BAB 5
(Translater : Fulcrum)

Aliran pejalan kaki tak terhenti dibawah langit malam Shibuya. Namun, dari perspektif luas, itu hanya terbatas untuk Shibuya saja.
Pada larut malam, akan ada waktu singkat di mana tidak ada seorang pun yang keluar rumah, menciptakan sebuah kekosongan di beberapa tempat. Contohnya seperti gang-gang sempit di antara gedung-gedung tinggi dan pencakar langit dan taman kecil yang tersebar diantara persimpangan jalan-jalan besar dan jalan yang lebih kecil. Rasanya seperti lahan hijau yang sepi.
Tapi tetap saja, walapun tidak ada yang berjalan-jalan di tempat itu, bukan berarti tidak ada orang disana. Terdapat dua sosok humanoid[1] di taman itu. Salah satunya mengenakan mantel panjang dan syal dengan topi bundar yang menutupi matanya, benar-benar menutupi penampilan dan gendernya. Dan yang satunya lagi mengenakan mantel indah diatas sweter rajutan dan rok mininya dengan sepatu hak tinggi dan terlihat jelas kalau dia seorang wanita muda.
Setelah menyembunyikan mayat wanita muda itu dibawah kursi taman, individu yang memakai topi itu bangkit berdiri saat ada sosok baru yang datang ke dekatnya dan memulai pembicaraan.
(Masih tidak cocok?)
Mantel panjang, syal, dan topi. Sosok baru ini mengenakan pakaian yang sama dengan yang pertama dan bertanya dengan suara yang tidak bergetar di udara.
(Negatif. Kali ini koneksinya terputus setelah mentransfer replika, sama seperti sebelumnya, kita hanya bisa menyerap Psion dari darah sebelum replika kehilangan stabilitas dan kita dituntut untuk kembali.)
Individu pertama merespon kepada yang kedua dengan cara yang sama. Kedua sosok itu berkomunikasi menggunakan telepati.
(Jadi kita masih belum bisa melakukan replikasi?)
(Itu mustahil. Lagipula, kita sendiri adalah replika.)
(Hmm….. Kalau begitu, walaupun jika mereka memiliki kecocokan fisik, mereka tetap tidak bisa menjadi salah satu dari kita tanpa keinginan mereka sendiri.)
(Apa di dunia ini ada manusia yang tidak memiliki keinginan?)
(Maksudmu ada syarat lain?)
(Untuk menemukan kebenarannya, kita butuh lebih banyak sampel.)
(…..Hal itu tidak merubah apapun.)
(Sama seperti aku adalah aku dan dirimu adalah dirimu. Tidak ada yang berubah.)
(Kau benar juga….. Hmm?)
Dua sosok itu menghentikan percakapan telepati mereka dan menolehkan wajah mereka ke arah yang sama.
(Seseorang telah menerobos pelindung roh kita. Dua…. Tidak, tiga orang?)
(Aku menggunakan pelindung itu karena aku melakukan eksperimen. Sepertinya orang-orang ini cukup hebat.)
(Kita hanya berdua. Apa sebaiknya kita mundur?)
(Tidak, ini kesempatan langka. Tubuh orang yang bisa menembus pelindung roh ini mungkin cocok. Untungnya, salah satu dari mereka tampaknya terpisah dari yang lain. Kita seharusnya dapat mengatasi yang satu ini sebelum mereka bertiga bertemu kembali.)
(Aku mengerti. Apa kita memiliki pemikiran yang sama?)
Mereka berdua setuju. Meninggalkan mayat itu dibawah kursi taman, dua sosok itu menghilang ke dalam bayang-bayang lampu taman.
◊ ◊ ◊
Malam ini, Leo sekali lagi sedang berkeliaran di Shibuya. Tapi, ini bukan ‘jalan tanpa arah tujuan’nya yang biasanya. Dia menerima rincian mengenai individu mencurigakan dari teman dekatnya dan bergegas untuk memastikannya dengan mata kepalanya sendiri.
Bahkan Leo sendiri tidak tahu mengapa dia sangat termotivasi untuk melakukan hal seperti ini.
Rasa keadilan? Ada kejahatan lain yang lebih keji.
Daerah? Shibuya juga bukan daerahnya.
Penasaran? Jujur saja, dia tidak terlalu peduli dengan identitas asli pelaku itu.
Apapun yang terjadi, dia merasa kalau dia tidak bisa mengabaikan hal ini. Itu mungkin alasan yang paling cocok.
Setelah merenungkan perasaannya, Leo akhirnya menemukan kesimpulannya.
Berjalan di malam hari. Bergerak didalam kegelapan malam. Baru saja, dia mendengar serangkaian suara seperti suara serangga yang mengepakkan sayapnya. Suara tersebut tidak dalam spektrum yang dapat didengar manusia, tapi suara itu masuk kedalam kesadaran Leo.
Dia tidak dapat menjelaskan kenapa, tapi Leo tidak bisa hanya menganggapnya sebagai suara biasa. Meski begitu, insting Leo mengatakan kalau ini adalah suara orang sedang berbicara. Ini adalah suara orang yang menggunakan area perhitungan sihir didalam kesadaran mereka untuk berbicara. Mengikuti sumbernya, Leo secara bertahap semakin dekat dengan sumbernya.
◊ ◊ ◊
Stars adalah kekuatan tempur sihir utama USNA. Bisa dikatakan, tidak semua penyihir tempur Amerika adalah bagian langsung dari Stars. Kenyataannya, diantara tiga penyihir kelas Startegis yang secara resmi diakui USNA, hanya Angie Sirius yang berafiliasi dengan Stars. Dua yang lain berada di markas Alaska dan markas Gibraltar.
Walau begitu, hal itu tidak merubah fakta kalau sumber utama dari kekuatan sihir militer USNA berasal dari penyihir Stars. Terutama pada penyihir yang berkelas planet, karena mereka melambangkan ‘kekuatan tempur sihir terkuat di dunia’. Tepatnya karena Alfred Fomalhaut mengemban peringkat Planet, pengkhianatannya menimbulkan pukulan besar bagi komandan tinggi USNA. Pada pengkhianatan ini, USNA tidak bisa hanya mengeksekusi Fomalhaut saja. Mereka harus mengeksekusi semua pengkhianat sebagai peringatan bagi yang lain.
Saat ini, dua orang yang sedang bergerak di Shibuya pada malam hari juga merupakan pemburu yang dikirim USNA untuk mengejar para pengkhianat dan merupakan anggota dari unit ‘Stardust’. Sama seperti Stars, mereka juga berada langsung dibawah perintah Kepala Staf Gabungan, tapi mereka hanya beranggotakan mereka yang tidak bisa masuk kedalam Stars. Walau begitu, pasukan sihir ini tetap memiliki kemampuan tempur yang lumayan tinggi. Mereka sudah menyerah untuk mendaftar ulang dan sebagai gantinya mengasah bakat khusus mereka hingga setara dengan Stars. Itulah apa yang dimaksud menjadi Stardust. Kali ini, para anggota yang dipilih untuk memburu para pengkhianat adalah yang ahli dalam pengejaran. Mereka adalah penyihir yang telah ditempatkan di Jepang sebelumnya, tapi sebelumnya mereka hanyalah aset tidak aktif, dan ahli dalam mengidentifikasi gelombang Psion dan jejak sihir.
Malam ini, mereka akhirnya menemukan jejak Psion dari salah satu pengkhianat, anggota Stars Kelas Satelit, Charles Sullivan, kode nama ‘Demus Second’, dan sekarang dia sudah cukup dekat dengan target.
“Target ada di tempat terbuka didepan.”
Salah satu dari mereka berdua terhenti dan mengangguk pada perkataan temannya sebelum mengeluarkan terminal informasi dari mantel yang mereka kenakan. Setelah membuka peta, mereka memastikan kalau hanya ada satu jalan menuju taman itu. Ada satu di pintu masuk sebelah kiri posisi mereka saat ini dan juga di ujung kanan.
“Kita sudah mendeteksi satu target. Ayo kita serang dari kedua sisi. Aku dari kanan.”
Yang pergi adalah yang mengenakan mantel besar dan rok, sekilas menunjukkan paha dan sepatu botnya. Pakaian luarnya berfungsi untuk membaurkannya bergerak pada malam hari selagi menyembunyikan identitasnya sebagai tentara Amerika. Satu-satunya aspek khas penyihir perempuan ini adalah kalau mereka berbicara dengan nada normal.
“Baik...... Ayo kita bergerak, kita tidak punya banyak waktu. Ingat, serang disaat yang sama.”
“Aku mengerti.”
Dua pemburu itu berpencar ke kanan dan kiri.
Dibalik syal dan topinya yang ditarik ke bawah, kain abu-abu yang memiliki pola kelelawar hitam menutupi wajahnya. Tampilannya benar-benar tersembunyi, sosok dalam mantel panjang itu berjalan sambil mengawasi jalan keluar taman itu. Sebuah seringai muncul di ujung mulutnya yang tertutup kain.
(Pemburu itu berasal dari militer. Mereka benar-benar meremehkanku kalau mereka pikir hanya dengan dua anggota Stardust saja sudah cukup untuk mengalahkanku.)
(Hal itu didasarkan atas siapa kau sebelumnya.)
Mandapat telepati dari temannya yang menghilang, mahluk yang dulunya Charles Sullivan merubah kembali seringainya menjadi sebuah senyuman kecut. Sejak berubah menjadi mahluk seperti ini, tidak mungkin baginya untuk menyembunyikan apapun dari sesamanya. Tidak ada privasi sama sekali. Namun, Charles Sullivan yang sekarang tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya, ini hanyalah hal biasa dan tidak merasa terganggu sama sekali.
