CINTA SANG IBLIS
(Part 1)
(Translater : Fuu ; Editor : Qwerentz)

Bagian 1
Pagi hari.
Ruang kelas normal di SMA 1 Shibuya.
Jam ke empat di hari itu adalah belajar mandiri. Mendapat belajar mandiri sebelum jam istirahat siang, artinya waktu istirahat akan lebih lama untuk semua siswa. Jadi, banyak siswa telah meninggalkan ruang kelas.
Meskipun begitu situasinya, tidak ada seorang pun yang mengelak dari pekerjaannya. Jika saat itu waktu untuk belajar mandiri, semua orang akan ambil bagian di berbagai bentuk pembelajaran. Jika mereka tidak mendapatkan hasil yang baik di ujian ilmu sihir rutinan, mereka akan menghadapi kemungkinan di keluarkan. Ditambah lagi, para pelajar juga dipaksa saling beradu satu sama lain; sedikit saja kecerobohan dapat berakibat kematian.
Itulah mengapa, semuanya menaruh usaha terbaik mereka.
Rumornya jika seseorang mendapat pengakuan di sini, mereka akan diberikan posisi yang tinggi “Mikado no Oni”. Jadi, semua orang menanggung harapan dan impian yang mereka dambakan dan bekerja keras.
Setengah dari isi kelas telah meninggalkan ruangan.
Guren tidak berpindah tempat. Di sisi lain, ia menderita karena kekurangan tidur.
Shinya, yang sedang duduk di sebelahnya, merosot pada meja dan sekarang ini berada di alam mimpi. Barangkali ia tidak mendapatkan istirahat yang cukup. Akan tetapi, berada di sekolah dengan musuh-musuhnya, Guren pasti tidak mau tidur walau hanya sebentar pun.
Guren memandang dengan iri ke Shinya yang sedang tidur melalui matanya yang sudah berat sebelum memandang keluar jendela.
Dari penglihatan sekelilingnya, ia melihat rambut merah pengganggu mendekat.
Itu adalah Mito.
Di tangannya ada papan permainan shogi. Barangkali, dia kemari untuk pertandingan shogi?
Saat ia mendekat, Mito menyembunyikan papan shogi di belakang punggungnya. Sepertinya Guren merasa ragu kalau ia harus membuka fakta bahwa ia mengetahui Mito menyembunyikan itu.
“UWAHHHH~”
Ia menguap dan lupa tentang masalahnya.
Mito bertanya.
“Ada yang salah? kurang tidur?”
“Iya.”
“Menjaga kondisi tubuh juga kewajiban bagi pengikut “Mikado no Oni” Kau harus taat pada itu."
Tentu saja, ia menyebalkan. Jika Guren menjawab ketus, itu akan menyusahkan. Jadi, ia hanya mengangguk. Tetapi, Guren terlalu mengantuk dan berharap keluar dari obrolan membosankan ini.
Jadi,
“Iya, aku akan berkaca pada kesalahanku.”
Guren menjawab.  Mito sedikit terkejut akan hal itu.
“Ah .... Em, tentang itu.”
Memasang ekspresi gembira di wajahnya, Mito berkata.
“A-akhirnya kamu mengerti. Itu benar. Kerendahan hati seperti itulah yang kami cari. Bagi kita pelajar yang melayani keluarga Hiiragi ....”
Mito dengan antusias melanjutkan.
Sangat mengantuk. Guren membiarkan Mito melanjutkan pidato yang mengundang kantuk.
Lalu kemudian, Mito datang mendekat.
“ Ngomong-ngomong ....”
“Hm?”
“Ke ....”
“Ke?”
Mito tenggelam di keadaan yang sedikit memalukan,
“Ke-kemarin itu menyenangkan.”
Apa yang dia bicarakan? Berbicara tentang hal ini kelihatannya telah membuat ia merasa malu-malu.
Obrolan santai Mito menggerakkan ingatan Guren akan kejadian kemarin. Bagi Guren, diburu dan hampir dibunuh oleh vampir adalah insiden paling tak terlupakan yang pernah terjadi.
“Benarkah?”
“Eh, em .... tidakkah Guren merasa senang?”
Mito terlihat sedikit kesepian. Ekspresi wajahnya dikhianati fakta bahwa ia berharap Guren mendapat kesenangan di tempo hari.
