DATANGNYA SANG MALAM
(Translater : Zerard: Editor : Hikari)

Arisu dan aku pergi meninggalkan ruang putih, dan kembali ke ruang tunggu di Pusat Pembinaan
Hanya terdapat 1 buah permata biru di tempat di mana elite orc tersebut mati.
Permata ini terlihat seperti magic stone yang ada di dalam game? Seperti sebuah kristalisasi sihir monster atau sesuatu.
Aku mengambil permata tersebut dan menaruhnya di dalam kantongku. Kemudian aku melihat Arisu.
Punggung Arisu terlihat penuh dengan luka. Di saat mata kami bertatapan, wajahnya pun berubah menjadi merah dan tersipu malu. Aku merasa malu juga dan memberikan sebuah senyum terpaksa.
Tidak lama kemudian setelah kami melihat satu sama lain…
“Ah- Arisu, Kazu-senpai!”
Suara bernada tinggi yang terdengar dari lantai 2. Aku menoleh ke belakang dan melihat Tamaki yang sedang bersandar pada balkon dan melambaikan tangan dengan kencangnya. Jika diperhatikan dengan seksama,dia sepertinya sedang menangis. Dia menangis sambil melambaikan tangan.
“Syukurlah! Baru saja aku mendengar suara yang nyaring, dan kemudian setelah itu menjadi sunyi. Aku bisa mati karena mengkhawatirkanmu.”
Perempuan ini benar-benar memiliki mental baja—aku pun hanya bisa tersenyum padanya.
Bagaimana jika yang kalah adalah kami, dan yang bertahan hidup adalah elite orc tersebut?
Ah, tapi ini juga membuktikan bahwa dia memang benar-benar mengkhawatirkan kami. Aku dan Arisu membalas melambaikan tangan ke padanya.
Selain Tamaki, masih terdapat 7 orang yang bersembunyi di lantai 3. Dan mereka semua adalah para siswa kelas menengah.
Para siswa yang telah mati adalah 3 perempuan dan 2 laki-laki yang berusaha melarikan diri dari sini ke luar. Satu-satunya yang bertahan hidup adalah Shiki Yukariko yang tertangkap oleh para orc. Jumlah yang selamat ternyata sangat banyak--- Begitu aku berkata demikian…
“Dua murid dari kelas 1 dibawa ke sini, saat aku terpisah dari Arisu dan melarikan diri ke sini.”
Tamaki membusungkan dadanya dan berkata dengan bangga. Jadi Tamaki dan 2 orang siswa kelas 1 berhasil melewati bahaya di lantai 1 yang dijaga oleh para orc dan memanjat pohon terdekat. Dan kemudian melemparkan tali pada jendela yang terbuka pada lantai 3 dan pergi menuju Pusat Pembinaan dari sana.
Kemudian, para siswa Perkumpulan Upacara Teh yang memang berada di lantai 3 mengantarkan mereka ke tempat yang aman.
Skill semacam ini, bahkan Indiana Jones bakal kaget jika melihatnya.
“Apa cuma ada perempuan di tempat ini?”
“Selain aku dan Tamaki, di sini cuma ada siswa dari kelas Perkumpulan Upacara Teh dan Kelas Memasak.”
Arisu berkata demikian. Dia tidak salah, jika dipikir-pikir, pusat pembinaan adalah ruang kelas khusus untuk para perempuan, jadi wajar saja jika yang selamat adalah perempuan semua.
Hmmmm--  walaupun mereka semua lebih muda dariku, seandainya ada laki-laki, mereka bisa membantuku dengan hal-hal yang berat.
Selain itu, situasi dimana seorang laki-laki dikelilingi oleh banyak perempuan adalah situasi yang sangat tidak nyaman. Tapi jika di dalam cerita novel, situasi tersebut digambarkan bagai di surga…
Ah, imajinasi yang tidak realistis itu tidak ada gunanya. Aku hanya berharap semoga ada laki-laki yang berhasil melarikan diri.
