PERTARUNGAN PENGHABISAN DI PUSAT PELATIHAN
(Translater : SF)

Aku tidak tahu sudah berapa banyak waktu yang telah berlalu.
Meski kakiku sudah terasa kebas, dan aku merasa frustrasi, tapi aku tidak bisa membangunkan Arisu yang sedang tertidur lelap, dan juga aku tidak memiliki keberanian untuk menjahili dia yang sedang tidur, jadi aku hanya bisa memandangi wajahnya yang sedang tidur.
Akulah orang yang mendorongnya ke medan perang.
Aku memanfaatkan gadis ini yang lebih muda dan lebih lemah dariku sebagai perisai, sementara aku bersembunyi di tempat yang aman saat bertarung..
Sebagai seorang pria aku sedikit merasa bersalah karena melakukan hal itu.
Jika hanya di sebatas rasa kebas di kaki, itu bisa dianggap sebagai semacam balas budiku untuknya…...
Aku yang selalu berpikiran picik seperti itu, mungkin adalah seorang pengecut.
Hmm, menjadi seorang pengecut tidaklah terlalu buruk. Aku akan bergantung pada akal sehatku untuk bertahan hidup.
Aku teringat pemandangan yang terlihat dari atas tebing.
Seseuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya, seekor burung besar di padang rumput, dan para Orc yang menyerang kami.
 "Dunia lain" hanya itu yang terpikir olehku.
Bahkan jika kita lolos dari para Orc, berhasil meninggalkan sekolah, dan turun dari gunung, rumah kita mungkin tidak ada lagi di sana.
Jadi itulah alasan dari keberadaan ruangan itu.
Dan itulah alasan kenapa skill-skill itu ada.
Di dunia ini nampaknya hal itu seperti sebuah lelucon, dan seperti sebuah permainan, namun kenyataannya, kita harus bertahan hidup.
"Aku tidak ingin mati"
Sekitar 2 atau 3 jam yang lalu, aku berikir untuk menghabisi rekanku , dan untuk hal-hal lain di masa depan aku bisa memikirkannya nanti sampai saat itu tiba.
Tapi untuk sekarang, aku hanya perlu memikirkan bagaimana cara untuk bertahan hidup.
Aku sempat berpikir, mungkin sebelum aku merasakan pertempuran yang sebenarnya, aku telah memiliki pengalaman yang lebih realistis terhadap "Kematian". Sekarang setelah aku tahu, bagiku , kematian lebih menakutkan dari apa yang aku bayangkan selama ini.
Jadilah pengecut, dan kemudian gunakan kekuatan Skill-skill ini untuk bertahan hidup.
Untuk tujuan ini, aku harus menggunakan Arisu.
Karena itu , jika hanya rasa kebas di kaki itu tidaklah seberapa.
Sambil berpikir, aku merasa waktu sudah lama berlalu.
Arisu bergerak. Dia membuka mata dan mengusap matanya dengan mengantuk.
Ah - Dia menyeka air liurnya dengan tangannya.
Fooo - lalu dia mengeluarkan sebuah suara lucu, dan menguap ......
Lalu matanya yang diarahkan ke bawah, menatap mataku.
"Wah!"
"Selamat pagi"
Aku menyapanya dengan nada bercanda. Arisu menjerit dan berguling dari pahaku.
Setelah itu, dia berlutut kepadaku dan meminta maaf,
"Maaf, maaf".
"Bagaimanapun waktu tidak bergerak di ruangan ini, jadi apa masalahnya?
"Ta..tapi!"
"Dan wajahmu saat tertidur sanggat menggemaskan."
"Ka…kau melihatnya!"
"Aku sangat menikmatinya"
Arisu pun berteriak dengan wajah yang memerah "Tolong lupakan itu!" Sambil memukul kepalaku. sedangkan aku hanya bisa terduduk.
Alasan mengapa aku terduduk, adalah karena kakiku terlalu kebas sehingga aku tidak dapat berdiri.
…Setelah kembali ke dunia nyata, apakah kakiku sudah tidak lagi merasa kebas ? 
Harusnya begitu. Bahkan jika kau beristirahat cukup lama di dunia ini, begitu kau kembali ke dunia nyata kau akan tetap merasa sama lelahnya sebelum kau masuk.
Jadi, bahkan jika kau terluka di dunia ini, begitu kau kembali ke tempat semula, luka itu akan sembuh?
Lalu, bagaimana jika kau menggunakan sihir di dunia ini?
Aku punya banyak hal yang ingin kucoba , tapi hal itu harus dikesampingkan.
Kami harus kembali ke medan perang dan bertarung melawan para Orc.
Kami harus meninggalkan ruang yang waktunya terhenti ini, dan kembali ke dunia yang kejam.
"Kazu-senpai, haruskah aku meningkatkan Rank Heal Skill ?"