Guren menjawab.
“Ah, tidak buruk. Mungkin, kemarin sedikit menyenangkan.”
“Kamu, kamu benar!”
Mito seketika menjadi gembira. Ekspresinya sangat mudah dibaca.
“Tentu saja, menjadi satu rekan di bawah Kureto-sama, hal seperti interaksi dan pendekatan sangat penting."
Meskipun aku tidak setuju, aku mengangguk saja, deh.
“Iya”
“Karena itu, aku berpikir andai saja dalam waktu dekat ini, kita bisa melakukan hal itu bersama-sama lagi, maka ....”
 “Baiklah.”
“Anu ....”
“Baiklah.”
Tiba-tiba, mata Mito menjadi tajam sementara ia membelalak pada Guren.”
“Kamu ini menjawab asal menyambung saja, kan?”
Guren menggali kuburannya sendiri. Kesimpulan yang terlalu terburu-buru. Guren benar-benar kurang tidur.
"Mengerikan. Sikap seperti itu……”
“Berhentilah bicara itu menggangguku."
“Itu tidak mengganggu! Guren, dengar. Itu semua untuk kebaikanmu ….”
“Ah-- iya-iya, aku tahu.”
“Kamu tidak, kamu ....”
"Mito.”
“Apa?”
“Aku dapat banyak hal yang menyenangkan tempo hari. Aku tidak pernah mengalaminya sebelumnya. Shogi juga lebih menarik dari yang kubayangkan dan keripik kentang itu enak …. Dan? Apa ada sesuatu yang kulewatkan?”
“Iya, em, apa …, kamu benar-benar bersenang-senang?”
“Iya”
Itu bukanlah kebohongan.
Minum cola, makan keripik dan menghabiskan waktu tanpa peduli akan dunia tentu saja menyenangkan. Lagi pula, Goshi dan Mito keduanya bodoh. Orang-orang bodoh yang menyatakan bahwa mereka ingin membantu Guren hanya karena ia menyelamatkan nyawa mereka.
Mungkin Shinya juga tidak berbeda. Membahayakan hidupnya untuk menyelamatkan Guren.
“....”
Rekan.
Regu.
Kerukunan ------ antara Ichinose dan Hiiragi. Masing-masing mereka memiliki kepercayaan yang berbeda. Guren tidak tahu jika semua bahasan-bahasan tentang ikatan itu mempunyai nilai. Akan tetapi, yang lebih tak berarti itu mendapat lebih.
“... iya. Tentu saja. Barangkali menyenangkan."
Saat ia berkata begitu. Mito terlihat bahagia bahkan lebih dari yang tadi. Ia menjawab dengan penuh kegembiraan.
“Benar! Benar, kan! Ikatan dan keselarasan tim tentu saja penting!”
Intinya, berterus terang tentang hal bodoh adalah kepribadiannya. Seorang gadis yang berharap untuk membalas budi karena telah menyelamatkannya.
Mito tetap terlihat gembira sembari mengeluarkan papan permainan shogi dari balik punggungnya.
“Lihat. Aku membeli ini pagi tadi di toko dekat sini. Kita belum pernah bermain melawan satu sama lain, kan? Ingin bertanding?”
Guren ingin menolak karena rasa kantuk. Tapi ia tidak bisa tidur di sekolah ini.
Jadi, ia menerima permintaannya.
“Di mana kita memainkan ini?”
Siswa yang duduk di depan Guren dengan cepat berdiri.
“Ju, Jujo-sama. Silakan duduk di sini.”
“Terima kasih”
Mito dengan bangga duduk dan meletakan papan shogi di meja Guren.
Goshi datang dari tengah-tengah ruang kelas.
“Oh, mau melanjutkan yang kemarin?”
Shinya, yang seharusnya tidur, bicara tanpa mengangkat kepalanya.
“Apakah Guren akan menunjukkan kemampuan yang sebenarnya hari ini? Jika iya aku akan menonton.”
Mendengar itu, Goshi berkata.
“Heh? Kemarin, kau tidak bermain serius?”
Shinya menjawab.
“Ya jelas enggak, dong. Guren ini kan, pembohong .....”
Goshi berdiri di samping meja dan berkata.
