REVIVER (06:05)
Kesimpulannya.
—Alam semesta telah berjalan tidak terkendali sejak awal.
Sebelum kita bisa berdiri sendiri dalam dunia ini, kita menangis ketika kita terlahir ke dunia ini.
Kita terus berseru, berteriak, aku ada disini,merasa takut akan ancaman serta hal asing di sekitar kita, menyeret tubuh lemah kita saat kita berusaha keras, memutar otak kita seraya bertanya-tanya bagaimana cara untuk bertahan hidup.
Darimana kita datang—
—Dan kemana kita akan pergi?
Selama proses ini, kita menciptakan Dewa karena rasa takut dan kekecutan kita, Membuat filosofi sebagai metode untuk memperoleh rasionalitas yang sudah disaring, dan menemukan matematika sebagai alat deduksi.
Secara tentatif, sedikit demi sedikit, kita menciptakan sejarah kita sendiri.

…Selama proses ini, dunia telah berakhir beberapa kali.

Apa yang dulunya dataran menjadi sebuah bola. Kita, yang pernah menjadi pusat alam semesta, sekarang berevolusi mengelilingi matahari. Manusia menemukan hukum gravitasi universal, mempelajari cara terbang di udara, memunculkan 5 gaya yang membentuk dunia, dan akhirnya, mengandalkan logika, deduksi, dan singgasana kebenaran yang kudus.
Kita menggunakan kearifan, bahasa serta kekerasan, meneteskan air mata darah, terus-terusan memanjakan diri dalam kebahagiaan, kemarahan, kesedihan serta sekian banyak rasa jengkel, sakit dan trauma—

Lagi dan lagi, kita membangun kembali dunia kita.
Lagi dan lagi, kita menulis ulang sejarah kita.
Lagi dan lagi, kita memperpanjang masa hidup kita.

Tetapi, semuanya berakhir sia-sia.
Pada hari itu, waktu itu, saat itu, semuanya lenyap seperti gelembung yang fana.
Pada hari dimana Bumi hancur, dunia berakhir, dan alam semesta berakhir seperti itu.
Dan—ketika umat manusia menyadari kebenarannya.
Jejak langkah kita semuanya sia-sia. Proses berliku-liku yang menimbulkan rasa sakit dan penderitaan hanyalah kesalahpahaman yang tolol. Pemahaman yang begitu keras kita kumpulkan hanyalah satu titik yang tidak bernilai.
Umat manusia, ketika berada di titik tertinggi untuk memperoleh kebenaran, dikirim kembali ke zaman primitif.
Alam semesta ini hanyalah kotak mainan bagi Dewa.
Dan sudah terbukti kalau kita hanyalah bayi yang bodoh.

Namun—kita masih harus merasa ragu.
Jika dunia ini, yang dipenuhi dengan berbagai macam ambiguitas, ketidak pastian, irasionalitas dan paradoks, hanyalah untuk menghibur Dewa.
Apakah dunia ini, yang kita tinggali, benar-benar ada?

Dengan demikian, 1000 tahun kemudian…
Di langit di atas Grid Akihabara.
20 pesawat terbang meluncur di langit.
Mesin turbin bergemuruh di atmosfir, pesawat jet tempur itu mengeluarkan lengkingan dentuman sonik dari pegasnya, praktis, pesawat-pesawat itu adalah Pretodactyl baja.
Mereka adalah skuadron ke-7 yang berafiliasi terhadap ‘militer’ Tokyo, mereka menerbangkan jet tempur generasi ke-7.
—Sering disebut sebagai Tim Sakeshitsu.
Korps tempur udara terkuat yang dimiliki ‘Militer’ Multi Grid Tokyo.
Keduapuluh jet temput ini lepas landas dari Grid Yokohama, dan terbang menuju Akihabara.
Mereka hanya punya satu misi,
“—Hancurkan senjata raksasa tidak dikenal yang muncul di Grid Akihabara.”
“Makan tahi dan mati sana.”
Di dalam mesin yang sedang terbang di langit dengan kecepatan supersonik.
Orang yang memimpin skuadron ini adalah Letnan Penerbang Sakeshitsu, dan dia menggumamkan sesuatu ketika dia mendengar perintah yang datang dari transmisi tadi.
Dia tiba-tiba dibangunkan saat larut malam, dan diperintahkan untuk siap siaga. Dia akhirnya mendapat izin meluncur ketika fajar menyingsing—hanya untuk mengetahui kalau targetnya kurang lebih adalah senjata raksasa yang tidak dikenal.”
“AWACS[1]. Jika kau sangat mengantuk, bagaimana kalau kupukul bokongmu dengan beberapaAttacker?”
Pria ini terkenal tidak sabaran.
Dia mengancam melalui komunikatornya dengan setengah bercanda, hanya untuk dibalas dengan kaku,
“Hati-hati dengan bahasamu, Letnan, ini adalah perintah resmi.”
“Tahi memang harusnya keluar dari bokong.”
“Untuk mengulangi perkataanku, Letnan, ini adalah perintah resmi. Skuadron ke-7 diperintahkan untuk segera menghancurkan senjata raksasa tidak dikenal yang muncul di Grid Akihabara, untuk sementara diberi nama kode ‘Laba-Laba Bumi’.”
Haa—Letnan Penerbang Sakeshitsu mendengus, lalu tertawa terbahak-bahak.
“Apa kaubodoh? Tidak, kau pasti bodoh. Kau mengira kalau aku ini bodoh.”
“Letnan.”
“Hei, idiot, kau dengar? Aku tidak tahu apa itu Laba-Laba Bumi, tapi monster itu tiba-tiba muncul di tengah-tengah Tokyo? Apa penjaga ibukota terlalu sibuk bermasturbasi sampai ketiduran atau semacamnya?”
“Penjaga ibukota telah disapu bersih semua.”
Ketika mendengar jawaban AWACS, Letnan Sakeshitsu terdiam.
Selanjutnya, data visual dari komunikator terkirim ke seluruh pilot.
Gambar yang muncul di penglihatan mereka—mencakup sebuah laba-laba mekanis yang cukup besar untuk menginjak-injak bangunan, serta api yang membara dimana-mana di tengah-tengah Akihabara. Hal ini menyebabkan seluruh pilot mengerang.
“Semua pilot, berhati-hatilah. Seperti yang kalian lihat, ancaman ini nyata. Jika Grid Akihabara hancur, bisa dibilang kalau Tokyo—atau malah Jepang sendiri, akan ikut hancur. Semua personil bersiagalah!”
“…”
“Selain itu, Letnan Sakeshitsu, anda diharakan datang ke ruang pengadilan setelah operasi ini berakhir. Apakah anda menantikannya?”
“—Ya begitulah, aku menantikannya.”
Jika mereka bisa pulang hidup-hidup, tentunya.
Komentar sinis itu hampir keluar dari tenggorokannya, tapi Letnan Sakeshitsu nyaris berhasil menelannya kembali.
Sebagai pemimpin skuadron, dia tidak boleh berkata begitu ketika anak buahnya bisa mendengarnya melalui komunikator.
Karena merasa sangat jengkel, Letnan Sakeshitsu menghantamkan tangannya ke kanopi.

