SUBUH
(Translater Zerard ; Editor : Hamdi)

Aku bermimpi.
Di dalam mimpi itu, orang itu melihat ke arahku yang tergeletak di tanah, menunjukkan senyum yang sinis.
“Bodoh”
Orang itu berkata.
“Kamu bahkan tidak bisa melindungi wanita yang kamu cintai.”
Orang itu melihat ke sampingku, aku pun mengikuti arah pandangannya.
Seorang perempuan tergeletak di tanah, sebuah tombak yang tebal menembus tubuhnya, dengan ujung tombak yang menancap di tanah.
Perempuan itu adalah Arisu. Arisu yang tergeletak di genangan darah sudah kehilangan cahaya matanya.
“Aku salah”
Arisu yang berwajah pucat membuka mulutnya dan berkata.
“Aku seharusnya tidak mengikuti Kazu-senpai. karena keputusannya, aku—”
Ah, benar. Aku tiba-tiba menyadarinya dan melihat ke orang itu yang sedang menertawaiku.
Jadi aku dikalahkan lagi olehnya.
“Tidak peduli di mana pun kau berada, kau adalah makhluk yang tidak berguna, kau lah penyebab kematiannya.
Itu benar, ini semua adalah karena aku, itulah mengapa Arisu mati. Karena aku sudah membuat keputusan yang salah, semuanya menjadi hancur. Walaupun begitu—
“Aku sudah memutuskan bahwa aku tidak akan lari. Kali ini aku tidak akan melarikan diri.”
Aku menatap orang itu, dan dia tertawa dengan keras.
Aku dengar, jaman dulu ketika belum ada listrik, orang-orang tidur di saat matahari terbenam, dan bangun ketika matahari terbit.
Karena aku tidur terlalu cepat, sesaat sebelum subuh tiba, aku terbangun.
Berlumuran keringat, aku duduk di kasur, terengah-engah. Sepertinya aku sudah bermimpi buruk.
“Bagaimanapun juga, ini seharusnya tidak terjadi.”
Aku berbicara pada diriku sendiri. Kejadian kemarin sangatlah tragis, kami sudah tidak dapat kembali ke kehidupan sehari-hari kami. Semua baru berlangsung selama 1 hari, dan semuanya sudah menjadi mimpi buruk.
Mimpi buruk ini akan terus berlanjut hari ini, mimpi buruk ini tidak akan berakhir.
Aku turun dari kasur, dan karena rasa lelah pada otot ku, tubuhku terasa sangat kaku. Tapi baru-baru saja aku banyak menggali perangkap, jadi itu bisa di hitung sebagai latihan. Mungkin Arisu merasa lebih buruk lagi?
Setelah aku turun dari kasur, aku menyadari bahwa para perempuan sudah bangun.
Aroma bonito kering tercium di udara. Setelah aku bertanya, ternyata itu adalah saran dari Shiki. Walaupun ini bisa menarik perhatian para Orc, walaupun mereka harus berani menanggung resiko ini, makan pagi sangatlah penting dan dapat memulihkan tenaga seseorang. Walaupun tidak ada gas pada kompor gas di kelas memasak, mereka memiliki kompor gas portable. Dalam kondisi seperti ini, memiliki seseorang dari kelas memasak memang benar-benar untung.
Menu makan pagi nya, sup miso, nasi instan dan kari instan.
Para perempuan dari kelas memasak meminta maaf karena ini semua adalah makanan yang sangat sederhana.
Tapi ini sudah sangat bagus sekali. bagi orang jepang, kari adalah makanan yang sangat lezat. Kami yang sudah sangat kelaparan, menyantap makan pagi tersebut dengan lahap. Tidak hanya aku dan Arisu, semuanya makan dua piring nasi.
“Hari ini kita akan melakukan petarungan terakhir, jadi aku harus menyimpan energi!”
Kata Tamaki. Jadi dalam situasi kami saat ini, dan kenyataan yang harus kami hadapi ke depannya, mereka semua sudah sangat mengerti. Berkat nasi panas yang mengisi perut kami, sekarang kami sudah penuh dengan energi.