Saat dia memusatkan semua konsentrasinya pada apa yang ada didalam kepalanya, dia dapat mendeteksi apa yang sedang dipikirkan rekannya. Dengan adanya organ sensorik baru yang terletak diantara belahan kanan dan kiri otaknya, mereka dapat dengan mudah terhubung satu sama lain. Dia adalah sesuatu yang dikenal sebagai Charles Sullivan, tapi disaat yang sama dia juga bagian dari ‘mereka’.
(Aku mengerti. Karena pengetahuan mereka tentang tingkatanku adalah kelas Satelit, kita juga bisa memprediksi pergerakan mereka. Aku tidak perlu bantuan.)
Menanggapi komunikasi dari Sullivan, kali ini suara dengungan lebah mulai terdengar.
(Untuk berjaga-jaga saja, aku tetap akan bersiap-siap.)
Kontak antara kedua pihak tersebut terjadi sedetik berikutnya.
“Pengkhianat, Demus Second. Angkat tanganmu dan diam di tempat.”
Suara seorang wanita muda yang berteriak terdengar dari depan Sullivan. Disaat yang sama, sebuah gelombang suara bising yang menyerupai suara kaca pecah menyerangnya.
Sumber asli dari suara bising ini berasal dari gelombang Psion yang dihasilkan oleh Cast Jammer, sebuah alat yang dikembangkan oleh Puslitbang Tentara USNA untuk menghambat senjata dan alat-alat yang digunakan penyihir. Gelombang penghambat dari Cast Jammer tidak terdengar seperti suara bising biasa yang terjadi dalam Cast Jamming ketika menggunakan Antinite. Cast Jammer khusus menargetkan fungsi CAD. Dengan sengaja menggunakan beberapa CAD untuk menghasilkan gelombang Psion tambahan, ini secara langsung mengganggu pengolahan rangkaian aktivasi. Umumnya, jenis gangguan seperti ini hanya bisa terjadi ketika gelombang Psion seseorang saling mengganggu satu sama lain, tetapi melalui analisa tanda gelombang Psion lawan mereka, USNA telah berhasil menghentikan kerja sebuah CAD (sampai pada tingkat yang tertentu).
Itu bukanlah hal yang bisa digunakan semua orang. Untuk dapat menggunakan Cast Jammer, dibutuhkan Sihir Non-Sistematis tingkat tinggi untuk menghasilkan gelombang Psion. Selain itu, jarak efektifnya kurang dari 5 meter. Namun, sebagai cara untuk melawan sihir tanpa Antinite, Cast Jammer benar-benar merupakan andalan Tentara USNA saat ini.
Dihadapkan dengan senapan laras panjang, Sullivan mengangkat kedua tangannya diatas kepalanya sesuai perintah, dengan kedua tangannya yang terlihat dengan jelas. Perintah ini tampak agak tidak jelas bagi sebagian orang awam, tapi niatnya adalah untuk membuat target tidak dapat menggunakan CAD. Berdasarkan data yang dimiliki para pemburu itu, atau pengeksekusi saat ini, Demus Second tidak mampu menggunakan sihir tanpa CAD dan kemampuan fisiknya setara dengan tentara rata-rata. Bisa dikatakan, kemampuannya menggunakan sihir telah direnggut, ia tidak akan mampu melakukan banyak perlawanan terhadap mereka, yang merupakan seorang penyihir dan tentara modifikasi.
“Para petinggi telah memerintahkan untuk membunuhmu di tempat. Namun, jika kau membeberkan informasi kelompokmu, hukumanmu bisa diringankan.”
Setelah mendengar pemburu itu mengatakan penawarannya selagi jarinya masih di pelatuk, Sullivan mengangkat bahunya.
“Demus Second. Kau punya 10 detik untuk memutuskan.”
“Tidak, tidak perlu.”
Dia bingung dengan tidak adanya rasa takut atau kecemasan dalam nada Sullivan, itu mungkin karena dia belum menembakkan tembakan peringatan.
“Kalian berdua pasti Pemburu Q dan R dari Stardust.”
Setelah mendengar Sullivan menyebut kode nama mereka keras-keras, jarinya yang sedikit diregang olehnya sebelumnya sekali lagi eratkannya.
“Tidak mungkin kau bisa mengalahkanku.”
Disaat yang sama Sullivan menyatakan hal tersebut, terdengar sebuah suara tembakan. Berkat peredam, suara tembakan itu bisa mengecil hingga hanya sekeras suara senapan angin. Namun, peluru yang ditembakkan senapan itu dapat membunuh seseorang dengan mudah.
Sebuah erangan terdengar dari belakang Sullivan. Tembakan itu tidak menembus dada Sullivan yang tepat berada didepannya, tapi menembus lengan Pemburu R.
“Apa kau tidak dengar? Mereka pasti sudah mengatakan kepadamu untuk menghindari penggunaan senapan saat melawanku.”
“Ini Trajectory Alteration?”
Saat Sullivan merendah diri selagi mengatakan hal tersebut, Q menunjukkan ekspresi terkejut. Mereka tahu kalau Sullivan ahli dalam sihir yang merubah lintasan suatu proyektil, tapi mereka juga mendengar kalau dia tidak dapat menggunakannya tanpa CAD.
“Apa mungkin Cast Jammer itu tidak berguna………?”
“Salah.”
Sullivan tidak menoleh kebelakang selagi membantah perkataan dari R yang saat ini sedang menekan tangannya pada lengannya.
“Cast Jammer itu berfungsi dengan normal. Tetapi,”
Q dan R sadar kalau ekspresi di sekitar wajah Sullivan yang berada dibalik kain bergambar kelelawar hitam telah membentuk sebuah seringaian.
“Aku sudah lama tidak perlu menggunakan CAD.”
Q menyarungkan pistol dibalik roknya. Dua pemburu itu menarik belati dari lengan baju mereka dan menusuk Sullivan dari depan dan belakang.
Seorang manusia normal seharusnya tidak bisa menghindari serangan dari seseorang yang fisiknya telah dimodifikasi. Tapi, tubuh Sullivan yang seharusnya normal dapat dengan mudah menghindari serangan itu. Itu adalah bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan kemampuan atletik. Belati R, yang aslinya ditujukan pada leher Sullivan, secara tidak wajar telah berubah dan meluncur ke tempat lain. Seolah-olah ditarik oleh belati itu, belati Q meluncur didepan R dan berhasil menahan Sullivan sebelum dia mulai menyerang.
“Dia dapat merubah lintasan serang belati di tanganku!? Bagaimana caramu dapat menggunakan sihir sekuat itu?”
“Aku tidak perlu menjelaskannya padamu mengapa aku sudah bukan aku yang dulu.”
“Diam!”
Mendadak berapi-api, Q merubah arah serangannya ke bawah dan membolongi mantel Sullivan, menunjukkan adanya pelindung karbon dibaliknya. Segera setelahnya, R mendekat dan menyerang sela antara pelindung itu dengan belatinya.
“Ugh!”
Tapi tetap saja, belati R melenceng dari dada Sullivan saat dia berbalik badan. Lintasannya sekali lagi berubah, menyebabkan R kehilangan keseimbangan dan terengah-engah.
Seolah-olah menampilkan sebuah trik sulap, sebuah belati yang terlihat sama seperti yang dipegang oleh pemburu itu ada ditangannya.
Sullivan segera mengayunkan belati itu menuju punggung R.
Tapi, belatinya memantul kembali seolah-olah belatinya terkena dinding tak terlihat.
“Inertia Reversal!? Dan kekuatan sekuat ini!”
“Mayor!”
Kalimat Sullivan bertabrakan dengan teriakan Q.
Sullivan segera sadar maksud dibalik kalimat itu dan langsung menuju ke arah R, yang masih mencoba untuk mengembalikan keseimbangannya.
Kali ini, belati-belati berjatuhan dari langit.
Empat belati menyerang punggung Sullivan selagi dia melompat.
Tubuh Sullivan meluncur dengan hebat ke samping.
Lintasan lompatannya sebenarnya akan mengarah langsung menuju R, tapi ia dipaksa untuk bergeser ke kanan untuk menghindari belati-belati itu.
Saat ia mendarat, Sullivan segera melempar tubuh R ke arah Q dan empat belati ke arah mereka.
Belati yang terbang ke arah Sullivan berbalik arah sebelum mendarat di tanah, menghentikan serangan dari Q dan R.
Sullivan memanfaatkan celah ini untuk melompat ke dinding gedung pencakar langit.
Setelah tiga kali tendangan pada gedung pencakar langit itu, dirinya sudah sampai di atap bangunan yang membentuk gang di tempat itu.
Seorang penyihir dengan rambut merah menyala, mata berwarna emas, dan mengenakan topeng itu bermaksud untuk mengejar yang lain saat dia melihatnya mencoba untuk melarikan diri.
Namun, mengingat banyaknya Psion yang baru aktif yang tersebar di gang itu, dia menghentikan pengejaran itu.
Ralat, untuk mencegah munculnya korban baru, ia bergegas masuk ke dalam gang.
◊ ◊ ◊
Merasa kalau ketegangan makin tinggi menandakan akan adanya pertarungan, langkah kaki Leo malah berhenti. Dia tidak berbohong kepada Toshikazu ketika dia mengatakan dia tidak berencana melakukan sesuatu yang berbahaya. Instingnya mengatakan kalau daerah didepannya bukanlah tempat yang aman untuk dimasukinya hanya karena rasa penasaran.
Dia mengeluarkan terminal informasi dari sakunya dan menulis pesan yang ditujukan kepada Toshikazu seperti yang diperintahkan. Isinya sederhana sekali ‘Vampire itu disini’. Setelah melaporkan lokasinya, Toshikazu dapat segera menangkap pelaku pembunuhan berantai itu kalau dia ada di sekitar tempat itu. Leo berencana untuk meninggalkan area itu sebelum dia terseret ke dalam masalah, jadi dia berbalik, dan menemukan sosok yang terbaring dibawah kursi taman.
