AREA PEGUNUNGAN UTARA
(Translater : Dhien; Editor : Hikari)

Dini hari.
Dengan mulai pudarnya cahaya rembulan, langit timur mulai bersinar. Hajime, Yue dan Shia, mereka bertiga telah selesai menyiapkan perlengkapan perjalanan, dan segera bersiap untuk meninggalkan "Penginapan Peri Air". Di tangan mereka telah dikemas sebuah nasi kepal yang bisa dimakan selagi melakukan perjalanan. Meskipun sekarang masih sangat pagi hari, tidak ada satupun wajah kesal yang terlihat dari Foss dan pekerjanya saat menyiapkan sarapan. Seperti yang diharapkan dari sebuah penginapan yang mewah. Bahkan Hajime dan partynya sampai merasa kagum dengan manajemen penginapan tersebut, mereka berterima kasih secara blak-blakan saat mereka menerima sarapan mereka.
Bersama dengan kabut pagi, Hajime dan party pergi menuju gerbang utara kota Ul. Ada sebuah jalan raya yang membentang dari tempat itu sampai ke area pegunungan utara. Setidaknya akan membutuhkan waktu sehari penuh untuk sampai ke sana dengan mengendarai kuda, tetapi mereka akan sampai hanya dalam waktu 3-4 jam menggunakan kendaraan sihir beroda 2 milik Hajime.
Ini adalah hari kelima sejak mereka kehilangan kontak dengan Will Kudeta dan partynya, yang pergi untuk menyelidiki area pegunungan utara. Hampir tidak mungkin untuk selamat. Hajime juga berpikir kecil kemungkinan untuk mereka masih hidup, tetapi masih ada kesempatan. Kesan Ilwa terhadap Hajime akan naik secara drastis jika dia dapat membawa mereka kembali hidup-hidup. yang menyebabkannya mencoba untuk mencari mereka secepat mungkin. Untungnya, hari ini cuaca begitu cerah. Hari yang bagus untuk melakukan pencarian.
Dengan suara yang menggema dari aktifitas pagi di kota, mereka pergi menuju ke gerbang utara, dan akhirnya sampai ke sana. Karena merasakan kehadiran orang-orang di sekitar gerbang, dia pun menyipitkan matanya. Mereka tidak bergerak sama sekali, mereka hanya diam di sekitar gerbang.
Yang dia lihat di dalam kabut adalah... ... Aiko dan keenam muridnya.
"... ... Meskipun aku bisa menebak apa maumu, biarkan aku mendengarkannya... ... Apa yang kau inginkan?"
Hajime melihat kepada Aiko dan para murid dengan mata setengah terbuka. Untuk sesaat, Aiko sedikit merasa tidak enak dengan suasana yang ada, tetapi ia tetap menghadap Hajime dengan sikap yang tegas. Setelah melakukan diskusi, para murid; Sonobe Yuka, Sugawara Taeko, Miyazaki Nana, Tamai Atsushi, Aikawa Noboru, dan Kawahara Akira, mendekati Aiko.
"Kami juga akan ikut. Kalian mencoba mencari orang hilang bukan? Semakin banyak yang ikut akan semakin lebih baik."
"Tidak. Aku tak masalah jika kau ingin pergi. Tapi, aku menolak untuk pergi bersama."
"Ke-kenapa?"
"Singkatnya karena kita memiliki kecepatan yang berbeda. Aku tidak ingin menyamakan kecepatanku denganmu."
Jika dilihat lebih teliti, mereka akan menyadari jika di belakang Aiko dan yang lainnya telah tersedia beberapa kuda. Untuk sesaat mereka berpikir, "Apa itu karena mereka tidak dapat mengendarai kuda?", sambil meragukan Hajime. Karena ini hanyalah masalah sepele, Hajime tak terlalu memusingkannya. Tak peduli apakah Hajime dapat menaikinya atau tidak, bagaimanapun kecepatannya tidak dapat dibandingkan dengan kendaraan sihir beroda dua miliknya. Akan tetapi, pemimpin sebenarnya dari pasukan pengawal Aiko-chan yang menyayanginya; Sonobe Yuka, membentak penolakan Hajime. Sepertinya, ia telah melupakan hutangnya dan ancaman Hajime kemarin karena rasa sayangnya pada Aiko-chan.
"Tunggu, bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Bahkan jika Hajime tak menyukai kami, tidak perlu melibatkan Aiko-chan sensei."
Karena sanggahan yang benar-benar tidak ada kaitannya itu, Hajime pun bersuara, "Haa?", dengan wajah keheranan. Hajime pikir akan repot untuk menjelaskannya, dia pun dalam diam mengeluarkan kendaraan sihir roda dua dari 'Treasure Box' miliknya.
Tiba-tiba, sebuah sepeda muncul dari udara hampa, Aiko dan para murid hanya dapat tertegun.
"Kalian mengerti sekarang? Kemaren aku bilang aku tak peduli dengan apa yang kalian lakukan. Itulah kenapa kalian tak perlu merasa jengkel kepadaku. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kecepatan kita berbeda."
Kendaraan beroda duanya yang begitu mendetail, dan mungkin karena itu adalah sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini, membuat Aiko dan murid-murid yang melihatnya kehilangan kata-kata. Sementara itu, si pecinta sepeda di kelas; Aikawa menanyai Hajime dengan perasaan tertarik.
"A-apakah Nagumo membuat benda ini seperti halnya pistol kemarin?"
"Ya seperti itulah. Kami akan pergi sekarang, jadi menyingkirlah."
Hajime menjawab dengan seadanya dan bersiap untuk berangkat, tapi Aiko masih saja berdiri. Aiko ingin ikut dengan Hajime dan partynya tak peduli apapun yang terjadi. Ia memiliki 2 alasan. Yang pertama untuk mencari tahu kebenaran atas apa yang dikatakan Hajime kemarin. Aiko tidak dapat mengabaikan begitu saja kalimatnya yang mengatakan, "Seorang teman sekelas mencoba membunuhku", jadi Aiko ingin tahu apa yang dikatakannya itu benar atau hanyalah kesalahpahaman. Jika itu benar Aiko ingin mencari tahu apa yang akan Hajime lakukan. Ia ingin mendengar detailnya lebih jelas dari Hajime untuk menghindari hal-hal buruk yang mungkin saja akan terjadi di saat mendatang. Setelah pencarian berakhir, ia tidak tahu kapan akan bertemu dengan Hajime dan partynya kembali, karena itu ia tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
Alasan lainnya adalah, karena Shimizu Yukitoshi masih menghilang. Meskipun mereka telah mencoba untuk menemukan sedikit informasi dengan tanpa melewatkan apapun, tidak ada yang pernah melihatnya di dekat kota maupun pedesaan. Akan tetapi, karena dari awal tidak pernah ada yang tinggal di daerah pegunungan utara, ia ingat ia belum mencoba mencarinya di sana. Bahkan meskipun disengaja ataupun tidak disengaja, Aiko tidak pernah berpikir bahwa Shimizu akan pergi ke sana. Tetapi dengan dugaan bahwa dia pergi atas kemauannya sendiri, Aiko berpikir untuk mencari jejak Shimizu selagi Hajime dan partynya juga sedang mencari orang hilang.
