SANG PEMBUNUH DEWA DAN ORC
Saat kami mencapai desa berikutnya, matahari telah mulai terbenam. Kurasa kami memakan lebih banyak waktu daripada yang kupikirkan sebelumnya.
Menurut rencana awal, kami seharusnya tiba di sini pada pagi hari ini, tapi sekarang sudah hampir malam.
Nona Francesca di sebelahku melihatku dengan wajah meminta maaf.
Dia sama sekali tidak mengatakan apapun mungkin karena dia tahu bahwa gara-gara dirinya maka kami terlambat. Dia mungkin sedang menyalahkan dirinya sendiri daripada yang biasanya.
Sekalipun kami tidak dapat mengatakan apapun jika dia melihat kami dengan mata sayu yang sedih.
Yah, aku tidak benar-benar akan memarahi dia sejak awal.
Sambil memikirkan hal semacam itu, aku melihat ke arah desa.
Populasinya mungkin sekitar 50 orang. Ada sekitar 10 rumah kayu yang bisa terlihat.
Karena matahari telah terbenam, para pria sepertinya kembali dari ladang-ladang dan sedang melirik kami para musafir.
Itu benar-benar terlihat sebagai desa yang tenang dan damai. Benar-benar memiliki suasana yang menenangkanmu.
Saat kami bergerak menuju penginapan, kami meminta dua kamar. Resepsionis meminta untuk memastikan apakah aku benar-benar ingin 2 kamar tapi aku memutuskan untuk mengabaikan itu.
"Tolong siapkan dua kamar dan makan untuk malam ini dan besok pagi juga."
Berkata demikian, aku menaruh satu koin emas di konter.
Dia terlihat terkejut karena penginapan di desa terpencil seperti ini mungkin tidak terlalu sering melihat koin emas, tapi dia segera mengeluarkan uang kembalian koin tembaga.
Biasanya, aku akan bernegoisasi, tapi karena Nona Francesca juga di sini sekarang, aku bertanya-tanya apa yang harus kulakukan.
Berpikir sejenak, aku kehilangan kesempatan untuk bernegoisasi saat itu.
[Itu karena kau mencoba untuk bersikap keren di depan wanita. Kalau kau akan menghela nafas menyesal sekarang, akan lebih baik kalau barusan menawar seperti biasa.]
Seperti yang kau katakan.
Aku menghela nafas dan si penjaga penginapan juga menyunggingkan senyum simpul padaku.
Yah, mengingat bahwa dia membuka  sebuah penginapan di desa seterpencil ini, dia akan mencoba menghasilkan sebanyak mungkin dalam situasi semacam ini.
Aku memutuskan untuk menyerah dan mengharapkan makanan yang enak.
'Karena inilah kau selalu kehabisan uang'. Aku merasa mendengar sebuah suara seperti itu dari suatu tempat.
Untuk sementara, ayo pukul saja sedikit medali yang ada di dalam sakuku ini.
"Besok kita akan beristirahat seharian penuh, jadi pastikan untuk beristirahat dengan baik."
"…Apakah itu tidak masalah?"
Tidak seperti sebelumnya, dia melihatku dengan tatapan mata menengadah dan ekspresi senang dan pipiku pun mengendur. Kalau aku punya seorang anak perempuan, mungkin akan seperti ini.
[Kau terdengar seperti seseorang yang menyimpang.]
Apa kau tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dikatakan?
Aku akan benar-benar terluka, kau tahu?
Saat pipiku kaku, dia melihatku sambil mengangkat kepalanya dengan kebingungan.
"Un, ya. Dengan kaki-kaki itu, langkahmu akan merosot juga pada akhirnya."
"Maaf."
"Tidak perlu minta maaf. Malahan, kurasa itu mengagumkan bahwa kau tidak berkata ingin kembali."

Penginapan ini memiliki dua lantai. Lantai pertama adalah ruang makan dan lantai kedua kamar pribadi.