Sebuah senjata raksasa tidak dikenal tiba-tiba muncul di tengah-tengah ibukota? Tentu saja hal itu pantas ditertawakan.
Benda raksasa seperti itu ternyata ada di bawah tanah tanpa ada yang tahu? Jika dia benar-benar berpikir kalau perkataan itu begitu meyakinkan, dia harus meledakkan kepala sendiri yang penuh kotoran terlebih dahulu.
Mereka sudah tahu—atau setidaknya, para ‘atasan’ sudah tahu. Tetapi, apa alasan mereka?
Kalau tidak, kenapa mereka memberikan ‘nama kode’ pada musuh tidak dikenal itu, kenapa mereka tidak menyebutnya dengan nama ‘target’, serta menjelaskan tujuan senjata itu…!
—Sudah jelasSiLetnanmenggertakkan giginya, hampir sampai berkeping-keping.
Skuadron ibukota menyerang senjata itu ketika Grid Akihabara diserang.
—Dan mereka gagal. Apa itu bagian rencananya? Atau ada hal yang salah? Bagaimanapun…
(Bagaimanapun, kita hanya membersihkan kotorannya bajingan saja…!)
Letnan Sakeshitsu berseru tanpa suara.
Itu hanyalah intuisi—namun sebuah analisis yang tidak bisa lebih dekat dari kebenarannya.
Para penjaga ibukota bukanlah tentara yang lemah, dan mereka bukanlah pasukan yang bisa dikorbankan begitu saja.
Sudah banyak anggaran serta pelatihan yang sangat intensif yang telah dihabiskan untuk mereka demi melindungi Tokyo, dan mereka adalah angkatan tempur terkuat diantara ‘militer’ negara ini.
Sekarang, batalion ini disapu bersih—seperti yang ditunjukkan di gambar sebelumnya. Tidak ada goresan sedikitpun pada musuhnya.
(Jadi para politisi sialan itu begitu ketakutan dan menyerahkan pekerjaan kotor ini pada angkatan udara.)
—Terlalu konyol.
Jika pihak itu gagal, datang ke kami—pemikiran seperti itu bukan hanya dangkal, jika siapa saja benar-benar berpikir kalau situasinya bisa ditangani seperti itu, mereka pasti adalah orang bodoh dan putus asa.
Para penjaga ibukota memiliki banyak senjata yang dipasangi Meriam Resonansi.
Senjata anti daratan, senjata terkuat secara teoritis, tidak bisa membengkokkan senjata raksasa itu sedikitpun. Hal ini menunjukkan kalau musuh memiliki kemampuan pertahanan yang jauh melebihi hal tersebut, atau semacam mekanisme penghapusan.
Mereka tidak tahu apa itu, tapi ada sesuatu yang bisa mereka simpulkan.
Bahwa meskipun mereka menghabiskan seluruh peluru kendali Attacker dalam pesawat jet ini, peluang serangan efektifnya bisa dibilang—
“Kita mencapai target kita. Semua personil, bersiap untuk bertempur!”
“…Dimengerti.”
Letnan Sakeshitsu menjawab AWACS, lalu menghela napasnya.
—Ikuti saja perintahnya. Ini adalah tanggungjawab seorang tentara. Tapi—
Atasannyamengumumkan kalau musuh memiliki jumlah senjata, meriam serta jarak serang yang tidak diketahui. Kalau begitu—dia segera menyeringai.
Dia menyambar mikrofon di mulutnya, dan memberitahu seluruh pasukannya.

“Badai Satupada seluruh unit. Formasi Delta—’Burst and Run’.”
Formasi ini digunakan untuk skenario terburuk yang mungkin terjadi, untuk mencegah seluruh unit terkena dalam jarak serangan musuh.
—Untuk menyerang dari jarak paling maksimum, menembakkan seluruh senjata, lalu kabur—merespons perintah tersebut, AWACS berteriak.
“Letnan!? Anda tidak diberikan perintah untuk beroperasi seperti itu!! Bertindak sesuai keinginan anda sendiri itu—.”
“—Operasi? Jika ‘Tembak jatuh Laba-Laba Bumi misterius’ itu bisa dibilangoperasi, aku tinggal memberi perintah bagaimana kami akan melakukannya! Jika kau ingin melihat pertunjukan, setidaknya sumpal mulut sialanmu itu!!”
Setidaknya dia akan mengikuti perintah tersebut. Itulah tanggungjawabnya sebagai tentara. Tetapi—
Dia punya kewajiban yang melebihi hal itu—untuk menghindari hilangnya nyawa sia-sia dengan cara menghindari pertempuran gesekan yang tidak berguna.
“Kalian dengar? Seluruh unit, turuti perintahku. Aku yang bertanggungjawab.”
“Letnan!”
AWACS berteriak, tapi anak buah Letnan mengabaikan hal itu, dan menjawab,
“BadaiDuadisini, dimengerti. Seluruh unit, Formasi Delta.”
Dengan komando ini, “dimengerti” seluruh unit menjawab, dan mulai masuk ke posisi masing-masing.
“Skuadron 7…! Kalian semua…!”
Teriakan kesar terdengar dari unit AWACS, tapi tiba-tiba—

Sinyalnya terputus.

Di saat yang sama, sebuah ledakan terdengar dari AWACS yang terbang di atas kepala mereka.
“A-Apa yang sedang terjadi!? Apa kau—”
“K-kau pasti bercanda…mereka meledakkan AWACS!?”
Sebelum ada lagi yang mengoceh, di suatu tempat jauh di depanLetnan Sakeshitsu—
Sonarnya menangkap reaksi yang besar, lalu dia menjentikkan lidahnya dan meraung,
“Semua pesonil, lakukan manuver menghindar dan berpencar, lalu meloloskan diri dengan kecepatan maksimum menggunakan afterburner[2] kalian—kita berada dalam jangkauan musuh!!”
“D-Dimengerti—”
Para unit tersebut tidak bisa mendengar kekhawatiran mereka seraya mereka mengikuti instruksi pemimpin mereka, mereka berputar balik.
Namun, bahkan Letnan Sakeshitsu sendiri kebingungan.
(Mereka meledakkan AWACS duluan—? Para bajingan sialan itu…)
—Musuh menembak jatuh AWACS yang berada 20.000m lebih tinggi dari pesawat mereka, ketinggian di luar jarak serang Attacker.
Niatnya jelas.
Serangan itu bertujuan sebagai provokasi jelas kepada seluruh unit yang telah memasuki jarak serangnya…
Sangletnanmenahan gaya gravitasi yang luar biasa, lalu terbang kembali bersama dengan unit lainnya, dan angin yang disebabkan oleh turbun mereka—mulai terbakar.
“!!”
Guncangan yang disebabkan oleh kecepatan maksimum, ledakan sekejap Mach 5, menciptakan tekanan luar biasa yang praktis menghancurkan kesadarannya sebagai pilot. Dan ketika dia menggertakkan giginya, tepat di depannya ada—
Sebuah unit yang telah menyelesaikan putarannya dan menyalakan afterburnernya. Unit itu meledak.
Setelah menyaksikan hal tersebut, para elit dari skuadron ke-7 membelalakkan mata mereka.
“Badai 3 tertembak jatuh! Saya ulangi! Badai 3 tertembak jatuh!”
“A-apa yang terjadi!? Apa yang menembaknya—”
Teriakan menderita bersahut-sahutan dari komunikator—lalu teriakan itu terputus. Kilatan cahaya muncul di depan mereka.
Skuadron tersebut menghindar dan mundur dengan kecepatan maksimum, hanya untuk ditembak jatuh, lalu Sakeshitsu menggertakkan giginya dan berseru,
—Bagaimana mungkin aku tahu, sialan!
Serangan itu datang dari luar jarak serang peluru kendali Attacker—lebih dari 18.000m—
Benda itu berhasil menembak  AWACS yang berada 20.000 m di atas kami dengan akurat? Dan benda terbang yang bermanuver dengan kecepatan hipersonik? Sistem Pertahanan Udara yang tidak masuk akal seperti itu—Tidak, itu masihmustahilbagi sebuah senjata dengan fungsi lebih dari satu.
Tetapi kenyataannya tetap tidak berubah bahwa unit Sakeshitsu sedang ditembak jatuh satu persatu.
Mereka tidak bisa menghindar, apalagi balas menembak, lalu jatuh—kemudian…

Dia memiliki insting yang tidak masuk akal.
“—Sial!”
Sakeshitsu mengikuti insting nyalinya tanpa ragu sedikitpun, lalu melepaskan batasan di bagian depan pesawat dengan paksa, kemudian mendorong tongkat kendali ke depan.
Hidung pesawatnya menurun, dan pesawatnya terbanglurus ke bawah.
Dia melakukan hal ini sambil melepaskan pembatas pesawat ini. Normalnya, gerakan ini bukanlah hal yang perlu dilakukan—ini adalah manuver yang dilarang.
Tekanan luar biasa dari ‘Minus G’ menyebabkan darah berkumpul di kepala, dan penglihatannya diwarnai merah selama sekejap.
—Itu adalah fenomena yang dikenal sebagai ‘Red out’, fenomena yang normalnya akan membunuh pilot. Tetapi—
“—…!!!”
Sebuah guncangan luarbiasa menggores bagian atas unitnya sesaat kemudian, membuktikan kalau insting tidak masuk akalnya memang benar.
Letnan Sakeshitsu berhasil menghindari ‘semacam serangan’ yang mendekat dari belakang.
Ketika dia menyadari hal ini, dia mengatur mesinnya kembali ke posisi seimbang—mengabaikan lengkingan sakit akibat migren yang kuat.
“Kau pasti bercanda! Aku terbang dengan kecepatan 5 kali kecepatan suara! —Aku tidak bisa melihat apa-apa!!”
—Dia tadi diserang dari belakang saat terbang pada kecepatan Mach 5.
Sebuah serangan yang mengabaikan jarak yang disebabkan oleh kelajuan relatif Mach 5?
—Tidak diragukan lagi. Serangan itu adalah ‘Serangan Meriam’.
Kecepatan serta presisinya tidak normal, tidak bisa dipercaya, dan benar-benar tidak masuk akal— serangan itu adalahsebuah ‘peluru sihir’.