Ngomong-ngomong, keberadaan Sonobe dan murid yang lainnya di sini merupakan sebuah ketidaksengajaan. Pada awalnya Aiko ingin pergi ke gerbang lebih awal dari Hajime untuk menyergapnya, jadi ia mencoba untuk meninggalkan penginapan sebelum matahari terbit, tetapi hal itu kebetulan diketahui oleh Sonobe Yuka yang akan pergi ke toilet. Karena Aiko mengenakan perlengkapan traveling dan pergi di saat yang tidak wajar. Sonobe Yuka dari pasukan pengawal Aiko-chan pun menginterogasinya tanpa membiarkannya berbohong sedikitpun. Akibatnya, karena mereka tidak dapat memberikan Aiko-chan begitu saja kepada Hajime yang telah berubah. Sonobe membangunkan semua murid-murid dan mencoba untuk ikut dalam misi pencarian. Perlu dicatat bahwa mereka telah meninggalkan surat untuk para prajurit, berisi pesan agar mereka menjaga rumah, karena sepertinya mereka hanya akan memulai masalah jika mereka ikut dengan Hajime dan partynya. Meskipun tidak diketahui bagaimana mereka akan bereaksi...
Aiko mendekati Hajime dan membisikkannya keputusan yang telah dibuatnya. Hajime mendekatkan wajahnya kepada Aiko karena dia tidak ingin orang lain mendengarkannya juga, tetapi saat Hajime melihat lebih teliti dia menyadari Aiko menggunakan make up yang tebal untuk menutupi bayangan hitam di bawah matanya. Pastinya, ia kesulitan untuk tidur setelah mendengarkan cerita Hajime.
"Nagumo-kun, karena sensei adalah seorang guru, sensei perlu mendengarkan detail yang lebih jelas dari Nagumo-kun. Itulah kenapa, sensei tidak akan membiarkanmu pergi sampai kau menceritakan semuanya. Aku akan mengejarmu jika kau mencoba untuk kabur. Untukmu, bukankah hal itu akan merepotkan? Sensei tak peduli apa kau menceritakannya di dalam perjalanan atau saat melakukan pencarian, maukah kau meluangkan waktumu? Jika kau mau, maka selanjutnya seperti yang Nagumo-kun katakan, kota ini akan menjadi tempat kita berpisah... ... untuk saat ini."
Kebulatan tekad Aiko terpancarkan di matanya, Hajime yang melihatnya pun mulai menyesali kalimat terakhirnya semalam yang menyebabkan hal ini terjadi. Hajime menyadari kecakapan Aiko dalam bertindak (meskipun biasanya ia berdiam diri). Jika dia mencoba untuk membohonginya atau mencoba untuk kabur, Aiko mungkin akan mengerahkan para prajurit untuk melakukan pencarian.
Hajime mengalihkan pandangannya dari Aiko dan menatap langit, yang kemudian menjadi semakin terang benderang. Tanpa melupakan kemungkinan Will untuk selamat, dia menyesali telah membuang-buang waktunya untuk berdebat. Hajime menarik nafas panjang. Dia sadar telah menuai apa yang ditanamnya, dan berhadapan dengan Aiko kembali.
"Baiklah. Aku akan membiarkanmu pergi dengan kami. Meskipun aku bilang begitu, aku tak punya waktu untuk berbicara denganmu..."
"Tidak apa. Aku hanya ingin mendengarnya dari mulutmu langsung."
"Haa, gzZZ, sensei tidak pernah menyerah. Dimanapun dan kapanpun, selalu menjadi guru, huh."
"Tentu saja!"
Aiko, "Munh", membusungkan dadanya dengan wajah bahagia begitu Hajime menyerah. Karena sepertinya negosiasi berjalan lancar, para murid pun merasa lega.
"... ... Hajime, kau akan membawa mereka juga?"
"Aa, orang ini adalah guru bahkan saat di dunia ini. Ia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi terhadap muridnya. Jika aku membiarkannya saja di sini, aku yakin akan terjadi masalah nantinya."
"Ho~, ia guru baik yang memikirkan para muridnya."
Karena Hajime telah menyerah, Yue dan Shia terkejut dan menanyainya. Selanjutnya, mendengarkan cerita Hajime yang diiringi senyum pahit, pandangan mereka terhadap Aiko mulai berubah. Mereka benar-benar menghormatinya. Bahkan Hajime sampai berpikir sikap Aiko dapat dijadikan guru olehnya, sikapnya yang tak tergoyahkan sama sekali itu cukuplah hebat. Sebagai contoh, Aiko tidak pernah membeda-bedakan murid di kelasnya, jadi bagi Hajime ia adalah orang dewasa yang patut untuk dihormati.
"Tapi kendaraan ini hanya bisa memuat 3 orang bukan? Apa yang harus kita lakukan?"
Yang Sonobe katakan itu benar. Terlepas dari masalah waktu dan kecepatan, tidak mungkin untuk meninggalkan Yue dan Shia untuk menggantikannya dengan Aiko. Dengan enggan Hajime memasukkan kendaraan sihir roda duanya itu ke treasure box, dan mengeluarkan kendaraan roda empat sebagai gantinya.
Pinpon, Hajime menghilangkan motornya dan dalam waktu yang bersamaan sebuah benda besar muncul, mungkin karena tahu dia menggunakan artifak, Aiko dan murid lainnya tidak terkejut sama sekali. Melihat Hajime yang sekarang, siapa yang akan menyangka bahwa dulu dia dipanggil sebagai orang yang 'tidak berguna.' Sonobe dan murid lainnya diberitahu "Yang tidak kebagian tempat, naik gerobak", melihat ke Hajime yang dengan cepat naik ke dalamnya dengan ekspresi yang sulit ditebak.