Rasa peduli dan hati-hati berseteru didalam dirinya, sebelum pada akhirnya rasa hati-hatinya kalah. Daripada mengatakannya sok berani, lebih tepatnya dia hanya kurang takut saja. Itulah kelemahan yang mendarah daging didalam keturunannya, sehingga bisa dikatakan, dia juga mewarisinya. Meski begitu, Leo tidak sepenuhnya ceroboh dan tetap berhati-hati dan pelan-pelan mendekati wanita muda itu.
“Hei, apa kau tidak apa-apa?”
Leo berhati-hati menjulurkan tangannya untuk mengguncang bahunya, tapi wanita itu tidak bereaksi sedikit pun. Saat dia menekan tangannya pada leher wanita itu, ekspresi Leo menegang. Tubuhnya dingin, tanpa adanya denyut nadi. Lupakan itu, walaupun denyutnya sangat lemah, setidaknya dia masih hidup.
Leo dengan panik mengeluarkan terminal informasinya dan mengirimkan panggilan darurat, kali ini ditujukan kepada ambulan dan bukan polisi. Tepat disaat Leo akan mengirimkan panggilan darurat tentang seseorang yang sedang diambang kematian;
Dia secara refleks menoleh ke belakang dan mengangkat tangannya yang memegang terminal ke depan wajahnya.
Terminal itu pecah berkeping-keping. Disaat Leo sudah dapat berdiri lagi setelah melompat ke belakang beberapa kali, dia sudah tahu kalau senjata musuhnya adalah tongkat lipat.
Sungguh musuh yang aneh. Dibalik topi bundar itu, hanya matanya saja yang dapat terlihat karena seluruh wajahnya ditutupi oleh topeng putih. Mantel panjang yang menutupi tubuhnya dari bahu sampai kaki membuat orang lain tidak bisa mengetahui gendernya. Tidak, lupakan masalah gender, Leo bahkan tidak dapat mengetahui apa yang dilawannya itu manusia atau bukan.
Didalam kesadaran Leo, terdapat suara kepakan sayap serangga, seperti sebelumnya. Tapi kali ini, Leo merasa kalau ini adalah ‘suara’ yang meminta rekannya untuk mundur.
Mengambil keuntungan kalau dirinya terganggu oleh suara itu, sosok bertopeng itu melaju ke depannya dengan sekejap mata. Leo tahu kalau itu Sihir Akselerasi Diri, tapi dia tidak bisa mendeteksi adanya rangkaian aktivasi apapun. Rasanya seolah-olah mereka secara langsung memanipulasi rangkaian sihir sebelum melaju kedepannya. Dia bahkan tidak punya waktu untuk menggunakan Fortifying Magic, maka Leo hanya bisa menggunakan lengan kirinya untuk menahan serangan tongkat lipat yang berayun didepannya.
Sesaat setelahnya, terdengar sebuah benda hancur.
Melihat tongkat lipat itu berubah bentuk, sosok bertopeng itu terlihat berhenti sesaat.
“Sakit!”
Leo memukul sosok bertopeng itu tepat di dadanya, menghasilkan dua suara benda keras bertabrakan satu sama lain.
Sosok aneh itu terdorong ke belakang sementara Leo mengibas-ngibaskan kedua tangannya seolah-olah sangat kesakitan. Tapi tetap saja, dia tampak tidak mengalami patah tulang. Lengan kirinya yang terkena serangan tongkat lipat itu sepertinya dapat bergerak bebas.
“Pelindung karbon dibalik mantel, huh? Persiapanmu cukup baik.”
Leo dalam hati menyesal tidak membawa senjata selagi tetap memerhatikan sosok bertopeng itu, yang dapat menyerangnya kapanpun. Firasatnya mengatakan kalau sosok bertopeng itu adalah ‘Vampire’.
Sosok aneh itu meninggalkan tongkat lipatnya dan merentangkan kedua tangannya kedepan. Di sisi kiri, kepalan kirinya diangkat setinggi dagu sementara kepalan kanannya setinggi dada. Posisinya terlihat seperti bela diri Cina, pikir Leo. Tapi tetap saja, ada satu hal yang tidak diperhatikannya. Ukuran kepalannya terlihat seperti kepala seorang perempuan.
Sosok aneh itu menyerang dengan angin. Sihir Akselerasi Diri ditambah Sihir Tipe Gerakan yang menggunakan angin.
Leo menggunakan jaketnya, yang sudah diberi Fortifying Magic, untuk menahan sayatan-sayatan angin.
Tangan musuhnya menusuk lengan kiri Leo.
Musuhnya berhasil menggenggam lengan kiri Leo.
Setelah itu, Leo mendadak merasa kekuatannya hilang, membuat kepalan tangan kanannya terhenti.
Musuhnya menjulurkan tangan kanannya menuju dada Leo, tepat diatas jantungnya.
Leo memaksakan kekuatannya pada saat-saat terakhir dan menggerakkan kepalan tangan kanannya lagi.
Tepat disaat tangan sosok bertopeng itu datang mengenai dadanya, tinju Leo menghantam titik tekanan utama pada pinggang sosok bertopeng itu. Dia lalu mundur kembali sementara Leo jatuh tersungkur.
Dia merasa kalau pukulannya tepat sasaran, tapi Leo tidak yakin apakah serangannya cukup kuat.
Jika dia kehilangan kesadaran saat itu, sepertinya dia akan mati. Tidak ada jaminan kalau hidupnya tidak akan berakhir di sini. Menyadari hal itu, Leo memaksakan dirinya untuk mengangkat kepalanya.
Sosok bertopeng itu sudah berdiri. Selagi dia menekan dadanya, jelas sekali kalau sosok itu kehilangan keefektifannya dalam bertarung. Namun, untuk alasan tertentu, sosok bertopeng itu tidak membunuh Leo atau bahkan berpikir melakukan hal seperti itu.
Melihat suasana seperti itu, Leo mengikuti tatapan sosok bertopeng itu untuk mencari tahu apa yang bagi Leo adalah ‘setan’.
Rambut merah berkobar dan mata emas. Mungkin karena dia yang jauh, ukuran tubuhnya tampak sedikit mungil, atau mungkin Leo sudah mulai hilang kesadaran.

Dalam kesadarannya yang kabur, Leo merasa melihat sosok itu melarikan diri ke sisi jalan, dengan diikuti seorang setan.
Sepenuhnya merubah dirinya menjadi penyihir bertopeng Sirius, Lina sempat terkejut setelah melihat Leo yang terbaring di sisi jalan. Walau begitu, itu hanya berjalan singkat sebelum Angie Sirius memilih untuk mengejar sosok itu. Pria dengan topeng kelelawar yang sebelumnya, Charles ‘Demus Second’ Sullivan, melarikan diri ketika Angie sibuk melindungi rekan-rekannya. Tidak mungkin dia akan membiarkan sosok bertopeng putih ini melarikan diri.
“Silvie, apa kau bisa melacak gelombang Psion?”
Pertanyaan Lina ditujukan kepada Silvie, yang masih berada di markas mereka. Sayangnya, jawaban Silvie tidak seperti yang diharapkannya.
“Maaf. Suara di sekitar terlalu bising, aku jadi tidak bisa menguncinya.”
“Bagaimana dengan kamera?”
Mendengar kalau radar Psion tidak dapat diandalkan, Lina langsung bertanya apakah mereka bisa menggunakan penggambaran satelit ketinggian rendah untuk melanjutkan pengejaran ini.
“Kita masih memiliki visual target. Namun, ada banyak hambatan didalam kota, jadi tidak tahu berapa lama kita dapat memertahankan visual ini.”
“Aku mengerti. Lanjutkan pengejaran.”
Mengetahui bahwa dia tidak bisa mengandalkan teknologi, Lina mempercepat kecepatannya. Jelas, jalanan di malam hari dipenuhi dengan aura pria dan wanita muda, menyebabkan sisa-sisa Psion sosok aneh itu hilang lebih cepat. Untuk menemukan sosok bertopeng yang melarikan diri dengan kecepatan super ini, Lina meningkatkan kecepatan Sihir Akselerasi Diri-nya.
Mungkin itu terjadi karena targetnya sadar kalau Lina berusaha mengejarnya, namun sosok bertopeng putih itu tiba-tiba mengubah rutenya. Sosok bertopeng itu beralih dari jalanan ramai yang dipenuhi orang-orang ke lereng sektor perumahan. Pemandangan lahan hijau mulai bertambah sementara jumlah manusia semakin berkurang.
Itu sebenarnya memudahkan Lina. Dengan berkurang orang di sekitar, lebih mudah baginya untuk membedakan Psion. Selagi kemungkinan dirinya kehilangan targetnya meningkat, dia kini semakin dekat dengan cetakan gelombang Psion targetnya. Dia hampir sampai, Lina memerkirakannya bersadarkan pengalamannya selama ini. Dia akhirnya menemukan targetnya, atau setidaknya itulah yang seharusnya terjadi, di sebuah taman.
Lina segera dikelilingi oleh kebisingan Psion.
(Cast Jamming!?)
Saat hal itu terlintas di pikirannya, Lina dengan cepat membantahnya. Sihir Akselerasi Diri-nya tidak menurun sedikit pun. Walaupun sihir seseorang menurun akibat Cast Jamming, masih ada rasa ‘tidak nyaman’ dan tidak terbiasa yang tetap dirasakan orang itu. Bahkan bagi Lina, tidak peduli seberapa hebat kemampuan sihir Sirius, mustahil baginya untuk tidak terkena efek Cast Jamming. Karena itu, kebisingan yang dirasakannya berasal dari sesuatu yang lain.
(Sialan!)
Lina segera menyadari maksud sebenarnya. Sebaliknya, dia secara pribadi merasakan itu.
Dia tidak bisa mengejar sisa-sisa Psion sosok bertopeng itu. Sisa-sisa itu tidak hilang, dia hanya tidak bisa membedakannya saja.