“Badai Satu kepada seluruh unit! Tinggalkan mesin kalian dan ‘selamatkan diri’—sekarang juga!!”
Letnan Sakeshitsu berseru kepada komunikatornya.
Tembakan meriam itu begitu cepat, tembakan itu tidak dapat membenakan manuver yang mendekati 5—kecepatan 1650m per detik.
Melawan hal seperti itu, seluruh unit mereka akan tertembak jatuh sebelum mereka keluar dari jarak serangannya…
“D-dimengerti!”
Setelah memastikan respons seluruh pasukan yang selamat yang mulai menyelamatkan diri—
Letnan Sakeshitsu juga menarik tuas di dekat kakinya dengan pelan-pelan.
“…!”
Kursinya, bersama dengan kanopi, terlempar keluar.
—Penyelamatan diri ini terjadi dalam penerbangan dengan kecepatan hipersonik. Ketika dia hampir pingsan karena guncangan luar biasa dari atas kanopi, sang Letnan melotot bengis ke kejauhan.
Bukan ke arah Grid Akihabara yang menjadi target,
—Tapi ke arah Gedung DPR yang berada di—Grid Kasumigaseki.
“Dasar politisi brengsek! Sebenarnya apa yang sedang kalian serang…!”
Tepat ketikaLetnan Sakeshitsu meraung dengan marah.
—Sepertinya mereka semua sedang menunggu kehancuran komplet skuadron ke-7.
Sekian banyak cahaya meluncur di langit, menyerang Grid Akihabara. Pemandangan itu menyebabkan sang Letnan tersenyum mengejek.
—Ahh, karena sekarang penjaga ibukota dan angkatan udara telah gagal, sekarang kita—seperti biasanya, pemikiran yang dangkal.
Apa yang ditempatkan di puncak Gunung Fuji adalah meriam pertahanan ibukota—sebuah meriam partikel massa tetap dengan jarak serang sangat amat jauhlah yang melancarkan kilatan cahaya tadi.
‘Amano Mihashira (Pilar Surga)’—kartu as anti udara yang merupakan alat untuk melindungi inti dari Multi Grid Tokyo.
Melihat hal tersebut, LetnanPenerbang Sakeshitsu merasa sangat murka, dan melebihi itu—dia tersenyum mengejek.
“Kurasa para politisi tak berguna itu…sudah memutuskan apa yang ingin mereka katakan nanti.”
Sambil turun dengan parasut terbuka, dia hampir yakin.
—Sekian banyak kilatan cahaya mengoyak langit. Namun, mungkin itu—
—Ruang yang remang-remang serta sempit ini terus bergetar lemah.
Ruangan itu adalah sebuah ruangan dengan atap rendah yang melebar ke bagian sampingnya. Dindingnya ditempeli sekian banyak monitor, dan lantai bercorak tangga itu dikotori dengan tabung kaca yang tebal. Kilatan putih kebiruan kadang-kadang muncul dari tabung-tabung tersebut.
Ada sekitar 30 pria yang mengenakan seragam, tanpa sedikitpun kerutan di seragam tersebut.
Semuanya sedang menatap ke arah monitor serta instrumen di depan mereka.
“Musuh menghilang. Seluruh unit hancur…menilai kondisi yang disebabkan oleh tembakan dari ‘Meriam Pertahanan Ibukota’—”
Ketika mendengar laporan tersebut, semua orang yang ada disana menelan ludahnya,

“Kita menerima 8 tembakan—dan 0 kerusakan.”

Ketika mendengar laporan ini, kerumunan itu merasa bersemangat, siap untuk bersorak kapan saja. Sementara itu,
“—Hm.”
Satu-satunya yang sedang duduk di kursi tersebut, seorang pria tua yang tegap, mengangguk,
“Radar Bertahap, Kunci Reader, Penglihatan Inframerah, Railgun, Perisai Magnetis, semuanya stabil.”
“Daya berada di tingkat 12%. Lebih dari 2% diperlukan untuk memulai kembali laju pengisian ulang ke tingkat yang diharapkan. Tolong izinkan 30% daya dialihkan dari Sistem Kendali Senjata Api (SKSA).”
“Izin diberikan.”
Mengikuti jawaban singkat terhadap laporan tersebut, si pria tua—Gennai Hirayama, menghela napas dalam-dalam.
Seorang pria muda yang berdiri di sampingnya angkat bicara, suaranya terdengar melengking dan tidak tenang.
“Tadi itu benar-benar hasil yang impresif, Tuan. Kita ternyata berhasil menyapu bersih skuadron ke-7 yang terkenal itu dengan mudah…!”
“Hasil ini sudah kuharapkan.”
Gennai menjawab singkat sambil menyandarkan tubuh bagian atasnya ke kursi.
Ya. Itu adalah hasil yang diharapkan, jelas dan tidak perlu dipikirkan.
—Umat manusia di masa lalu menggunakan kekuatan yang paling mudah digunakan di alam semesta ini, kekuatan yang memiliki jumlah kemungkinan yang tidak terhingga dan tersembunyi.
Setelah semua hal diubah menjadi gir untuk menciptakan ‘Clockwork Planet’ (dunia) ini, meneliti ‘teknologi’ itu sendiri adalah perbuatan kriminal.
Ruang lingkup ‘elektromagnetisme’ medominasi 3 dari 5 kekuatan yang membentuk alam semesta ini—daya listrik, gaya magnet, dan gaya Coulomb.
Senjata gir hanyalah mainan belaka di hadapan apa yang dihasilkan oleh elektromagnet.

—Senjata mobile kelas taktis elektromagnet yang kompleks, ‘Yatsukahagi’.

Ditilik dari asalnya, senjata ini adalah sesuatu yang direncanakan dan dibuat atas perintah pemerintah.
Alasan kenapa mereka memutuskan untuk menggunakan nama yang lahir ketika pengembangannya adalah pukulan sindiran yang dipenuhi oleh masa lalu menyedihkan Gennai…
“Ketika negara lain melihat hasil yang kita dapatkan, mereka harus mengakui kalau penelitian kita telah membuahkan hasil.”
“…Itu mungkin sulit. Kita hanya menghancurkan sebuah skuadron.”
Gennai bergumam tanpa emosi apapun, dan opsir muda lainnya kelihatan gelisah seraya menyangkal hal tersebut,
“Itu tidak benar! Tidak ada negara yang bisa mengabaikan kenyataan kalau kita telah menghancurkan angkatan pertahanan Tokyo!”
“Dia benar Tuan. Bahkan ‘Meriam Pertahanan Ibukota’ pun tidak bisa menghancurkan kita!”
…Yah, itu memang benar. Pikir Gennai.
Sudah jelas kalau Meriam Resonansi dari Angkatan Pertahanan Ibukota itu tidak efektif.
Karena meriam itu tidak bisa memicu fenomena penghancuran resonansi ketika berkontak dengan armor magnetis.
Tetapi—‘Meriam Pertahan Ibukota’ adalah meriam partikel.
Itu adalah kartu truf terakhir Jepang—digunakan untuk menangani musuh kalau-kalau mereka menyerang ibukota.
Meriam itu adalah Meriam Rekoil Semi Otomatis yang teretak di Gunung Fuji dan mampu membasmi armada musuh dari jarak yang sangat amat jauh.
Pertahanan dari armor ini disebabkan oleh rangkaian elektromagnetis dari atom-atom logam, tapi berdasarkan perhitungan simulasi, ada 50% peluang kalau mereka dapat bertahan dari satu serangan ‘Meriam Pertahanan Ibukota’—Peluang ini saja telah menandakan kemenangan mereka.
Selain itu, mereka juga menang telak terhadap skuadron angkatan udara yang sangat terlatih dan terkenal di luar negeri.
“‘Militer’ Tokyo tidak punya kekuatan untuk menghalangi jalan kita sekarang!”
“Ya…kau benar.”
Setelah mendengar kata-kata ajudan tersebut, Gennai melihat ke arah kerumunan yang gaduh dan penuh energi di ruang komando ini, lalu mengangguk.
—Itu tidak ada artinya disini.

