KEHIDUPAN AKADEMI SI PEMBERANI
(Translater : Al Bathory)

(Souichi (Brave) POV)
Akademi Sihir Albana.
Adalah akademi tertua dengan asal usul yang terhormat. Secara umum, begitulah.
Benar, kehormatannya dan pastinya akademi sihir tertua di Kota Sihir.
Setiap murid yang datang kemari tak lain adalah karena mempunyai status yang tinggi atau karena bakat sihirnya.
Tapi, itu bukan berarti setiap murid memiliki kepribadian yang pantas. Bagaimanapun, mereka adalah anak-anak laki-laki dan peremuan yang sedang dalam masa muda. Meski jika mereka tahu yang  benar atau salah, mereka hanyut dalam rasa keingintahuan mereka.
Mereka menantang hal yang berbahaya, membenci kebosanan, mereka mencari sesuatu yang mendebarkan.
Dan meski mereka tahu bahwa itu buruk dan berbahaya, mereka tetap akan melakukannya.
“Jadi?”
“Ini benar-benar masalah, kau tahu? Iblis didalam grimoire yang tersegel di ruang sihir itu sangat kuat.”
“Fuuun.”
Jubah biru dipakai dengan blus putih. Yang bisa dikatakan pada pandangan pertama bahwa jubah itu mempunyai sulaman emas yang merupakan benda kelas atas.
Sutranya juga terlihat cemerlang. Aku tak begitu tahu tapi, mungkin itu dibuat dengan menggunakan sutra yang populer dikalangan gadis-gadis, dan juga Aya dan Yayoi sangat senang dengan itu saat pertama kali kami kemari.
Rok selutut sewarna yang sama dengan jubahnya dan dibawahnya adalah stoking hitam. Itulah seragam dari Akademi Sihir Albana.
Itu dianggap sebagai sesuatu yang jelas faktanya di akademi ini bahwa para gadis tak memperlihatkan terlalu banyak kulit mereka.
Seragam yang lain juga begitu, hanya dengan sutra yang lebih tipis, bahkan di musim panas juga mungkin sangat panas.
Teman masa kecilku yang memakai seragam itu memberitahuku tentang insiden yang terjadi di ruang sihir minggu lalu sambil membusungkan dadanya yang tak berwujud itu dengan bangga. (chippai :”v)
Aku akan mati jika aku mengatakannya. Aku sudah tumbuh dewasa. Mulut adalah sumber ketenangan.
“Baguslah, mungkin.”
“.....Kau sungguh mengatannya dengan nada seolah tak mencemaskanmu sama sekali, kau tahu?”
“Bagaimanapun itu adalah iblis yang tersegel didalam grimoire kan? Sesuatu seperti itu tak akan menjadi musuh yang layak untuk Aya.”
Fakta bahwa dia disegel didalam sebuah grimoire itu berarti sebagian energi sihir dari iblis itu telah tersegel didalam bukunya.
Meski jika segelnya terlepas, semua energi sihirnya tak akan kembali ketubuhnya dengan cepat.
Lalu, Aya, yang bertarung setara dengan Raja Iblis taka akan ada masalah dalam mengalahkannya.
Rambut hitam rapinya yang dikucir disebelah kiri seperti ekor kuda berayun sedikit.
Mata besar seperti kucing, juga berwarna hitam.
Memang agak aneh di dunia lain ini tapi dia terlihat seperti orang jepang.
Begitupun, diriku sebagaimana dengan saudara peempuanku, Yayoi, juga punya warna rambut dan mata yang sama.
“jadi kau menyelinap ke Ruang Sihir dan membaringkan tanganmu di grimoire yang tersegel. Seperti biasa, aku iri dengan motivasimu, gaya hidup penuh adrenalin.” (Souichi)
Berkata begitu, kulihat lagi catatan didepanku yang tersebar diatas meja.
Bagiku, aku hanya bisa khawatir tentang ujian kelas selanjutnya.
Kulihat dia dengan pandangan memintanya agar membiarkanku untuk belajar.
“Souichi, kau masih saja belajar, eh?” (Aya)
“Aya, kau terlalu pintar sih.” (Souichi)
Aku dapat kesulitan mempelajari huruf di dunia ini, dan pada waktu yang sama, teman masa kecilku ini dengan mudahnya membaca bahkan grimoire yang rumit.
Ini pastilah perbedaanantara seorang jenius dengan seorang biasa. Aku hanya bisa memikirkannya.
Aku mungkin memang diangkat sebagai Si Pemberani dan bukan yang lain, tapi tetap saja aku hanyalah seorang yang biasa.
Aku seorang spesialis dalam bertarung tapi tidak dalam belajar. Behkan Si Pemberani hanya Manusia biasa.