Arisu telah naik level menjadi level 3.
Spear Skill Rank 2, Heal Skill Rank 1.
Menggunakan 2 poin yang baru didapat, meski tidak bisa digunakan untuk menaikkan Skill Spear, tapi bisa digunakan untuk meningkatkan Heal Skill ke Rank 2. Tapi ... ...
"Tidak, kurasa menyimpannya dulu akan lebih baik."
Kataku
"Hanya dengan menaikkan Spear Skill Rank 1 ke Rank 2, kau dapat mengalahkan para orc dengan mudah , jika kau menaikkannya 1 Rank lagi, ke Rank 3, maka kau mungkin bisa menghadapi situasi dimana kau dikepung oleh para orc. "
"Itu semua berkat Support Magic Kazu-senpai. "
Efek Support Magic memang bagus, karena dengan meningkatkan kemampuan fisiknya , Arisu bisa mendapatkan keuntungan saat bertarung dengan para Orc.
Karena itu, untuk terus mempertahankan keadaan ini, aku merasa bahwa dia harus meningkatkan Spear Skill sebagai prioritas.
Aku mengatakan pemikiranku kepadanya.
"Bailkah, aku akan mengikuti kata-katamu."
Arisu setuju ...... Tidak, dia setuju untuk mengikuti pemikiranku, dan duduk di depan komputer.
Dia menarik napas dalam-dalam.
"Mari kita kembali. "
"Baik. "
Kami akan kembali ke medan perang yang seperti neraka itu. Pembunuhan akan segera dimulai kembali.
Arisu menekan tombol konfirmasi.
Di detik berikutnya, kami  kembali ke lounge Pusat Pelatihan.
Pusat Pelatihan penuh dengan bau yang membuat orang merasa ingin muntah.
Arisu melirk kembali tubuh telanjang gadis yang dinodai oleh para Orc sebelum dibunuh dan menggelengkan kepalanya, sebelum berbalik menatapku.
Aku berjalan beberapa langkah ke lounge, dan mengamati balkon kosong di lantai 2.
Suara kaki yang berderap cepat bisa terdengar dari lantai 2, mungkin saja para Orc di lantai 2 telah mengetahui bahwa ada penyusup.
Ada 2 jalur yang menghubungkan lounge ke lantai 2, terletak di sisi kiri dan kanan Lounge .
"Arisu, jika ada orc yang datang dari sisi kiri, kau akan mengurusnya. aku akan memikirkan cara untuk melakukan sesuatu di sisi kanan dengan Puppet Golem. "
"Baiklah! "
Akan buruk kalau kita dikelilingi oleh musuh. Aku dan Arisu sampai di bawah sisi kiri dan sisi kanan tangga.
Melihat ke atas, kami hanya melihat 2 Orc yang berjalan dengan lambat dengan tubuh gemuk mereka sedang menuruni tangga Tapi karena tangga terlalu sempit, maka mereka hanya bisa berjalan dengan mengantri.
Kesempatan bagus. Aku memerintahkan Puppet Golem untuk menangani para Orc, dan pada saat bersamaan berlari menuju ke arah Arisu.
Arisu berdiri di sisi kiri tangga, menunggu 2 orc turun.
"Sisi kanan juga ada 2! Kita akan mengurus mereka terlebih dahulu!
Sambil mengatakan demikian, aku meneriakkan Summon Puppet Golem
Dan kemudian Puppet Golem yang kedua muncul di belakang Arisu.
"Keen Weapon,Physical Up,Mighty Arm"
Aku menggunakan sihir untuk memperkuat Puppet Golem, dan memberi isyarat kepada Arisu.
MP sekarang / MP Maksimum  = 7/21
MP ku sudah hampir mencapai batas.
Aku ingin menyimpan MP, dan menggunakannya untuk Support Magic.
Pertarungan ini, hanya bisa bergantung pada kekuatan serangan fisik .
"Arisu!"
"Ya, aku akan menyerang!"
Arisu mundur selangkah, dan berdiri di samping Puppet Golem yang baru dipanggil. Salah satu orc tidak bisa menunggu dan melompat turun dari tangga, mengarahkan pedangnya ke Arisu ... ...
Puppet Golem maju selangkah, dan memblokir serangan itu dengan perisai.
Golem itu hampir jatuh, tapi akhirnya masih dapat bertahan .
Bagus, Kau hebat, Golemku. Lakukan yang terbaik.
Aku bersorak untuk itu sambil mengepalkan tanganku yang berkeringat.
Yang bisa ku lakukan hanya bersorak.
Di sisi lain, orc yang serangannya diblokir, kehilangan keseimbangannya lebih parah dari pada Puppet Golem.
Arisu menusuknya, dan ujung tombak logam menusuk perut si orc.
Orc mundur dengan gemetar ... ...