***
Mereka bergerak maju melalui jalan yang membentang ke area pegunungan utara dengan kendaraan sihir roda empatnya yang mirip mobil Hummer. Meskipun jalannya terasa terjal, berkat suspensi dan transmutasi tanah yang didistribusikan kedua rodanya, hampir seluruh guncangan ditiadakan. Tentu saja, para murid pria yang naik di gerobak barang yang menempel di belakang merasa tidak nyaman.
Ngomong-ngomong, meskipun dia memiliki 'Treasure Box', alasan khusus kenapa dia memasang gerobak adalah karena gerobak tersebut sudah sepasang dengan mesin yang digunakannya untuk berkendara, ini adalah hal yang didambakannya. Sebuah komitmen kecil dari Hajime.
Saat duduk di dalam kendaraan, tentunya Hajime lah yang duduk di kursi pengemudi, sementara Aiko duduk di sampingnya dan Yue di sebelahnya. Aiko duduk di sebelah Hajime untuk mendengarkan ceritanya. Meskipun Aiko tidak terlihat ingin menceritakannya pada murid yang lainnya, tapi ia terlihat sangat ingin secepatnya untuk mendengarnya.
Biasanya, yang duduk di sebelah Hajime adalah Yue, tapi Yue sudah mengetahui isi cerita Hajime, jadi dengan enggan, dia memberikan kursinya pada Aiko. Tapi, Aiko dan Yue cukuplah kecil, jadi masih ada tempat diantara tempat duduk.
Sebaliknya, Shia yang duduk di kursi belakang terlihat cemberut. Di samping Shia, Sonobe dan Sugawara memiliki badan yang cukup besar, jadi mereka memakan tempat. Miyazaki yang ramping terlihat merasa tidak nyaman.
Tapi, yang paling merasa tidak nyaman adalah Shia. Untuk sementara ia duduk diantara Sonobe dan Sugawara, dan mereka pun menginterogasinya tentang hubungannya dengan Hajime. Kisah cinta antara ras yang berbeda adalah sesuatu yang tidak akan dilewatkan oleh para siswi SMA. Mereka begitu antusias dengan berulang-ulang menanyainya, Shia yang kebingungan mencoba yang terbaik untuk menjawabnya.
Di sisi lain, perbincangan antara Hajime dan Aiko pun mencapai klimaksnya.
Mendengar situasinya secara mendetail dari mulut Hajime, selagi ia tahu kemungkinan kejadian 'salah tembak' itu cukuplah tinggi, Aiko masih tidak mempercayainya dan dibuat kebingungan. Ketika Hajime mendengarkan Aiko, dia hanya menjawab dengan anggukan.
Untuk sekarang, dia menebak bahwa orang itu adalah Hiyama, dan meskipun jawaban Hajime adalah yang paling mendekati kenyataan, dia mengatakan bahwa ini hanyalah salah satu kemungkinannya. Bagaimanapun, Aiko tidak akan begitu saja menyimpulkan, dan meskipun pelakunya diketahui, bagaimana caranya mengembalikan akal sehat orang yang pernah mencoba untuk membunuh? Bagaimana dia bisa menebus dosanya? Dengan pemikiran seperti itu di benaknya, ia pun kebingungan.
Dia menggerutu karena masalah yang dialaminya, tetapi karena kursi yang empuk dan getaran kendaraan membuatnya mengantuk, ia pun memulai perjalanannya ke dunia mimpi tanpa ia sadari, zuruzuru, tubuhnya sampai terpeleset jatuh di atas pangkuan Hajime.
Biasanya Hajime akan langsung membuatnya melayang karena menghalanginya, tetapi karena dia merasa tidak enak untuk bersikap kasar terhadap Aiko, dia pun ragu melakukannya dan membiarkannya begitu saja. Bagaimanapun, cerita Hajimelah yang telah membuatnya kekurangan tidur. Jadi kalau cuma begini saja, mau bagaimana lagi, Hajime pun memperlihatkan kemurahan hatinya yang tak seperti biasanya.
"... ... Hajime begitu lembut ke Aiko."
"... ... Yahh, aku berhutang padanya, jadi kalau cuma begini saja tak masalah."
"... ... Fu~n"
"Yue?"
"... ..."
"Yue-san tolong jangan abaikan aku."
"... ... Berikutnya, pangkuanmu juga akan kujadikan bantal."
"... ... Okay."
Meskipun Aiko masih berbantalkan pangkuan Hajime, tetapi Hajime dan Yue masih dapat masuk ke dunia mereka sendiri. Di kursi belakang, para siswi menontonnya sambil berteriak "kya kya," diikuti dengan gadis bertelinga kelinci yang merajuk.
***
Area pegunungan utara.
Beberapa pegunungan berbaris dengan ketinggian mulai dari 1000 sampai 8000 meter. Entah bagaimana tumbuhan dan pepohonan bisa tumbuh di sana. Di situ adalah tempat misterius dengan lingkungan yang tidak jelas. Warnanya akan membuat seseorang teringat pegunungan di Jepang saat musim gugur, dan tempat lainnya akan berisikan pepohonan dengan dedaunan hijau yang segar, seperti di tengah musim panas, tetapi ada juga tempat dengan pohon berguguran yang terlihat sangat kontras.
Terlebih, jika kau dapat melihat lebih jauh melewati pegunungan tersebut, area pegunungan-penungan lainnya terbentang luas di belakangnya. Ada lebih dan lebih banyak area pegunungan di bagian utara. Saat ini baru 4 area pegunungan saja yang dapat dikonfirmasi, dan selain itu benar-benar daerah misterius yang belum pernah dikunjungi. Sejauh ini, beberapa petualang telah mencoba mencapai area pegunungan yang kelima, akan tetapi, semakin banyak area pegunungan yang mereka lewati, semakin kuat pula demonic beast yang muncul, dan pada akhirnya, tidak ada yang pernah berhasil.
Kebetulan, gunung tertinggi adalah 'Gunung Dewa'. Saat ini, tempat di mana Hajime dan yang lainnya datang ke dunia ini adalah sejauh 1.600km ke arah timur dari Gunung Dewa. Warna kemerahan dan kekuningan yang begitu jelas membuatnya enak dilihat. Jika ada seseorang yang cukup pandai melihat lebih teliti, dia akan menemukan berbagai herba dan tumbuhan yang bisa dimakan. Itulah yang memperkaya kota Ul, sebuah gunung yang sangat bernilai.