Setelah makan pagi, subuh masih belum tiba, jadi kami mengadakan meeting untuk mengorganisir informasi kami saat ini, dan menentukan apa yang harus kami lakukan.
Lokasi meetingnya adalah di lantai 3. Lantai 1 dan 2 sudah di hancurkan oleh para Orc, dan sebelum kami membersihkannya, kami tidak ingin menggunakan ruangan itu. Jadi wajar saja kami berkumpul di lantai 3.
Setelah duduk di kursi ruangan meeting, aku melihat para pesertanya.
Mataku bertemu dengan Arisu, jadi aku memberikan senyuman, tapi sepertinya terdapat keraguan dalam hati Arisu, dan kemudian dia memberikan senyuman yang tidak biasa.
Huh--? Apa yang terjadi? Aku merasa seperti ada jarak di antara kami.......
Tidak, mungkin ini hanya perasaanku saja. Ya, mungkin karena semuanya berkumpul disini, dia sengaja memberi jarak dariku.
Tentu saja, situasi ini terus berganti. Sekarang, masa di mana kami bertarung bersama sudah berakhir. Jika kami berusaha untuk bertahan hidup dengan tenaga kami berdua saja, kami tidak akan selamat hari ini. Ini adalah sesuatu yang telah kami pastikan di ruang putih.
Tidak, jika aku dan Arisu tetap melakukan aksi independen, mungkin kami dapat bertahan hidup. Tetapi, kami tidak akan dapat melindungi teman baik Arisu—Tamaki, dan kami juga tidak akan dapat melindungi nyawa 2 orang kelas 1 yang di selamatkan Tamaki.
Aku mengumpulkan semangatku, dan melihat ke semua orang, dan berkata:
“Aku ingin memastikan lagi, mengenai situasi di luar gunung ini, apa kalian semua sudah mendengarnya dari Arisu?”
“Aku menyaksikannya”
Tamaki menjawab. Aku bertanya kepadanya, apa yang kamu maksud?
“Kamu dapat melihatnya dari atap”
“Mlihat apa?”
“Dataran”
Ah, jadi begitu—aku hanya bisa pura-pura terkejut. Atap di bangunan ini lebih tinggi dari hutan sekitar, tentunya pasti dapat melihat sisi lain dari gunung dengan jelas.
“Karena evakuasi sangat membosankan, jadi aku lari ke atap untuk melihat situasi di sekeliling kita. Aku terkejut. Pemandangan di luar telihat berbeda dari biasanya.”
“Berbeda seperti apa maksudmu?”
“Ah—seperti kita ada di dalam dunia game.”
Ekspresi Tamaki terlihat lebih pasti dari aku.
Dunia game, hmm, dengan Orc dan dataran seperti itu, di tambah dengan pemandangan burung-burung besar yang menculik manusia.
Menggambarkan situasi ini dengan kata “dunia game” adalah benar. Dan mereka sepertinya sudah mengerti akan keadaan kita semua saat ini.
Ini bukanlah bumi, melainkan dunia lain.
“Dan tadi malam, aku melihat keatas dan menyadari ada 2 bulan di langit.”
“Ah, ya.”
“Konstelasinya juga terlihat berbeda.”
“Kamu tahu tentang konstelasi?”
“Arisu tahu kok.”
Aku melihat ke Arisu dan Arisu mengangguk.
“Aku suka mitologi.”
“Seperti Chuunibyou gitu?”
“Chuunibiyou?”
Arisu memiringkan kepalanya kebingungan. Sial, aku tidak sengaja mengatakan sesuatu yang sangat hikikomori. Aku melihat sekitarku, dan menyadari beberapa perempuan sedang menahan tawanya. Tamaki juga ikut tersenyum.
Ah—sial. Lupakan saja, tidak usah dipedulikan dan kembali ke topik utama.
“Ah, jadi semua sudah setuju dan mengerti kalau ini bukan bumi.”
Beberapa perempuan mengangguk, dan beberapa dari mereka terlihat hampir menangis. Apa boleh buat. Jika menangis bisa menyelesaikan masalah, maka aku akan menangis juga. Ngomong-ngomong, kenapa aku yang memimpin meeting ini?
