MENEROBOS PUSAT PELATIHAN
(Translator : SF; Editor : Hikari)

15 menit sudah berlalu setelah aku naik level ke level 3.
Kami berdua sudah berada di semak-semak di dekat Pusat Pelatihan.
Aku adalah siswa pindahan yang baru pindah sewaktu SMA, jadi aku tidak mengenal bangunan ini dan harus meminta untuk Arisu menjelaskannya kepadaku .
Pusat Pelatihan adalah bangunan kayu yang tingginya 3 lantai. Sekitar 40 tahun yang lalu, bangunan itu digunakan sebagai gedung sekolah,hanya saja baru-baru ini bangunan itu direnovasi menjadi seperti sekarang . Meski dikatakan direnovasi, namun konon katanya hampir seluruhnya dibangun ulang. Tidak hanya mengganti kayu yang sudah tua dan membusuk, pilar utama yang digunakan sebagai intinya, juga menggunakan kayu yang masih bisa digunakan. Bagian yang lebih penting diperkuat dengan baja, dan bangunan yang awalnya 2 lantai dibangun ulang menjadi 3 lantai.
Tidak hanya listrik, gas dan air yang serba baru, bahkan pemanas pun dipasang. Fasilitasnya bahkan lebih bagus dari gedung sekolah utama.
Sedangkan untuk interior, daripada mengatakan itu adalah sebuah sekolah, itu lebih dekat dengan bangunan bergaya barat yang biasa terlihat di dalam film. Memasuki pintu utama, terdapat lounge [1] besar . Di lantai pertama, ada ruang kelas memasak dan kamar mandi. Di lantai dua, ada ruangan bergaya jepang yang digunakan oleh klub upacara minum teh dan ballroom [2]  berukuran kecil. Di lantai tiga, ada banyak ruang konferensi berukuran besar dan kamar untuk para tamu VIP.
Ruang bawah tanah yang biasanya terkunci, tersimpan stok makanan dan bahan bakar yang bisa digunakan dalam keadaan darurat.
Sebenarnya magic summoning ku juga bisa memanggil makanan, dan juga air. Tapi saat ini tidak ada kebutuhan seperti itu, apalagi MP sangat berharga, jadi aku tidak melakukan percobaan apapun.
Tapi ada bahan bakar cadangan, itu membuatku senang. Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk memiliki bahan bakar.
Itulah sebabnya, bahkan jika Arisu tidak menginginkannya, mengambil alih Pusat Pelatihan adalah sebuah pilihan yang menarik. Dan menjelang malam, mengambil alih Pusat Pelatihan juga berarti mengamankan tempat untuk bermalam.
Menurut Arisu, saat itu ada sekitar 10 orang di Pusat Pelatihan. Di antara mereka, 5 di antaranya berada di kelas memasak, dan ada sekitar 5 orang di klub upacara minum teh.
"Pintu di depan tangga lantai 3 ditutup. Pintu itu terkunci, jadi selama Orc tidak masuk, kita tidak perlu memberikan perhatian khusus pada lantai tiga."
Bisik Arisu saat bersembunyi di semak-semak.
"Jika ada Orc di balkon lantai  2, maka kita seharusnya bisa segera melihatnya ...... Singkatnya, selama kita melihat lounge , aku rasa kita bisa memahami situasi secara keseluruhan."
"Jika hanya ada 2 orc dan berada di dalam lounge, tidak perlu banyak berpikir. cukup serang."
" Baiklah. "
Sebelum sampai di sini, kami bertarung dengan orc dua kali, dan setiap kali Arisu menusuk tenggorokannya, para orc terbunuh seketika. Tehnik bertarungnya sudah sangat hebat sehingga tidak ada kesempatan bagi lawan bahkan untuk menjerit.
Arisu saat ini sudah level 2, yang berarti setelah leveling, dia sudah melawan 4 orc. Karena experience dibagikan di antara kami , maka dia hanya perlu membunuh 2 orc lagi, maka dia akan bisa naik level.
