MENCOBA BERBAGAI MACAM SIHIR DI RUANG PUTIH
(Translater : Hikari; Editor : Hamdi)

Kesempatan kami untuk memenangkan pertempuran ini melawan Orc elit sangatlah rendah.
Meski begitu, aku memutuskan untuk bertaruh. Karena aku ingin menyelamatkan Arisu.
Aku tadinya selalu berpikir bahwa tidak mempercayai siapapun adalah pilihan yang tepat. Aku selalu merasa takut bahwa setelah mempercayai seseorang, aku akan dikhianati.
Tapi dibandingkan dengan rasa takut itu, aku lebih takut menyaksikan dia diperkosa oleh makhluk semacam itu.
Ini adalah hal yang gila, tindakan yang tidak logis, tapi aku tidak menyesalinya.
Kemudian aku berhasil. Aku menyelamatkan Arisu.
Aku sangat, sangat bahagia, sampai mau tidak mau, begitu kami dikirim ke ruangan putih, aku melesat ke arah Arisu, dan memeluk tubuh rampingya erat-erat.
"Wah, wah, wah~ Kazu-senpai…"
Arisu memekik aneh "Hyaa".
Aku bergerak mundur sedikit, ingin melihat wajah Arisu.
Arisu melihatku, bersemu merah.
"Bagus. Semuanya berjalan sesuai rencana, itu benar-benar bagus."
"Ma…maksudnya, rencana ini terpikir begitu saja?"
Arisu memutar matanya.
"Sejujurnya, aku merasa persentase kesuksesannya kurang dari 3%. Semuanya tergantung dari kepercayaanmu padaku."
"Kalau begitu, tentu saja kita akan menang.'
Arisu berseri-seri.
"Karena aku selalu merasa bahwa aku sangat beruntung karena mempercayai Kazu-senpai."
"Kau…Kenapa kau begitu mempercayaiku?"
"Karena Kazu-senpai tidak pernah mengkhianati harapanku.'
Itu karena kau berguna untukku.
Aku menelan balik kalimat ini. Karena aku tahu, itu sudah menjadi semacam kebohongan, untuk menipu diriku sendiri.
Mungkin memang benar awalnya. Atau mungkin itu memang seperti itu. Tapi, alasan kenapa aku menyelamatkan dia saat ini bukan hanya karena itu.
Arisu menatapku dengan matanya yang sembap. Kemudian memantapkan diri dan perlahan berkata:
"Tolong biarkan aku mengatakan ini sekali saja, Kazu-senpai. Aku menyukaimu."
Aku menggunakan sebuah ciuman untuk membalasnya.
Arisu menaruh tangannya di sekitar leherku, dan membalasku dengan begitu berhasrat.
Kami saling melepaskan diri, dan aku menatap Arisu lagi.
Rekanku kemudian duduk di lantai tak berdaya, menyengir lucu sambil melihatku.
"Aku lega.'
Melihat lebih dekat, dia sepertinya lebih berantakan daripada barusan.
Tidak hanya ada sebuah lubang besar di blusnya, menunjukkan dadanya, roknya juga hanya bisa digambarkan sebagai kain compang-camping. Ada banyak cabikan di pakaiannya, menunjukkan kulitnya yang halus. Selain daripada itu, tubuhnya ditutupi dengan luka-luka, kulit di tangan dan kakinya tergores parah, mengalirkan darah.
Aku menemani Arisu, dan duduk di depannya.
"Tidak apa-apa…ya, benar. Lihat dirimu."
Untuk mengurangi kecemasanku, Arisu tersenyum. Apakah ekspresiku terlihat begitu khawatir? Mungkin memang seperti itu.
"Bagaimanapun saat aku menggunakan sihir penyembuhan, aku bisa menyembuhkan semua luka ini secara instan."
Sambil berkata demikian, Arisu melancarkan Heal di tangan dan kakinya. Dikelilingi cahaya biru, luka-luka Arisu perlahan sembuh. Setelah dia menggunakan kira-kira 15 kali Heal, luka-luka di tubuhnya sembuh sepenuhnya.
"Dengan begini, semuanya akan baik-baik saja."
"Tapi, meskipun kau menyembuhkan luka-lukamu di ruangan ini, begitu kau kembali ke dunia nyata, kau akan sekali lagi dalam keadaan terluka."
"Yah…itu benar."
Ah, lupakan itu. Kami perlu mendiskusikan rencana kami selanjutnya, dan terlebih lagi, memutuskan bagaimana mengembangkan skill Arisu.