Pada akhirnya, itu cuma membalas mata untuk mata.
Pihak mereka sendiri tidak berbeda dari pemerintah, hanya mengulangi tindakan yang sudah dilakukan umat manusia dari era-era sebelumnya.
Umat manusia tidak bisa berubah, dan tidak akan berubah.
Tapi—Gennai bertanya-tanya.
Kalau begitu, apa entitas yang disebut ‘Y’ itu, yang berhasil menciptakan ulang dunia ini dengan sukses?
Dunia ini terus berjalan dengan sebaik-baiknya, normal dan presisi namun juga abnormal, inkonsisten dan paradoks.
Bagi seorang manusia yang tidak bisa berubah, siapa sebenarnya makhluk itu, makhluk yang menciptakan utopia terhebat yang disebut ‘Clockwork Planet’?
Dia menjungkirbalikkan seluruh hukum yang dikumpulkan umat manusia selama sekian tahun dan oleh sekian banyak bakat seperti mimpi, dan pada suatu hari, tiba-tiba melemparkan kebenaran yang tidak bisa dipahami siapapun ke arah mereka seolah-olah dia sedang main-main.
Orang yang melakukan hal itu hanyalah seorang manusia biasa—seorang teknisi mesin jam biasa.
Konyol sekali—siapa yang bisa mempercayai hal seperti itu? Siapa yang akan menerima hal itu? Dia adalah pria kurang ajar yang dengan sombong mendeklarasikan kalau dia adalah kebenaran dari Tiga Ribu Alam, yang bahkan para Dewa di surga pun tidak pahami, dan para iblis di neraka tidak akan bicarakan.
Apakah itu—’umat manusia’ yang terus mendaki wilayah ini, meskipun tidak berubah setelah ribuan tahun?
Pada hari itu
Umat manusia tidak pernah berubah. Hal itu sudah pasti.
Tapi hanya ‘Y’ yang berhasil menjungkirbalikkan semua premis, dan dengan sombong menyebabkan alam semesta ini terpisah dari tatanannya.
—Hal itu tidak mungkin berasal dari tangan manusia. Jika seseorang berhasil memenuhi ‘keburukan’ yang begitu parah sampai-sampai kata ‘kejahatan’ bisa dianggap lunak, mustahil jika hal itu tidak datang dari seseorang yang melampaui batasan baik dan jahat.
—Tetapi, Gennai bertanya-tanya.
Jika itu kebenarannya, aku bisa menerimanya.
Tidak masalah apakah makhluk itu adalah dewa atau iblis. Jika monster semacam itu yang melampaui kepintaran manusia telah menciptakan ulang dunia ini, dan membiarkan umat manusia tetap berada dalam delusi abadi sebelum hari kehancuran mereka, maka umat manusia tentu saja tidak akan bisa apa-apa.
Dalam kasus apapun, tidak ada alasan kenapa umat manusia bisa melampaui makhluk yang mendapat pencerahan.
Dia dibuat kecewa oleh sejarah, merasa putus asa terhadap dunia, dan tepat ketika dia berpikir untuk mati setelah melihat semuanya.
Ada seorang anak laki-laki yang muncul sambil membawa sebuah automata yang dibuat ‘Y’.

Semua orang sedang heboh dan merasa tidak terkalahkan, mata mereka membara seraya menetapkan target mereka selanjutnya.
Mata berwarna logam Gennai kelihatan siap dan dingin, lalu dia mendesis seperti seorang maniak,

“Sekarang…datang dan hentikan ini jika kau bisa, ‘Y’…”

Dari luar batasan baik dan jahat, dengan sombong dan tanpa rasa takut kau menciptakan dunia ini.
Kau menghancurkan takdir manusia biasa yang tidak berubah, takdir mereka untuk menghancurkan diri mereka sendiri.
Apa lagi yang bisa kau katakan di depan kebenaran ini—dasar monster?
Keberadaan macam apa kau ini, yang merestrukturisasi dunia ini?
Apa kau makhluk yang mendapat ‘pencerahan’ seperti dewa dan iblis, atau kau hanyalah manusia yang angkuh dan sombong?
Datang dan buktikan padaku, dengan dunia yang menjadi taruhannya…!
—Di saat yang sama.
Di dalam bengkel di Grid Akihabara, seorang gadis pirang—Marie, sedang duduk dan bersandar dengan kaki terbuka. Mata hijaunya kehilangan cahayanya yang biasa ketika dia diam saja disana dan berpikir.
Situasinya saat ini adalah sesuatu yang mirip seperti sebuah delusi yang siapapun pasti milikinya.

Adegan dari film thriller kelas B, dimana dunia berada di ambang kehancuran karena suatu alasan.
Tidak ada makanan, tidak ada minuman, peradaban telah hancur, dan apa yang dia bisa andalkan hanyalah pengetahuan, tubuh dan sekutunya.
…Begitu ya, pikirnya.
Bisa diperkirakan alasan kenapa film-film itu disebut kelas B—film-film itu kelihatan tidak realistis sama sekali.
Tidak ada penulis naskah yang benar-benar mengalami kehancuran dunia…oleh karena itu, mereka tidak memahami realita.

Pada kenyataannya, hal itu tidak sesederhana apa yang digambarkan film.
Pada kenyataannya, hal itu begitu jauh melampaui imajinasi manusia.
Marie tertawa kecil dengan lemas ketika dia melihat Halter tergeletak tak berdaya dengan asap keluar dari tubuhnya—Halter tidak bergerak sama sekali. Marie memegang lemah sebuah obeng, dan obeng lainnya menempel keras ke obeng yang Marie pegang, kelihatan seperti obeng tersebut telah dilem disana.
Kehancuran peradaban? Hanya bisa mengandalkan pengetahuan, tubuh fisik dan sekutunya?
Kau pasti bercanda—ini kenyataan. Sebuah kenyataan bencana yang tidak bisa dijelaskan, kasar dan merupakan kemungkinan terburuk.
Marie mau tidak mau menghela napasnya dengan sepenuh hati, dan di momen tersebut,
“—woah—panas—!?”
Seorang anak laki-laki yang kecil memekik sambil melompat.
“Rasanya panas!!? —Apa yang terjadi—dan kenapa begitu berisik dalam headphoneku?”
Si anak, Naoto Miura, telah terbangun, dan membuat keributan seraya melemparkan headphonenya dengan panik. Lalu dia melihat Marie sedang menatapnya dengan kosong.
“Hei…apa sesuatu…terjadi…?”
Kelihatannya dia sedang merasakan sakit yang intens; napasnya tidak beraturan, wajahnya berkerut saat dia menanyakan hal yang sudah jelas.
—Pertanyaan yang bagus ya. Marie tersenyum.
“Tebakanku…aku bisa bilang ini, mungkin. Kita terkena ‘ledakan elektromagnetik’.”
Jawaban Marie sedikit lemas. Sebaliknya Naoto cemberut dengan skeptis.
“Ledakan—apa?”
…Marie tidak bisa lagi merasa marah di titik ini.
Dengan suara serak, dia mengangkat obeng di tangannya, dan menunjukkannya ke wajah Naoto.

“—Segalanya tanpa terkecuali telah hancur…apa kau bisa mengerti sekarang?”

