PARA PEMBANTAI DEWA (3)
(Translater : Theten; Editor : Hamdi)

Tinju yang diayunkan menghantam tanah dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan bumi.
Meskipun serangan sembrono seperti itu seharusnya membuatnya menunjukkan banyak celah, disana benar-benar tidak ada kesempatan untuk melakukan serangan balik. Kulit hitam itu terasa seperti baja. Tapi aku pikir itu sepertinya lebih keras dari baja itu sendiri.
Begitu kepalan tangan itu menabrak tanah dan menimbulkan efek gempa kecil di sekitarnya. Itu menghentikan mereka yang bergerak kearahnya untuk melakukan serangan balik dan sisanya yang masih melompat saat meneriakinya dihempaskan oleh lengan satunya.
Tampak konyol memang tapi seperti itulah Ogre. Sungguh sebuah serangan yang sepenuhnya hanya bergantung pada kekuatan brutal.
Biasanya, Ogre memiliki tinggi sekitar 5m, kulit merah gelap dan satu tanduk di kepalanya. Tubuhnya mirip dengan tubuh manusia, tapi tinjunya bahkan bisa membelah batu menjadi dua. Mereka jarang berkelompok, paling banyak 2-3 akan tetap bersama.
Mereka memiliki tempramen liar yang membuat mereka bertarung bahkan dengan ras mereka sendiri dan bahkan memperlakukan Goblin dan Orc sebagai mangsa. Ogre dianggap sebagai ancaman terbesar di benua ini yang diperintah oleh manusia ...... kalian bahkan bisa memanggil mereka makhluk [tirani].
Tapi monster yang mengamuk di hadapanku ini bahkan lebih besar dari Ogre normal dan memiliki tinggi 6m. Tinju itu bisa mengguncang bumi itu sendiri, apalagi batu. Memiliki kulit hitam pekat yang begitu keras dan mampu menahan serangan sihir dan  panah dengan mudah tanpa melakukan apapun.
Penampilannya seperti Ogre tapi lebih terasa seperti monster yang sama sekali berbeda. Ini mirip dengan Orc hitam yang bisa menggunakan sihir.
- Ini begitu mirip dengan lengan Dewa Iblis .
"Tch."
[...... Sulit untuk ditembus.]
Sambil menyembunyikan wajahku sampai ke hidung dengan mantelku, aku mendecakkan lidahku. Bahkan Ermenhilde tampak sedikit kesal.
Awan debu benar-benar tebal dan bahkan membuat sulit bernapas. Masalah lainnya adalah jeritan dan teriakan para petualang disekitar Ogre hitam itu. Suara keras akhirnya menstimulasi Ogre. Sulit untuk memastikan bahwa Ogre tidak mengalihkan sasaran ke petualang lainnya.
Dan juga, Demon membantu Ogre ini.
Rambut abu-abu yang mencapai pinggang dan sayapnya yang seperti Falcon. Terdapat ekor tumbuh dari punggungnya yang ujungnya adalah mulut dengan taring tajam. Ekor itu sendiri juga merupakan senjata.
Sklera matanya sedikit berlumpur hitam dan pupilnya berwarna merah. Giginya sendiri terlihat mirip manusia. Warna kulitnya pucat-kebiruan dan dia juga memakai pakaian yang mirip dengan manusia. Meskipun dia terlihat mirip seperti manusia, dia adalah eksistensi yang sama sekali berbeda. *Sklera :lapisan luar mata yang berwarna putih, berserat tembus cahaya, elastis dan mengandung kolagen, mah yg jelas bagian mata nya lah.
Itu adalah Ras yang memiliki fitur seperti sayap dan yang terpenting, energi sihir yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh manusia normal. Seperti itulah Iblis.
Terbang dengan cara menempatkan energi sihir pada sayapnya, dan mengeluarkan energi sihir yang mendistorsi atmosfer merupakan bukti yang cukup untuk itu.
Energi sihir yang bisa dilihat oleh mata telanjang hanya dimiliki oleh kita Petualang dunia lain dan Iblis.
"Tidak bisakah kita menjatuhkannya dengan sesuatu?" (Renji)
"Aku sudah mencoba tapi dia selalu menghindarinya." (Aya)
"Dan yang lebih kuat?"