Ah, ini juga apa boleh buat.
Hanya terdapat 2 orang siswa dari SMA, yaitu aku dan Shiki-san. Dan Shiki-san secara halus mengatur arah meeting ini.
Aku masih memiliki beberapa masalah dengan Shiki-san. Dengan kata lain, aku tidak ingin di atur olehnya.
Aku adalah orang dengan pemikiran yang sempit.
Walaupun terasa aneh mengatakannya pada diriku sendiri, tapi aku benar-benar orang yang picik.
Ah, biarkan saja. Tidak peduli seberapa piciknya aku saat ini, sekarang kita sedang mengadakan meeting, dan yang kita harus lakukan sekarang adalah berbagi informasi.
“Ini adalah dunia lain. Setelah gempa bumi, sekolah kita beserta seluruh gunungnya sudah berpindah ke dunia lain. Kita adalah pengelana di dunia ini.”
Aku berkata seperti itu.
“Dan para Orc yang menyerang gunung ini. Jika di lihat dari waktunya, para Orc tidak mungkin mendaki gunung ini setelah gempa bumi terjadi, tetapi mereka datang dari puncak gunung. Jadi pasti ada semacam titik transfer di puncak gunung, sesuatu yang dapat melewati ruang dan waktu.”
Aku tidak yakin apakah pendapatku ini benar, tapi menurutku mereka pasti mempunyai cara spesial untuk bergerak.
Dunia ini memiliki magic. Jika ada titik transfer disini maka tidaklah mengejutkan.
Tentu saja, mereka mungkin punya transportasi seperti UFO.
“Walaupun aku tidak tahu apa tujuan dari para Orc, tapi kita tahu secara pasti bahwa mereka adalah musuh kita. Kita harus berasumsi bahwa seluruh bagian gunung ini sudah di penuhi oleh para Orc. Dan untuk teman kita yang lain....... Kita anggap saja tidak ada. Mungkin beberapa orang dewasa dan siswa lainnya selamat dan sedang bersembunyi.”
Jika ada orang dewasa yang selamat, mungkin mereka menetapi beberapa area, atau melarikan diri ke hutan. Untuk mencari mereka, kita harus menggeledah seluruh bangunan.
Tapi, 10 Orc yang berada di pusat pembinaan saja sudah memberikan kami kesulitan kemarin.
Aku rasa tidak mungkin mereka adalah pasukan utama musuh kita.
Selain itu, Orc berkulit coklat yang muncul di saat terakhir— aku menamainya elite Orc. Jika dia adalah satu-satunya elite Orc, maka itu berita bagus.
Lebih baik bagiku untuk tidak memiliki pandangan optimis seperti itu, kita harus berasumsi kalau musuh kita itu kuat dan mereka memiliki banyak elite Orc, dan menggunakan itu sebagai dasar untuk bertindak.
Dan setidaknya ada 100 Orc biasa, atau lebih. Atau mungkin ada monster yang lebih kuat lagi.
Tidak mengetahui potensial penuh dari musuh adalah sesuatu yang mengerikan. Hal terpenting yang harus di lakukan sekarang adalah investigasi.
Tapi sebelum itu—
“Menurutku, semua yang ada disini harus menaikkan level mereka jadi level 1.”
Aku mendengar suara menelan ludah mereka.
“Itu artinya kalian semua akan membunuh Orc secara bergantian. Arisu dan aku akan memikirkan bagaimana cara membuat mereka tidak bergerak, dan kalian semua hanya perlu menusuk Orc itu dengan tombak hingga mati. Jika kalian sudah naik jadi level 1 dan mendapatkan skill, walaupun kalian di serang oleh Orc, maka kalian dapat mengatasinya. Ini bukanlah hal yang wajib, dan setelah naik level aku tidak akan memaksa kalian untuk bertarung. Tapi di situasi saat ini, perbedaan akan keselamatan kalian antara level 0 dan level 1 sangatlah besar.”
Tentu saja, jika setelah naik level kalian ingin bertarung, maka aku akan membantu kalian.