Lina akhirnya mengerti mengapa sosok bertopeng itu menggiringnya ke tempat yang sedikit orang. Tentu saja, lebih mudah baginya untuk mengenali gelombang Psion lawannya, namun itu juga berlaku sebaliknya. Kebisingan ini adalah jenis sihir jarak jauh. Dalam rangka menciptakan kebisingan ini hanya dirasakan Lina, sosok bertopeng itu membawa Lina ke lokasi terpencil di mana tidak ada seorang pun di sekitarnya.
(......Ini memalukan, tapi aku tidak bisa melakukan ini sendirian.)
“Mayor, apa yang terjadi?”
Mungkin khawatir akan Lina, yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, suara Silvie dari earsetnya terdengar agak gelisah.
“Aku kehilangan mereka. Aku kembali ke markas.”
Menyesal, tapi jujur saja, Lina mengakui kegagalannya.
◊ ◊ ◊
Hari-hari Chiba Erika dimulai saat subuh. Setiap fajar, latihan mati-matian adalah PRnya.
Sampai berumur 10 tahun, dia mengikuti perintah ayahnya tanpa mempertanyakannya sedikit pun.
Sampai berumur 14 tahun, saat dia diberitahu siapa dirinya sebenarnya, dia ingin menjadi pendekar pedang Chiba lebih dari siapapun.
Sampai bulan Maret lalu, dia selalu menjalankan kebiasaan ini.
Tapi, sejak bulan April lalu, sejak pertama kali ia bertemu dengannya, sekarang keinginannya telah berubah.
Dia ingin menjadi lebih kuat, dari tekadnya sendiri.
Sebelumnya, dia tidak memegang pedang sama sekali. Melihat kemampuan Erika dengan akurat, ayahnya dengan rajin membesarkannya menjadi seorang pengguna Secret Art – Yamatsunami, tidak, melatihnya untuk menjadi seorang pengguna Yamatsunami. Teknik itu menyerang seperti angin dan turun seperti kilat, sebuah teknik yang butuh kelincahan. Karena itu dalam pelatihannya, terutama pengkondisian kaki dan kemampuan berlari sangatlah penting. Pada hari-hari malasnya saat dia kehilangan tujuannya, semua perjuangan panjang yang diabaikannya tidak akan dilupakannya lagi sekali dia bersumpah pada dirinya sendiri untuk ‘menjadi lebih kuat dari dirinya yang sekarang’.
Pagi ini, Erika dibangunkan alarm jamnya dan bangkit dari tempat tidur. Dari sifatnya, Erika bukanlah tipe orang yang bangun pagi. Walaupun secara fisik dia sudah terbangun, secara mental dia belum sepenuhnya terbangun. Walau begitu, karena sudah terbiasa melakukannya berkali-kali, kebiasaan ini telah tertanam menjadi rutinitasnya, kakinya berayun di tempat tidur.
Melawan rasa kantuknya, kakinya tetap stabil saat dia berjalan menuju kamar mandi pribadinya. Meski menyebutnya kamar mandi pribadi, yang ada didalamnya hanyalah tempat mandi dan wastafel, tapi alasan Erika memilikinya di kamarnya adalah karena dia merupakan anah dari seorang kapitalis, dan bukan berasal dari keluarga biasa.
Kepala Keluarga Chiba tidak akan memperlakukan anak-anak mereka berbeda-beda setidaknya dalam masalah materi.
Pemanas airnya dimatikan bahkan saat di puncak musim dingin, membuat Erika menggunakan air es untuk mencuci mukanya dan akhirnya dia bangun sepenuhnya. Saat dia berdiri di depan lemarinya dan bersiap-siap untuk mengenakan baju olahraganya, dia sadar kalau mailboxnya berkedip berisi pesan-pesan notifikasi.
Ini masih belum fajar. Pada waktu setempat, sekarang masih jam 5:30 pagi. Kemarin malam dia tidur jam 23:30 dan tidak ada pesan belum terbaca sama sekali, menandakan kalau pesan-pesan ini dikirim larut malam.
Mungkin karena ada beberapa firasat buruk yang tidak bisa dijelaskannya, Erika segera membuka pesan itu.
Tepatnya karena mudahnya penggunaan, e-mail tetap masih dipakai hingga hari ini tanpa ditinggalkan sedikit pun. Sekali subjek pesan itu terlihat, alis Erika berkerut. Setelah selesai membaca surat itu, gigi Erika terdengar menggertak.
“Dasar kakak bodoh…… Apa yang dimintanya dari orang bodoh itu………”
Dengan emosi dia melempar piyamanya, dia mengganti pakaian dalamnya.
Dari lemarinya, Erika menaruh kembali baju olahraganya di tempatnya dan mengeluarkan sebuah sweter dan gaun.
Sebelum sekolah mulai, ada kabar buruk yang sampai pada Tatsuya saat dia akan berangkat.
Bukan dari telepon rumahnya, tapi dari pesan pada terminalnya. Biasanya, pesan disaat seperti itu terjadi karena ada bahaya besar, yang tentu saja membuat pesan ini terkesan mencemaskan. Tentu saja, kecemasan ini segera berubah dengan perasaan lain saat dia membaca pesan itu.
Pengirimnya adalah Erika.
“Onii-sama, apa itu berita buruk?”
Menyadari perubahan suasana hati kakaknya, Miyuki melihat kearah Tatsuya dengan tatapan khawatir.
Mencoba menghilangkan kekhawatiran adiknya, pikiran seperti itu tidak terlintas di kepala Tatsuya sampai saat itu.
“Aku menerima pesan dari Erika kalau Leo diserang Vampire dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.”
“…….Kau pasti bercanda, bukan?”
Media memiliki kemampuan untuk mendramatisir suatu hal. Contohnya, mengenai kejadian yang terjadi di kota-kota sebelah, asalkan media itu memiliki cakupan luas, atau bahkan berlebihan, hal ini bisa menimbulkan sebuah kesalahpahaman kalau ini adalah kejadian yang tidak membahayakan atau bahkan tidak nyata. Mendukung hal tersebut, sebuah eksistensi aneh seperti ‘Vampire’ melakukan tindak kriminal hanya makin membuat kejadian ini makin terasa tidak nyata. Walau begitu….
“Itu kebenarannya.”
Tidak peduli seberapa mendadak berita ini, tidak ada untungnya mengabaikan apa yang terjadi di depan mereka. Satu-satunya cara untuk dapat menemukan cara menanggulanginya adalah dengan menghadapi kejadian ini secara langsung.
“Sepertinya dia menjalani perawatan di sebuah rumah sakit polisi di Nagano. Untungnya, nyawanya tidak dalam bahaya, jadi kita bisa menjenguknya sepulang sekolah.”
“…Baik.”
Bagi Miyuki, Saijou Leonhart hanyalah salah satu teman kakaknya. Karena Tatsuya mengatakan tidak apa-apa untuk menjenguknya sepulang sekolah, maka Miyuki tidak punya alasan untuk menolaknya. ….Tentu saja, dia mengabaikan, apa yang sedang dipikirkannya.
◊ ◊ ◊
Hari ini, Erika tidak masuk sekolah.
Karena dia sudah mengabari Tatsuya, Mizuki, Mikihiko dan juga sekolah, orang-orang yang perlu mengetahui alasan dibaliknya ketidakhadirannya telah mengetahui alasannya.
Namun, Erika sedang merawar ruang perawatan Leo sebagai perawat (walau begitu, dia hanya duduk di bangku didepan ruangan itu), jadi tidak ada kakak kelas yang akan menyadarinya.
Karena mereka tidak wajib untuk masuk ke sekolah, waktu tidak menjadi masalah. Tapi tetap saja, mereka tidak menduga akan melihat mantan Ketua OSIS dan Ketua Manajemen Klub sebelumnya datang menjenguk seorang siswa yang tidak dekat dengan mereka. Kalau yang muncul adalah Ketua OSIS dan Ketua Manajemen Klub saat ini, maka semua akan terlihat masuk akal.
Katsuto diam-diam melirik Erika, yang masih duduk di pintu masuk, sebelum menunjukkan tatapan tak tertarik ke arah pintu.
Mayumi sedikit menunjukkan sebuah senyuman usil saat dia mengangguk untuk menyapa Erika dan juga menghadap ke arah pintu setelahnya.
Erika tidak mencoba untuk menghentikan Mayumi saat dia mencoba mengetuk pintu ruang perawatan itu.
Dia bukan disitu untuk merawat Leo, dia disitu hanya untuk menjaganya, lebih tepatnya, dia juga bukan menjaganya, dia melindungi Leo dari ‘tamu-tamu tak diundang’, jadi tidak ada alasan baginya untuk menghentikan Mayumi.
Erika berdiri dan pergi dari belakang mereka tanpa berpamitan pada kedua kakak kelasnya.
Tujuan Erika adalah salah satu ruang administrasi di rumah sakit itu.
Kakaknya dan tangan kanannya sedang berada di ruangan itu.
Saat Erika memaksa masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk terlebih dahulu, Toshikazu hanya bisa menunjukkan wajah canggungnya, diam-diam mencoba untuk menghindari tatapannya.
Wajah Toshikazu terlihat merah dengan jelas. Melihat wajah bengkak kakaknya sudah membaik, Erika menyesal tidak memukulnya lebih keras saat dia punya kesempatan. (Dia meninjunya daripada menamparnya kali ini.)
Selain itu, jarang sekali ‘kakak idiot’nya mau menerima pukulannya tanpa melawan sedikit pun.
Bahkan walaupun cuma sedikit saja, jika dia bisa melepaskan amarahnya yang terpendam yang tersisa dari masa remajanya, dia tidak akan membiarkan kesempatan ini terlewatkan begitu saja.
“…..Um, nona. Kau tidak akan memukulnya lagi, ‘kan?”
Fantasi gelapnya terganggu, Erika menatap Inagaki dengan tajam.
Berusaha menghindari sikap kasar Erika, mata Inagaki berputar-putar di ruangan itu.