"...... Itu akan berakhir dengan menyeret petualang di sekitarnya juga."
Jadi begitu.
Aya, yang aku lindungi di belakangku, mengatakannya dengan suara menyesal.
Dia tidak akan mengatakannya secara langsung namun jelas bahwa petualang sekitarnya menjadi penghalang baginya. Aku dan Souichi bisa menjauh dengan cepat dari Demon dan Ogre saat Aya menggunakan sihirnya.
Semua ini adalah kesalahan Ogre Hitam itu.
Ada momen di mana ia membuat gerakan yang membosankan. Setiap petualang mencoba menggunakan momen itu untuk mencoba dan menyerang. Itu tentu saja merupakan sebuah peluang tapi tetap saja tidak ada gunanya jika seranganmu tidak berhasil.
Aku pikir ini mungkin disengaja. Dengan melakukan itu, dia bisa membatasi gerakan kita - dan juga menghalangi sihir Aya.
Aku tidak percaya bahwa Ogre akan memiliki kecerdasan tapi itu normal saja mengingat iblis yang mengendalikannya.
"--Renji-niichan, apa yang akan kita lakukan?" (Souichi)
Souichi yang sedang bertarung melawan Demon mendekatiku dan bertanya dengan ekspresi bingung. Sebenarnya aku ingin menanyakan itu kau tahu?
Aya memegang tongkat kayu, seperti penyihir di tangannya dan Souichi memegang pedang transparan indah yang berwarna kebiruan.
Itu adalah pedang yang disebut Pedang Suci Dewi oleh semua orang. Meskipun itu sebenarnya diberikan kepadanya oleh Roh Dewa dengan mengontrakkan seluruh tubuhnya kepada roh ...... .. Dewi benar-benar menjadi tidak relevan di sini.
Paling banyak, Dewi hanya bertindak seperti penengah / perantara dan berbicara dengan Roh Dewa atau begitulah yang aku dengar, tapi tetap saja, itu seharusnya disebut Pedang Suci Roh Dewa. Tapi saat itu juga, semua orang membuat cerita sambil berpikir bahwa sejak kami dipanggil oleh Dewi dan diberi Perlindungan olehnya, maka Pedang Suci seharusnya juga diberikan olehnya.
Aku benar-benar tidak ingin megetahui lagi tentang pola pikir orang dewasa. Sebenarnya aku merasa begitu kagum bahwa roh-roh itu tidak datang untuk mengatakan apapun bahkan setelah mereka mengetahui semua hal ini. Meskipun mereka sebenarnya tidak bisa berbicara.
"Simpel saja. Kita akan menjatuhkan Demon itu terlebih dahhulu. selanjutnya, kita akan  membunuh Ogre hitam itu. "
Ogre hitam ini dan Orc Hitam sebelumnya, ada banyak hal yang ingin aku tanyakan kepada Demon ini.
Kenapa aku bisa merasakan kehadiran Dewa Iblis dari keduanya? Dan yang terpenting, mengapa Demon biasa mampu memanggil bawahan Dewa Iblis.
Bagaimana aku mengatakannya ya, tidak peduli bagaimanapun aku  melihatnya, Ogre ini jauh lebih kuat daripada Demon itu sendiri. Tatanan hirarki seharusnya dibalik. Kecerdasan bukanlah hal penting disini. [Dewa Iblis] adalah yang spesial bagi iblis. Nah sudah jelas bukan karena dia adalah tuhan mereka.
Dan itulah mengapa terlalu aneh bahwa Demon ini bisa mengendalikan bawahan Dewa Iblis.
"Baiklah. mari bertarung seperti biasanya eh ? "(Souichi)
Aku benar-benar tidak berpikir seorang bocah berusia 18 tahun harus mengatakannya sambil tersenyum. Hal-hal seperti membunuh dan yang lainnya.
Meskipun ini dianggap biasa di dunia ini..... Tapi sebagai seseorang yang mengenal anak-anak di dunia sebelumnya, tetap saja aku tidak terbiasa dengan hal itu. Walaupun sebenarnya Souichi dan yang lainnya begitu normal mengingat mereka bisa terbiasa dengan dunia ini.
Sementara aku memikirkan hal itu, Souichi sekali lagi berlari untuk menarik perhatian Demon pada dirinya sendiri. Dia terlihat seperti bayangan tunggal. Dia bergerak dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga orang melihatnya seperti  sebuah bayangan hitam.