Jika hanya mengandalkan kami berdua saja, maka akan ada waktunya dimana kami sudah tidak sanggup lagi. Hal ini bisa di lihat dari pertarungan kemarin.
Akan lebih mudah mendapatkan EXP jika dalam grup kecil. Tapi jika kita mendapatkan masalah, maka akan sulit untuk mengatasinya.
Kemarin, Arisu menentang arahanku. Secara logika, aku seharusnya meninggalkan Arisu.
Untungnya kami berhasil melewatinya. Tetapi aku tidak ingin mengalami hal berbahaya seperti tiu lagi.
Kita harus bermain aman. Walaupun bukan rekan yang dapat kita benar-benar percaya, selama dia bisa membantu Arisu dan aku di saat kami membutuhkannya, maka tidak akan masalah. Aku benar-benar membutuhkan orang seperti itu.
Dan juga, jika kita akan menggunakan pusat pembinaan sebagai markas, maka seseorang harus menjaganya.
Jika di pikir baik-baik, merupakan suatu keberuntungan bisa tidur di atas kasur tadi malam. Jika kita berkemah di hutan, mungkin kita tidak bisa beristirahat dengan baik, atau bahkan kita tidak akan bisa tidur sama sekali.
“Aku bersedia.”
Apa perlu ku katakan bahwa ini hal yang sudah ku duga? Orang pertama yang mengangkat tangannya adalah teman baik Arisu, Tamaki.
“Aku tidak ingin terus berlari, dan aku tidak ingin di lindungi oleh Arisu terus”
Dia mengatakannya setengah bercanda, dan tersenyum ke Arisu. Arisu tersenyum dan berkata “Apa jeleknya membiarkanku melindungimu?”
“Seharusnya aku yang melindungimu Arisu! Bukan sebaliknya”
Setelah dia mengatakannya, dia menoleh ke arahku.
“Jadi, biarkan aku bergabung dengan grupmu, Kazu-senpai.”
“Ah—grupku tentunya akan menjadi pasukan utama, jadi resikonya akan sangat tinggi...... lupakan saja, seperti ini juga bagus.”
Dia mungkin akan mengorbankan nyawanya demi melindungi Arisu, walaupun dia tidak akan melakukan hal yang sama untuk melindungiku, selama Arisu masih menyukaiku, aku yakin Tamaki tidak akan mengkhianati kita.
Tunggu dulu, bagaimana jika Tamaki menyukai Arisu?
Tentu saja yang aku maksud dalam sisi seksual (TN Note : Ooooo boooiiiii)
Dia sepertinya mempunyai rasa cemburu yang besar terhadapku.
Aku melihat wajah Tamaki, dan dia mengeluarkan suara “eh?”, dan memiringkan kepalanya dengan polos.
“Ku rasa kamu tidak jatuh cinta terhadapku kan?”
“Huh?”
Arisu mengeluarkan suara seperti batuk, dan melihat ke arahku, kemudian ke arah Tamaki. Perempuan yang merupakan sahabat Arisu, tertawa dengan “hehe”
“Ah—Tamaki. Jangan bikin ricuh.”
“Oh, jadi kamu mau aku dan Arisu berdua?”
“Oi.”
Wajah Arisu berubah merah, dan terlihat tidak tenang. Tamaki sepertinya masih ingin terus menjahiliku, tapi aku tidak menghiraukannya.
Hmmm, lebih baik menghiraukannya. Untuk sementara aku kesampingkan dulu masalah dia lesbian atau tidak. Dia seharusnya bukanlah orang seperti itu.
Dan lagi, sepertinya dia tidak terlalu memikirkan soal itu.
“Yang lainnya?”
“Aku juga bersedia”
Shiki-san berkata.
“Aku tidak ingin mengalami kejadian itu lagi..... tetapi, aku juga tidak ingin bergabung dengan grup Gaya-san. Sejujurnya, aku tidak ingin bertemu Orc lagi seumur hidupku, tapi, aku juga tidak ingin tidak mempunyai kekuatan untuk melawan balik. Jadi Gaya-san, maaf, tapi tolong siapkan 1 Orc.” (TN Note: ni cewe ribet banget)
Aku mengerti tentunya.