Hajime dan yang lainnya menghentikan kendaraan sihir beroda empatnya di kaki pegunungan, dan takjub dengan warna pemandangan alam yang begitu indah. Salah satu dari siswi pun berseru "Ho~". Beberapa saat yang lalu, Aiko meminta maaf dengan muka memerah atas kekhilafannya karena telah tertidur di pangkuan muridnya. Tetapi melihat pemandangan yang begitu menawan, ia pun dapat mengistirahatkan pemikirannya dan melupakan hal-hal buruk yang dipikirkannya sebelumnya.
Hajime juga ingin menikmati hal ini perlahan-lahan, jadi dia pun menaruh kendaraannya ke dalam Treasure Box dan mengeluarkan sesuatu sebagai gantinya.
Benda itu adalah, model imitasi dari burung-burung dengan panjang masing-masing sekitar 30cm, dan sebuah cincin dengan kristal kecil yang menempel. Terdapat sebuah kristal ungu yang tertanam di masing-masing kepala burung.
Hajime memakai cincinnya, mengeluarkan burung-burung itu dan melemparkannya perlahan ke udara. Melihatnya, seseorang pasti berpikir mereka akan terjatuh karena gravitasi. Akan tetapi, burung-burung itu melayang di udara. Aiko dan para murid pun menyerukan "Ah".
4 burung mekanik itu berputar di tempat dan mulai terbang ke arah pegunungan.
"Umm, benda-benda itu..."
Melihat burung-burung itu pergi tanpa suara, Aiko pun mewakili yang lainnya untuk menanyakan hal tersebut.
Hajime pun menjawabnya dengan "Pesawat Pengintai Tak Berawak", dan seperti kendaraan maupun pistol Hajime, itu adalah benda yang berasal bukan dari dunia ini..
Model burung yang diberi nama dengan sebutan "Pesawat Pengintai Tak Berawak" tersebut adalah sesuatu yang Hajime buat dengan meniru Golem Knight dari Raisen Grand Canyon yang dikendalikan secara jarak jauh. Mereka juga diproduksi dengan material yang didapatkannya dari sana. Dengan sihir penciptaan, Hajime memberikan mineral-mineral tersebut sihir gravitasi karena Hajime tidak terlalu berbakat menggunakannya untuk hal selain itu, mineral-mineral tersebut pun menjadi dapat menetralisir gravitasi begitu mereka melayang. Dengan demikian, batu gravitasi pun diciptakan. Terlebih lagi, batu induksi yang digunakan untuk mengontrol para golem juga digunakan. Ditambah, kristal penglihatan pun juga dipasang di dalam setiap kepala. Mineral yang dipasang di mata para golem adalah batu penglihatan. Sama seperti batu induksi, benda ini dapat merefleksikan pemandangan yang dilihat dari pecahan kristal yang lainnya terlepas dari jaraknya, selama kekuatan sihir yang serupa disalurkan pada mereka. Sepertinya ini adalah yang digunakan Miledi untuk menemukan posisi Hajime dan partynya secara tepat. Hajime memasang kristal penglihatan ke dalam mata sihirnya, dengan begitu dia dapat melihat apa yang dilihat oleh 'Pesawat Pengintai Tak Berawak' miliknya.
Sebelumnya, ada sebuah batasan untuk memproses performa otak manusia, menggunakan keempatnya secara bersamaan adalah batasnya, membuat mereka dapat berkeliling di langit. Adalah sebuah misteri bagaimana Miledi dapat mengoperasikan 50 Golem sekaligus.
Untuk sementara, performa proses otaknya telah diperkuat saat dia membangkitkan "Light Speed". Kalau dia hanya mengendalikan satu pesawat, dia dapat melakukan gerakan yang tepat sasaran. Terlebih lagi, saat dia menggunakan "Light Speed", dia bahkan dapat membuat tujuh pesawat untuk melakukan gerakan rinci selama batas waktu tertentu.
Kali ini, dia mengeluarkan Pesawat Pengintai Tak Berawak karena kemampuannya yang berguna untuk mencari dari udara, karena jangkauan pencariannya terlalu luas. Menyaksikan Pesawat Pengintai Tak Berawak terbang menjauh, Aiko dan para murid mencoba untuk berhenti terkejut dengan tindakan Hajime, akan tetapi, itu adalah sebuah sumpah yang mungkin tidak akan pernah terpenuhi.
Hajime dan yang lainnya bergerak maju ke gunung menggunakan jalur yang sama dengan yang digunakan oleh para petualang. Tempat yang diinformasikan terlihatnya demonic beast berada jauh sedikit di balik sisi lain jalur gunung. Itu berada di sekitar gunung keenam dan ketujuh. Karena itu, party petualang Will seharusnya menyelidiki daerah sekitar itu. Berpikir seperti ini, mereka dengan cepat bergerak maju melewati jalur gunung dengan langkah cepat, setelah Hajime melepaskan Pesawat Pengintai Tak Berawak di area itu.
Hajime dan lainnya mencapai gunung keenam dalam waktu hampir sejam, dan berhenti. Alasannya adalah karena perlu untuk mencari jejak apapun di area tersebut…
"Haa, haa, i-ini istirahat, kan……ugh, haa, haa."
"Hhh—, hhh— Apa kau tidak apa-apa……Ai-chan sensei, hhh— hhh—."
"Ufff, apa tidak apa-apa istirahat sekarang? Haa haa, tidak apa-apa, kan? Aku akan istirahat sekarang, ya?"
"……Hyuu— Hyuu."
"Uhuk, uhuk, Nagumo-kun dan partynya adalah monster……"
Aiko dan murid-muridnya mempunyai kekuatan fisik yang lebih rendah daripada yang dia kira, jadi perlu untuk beristirahat. Seharusnya, status Aiko dan murid-muridnya pada dasarnya beberapa kali lebih tinggi daripada orang-orang biasa di dunia ini. Hanya saja kecepatan pergerakan Hajime dan partynya terlalu cepat, karena itulah mereka mendaku gunung dengan seluruh kekuatan mereka, dan saat mereka menyadarinya, kekuatan fisik mereka terkuras dan kaki-kaki mereka melemas.
Aiko dan murid-muridnya mati-matian bernapas terengah-engah dengan bertumpu pada tangan dan kakinya, dan Hajime melirik mereka dengan tatapan cukup kebingungan. Bagaimanapun, dia telah memutuskan bahwa perlu untuk mencari ke sekelilingi, saat mereka pergi ke sungai terdekat untuk membiarkan mereka beristirahat. Dia dapat menentukan lokasinya karena informasi dari Pesawat Pengintai Tak Berawak. Setelah mengatakan lokasinya pada Aiko dan murid-muridnya, yang masih bernapas dengan kasar, dia dan partynya bergerak maju ke arah sungai. Kemungkinan party Will beristirahat di sana juga tinggi.
