa tersenyum begitu lugas seperti itu.
Mengapa kamu menjadi lebih baik dalam memaksakan senyuman mu  ketika kamu dewasa?
Atau apakah kamu menjadi dewasa saat kamu menjadi lebih baik dalam memaksakan senyuman mu?