Meskipun ayahnya tidak menganggapnya, Erika memiliki jumlah pengikut terbesar diantara murid-murid keluarganya.
Erika memiliki kepribadian yang ceria digabung dengan penampilannya yang memukau dan, yang paling penting, dia satu-satunya pengguna Secret Art – Yamatsunami. Dalam pertarungan langsung, dia tercatat dapat menggunakan Yamatsunami dengan mudah. Daripada bergantung pada hubungan darah yang dimilikinya sebagai putri dari Keluarga Chiba, dia menggunakan tehnik, kekuatan, dan karismanya sendiri untuk bisa naik menjadi hampir seperti idola dalam Keluarga Chiba.
Banyak murid-murid keluarganya yang ambruk, dihadapan keindahannya.
Sebelum itu, Inagaki tidak berada dalam kategori yang sama dengan Erika. Jika disebut lawan bertarung, ia hanya akan menjadi mainan baginya. Dengan kemampuannya yang luar biasa dan meroket dalam setengah tahun terakhir, lawan yang layak untuk Erika dalam aliran Chiba mungkin hanya kepala keluarga Chiba saat ini dan kedua kakak laki-lakinya saja. Fakta kalau kemampuan Erika yang melebihi tingkatannya tidak bisa dibandingkan dengan kakak perempuannya yang kemampuan berpedangnya biasa-biasa saja, fakta yang telah diketahui oleh semua murid keluarganya.
“Kakak.”
Toshikazu dengan enggan menghadapkan wajahnya pada Erika, untuk menjawab panggilan adiknya. Walaupun nadanya lebih maskulin, hal itu cocok dengan ketidaksenangannya yang ditutup-tutupi wajahnya.
“Saat ini, orang itu seharusnya mendapat kunjungan dari keturunan langsung Keluarga Saegusa dan Juumonji, bukan?”
Kau tahu pasti mengapa mereka disini, ‘kan? tatapan Erika diam-diam menginterogasinya.
Punggung Inagaki terasa lebih tegang mendengar perkataan tajam Erika dan tatapan marahnya, tapi Toshikazu tidak semudah itu dikendalikan adiknya.
“Kemarin malam, wanita yang diselamatkan bersama Saijou-kun tampaknya seseorang dari Keluarga Saegusa.”
“Dan apa hanya itu?”
“Perintah dari atas. Mereka bilang, jangan menginvestigasi lebih jauh lagi.”
Dia melebarkan tangannya dan mengangkat bahunya.
Mendengar jawaban yang sudah diduganya, Erika mendecak.
“Mengesampingkan Kasumiseki, Sakuradamon masih dalam yurisdiksi keluarga kita, bukan?”
“Tapi yurisdiksi divisi kami adalah Kasumiseki.”
“Tidak berguna sekali.”
Meskipun bergumam marah padanya, Erika berpikiran jernih dan tidak terbawa kemarahannya.
“Penyadap?”
“Dimatikan saat mereka memasuki ruangan. Aku tidak pernah mengira Multiscope milik Elfin Princess sehebat itu.”
Elfin Princess berasal dari julukan Mayumi ‘Elfin Sniper’, dan merupakan julukan yang digunakan oleh para pendukungnya di kompetisi sihir menembak. Karena istilah elf cenderung membuat orang teringat dengan sosok mahluk kecil, julukan itu sedikit tidak terasa layak untuk Mayumi, tapi juga karena alasan yang sama tidak ada orang yang menggunakan julukan itu didepannya.
“Jadi kita menjadi makin tidak berguna….. Kalau begitu, bagaimana kalau kita pasang alatnya diluar ruangan?”
“Tidak akan terdengar karena adanya pelindung suara. Itu mungkin Phalanx milik Juumonji.”
Mendengar jawaban Inagaki, Erika bahkan tidak ingin untuk mengatakan ‘tidak berguna sekali’.
“Kalau begitu kita hanya bisa berspekulasi saja. Kau punya firasat, bukan.”
Toshikazu hanya bisa mengangkat bahunya lagi, dibawah tatapan Erika.
“Hanya berspekulasi? Sepertinya Saegusa sedang menyembunyikan si korban.”
“………Menyembunyikan mayatnya, maksudmu?”
Mendengar ‘spekulasi’ yang jauh dari dugaannya, Erika tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya sebelum kembali bertanya.
Menyembunyikan mayat seharusnya berarti menghancurkan barang bukti, dan walaupun pada dasarnya berbeda dari menyingkirkan (meninggalkan atau menghancurkan) mayat pembunuhan dari pihak yang berwenang, hal itu tetap saja melanggar hukum. Bahkan walaupun Sepuluh Master Clan memiliki hak diluar hukum, menghalangi penyelidikan polisi tentang serangkaian pembunuhan berantai tetaplah………
Setelah mendengar sejauh ini, Erika menyadari konotasi gelap dibaliknya.
“Dengan kata lain, insiden 'Vampire' ini berhubungan dengan penyihir, kan?”
“Mungkin. Kecuali kita tidak tahu kalau itu korban atau kaki tangan.”
“Korban? Akan benar-benar masuk akal kalau seorang penyihir melakukan kejahatan sehingga mereka tidak akan menyerahkan mayat itu dan mencoba untuk membuangnya sendiri. Kalau bahkan seorang penyihir menjadi korban, mengapa mereka menyembunyikannya dari polisi?”
Mendengar kata-kata agresif adiknya, Toshikazu menunjukkan senyuman penuh arti.
“Ya, begitulah intinya. Kasus ini tidak terlihat sederhana sekarang, bukan?”
◊ ◊ ◊
Sepulang sekolah.
Tatsuya memimpin kelompoknya ke rumah sakit polisi di Nagano untuk menjenguk Leo. Setelah mengetahui nomor ruang perawatan Leo di resepsionis, mereka naik dengan lift. Namun, disitu ada seseorang yang memanggil nama mereka.
“Semuanya sudah sampai sekarang.”
“Erika, kau masih disini?”
Inti masalahnya sudah disampaikan pada pesan Erika tadi pagi. Kakak tertua Erika bertanggung jawab atas kasus Vampire, Leo diminta untuk membantu penyelidikannya, tapi sayangnya dia terkena masalah. Karena telah membuat Leo memikul tanggung jawab itu (tapi tidak bertanggung jawab atasnya), Erika meminta libur untuk menjenguk Leo di rumah sakit. Setidaknya, begitulah isi pesannya.
Namun, mereka menerima pesan itu sebelum sekolah dan sekarang sudah hampir sore. Tatsuya cukup tepat menggunakan kata ‘masih’.
“Bukan berarti aku disini sepanjang hari. Aku sudah pulang ke rumah tadi dan kembali lagi sekitar sejam yang lalu. Aku merasa kalau Tatsuya-kun akan mengajak yang lain sekitar jam ini.”
Ketika mereka semua masuk ke dalam lift, Erika menjawab pertanyaan Tatsuya.
Suara dan ekspresinya tidaklah aneh seperti orang yang berbohong.
Kecuali, kenyataan kalau dia benar-benar normal hanya memerdalam kesan kalau itu semua palsu. Pada titik ini, Erika mungkin satu-satunya yang tidak menyadarinya.
“Erika-chan, apa Leo-kun akan baik-baik saja….?”
Mizuki berdiri tepat disamping Erika didalam lift saat ia diam-diam menanyakan pertanyaannya. Walaupun mereka sesaat lagi akan mengetahuinya dengan mata kepala mereka sendiri, dia mungkin masih agak gelisah. Emosi ini berbeda dari satu orang ke orang lain, sehingga beberapa orang mampu mengendalikan kekhawatiran mereka.
“Jangan khawatir, Mizuki. Bukankah sudah kukatakan di pesan? Nyawanya tidak dalam bahaya.”
Meski begitu, hal ini juga tergantung pada kemampuan setiap orang. Melihat Mizuki menarik napas lega dan menepuk dadanya sendiri, Erika menunjukkan tatapan hangat padanya, tetapi jika yang melakukan hal itu adalah laki-laki, Erika tanpa diragukan pasti akan marah tanpa ampun.
Bahkan jika tidak seorangpun mengatakannya, Mizuki pasti bukan satu-satunya yang memikirkan hal yang sama. Setelah beberapa saat suasana mereka hening canggung, Erika mengetuk pintu menuju ruang perawatan Leo.
“Ah, silahkan masuk.”
Sebuah suara wanita muda terdengar dari dalam ruangan.
“Kaya-san, permisi.”
Meninggalkan teman-temannya yang bingung di belakangnya, Erika membuka pintu dan dengan cepat melangkah masuk. Pada saat ini, yang pertama kembali sadar, tentu saja adalah, Tatsuya.
Sebelum tirai ruangan itu menutupi Erika, ia memasuki ruang perawatan itu.
Miyuki tepat di belakangnya. Melihat hal ini, Honoka juga bergegas masuk, diikuti Mizuki dan Mikihiko masuk setelah bertukar pandang dan menutup pintu di belakang mereka.
Dalamnya luas dan tak diragukan lagi ruang perawatan kelas tinggi, orang yang menyambut mereka adalah Leo, yang sedang duduk di tempat tidurnya dengan ekspresi bosan di wajahnya, dan seorang wanita muda dengan rambut pirang abu yang duduk di kursi lipat didekatnya.
Dia mungkin 4-5 tahun lebih tua dari mereka. Rambutnya berwarna sama seperti pemilik Eine Brise, yang memberi kesan kalau mereka memiliki kebangsaan yang sama. Dalam hal ciri-cirinya, kalau mereka agak memaksakan dan memperhitungkan perbedaan gender mereka, dia akan terlihat persis seperti Leo, yang dengan jelas mengisyaratkan kalau dia berhubungan darah dengan Leo.
“Ini adalah Saijou Kaya-san, kakak Leo.”
Sebelum mereka bisa bertanya, Erika memperkenalkan mereka dengan wanita muda itu. Identitasnya seperti yang telah diduga Tatsuya dan kawan-kawan.