Ledakan elektromagnet yang kuat, radikal dan abnormal itumenyebabkan semua hal lainnya dimagnetisasi.
Tidak—kalau memang begitu, situasinya akan baik-baik saja. Pikir Marie.
Barangkali karena induksi elektromagnetis, gir-gir partikel, pegas, dan segala jenis suku cadang rumit meleleh. Apa yang tersisa hanyalah peralatan bodoh yang tidak bisa digunakan karena mereka termagnetisasi.
Mereka hanyalah instrumen mesin jam yang tidak bisa berfungsi sama sekali.
Kalkulator? Mobil? Lampu dan kunci pintu ruangan ini, bahkan obeng pun rusak.
“Apa aku perlu menjelaskannya lebih sederhana lagi?”
Marie membuka tangannya.
Obengnya jatuh ke lantai, mengeluarkan suara kering.
“Sekarang semuanya termagnetisasi, dan kita tidak punya cara untuk keluar dari ruangan ini.”

—Sejak zaman dulu, sudah dijelaskan kalau mesin-mesin yang dibuat dari teknologi gir tidak tahan daya magnet.
Oleh karena itu, umat manusia—tidak punya pilihan selain menyerah soal elektromagnetisme.
Namun, meskipun ‘planet governor’ yang terletak di Kutub memang menghalangi gelombang elektromagnetik yang datang dari luar angkasa, mereka tidak bisa sepenuhnya meniadakan pengaruh elektromagnetisme pada planet ini. Sehingga, teknologi untuk melawan daya magnet—cara untuk mencegah mesin gir termagnetisasi, selalu menjadi topik penelitian.
Orang bisa sepenuhnya mengerti setelah melihat situasi ini.
Singkatnya—bagiMarie sendiri, tidak, bagi seluruh manusia biasa yang hidup di planet ini.
—Seluruh pengetahuan dan teknologi yang relevan telah sepenuhnya tersegel.
Dengan gir jam ‘Clockwork Planet’ telah hancur, tidak ada satupun alat yang bisa digunakan, apalagi untuk perbaikan.
Hal itu sama seperti seekor burung yang tidak bisa terbang meski memiliki sayap—tidak, contoh itu mungkin tidak terlalu tepat.
Karena seekor burung yang sayapnya patah pun masih memiliki kaki.
…Tapi tidak peduli seberapa kalipun Marie disanjung sebagai orang jenius, dia memerlukan pengetahuan dasar untuk mengambil tindakan.
Dan dengan planet yang dibuat sepenuhnya oleh gir, situasi saat ini adalah—

…Inilah ‘kenyataan’, bencana terburuk.
Apa yang harus mereka lakukan—ini bukanlah situasi penuh harapan dimana mereka bisa bilang begitu.
Pikiran tentang apa yang bisa mereka lakukan pun telah dirampas.
Marie mendadak teringat kembali. Dia pernah menonton film kuno yang tolol dan benar-benar konyol, jauh melampaui ketidak masuk akalan dari skenario film thriller kelas B ini.
Bibirnya membentuk senyuman kering.
Dalam cerita tersebut, dunia yang ditinggali si protaganis ternyata hanyalah sebuah ilusi.
Dunia telah lama hancur, dan manusia dihubungkan ke sebuah mesin, mereka hidup dalam dunia mimpi yang mereka ciptakan. Tentu saja, dia tahu kalau cerita seperti itu benar-benar tolol—tapi jika dia menganggap hal itu sebagai kebenaran.
Situasi saat ini adalah, benar, realisme mulai mengetuk.
Sekarang, apa yang bisa dia lakukan?
Apa yang dia miliki hanyalah otak yang cuma bisa melamun.
Dalam dunia ini dimana dia benar-benar tidak berdaya, dimana semuanya adalah mimpi.
Haruskan dia memikirkan cara untuk keluar dari mimpi ini, meskipun dia hanya punya sebuah kepala?
Bagaimanapun juga, semua hal yang dia lihat itu cuma mimpi, kan?
Dan halusinasi seperti itu adalah—atau tepatnya, jika itu benar-benar sebuah halusinasi, ‘hal itu’ merupakan keputusasaan yang menyenangkan. Dia menoleh ke arah jendela yang tebal, dan tempat dimana dia melihat sesuatu yang memicu mimpi buruk ini.
Disana ada sebuah senjata raksasa mobile,berdiri tegak disana, menodai matahari.
Monster itu menghancurkan segalanya tanpa terkecuali dengan mudah, jelas berada disana sebagai tanda keputusasaan.
“—Hei—R-RyuZU!?”
Jeritan Naoto menggema dalam ruangan ini, lalu Marie menoleh ke arahnya.
Apa yang memasuki mata Marie adalah pemandangan dari seorang gadis berambut perak yang tumbang.
Naoto yang sedang panik buru-buru melompat ke sana, dia ingin membawa gadis tercintanya—
“—Tubuhnya panas—!!?”
Ketika dia menyentuh gadis itu, tidak, dia benar-benar berteriak tepat ketika dia hampir menyentuh gadis itu, lalu dia menarik kembali tangannya.
Lalu, dia akhirnya menyadari alasan kenapa dia terbangun oleh rasa panas.
Wajahnya memucat, bisa dibilang darahnya disedot dari wajahnya.

—RyuZu sedang tergeletak dalam genangan darah.

Apa yang mengesankan hal ini adalah panel logam di lantai, yang begitu terpanaskan sampai-sampai panel itu sedikit meleleh
Dan alasan hal itu terjadi adalah RyuZU.
Tubuhnya, yang ambruk dan tidak bisa bergerak, mengeluarkan panas yang cukup untuk melelehkan logam.
Naoto kelihatan sangat dikuasai oleh rasa takut, dan dengan suara gemetar, dia berseru,
“Hei, bagaimana dengan AnchoR? Pak Halter! Kepala paman itu (Vermouth)—”
Ketika ditanya hal itu, Marie, mengalihkan pandangannya tanpa bicara.
Yang tergeletak disana adalah Halter, dia mengeluarlan uap dari tubuhnya.
Dan tepat disampingnya adalah AnchoR, seperti sebuah boneka yang benangnya terputus, atau seperti yang orang akan bilang, sebuah patung, dia tergeletak disana tanpa suara. Dia tidak bergerak sama sekali, dan tampaknya dia—telah mati.
Lalu, Marie menatap ke arah Vermouth, yang kepalanya menggelinding ke arah kakinya, dengan mata yang kelihatan sepenuhnya kosong, lalu Marie tertawa kecil,
“Kau tidak dengar apa yang baru saja kukatakan?”
Dia mulai bicara dengan nada seseorang yang sedang menarasikan sebuah mimpi buruk,

“Segalanya sudah hancur…”