“Benarkah?” (Aya)
“Pada akhirnya, Aya, kau bahkan bisa membaca tulisan dan huruf yang seperti cacing pada tulisan-tulisan sihir itu. Kapan kau mempelajarinya?”
“Yuuko-san mengajariku selama perjalanan kita.”
Mendengar itu, aku merasa aku harus belajar sesuatu seperti itu selama petualangan kami.
Tak hanya cara mengayunkan pedang. Yah, ini sudah terlambat sekarang.
Saat aku mendesah, Aya tertawa padaku.
Hanya dengan itu, seisi kelas melihat pada Aya.
Aya itu imut, atau begitu menurutku. Aku tak begitu mengerti sih.
Dia terkenal dikalangan orang sekelas dan beberepa bahkan menyukainya. Meskipun dia selalu menenggelamkan mereka setiap saat.
Aya sudah punya seseorang yang dia sukai. (TL: dah punya Gebetan :v yang jones jangan nangis ya :v)
Ngomong-omong, adik perempuanku yang kelasnya setauhun dibawah kami, juga mendapat banyak cobaan... seperti ungkapan cinta yang tidak dia suka. (TL: *Laugh out loud* :v)
Dan mungkin saja, sebuah kondisi yang membuat mereka mendatangiku adalah itu, mungkin. Yayoi bilang bahwa ketika dia mendapat pernyataan cinta dan mendapatiku tak perlu dilibatkan dalam kekacauan.
.....Meskipun tidak begitu, kenapa aku harus bertingkah seperti aku adalah seorang kakak yang over protektif?
“Aku sudah bilang bukan? Untuk selalu membaca buku setiap kali kita berhenti di penginapan?” (Aya)
“Ya benar.” ((Souichi)
Bilang begitu, kujatuhkan bahuku.
“Nomong-omong, kau tahu? Surat yang datang dari Yuuko-san kemarin?” (Aya)
“Huh? Untuk apa?”
Ketika aku akan membaca catatan lagi, Aya bicara lagi.
Apa dia tak punya teman lain? Tak seharusnya kukatakan itu dengan keras.
“Renji-san mungkin ada di dekat kota ini.”
“Eh? Baru kali ini kudengar!?”
Kutinggikan suaraku kerena berita yang menakjubkan itu.
Semuanya melihat ke arahku, dengan pandangan yang berbeda dengan aya tadi, dan kujernihkan kepalaku dan menenangkan diriku.
Renji-niichan.
Selama petualangan kami untuk membunuh Dewa Iblis, dia adalah pria yang bepergian dengan kami. Yang tertua dari kami semua dan yang selalu lembut kepada kami.
Meskipun dia itu seorang pemalas, dia sangatlah kuat. Seseorang yang selalu mengambil bagian terkeren.
Dia adalah orang yang sangat kami kagumi. Tak peduli sesakit apa situasinya, dia selalu berjalan di depan kami. Kami berpetualang sambil melihat punggungnya.
........meski terkadang dia mendapati kami sedang tersesat.
Ketika aku sedang kesakitan, atau lelah selama perjalanan kami, ketika aku kehilangan seseorang yang ekat denganku, dialah orang yang menenangkanku. Dia selalu mendampingiku.
........dia mengajariku sesuatu yang aneh untuk menggembirakanku.
Mengntip, atau membawaku melewati kota malam, dll.
Setelah itu, kami akan dimarahi habis-habisan oleh Yuuko-san. Meskipun kami merahasiakan itu untuk kami sendiri, bagaimana mereka tahu tentang itu?
Aku tetap masih tidak tahu alasannya.
Yah, aku akan mengingat kenangan itu lagi nanti.
“Apa Renji-niichan ditemukan?” (Souichi)
“Ya, kelihatannya dia menerima permintaan dari sebuah desa dekat Kota Sihir.” (Aya)
“Oh, jadi dia benar-benar bekerja sebagai seorang petualang.”
“”Kelihatannya begitu. Sepertinya dia membantu orang lain seperti biasa, menurutku.”
Bilang begitu, Aya tertawa senang dan entah kenapa juga bangga.
Kenapa Aya bertingkah begitu bangga? Tak seharusnya kuakatakan itu.
“Sebelum itu, dia mengalahkan seekor ogre di selatan kan?” (Souichi)
“Itu 3 bulan lalu. Kali ini, dia memburu or yang kelihatannya datang sendiri. Sepertinya ada 15 ekor.” (Aya)
“Haa... seperti biasa eh? Renji-niichan.”
“Fufun.”
Saat aku terkejut, aya mengembuskan dadanya dengan bangga lagi. Tida, kau bukan orang yang cocok begitu, aya.
Heh, aku tersenyum kecut sambil melihat wajahnya.