Itu benar. Alasan kenapa kami berada di ruangan ini, adalah karena Arisu naik level.
Terakhir kali aku menaikkan level, adalah saat melawan Orc elit. Perbedaan dalam EXP antara aku dan Arisu adalah senilai 2 orc.
Kami adalah party yang terdiri dari 2 orang, dengan demikian EXP yang didapat juga dibagi secara rata. Dengan kata lain, EXP Orc elit senilai setidaknya 4 Orc.
Saat ini Arisu level 5, Spear Skill tingkat 3, Healing Magic tingkat 1. Masih ada 3 poin yang tersisa di skill pointnya. Berdasarkan contoh Arisu, kami telah memastikan bahwa saat tingkatan dari Spear Skill meningkat sebanyak satu poin, keahlian tombaknya meningkat secara drastic.
Kurasa, sistem skill ini mungkin paling cocok untuk meningkatkan 1 skill.
Tapi, persyaratannya adalah harus ada cukup orang di dalam party. Saat ini hanya ada kami berdua, jadi kami perlu menangani segala macam situasi.
Bila seseorang dapat selalu bertarung di wilayah kekuasaannya, maka selama kau mengembangkan 1 skil, kau akan dapat memiliki kekuatan yang besar.
Tapi, maka orang tersebut tidak akan dapat berhadapan dengan situasi yang tidak terduga. Seperti penyergapan kali ini, bisa dikatakan bahwa kami berada dalam situasi terlemah kami.
Kali ini untuk menyembuhkan luka-lukanya dari perang yang sengit dengan Orc elit, dia menggunakan lima belas kali Heal.
Terakhir kali dia menyembuhkan luka di bahunya, dia hanya menggunakannya tiga kali. Untuk luka yang lebih awal lagi, aku ingat itu cukup hanya sekali Heal.
Ini bukan karena efek Heal yang memburuk. Tapi perspektif game, itu adalah karena HP kami meningkat saat level kami meningkat.
Di dalam jawaban dari komputer, benda itu telah menunjukkan informasi semacam itu sebelumnya. Karena MP akan meningkat, maka tidak mengejutkan kalau HP akan meningkat, pada saat itu meskipun aku tidak terlalu memperhatikan ini, tapi setelah mengalaminya, aku mendapatkan perasaan luar biasa.
Mungkin kami telah bergerak menjauh dari standar dasar manusia. Atau yang terburuk, kami perlahan menjadi sebuah keberadaan seperti monster.
Tidak, kalau bukan karena itu, maka kami tidak akan dapat menjelaskan fakta mengapa Arisu, setelah menderita akibat serangan Orc elit itu, masih mempertahankan keempat anggota badannya.
Dirinya yang selamat, jelas adalah sesuatu yang patut disyukuri…
Tapi, akan jadi apa sebenarnya kami di masa yang akan datang?
"Kazu-senpai, ada apa?"
Ekspresiku mungkin terlihat sangat buruk. Melihat Arisu dengan wajah ragu-ragu menatapku, aku menenangkan rasa cemas di dalam hatiku secara paksa dan tersenyum.
"Aku sedang memikirkan bahwa penampilanmu sangat provokatif."
"Huh? Ah, ini…"
Arisu sepertinya baru menyadari penampilannya saat ini, dia bersemu merah, dan dengan panik menutupi bagian penting tubuhnya dengan tangan dan kaki.
Tapi Arisu, apa kau tahu? Makhluk seperti lelaki, saat melihat gadis yang terlihat malu-malu dan panik, malahan akan semakin bersemangat.
"Hmm…Itu, tapi, apa kau ingin melihatnya?"
"Emm, ya.'
Aku memberikan seulas senyuman malu-malu, dan memalingkan kepalaku ke samping. Sebenarnya aku ingin mendorongmu jatuh——aku menahan perkataan sepenuh hatiku itu dengan semangat pria yang berwibawa.
Tapi, Arisu mengangkat kepalanya dan malah melihatku, dan kemudian membuka mulutnya dan berkata:
"Kalau itu Kazu-senpai…maka tidak apa-apa."
Ini memalukan, tapi aku mau tidak mau menelan liurku.
Melihat reaksiku, meskipun Arisu mengerutkan tubuhnya karena malu, tapi dia tetap menatap mataku.