Kesunyian ini terasa seperti laut yang dalam.
“—Jangan bercanda denganku…”
Naoto menggertakkan giginya begitu keras sampai terdengar suara giginya bergemeretuk, lalu mengangkat Marie ketika Marie sedang bersandar lemah di dinding.
“Kalau begitu, kita harus cepat-cepat memperbaiki situasi ini—kau bisa melakukannya kan, iya kan!?”
Marie membiarkan Naoto mengguncang-guncang tubuhnya tanpa perlawanan, lalu tergelak dengan dingin,
“Ya, aku bisa…tinggal singkirkan daya magnetnya—tentu saja kalau kita bisa menyingkirkannya.”
“Kalau begitu buat apa kau bengong!? Cepatlah—”
“Caranya?”
Setelah mendengar suara kalem Marie, Naoto terperangah.
Dengan mata hampa, Marie menatap ke arah mata yang sedang menatap balik ke arahnya, lalu melanjutkan perkataannya,
“Rasanya benar-benar enak ya jadi orang yang tidak tahu apa-apa, iya kan, Tuan Naoto? Aku benar-benar iri.”
Menyingkirkan daya magnet ini? Tentu saja dia tahu caranya.
Dia bisa memagnetisasi sebuah instalasi mesin jam, dan jika dilihat dari arah lain, tentu saja dia bisa menghilangkannya.
Sebagai seorang mantan Meister, Marie bisa melakukan pekerjaan mudah seperti menyelaraskan sebuah instalasi mesin jam yang termagnetisasi dengan mata tertutup. Teorinya sederhana, tambahkan daya magnet atau aliran listrik dengan tingkat yang sama, lalu balikkan medan magnetnya; kemudian, daya magnetnya akan hilang, lenyap.
Itu saja. Marie tahu betul metode, keterampilan dan urutan yang diperlukan.
Namun, hal yang pentingnya—
Harus ada daya listrik!Kau paham? Senjata sialan itu baru saja mengeluarkan tabu sungguhan diantara semua hal yang dilarang traktat internasional! Gaya elektromagnetik sialan itu dilarang menurut aturan…!”
Setelah mendengar ratapan—bukan, pekikan ratapan Marie, Naoto merasa kewalahan, lalu melepaskannya.
Marie kembali bersandar di dinding, dan merenung,
—Ya, tentu saja.
Tidak ada negara atau organisasi yang bakal menuruti klausa ini.
Halter danVermouthitu memiliki alat elektromagnetik ilegal yang diinstal dalam tubuh cyborg mereka.
Dan untuk lebih jelasnya, untuk berjaga-jaga—meskipun mungkin saja ini mustahil di planet ini—suku cadang tertentu itu sendiri sudah memancarkan medan elektromagnetis, sehingga sebagian dari ‘Meister Guild’ dan ‘militer’ memiliki alat penghilang elektormagnetisme legal yang diizinkan oleh Sistem Pengawasan Internasional (SPI). Marie sendiri pernah mengalami hal tersebut sebelumnya.
Namun—
“Telingamu yang hebat itu bisa mendengarnya, kan!? Ledakan elektromagnet tadi menghancurkan segalanyadi Grid Akihabara! Terus? Bagaimana caranya aku bisa keluar dari ruangan ini!? Dimana aku bisa mendapat alat untuk menghapus medan magnetnya? Apa kau bisa menjelaskannya dalam beberapa kata…!?”
Marie mengamuk—dan air mata mulai menggenang di matanya ketika kata-katanya sampai di bagian akhir.
—Mustahil.
Marie tahu betul metode untuk menghasilkan listrik dari gir.
Tapi metode tersebut tidak mungkin menghasilkan aliran listrik yang bisa dikontrol dengan presisi untuk penghapusan daya magnet.
Meneliti pengetahuan seperti itu sendiri adalah tindakan kriminal, apalagi mengetahuinya.
Dan juga, alat penghapus daya magnet legal memerlukan izin yang ketat mirip seperti penularan tingkat 4.
Akan sulit bagi Marie, yang pada titik ini tidak ada bedanya dari orang sipil biasa, untuk memperoleh satu.
Lebih jauh lagi, tidak ada alat penghapus daya magnet sebesar robot humanoid dimanapun di dunia ini, apalagi di grid kota ini.
Jika orang memilih mundur yang lama bicara—meskipun mereka bisa menyusup ke dalam sebuah fasilitas pengendali lalu mencuri satu alat penghapus daya magnet, mereka hanya bisa menghapus daya magnet itu saja.
Pelindung dalam kepala Halter mungkin saja masih bekerja di titik ini…tapi tetap saja waktunya tidak cukup.
Di titik ini, semuanya sudah—
“…Sejak awalnya…kita tidak bisa keluar dari ruangan ini…”
Marie bergumam lalu menunduk.
—Tapi gerakan itu saja,
Apakah cukup untuk membuatnya begitu tidak berdaya?
Karena satu gerakan saja, seluruh pengetahuan yang telah dia akumulasi sampai saat ini, keahlian yang telah dia ukir dengan tubuhnya—
Itu semua benar-benar…seperti ilusi—tepat ketika setetes air matanya keluar, di momen itu—

—Tiba-tiba, suara kaca retak terdengar dari kaca yang tebal itu.
Marie mengangkat wajahnya dengan terkejut, lalu melihat Naoto menghantamkan kursi ke jendela.
Dua kali, tiga kali, empat kali—retakan pada kaca yang kuat itu mulai melebar setelah beberapa kali dipukul.
“R-argh!”
Dan setelah hantaman yang kesekian kalinya, jendela itu akhirnya pecah.
Kelihatannya hantaman Naoto terlalu keras sampai-sampai kursinya lepas dari tangan Naoto, lalu jatuh ke luar jendela.
“Okw. RyuZU, AnchoR, pak Halter…kayaknya kita bisa membawa kepala itu di tangan. Kita bisa menurunkan mereka satu persatu…lantai 8? Yah, kita cuma perlu mencari kabel atau kain panjang untuk turun.”
“…”
Ketika Marie terus tidak bergerak, Naoto menjentikkan lidahnya,
“—Argh, sudah cukup! Menyingkirlah, kau begitu lamban sampai kau cuma menghalangi saja!”
Setelah berkata begitu, Naoto kembali berjalan ke arah RyuZU.
Tanpa ragu, dia mengulurkan tangannya ke arah tubuh yang begitu panas, sampai bisa melelehkan lantai.
“T-Tunggu sebentar!”
Naoto mengabaikan Marie, yang sedang mencoba menghentikannya, lalu memegang tubuh RyuZU.
“—(desis)”
Wajah Naoto tiba-tiba meringis, dan bau daging manusia yang terbakar tercium oleh hidung Marie.
Tapi Naoto mengangkat RyuZU begitu saja, tanpa terlihat kesakitan sama sekali.
Marie memekik ke arahnya,
“Apa kau tahu apa yang sedang kau lakukan!?”
“Diam! Jika kau tidak mau membantu, diam saja di sudut sana dan bungkam mulutmu!”
Naoto menghela RyuZU sepanjang lantai yang membara, lalu berteriak,
Aku tidak tahu apa yang sedang kulakukan sama sekali!Tapi aku tahu kalau aku tidak bisa membiarkan RyuZU tetap seperti ini!”
Ketika dia berseru begitu, dia meletakkan kembali RyuZU di lantai yang dingin.
Pemandangan dirinya yang terbaring, bisa dibilang, bahwa dia terlihat menyeramkan.
Suku cadangnya, mulai dari bagian perut, mulai meleleh—bahkan struktur kerangkanya mulai berubah, barangkali disebabkan oleh panas berlebih dalam waktu yang lama.
Jika dia adalah automata biasa, kerusakan separah itu dijamin akan membuatnya dibuang.
Bahkan Marie tidak bisa membetulkan kerusakan setingkat ini dengan segera.
Bukan hanya masalah peralatan saja; tapi ada terlalu banyak suku cadang mahal yang perlu diganti.
Tapi di saat yang sama—Marie merasakan sesuatu yang aneh.
Apakah ‘hanya kerusakan setingkat’ ini yang ditimbulkan oleh temperatur tinggi yang bisa melelehkan logam.
Dia memikirkan tentang suku cadang di bagian perut; pada suatu waktu, suhunya mungkin mencapai beberapa ribu derajat Celsius.
Tapi meskipun pengaruh panas tersebut, tidak ada kerusakan yang terlihat pada pakaian, kulit artifisial, maupun rambut, tidak ada kerusakan selain di bagian perut.
Tidak. Marie sudah memiliki keraguan.
Apakahpanas yang melelehkan suku cadangnyadisebabkan oleh hambatan listrik?
“—!”
Namun, ketika Naoto melihat RyuZU dalam keadaan seperti itu, dia menggelengkan kepalanya dengan keras, dan mendadak berdiri.
Dia tidak memedulikan kulitnya yang terbakar serta barang lengket yang menempel di pakaiannya saat dia pergi ke bengkel untuk mencari kawat, kabel atau benda yang kelihatannya kuat, lalu menghubungkan semuanya.
Marie menyaksikan punggungnya, lalu bicara dengan gagap,
“…Apa…yang kau lakukan…”
“Kau tidak tahu? Oh jenius yang agung!? Jika kau tidak bisa membuka pintu, keluarlah dari jendela!”
Seperti yang sudah Marie katakan, tempat ini adalah sebuah bengkel, sebuah lingkungan tertutup dimana setitik debu pun tidak bisa masuk. Pintu otomatis yang dikunci oleh mesin sekarang rusak, dan mereka tidak bisa membukanya—sekarang, apa yang bisa mereka lakukan?
—Pecahkan saja jendela yang digunakan untuk penerangan lalu keluar.
Hal yang cukup sederhana. Namun…
“—Setelah kau keluar, apa yang mau kau lakukan…?”
Ketika Marie bertanya begitu, Naoto menolehkan kepalanya dengan frustasi.
Kedua mata itu jelas—memandang rendah, lalu dia berseru tanpa keraguan sedikitpun.
“Keluar dari tempat ini! Coba cari cara ke tempat orang-orang bodoh itu!  Lalu bawa RyuZU, AnchoR, pak Halter dan Vermouthjuga!? Lalu perbaiki mereka!”
Kemudian, wajah Naoto tiba-tiba mengernyit.
Itulah tatapan paling menyeramkan yang belum pernah Marie lihat sebelumnya.
Naoto melotot ke luar jendela dengan tatapan dendam, dimana bisa dibilang sebagai niat membunuh.