Tongkat Pupet Golem  memukul kepala orc.
Orc jatuh, tidak lagi bergerak.
Orc lain yang melihat ini, sangat marah.
Ia turun dari tangga, memegang pedangnya dan bergegas menuju Arisu.
Arisu dengan cepat membuat jarak dengan orc, dan bersembunyi di balik Puppet Golem.
Perisai Puppet Golem sekali lagi memblokir serangan orc.
Arisu merendahkan posisi tubuhnya, dan menggunakan tubuh Puppet Golem sebagai tumpuan , dan berputar berlawanan dengan arah jarum jam.
Orc tidak bisa menyadari kehadirannya untuk sesaat.
Metode pertarungan ini mirip dengan bagaimana dia menangani orc di lounge.
Saat itu dia menggunakan tubuh orc yang baru saja dikalahkannya, dan sekarang dia merendahkan posisinya tubuhnya dan menggunakan Puupet Golem yang lebih kecil untuk menyembunyikan dirinya .
Saat orc bisa melihat Arisu lagi, tombaknya sudah menusuk tenggorokan manusia babi itu yang tidak punya waktu untuk melindungi dirinya sendiri.
Pergerakan Arisu sangat mengesankan. Dia menggunakan otaknya saat bertarung  tidak hanya semata-mata mengandalkan skill-skillnya, dia selalu mengambil tindakan yang paling tepat untuk memberikan musuhnya serangan yang fatal.
Mungkinkah dia punya bakat tempur yang spesial?
Arisu menatapku yang terkejut sesaat, sebelum berlari ke tangga kanan yang mana
Puppet Golem pertama bertahan dengan putus asa. Dengan cepat aku berusaha mengejar Arisu.
Puppet Golem kedua juga menyusul di belakangku.
Berkat Arisu, 2 Orc lainnya di tangga kanan juga dihabisi dengan cepat.
Aku naik level.
Kami dikirim ke ruangan putih.
Ah, nampaknya setelah mengalahkan orc itu, experienceku cukup untuk naik ke Level 4.
Dan sekali lagi, tidak ada banyak hal yang harus dilakukan, karena aku tidak mendapat Rank Up Skill, dan juga tidak tidak terlalu perlu untuk menyusun ulang strategi.
Arisu dan aku sekali lagi mengonfirmasi rencana tindakan kami di ruangan putih.
"Pertama, kirim Puppet Golem untuk mengintai kamar pada lantai 1. Lalu pergi ke lantai 2, dan cari sisa Orc. "
Karena kami tidak bisa memprediksi kapan musuh akan menyerang kami.
Maka Puppet Golem digunakan sebagai umpan.
Arisu adalah kekuatan tempur utama. Jika ini adalah sebuah drama, maka aku akan pergi untuk mengintai terlebih dahulu, lalu berkata kepadanya "Aku serahkan padamu", Maka dia akan menjawan "Serahkan padaku", kemudian dia pergi menuju medan perang--
Ah ~ Tapi seorang Arisu yang akan mengatakan "Serahkan padaku" kedengarannya sedikit menjengkelkan.
"Bahkan jika kita menemukan siswa yang masih hidup, kita juga harus menghabisi para Orc sebagai prioritas. "
"Baiklah. "
"Jika kita memenuhi situasi yang tidak dapat kita tangani, maka kita harus melarikan diri tanpa ragu-ragu. Kau paham? "
"Sekalipun kita menemukan siswa yang masih hidup ......?"
"Selama kita masih hidup, kita bisa kembali. Jika kita mati, maka tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka. "
"......Aku mengerti. "
Arisu mengangguk enggan.
"Baiklah, ayo kita pergi. "
Aku menekan tombol konfirmasi.
Jadi kami kembali ke lounge Pusat Pelatihan sekali lagi.
Pertama, kami mencari setiap kelas di Lantai 1, dan pada akhirnya kami tidak melihat tanda-tanda keberadaan Orc.
Pada saat ini, Orc di lantai 2 menuruni tangga.
Tapi, tapi mereka dapat ditangani oleh Arisu dengan cepat .
Orc yang berasal dari lantai 2, berjumlah 3.
"Tidak apa-apa. Ayo naik. "
Aku membiarkan Puppet Golem berjalan di depan, dan dengan hati-hati berjalan sampai ke lantai 2.
Sangat sunyi di sekitar balkon lantai 2.
"...... Seharusnya tidak ada Orc disini."
Aku berjalan beberapa langkah di koridor tanpa curiga.
Tepat saat aku berjalan melewati persimpangan, aku dengan naif berpikir bahwa tidak ada apa-apa, dan seketika .
"Bahaya, Kazu-senpai."
Mendengar teriakan Arisu, aku menoleh untuk melihat lagi.
Seekor orc kebetulan menunjukkan dirinya di ujung koridor, dan langsung melemparkan kapak ke arahku .