"Ah—kau harus mendengarkannya baik-baik, Arisu. Saat laki-laki mendengar perkataan semacam ini, mereka akan menjadi serigala besar yang jahat…"
Arisu mengulurkan tangan dan meraih tanganku, menarikku mendekat padanya.
Saat aku menyadarinya, aku menemukan bahwa aku sudah menekan tubuh Arisu.
Bibir merah muda itu mendekatiku.
Kami berciuman.
"Di mana serigala besar itu?"
Di sini.
Beberapa saat setelahnya, kami menjadi satu.
Lewat praktek percobaan, kami mendapatkan penemuan baru yang penting.
Jadi selama kau menggunakan Remove Pain dari Sihir Penyembuhan tingkat 1, bahkan meskipun itu pengalaman pertama, itu akan baik-baik saja.
Itu benar, awalnya karena Arisu merasa begitu kesakitan, aku hampir menyerah di pertengahan.
Tapi Arisu sangat pintar, dia mengetahui seluk-beluk sihirnya. Dia mengatakan padaku bahwa itu akan baik-baik saja selama dia menggunakan Remove Pain.
Kenyataannya, itu benar. Kami melakukannya dengan sangat baik. Dari sudut pandang 2 orang yang baru mengalami untuk pertama kali, aku merasa kami telah melakukannya dengan sangat baik.
Hal lain yang kuharap untuk dicatat secara khusus adalah, Remove Pain hanya menghilangkan efek dari rasa sakit yang melewati batas, dan tidak mempengaruhi indera yang lain.
Kami juga menemukan, selama kami tinggal di ruangan putih ini untuk waktu yang lama, MP juga akan pulih secara perlahan. Aku tadinya berpikir bahwa MP-ku sudah habis sepenuhnya, dan karena kami butuh air untuk membersihkan tubuh kami, jadi aku menggunakan Summon Magic tingkat 1 Summon Water dan mencoba untuk membuat air.
Dari bagaimana aku dapat menggunakan beberapa kali Summon Water, MP-ku seharusnya sudah pulih.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, begitu kami kembali ke tempat asal kami, MP yang pulih di sini akan kembali ke 0. Tapi di ruangan putih ini, kami bisa menggunakan sihir tanpa ada batasan.
Mungkin tempat ini sangat cocok untuk melakukan eksperimen dengan sihir. Sebenarnya, saat aku pertama kali memanggil air, semuanya mengalir ke tanah entah dari mana. Jadi aku menggunakan Summon Cauldron yang adalah Summon Magic tingkat 1, dan memanggil kuali besar untuk menampung air tersebut dan menggunakannya untuk mandi.
Melihat sosok Arisu yang sedang mandi, sekali lagi "insting tempur"ku meningkat, menyia-nyiakan usahaku yang sebelumnya.
Cukup soal itu. Arisu dan aku menggunakan kain putih yang kupanggil dengan Summon Magic tingkat 2 Summon Cloth untuk menutupi tubuh kami, dan bersandar di dinding bersebelahan.
"Boleh aku menanyakan pertanyaan tentang Kazu-senpai?"
"Hal-hal mengenai diriku itu membosankan, kau tahu.'
"Shiki-senpai, emm…Apa yang terjadi antara kau dan dia?"
Ah, hmmm. Benar ini tentang itu.
Sebuah rasa nyeri yang mengejutkan muncul di dadaku. Arisu menyadari bahwa tubuhku menegang, dan dengan lembut memeluk bahuku.
"Aku tidak ingin memaksamu. Tapi aku ingin tahu segala sesuatu tentang Kazu-senpai.'
Arisu berkata demikian, dengan mata berkaca-kaca yang menatapku.
……mata itu terlalu berat untukku.
"Setelah mendengarnya, kau mungkin akan merasa sangat buruk."
"Ya, meski begitu, itu tidak masalah.

Dengan demikian, aku mengatakan kepadanya segala sesuatunya. Orang yang hina itu, apa yang orang itu telah lakukan padaku, kenapa aku didorong sampai ke titik di mana aku tidak lagi mempercayai siapapun, dan kenapa aku menggali perangkap tersebut, yang adalah untuk membunuh orang itu.
Seluruh kelas—tidak, seluruh bagian SMA adalah sekutunya. Bahkan Shiki Yukariko ditekan untuk merosot sampai selevel mereka.
"Jika dipikir dengan tenang, sebenarnya aku tidak punya hak untuk membencinya. Tindakan yang dia ambil, adalah hal yang lumrah. Bagaimanapun dia tidak memiliki kekuatan, dan mengikuti arus adalah hal yang sudah seharusnya."