Setelah leveling, kami bisa melakukan rapat strategi lainnya di ruangan putih. Bahkan jika saat bertarung, kami juga bisa menghabiskan banyak waktu untuk mengkonfirmasi taktik pertempuran. itu adalah keuntungan terbesarnya. karenanya, jika hanya ada 2 orc atau kurang, tidak perlu berpikir dua kali. cukup serang. Karena kita akan punya waktu untuk merencanakan secara mendetail, bahkan jika situasi terburuk terjadi - Seperti bala bantuan dari musuh, kita bias berpikir dengan tenang, dan langsung kabur.
Tidak ada tanda-tanda Orc di sekitarnya, jadi aku mengirim gagak untuk mengintai.
Burung gagak itu terbang ke gerbang utama Pusat Pelatihan, dan mendarat, melihat ke dalam .
Gagak itu benar-benar terlihat seperti gagak yang sangat mencurigakan.
Walaupun, sebenarnya itu memang mata-mata ... ...
Untungnya, tidak ada yang terjadi. Burung gagak itu membentangkan sayapnya dan terbang sambil mengeluarkan suara Ka ka, kembali ke sisi tubuhku.
"Orc, 2."
Suara yang hanya bisa kudengar, terdengar di telingaku.
"Baiklah, bagus!"
Aku mengangguk, dan menatap mata Arisu.
Arisu menelan air liurnya, dan memegang tombaknya erat-erat.
"Jangan panik, aku akan memberikan sihir padamu terlebih dahulu."
Keen Weapon,Physical Up,Mighty Arm,Blood Attraction.
Aku memberikan sihir secara berurutan. Bahkan jika dia sedikit terluka, selama dia menggunakan Blood Attraction untuk menyerap HP dari para Orc, dia sharusnya bisa terus bertarung.
Tapi masalahnya adalah, bagaimana jika dia terkena serangan orc yang berotot itu, apakah Arisu yang ramping bisa menahannya ... ...
Ah ~ nampaknya sihir ini sedikit tidak berguna? Ah, lupakan saja, selama itu masih bisa memberikan keuntungan. Lebih baik memilikinya daripada tidak sama sekali. Untungnya aku punya cukup MP.
Dikurangi 1 poin yang digunakan untuk memanggil gagak,  MP yang ku miliki sekarang adalah 29 poin.
Menggunakan 4 jenis sihir untuk Arisu, MP yang tersisa adalah 24 poin.
... ... Argh ~ ini harusnya sudah benar. Blood Attraction adalah sihir Rank 2, jadi konsumsi MP nya akan menjdi dua kali.
Selanjutnya, aku terus menggunakan sihir.
"Summon Puppet Golem."
Sebuah boneka kayu setinggi 150cm muncul di hadapanku. Itu adalah boneka kayu yang nampaknya dibuat dengan kasar, ini mungkin tidak telalu penting tapi sebut saja namanya Pinokio. Walaupun sebenarnya hidungnya sangat pesek.
Boneka itu memegang sebuah tongkat di tangan kanannya, dan perisai kayu bulat di sebelah kirinya. Boneka itu lalu membungkuk padaku.
"Lulucu sekali."
Mata Arisu bersinar. Oi, oi, setelah ini kau akan bertarung dengan orc.
Ah, lupakan saja, memiliki semangat seperti itu juga merupakan hal yang baik.
Selanjutnya, aku memberikan sihir pada Puppet Golem itu.
"Keen Weapon,Physical Up,Mighty Arm"
Kurasa "Blood Attraction" tidak dibutuhkan. Jika mahluk panggilan hancur, maka kita bisa memikirkannya saat itu sudah terjadi.
Pada akhirnya, aku juga memberikan 3 sihir pada diriku sendiri. Jumlah MP yang dibutuhkan untuk menggunakan summon magic Rank 2 adalah 4 poin, jadi ......
MP sekarang / MP Maksimum = 14/25
Seharusnya sekarang semua baik-baik saja. Hmph, ya semua pasti akan berjalan dengan lancar.
Mengingat berapa kali aku bisa menggunakan sihir, adalah hal yang sangat penting. Jika bisa seperti dalam game ,dimana kita bisa mengetahui berapa HP dan MP yang tersisa kapan saja, itu akan menjadi lebih mudah.
Sayang sekali, dunia ini nampaknya kita tidak bisa menampilkan nilai kemampuan seseorang. Karena itulah , kita perlu menghitung konsumsi MP dengan hati-hati.