“Jadi aku telah diremehkan. Biarkan kami tanding ulang. Biarkan aku melihat kemampuanmu yang sebenarnya. Mito, pindahlah.”
Mito menjawab.
“Tidak, hari ini giliranku."
Shinya mengangkat kepalanya.
“Tidak, jika Guren bakal serius bermain shogi, aku yang akan jadi lawannya~"
Melihat ini, Mito dan Goshi saling menatap dan menyerah.
Guren memandang Shinya yang masih terlihat mengantuk dan berkata.
“Apa maksudnya ini?”
Shinya tersenyum dan menjawab.
“Guren, Kureto-nii akan memanggilmu saat istirahat makan siang. Jadi, aku rasa kamu harus menemuinya dengan benar-benar terbangun.”
“Jadi kau mau membangunkanku?”
“Tentu, iya.”
Guren terkikik akannya.
“Kau tidak akan bisa melakukannya.”
"Maka buktikan kalau aku salah."
Mendengar perkataan Guren, Mito berkata.
“Guren, jaga perkataanmu--”
Tapi terlanjur dipotong oleh Guren.
“Baiklah. Ada sedikit waktu sebelum istirahat makan siang. Aku akan bermain melawanmu.”
Hingga Shinya berdiri, mengatur nafas dan tersenyum.
“Mari mulai. 5 detik per giliran.’’
“Buat jadi 3 detik.”
Guren berkata. Di pertarungan sesungguhnya, satu detik kebingungan atau kelalaian bisa menentukan hidup atau matinya seseorang. Jangankan 5 detik untuk berpikir.
Shinya mengangguk. Pertarungan untuk menentukan kalah-menang dimulai.



Guren memainkan total 7 pertandingan melawan Shinya dalam satu jam.
Guren memimpin permainan dengan 4 kemenangan dan 3 kekalahan, tapi itu pun tipis. Dengan keberuntungan dan keadaan, semuanya bisa berubah.
Meskipun ia menang setiap pertandingan melawan Mito dan Goshi, teman sekelas yang dipanggil Tanaka-kun, yang hebat bermain shogi, datang. Di bawah kegemilangan kemampuan dan kekuatan Tanaka-kun, semuanya kalah dengan mudah.
Jadi, dalam hal ini tentang siapa yang jadi pemenang dan yang kalah menjadi lelucon saja.
Pada akhirnya, seperti mereka yang dilatih dalam pertarungan akan menang dalam pertarungan, mereka yang dilatih dalam shogi akan menjadi pemenang dalam shogi.
Jika seperti itu, apa saat ini mereka sedang berlatih untuk pertarungan yang sedang berlangsung saat ini?”
“....”
Bel berbunyi.
Itu menandai akhir dari jam keempat pelajaran di sekolah.
Guren berkata pada Shinya yang duduk di sebelah.
“Bagaimanapun, aku menang.”

Shinya tersenyum.
“Bukannya Tanaka-kun yang menang?"
“Yang kumaksud pertandingan kita.”
“Lain kali, aku akan menang. Aku akan belajar taktik bermain shogi.”
Mito dan Goshi melanjutkan.
“Aku juga.”
“Aku juga.”
Mereka berkata bersamaan.
“Apa kalian kecanduan shogi?”
Kata Guren sebelum berdiri. Kejengkelan menutupi wajahnya.
Ketiganya memandang Guren.
Goshi berkata.
“Dipanggil Kureto-sama?"
Mito menjawab.
“Tolong, jangan lakukan apa pun yang tidak sopan ...."
Guren menyetujui tanpa berpikir.
“Baiklah, aku akan menaruh usaha terbaikku untuk menggunakan bahasa yang sopan."
“Benarkah?”
Mito terlihat sangat khawatir. Khawatir pada seseorang seperti Guren yang hanya orang asing. Goshi pun tak berbeda. Merasa khawatir pada temannya.
Guren mengangguk dan berkata.
“Ah, aku kan berhati-hati. Tidak perlu terus-terusan berkata itu.”
Setelah itu, Guren berdiri, mengambil katana dari lokernya dan menggantungkannya di pinggang.
Dengan itu, ia merespons panggilan dari seseorang dengan posisi tertinggi di sekolah dan berjalan ke arah ruang pertemuan osis.