Kecepatan nya begitu cepat sehingga aku hanya bisa mengikutinya samar-samar bahkan dengan 5 dari perjanjian yang terpenuhi . Jika seseorang menyuruh ku untuk menyilangkan pedang dengannya sekarang, itu jelas tidak mungkin bagi ku.
Souichi, yang mendekati Ogre dalam sekejap, berhasil menyayat pahanya. Tapi itu hanya menghasilkan percikan api dan sama sekali tidak ada mengeluarkan darah. Seberapa keras kulit itu? Pedang Suci Jade  itu masih menempel di pinggangnya.
Melawan apapun yang berhubungan dengan [Demon God], nampaknya senjata pembunuh dewa Ermenhilde lebih efektif daripada pedang suci manapun yang memiliki perlindungan suci dari Roh atau Dewa. Itu telah dibuktikan setahun yang lalu.
Berbeda dengan pedang yang ku lempar, aku memegang pedang lainnya di tangan kanan.
"... .. Renji-san?" (Aya)
"Hmm?"
disaat aku sedang mengincar Ogre yang terpaku pada Souichi, sebuah suara memanggilku dari belakang.
Suara itu sangat lemah –terdengar berbeda dari Aya yang kukenal. Saat aku menjawab tanpa berbalik, sebuah desahan keluar dari sakuku.
Kami saat ini sedang berada dalam pertarungan, aku tidak ingin menurunkan pertahananku. Aku ingin mengakhiri ini dengan cepat.
Souichi akan mengalihkan perhatian dan aku akan menyelesaikan pukulan terakhirnya. Itu adalah strategi yang sama saat melawan Dewa Iblis dan keturunannya. Yah, sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang rumit untuk disebut sebagai strategi.
"Seberapa banyak perjanjian yang telah kamu penuhi hingga sekarang?"
"Empat."
".........."
Apakah itu terlihat jelas?
Jumlah perjanjian yang terpenuhi. Mereka adalah hal yang sangat sederhana. Aku yang tidak memiliki energi sihir akan menerima energi sihir dari Ermenhilde dengan setiap syarat. Aku menciptakan senjata dengan itu. Pada dasarnya, semakin banyak segel yang dilepaskan, semakin kuatlah senjata yang aku ciptakan.
Bagi Aya yang berpengetahuan luas dalam bidang ilmu sihir, dia seharusnya bisa mengetahui jumlah syarat yang telah terpenuhi hanya dari melihat energi sihir milikku . Dan juga, perjanjian mana saja yang telah terpenuhi..
Ke-12 teman yang selalu bersamaku  sangat menyadari kondisi dimana kekuatanku dilepaskan. Kondisi untuk memenuhi 7 perjanjian, yaitu. Apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku korbankan.
[Keinginan untuk bertarung], [Melindungi seseorang], [Melawan Dewa Iblis], [Melindungi sebuah Janji]. Keempat perjanjian ini adalah yang seharusnya Aya sadari telah terpenuhi. Tapi kekuatan sihir yang aku miliki sudah jelas-jelas pada tingkat 5 perjanjian yang terpenuhi . Satu yang tersisa - dia seharusnya bisa menebak mengingat situasi. Meskipun dia 10 tahun lebih muda dariku, dia memiliki ingatan yang bagus. Dia pasti sudah memastikan situasinya, itulah kenapa aku hanya mengangkat bahu.
[Mari kita selesaikan ini, Renji.]
"Ya."
Aku menerima bantuan Ermenhilde dan menjawabnya. Aku tidak bermaksud untuk mulai berbicara di sini. Kami berdua sama-sama mengetahui bahwa tidak ada tempat untuk ngobrol saat dalam pertempuran. Bahkan jika lawannya hanya sekedar umpan- jika kamu melonggarkan pertahanan mu, teman mu akan mati. Kami sangat menyadari akan hal itu.
Aku menempatkan kekuatanku ke dalam tangan yang mencengkeram Pedang Dewa. Aku melihat sekeliling dan -
"--Lakukan, Aya."
"Baiklah."

Begitu dia menancapkan tongkatnya di tanah, sebuah lingkaran sihir berwarna merah muncul.