Aku melihat ke luar jendela, malam akan datang, dan ruangan ini akan menjadi gelap gulita. Tapi kami tidak bisa menggunakan cahaya dalam bentuk apapun karena akan terlalu menarik perhatian. Dan jika 1 saja orc itu melihat cahayanya, maka kami tidak akan bisa melawannya.
“Ah, ngomong-ngomong kita harus mengunci pintu utama, dan habis itu.....”
Secara tiba-tiba aku merasakan pusing dan berlutut di lantai. Arisu ingin menopangku, tapi tubuhnya juga sama, melemas, dan ambruk.
“Ah. Hahahaha, Kazu-senpai apa kamu baik-baik saja?”
“Harusnya aku yang bertanya seperti itu....”
Kami melihat satu sama lain dan tersenyum getir. Sepertinya ketika kami dalam kondisi yang tegang dan menjadi rileks, maka rasa lelah yang terkumpul di tubuh langsung terasa sekaligus.
“Ah- Kazu-senpai dan Arisu istirahat saja, serahkan saja ini pada kami.”
"Maaf ya Tamaki, kalau begitu kami akan mengandalkanmu”
Aku akan beristirahat sejenak, Arisu dan aku bersandar pada dinding dan aku pun menutup mata.
Rasa kantuk langsung datang.
Ketika aku membuka mataku, aku menyadari aroma dupa di sekeliling ruang  yang sering digunakan dalam acara pemakaman. Terdapat cahaya yang redup di sekeliling ruangan, kemungkinan itu adalah lilin. Oh jadi begitu, jika kamu menggunakan lilin maka cahayanya tidak akan terlihat dari luar jika pintu utamanya sudah di tutup.
“Aku menyalakan beberapa dupa karena disini bau sekali”
Suara tersebut terdengar dekat,aku mengangkat kepalaku dan melihat Shiki Yukariko duduk di samping dan melihat ke arahku. Dia menggunakan baju olahraga dari sekolah, baju ini mungkin dia selalu gunakan di Kelompok Upacara Teh..
Tapi kenapa hanya ada dia dsini? Melihat ekspresiku yang bingung, Shiki pun tertawa kecil.
“Arisu memintaku untuk menjagamu selagi dia dan Tamaki mandi”
Aku menoleh ke samping, dan Arisu yang seharusnya di sampingku sudah tidak ada. Jadi begitu--- kataku dalam hati. Apa mereka membuat air panas? Aku juga ingin sekali mandi.
“Maaf sudah menghancurkan ekspektasimu, tapi di sini cuma ada air dingin.”
Sudah kuduga, tapi walaupun hanya ada air dingin, bagiku itu sudah sangat cukup. Tubuhku berlumuran keringat, lumpur, dan darah dari orc, benar-benar jorok. Dan aku merasakan gatal di seluruh tubuhku, mau air dingin atau air super dingin, aku tidak peduli.
Tapi kemungkinan aku akan sakit jika mandi dengan air super dingin.
“Karena aku sudah mandi duluan, sekarang aku sudah baik-baik saja”
Aku mengerti, dia sudah mandi lebih dulu, artinya…
Aku ingat kejadian waktu pertama kali menemukannya. Memang, melihat kondisinya yang seperti itu, orang-orang tentu akan membiarkannya mandi duluan.
Walaupun begitu--  ah. Jika mereka mempunyai waktu untuk mandi, itu artinya tempat ini sudah aman. Ketika aku sudah mulai merasa lega, tiba-tiba perutku berbunyi.
Shiki mengeluarkan sebatang Calorie Mate dari kantongnya dan memberikannya padaku.
“Jika kita memasak, aroma masakan kita akan sangat berbahaya, jadi kita hanya bisa makan ini. Makanlah.”
“Bagiku sekarang, ini sudah merupakan makanan lezat”
Calorie Mate tersebut memang benar-benar lezat sekali, aku menghabiskannya dalam sekejap dan menjilat jariku.
“Siapa yang membawa ini?”