Yang berikutnya mengangkat tangan adalah anak kelas 1 SMP yang di selamatkan Tamaki kemarin.
“Aku bersedia.”
“Kamu......”
“Aku Tagamiya Mia, dan aku ingin bergabung dengan grup Kazu-senpai.”
Tagamiya Mia merupakan perempuan yang lebih kurus dari Arisu, bentuk tubuhnya sangatlah kecil, tingginya bahkan tidak sampai 150cm. Bagian yang mecolok darinya adalah rambut hitamnya yang berkilau, dan pupil matanya yang hitam, dan wajahnya yg terlihat seperti anak kecil.
Dia terlihat seperti anak SD. ah, dia yang belajar di kelas 1 SMP tentunya merupakan anak SD setengah tahun yang lalu, Jadi wajar saja.
“Aku ingin menggunakan magic.”
“Oh—itu benar, jika menggunakan magic untuk bertarung, maka tidak akan ada hubungannya dengan ukuran badan. Tapi, Mia..... keadaannya akan tetap berbahaya walaupun kamu bisa menggunakan magic.”
“Aku mengerti.”
Aku menatap matanya, sepertinya dia tidak sedang bercanda. Dia menjawab dengan mata yang penuh kepastian.
“Kakakku adalah murid SMA.”
“Kakak?”
“Dia ada di kelas 2 di tahun ke 3.”
“Tapi aku tidak pernah mendengar nama marga Tagamiya.”
“....... Jadi begitu.”
“Kamu ingin mencarinya? Karena itu kamu ingin kekuatan?”
“Mia mengangguk. Aku mengerti, jadi dia sangat menyangangi kakak nya.”
“Walaupun kakakku itu tidak berguna, dia tetap saja kakakku, dan aku harus melindunginya.”
....... ada yang aneh.
Sejujurnya, aku berharap semua murid SMA terbunuh. Kakak nya mungkin saja mengetahui hal-hal tentang aku, mungkin melalui dia, orang-orang disini akan tahu betapa jeleknya aku.
Walaupun begitu, tidak perlu terlalu di pikirkan dulu untuk saat ini. Melihat dari kondisinya Kemarin, dia masih ingin bertarung, yang artinya dia memiliki keberanian yang luar biasa. Setidaknya itu yang aku lihat hari ini.
Jika situasi yang mendesak muncul, Arisu dan Tamaki akan berdiri di sisiku. Dari poin ini, anggota grup selain Arisu dan Tamaki, hanya Mia yang tidak ada rekan di sisi nya. Walaupun Mia berkhianat, situasi di mana 3 lawan 1, kami tidak akan kalah.
“Aku tidak setuju untuk pergi dan mencari di area SMA sekarang, tapi pada saatnya, akan ada situasi di mana kita perlu menuju ke area SMA, pada saat itu baru kita mencari secara hati-hati.”
“Tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin duduk diam tanpa melakukan apapun”
Mia mengatakan seperti itu. Jadi aku berharap dia bisa diandalkan. Bagaimanapun juga, ini semua tergantung dari dia bisa membunuh Orc atau tidak. Ketika dia berhasil melewati ujian ini, aku akan mengajaknya untuk bergabung dengan grupku.
Walaupun aku baru saja mengatakan kata-kata itu, aku tidak yakin semua orang disini memiliki keberanian untuk membunuh Orc. Aku memperkirakan hanya setengah saja yang memiliki keberanian.
Atau seharusnya begitu.
Setelah Mia, semua orang mengangkat tangannya secara bersamaan. Akhirnya semuanya mengutarakan keinginannya untuk membunuh Orc, sepertinya tragedi kemarin memiliki dampak yang besar terhadap mereka dari yang aku kira, dan itu membuat mereka tersadar.
“Aku tahu, jadi pertama-tama.”
Aku mengumumkan kepada semua.
“Pertama-tama kita gali beberapa perangkap!”
Dengan bangganya aku umumkan. Selain Arisu, semua orang mengekspresikan rasa kaget mereka.