Seperti berapa banyak yang sudah pulih kembali, akan sangat sulit untuk menghitungnya secara akurat ... ...
Ke depannya, mungkin kita membutuhkan sesuatu seperti stopwatch?
Mengatakan begitu, melihat sisa MP , aku harus lebih berhati-hati, dan tidak memanggil Puppet Golem lain terlebih dahulu. Sesuai dengan bagaimana situasi pertarungan yang terjadi, mungkin ada kesempatan dimana aku perlu memanggil yang lain, tapi untuk saat ini aku hanya membutuhkan 1 Puppet Golem untuk bertindak sebagai penjaga .
"Sekarang!"
Mendengar tanda dari ku, Arisu bergegas keluar dari semak-semak.
Meski aku lebih lambat darinya, tapi aku juga bergegas keluar menyusul di belakang nya. Jika hanya ada 2 orc, maka tidak perlu strategi apapun. Sebenarnya aku juga harus memasuki Pusat Pelatihan, dan menutup pintu utama, untuk mencegah suara pertempuran dari dalam keluar, agar tidak menarik perhatian orc lain.
Puppet golem juga menyusul di belakangku dengan gemetar. Meski langkahnya nampaknya sangat tidak stabil, namun gerakannya sangat cepat, dan kecepatannya hampir sama denganku.
Arisu berhenti di depan pintu utama.
Gerakannya berhenti sebentar. Apa sebenarnya yang terjadi - aku yang lebih lambat beberapa langkah, akhirnya menyusul ... ...
Aku melihat ke lounge Pusat Pelatihan.
Ada Orc di sana.
Di lounge yang remang-remang, 2 orc menekan-nekan sesuatu seperti boneka putri salju . Mereka menunjukkan bagian bawahnya yang telanjang, menggoyang-goyangkan pinggul mereka.
Aku bisa mendengar suara Arisu menggeramkan giginya.
Sebelum datang ke sini, aku selalu berpikir bahwa dia adalah orang yang lembut, tidak mudah gelisah, dan stabil.
Aku pikir dia adalah orang yang bisa menahan emosinya, seseorang yang bisa bertindak tenang.
Tapi Arisu saat ini penuh dengan kemarahan.
Dia hampir kehilangan semua akal sehat dalam kemarahannya.
Arisu menurunkan pusat gravitasinya, dan melaju dengan menendang tanah .
Rambutnya yang hitam panjang diayunkan angin, seluruh tubuhnya berubah menjadi secepat angin, bergegas menuju orc.
Suara Arisu menginjak tanah, membuat para Orc yang sedang fokus menggoyangkan pinggul mereka menyadari situasi yang tidak normal di pintu, dan mereka kemudian menolehkan pandangan mereka.
Tapi, seketika -
Tombak Arisu sudah menusuk tenggorokan orc yang lebih dekat dengannya.
Darah biru segar disemprotkan kemana-mana. Tapi Arisu tidak terkena setetes darah pun.
Dan seketika, sosoknya menghilang.
Tidak, dia hanya berpaling. Sementara dia berpaling, dia mengeluarkan tombak dari tenggorokan orc, dan menggunakan tubuh orc yang telah berhenti bernapas sebagai perisai, sambil dia menyembunyikan sosoknya.
Orc yang tidak terluka panik, mencari jejak Arisu. Tapi, saat itu dia sudah berada di belakang orc itu.
Dia memegang tombaknya, dan memberi tusukan keras pada orc itu.
Serangan tersebut secara akurat menembus tenggorokan orc.
Pada saat ini, 2 Orc jatuh .
Tubuh mereka berangsur-angsur memudar.
Apa-apan ini?
Benar-benar menakutkan.
Ke depannya lebih baik untuk tidak membuatnya marah — aku pikir begitu, dan bersumpah dalam hatiku.
Arisu menarik napas dalam-dalam.
Dia menatap benda yang terlihat seperti boneka putih di sampingnya, lalu menggigit bibirnya dengan kuat.
Detik berikutnya, kami dikirim ke ruangan putih.
Arisu dan aku saling memandang di ruangan putih.
Arisu menatapku dengan ekspresi penuh duka. Aku tidak ingin menanyakannya.