Dengan Ogre sebagai pusatnya, itu bahkan menutupi semua petualang sekitarnya juga; sebesar itulah. Untuk mengaktifkan sihir skala besar seperti itu, dibutuhkan banyak penyihir Elite bahkan kelompok ksatria kerajaan dan itu belum termasuk waktu yang dibutuhkan untuk persiapan. Tidak ada satupun penyihir seperti Aya yang mampu menggunakanya dengan sekejap dan sendirian saja.
Sebaliknya, bahkan mereka yang tidak mengetahui bahwa Aya bisa menggunakannya akan yakin bahwa jika itu adalah salah satu God Slayers, mereka bisa melakukannya.
Melihat sihir diaktifkan, para petualang mengeluarkan suara terkejut dan kebingungan.
[Cepat dan larilah. Atau kalian semua akan terseret ke dalamnya.]
Pada saat bersamaan, Ermenhilde mengirim [suara] nya ke kepala semua orang.
Petualang yang tidak mengerti akan situasinya mulai melihat sekeliling sambil berpikir bahwa penyihir itu mulai menggunakan mantra sihir. Melihat itu aku hanya bisa menghela napas.
[Aku bilang, jika Anda tidak ingin terseret ke dalam pertarungan para God Slayers, cepatlah menyingkir!]
Sekali lagi, Ermenhilde menggunakan [suara] nya.
Dan kali ini akhirnya, para petualang mulai mundur keluar dari jangkauan lingkaran sihir milik Aya.
"Sekarang,"
"---Mari mengamuk seperti biasa."
Pada saat bersamaan dengan Aya menarik keluar tongkatnya, lingkaran sihir mulai bersinar lebih terang lagi. Cahaya yang bersinar tampak sangat suci dan Ogre hitam terlihat menonjol di dalamnya.
"Apakah kamu tahu berapa lama aku sangat menantikan hari ini?" (Aya)
Mengatakan itu, energi sihir di dalam lingkaran datang  secara bersamaan.
Sasarannya bukanlah Ogre, itu adalah untuk menjatuhkan Demon yang paling merepotkan terlebih dahulu.
Karena ada kemungkinan dia bisa melarikan diri disaat kita mengalahkan Ogre, mereka sangat pintar dalam hal seperti itu. Dan dia mungkin juga akan menggunakan para petualang di sekitarnya sebagai perisai.
Sudah jelas faktanya bahwa Ogre hitam dengan sengaja menciptakan sebuah situasi untuk membuat para petualang percaya bahwa mereka juga bisa bertarung.
Itulah mengapa pertama-tama, kita perlu membawa para petualang tersebut menjauh dari sini. Kemudian, melancarkan lingkaran sihir di atas tanah untuk membuatnya percaya bahwa tujuan kami adalah Ogre.
"Jatuhlah!."
Mengatakannya dengan suara berat yang penuh dengan niat membunuh, saat berikutnya, Demon yang sedang berhati-hati terhadap sihir diatas tanah, jatuh dari langit.
Apa yang dikontrolnya adalah gravitasi. Dan lingkaran sihir itu untuk persiapan.
Lagipula, menggunakan sihir yang bisa dikenali selalu menjadi upaya terakhir. Itu adalah satu hal jika itu terjadi pada waktu kami memulai perjalanan kami, saat dia masih tidak terbiasa menggunakan sihir. tapi saat ini, Aya bisa mengalahkan iblis bahkan tanpa menggunakan lingkaran sihir.
Pada saat bersamaan, aku juga berlari menuju Ogre.
Dengan 5 perjanjian yang terpenuhi, kemampuan fisik ku menjadi sangat ekstrem dan aku menjangkau 20m hanya dengan tarikan satu nafas.
Souichi sekali lagi menebas kaki Ogre. Sekali lagi, hanya menyebabkan percikan bunga api.
Pada saat yang bersamaan, aku memotong kakinya yang lain. Di sini, tidak ada hambatan sama sekali dan aku memotong kakinya mulai dari pergelangan kaki.
Ogre mengeluarkan jeritan dan terjatuh karena kehilangan satu kakinya.
Ogre mencoba untuk mendukung dirinya dengan kedua lengannya tapi saat lengannya menyentuh tanah, tanah di area tersebut menjadi lenyap. Aya telah menggali lubang dengan sihir. Kedua lengannya terkubur di tanah dan dengan suara zuun berat, dengan wajah menimpa tanah terlebih dahulu.