Tidak ada yang namanya kunci dan tiap ruangan memiliki kunci dari dalam, jadi kita harus mengurusi sendiri barang-barang berharga kita.
Mudah bagi penyihir yang cakap karena mereka dapat dengan baik sekali membayangkan sebuah kunci.
"Umm."
Sementara aku memikirkan hal semacam itu dan baru saja akan pergi meninggalkan barang bawaan di lantai dua, aku dipanggil.
"Terima kasih banyak."
"Seperti yang kukatakan, tidak perlu khawatir. Perjalanan seharusnya dinikmati."
Setidaknya untukku, perjalanan adalah hal semacam itu.
Tanpa ada tujuan apapun, mengembara mengelilingi dunia ini dengan santai, itu memperluas sudut pandangku.
Dengan pemikiran demikian, aku beruntung bertemu dengan gadis ini yang memberiku tujuan sementara untuk sebuah perjalanan.
Belum lagi aku akan mendapatkan hadiah untuk menyelesaikan tujuan itu juga.
Permintaanya adalah menaklukkan Orc. Mempertimbangkan langkah kami, masih ada jalan panjang yang harus ditempuh.
Kami memiliki banyak waktu, dan tidak perlu terburu-buru juga. Aku, untuk sekali ini, benar-benar berpikir untuk menikmati perjalanan ini sepenuhnya.
Mengeluarkan medali Ermenhilde dari dalam sakuku, aku menjentikkannya dengan jariku.
Dengan suara kering, benda itu berputar dan bergulir dan aku menangkapnya dengan tangan kananku.
"Aku suka melakukan perjalanan. Karena itulah, aku sebenarnya merasa berterima kasih pada Nona Francesca karena datang bersamaku dalam permintaan ini."
[Untuk seseorang yang suka bepergian, aku merasa kau bermalas-malasan di desa itu terlalu lama.]
Aku benar-benar suka bepergian tapi aku juga suka sake dan bermalas-malasan.
Sambil melontarkan alasan dalam pikiranku, aku mulai menaiki tangga.
Kami telah tidur di luar ruangan hanya untuk satu malam, tapi seperti yang diduga, orang tidak banyak memulihkan diri dengan tidur di luar.
Setelah mengunjungi bar nanti, aku sebaiknya cepat pergi tidur kurasa.
"Yah, Nona Francesca sebaiknya pergi sesuai kemampuannya. Aku akan menyamainya berdasarkan itu."
"……Ya."
Mungkin dia sedang memikirkan sesuatu, tanggapannya sedikit terlambat.
Tapi, kalau dia ada sesuatu untuk dikatakan, dia mungkin akan melakukannya. Sambil berpikir demikian, aku menuju ke kamar.
Dia tidak mengeluh, tidak bertindak sendirian, dan mendengarkan apa yang kukatakan.
Sejujurnya, tidak ada hal lain yang kuperlukan pada seorang rekan.
Setelah mendapatkan sejumlah experience dalam membunuh monster, dia seharusnya dapat menjadi petualang yang baik.
Karena dia adalah murid dari Akademi Sihir, dia mungkin menjadi seorang sarjana atau semacamnya di masa depan nanti.
Tapi itu bukanlah sesuatu yang perlu kuperhatikan.
Membantunya mencapai tujuan untuk sukses membunuh seekor monster. Itulah tujuanku.

Bar desa ini satu ukuran lebih kecil daripada bar di desa sebelumnya.
Yah, desa ini sangat jarang sekali dikunjungi pelancong. Aku seharusnya senang ternyata mereka memiliki sebuah bar.
Sambil berpikir demikian, aku duduk di konter.
Ada beberapa pria di dalam bar itu.
Tatapan si bartender dan pria-pria itu tertuju padaku.
Orang luar pastilah sangat langka di sini. Sambil mengabaikan tatapan-tatapan tersebut, aku menaruh tiga koin tembaga di konter.