Tapi aku harus bertanya. Jadi aku menggerakan tenggoraku dengan berat, dan berbicara.
"Itu ……"
"Dia bukan Tamaki."
Ah ...... Aku menggelengkan kepala, dan berkata.
"Apakah dia masih bernafas?"
"Lehernya membengkok dalam bentuk yang tidak normal."
Arisu kembali menggertakkan giginya. Lalu dia mencengkeram tinju, dan menundukkan kepalanya.
"Aku tidak percaya."
Aku berjalan perlahan-lahan ke arah Arsu, dan dengan ringan menepuk-nepuk kepalanya.
Arisu mulai terisak-isak.
Dia melompat ke arahku, dan mulai menangis keras. Aku tak berdaya, dan hanya bisa membiarkan Arisu melampiaskan semuanya.
Itulah satu-satunya hal yang dapat aku lakukan sekarang.
"Aku adalah orang yang tercela. "
Setelah beberapa saat, Arisu berkata begitu sambil terisak-isak.
"Untuk sekilas aku merasa lega, berpikir bahwa sangat beruntung bahwa dia bukan Tamaki."
Arisu sekarang duduk di lantai dan menangis.
Dan aku yang meminjamkan dadaku untuknya bersandar secara alami berjongkok , sehingga bisa menopang Arisu.
Gunung kembar Arisu yang menggairahkan menempel di dadaku, dan membuatku menelan air liurku.
Tapi, pikiran jahat ini segera lenyap. Karena tenaga yang digunakan Arisu untuk memgang seragamku, menjadi lebih kuat. Tidak, seluruh tubuhnya sedikit gemetar.
Soseorang pasti akan sedih melihat hal ini.
"Gadis itu terbunuh. Dia dinodai oleh para Orc kemudian dia mati, namun dia masih tetap diperkosa. Melihat hal seperti itu, aku bisa merasa lega. Aku benar-benar yang orang terburuk. "
Itu wajar - kataku dalam hati. Ini bukan apa-apa selain menempatkan orang yang paling penting untukmu dan orang asing dalam skala prioritas. Jika itu aku, aku pasti akan seperti dia dan merasa lega juga.
Itu adalah sesuatu yang wajar, namun Arisu sanggat menyalahkan dirinya sendiri.
Hatinya benar-benar baik, dan aku merasa itu adalah hal yang sangat bagus. Tapi, itu adalah hal yang baik ketika semua masih dalam situasi normal. Namum Dalam situasi saat ini, sikap itu hanya akan menjadi beban.
Tapi aku tidak bisa mengatakan apapun,aku sama sekali tak berdaya.
Sejak awal, aku yang memiliki pendirian bahwa jika sesuatu hal terjadi, aku akan meninggalkannya. Aku yang seperti ini, bagaimana aku harus menghiburnya?
Kata-kata yang diucapkan dengan niat yang tak tulus seperti itu, bagaimana bisa masuk ke dalam hatinya?
Jadi aku hanya diam mendengarkan pengakuan Arisu. Inilah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan.
Dengan cepat aku menopang Arisu yang telah jatuh, dan suara napas yang konstan bisa terdengar.
"...... Jadi dia tidur."
Dengan ringan aku membiarkan gadis itu berbaring di lantai ruangan putih. Lalu aku menyesuaikan posisi dudukku menjadi berlutut, dan meletakkan kepala Arisu di pahaku.
Saat kami berada di ruangan ini, waktu di dunia nyata telah berhenti. Karena itu, paling tidak aku harus membiarkan dia beristirahat dengan baik, sampai hatinya merasa lega. Biarkan dia tidur dengan semua bebannya.
Ketika kita kembali ke kenyataan, pemandangan tragis itu akan berlanjut.
Hatinya pasti akan selalu merasa tersiksa. Jadi setidaknya sekarang aku harus membiarkannya beristirahat - aku menundukkan kepalaku dan menatap wajah tertidur Arisu yang damai.Pada saat ini, aku berharap dia bisa beristirahat dengan baik.Kupikir begitu dari lubuk hatiku.

[1]  Ruang publik di hotel, teater, atau klub sebagai tempat duduk dan bersantai
[2]ruangan dansa.