"Fuu."
Iblis itu tergeletak di tanah, dihancurkan oleh gravitasi dan Ogre terkubur didalam tanah dengan satu kaki terputus.
Sekarang setelah keduanya tidak mampu lagi bertarung, aku menghela napas.
Hanya seperti itu, pertama-tama yang kulakukan adalah memotong kepala Ogre. Pedang Dewa menembus lehernya tanpa ada hambatan dan kepalanya lansung berguling.
"Bisakah aku pensiun sekarang?"
[Sepertinya itu hanya akan menjadi semakin merepotkan nantinya, bisakah kamu bertindak seperti kamu tidak menyadari apa yang terjadi sepanjang waktu?]
".......Tch."
Menjatuhkan bahuku, aku mendecakkan lidahku.
Maaf, Rob. Roberiano. Hanya inilah yang bisa aku lakukan.
Aku teringat wajah petualang muda yang meninggal itu. Aku tidak benar-benar menjanjikan kalau aku akan melindunginya tapi kenyataan bahwa dia harus meninggal pada usia muda seperti ini menusuk hati ku. Di medan perang, terbunuh oleh hal-hal seperti goblin. Meskipun dia tidak berbeda dengan Souichi dan yang lainnya ...... kehidupannya baru saja dimulai.
Tapi seperti inilah medan perang, mau bagaimana lagi. Aku tidak ingin berpikir seperti itu, untuk menggunakan medan perang sebagai alasan, yang aku lakukan hanya bisa mendesah.
"Baiklah sekarang."
[Semua yang tersisa adalah dalang dibalik ini.]
Bisakah kita memanggilnya dalang? Aku benar-benar tidak bisa memikirkannya seperti itu. Sambil mendengar kata-kata Ermenhilde, aku berjalan menuju Iblis yang terjebak dalam kandang gravitasi.
Jika Iblis itu berpikir bahwa dia bisa mengalahkan Souichi dan yang lainnya hanya dengan seekor Ogre, meskipun itu adalah keturunan  Dewa Iblis, maka dia hanyalah seorang idiot.
Bahkan tanpaku, mereka berdua pasti akan mengalahkan mereka cepat atau lambat. Aku sangat mempercayai mereka.
Seperti itulah God Slayer, seorang Pahlawan. Menerima kepercayaan mutlak dan memenuhi harapan mereka dengan berani.
"Renji-niichan !!"
"Ou."
Souichi tetap mengawasi Demon di tanah tapi dia masih mengangkat satu tangannya untuk melambai padaku. Untuk menjawabnya, Aku juga menangkat salah satu tangan dan mendatanginya.
Dengan * pan * dia melakukan tos / high five dengan ku. Aku membuka dan menutup telapak tangan berulang kali untuk mengurangi rasa sakit.
...... .. menggunakan kekuatan penuh, Itu benar-benar menyakitkan sialan .....
"Sepertinya kamu sehat-sehat saja."
"Itu adalah kata-kataku. Juga, semua orang benar-benar khawatir kamu tahu? "
"Ugh ......."
Aku mengalihkan pandanganku saat dia menatapku.
Tidak, yah, Aku rasa itu kesalahanku karena tiba-tiba menghilang tapi.
[Beri tahu dia lebih banyak lagi, Souichi.]
"Eru-san juga. Lama tidak bertemu."
[Ah, kalian berdua benar-benar sopan.]
".......... Itu seperti mengatakan bahwa ada seseorang yang tidak bersikap dengan sopan?" (Renji)
[Itulah apa yang aku katakan]
"Meski seperti ini, aku tetap berusaha untuk bersikap dengan sopan sepanjang waktu."
Sambil mengatakan itu, aku melihat ke arah tanah.
Sayap yang berada dalam keadaan yang sangat buruk dan kedua kakinya serta kaki kirinya yang berputar ke arah yang tidak mungkin. Rasanya sakit hanya dengan menatapnya.
"Oi." (Renji)
Saat aku meninggikan suaraku, dia menatapku dengan tatapan penuh kebencian.
13 God Slayers.
Bahkan di antara mereka, aku yang secara lansung membunuh Dewa Iblis sangat dibenci oleh Iblis. Aku benar-benar dibenci oleh mereka. Nah, mau bagaimana lagi..