Umumnya, aku seharusnya pertama-tama pergi ke guild untuk mengkonfirmasikan permintaan, tapi karena kami beristirahat besok, sekalian saja membiarkan hal tersebut untuk besok juga.
[Bukan berarti tempat pertama yang harus kau datangi adalah bar, kau tahu…?]
Aku berakhir dengan tersenyum miris terhadap suara partnerku, Ermenhilde.
Itu sama seperti biasa, mau bagaimana lagi. Menyerah sajalah.
"Berikan aku sesuatu yang ringan."
Tanpa melihat menu, aku memesan secara acak.
Biasanya aku bisa meminum semuanya, baik itu anggur, ale, atau wiski. Aku cocok dengan hampir semua jenis.
……meskipun aku jadi tidak dapat bergerak keesokan harinya jika aku minum yang berat dalam jumlah banyak.
Yah, alkohol seharga 3 koin tembaga tidak akan cukup untuk membuatku mabuk, kurasa.
Kadang-kadang, si bartender akan mengeluarkan yang keras secara sengaja untuk mengerjaiku, tapi itu juga terasa menyenangkan dalam cara yang lain.
Itulah yang kau sebut dengan kesenangan sesungguhnya dari perjalanan.
"Apakah kau seorang pengembara?"
Si bartender, yang mengeluarkan alkoholku dalam cangkir kayu, bertanya demikian.
Sebagai cemilan, dia juga mengeluarkan beberapa sayuran segar dan semacam daging panggang bersama dengan minuman-minuman itu.
Mungkin itu adalah daging orc atau yang lainnya dari ladang.
Daging orc bisa didapatkan dengan harga murah di pasar. Itu bernutrisi tinggi jadi tidak seperti daging goblin, daging orc dapat diubah menjadi uang.
Petualang tingkat dasar dan menengah memburu mereka secara berkelompok, jadi tidak ada kekurangan daging semacam itu pasaran.
Dengan sedikit bumbu, terasa enak untuk dimakan setelah dipanggang.
Beberapa orang cenderung untuk tidak memakannya, mengatakan bahwa itu adalah daging monster, tapi aku tidak keberatan dengan hal tersebut.
Walau begitu dulunya aku keberatan.
……Manusia akan selalu bertumbuh. Kalau dia begitu pemilih dalam hal itu, dia tidak akan dapat melakukan perjalanan.
Sambil memikirkan tentang daging Orc, aku mengambil piring yang berisi salad dan daging itu.
Aku sudah makan malam dengan Nona Francesca, tapi alkohol harus ditemani dengan hal semacam ini. Yup.
Nona Francesca sekarang sudah tertidur di penginapan, mungkin karena dia terlalu letih.
Besok dia akan merasakan nyeri otot, pasti. Itu akan sembuh keesokkan lusanya."
"Yah, kami datang hari ini. Kami akan pergi lusa."
Menjawab bartender itu, aku meraih cangkir tersebut.
Berdasarkan aromanya, itu Apple Ale.
Ini benar-benar memiliki aroma yang wangi. Sepertinya datang ke desa ini adalah sebuah keputusan yang bagus.
Saat aku menyesapnya sekal, level rasa pahit yang sempurna dan aroma menyegarkan menyebar di dalam mulutku.
"Apakah kau mengkhususkan diri untuk membunuh monster?"
"Apakah terlihat seperti itu?"
Aku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain.
Ekspresi bartender itu menjadi tajam sedetik kemudian seakan memperkirakan diriku, kemudian dengan cepat berubah menjadi seulas senyum lembut.
"Sama sekali tidak."
"Kau punya mata yang bagus."
Aku mengangkat bahu.
Bukannya aku bahkan tidak dapat menghadapi monster lemah, tapi aku bisa bangga bahwa aku menghindarkan diriku dari terlalu banyak masalah setidaknya.
Yah, aku ragu bahwa akan ada monster bermasalah di dekat desa terpencil semacam ini lagipula.
[Tidak, tidak, kau seharusnya menyangkal perkiraan dia tadi……]
Aku menolak. Tidak mau masalah yang tidak diperlukan.
