MENGINTIP DI SEKITAR ASRAMA PEREMPUAN
(Translater : Zerard; Editor : Toro)

Aku menghargai keputusan Mia, dan membiarkannya memilih magic macam apa yang dia inginkan.
Tetapi aku sudah memberitahukan padanya akan arah party ini. Yang seperti berikut:
Walaupun masih ada waktu sebelum tercapai, tetapi elite party ini akan terdiri dari Aku, Arisu, Tamaki, Mia. Yang berdiri di garis depan adalah Arisu dan Tamaki, dan yang di bagian belakang aku dan Mia. Tidak perlu terlalu fokus dengan kekuatan tempur, tapi jika memang ada, maka akan sangat bagus. Akan sangat baik sekali jika ada magic untuk melarikan diri.
Kombinasi dari magic tanah dan angin, setidaknya di tingkat 1, tidak memiliki magic untuk serangan secara langsung. Tetapi di sisi lain, memiliki banyak magic pendukung.
Jika seperti itu, maka sudah cukup. Setelah Mia, giliran Tamaki untuk naik level.
Kali ini, kami mulai menggunakan perangkap. Setelah menggali sebuah lubang, jika di sembunyikan dengan baik, maka lubang itu akan dapat di pakai ulang.
Arisu membawa mangsa kami—yaitu Orc, yang terjatuh ke dalam perangkap, kemudian Tamaki menusuknya hingga mati. Tamaki naik level dan mendapatkan sword skill satu dan physical satu.
Setelah Tamaki, Shiki-san juga naik level. Skill yang dia dapatkan adalah detection satu dan throwing satu.
Setelah Shiki-san mendapatkan detection skill, dia menjadi ahli dalam menemukan perangkap. Jika kamu menaikkan skill ini, kemampuan untuk memasang perangkap seperti seorang pemburu juga akan meningkat.
Alasan Shiki-san memilih skill ini adalah bukan untuk membuatnya menjadi detektif.
“Aku sama sekali tidak ingin bertarung, jadi, akan melarikan diri atau bersembunyi sebaik mungkin.”
"Dia membusungkan dadanya sambil berkata seperti itu. Besar sekali"— pikirku dalam hati.
Selain itu, alasan untuk Throwing Skill.
“Pisau, parang, terdapat banyak sekali disini, dan lebih dapat dipercaya daripada senjata yang di dapatkan dari Orc.”
"Jadi begitu,masuk akal"—piki ku. Dia memang orang yang berpikir dengan logika.
Magic yang Mia dapatkan, menunjukkan kemampuannya dengan segera. Earthbound dari magic tanah sangat berguna, magic ini menggunakan tumbuhan yang ada di tanah untuk mengikat kaki musuh.
Magic ini dapat menghentikkan pergerakan musuh, dan jika berhasil, maka dapat membuat musuh terjatuh. Kemudian Arisu akan mematahkan tangannya yang memegang senjata, supaya semua dapat membunuh Orc dengan lebih aman.
Walaupun terlihat seperti menyiksa yang lemah, tetapi jika di pikir lagi apa yang Orc telah lakukan pada kami pertama kali, sikap kami ini bukanlah apa-apa.
Setelah tiga orang naik level satu, walaupun aku tidak, seharusnya akan baik-baik saja. Karena itu aku meminta Tamaki untuk menjadi pemandu dan pergi melakukan investigasi bersamaku. Berdasarkan Arisu, hampir tidak ada pergerakkan dari Orc saat subuh. Dia mengatakan, jika kita tidak mendekatinya, maka kita tidak akan mendapatkan informasi yang jelas, karena itu dia berharap mendapatkan ijin untuk mendekati gedung.
Aku secara langsung menolak permintaannya dan mengatakan jika memang dia ingin melakukan itu, maka seharusnya akulah yang pergi dan memeriksa gedung itu.
Pertama-tama, tempat yang dituju adalah bangunan terdekat dari gedung pembinaan.... walaupun aku berkata demikian, butuh waktu kurang lebih 10 menit berjalan dari hutan menuju ke asrama perempuan. Asrama tiga lantai khusus perempuan, ini adalah tempat dimana perempuan SMP tinggal setiap harinya.
Bangunan berbentuk kotak berdiameter 60m.
Jika aku tidak salah, sekolah SMA kami memiliki 1300 orang, sedangkan SMP memiliki 700 orang. Jadi bisa di bilang, ada kurang lebih 350 perempuan? Jika tidak ada bangunan besar seperti ini, maka tidak akan ada tempat untuk menampung mereka semua.