“Ada sebuah gudang makanan di Pusat Pembinaan ini yang berisi makanan- untuk kondisi darurat, Jika dihitung secara kasar, makanan itu bisa membuat 10 orang di sini bertahan selama kurang lebih 1 tahun. Selain itu juga ada beberapa makanan kaleng. Persediaan air minum juga cukup banyak jadi kita tidak perlu khawatir untuk sekarang. Kami juga menemukan beberapa genset yang menggunakan bensin, tapi karena suara genset itu berisik maka kami tidak menggunakannya.”
Keputusan yang pintar—pikirku dalam hati. Aku kagum dengan kemampuannya untuk mengatasi berbagai macam hal. Dia sudah melewati bermacam hal tragis… Keceriaannya membuatku kaget.
“Dan juga, kami sudah memindahkan semua mayat ke dalam kelas paling dalam di lantai 1. Kami akan menguburkan mereka besok pagi. Selain itu..... ah kenapa kamu melihatku terus?”
“Wah, ah, maaf”
“Lupakan saja, tidak apa-apa”
Shiki-san menggunakan tangannya untuk menyisiri rambut bagian belakangnya.
“Asal kamu tau, aku berusaha memaksa diriku untuk bertahan. Jika aku tidak melakukan sesuatu, aku bisa gila.”
“Aku mengerti… Maaf”
“Jangan meminta maaf. Kalau bukan karena kau, aku mungkin sudah mati atau masih berada di tengah neraka itu. Aku berhutang budi padamu, terima kasih.”
“Kau seharusnya berterimakasih pada Arisu. Ketika elite orc tersebut muncul, aku berniat untuk meninggalkanmu.”
“Aku sudah mendengar ceritanya, dan itu adalah sesuatu yang sangat wajar. Jujur saja, sebenarnya akulah yang selalu meninggalkanmu.”
Ya—aku mengangguk lemas. Dia benar. Hasilnya, aku menyelamatkan dia, tapi itu hanyalah hasil perkembangan dari kondisi waktu itu.
Alasan kenapa dia mengabaikan aku waktu itu masih sama. Yah, manusia hanya bisa mengikuti skenario dan berusaha membuat keputusan yang terbaik.
....... mengatakan apapun lagi juga tidak akan ada gunanya
“Tidak usah merendah hati lagi, kamu yang sekarang sudah memiliki kekuatan”
“Kamu sudah mendengar soal magic dan skill?”
“Arisu sudah mengatakan semuanya, termasuk ruang putih. Walaupun sulit dipercaya, tapi kita hanya bisa mempercayainya sekarang. Lukaku juga sudah disembuhkan oleh Arisu.”
Aku mengerti, aku harus berterimakasih pada Arisu karena hal ini.
“Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Kamu bisa mengusirku dari gedung ini dan melemparku kepada orc jika kamu mau”
“Aku tidak akan melakukan hal seperti itu”
“Aku tahu, tapi jika kamu memang seseorang yang seperti itu, maka rasa bersalahku akan berkurang.”
Ya—aku mengekspresikan rasa setujuku. Jadi dia merasa pedih karena ketidakberdayaannya--- dirinya yang tidak dapat melakukan apapun.
“Oke. jika kamu mau, kamu bisa memukulku, dan memintamu untuk memaafkanku?”
Aku tidak menyangka jika dia adalah orang yang sangat polos. Aku merasa terkejut.
“Aku tidak akan memukulmu.”
“Ah—kalau begitu sentil dahiku”
Shiki-san tersenyum seakan-akan sedang menjahiliku, dan memajukan dahinya ke arahku.
Pundaknya masih gemetar.
Aku mengerti kalau dia sedang memaksa dirinya sendiri dan berusaha untuk tetap tegar dan bahagia.
Aku tertawa getir dan menyentil dahinya.
“Sama sekali tidak ada sakitnya.”
“Kau sudah mengalami berbagai macam hal, aku tidak ingin kau mengalami rasa sakit lagi.”
“Ya. Kau sudah membunuh banyak orc, pasti sangat sulit bagimu.”