Akulah orang yang membunuh Dewa yang mereka sembah. Sudah jelas bahwa aku akan dibenci.
Aku meletakkan pedang Jade di lehernya. Sekarang dengan terbunuhnya Ogre hitam itu, hanya 4 dari perjanjian yang terpenuhi- tidak, hanya 3. Tidak perlu melindungi seseorang dalam situasi ini sekarang juga.
Kenyataan bahwa pedang itu telah kehilangan kilauan energi sihir yang sebelumnya adalah bukti dari itu.
"Yamada Renji - !!" (Demon)
"Ya, aku adalah Yamada Renji. Jadi, kenapa  iblis sepertimu mengendalikan keturunan Dewa Iblis? "
Mengabaikan tatapan yang penuh kebencian, aku menanyakannya.
Aku mungkin telah melakukan sesuatu yang buruk. Membunuh Dewa, bahkan jika menyelamatkan dunia, mungkin bukan sesuatu yang harus dimaafkan. Terutama bagi mereka Iblis yang menyembahnya.
Tapi, bukan berarti aku akan menerima kebencian mereka.
Aku bukanlah  manusia hebat yang bisa melakukan hal seperti itu, aku tidak cukup toleran untuk hal-hal semacam itu.
Apa yang akan kamu lakukan setelah menyelamatkan dunia?
Bepergian keliling dunia, menjadi jembatan antara manusia dan setengah manusia mungkin tidak akan buruk. Aku mungkin mencoba memperbaiki hubungan dengan Iblis juga.
Sebenarnya, ada Iblis yang tidak terlalu memikirkan keberadaan manusia. Meskipun mereka adalah kalangan minoritas.
"Apakah Sherfa terlibat dalam hal ini?" (Renji)
Nama yang aku ucapkan adalah nama Raja Iblis. Raja Iblis Sherfa. Orang paling berpengaruh di benua Abenelm selain dewa Iblis.
Monster yang bisa bertarung setara dengan Souichi yang telah terbangun sebagai Pahalawan.
Ketika aku mengucapkan nama itu, tatapan sang Iblis semakin dipenuhi kebencian dan dia melotot kearah ku.
"Wa- wanita naif itu, tidak mungkin dia bisa melakukan hal-hal seperti itu !!"
"Oioi. Dia adalah penguasa kalian bukan. "
Yah, aku setuju bahwa dia adalah Iblis yang begitu naif.
Untuk seorang Raja Iblis, Sherfa memang memiliki citra yang terlalu lembut. Dia selalu adil, membenci mengambil sandera, dan dia sendiri mengatakan bahwa dia menyukai manusia. Setelah Raja Iblis sebelumnya meninggal, dia mendatangi kami hanya untuk menyombongkan diri bahwa dia telah berhasil merebut posisi tersebut. Tapi bukan berarti dia juga bersikap manusiawi.
Kekuatan adalah segalanya di benua Iblis sehingga siapapun yang kuat secara otomatis akan selalu benar atau begitulah yang mereka katakan. Dia tipe yang mengayunkan tinjunya sebelum berbicara. Sungguh seperti Iblis. Meskipun dia masih mengaku menyukai manusia.
"Aku tidak peduli. Seorang Raja Iblis yang tidak mencoba menghidupkan kembali Dewa Iblis, tidak pantas dipanggil Raja Iblis. "(Iblis)
[Menghidupkan kembali Dewa Iblis].
Aku baru pertama kali mendengarnya. Aku hanya bisa memiringkan kepalaku. Dari cara dia berbicara, seolah-olah mereka bisa menghidupkan kembali Dewa Iblis setiap saat.
"Apa maksudmu? Dewa Iblis sudah mati, Renji-niichan yang membunuhnya  - "(Souichi)
"Hmph Kamu pikir aku akan mengatakan semuanya? Ayo, cepatlah dan bunuh aku. "(Iblis)
"Hah?"
"Hanya ada kematian bagi yang kalah. Aku akan terbunuh jika aku kembali lagi. "
Tidak, sungguh tidak mungkin kamu akan menang hanya dengan kekuatan militer semacam itu, aku hanya bisa merasa terkesan.