Akan tetapi.....
Asrama perempuan ya.....
Ah, aku tidak punya maksud tersembunyi. Hanya saja nama asrama perempuan akan membuat laki-laki berpikir panjang yang benar saja! Oke, aku bohong jika aku mengatakan tidak ada maksud yang tersembunyi, tapi berhubung kami akan menyerangnya, maka kita harus mulai dari tempat terdekat. Itu saja.
Menyerang asrama perempuan.
Kedengarannya keren, seorang laki-laki mengintip dari hutan dekat asrama perempuan, dan dengan menggunakan teropong untuk melihat interior dalam. Orang itu adalah aku.
Normalnya ini adalah perbuatan yang mesum, namun ini adalah kondisi yang darurat.
“Kazu-senpai, kamu seperti orang mesum.”
“Dengar baik-baik Tamaki, ini adalah bagian dari rencana.”
Tapi setiap jendela asrama perempuan tertutup gorden, jadi mustahil melihat interior dalam. Hmm—
Ah dapat, ada jendela yang rusak di salah satu jendela di lantai tiga, mungkin kami bisa masuk dari sana. Aku memutuskan mengirim gagak masuk untuk investigasi.
Aku menggunakan magic baru support magic tingkat tiga Remote Viewing.
Remote Viewingmembuatku dapat melihat penglihatan orang yang diberi magic ini. Ini adalah magic yang seakan-akan khusus digunakan dengan gagak.
Tetapi sekali aku gunakan, sebelum efek magic ini habis, aku hanya dapat melihat penglihatan orang tersebut. Jadi bisa dibilang, dalam periode ini, aku benar-benar dalam kondisi tidak terlindung. Jadi di saat menggunakan magic ini harus ada orang untuk melindungiku.
Jadi aku meminta Tamaki untuk mengawasi area sekeliling.
Selain itu, alasan kenapa Tamaki memilih physical tingkat satu, adalah karena dia ingin menggunakan kapak besar milik Elite Orc yang kami kalahkan. Setelah mendapat skill itu, dia mencoba mengangkat kapak besar itu. Walaupun tidak mudah tapi setidaknya dia tidak terpengaruh oleh beratnya.
Kekuatan dari sebuah skill benar-benar hebat membuat semua orang takjub.
Tapi dalam investigasi seperti ini, kapak besar seperti itu hanyalah menjadi beban. Jadi yang saat ini di pegang olehnya hanyalah sebuah pedang metal biasa. Itu adalah pedang berkarat milik Orc sebelumnya, tapi aku menggunakan Repair untuk memperbaikinya. Walaupun Tamaki terlihat tidak puas, aku hanya bisa memintanya untuk bersabar untuk saat ini.
Selain dia dan Arisu, aku tidak ingin memanggil yang lain untuk menjagaku. Walaupun aku belum pasti akan sifat Tamaki, tapi aku rasa dia tidak akan menyakiti orang yang berharga bagi Arisu, yang berarti itu aku.
Setelah aku menggunakan Remote Viewing penglihatan gagak pun terlihat olehku.
Gagak itu melebarkan sayapnya dan terbang ke langit. Wahwah, ini menakjubkan. Perasaan melayang di langit benar-benar luar biasa.jika ada waktu santai, aku ingin sekali bermain dengan magic ini.
Tapi aku tidak tahu kapan akan waktu santai seperti itu.
Sang gagak mendarat di pagar atap asrama perempuan. Pada saat itu sekelompok gagak yang berkumpul di atap langsung terbang menjauh, apa mereka tahu kalau gagak milikku adalah gagak yang tidak normal?
Akan tetapi, gagak-gagak yang berkumpul di atap, itu artinya....
Ada total enam orang mayat di atas atap, dan mereka semua adalah perempuan.
Gagak-gagak itu berkumpul di sekitar mayat, dan memakan mayat tersebut hingga tidak berbentuk, aku berusaha keras menahan rasa ingin muntah.
Untungnya, gagak-gagak itu langsung terbang menjauh. Walaupun magic ini membuatku bisa berbagi penglihatan dengan gagak milikku, tapi aku tidak bisa memberinya perintah. Si gagak memasuki asrama melalui jendela rusak di lantai tiga.
Ada seorang mayat perempuan di samping jendela, lehernya terputar ke arah yang tidak natural, dan seperti mayat lainnya, setengah bagian tubuh ke bawahnya telanjang. Sepertinya dia berusaha kabur dan memecahkan jendelanya tetapi tertangkap dan diperkosa kemudian di bunuh. Aku menepuk tanganku untuk orang yang tidakku kenal ini, dan berdoa berharap dia tidak merasakan banyak rasa sakit sebelum mati.