Untuk Aya, Renji-niichan itu spesial.
Sejak kami masih kecil, aku tahu sejaka aku dekat dengannya.
Aya selalu mengejar Renji-niichan. Dia selalu pergi untuk bicara dengannya dengan caranya sendiri.
“Juga dia menjual Pedang Mithrilnyake sebuah desa yang sedang bermasalah dengan keuangan. Itu menjadi topik besar di Ibukota, sepertinya.” (Aya)
“.....Seperti biasa, yang dia lakukan....”
Dia selaulu selangkah di depan perkiraan kami.
Spertinya, hanya ada 13 pedang mithril di dunia ini.
Yah, kualitasnya masih dibawah Er-san tapi aku ragu itu bisa dijual dengan harga murah.
Sebuah pedangnya saja sudah cukup untuk membeli sebuah mansion dengan mudah.
Menjualnya kepada desa yang mempunyai masalah keuangan, eh?... aku hanya menghela napas.
Yah, pastilah ini menjadi opik yang besar. Kuharap Raja tak akan marah. Meski Yuuko-san pastilah marah.
“Sepertinya dia tinggal sebulan di desa itu.”
“Setelah itu, dia pergi berburu orc?” (Souichi)
“Ya.”
Dia benar-benar hidup bebas, seperti biasa.
Seperti itu memanglah Renji-niichan.
‘Bukankah itu bagus? Renji-san selamat.” (Souchi)
“Jangan bicara sesuatu yang berbahaya, bodoh!” (Aya)
Aku dimarahi. Kenapa? Sebelum sempat memikirkannya, kepalaku dipukul.
Tidak keras tapi tetap saja sakit. Dan sekali lagi pandangan seluruh kelas mengarah pada kami.
Keluarkan aku dari sini.
“Renji-san tak akan mati dengan mudah. Mou, mengatakan hal-hal yang tak baik....” (Aya)
Dia mulai bersungut-sungut sekarang.
Yah, aku juga berpikiran sama sih.
Tapi aku khawatir sejak keberadaannya menghilang sejak tiga bulan lalu.
Aku merasa lega tahu dia baik=baik saja. Aya juga sama. Ekspresinya terlihat lebih lembut dari biasanya.
Dia banyak mengeluh akhir-akhir ini jadi aku senang sekarang.
“Aku tak begitu mengerti, tapi maaf.” (Souichi)
“Jangan meminta maaf jika kau tak tahu alasannya!” (Aya)
Aku dipukul lagi. Kenapa?
Karena Mendapat dua pukulan tak beralasan jadi kutatap dia hany untuk mendapatkan tatapan tajam saja.
Kuhindarkan tatapanku.
Untuk beberapa alasan, aku tak bisa menang dari Aya. Selalu seperti ini sejak kami kecil. Dengan akhir aku hanya menghela napas.
Ketika aku melakukan itu—
“Jangan jadi lemah!” (Aya)
Aku dimarahi lagi.
Pada akhirnya, aku tak bisa belajar untuk ujian. Aku hanya bisa mendesah.....haah.
.
.
.
Setelah ujian selesai, aku keluar kelas.
Ujiannya cukup sulit, meski akhirnya aku bisa melakukannya.
Meski pelajaran telah usai, hampir tidak ada murid yang terlihat.
Aya pasti sedang bersama temannya. Yayoi.
Aku, untuk beberapa alasan, merasa seperti makan sendirian.
“Waktunya makan siang~ makan siang~” (Souchi)
Saat aku sedang menuju kafetaria, aku merasa bibirku mengendur sedikit.
Aku seharusnya senang karena apa yang Aya katakan.
Renji-niichan.meski aku percaya dia baik-baik saja, tetap saja tak percaya mendengarnya.
Menurutku Aya juga sama. Diantara kami, Renji-niichan adalah orang yang paling menentukan dalam [Membunuh Dewa].
Ketika meminta cheat kepada Sang Dewi, kami meminta kekuatan bertarung dan kekuatan dari perjanjian yang lain.
Tapi kemudian, hanya Renji-niichan yang meminta kekuatan semata-mata untuk membunuh Dewa Iblis.
[Senjata Pembunuh Dewa] Ermenhilde—Er-san.
Dia adalah senjata yang sangat biasa melawan siapapun selain Dewa Iblis. Ini membuat Yuuko-san dan Hiiragi-san merasa sedih.
Meski dia bisa berbicara dan orang yang menyenangkan. Yah, bukan orang tapi hanya sebuah medali.
Pada kenyataannya, Renji-niichan sedikit lebih kuat dari rata-rata manusia dipertarungan kecuali ketika bertarung dengan Dewa Iblis dan pengikutnya.