Dengan Yue dan Shia memimpin, mereka keluar dari jalur pegunungan dan masuk ke gunung. Sambil menikmati gemerisik dedaunan yang gugur mereka berjalan diantara pepohonan, dan tidak lama mereka pun dapat mendengar suara arus sungai. Itu adalah suara yang terdengar enak di telinga. Telinga Shia pun berayun-ayun bahagia karenanya.
Akhirnya, Hajime dan party sampai di sungai. Ukurannya lebih besar jika dibandingkan dengan sungai kecil. Shia yang yang paling ahli dalam pencarian, mulai mengamati keadaan sekitar, sementara Hajime sekali lagi menggunakan Pesawat Pengintai Tanpa Awak miliknya untuk mencari tahu jika ada maklhuk lain di sekitar mereka, dan hasilnya tidak ada satupun tanda kehadiran demonic beast di sekitar. Mereka dapat bersantai sekarang. Hajime dan yang lainnya duduk di batu di tepi sungai, lalu mereka pun mendiskusikan rencana pencarian mereka. Yue melepas sepatunya dan memasukkannya kakinya ke air setelah mengatakan "Sedikit saja". Itu adalah bentuk keegoisannya sendiri untuk menikmati suasana saat ini. Hajime mengabaikannya karena Aiko dan murid lainnya belum sampai ke tempat mereka. Hajime orang yang memanjakan Yue. Shia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Memikirkan kemungkinan lain, mereka pun berjalan mengikuti tepi sungai. Hajime menerbangkan Pesawat Pengintai Tanpa Awaknya berlawanan dengan arah arus sambil memandangi Yue, keciplak kecipluk, bermain air dengan kaki tanpa alas. Meskipun Shia juga tidak beralaskan kaki, ia hanya menaruh kakinya ke dalam sungai. Sensasi dari sungai yang mengalir, menggelitiki kakinya.
Aiko dan para murid yang telah mendapatkan tenaga mereka kembali akhirnya sampai. Mereka terpaku di tempat sambil melihat Hajime dan partynya. Akan tetapi, tiga siswa bun berteriak "Apakah ini surga?", dengan mata berbinar sambil memandangi kaki mulus Yue dan Shia, sementara para siswi hanya membalasnya dengan tatapan dingin. Hal itupun membuat para siswa merasa ngeri. Ketika mereka menyadari pandangan dari Tamai dan yang lainnya, Yue dan Shia pun keluar dari air.
Aiko dan para murid pun mengisi kembali kelembaban mereka di tepi sungai. Karena pandangan dari Tamai dan siswa lainnya ke Yue dan Shia, merekapun membalasnya dengan tatapan tajam, para siswa pun gemetaran sambil menghindari tatapan mereka. Melihat tontonan seperti itu, Aiko dan siswi lainnya pun mengalihkan pandangannya ke Hajime dengan tatapan hangat. Khususnya Sonobe dan para siswi lainnya. Karena mereka telah mendengarkan berbagai cerita dari Shia, mereka pun memunculkan ekspresi yang sangat mengganggu.
"Fufu, Nagumo-kun benar-benar menjaga Yue-san dan Shia-san."
Aiko mengatakan hal itu sambil tersenyum. Hajime ingin berkomentar tentang hal tersebut, tapi dia menghentikannya dan hanya mengangkat bahunya melihat wajah sedih Sonobe dan siswa lainnya. Yue pun memanfaatkan situasi ini. Ia terlihat tiba-tiba duduk di pangkuan Hajime dengan sangat alamiah.
"... Nn."
Ia merasa sangat senang membiarkan Hajime menahan semua berat badannya. Ini juga dapat dikatakan sebagai bukti kepercayaannya. Melihat hal itu, Shia, yang terlihat kesepian, memeluk Hajime dari belakang. Aiko pun merasa malu terlihat dari pipinya yang memerah. Sonobe dan siswi lainnya pun berteriak, "Kyaa~ Kyaa~" dengan antusias. Tamai dan siswa lainnya hanya dapat menggertakkan gigi.
Hajime tetaplah Hajime, tanpa melepaskan keduanya, hanya mengalihkan pandangannya. Dia terlihat cukup malu. Akan tetapi, ekspresi Hajime tiba-tiba berubah menjadi tajam.
"... Itu."
"Nn... ... kau menemukan sesuatu?"
Mendengar Hajime mengatakan sesuatu sambil memandang kejauhan, Yue pun menanyainya. Melihat sikap Hajime, Aiko dan yang lainnya hanya berkedip bingung dengan apa yang terjadi. 
"Oh lihat di arus sungai... ... apakah itu perisai? Lihat, ada tas juga... ... mereka terlihat seperti masih baru. Ini mungkin sebuah petunjuk besar. Yue, Shia ayo pergi."
"...Na."
"Ya."
Hajime dan partynya pun berdiri secara serentak dan bersiap untuk pergi. Aiko dan murid yang lainnya sebenarnya masih ingin beristirahat, dan meskipun mereka tahu mereka berlebihan, mereka tidak bisa berdiri diam saja begitu melihat Hajime menemukan petunjuk. Mereka pun dengan bersusah payah mencoba memberdirikan pinggang mereka yang kecapaian dan sekali lagi mencoba mengikuti Hajime dan partynya yang sedang menyusuri tepi sungai dengan sangat cepat.
Hajime pun sampai di tempat yang seperti diberitahukan Pesawat Pengintai Tanpa Awak miliknya, sebuah perisai yang terbuat dari metal dan tas bertebaran di sekitar. Akan tetapi, ada sebuah lecet di sekitar perisai tersebut, dan tasnya juga sudah terrobek-robek dengan benangnya yang acak-acakan.
Hajime dan partynya pun dengan hati-hati memeriksa sekeliling. Kemudian mereka pun menemukan pohon-pohon dengan kulit batangnya yang terkelupas. Tinggi mereka sekitar 2 meter. Sepertinya ada sesuatu yang mencakar pohon tersebut sehingga kulitnya bisa sampai terkelupas, dan dengan ukuran yang setinggi itu, jelas itu bukanlah manusia. Hajime memerintahkan Shia untuk menggunakan kemampuan pencariannya semaksimal mungkin, selagi Hajime juga menggunakan skill persepsinya sambil mendekati pohon itu.