Kaya berdiri dan dengan hormat mengangguk ke kelompok Tatsuya sebagai salam. Meskipun tidak terlalu anggun atau terlatih dengan baik, itu tetap saja masih pada tingkat yang tidak bisa ditiru seorang siswa biasa.
Setelah semuanya bertanya tentang kesehatan Leo, Kaya mengambil vas bunga dan meninggalkan ruangan itu. Sementara dia permisi untuk mengganti air, alasan yang tak dikatakannya adalah karena dia ingin memberikan mereka privasi.
“Kakak yang begitu baik.”
Mizuki bergumam saat Kaya menghilang melalui pintu. Itulah perasaan sejatinya, itu tidak dilebih-lebihkannya.
Tatsuya juga memiliki perasaan yang sama, dan tidak ada seorang pun yang tidak setuju.
Namun, Leo sedikit menunjukkan ekspresi yang berlawanan, mengingatkan semuanya kalau setiap keluarga punya kejelekan masing-masing.
“Astaga, ini menyebalkan.”
Oleh karena itu Tatsuya tidak bertanya lebih lanjut padanya. Bagaimanapun juga, situasi keluarga Leo tidak ada hubungannya dengan Tatsuya.
“Aku tidak percaya kalian melihatku seperti ini.”
Leo mengatakannya dengan malu. Tidak ada konflik lagi didalam dirinya.
“Sekarang kalau aku lihat, kau tidak terlihat terluka.”
“Aku tidak semudah itu untuk dipengaruhi. Bukan berarti aku tidak melawan.”
“Dimananya yang terluka?”
Tatsuya menanyakan hal yang wajar, melihat senyuman berani Leo.
Mendengar pertanyaan itu, senyuman Leo menghilang.
“Itulah yang tidak kumengerti......”
Bisa dikatakan, bukan karena itu dia murung. Ekspresinya menunjukkan kalau dia belum menyerah, tapi dia ragu-ragu mengatakan apa yang terjadi dengan sejujurnya.
“Saat aku bertemu dengan orang itu, tiba-tiba aku merasa seperti kehilangan semua kekuatanku. Aku berusaha untuk memberikan serangan terakhir, yang mana dia melarikan diri, sementara itu aku tergeletak di tanah sampai kakak Erika menemukanku.”
“Apakah kau terkena racun?”
“Yah, mau dimanapun mereka periksa, tidak ada bekas luka goresan atau tusukan pada tubuhku. Juga tidak ada zat-zat asing di darahku.”
Sebenarnya, situasinya sangat aneh. Tatsuya juga memiringkan kepalanya sementara itu sekarang ganti Mikihiko lah yang bertanya kepadanya.
“Apakah kau melihat mereka?”
“Yah, aku memang melihatnya. Mereka memakai topi, mantel panjang dengan pelindung karbon dibaliknya, dan topeng. Mustahil untuk bisa melihat ciri-ciri wajah atau fisik mereka, tapi......”
“Tapi?”
“Aku punya perasaan kalau dia seorang wanita.”
“......Seorang wanita memiliki kemampuan untuk bertarung satu lawan satu dengan Leo?”
“Itu belum pernah ada.”
Erika segera membalasnya pada Mikihiko yang terbelalak.
“Dengan obat yang tepat, bahkan seorang gadis SD dapat mencekik seorang pria dewasa.”
“Itu memang benar..... Tapi.”
“Tapi?”
“Ada kemungkinan juga kalau yang kau hadapi bukanlah manusia saat itu.”
“Eh? Miki...... Apa kau menghubung-hubungkannya dengan hal-hal seperti Vampire?”
Mendengar gumaman Mikihiko, Erika segera membalasnya dengan terkejut.
“Namaku Mikihiko.”
Nada suaranya tetap santai, tapi ia masih tidak ingin dipanggil seperti itu. Kelihatannya Mikihiko memiliki respon otomatis terhadap hal itu. Di sisi lain, respon Erika tidaklah salah. Pembicaraan mereka memang menarik untuk sebuah pembicaraan santai, tapi orang-orang yang memang percaya akan Vampire, bahkan di antara para penyihir, sangatlah sedikit
“Apakah kau tahu sesuatu?”
Namun, reaksi Tatsuya tidak berpihak pada yang percaya maupun yang tidak percaya. Tatsuya tidak percaya pada setan dan hantu, tapi dia juga tidak menutup kemungkinan kalau mahluk seperti itu memang ada.
Mikihiko ragu untuk sejenak sebelum dia dapat menjawab pertanyaan Tatsuya dengan percaya diri.
“Aku rasa ada kemungkinan kalau yang ditemui Leo adalah ‘Parasite’.”
“Parasite? Maksudmu bukan secara harfiah, bukan?”
Melihat Erika memiringkan kepalanya, dia sepertinya tidak menganggap perkataan Mikihiko sebagai lelucon. Kali ini dia benar-benar penasaran. Didukung oleh sikap Erika yang seperti itu, Mikihiko memulai penjelasannya.
"Paranormal Parasite, alias Parasite. Di zaman modern dimana keberadaan dan kekuatan sihir telah dipublikasikan, Sihir Modern bukan hanya satu-satunya hal yang mencari kerjasama internasional. Sihir Kuno tidak bisa diam begitu saja, jadi globalisasi tidak dapat dihindari. Para pewaris Sihir Kuno telah menyelenggarakan banyak konferensi internasional yang berpusat di Inggris, yang bertujuan untuk menetapkan kedudukan dan konsep dan perbaikan diri mereka. "
“Aku tahu kalau Sihir Kuno lebih progresif dalam bidang kerjasama internasional. Tapi apa hubungannya?”
Mikihiko mulai mengumpulkan tenaga saat Tatsuya memotong penjelasannya, menyebabkan Mikihiko sampai batuk-batuk dan menenangkan dirinya.
“Parasite juga merupakan salah satu yang diakui. Monster, roh-roh jahat, jin, setan, dari berbagai negara berbeda, kami menyebut para mahluk yang merasuki manusia dan merubah manusia menjadi mahluk lain sebagai Parasite. Bahkan jika Sihir Kuno telah mendunia, itu masih tidak merubah fakta kalau mereka menyimpan rahasia itu untuk diri mereka sendiri, sehingga tidak heran bahwa semua orang di sini yang memiliki latar belakang Sihir Modern tidak mengetahuinya.”
“Aku tidak percaya monster dan jin benar-benar ada......”
Setelah mendengarkan penjelasan Mikihiko, Honoka bergumam dengan ketakutan.
Tatsuya menaruh tangannya pada bahu Honoka.
“Di masa lalu, tidak ada yang percaya kalau sihir itu ada. Namun, kita dapat menggunakan sihir. Bahkan jika kita tidak menyadari keberadaan mereka, tidak ada alasan untuk takut.”
Itu bukanlah reaksi Tatsuya yang biasanya. Dia tahu kalau perkataannya akan berperan besar bagi Honoka.
Itulah sebabnya Tatsuya menarik kembali tangannya setelah Honoka terlihat tenang dan Tatsuya yakin kalau dia telah berhasil menghilangkan kegelisahan itu. Tentu saja, dia juga menyadari bagaimana Honoka merenungi kesempatannya yang hilang, tapi dia pura-pura tidak menyadari.
“Jadi itulah identitas Vampire yang sebenarnya.”
Setelah itu, ia melirik Mikihiko. Tidak ada gunanya merasa terlalu takut, tapi dia juga sadar kalau akan berbahaya juga jika dia mengabaikannya.
Tanpa langsung menjawab pertanyaan Tatsuya itu, Mikihiko menunjukkan tatapan serius pada Leo.
“Leo.”
“Um, apa?”
Leo kewalahan oleh semangat di mata Mikihiko.
“Bolehkah aku memeriksa wujud spektralmu?”
“Wujud spektral?”
Ternyata istilah wujud spektral itu tidak diketahuinya, melihat bagaimana Leo hanya bisa mengulangi kembali perkataannya. Pada tingkat tertentu, ini bukan kesalahan Leo, karena baik istilah ‘wujud spektral’ ataupun ‘wadah jiwa’ tidak digunakan dalam Sihir Modern, dan bukan karena Leo tidak mempelajarinya
“Wujud spektral adalah istilah yang mengacu pada badan informasi yang terbentuk seperti tubuh fisikmu, tapi perbedaannya wujud spektral menghubungkan tubuh fisikmu dengan rohmu.”
Mikihiko menggunakan ujung jarinya untuk melacak sebuah ‘wujud spektral’ besar.
“Kunci dari wujud spektral adalah kehidupan, atau energi kehidupan. Monster yang memakan daging dan darah manusia dikatakan mengambil energi kehidupan dari daging manusia.”
“Dengan kata lain, meskipun Vampire mengisap darah, apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan adalah menghisap energi kehidupan?”
Mikihiko mengangguk dengan ekspresi serius pada perkataan Erika.
“Vampire meminum darah dan Ghoul memakan daging, tapi terutama karena mereka tidak hidup, mereka seharusnya hanya tertarik dengan energi kehidupan. Setidaknya, apa yang para tetua Sihir Kuno katakan padaku bisa dipercaya.”
“Berdasarkan hal tersebut, seharusnya tidak mengejutkan untuk bertemu seorang Vampire yang menghisap energi kehidupan, huh.”
Tatsuya bergumam setelah mendengar perkataaan Mikihiko.
Menanggapi hal tersebut, Mikihiko mengangguk sekali lagi.
“Jika aku bisa memeriksa wujud spektral Leo, aku rasa seharusnya aku dapat mengetahuinya. ...... Jujur saja, aku tidak yakin kalau insiden Vampire ini disebabkan oleh manusia biasa. Kejadian ini selalu terlihat lebih daripada sebuah pembunuhan berantai biasa, dan bukan hanya karena tidak ada jejak darah yang diambil. Instingku sebagai pengguna Sihir Kuno mengatakan seperti itu, kecuali aku tidak punya bukti. Justru karena itu hanya firasatku, aku tidak pernah memberitahu siapapun tentang Parasite. Namun, bahkan sekarang Leo telah diserang.”