Aku juga tidak ingin berurusan dengan bahaya apapun lagi.
Yah, sekalipun aku berkata demikian, aku masih akan pergi menaklukkan seekor Orc. Bahkan aku sendiri berpikir bahwa aku begitu kontradiksi dengan pernyataanku barusan.
Sambil mendengarkan suara sedih Ermenhilde, aku menyeruput lagi Apple Ale itu.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
"Akhir-akhir ini, para Orc sepertinya berkumpul di dalam hutan terdekat."
"………hmm."
Sepertinya, perjalanan kami akan lebih cepat berakhir daripada yang kuperkirakan.
Berpikir demikian, aku menandaskan Apple Ale-ku.
"Katakan padaku lebih banyak lagi, dengan rinci."
Berkata demikian, aku menyerahkan cangkirku padanya.
"Akhir-akhir ini, Orc sepertinya telah bermukim di hutan itu. Dan telah merusakkan ladang-ladang juga."
"Yah, kedengarannya seperti apa Orc akan lakukan."
Saat dia mengisi ulang Ale-ku, aku menjawab perkataan bartender itu.
Kebiasaan makan seorang Orc itu terkenal dan hal pertama yang dirusakkannya adalah ladang sebuah desa.
Jika Orc bertemu dengan perlawanan di sana, mereka akan kembali ke tempat tinggal mereka dan hanya tinggal di dalam hutan, tapi aku ragu desa seperti ini memiliki pejuang yang dapat menghadapi seekor Orc dalam pertempuran.
Dan sepertinya tidak banyak Petualang yang berhenti di sini.
Mungkin hanya beberapa pelancong dan pedagang keliling yang akan kadang-kadang mampir di sini.
Sekalipun mereka mengirimkan laporan kerusakan ke ibu kota, hanya dewa yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk satu pasukan ksatria tiba di sini
Meskipun membantu dan menolong desa-desa terpencil seperti ini juga adalah bagian dari pekerjaan pasukan ksatria, tapi biasanya memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum mereka dapat sampai di sini.
Jumlah ksatrianya juga tidak besar dan belum lagi masalah kekurangan dana.
Untuk melakukan apapun, diperlukan uang. itu adalah hal yang sama di dunia lama kami juga.
Meskipun ada beberapa ksatria yang pergi bahkan tanpa uang, tapi mereka biasanya akan berakhir dengan dibenci oleh atasan mereka sekalipun mereka mendapat rasa sayang dari rakyat.
Pada dasarnya, masih ada waktu panjang sebelum para ksatria mulai bergerak.
[Keberuntungan kita ternyata di luar dugaan bagus untuk beberapa alasan.]
"Itu karena kita bertindak sebagai orang baik setiap hari."
Mengambil cangkir tersebut darinya, aku meminumnya setengah dalam sekali teguk.
"Berapa banyak yang bisa kau bayar?"
"Kau tidak terlihat begitu kuat untuk menerima pekerjaan ini. Setidaknya dari penampilanmu."
Oh, diamlah.
[Karena itulah kukatakan untuk bercukur dengan benar.]
Apakah hanya perasaanku saja atau memang benar keluhanmu semakin lama semakin seakan-akan kau adalah ibuku?
Aku benar-benar ingin berpikir bahwa aku hanya membayangkan ini.
"Aku punya rekan seorang penyihir."
"Gadis muda itu adalah seorang penyihir?"
Wajah bartender itu menjadi sedikit terkejut.
Seperti yang diduga dari sebuah desa kecil. Info mengenai kami dengan segera tersebar ke semua orang.
Sepertinya mereka sudah tahu bahwa aku dan Nona Francesca bekerja sama dalam party.
Yah, tidak mengejutkan, sih.
Para penduduk desa di tempat terpencil semuanya akrab satu sama lain. Info seperti ini menyebar dengan sangat cepat.