Aku berkata demikian dengan ringan. Sambil menggambarkannya, aku juga menata perasaanku. Itu benar, Shiki-san tidak salah. Meskipun aku tidak bisa menerimanya dengan sepenuhnya, tapi meski begitu, aku seharusnya tidak meremehkannya. Yang lebih penting lagi, dia sekarang mendapatkan sebuah luka yang sangat dalam, dan aku tidak perlu memperburuknya.
Aku teringat dengan ekspresi yang dimilikinya saat matanya bertemu dengan mataku saat dia dibawa oleh Arisu.
Ini adalah pembalasanku—dia kelihatannya mencela dirinya sendiri seperti itu. Tentu saja, aku masih dapat mengklaim bahwa aku memiliki hak untuk menghukumnya, dan juga cara untuk melakukannya.
Itu benar, sekarang aku memiliki kekuatan. Kalau aku mau, aku bahkan bisa mengeluarkan Shiki Yurikako dari gedung ini.
"Kalau aku berkata aku ingin membalas dendam pada Shiki-san, apa kau akan memandang rendah aku?"
"Tidak, aku tidak punya hak untuk memandang rendah dirimu."
Arisu berkata demikian dengan ekspresi tegang.
"Aku tadinya berpikir kau akan lebih seperti orang yang suci."
"Setelah mendengarkan Kazu-senpai, aku sangat membenci murid-murid di bagian SMA itu, dan bahkan merasa ingin menghajar mereka habis-habisan…"
Arisu mengepalkan tinju di depan dadanya.
"Aku pernah mengatakan sebelumnya kalau aku tadinya adalah seseorang yang penurut dan pendiam, bukan?"
"Ya, sepertinya begitu."
"Sebagian alasannya adalah karena aku tidak berbakat dalam olahraga. Karena aku terlalu lemah, jadi aku harus menjadi lebih penurut dan bersikap sederhana tidak menarik perhatian. Jadi meskipun ada seseorang yang dirundung, aku hanya bisa berpura-pura tidak melihatnya…Aku sama seperti Shiki-senpai.'
Arisu berkata demikian, dan kemudian menatapku seakan dia sedang memohon maaf.
"Apa kau akan…memandang rendah aku?"
Aku tidak menjawabnya, dan sebagai gantinya menggunakan kedua tanganku dan memeluk kepala Arisu, membawanya ke dadaku.
"Arisu tidak melakuakan apapun padaku, jadi kau tidak perlu memikirkan apapun di luar jangkauanmu.'
"Ya.'
"Kau tidak perlu membenci Shiki-san."
"Aku tahu.'
"Aku juga akan memberi jalan. Tentu saja kalau pihak lainnya juga berkeinginan begitu… Kita harus memberi jalan pada satu sama lain, demi masa depan."
"Demi masa depan…ya?"
Aku menganalisa situasinya secara sederhana. Ini pastinya adalah dunia lain dan kami adalah para pengembara, dan di hadapan kami ada setidaknya para orc sebagai musuh kami.
Kami semua berada dalam keadaan terisolasi. Satu-satunya rekan, adalah keberadaan yang menciptakan ruangan putih ini. Tidak, sebenarnya kami bahkan tidak dapat mengkonfirmasi apakah pemilik ruangan ini adalah seorang kawan. Sampai saat ini, kami juga tidak tahu apakah ada cara untuk kembali ke dunia asal kami.
Jika murid yang selamat tidak bekerja sama, maka kami akan ada dalam bahaya.
"Untuk menaikkan level, dan untuk datang ke ruangan ini, seseorang setidaknya membunuh 1 orc."
"Mustahil untuk orang pada umumnya.'
"Kalau tidak ada seseorang yang membantu, seperti bagaimana aku membantumu, maka itu akan menjadi berbeda. Mulai besok, aku memiliki ide untuk membiarkan orang-orang yang selamat yang mau untuk menaikkan level sepertimu. Hanya dengan memiliki satu skill dari satu sistem senjata, akan sangat membantu dalam pertempuran."
"Selama aku bertarung untuk seseorang…"
"Akan lebih baik bagi seseorang untuk melindungi dirinya sendiri, dan kita juga perlu memperhitungkan kemungkinkan kita bertindak secara terpisah."
"Aku dan Kazu-senpai?"
"Ah, misalnya kalau kita berdua pergi ke gedung utama bagian SMP, maka orang-orang yang ditinggal…"
Aku mengerti—— Arisu mengangguk.