Meskipun mereka pintar tentang hal-hal yang aneh, perlengkapan tempur mereka sama seperti satu tahun yang lalu.
"Seolah aku akan peduli." (Renji)
Mengatakan itu, pedang Jade berubah menjadi energi sihir dan menghilang.
"Aya, aku sudah selesai jadi kamu bisa berhenti sekarang." (Renji)
"Baiklah."
Penjara gravitasi yang menahan Iblis menghilang begitu saja. Dikarenakan merasa lebih ringan karena penghalangnya tiba-tiba lenyap, Iblis juga pingsan.
Kebangkitan Dewa Iblis eh?
Sambil melihat Aya berjalan ke arah kami, aku menghela napas.
"Sepertinya masalah lagi ...... aku benar-benar benci ini." (Renji)
"Renji-niichan selalu terlibat dalam segala macam masalah bukan?" (Souichi)
Souichi terdengar senang saat mengatakannya.
Sedangkan aku, aku sungguh-sungguh ingin lepas dari semua ini.
"Masalah datang padaku. Juga, bisakah kamu berhenti berbicara seperti aku dengan sengaja terlibat dalam masalah ? "(Renji)
"Eh?" (Souichi)
"....... Huh?" (Renji)
[Apa yang kau katakan tiba-tiba?]
Mengapa aku menggunakan tanda tanya untuk menjawab itu? Aku benar-benar berniat untuk menghindari masalah kamu tahu? Tapi masalah sepertinya selalu menemukanku. Jika ini juga merupakan bagian dari kompensasi transfer antar dunia (Cheat) yang diberikan kepada kita, aku hanya bisa merasa putus asa.
Juga, Ermenhilde seperti biasa, kata-katanya begitu menusuk ke dadaku.
Apakah aku melakukan sesuatu yang membuatnya gila? Sambil memikirkan itu, Aya datang dan berdiri di sampingku.
"..............."
"..............."
"..............."
[... ..Mengapa kalian semua tidak berbicara apa-apa?]
Entahlah  
Entah kenapa, Aya tampak gugup, jadi aku dan Souichi juga akhirnya diam.
Ermenhilde, seperti biasa, tidak bisa membaca suasana sama sekali.
"Um, lama tidak bertemu, Renji-san. Terima kasih telah menyelamatkanku waktu itu. "(Aya)
"N, lama tidak bertemu juga, Aya. Aku sudah berjanji bukan? Bahwa aku akan menyelamatkanmu jika kau dalam bahaya. "
Mengatakan itu, aku mengarahkan telapak tanganku ke arah Aya. Ketika aku melakukan itu, Aya, dengan agak gembira, juga memukulkan telapak tangannya dengan tangan ku dengan suara “pachin”.
Ketika kita melakukan perjalanan bersama saat itu, setiap kali kita berhasil dalam sesuatu atau jika sesuatu yang baik terjadi, kita selalu melakukan “tos”/ High five. Merasa nostalgia, aku tersenyum.
Aku telah memikirkan bagaimana cara menemui mereka dan apa yang harus aku katakan tapi hanya dengan ini, aku merasa senang karena aku bertemu kembali dengan mereka.
"Kamu tampak lelah tapi, apakah ada sesuatu yang terjadi?" (Renji)
"Ah, tidak, tidak ada ...... .." (Aya)
Dia tampak bahagia sekarang tapi tiba-tiba dia menundukkan kepalanya. Apakah terjadi sesuatu, aku bertanya-tanya?
Atau mungkin aku melakukan sesuatu yang buruk?
Berpikir sampai di sana, aku ingat bahwa aku tidak pernah mengirim surat sekalipun kepadanya dalam satu tahun terakhir ini.
Itu saja? Aku memutar otak untuk memikirkan cara untuk berbicara dengannya. Aya masih menundukkan kepalanya dan menggeliat-geliat malu saat bermain dengan rambutnya.
Baik tinggi dan rambutnya telah tumbuh lebih panjang dibandingkan terakhir kali aku melihatnya dan menjadi lebih feminin membuatnya terlihat lebih segar. Tapi aku merasa akan dimarahi jika aku mengatakannya keras-keras, jadi aku rasa tidak.
Pada akhirnya, kami hanya berdiri diam tanpa berbicara sampai petualang lainnya kembali.
......... Apakah reuni seperti itu baik-baik saja?