Melangkah maju, mereka pun menemukan bekas-bekas pertempuran. Ada beberapa pohon dan dahan yang terbelah menjadi dua di situ. Ada juga beberapa tanaman yang terinjak, terlebih, ada beberapa serpihan pedang dan darah berceceran di sekitar. Setiap kali mereka menemukan jejak seperti itu, ekspresi Aiko dan para murid berubah pucat. Untuk sementara mereka mengikuti bekas-bekas pertarungan, dan Shia tiba-tiba menemukan sesuatu yang bersinar.
"Hajime-san, ini, bukannya ini sebuah liontin?"
"Nn? Aa... ... ini mungkin barang mereka yang ketinggalan. Coba aku periksa."
Setelah mencuci kotoran yang menempel dari liontin yang diberikan oleh Shia, Hajime kemudian menyadari itu bukan sebuah liontin biasa melainkan juga sebuah tempat penyimpanan. Dia membuka kuncinya dan melihat apa isinya, liontin itu berisikan sebuah foto dari seorang wanita. Mungkin itu adalah foto istri dari seseorang yang mencintainya. Meskipun ini bukan sebuah petunjuk besar, benda ini terbilang masih cukup baru dan tidak terlihat tua... ... ini mungkin barang seseorang dari kelompok petualang yang Hajime cari. Makanya mereka perlu untuk menyimpannya sementara.
Setelah itu, mereka pun menemukan barang-barang lain milik para orang mati itu atau begitulah cara mereka memanggilnya. Tetapi mereka hanya mengumpulkan benda-benda yang dapat membuat seseorang mengindentifikasi pemiliknya. Setelah mencari untuk beberapa saat, tanpa disadari malam telah tiba, dan saat bagi mereka untuk mempersiapkan kemah telah datang.
Bahkan sekarang, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain dari hewan liar. Meskipun mereka berhati-hati karena kelompok Will yang diserang oleh para demonic beast, tetapi tidak ada kehadiran demonic beast di sekitar mereka. Lokasi mereka berada sekarang berada di antara gunung ke-8 dan ke-9. Dari apa yang orang-orang katakan, seharusnya saat melewati gunung mereka akan bertemu setidaknya satu atau dua ekor demonic beast, jadi Hajime dan yang lainnya dapat merasakan kengerian dari situasi ini.
Setelah beberapa saat, Pesawat Pengintai Tanpa Awak milik Hajime sekali lagi menemukan lokasi dengan sebuah ketidak normalan. Yang dimaksud adalah terdapat sisa-sisa kerusakan yang hebat berjarak 300 meter ke timur. Hajime menyuruh semua orang untuk bergegas menuju ke lokasi tersebut.
Terdapat sebuah sungai yang besar. Sebuah air terjun dapat terlihat di hulu, dan volume airnya pun begitu besar dengan arus yang besar pula. Biasanya, itu terlihat seperti mengalir secara alami ke kaki gunung, tetapi saat ini, terdapat sungai besar dan kecil yang bercabang di sepanjangnya. Sungai itu terlihat seperti hasil dari tanah yang tercongkel oleh laser yang ditembakkan dari lereng gunung.
Alasan mereka begitu tercengang adalah karena tanah yang tercongkel merupakan sebuah garis lurus, selagi tanah dan pohon di sekitarnya terlihat hangus. Terlebih, seperti terkena dampak yang begitu besar, banyak pohon yang tumbang sebagian dan terpental beberapa belas meter ke samping. Di samping sungai, terdapat jejak kaki besar berukuran lebih dari 30cm.
"Sepertinya pertarungan yang sebenarnya terjadi di sini... ... Jejak kaki itu berasal dari seekor demonic beast berkaki dua... ... Memang benar, ada seekor demonic beast dengan nama Brutal berada di gunung kedua setelah gunung ini. Tapi, cara bagaimana tanah ini tercongkel..."
Yang Hajime deskripsikan dengan sebutan Brutal adalah seekor demonic beast yang mirip seperti Orc atau Ogre di dalam sebuah RPG. Meskipun mereka tidak memiliki kecerdasan, mereka bergerak secara berkelompok. Karena mereka memiliki sihir versi lemah dari sihir aneh bernama; 'Vajra', yang disebut dengan 'Strong Wall', mereka digolongkan sebagai musuh yang cukup tangguh. Biasanya mereka turun ke gunung kedua dari area pegunungan, tetapi demonic beast itu tidak pernah turun ke kota. Ditambah, mereka tidak memiliki serangan yang sampai dapat membuat anak sungai seperti itu.
Hajime memikirkan Brutal sambil memperhatikan jejak kaki itu, dia ragu apakah dia harus pergi ke hulu atau ke hilir sungai. Meskipun sepertinya kelompok Will akan mencoba kabur ke hulu, tapi Hajime pikir akan sulit bagi mereka untuk naik ke hulu setelah melewati pertarungan seperti itu. Hajime ragu mereka secara fisik dan mental akan pergi menjauh dari arah kota.
Hajime memutuskan untuk menerbangkan Pesawat Pengintai Tanpa Awaknya ke hulu sementata dia pergi ke hilir. Meskipun jejak kaki para Brutal ada di pinggir sungai, kemungkinan Will dan kelompoknya melompat ke sungai pun cukup tinggi. Jika benar begitu, Hajime pikir mereka akan tersapu arus karena tubuh yang kelelahan.
Yang lain pun setuju dengan perkiraan Hajime dan bergegas pergi ke hilir sungai.
Setelahnya mereka menemukan lebih banyak air terjun yang jauh lebih indah dibandingkan daripada yang sebelumnya. Hajime dan yang lainnya dengan gesit pergi ke tebing di sisi air terjun dan mendarat di sekitar cekungan sungai. Angin segar khas dari air terjun menyembuhkan rasa kelelahan mereka akibat dari seharian melakukan pencarian. Lalu, Hajime merasakan sebuah reaksi dari Sign Perception (Persepsi Penanda) miliknya.
"! Ini..."
"... ... Hajime?"
Yue dengan segera bereaksi dan menanyakannya. Untuk sebentar, Hajime berkonsentrasi dan menutup matanya. Selanjutnya, dengan perlahan membuka matanya, dia mengeluarkan suara terkejut.
"Oi, oi, beneran deh. Persepsi penanda milikku menemukan sesuatu. Dari yang kurasakan, aku yakin dia manusia. Lokasinya... ... di bagian dalam cekungan air terjun."
"Maksudmu ada orang yang selamat?"