"Dia adalah murid dari Akademi Sihir. Dia berada di tingkat atas kelasnya."
"Hou, itu benar-benar hebat."
Sepertinya mereka tahu tentang akademi sihir, jadi dia sepertinya menyadari bahwa di tingkat atas kelas ada posisi yang dapat dipercaya.
Tentu saja, itu sepenuhnya bohong.
Kurasa tidak masalah untuk berbohong sebanyak itu. Mungkin. Bahkan bisa saja itu akan benar-benar terjadi.
[Kau benar-benar terbawa arus dan kadang berbohong dengan sangat mudahnya, kau tahu…]
"Jadi, bagaimana? Apakah itu meningkatkan rasa percayamu pada kami?"
Mengabaikan kata-kata tersebut, aku berbicara dengan si bartender.
Aku berkata pada diriku sendiri dalam hati bahwa perlu untuk berbohong agar mendapatkan lebih banyak info.
Orang-orang dewasa kadangkala terlalu kotor.
"Kurasa begitu. Kami juga tidak akan rugi apapun, jadi kurasa aku sebaiknya membuat sebuah permintaan."
"Itu benar-benar cara yang kejam untuk mengatakannya."
Saat aku tertawa, Apple Ale yang lain telah dipersiapkan untukku.
Karena dia memberikan itu padaku meskipun aku tidak memintanya, sepertinya itu adalah traktiran darinya.
"Sepertinya ada tiga Orc di dalam hutan."
"3, ya?"
Itu cukup banyak, pikirku dalam hati.
Yah, karena mereka sangat lamban, ada banyak cara untuk menghadapi mereka.
Kami bisa memisahkan mereka, atau membakar mereka dengan sihir Nona Francesca dari jarak jauh juga.
Sekalipun kami membuatnya kacau, kami dapat dengan cepat melarikan diri dan mencobanya lagi nanti.
Aku memikirkan berbagai rencana di dalam kepalaku.
"Juga, salah satu dari mereka begitu kuat. Anak-anak muda dari desa ini bahkan tidak dapat menyentuhnya."
"Kuat?"
"Ya, kelihatannya itu adalah seekor Orc hitam."
Hitam?
Aku memikirkan High Orc, tapi mereka bukanlah tipe yang muncul di tempat seperti ini.
Mereka biasanya hidup hanya di benua iblis.
Mereka tidak tinggal di benua Imnesia. Sejak awal, seekor monster seperti itu seharusnya akan dapat menaklukkan sebuah desa seperti ini sejak serangan pertama.
Tapi kalau begitu, apa lagi yang mungkin?
Seekor Orc hitam. Apakah itu spesies mutasi yang baru? Atau hanya Orc biasa yang kebelulan berwarna hitam?
"Apakah kau memikirkan sesuatu?"
"Barusan, untuk sesaat, aku sedang mempertimbangkan apakah akan mengambil permintaan itu atau tidak."
Jika itu adalah Orc biasa, maka tidak ada masalah.
Bahkan dengan mereka bertiga, skenario terburuknya, kami tinggal melarikan diri.
Aku sepenuhnya sadar dengan kecepatan mereka yang lamban.
Tapi, Orc hitam itu.
Itu sedikit menggangguku.
"Untuk sementara waktu, kami akan pergi dan memeriksa hutan lusa nanti. Kami akan memutuskan apakah akan menerima permintaan tersebut atau tidak."
"Ya, itu tidak masalah."
Meskipun dia berbicara demikian, tapi sepertinya dia tidak begitu mengharapkan kami.
Tapi itu adalah hal yang sangat normal. Bagaimanapun juga, kami hanya para petualang yang sedang lewat. Akan aneh jika mereka begitu mengharapkan kami.
Dan belum lagi, aku tidak terlihat lebih baik daripada penduduk biasa.
Dia tidak akan berpikir bahwa aku dapat menghadapi seekor Orc kuat.
Aku hanyalah seorang petualang Pembunuh Dewa yang rendah hati dari dunia lain bagaimanapun juga.