—Itulah pelaku dibalik semuanya.
Dia melotot ke arah senjata raksasa yang sedang menginjak-injak jalanan Akihabara, dan berkata,
“Aku akan merebus hidup-hidup orang-orang yang melibatkan istri dan anakku, kau dengar!?”
“Kalau kau tidak mau membantu, berhenti menghalangiku dan diam saja!”
—Orang ini benar-benar tidak mengerti situasinya ya? Marie bertanya-tanya, tapi di saat yang sama dia mengerti.
Jika mereka tidak bisa keluar melalui pintu—mereka bisa keluar dari jendela—yang benar saja, dia begitu bodoh di waktu sulit ini, sampai-sampai dia tidak bisa memikirkan hal yang orang idiot pun bisa pikirkan.
“…Sudah kubilang, kan? Medan magnet di Grid Akihabara pada dasarnya meyebabkan segalanya ‘berhenti’…cara kita pergi ke Grid selanjutnya pun terbatas. Kau tahu…?”
“Itu lebih baik daripada diam disini seperti orang bodoh!”
“Yaaa…—kurasa kau memang benar!”
Ya, dia harus mengakui hal ini.
Naoto, yang sudah mengambil tindakan tanpa pikir panjang, memang lebih baik daripada dirinya.
Setelah mendengar jawaban yang diluar dugaan itu, Naoto terpana sejenak.
Di saat yang sama, Marie menepuk wajahnya, lalu berdiri dan menatap mata Naoto.
Sepeti biasanya—tidak, mata kelabu itu mengeluarkan cahaya yang lebih terang daripada biasanya dalam suasana redup ini.
Dia menatap mata seseorang yang tidak kalah meskipun situasinya seperti ini.
Di titik ini—dia akan membiarkan mata itu menuntunnya.
“Pertama, kita perlu memastikan kalau kita bisa pergi ke tempat yang sudah ditentukan oleh Guru Conrad dan yang lainnya—Grid Ueno. Biasanya, pergi ke sana itu sulit saat salah satu area dalam Multi Grid berhenti berfungsi—tapi tidak ada orang yang tersisa di Grid Akihabara, jadi mungkin kita bisa menggunakan jembatan terlarang…”
Marie terus bicara, lalu tiba-tiba dia merasakan hal yang aneh.
Ketika dia melihat Naoto menurunkan alisnya, kelihatan lega dengan wajah berseri-seri, dia merasa jantungnya berhenti sejenak.
Di momen ini.

“—Medan magnet dikonfirmasi telah menghilang. Rangkaian Darurat dihentikan. Booting rangkaian normal.”

Ketika mendengar suara halus itu, Naoto dan Marie segera menolehkan kepala mereka.
Tepat di tempat yang sedang mereka lihat adalah—
“…Tadi mengagetkan saya.”
AnchoR mengedipkan mata bulatnya, membelalakkannya, lalu memiringkan kepalanya dengan bingung.
Kamilah yang harusnya kaget, oke? Pikir Marie. Apa yang lebih cepat darinya adalah—
“WAAAAHHHHH!!!! ANCHOORRR BAIK-BAIK SAJAAAAAAAAAAAAAAKAMU BENAR-BENAR MEMBUATKU TAKUT SIALAN!!!”
Naoto, yang tepat berada di sampingnya, langsung melompat ke arah AnchoR, sambil berseru riang,
“—!? Saya tidak mau papa mati!”
Sementara AnchoR dengan lugu mempercayai kata-kata Naoto ketika dia memeluknya dengan erat, Naoto melanjutkan kata-katanya,
“Oke, jangan khawatir, aku tidak akan mati! Keadaan RyuZU juga tidak terlalu buruk, kalau tidak aku pasti pingsan.”
“…Apa itu salah AnchoR? …Apa AnchoR, anak yang nakal?”
“Tidak sama sekali, kamu benar-benar anak yang baik! Berkatmu papa tidak mati disini! Papa mungkin akan bunuh diri jika kamu tidak bergerak sama sekali, AnchoR!”
“…? Papa hampir mati karena AnchoR, tapi berterimakasih sama AnchoR…?”
Setelah mendengar percakapan antara si idiot dan si automata, Marie tidak bisa berkata apapun.

—Bagaimana bisa situasinya berakhir seperti ini?


Dia ternyata bisa menahan ledakan elektromagnetis?
Medan magnet yang benar-benar membakar pertahanan Halter!? Meskipun pihak belakangan memiliki tubuh cyborg militer generasi selanjutnya yang dikembangkan oleh keluarga Breguet.
Ini bukan saatnya dikagetkan oleh hal itu, kan? T-tidak—kalau bukan begitu, kenapa dia berhenti bergerak sampai tadi? Tidak  tidak tidak! Yang lebih penting, apa yang idiot itu katakan?”
“—Naoto, apa kau bilang…kalau AnchoR tadi bergerak…”
“Eh, ah, dari tadi dia selalu berfungsi. Karena itulah aku tidak jadi bunuh diri.”
Naoto menyatakan hal ini seolah-olah itu adalah hal yang wajar.
“Karena AnchoR bergerak, kupikir RyuZU panas karena suatu hal, tapi aku tidak punya bukti apapun, jadi kupikir aku harus buru-buru melakukan sesuatu, meskipun cuma sedetik lebih cepat. Terus kau juga terlalu banyak bimbang, Marie…”
Marie mengabaikan suara Naoto ketika Naoto menggerutu dan membelai AnchoR, kemudian Marie berpikir,
—Alasan—kenapa dia jadi panas…?
Dan selama sekejap, tepat sebelum Marie hampir memikirkan sesuatu, AnchoR berkata dengan nada menyesal,
“…Ma-af…fungsi ‘anti dengung’nya …erm…”
Dia menjelaskan, tanpa memahami fungsinya sendiri—atau malah, dia kelihatan tidak memahami dirinya sendiri sama sekali.”
“…Saya memasuki rangkaian panas ’darurat’…”
Marie berusaha sekuat tenaga supaya dia tidak pingsan.
—Ahh,benar juga—ada cara lain untuk menghapus daya magnet.
Dia mengakuinya, bahwa dia melupakan hal itu. Bagaimanapun juga, pikirannya sedang berkecamuk.
—Tapi setidaknya biarkan aku sedikit membela diri, Marie memohon entah pada siapa.
Karena metode ini khususnya ‘tidak bisa dilakukan, dan akan ‘sulit dilakukan’.
Lebih jauh lagi, itu adalah tindakan otomatis. Namun, dengan penjelasan dari benda asing itu, Marie berseru,
Pemanasan untuk menghapus daya magnetnya? Itu hanya bisa terjadi di titik Curie! Kau bercanda? Bagaimana caranya?”
—Itulah fenomena yang disebut Titik Curie,
Dimana segala hal yang memiliki daya magnet akan kehilangan kemagnetannya setelah dipanaskan pada temperatur tertentu.
Sederhananya, daya magnet bisa dihapus dengan pemanasan. Metode yang benar-benar sangat sederhana.
Tapi metode seperti itu bisa dikatakan sebagai tindakan terakhir—
—Tidak, metode itu merupakan tindakan yang begitu kasar, sampai tidak akan ‘dianggap’ sebagai solusi terakhir.
Kenapa? Karena ketika dipanaskan, benda tersebut tentunya akan memuai atau meleleh. Seluruh bagiannya terbuat dari materi berbeda, sehingga temperatur yang dibutuhkan untuk mendinginkannya pun berbeda. Hal ini dapat menyebabkan alat mesin yang rumit menjadi rusak selama proses pemanasan.
Namun, ada automata yang bisa memanaskan dirinya sendiri secara otomatis?
Gir-girnya akan kehilangan kekokohannya dalam keadaan panas, lalu kabel-kabelnya akan hancur sendiri—pasti, rasanya aneh jika hal itu tidak terjadi. Dilihat dari sudut lain, meskipun hal itu mungkin terjadi, mekanikanya harusnya berhenti tepat ketika mesinnya termagnetisasi.
Bagaimanapun juga, bagaimana caranya fungsi pemanasandapat terus bekerja—!?