Sial .
Aku tiba-tiba tidak bisa bereaksi , tubuhku membeku. Ini seperti saat menyeberang jalan , lalu melihat mobil tiba-tiba melaju dengan liar, dan kau membeku di tempat.
Ini adalah refleks manusia.
Dikatakan bahwa di pelatihan militer, tentara akan terus berlatih, menjadi terbiasa , dan
Benar-benar menghilangkan refleks yang tidak berguna ini agar bisa bertahan hidup.
Tentu saja, aku bukan seorang tentara. Jika kau bersikeras, aku hanya seorang siswa sekolah menengah yang kurang bagus dalam olahaga.
Kapak yang dilemparkan oleh orc, akan mengenai kepalaku.
Di mataku, semua tampak seperti gerak lambat.

Tiba-tiba tubuhku jatuh ke samping. Ketika aku menyadarinya sebenarnya Arisu-lah yang bergegas ke arahku dan mendorong ku ke bawah, aku telah jatuh ke lantai.
Sebuah erangan kesakitan terdengar dari gadis yang mencoba menahan rasa sakitnya. Aku mengangkat kepalaku dan hanya melihat Arisu yang menekan bahunya yang penuh darah. Kemungkinan kapak itu telah mengenainya.
Orc bergegas mendekat. Dengan cepat aku menyuruh 2 Puppet Golem untuk menghadang
.Arisu juga segera mengangkat tombaknya, bersiap untuk membantu.
Orc itu langsung terluka parah.
Arisu Level Up.
Di ruang putih.
"Arisu, mengapa kau menyelamatkanku ?"
"Apa yang kau maksud dengan mengapa ... ..."
Arisu terlihat kebingungan saat menatapku.
Itu benar, dipertanyakan oleh seseorang yang kau selamatkan, seseorang pasti akan berpikir "Apa ada yang salah dengan orang ini? "
"Di dalam hatiku, pikiran aku harus menyelamatkannya  muncul, jadi tubuhku bergerak dengan sendirinya. "
"Karena pemikiran itu, kau hampir mati ...... Tidak, maaf, kau telah menyelamatkanku, bagaimana aku bisa mengatakan ini? Aku  bicara terlalu banyak, tolong lupakan kata-kata itu.
"Ya, ya. "
Aku menarik napas dalam-dalam. Apa yang membuatku sangat marah? Kenapa aku begitu marah dengan Arisu?
Mungkin karena Arisu menyelamatkanku dengan sepenuh hati.
Dengan mengalahkan Orc ini, Pertarungan Penghabisan di Pusat Pelatihan harusnya hampir selesai.
Baginya, meski tanpa aku, dia seharusnya bisa menghadapinya sendirian.
Tapi dia melangkah keluar, dan menyelamatkanku. Dalam sudut pandang untung dan rugi, jelas sekali itu adalah kerugian baginya.
Tapi, mengapa dia bisa mengorbankan dirinya sendiri seperti itu?
Aku jelas tahu apa jawabannya.
Karena tindakannya untuk menyelamatkanku, tidak didasarkan pada keuntungan atau kerugian atau akibat dari pemikiran logis.
Aku telah mencurigainya. Aku pernah memikirkannya sebelumnya, bahwa dia benar-benar berbohong kepadaku , dan bahkan tindakannya hanyalah sandiwara belaka. Bahwa dia memiliki tujuan di belakangnya?
Ini benar-benar bodoh. Dia telah memutuskan untuk menyelamatkan ku dari awal, karena dia adalah orang yang seperti itu.
Tiba-tiba aku merasa bahwa aku adalah orang yang sangat tercela. Tidak, sebenarnya, aku adalah seorang yang tercela, kotor dan seorang pengecut.
Aku baru saja memutuskan bahwa tidak peduli apa pun yang terjadi apapun akan kulakukan agar aku bisa selamat.
Meski begitu, melihat Arisu, aku ... ...
"Apa yang salah? "
Pandanganku tanpa sengaja bertemu dengan seorang gadis yang wajahnya penuh keraguan.
Rasa sakit yang tajam terasa di dadaku. Tak tahu mengapa, aku diam-diam memalingkan wajah.
Dengan cepat aku menemukan alasan, dan menjawab Arisu yang memiliki tatapan ragu.
"Jika semuanya baik-baik saja maka itu bagus."
"...... Hmm, ya aku baik-baik saja. "
Luka di bahu Arisu, bisa disembuhkan dengan Heal, tapi sekarang seharusnya tidak perlu untuk menaikan rank Healing Magic
Oleh karena itu, Arisu meningkatkan Spear Skill ke Rank 3. Dengan ini, dia bahkan tidak membutuhkanku lagi.
Seharusnya seperti itu.
Arisu: Level 4 Spear Skill 2→3Healing Magic 1 Skill Point 4→1