Hajime mengangguk ke Shia yang mengkonfirmasikannya. Hajime menjawab, "Hanya satu orang", ketika Yue menanyakan jumlahnya. Aiko dan murid-muridnya pun ikut terkejut. Itu adalah hal yang wajar. Meskipun kemungkinan orang yang selamat tidaklah 0%, tapi mereka sama sekali tidak mengira satupun akan selamat. Ini adalah hari kelima sejak kelompok Will menghilang. Ini adalah sebuah keajaiban jika salah seorang dari mereka masih hidup.
"Yue, tolong."
"... ... Nn."
Ketika melihat cekungan air terjun, Hajime memanggil Yue. Yue sudah dapat menebak maksud Hajime dari perkataannya, dan dia pun mengangkat tangan kanannya bersamaan dengan aktifnya sihir miliknya."
""Kastil Ombak." "Tembok Angin"."
Lalu, air dalam cekungan air terjun itu mulai membelah menjadi dua seperti Laut Merah dalam Legenda Musa. Terlebih, air yang terbelah benar-benar tertepis dengan sempurna oleh tembok anginnya. Ini adalah hasil dari sihir pembentukan air bertekanan tinggi bernama 'Kastil Ombak', dan sihir angin bernama 'Tembok Angin’.
Tanpa merapalkan mantra, dua sihir dengan atribut yang berbeda aktif secara bersamaan. Melihat bagaimana sihir itu digunakan, Aiko dan para murid, meskipun mereka tidak ingat seberapa banyak mereka telah melakukannya, mereka terlihat melongo dan takjub. Pastinya, orang-orang Ibrani dalam legenda Musa pun memperlihatkan ekspresi yang sama.
Karena sihir Yue tidak bertahan selamanya, Hajime menyuruh Aiko dan yang lainnya untuk bergegas masuk sambil menuntun mereka ke gua di dalam cekungan air terjun. Begitu mereka memasuki gua mereka seketika menemukan tanjakkan dan sampai di sebuah rongga yang cukup besar. Air dan cahaya turun dari langit-langit, dan air yang terjatuh mengalir ke kolam di bawahnya. Alasan kenapa kolam itu tidak meluap adalah karena air itu terus mengalir.
Mereka menemukan seorang pria yang terbaring di bagian paling dalam gua. Katika mereka sampai di sisi pria itu, terlihat pria yang masih cukup muda, dan berumur sekitar 20 tahunan. Meskipun dia terlihat seperti seorang bangsawan, tetapi dia memperlihatkan tanda-tanda akan meninggal. Akan tetapi, tidak terdapat luka di tubuhnya, karena terdapat sisa makanan di tas di sampingnya, jadi dia pasti sedang tertidur. Penampilannya yang begitu buruk pasti berhubungan dengan kenapa dia satu-satunya orang yang tersisa. Melihat Aiko yang penasaran, dan karena Hajime ingin segera memastikan identitasnya, dia menggunakan lengan buatannya, dengan menahan kekuatannya sampai pada batasnya, untuk menjentik jidat orang itu.
JEDAKKK!!
"Guwah!!"
Dia bangun sambil berteriak, pria itu menggeliat kesakitan sambil menutupi jidatnya dengan kedua tangannya. Aiko dan para murid pun gemetaran karena jentikan yang begitu kuat dan tanpa belas kasihan itu. Hajime mengabaikan Aiko dan yang lainnya, dan dia pun mendekati pria dengan mata yang berlinang air mata itu untuk menanyakan namanya.
"Kau, apa kau Will Kudeta? Anak ketiga dari Count Kudeta?"
"Eh, ah, bagaimana bisa kalian sampai kemari..."
Karena pria itu hanya berkedip tanpa bisa memahami situasi, Hajime sekali lagi memposisikan tangannya daan mengincarnya untuk menjentiknya lagi.
"Jawab pertanyaanku. Aku akan membuatnya 20% lebih sakit setiap kau menjawab selain yang kutanyakan."
"Eh, eh?"
"Kau, apa kau Will Kudeta?"
"Umm, uwah, ya! Benar! Aku Will Kudeta! Ya!"
Untuk sesaat, ketika pria muda itu ragu untuk menjawab, Hajime memberikan tatapan mata yang menakutkan, dan dia langsung mengeluarkan tangan kirinya. Pria muda yang panik itu pun segera memberitahukan namanya. Tampaknya, dialah orang yang sedang sedang dicari. Sebuah keajaiban untuknya bisa selamat.
"Aku mengerti. Aku Hajime. Nagumo Hajime. Aku datang ke sini atas permintaan kepala guild cabang Fhuren, Ilwa Chang. (Untuk kepentinganku) Syukurlah kau selamat."
"Ilwa-san!? Begitukah. Sekali lagi... Aku berhutang padanya... Umm, aku berterima kasih padamu. Kau pasti orang yang luar biasa untuk dapat menerima permintaan langsung dari Ilwa-san."
Will mengucapkan rasa terima kasihnya dengan sinar mata yang penuh hormat. Sepertinya dia tidak mempedulikan kerasnya jentikan Hajime beberapa saat yang lalu. Jika benar, dia pasti benar-benar orang yang baik. Kemudian, setelah memperkenalkan semuanya, mereka pun mendengarkan cerita Will.
Ini adalah ringkasannya.
Lima hari yang lalu, kelompok Will pergi ke sekitar puncak gunung kelima melewati jalur yang sama seperti yang digunakan oleh Hajime. Tiba-tiba, mereka bertemu dengan 10 ekor Brutal. Seperti yang diduga, mereka tidak dapat memenangkan pertempuran dengan mereka, jadi kelompok Will pun mencoba untuk mundur. Tetapi, jumlah Brutal yang datang terus bertambah, dan begitu mereka sadari mereka telah berada di sisi sungai gunung keenam. Kemudian, para Brutal mengepung mereka, jadi untuk dapat selamat dari kepungan itu. Dua orang; 2 prajurit yang dianggap kurang penting pun dikorbankan. Setelah itu, ketika mereka sampai di sungai besar, keputusasaan pun datang melanda.
Muncul seekor naga dengan warna hitam legam. Tepat saat Will dan kelompoknya sampai ke tepi sungai, Naga Hitam itu mengeluarkan hembusan nafasnya, dan Will pun terhempaskan ke sungai oleh serangan itu. Dari apa yang dia lihat saat dia terhempaskan, salah satu dari temannya dihancurkan tanpa sisa oleh serangan itu, selagi dua temannya diserang dari dua arah, oleh Brutal dari belakang dan Naga Hitam di depan.
Will terjatuh ke dalam cekungan air terjun begitu dia tersapu oleh arus, dia masuk ke dalam gua yang dia temukan, dan sepertinya dia terus bersembunyi di situ sejak saat itu.