Tamaki yang berdiri di sampingku, seharusnya bisa melihatku menepuk tanganku, tapi dia tidak melakukan apapun. ( TL Note: tau dari mana bro? Kamu sekarang kan g bisa lihat sekeliling kamu karena magic kamu, apa dari suara?)
Si gagak mengikuti instruksiku, memasuki asrama perempuan dan memulai investigasinya.
Perbedaan dari kemarin adalah, kita mempunyai cukup banyak waktu hari ini. Walaupun si gagak terbunuh, itu tidak akan berbahaya bagiku, tapi aku hanya tidak yakin apakah musuhku sadar akan keberadaan gagak summonku.
Lupakan saja, para Orc itu terlihat sangat bodoh.
Tapi mungkin aku terlalu arogan.
Apakah aku menggali kuburku sendiri disini? Ah, lupakan saja, seharusnya semua baik-baik saja.
 Si gagak mendarat di lantai dan berjalan di koridor yang redup. Sepertinya tidak ada sesuatu yang bergerak, magic ini tidak bisa mengantarkan suara, jadi walaupun ada yang berteriak kesakitan, aku tidak akan bisa mendengarnya. (TL note: jadi begitu......)
Si gagak turun ke lantai satu, dan di dekat ruangan yang terbuka, si gagak mengintip ke dalam.
Ini seperti ruang makan.
Aku melihat beberapa Orc dan melihat banyak perempuan terbaring pingsan di lantai. Tubuh mereka terlihat kejang-kejang.
“Mereka orang yang selamat, 'kan?”
Aku tidak tahu apakah dia melihat perubahan ekspresiku, tetapi dia berbisik di telingaku.
“Kok kamu bisa tau?”
“Melihat ekspresimu yang tidak enak dan mengepalkan keras tanganmu, tentu saja aku tahu.”
“......ya.”
“Apa kita punya cara buat menyelamatkan mereka?”
Jika mereka masih hidup, aku tentu saja ingin menyelamatkan mereka.....
Tetapi ada masalah—diantara para Orc itu, ada satu yang memliki kulit coklat.
“Ada Elite Orc disana.”
Aku mengatakannya dengan suara rendah.
Tamaki dan aku kembali ke rekan kami yang sedang berburu Orc.
Karena aku ingin berdiskusi dengan mereka tentang masalah di asrama perempuan.
Ketika kami kembali, semua orang sudah naik level satu. Dengan ini sudah ada 9 orang dengan level 1, sedangkan Arisu dan aku level 5.
Jika seperti ini, mungkin sekalian saja kita naikkan level mereka semua jadi level 2 pikirku dengan serakah. Lagipula dari pengalaman sebelumnya, jika kau menaikkan tingkat skill senjatamu ke tingkat 2, maka akan sangat mudah untuk mengatasi para Orc.
Akan tetapi, jika kita ingin menyerang dan menyelamatkan perempuan di asrama mereka, maka waktu sangatlah penting.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, para Orc seharusnya sudah mulai aktif.
“Aku tahu ini terdengar seperti tidak punya nurani, tapi dalam kondisi dimana kita tidak bisa mengalahkan Elite Orc secara pasti, aku menentang rencana menyerang asrama perempuan.”
Orang yang mengatakannya adalah Shiki-san, dan aku rasa pendapatnya sangatlah akurat.
Tapi aku tidak ingin menerima pendapatnya.
Karena aku berpikiran sempit, terlihat jelas bagiku ketika aku sedang tidak ada, Shiki-san menjadi tumpuan jiwa mereka semua. Selain hal-hal yang berkaitan dengan pertarungan, Arisu juga sering meminta pendapatnya.
Shiki Yukariko selalu bagus dalam menjaga orang lain, dan memiliki kualitas sebagai pemimpin, hanya saja ketika aku dibully, dia berpura-pura tidak tahu.
Ah, sial, jika ini diteruskan, aku hanya terdengar mengeluh.
Lupakan saja, aku kesampingkan dulu masalah ini.
“Tentu saja, kita harus memikirkan orang yang selamat di sana, mungkin saja disana ada teman para junior kita disini. Karena itu, kita harus lebih hati-hati.”