Kami semua tahu itu.tapi meski kami tahu itu, pada akhirnya kami hanya bergantung pada Renji-niichan.
Dalam pertarungan, aku kuat, aku bisa mengalahkan banyak monster.
Tapi, orang yang mengalahkan Raja Iblis adalah Renji-niichan dan dia jugalah yang melakukan serangan terakhir pada Dewa Iblis.
Setiap kali kami terpojok, Renji-niichan selalu yang berdiri dipaling depan.
Setiap kali kami berharap akan seseorang yang akan menolong kami, Renji-niichan adalah yang pertama datang membantu kami.
“Kuharap Renji-niichan sehat dan aman-aman saja.” (Souichi)
Meski perjalanan begitu kejam, tapi menyenangkan karena semuanya selalu bersama.
Dunia ini adalah dunia lain dan kami dipercaya sebagai 13 orang yang dipanggil.
Ada banyak orang yang baik dan akrab dengan kami tapi menurutku kau harus mempercayai orang dari duniamu sendiri.
Itulah kenapa aku ingin bersama Renji-niichan. Aku ingin bicara dengannya.
Aku memanggilnya nii-chan (kakak) tapi dia lebih terasa seperti ayah untukku. Itulah mengapa ku ingin bertemu dan bersama dengannya.
Alasanku sangatlah berbeda dari Aya atau Yuuko-san tapi aku tetap ingin menemuai Renji-san juga.
Tapi Renji-niichan sedang pergi mengelilingi desa yang sedang mengalami masalah.
Dengan Er-san di sisinya, aku bisa membayangkan dia mengalahkan sekelompok ogre dan goblin yang mana tidak bisa dikalahkan oleh petualang biasa.
Menurutku itu sangat cocok dengannya.
Tidak seperti Pedang Suci yang kuterima dari Sang Dewi.
Sebuah senjata yang hanya diperuntukkan membunuh Dewa Iblis. Senjata cantik yang seperti permata. Sebuah senjata yang tidak untuk melindungi seseorang, tapi hanya untuk membunh Dewa Iblis. Dan seseorang memintanya dan melindungi orang-orang dengan senjata itu.
Kembali, kami tetap memburunya selamanya. Dan akhirnya, kami disini, dimana kami sekarang.
Itulah mengapa—-
“Aku sangat ingin bertemu dengannya lagi.”
Kuambil koin tembaga dari sakuku, kujentikkan dengan suara *ping*
Koinnya tidak berputar dengan baik dan aku segera menangkapnya dengan panik jadi aku tak menjatuhkannya.
Kebiasaan Renji-niichan.
Karena dia selalu menjentikkan Er-san seperti  itu, aku mencoba menirunya. Tapi, aku tak bisa melakukannya. Aya selalu menertawaiku. Itu tak cocok untukku.
Tapi, aku bukanlah Renji-niichan, bagimanapun aku ingin menjadi seperti dirinya.
Itulah mengapa aku hanya mencoba menirunya.
Jadi aku bisa menekunkan diriku dan melakukan yang terbaik seperti dirinya. Jadi aku bisa terus maju dan menjadi seorang pria yang orang-orang bisa mempercayaiku.
Aku dipanggil Si Pemberani, dan memiliki Pedang Suci dari Sang Dewi.
Sang Dewi memohon kepada kami semua untuk menyelamatkan dunia ini tapi yang paling Sang Dewi cintai adalah Renji-niichan. (kepincut kali ya? :v)
Sang Dewi pasti selalu memperhatikan Renji-niichan. (tuh kan.)
Itulah mengapa aku ingin bertemu dengannya.
Jika kami bisa bertemu, pastilah Aya akan sangat senang.
Baik aku maupun Yayoi akan sangat senang tapi Aya lebih senang lagi.
Dalam 2 bulan, sebuah festival raksasa sekali setahun akan bertempat di Ibukota.
Tes berkompetisi akan segera berakhir.
Aku juga akan mengambil bagian. Atau lebih tepatnya, aku diminta mengembil bagian.
—Aku harap Renji-niichan juga ambil bagian. Menurtku tidak, kutersenyum masam.
Dia benci yang seperti itu.
Tapi, aku menantikannya. 5 orang akan ambil bagian dari akademi sihir ini.
Aku dan Aya, 3 sisanya belum ditentukan. Itu karena para murid yang lain belum kembali juga.
Sebenarnya hanya satu. Seorang senpai yang sedikit terlambat sehingga menjadi sebuah perbincangan.
Francesca Barton-senpai. Aku pernah melihatnya sekali, dia benar-benar cantik.
Akankah dia kembali, ataukah waktu ujian selesai lebih awal?
2 hari tersisa hingga akhir dari batas waktu ujian.