[Di sini seharusnya kau menggunakanku, senjata pembunuh dewa, terang-terangan menghadapinya—]
"Yah, aku akan bekerja cukup keras tidak sampai mati."
Sejak awal, ini menggangguku bahwa desa ini tetap aman meskipun Orc sekuat itu tinggal di dekat sini.
Jika memang sekuat itu, daripada hanya menyerang ladang, dia bisa saja menyerang desa secara langsung dan mengambil apapun yang dia inginkan.
Meskipun aku ingin menghindar dari bertarung melawan musuh yang tidak diketahui, karena tujuan kami juga untuk mengalahkan Orc, aku akan harus mencari mereka.
Karena para Orc itu menyerang desa, berarti aku juga dapat mengharapkan hadiah.
Menggabungkannya dengan hadiah yang akan kudapat dari Nona Francesca, aku seharusnya juga dapat menghasilkan cukup banyak uang kali ini.
Dengan uang sebanyak itu, aku tidak akan lagi perlu merasa khawatir dengan biaya perjalananku untuk beberapa lama juga.
Bagaimanapun juga, bepergian memang membutuhkan uang.
Karena aku telah bermalas-malasan selama sebulan penuh ini, aku sedang membutuhkan lebih banyak uang.
Juga, kalau aku tidak serius sedikit sekarang, aku mungkin juga akan diomeli oleh partnerku, Ermenhilde.
[Fufu—sepertinya aku akhirnya akan mendapat seorang lawan yang pantas untuk kulawan.]
Si senjata Pembunuh Dewa, Ermenhilde berkata demikian dengan suara senang.
Tapi, aku hanya akan menggunakan pisau besi walau begitu.
………Itu benar-benar terdengar mustahil, aku benar-benar berpikir demikian.
Yah, aku bahkan dapat mencobanya dan menaruh beberapa jebakan di dalam hutan.
Demi itu, aku harus memutuskannya sambil mengintai hutan
"Kami akan melarikan diri jika kami merasa kami tidak akan dapat menang, jadi jangan membenci kami karena hal itu. Bagaimana?"
"Jangan khawatir. Hadiahnya hanya akan diberikan setelah kalian sukses bagaimanapun juga."
"Yah, senang mendengarnya."
Itu berarti, kami harus membunuh Orc itu jika kami ingin mendapatkan hadiah.
Dan jika tidak dapat, kami sudah jelas tidak akan mendapatkan apapun.
Karena itu sangat mudah dipahami, aku tertawa sedikit.
"Kalau begitu, satu minuman lagi setidaknya untuk merayakan kami lebih awal."
Saat aku berkata begitu, si bartender menyunggingkan senyum miris saat mengisi cangkirku lagi.
Dia adalah pria yang baik, kurasa.
[Kau, seperti biasa……Aku tidak peduli sekalipun kau terlambat bangun besok, mengerti?]
"Besok adalah hari istirahat, aku bisa minum sebanyak yang kumau."
Saat aku berkata begitu, cangkir kayuku diisi sekali lagi.
Saat aku melihat hal itu, pipiku mengendur.
Ini benar-benar salah satu dari banyak kesenangan dalam bepergian, kurasa.
Aku dapat merasakan hal-hal yang enak dari desa-desa yang berbeda.
Sambil memakan daging Orc dan salad, aku minum Ale. Benar-benar mewah.
[……Haah, benar-benar menyedihkan. Kau sebaiknya mengurangi kebiasaan makanmu, ya ampun——]
Sambil mendengarkan kalimat yang biasa diucapkan parttnerku, Ermenhilde, aku meminum alkoholku.
Perjalanan dengan Nona Francesca mungkin berakhir dengan sangat cepat. Aku akan merasa sangat kesepian nantinya.
Aku akan harus berpisah dari dadanya yang menyembuhkan itu juga.
Sambil memikirkan hal-hal yang akan membuatku diomeli Ermenhilde, aku tinggal sampai larut malam.