Di antara semua orang yang hadir disini, selain aku dan Shiki-san, mereka semua adalah anak SMP. Gempa bumi yang terjadi hari Sabtu seusai sekolah, kecuali mereka berpartispasi dalam aktivitas sosial, maka mereka ada di asrama mereka. Jadi teman sekelas mereka,teman sekamar mereka, teman, senior, junior, dan lain-lain, mempunyai kemungkinan besar terperangkap disana.
Tentu saja, itu jika mereka masih hidup.
Ah, benar aku baru menyadari sesuatu.
Jadi Shiki-san menggantikan peranku sebagai orang jahat.
Mungkin ini hanya kira-kira saja, tapi murni dari keputusannya, dia merasa yang harus jadi orang jahat saat ini bukanlah aku.
Tidak, ini bukanlah kira-kira. Dia terlihat seperti orang yang mampu menghadapi massa lebih baik dari aku. Alasan kenapa aku bisa jadi pemimpin adalah karena aku sudah level 5, lebih kuat dari yang lain.
Dalam situasi seperti ini, hanya kekuatan yang dapat membuat orang tenang.
Mengenai hal ini, dia.... tidak, semua orang yang hadir disini sudah paham akan hal ini.
Aku melihat ke Arisu. Aku tidak tahu seberapa banyak pikiran jahatku yang diketahui olehnya tapi Arisu berjalan ke sampingku, dan memegang tanganku.
“Aku akan mengikuti pendapat Kazu-senpai.”
“Wah kalian berdua mesra banget deh.”
Tamaki yang sedang bercanda, jadi aku memukul pelan kepalanya dengan tanganku. Gadis berambut pirang itu memegang kepalanya dan berjongkok.
“Ahhhh Arisu~ Kazu-senpai jahat padaku.”
“Kapok.”
Arisu berkata dengan dingin, mengesampingkan itu—aku berkata dan meminta pendapat dari yang lain.
Mia dari SMP kelas 1 mengangkat tangannya.
“Yang akan aku sarankan bukanlah rencana perang, apakah tidak apa-apa?”
“Ah, kamu bisa mengutarakan pendapat apapun.”
“Di tingkat 2 magic tanah, ada magic yang bernama Heat Metal.”
Aku sudah mengecek informasi mengenai magic itu.
Ini adalah magic yang dapat memanaskan sebuah metal. Jika kamu menggunakannya ke sebuah senjata, musuh tidak akan dapat menggunakan senjatanya karena panas, dan akan menjatuhkan senjatanya.
“Jadi begitu, tidak peduli seberapa kuat Elite Orc, jika dia tidak mempunya senjata ini maksudmu kan?”
“Yup.”
Mempunyai pilihan seperti ini dalam penggunaan magic support sangatlah bagus. Dengan ini taktik kami akan jadi lebih bervariasi.
Akan tetapi, walaupun perempuan bernama mia ini kelas-1 SMP, dia terlihat begitu tenang. Sepertinya dia memiliki bakat untuk dididik.
Aku melipat tanganku dan berpikir. Mia sudah berhasil menggunakan magic tanah untuk membantu yang lain naik level, dan jika di lihat, sepertinya dia penuh keberanian juga.
“Aku tahu, kamu dan tamaki harus naik level 2.”
Aku menilai akan sulit menyerang asrama perempuan. Jika kekuatan tempur kami hanya Arisu dan aku, maka akan sulit untuk mengatasinya, jika tidak hati-hati maka kejadian kemarin akan terulang.
Walaupun kami menang kemarin, tapi akan sulit mengatakannya apakah kami bisa menang lagi jika hal yang sama terjadi lagi. Hal yang terpenting sekarang adalah menaikkan kekuatan tempur kami. Walaupun ini sedikit lebih awal dari yang di harapkan, kita harus mulai memilih pasukan elite utama kita.
Sebenarnya aku punya rencana untuk semua agar naik ke level 2, tapi sepertinya kami tidak punya waktu.
“Arisu, apa ada tempat dimana 4 atau 5 orc berkumpul?”
“Di tempat yang aku lewati tadi, ada 3 sampai 4 orc yang sedang tidur di tempat teduh dekat lapangan tenis, tapi sepertinya mereka sudah bangun sekarang.”
Kalau begitu kita akan buat tempat itu sebagai tujuan kita.
“Ah, kalo begitu ayo kita PL.”
“Apa itu PL?”
Arisu memiringkan kepalanya dan bertanya.
“Ah—ini adalah istilah dalam game. Itu adalah kependekan dari Power Leveling, yang dimana pemain yang lebih kuat membawa pemain yang lebih lemah berkeliling dan membantunya menaikkan level.”
Aku rasa istilah ini paling cocok untuk menggambarkan situasi saat ini.