"Untuk bertahan hidup, seseorang harus bertarung, ya 'kan?"
"Ya. Aku tidak akan meminta semua orang, tapi seharusnya ada sedikit setidaknya.'
Kurasa, Pusat Pembinaan akan menjadi markas kami mulai sekarang. Meskipun aku tidak tahu ada berapa banyak orang yang selamat seperti yang dikatakan Tamaki, tapi kalau kami mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan maka tidak ada yang perlu kami khawatirkan.
Itu benar, besok. Sekarang matahari sudah tenggelam. Meskipun Support Magic Tingkat 5 memiliki Night Vision — sebuah sihir yang memberikan kemampuan untuk melihat saat malam, tapi bertindak saat malam hari tetap saja terlalu berbahaya.
Lebih penting lagi, baik Arisu dan aku sangat kelelahan, dan hanya ingin beristirahat hari ini.
"Besok kita harus membantu yang lain dulu… Kemudian lebih baik untuk meningkatkan Sihir Penyembuhan ke Tingkat 2?"
"Meningkatkan Sihir Penyembuhan ke Tingkat 2… Ah, aku mengerti, itu karena Flower Coat?"
"Ya."
Setelah bertanya pada komputer, kami tahu bahwa di antara Sihir Penyembuhan Tingkat 2, ada sebuah sihir yang disebut Flower Coat, yang dapat menaikkan HP seseorang untuk sementara. Apakah itu berguna, ini sama seperti dengan membeli asuransi, yang dapat membuat seseorang tenang.
"Kita akan mengumpulkan kekuatan seperti ini, dan perlahan menuju bagian SMA… Begitukah?"
"Aku tidak tahu berapa banyak yang selamat di bagian SMA. Kalau orang itu masih hidup… Hanya orang itu, aku tidak akan pernah memaafkannya."
Aku mengepalkan tinjuku erat-erat.
"Itu, orang itu yang kau bicarakan… Siapa namanya?"
"Ah—hmm. Dia dipanggil Saso Shiba, sepertinya ayahnya adalah salah satu direktur sekolah…"
Kemudian aku berbicara tentang orang itu untuk beberapa saat.
"Jadi, Arisu, kau juga harus berhati-hati dengan orang itu. Hmm, Arisu?"
Saat aku menyadarinya, aku menemukan Arisu merendahkan kepalanya, kelihatan terganggu.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ah, ya."
Arisu menaikkan kepalanya dengan panik, kelihatan sangat letih. Sudah seharusnya, bagaimanapun dia baru saja mengalami pertarungan hidup dan mati. Aku yakin dia merasa lelah secara mental juga.
"Maaf aku membuatmu mendengarkan obrolanku yang membosankan."
"Tidak, tidak… Tidak masalah, aku tidak apa-apa."
Arisu menggelengkan kepalanya dengan panik, dia mungkin berpikir bahwa dia telah menghancurkan saat menyenangkanku. Tidak, dia tidak melakukannya. Aku yang sekarang, sudah sangat senang hanya dengan melihat wajahmu.
"Ah, Arisu."
"Ya?"
"Begitu kita meninggalkan ruangan ini, kau akan kembai menjadi seorang perawan lagi. Jadi dengan kata lain, selama kita melakukannya di ruangan ini, aku bisa mengambil saat-saat pertamamu kapan saja…"
"…Itu…'
Arisu menyipitkan matanya.
"Apakah membuatku merasa kesakitan membuatmu merasa senang?"
"Tidak, itu… Meskipun Arisu yang menangis juga imut, tapi aku tidak merasa itu adalah hal yang sama."
"Kenapa kau berbicara dengan cara yang sopan?"
"Erm— ini, hmm—"
Arisu, yang melihatku mulai bergumam, menghela napas dalam-dalam.
Kemudian, dia menaikkan kepalanya dan menatapku.
"Kalau Kazu-senpai benar-benar berharap begitu, aku dengan senang hati membuatmu merasa senang, tapi…"
"Tapi…"
"Tolong pertimbangkan apakah aku ingin berkencan denganmu."
"Ah, erm— Aku terlalu berlebihan. Maaf."
Aku meminta maaf padanya. Meskipun aku merasa ini adalah sebuah hadiah dalam hatiku, tapi aku tetap meminta maaf dengan tulus.
Arisu : Level 5 Spear Skill 3/Healing Magic 1  2 Skill Point 3  1