“Lakukan saja Mikihiko.”
Leo mengabaikan perkataan Mikihiko. Mikihiko membutuhkan waktu yama lama untuk memproses makna di balik kalimat singkat itu.
“......Apa kau yakin?”
“Ya. Sebenarnya, lebih terasa seperti aku memintamu untuk melakukannya. Kita tidak akan bisa melakukan sesuatu kalau kita tidak mengerti penyebabnya.”
Makna dibalik perkataan Leo berisi pengampunan. Menanggapi kepercayaan yang diberikan padanya, ekspresi Mikihiko menegang lagi saat ia memasukkan tangannya ke dalam tas disamping kakinya.
Memegang jimat yang ditulisi dengan tinta hitam, Mikihiko menggunakan media tradisional yang bahkan tidak terlintas di pikiran Tatsuya untuk mengecek keadaan Leo, dan dia gagal untuk menutupi kekagetannya. Lebih seperti, dia bahkan tidak pernah berpikir untuk melakukan itu.
“Bagaimana aku harus mengatakannya...... Walaupun Tatsuya memiliki kategorinya sendiri, Leo, apa kau benar-benar manusia ......?”
“Hei, kejam sekali dirimu.”
Perkataannya bisa dianggap sebagai lelucon, tetapi ketika dikatakan dengan nada serius, bahkan Leo tidak bisa tertawa.
Suasana hati Leo jelas terpengaruh.
Namun, Mikihiko sudah sangat terkejut sampai-sampai dia tidak menyadarinya, atau lebih seperti dia bahkan tidak bisa menyadarinya.
“Tidak, tapi...... Bagaimana bisa kau masih sadar? Kebanyakan penyihir akan pingsan jika kehilangan banyak energi kehidupan.”
“Mengesampingkan apa itu energi kehidupan, apa kau bisa mengetahui berapa banyak yang hilang?”
Ekspresi Tatsuya menunjukkan betapa terkesannya dirinya, yang mana dibalas dengan sebuah senyuman dan anggukan dari Mikihiko.
“Itu karena wujud spektral dan tubuh fisik memiliki bentuk yang sama. Karena jumlah energi kehidupan seseorang tidak sama, jumlah asli energi kehidupan dibanding dengan yang sekarang terasa lebih atau kurang bisa dideteksi.”
Mikihiko menyipitkan matanya dan sekali lagi menunjukkan ekspresi berpikir keras pada Leo.
“Saat ini energi kehidupan Leo, jangankan merangkak, rata-rata orang bahkan tidak akan bisa tetap sadar setelahnya. Untuk dapat duduk dan berbicara seperti ini, kemampuan fisikmu pasti luar biasa.”
Bagi Mikihiko, apa yang dikatakannya terlintas begitu saja di pikirannya.
Namun, frasa "kemampuan fisikmu pasti luar biasa" menusuk hati Leo karena modifikasi pada genetiknya memang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan fisik.
“Mungkin. Tubuhku memang telah dirancang khusus.”
Walau begitu, Leo tetap tersenyum. Dia tidak berencana untuk mempermasalahkannya pada orang yang memang tidak mengetahuinya.
“Bagaimanapun juga, sekarang aku merasa lemah karena mendengar seorang wanita bertopeng menghisap energi kehidupanku. Apa begitu?”
Leo menahan kegelisahan didalam hatinya dan bertanya.
“Aku rasa seperti itu, tapi.......”
“Tapi?”
“......Karena ini terjadi selama pertarungan dan mereka memiliki kemampuan untuk menghisap energi kehidupan hanya dengan kontak langsung, maka seharusnya tidak ada alasan bagi mereka untuk menghisap darah. Sementara aku tidak tahu bagaimana cara mereka dapat mengambil darah tanpa meninggalkan luka tapi...... Mengapa Parasite ini membuang-buang waktu dan tenaga untuk melakukan sesuatu yang tidak penting seperti menghisap darah?”
Bahkan Tatsuya pun tidak punya jawaban atas pertanyaan Mikihiko. Sebenarnya, itu karena darahnya hilang bukan karena disedot, jadi sekarang mereka tidak punya cara untuk menemukan kebenarannya.
Waktu berkunjung telah berakhir dan kelima orang tersebut meninggalkan ruang perawatan Leo.
Kelima orang itu adalah Tatsuya, Miyuki, Mikihiko, Honoka, dan Mizuki.
Erika mengatakan kalau dia harus bertemu dengan kakaknya, Toshikazu, dan tinggal lebih lama.
Walaupun tak satu pun dari mereka paham maksud perkataannya, sekali lagi, tidak ada satu pun dari mereka yang mempermasalahkannya.
“Ngomong-ngomong, Mikihiko.”
“Hm?”
Tiba-tiba mendengar namanya dipanggil, Mikihiko menghentikan pembicaraannya dengan Mizuki dan beralih ke Tatsuya.
Miyuki dan Honoka mengapit Tatsuya.
Walaupun mereka tidak menggandeng tangan Tatsuya, jarak tubuh mereka cukup dekat sehingga terlihat seperti tidak ada perbedaan.
Biarlah semua orang populer terbakar. Tidak ada yang dapat megetahui pemikiran Mikihiko.
Tidak peduli apa yang dipikirkan Mikihiko, Tatsuya tidak akan mempermasalahkannya.
“Ada satu hal yang lupa kutanyakan.”
Sebenarnya, ia sengaja tidak menanyakannya untuk berjaga-jaga jika ada penyadapan. Bahkan bagi orang lain pun, susah sekali untuk membuat Tatsuya mengatakan informasi yang berbahaya.
“Apa itu?”
“Mengenai makhluk seperti setan dan Parasite, apa kejadian seperti ini sering terjadi?”
Meskipun mereka tidak sedang makan, Mikihiko hampir tersedak mendengarnya.
Karena nada acuh Tatsuya, Mikihiko mendengarkan pertanyaan Tatsuya dengan santai, hanya untuk mendengar sebuah pertanyaan yang dalam.
“……Tidak, mereka benar-benar langka. Walaupun dalam cerita-cerita mereka dikatakan bersembunyi dan siap melakukan hal-hal jahat, sebagian besar itu hanyalah penyihir yang menyamar seperti mereka. Contohnya saja, keluarga kami percaya kalau kami telah berhasil menemukan identitas asli dari roh Gunung Oyama yang terkenal sebenarnya hanya seorang penyihir dari Timur Tengah.”
Tanpa disadari, Mikihiko mengusap dagunya seperti seseorang dalam ‘postur merenung’.
“Kemungkinan seorang penyihir untuk bertemu dengan roh agak…. Mungkin sekali dalam sepuluh generasi. Walau begitu, biasanya pertemuan seperti itu terjadi karena kebetulan saja. Kejadian seperti roh-roh yang mengganggu manusia yang membutuhkan pengusiran dari penyihir mungkin hanya terjadi sekali dalam ratusan tahun di seluruh dunia.”
“Namun, insiden Vampire ini mungkin disebabkan oleh ‘roh asli’.”
“Aku yakin seperti itu.”
“Apa menurutmu ini hanya kebetulan?”
“Walaupun aku tidak bisa mengatakan pastinya, tapi kemungkinannya hampir nol……”
Jawaban Mikihiko sangat hati-hati.
“Saat sejarah telah berkembang menuju zaman modern, aktivitas-aktivitas roh telah menurun. Aku tidak ingin percaya kalau kejadian ini muncul begitu saja.”
Setelah mendengar jawaban Mikihiko, Tatsuya dengan lembut mengatakan ‘Tentu saja’.
Setelah memastikan Tatsuya dan yang lain telah pulang dan Kaya telah kembali ke ruangan, Leo berbaring lagi ke tempat tidur karena kelelahan. Walaupun Erika masih di ruangan itu, Leo sudah memaksakan dirinya melebihi batasnya.
“......Terserah lah, lagipula aku sudah tahu semuanya. Tidak perlu memaksakan dirimu lagi, ya? Kau sudah terlalu memaksakan diri.”
“...... Aku hanya akan...... mengganggap itu sebagai pujian yang…….jujur.”
“Itu yang sejujurnya. Pujian, maksudku.”
Melihat Leo mencoba menutup matanya dengan susah payah, Erika menunjukkan senyum hangatnya.
“Um, Erika-san...... Apakah adikku akan baik-baik saja?”
Namun, melihat hal tersebut, Kaya kelihatannya tidak menganggapnya lucu sama sekali.
“Jangan khawatir. Aku sudah menghubungi dokter terbaik yang diketahui Keluarga Chiba. Aku tahu akan sedikit sulit bagimu untuk mengerti mengingat kau bukan penyihir, tapi kekurangan energi kehidupan butuh lebih banyak waktu untuk pulih kembali daripada pulih dari kelelahan fisik. Semua prosedur pemulihan yang diperlukan telah dilakukan. Setelah itu, obat yang paling baik adalah istirahat yang cukup, jadi dia akan baik-baik saja setelahnya.”
Kaya kaget dianggap sebagai orang biasa. Walaupun Erika menyadarinya, dia tidak akan mencoba menghiburnya.
“Kalau begitu, aku akan pergi dulu ke tempat kakakku. Jika kau butuh sesuatu, jangan sungkan-sungkan dan panggillah para perawat, rekan kakakku, atau bahkan diriku.”
Erika membungkuk kepada Kaya dan meninggalkan ruangan itu.
Leo tidak berniat menegur Erika atas sikapnya.
“Nona, bisakah kau sedikit lembut?”
Saat dia masuk ke sebuah ruangan yang mendengar semua pembicaraan di ruang perawatan Leo, Inagaki berbicara dengan Erika.