Bagaimanapun, hal ini mirip seperti yang terjadi pada orang tertentu. (maksudnya kejadiannya mirip Hajime)
Will, begitu dia menceritakannya, dia merasa bangga dengan hal itu, dan kemudian mulai menangis. Itu bukanlah sesuatu yang tidak beralasan, seniornya mengajarinya berbagai macam hal untuk menjadi seorang petualang dan terus merawatnya meskipun salah satu dari mereka memasang wajah yang tidak menyenangkan. Tanpa mengkonfirmasi keamanan mereka, dirinya yang begitu menyedihkan hanya dapat bergetar ketakutan dan menunggu pertolongan, dirinya yang merasa lega karena pertolongan telah datang sementara teman-temannya telah mati, berbagai macam perasaan terus muncul dan air matanya terus mengalir.
"A-aqqu yangh tebuwuk. Wuu, mezipun yangh ain tlah ati, aqhu tidhak melakhukhan aphapun.. Hiqq, huntuggu yangh afat slamath... dan, *sniff*... mrasa legah... Aqqu---!"
(A-aku yang terburuk. Wuu, meskipun yang lain telah mati, aku tidak melakukan apapun. Hikk, untukku yang dapat selamat... dan, *sniff*... merasa lega... Aku---!)
Tangisan Will menggema diseluruh gua. Tidak ada yang dapat mengatakan apapun padanya. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka katakan kepada Will yang terus menyalahkan dirinya sambil menangis. Para murid memandangi Will dengan tatapan kasihan, selagi Aiko dengan lembut mengusap-usap punggungnya. Yue terlihat tanpa ekspresi seperti biasanya, sementara Shia terlihat kesusahan.
Tapi, saat Will menyadari dirinya kehilangan kata-kata, seseorang yang tak diduga bergerak. Orang itu adalah Hajime. Hajime, berjalan mendekati Will dan menarik kerahnya. Dia menggunakan kekuatan monsternya untuk mengangkat Will ke udara. Selanjutnya, dengan suara yang tak disangka begitu meresap, Hajime mengatakan sesuatu kepada Will yang kesulitan tidak dapat bernafas.
"Apa salahnya ingin hidup? Apa salahnya bersyukur kau masih hidup? Perasaan seperti itu adalah hal yang wajar dan tak terhindarkan. Terlebih itu karena kau manusia."
"T-tapi... ... Aku telah...."
"Bahkan jika kau khawatir kepada orang-orang yang telah mati itu... ... teruslah untuk hidup. Mulai sekarang berjuanglah untuk terus hidup, berjuanglah seakan-akan kau akan mati. Jika kau melakukannya, suatu saat... ... mungkin akan ada hari dimana kau menemukan alasanmu selamat hari ini."
"... ... Tetap hidup."
Bahkan sambil menangis, Will mengulangi perkataan Hajime dengan tatapan kosong. Hajime dengan kasar melempar Will ke bawah, dia menggerutu kepada dirinya sendiri, "Apa yang telah kulakukan", perkataannnya barusan, lebih dari setengahnya ditujukanpada dirinya. Situasi Will sedikit mirip dengan Hajime, dan Will yang merendahkan hidupnya sendiri seperti mengatakan, "Kau tidak pantas selamat," kepada Hajime, jadi dia pun marah tanpa disengaja.
Jadi dia hanya menganiaya dirinya sendiri tanpa alasan. Lebih dari setengah yang dia katakan adalah hasil dari luapan amarahnya, jadi ini tidak beda jauh dengan amukan anak kecil. Meskipun dia telah melihat berbagai macam hal, Hajime masihlah seorang pemuda berusia 17 tahun, dan masih ada banyak hal untuk dipelajarinya. Hajime tahu dia telah sedikit membenci dirinya sendiri. Melihat Hajime yang seperti itu, Yue mendekatinya dan menggenggam tangan Hajime erat-erat.
"... ... tidak apa, Hajime tidak bersalah."
"... ... Yue."
"... ... Hiduplah sebaik mungkin. Teruslah hidup. Bersamaku, ok?"
"... ... Haha, ah tentu saja. Aku akan terus hidup tidak peduli apa yang terjadi... ... jadi, jangan tinggalkan aku sendiri.:
"... ... Nn."
Mereka meninggalkan Will yang masih berbicara sendiri, lalu Hajime dan Yue pun masuk ke dunia mereka sendiri. Hajime tidak dapat menyamai tinggi Yue, dan Hajime pun dengan lembut membelai pipi Yue, sementara Yue membiarkan tangan Hajime membelainya dan memanjakannya. Tidak dapat memahami perkembangan macam apa yang terjadi, Aiko dan para murid hanya dapat berkedip bingung, sementara Shia hanya memandangi Hajime dan Yue dengan mata setengah terbuka.
Situasi yang kacau terus berlanjut untuk sementara (berkat kenekatan Hajime), dan entah bagaimana semua orang pun mendapatkan kesadaran mereka kembali. Mereka pun kemudian memutuskan untuk segera bergegas ke gunung. Masih ada satu jam sebelum matahari terbit, jadi jika mereka bergegas, mereka mungkin akan dapat sampai ke kaki gunung saat matahari terbenam.
Meskipun mereka sadar akan keberadaan Brutal dan Naga Hitam Legam, tetapi mereka tidak ada hubungannya dengan misi Hajime. Hal yang tidak terpikirkan untuk melanjutkan penyelidikan selagi mereka harus melindungi orang-orang dengan kemampuan bertarung yang rendah. Will juga sadar bahwa dirinya hanya akan menjadi penghambat, jadi dia pun sadar bahwa mereka harus mundur sekarang. Meskipun para murid bersikeras untuk melanjutkan penyelidikan karena rasa keadilan mereka mengingat masyarakat kota yang  kesusahan, Aiko dengan keras kepala menolak untuk melanjutkan penyelidikan karena potensi bahaya yang besar dari Naga Hitam dan para Brutal. Akhirnya, mereka pun bergegas ke gunung.
Akan tetapi, tidak ada sesuatu yang selalu berjalan mulus. Sekali lagi, mereka yang keluar dari cekungan air terjun dengan sihir Yue, disambut oleh gembira.
"GUuRURURURU."
Dengan mengeluarkan dengusan yang lirih, dengan tubuhnya yang ditutupi oleh sisik berwarna hitam legam, mata emasnya melotot kepada mereka di tengah udara selagi dia mengepakkan sayapnya... ... dia adalah si "Naga Hitam."