Sebenarnya, yang berdiri di garis depan adalah Arisu, dialah yang mengalami kesulitan…
Ah lupakan saja – pikirku. Tapi sebelum tidur lagi, aku harus melakukan yang harus dilakukan.
“Aku akan menggunakan sihir untuk memasang sistem alarm.”
Ketika aku berdiri, Shiki-san berteriak “ekk” dan mundur ke belakang.
“Ah—maaf”
“......Maaf”
Shiki-san mengerutkan tubuhnya dan melihat ke arahku, menunjukan senyum ironis.
“Aku kira aku sudah berusaha keras......”
Aku tidak mengatakan apapun, dan sambil menjaga jarak dengannya, aku pergi ke arah pintu.
Kegelapan sudah meliputi langit malam di luar pusat pembinaan, aku melangkah keluar dan menutup pintu utama.
Melihat ke atas, langit penuh bintang terlihat olehku.
Tidak ada cahaya apapun di sekeliling, jadi sangatlah alamiah bila bintang tersebut bersinar begitu terangnya. Bahkan lampu-lampu jalan yang menerangi asrama sudah tidak ada lagi.membuatku  merasa segar dengan suasana ini.
Aku melihat ke angkasa, Bimasakti pun terlihat begitu indah......
Pada momen ini, aku menyadari sesuatu. Aku akhirnya mengerti mengapa langit ini terlihat tidak biasa.
“Bulannya ada 2......”
Aku berbicara pada diriku sendiri.
“Ini memang bukanlah dunia asal kita”
Ini adalah dunia lain.
Ini adalah bukti nyatanya. Jika diperhatikan dengan seksama, konstelasi bintang pun terlihat berbeda. Aku memang tidak tahu banyak tentang rasi, jadi aku tidak bisa mengatakan apa yang salah...... Tapi aku yakin, bintang-bintang yang aku pernah lihat tidaklah seperti ini.
Aku tidak tahu berapa lama aku sudah melamun. Tiba-tiba aku teringat alasanku berada di luar.
“Oh ya, aku harus menggunakan sihir untuk memperkuat pertahanan kita.”
Di dalam rank 2 support magic, terdapat sihir yang bernama Alert territory.
Sihir ini sedikit berbeda dengan yang lain. Ketika dipasang di lokasi tertentu, jika sesuatu atau seseorang melewati, sihir ini akan membunyikan tanda bahaya yang hanya bisa didengar olehku. Aku berpikir dan akhirnya memasang alarmnya dengan rincian Selama sesuatu atau seseorang yang berukuran sebesar anak kecil melewati batasan-batasan di sekitar pusat pembinaan, alarm akan berbunyi.."
Aku berjalan di sekitar Pusat Pembinaan, dan memasang alarm. Mengingat besarnya gedung Pusat Pembinaan, aku hanya perlu memasang alarm di 4 tempat.
Waktu efektif alarm ini adalah 12 jam, atau sampai aku membatalkannya. Selama alarm ini bisa bertahan sampai pagi maka tidak akan ada masalah.
Akhirnya aku melihat ke langit lagi.
“Kenapa kita datang ke dunia ini?”
Apakah ada jawaban dari pertanyaan ini?.
Aku menggelengkan kepalaku, dan kembali ke Pusat Pembinaan.
Jika para orc menyerang, maka lantai 1 adalah yang paling berbahaya.
Jadi kita semua sebaiknya tidur di lantai 3.
Para perempuan tidur di ruangan besar bergaya ala jepang, dan aku tidur di ruangan kecil bergaya ala barat.
Aku mempunyai sedikit ekspetasi, tidak tahu apakah Arisu akan menyelinap masuk ke kasurku di tengah malam. Tapi aku sudah tidak mempunyai energi untuk menunggu, ketika aku naik ke kasur, aku tidur dengan lelap.
Aku yakin Arisu juga sama. Dia yang berdiri di garis depan tentunya lebih lelah dariku.
Hari yang panjang telah berakhir begitu saja.
Kemudian.....
Hari panjang kedua di dunia lain pun dimulai.