Walaupun maksud perkataannya tidak jelas karena ada beberapa kata yang tidak dikatakannya, Erika tahu persis apa maksudnya. Bisa dikatakan, Erika menganggap itu sebagai hinaan.
“Aku tidak berencana untuk meminta satu penyihir pun untuk merawatnya. Tidak peduli orang tua atau saudara kami, mereka semua menolak untuk menangani masalah ini. Aku rasa menjaga tingkat hubungan seperti ini sudah cukup. Ngomong-ngomong………. Kau mendengar apa yang dikatakan disana.”
Kalimat terakhirnya ditujukan kepada Toshikazu.
Kakak tertua Erika duduk di kursi dengan kedua tangannya dilipat dibelakang kepalanya sebelum dia melepas ­earsetnya dengan kasar dan meluruskan semuanya.
“Menarik sekali. Lalu, mendengarkan putra kedua Keluarga Yoshida berdiri dengan teorinya sendiri, Erika, apa rencanamu?”
“Dengan keadaan seperti ini, tidak peduli kalau dia benar.”
Membosankan sekali, tatapan menghinanya tampaknya ditujukan pada Toshikazu yang masih duduk di kursi.
“Walaupun hanya untuk sebentar, orang itu termasuk murid aliran Chiba dan salah satu dari kita. Mengenai itu, aku secara pribadi mengajarinya tehnik berpedang, jadi secara teknis dia merupakan murid pertamaku. Tidak ada guru yang hanya akan diam saja melihat muridnya dipuluki.”
“Alasan yang tidak masuk akal.”
“Tidak ada apa-apa disana, jadi berhentilah memancingnya. Walaupun mereka tidak nyata, ada banyak alasan untuk menerima pertarungan itu. Aku tidak tahu apa Vampire itu laki-laki atau perempuan, tapi mereka lah yang mulai menyerang. Apa yang harus kita lakukan hanyalah menerimanya.”
Bahkan Toshikazu tidak tahu apa Erika sedang mengatakannya dengan jujur atau berbohong.
Satu-satunya hal yang diketahuinya adalah Erika benar-benar serius akan itu, itu saja.
◊ ◊ ◊
Disaat yang sama Tatsuya menjenguk Leo, Lina telah sampai di cabang Maximilian Devices di Tokyo. Itu adalah tempat dimana Michaela Honda bekerja dibawah samaran Mia Honda, dan juga salah satu tempat pertemuan rahasia untuk para pasukan pemburu pengkhianat.
Bahkan tanpa gelar seorang mahasiswa sihir, tidaklah jarang melihat seorang siswa SMA mengunjungi tempat produksi CAD. Sebuah surat dari kedutaan dan seragam SMA 1 membuat Lina dapat melewati semua pemeriksaan keamanan dan masuk dalam ruang konferensi, dimana dia bertemu dengan dua anggota Stardust yang diselamatkannya kemarin malam tepat waktu, yang sedang mengenakan rok ketat dan tunik.
“Mayor, terima kasih atas bantuan anda kemarin malam.”
“Santai saja.”
Lina meminta kedua anggota Stardust yang memberi hormat kepadanya untuk duduk sebelum dia juga duduk di sofa. Setelah menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam, rambut emasnya berubah menjadi berwarna merah menyala.
Warna rambut dan wajah yang benar-benar berbeda yang benar-benar berbeda dari Angelina Kudou Shields.
Tapi tetap saja, kedua anggota Stardust itu tidak menunjukkan sedikit pun ekspresi terkejut pada wajah mereka. Gadis dengan mata warna emas didepan mereka adalah Angie Sirius.
“Kalian berdua, bagaimana dengan luka kalian kemarin malam?”
“Sudah hampir sembuh. Hal itu tidak akan mempengaruhi misi kami.”
Mendengar kedua pemburu itu menyebut diri mereka hanya sebagai alat, Lina, tidak, Angie Sirius mengerutkan alisnya, tapi itu hanya memperdalam kesan kejamnya daripada menunjukkan ketidaksenangannya.
“Apa seperti itu. Kalau begitu berikan laporan kalian.”
“Baik, bu.”
Lina sendiri merasa kalau sebutan itu tidak cocok dengan dirinya, tapi sepertinya mereka menyadarinya.
“Setelah mengikuti jejak Demus Second, kami menggunakan Cast Jammer berdasarkan apa yang ada di profil target. Namun, Cast Jammer tidak bekerja pada Demus Second.”
“Apa dia mempengaruhi kerja Cast Jammer?”
“Negatif, Cast Jammer berfungsi dengan normal. Berdasarkan perkataan Demus Second, dia sudah tidak memerlukan CAD lagi.”
“Tidak perlu CAD lagi……. Apa itu berarti Sersan Sullivan telah mencapai spiritualisasi?”
“Saya sependapat.”
Merespon kecurigaan Lina, para pemburu itu mengiyakan kecurigaannya.
“Demus Second saat ini tidak memerlukan CAD untuk menggunakan Trajectory Alteration.”
“Jadi tidak ada sihir lain yang digunakan.”
“Tepat sekali.”
“Mengenai hal itu, Demus Second memiliki kemampuan fisik yang superior dibandingkan dengan tubuh modifikasi kami.”
Meningkatnya kemampuan fisik para pengkhianat tersebut adalah suatu informasi baru. Lina sedikit menolehkan kepalanya sebelum dengan hati-hati menanyakan pertanyaan selanjutnya pada mereka.
“Apa gelombang Psion Sersan Sullivan telah berubah?”
“Setidaknya, kami berhasil mengindentifikasinya.”
“Selama pengejaranku, Aku menduga dia membuat kontak dengan rekan-rekannya. Namun, aku tidak bisa mengamati tanda gelombang Psion orang itu.”
“……..Maafkan saya. Tapi kami tidak mendeteksi tanda gelombang Psion lain selain milik Mayor dan Demus Second.”
Lina menutup matanya dan merenungkan hal itu untuk sesaat.
“…….Sepertinya data lama kita sudah tidak berguna. Mulai dari hari ini, lanjutkan pengawasan pada pengkhianat yang kalian temukan jejaknya dan jangan menghadapinya. Tunggu sampai aku sampai terlebih dahulu.”
“Baik, Bu.”
Membalas hormat kedua anggota Stardust yang telah berdiri, Lina meninggalkan ruangan itu.
Di lorong Maximilian Devices cabang Tokyo, Silvia sedang menunggu Lina.
“Komandan, lewat sini.”
Mendengarnya, Lina yang berambut merah dan bermata emas mengikuti Silvia. Tempat tujuan mereka adalah ruang ganti perempuan bagi para karyawan.
“Lewat sini, Mayor. Aku sudah memastikan tempat ini kosong.”
Mengikuti Silvia setelah dia mengunci pintunya, Lina dengan cepat melihat sekeliling ruang ganti tersebut dan hanya menghela nafas setelah mendengar suara kuncian pintu itu.
Rambut dan iris matanya berubah warna.
Rambut merahnya berubah pirang dan warna emas pada matanya kembali berwarna biru.
“Seperti yang kuduga, ini terasa lebih nyaman. Dibanding terus-menerus menggunakan ‘Parade’, lebih susah menyembunyikan kemampuan untuk menggunakan sihir.”
“Mayor, tidak ada waktu lagi. Tolong cepatlah ganti baju sebelum para karyawan datang.”
Silvia segera mulai menegur Lina yang bersantai.
Lina mengangkat lehernya dan mulai berbincang-bincang dengan Silvia selagi berganti baju.
“Sepertinya para pasukan pemburu tidak dapat mengidentifikasi tanda gelombang Psion dari orang bertopeng putih itu juga.”
“Benarkah……. Tampaknya ada perbedaan kekuatan yang jauh antara para pemburu dan pengkhianat.”
Mungkin itu karena dia sudah punya firasat kalau Lina akan mengatakannya, tapi suara Silvia tidak terlalu terkejut. Tapi tetap saja, ada aura kecewa pada dirinya.
“Ngomong-ngomong, mengapa mereka menyerang orang Jepang?”
Hanya mengenakan pakaian dalamnya, Lina bertanya kepada Silvia saat dia sedang akan mengenakan seragam SMA 1nya.
“Apa maksudmu dengan mengapa?”
Tidak dapat mengetahui maksud pertanyaan itu, Silvia kembali bertanya dengan bingung.
“Mereka kan sedang dikejar. Seharusnya, bukankah mereka akan mencoba untuk menyembunyikan keberadaan mereka sebisa mungkin?”
“Ah, jadi itu maksudmu.”
Saat ini, Silvia akhirnya paham apa yang dimaksud Lina. Apa yang ingin ditanyakan Lina adalah mengapa para pengkhianat mengambil risiko identitas mereka terbongkar hanya untuk menyerang orang Jepang.
“Aku juga tidak tahu, kecuali……”
“Kecuali apa?”
Setelah mengganti stockingnya dengan sepasang celana dan sedang di tengah memasang gaunnya, Lina memintanya untuk melanjutkan perkataannya.
“Aku hanya merasa kalau ini ada hubungannya dengan kekuatan baru yang mereka miliki.”
“Kekuatan baru…. Maksudmu kemampuan Vampire untuk menyedot darah tanpa meninggalkan bekas luka?”
Setelah memakai jaket luar dan gaunnya, Lina tetap terus menanyakan pertanyaannya selagi menata rambutnya.
“Walaupun aku tidak yakin apa kita harus menyebut mereka Vampire, tapi…….Lina, apa yang sedang kau lakukan?”
Tepat disaat Silvia akan menyampaikan pemikirannya, tatapannya sekali lagi teralihkan pada Lina.
Hanya untuk melihat seorang gadis cantik dengan rambut pirang menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat kedua sisi gaunnya didepan cermin selagi bergaya.
“Eh, tidak, ini……”
Melihat atasannya segera kembali bersikap normal dan menundukkan wajahnya yang tersipu, Silvia hanya bisa menarik nafas dalam.


[1] Sosok yang memiliki kemiripan dengan manusia.