Ketika Marie terus merenung sendiri, Naoto mengabaikannya dan bergumam,
“Dengan kata lain, pemanasan bisa menghapus daya magnet, kan? AnchoR punya ‘gir kekal’ dengan gaya gesek nol, serta bisa terus berputar untuk meningkatkan panasnya dengan lambat. RyuZU sendirimengubah seluruh energinya menjadi panas, dan berhenti, kan?”
Setelah mendengar hal itu, AnchoR tiba-tiba berdiri, lalu berseru,
“K-kakak…! Tidak, kakak tidak bisa mendinginkan dirinya sendiri…”
“Tidak apa-apa, AnchoR~tidak peduli apa yang terjadi~jangan khawatir. RyuZU sudah dipindahkan ke lantai yang dingin!”
“…Papa hebat…!”
AnchoR membelalakkan matanya dengan kagum.
Tetapi, dia menoleh ke arah luka bakar di tangan Naoto, dan matanya merendah dengan sedih.
“…Tapi, Papa terluka. Rasanya sakit kan…?”
“Ahahaha! Ini sih bukan masalah demi istri dan anakku!”
Naoto berkata begitu dengan mimik serius, seperti seorang ayah yang sedang berlagak kuat di depan anak perempuannya.

Ya—ini benar-benar hebat, Marie merasa frustasi.
Begitu hebat sampai-sampai melampaui perbandingannya, dan bisa dibilang kalau itu melampaui apa yang disebut akal sehat.
—Situasi ini diluar pemahamannya.
Tapi setelah melihat adegan seperti tadi, Marie hanya bergumam,
“Ya ya. Panasnya menghapus medan magnetnya.”
Dia tidak bisa menerima ini.
Dia tidak bisa memahami ini.
Tapi Naoto mengabaikan Marie yang sedang tercengang begitu saja seraya melangkah maju, dan entah kenapa—
Marie merasakan perasaan kosong dan kering dalam tubuhnya, lalu dia menyambar kepala Vermouth yang tergeletak di lantai.
Bagaimanapun juga, dia harus melakukan apa yang bisa dia lakukan.
“Pokoknya, pertama, kita perlu keluar dari Grid Akihabara.”
Sambil berkata begitu, Marie memungut kepala tersebut,
Lalu melemparnya ke lantai yang membara dengan enteng.
“Dasar pelacur busuk! Kau hampir merebus kepalaku!? Apa kepalamu begitu longgar sama seperti pantatmu!?”
Ketika mereka bergerak menembus Akihabara yang sepenuhnya sunyi, Vermouth tiba-tiba berteriak.
“Oh? Kau masih hidup? Kukira penghapusan daya magnetnya gagal.”
Marie bicara dengan tenang kepada kepala yang sedang berteriak padanya, dia tidak berhenti sama sekali dan terus bergerak maju.
Vermouthmenoleh, dan melihat AnchoR membawa RyuZU, dengan Naoto yang sedang terengah-engah di belakang. Marie berjalan di depan, mengapit kepala Vermouth dan Halter di ketiaknya.
Vermouth bertanya karena merasa ingin tahu,
“Apa…? Apa yang terjadi? Bagaimana bisa si tuan itu juga tinggal kepala? Hei, cewek hantu, bicara dan jelaskan—apa yang baru saja kau lakukan, dasar pelacur!?”
Marie menghantamkan kepala Vermouth, yang sekarang ada di tangan kanannya, ke arah lampu jalan, membuat Vermouth terdiam.
Tubuh cyborg Halter terlalu berat, dan terlalu rusak untuk diperbaiki, jadi Marie melepas kepalanya. Vermouth merasa sedikit menyesal karena dia tidak bisa melihat ekspresi Marie saat itu.
Naoto akhirnya menyusul mereka, dia kemudian bicara dengan sedikit kikuk,
“…Ah, kau benar-benar bangun di saat yang salah, paman…ngomong-ngomong, kau baik-baik saja, kan?”
“Hah? Ah, jadi kaulah rekan pelacur ini? Ha—berdasarkan apa kau bisa bilang kalau aku baik-baik saja? Alat pengukur oksigen yang berfungsi untuk melindungi kepalaku rusak, dan aku bisa saja mati dalam 3 detik. Mata kananku mungkin sudah buta, dan aku tidak bisa membedakan warna dengan jelas. Masih hidup saja sudah hal yang hebat, dan kalau aku dibilang baik-baik saja, mayat itu harusnya dibilang sehat wal afiat dengan anggota tubuh lengkap, ya?”
—Kepala ini benar-benar kepala yang penuh energi sampai-sampai dia bisa balas mengoceh.
Marie memang pernah berlatih untuk situasi ini sebelumnya, tapi memegang sebuah kepala di tiap lengannya dan berlari dengan kecepatan penuh itu benar-benar tugas yang sulit. Meskipun mereka cuma kepala, tiap-tiap kepala itu seberat bola boling.
Marie benar-benar ingin membuang kepala di tangan kanannya begitu saja, lalu dia menyipitkan matanya.
Tidak ada yang bergerak ketika matahari pagi menyinari jalanan Akihabara, api dan asap mengepul dimana-mana, barangkali disebabkan oleh gir-gir yang terbakar hangus. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah, dari tadi, telinga Marie menangkap semacam gemuruh dari bawah tanah.
—Tentunya suara itu adalah suara kota ini yang sedang dihancurkan.
“Ngomong-ngomong, bocah, bagaimana wajah tampanku sekarang?”
“Ada film robot kuno dengan seorang pria yang tenggelam ke dalam tungku penuh lelehan baja lalu dia meleleh, lho?”
“Kulit artifisialku meleleh!? Apa yang kau lakukan, pelacur sialan—hei, ini perbuatan keji, kan!?”
Kali ini, Marie menghantamkan kepala Vermouth ke pagar pembatas, lalu berkata,
“Bersikaplah yang baik, kau dengar?”
Marie melotot marah kepada kepala yang dia naikkan sejajar dengan matanya.
“Apakah kau ingin berakhir di tempat sampah atau disiram ke dalam toilet!?, tergantung pada suasana hatiku, dan sekarang suasana hatiku sedang sangat buruk, kupikir aku tinggal melampiaskannya padamu dengan merebusmu—tapi diriku ini, yang punya kebaikan seperti malaikat yang jarang ada di dunia memutuskan kalau aku akan membiarkanmu hidup, jadi orang brengsek dan sialan sepertimu harusnya merasa begitu terharu dan menangis lalu bersumpah setia padaku, oke?”
“Pilihannya cuma antara setan dan iblis, kan?”
Marie mengabaikan komentar sinis Naoto.
Dengan suara halus yang bahkan akan membuat raja setan ketakutan, Marie berkata.

“—Layani aku, atau mati, oke ?”

Inilah arti dari keberadaanmu; Vermouth bisa mendengar kesimpulan tersembunyi tersebut, lalu bergumam dengan terkejut,
“—Hei, pelacur ini benar-benar gila.”
“Kelihatannya kau lebih memilih tempat sampah, atau malah toilet?’
“Pak tua, jika kau benar-benar mau bertanya apakah gadis ini gila, jawabannya iya. Aku tidak akan melukaimu disini, sebaiknya kau sedikit lebih patuh.”
“Kau pasti bercanda, bocah. Eh—pikirkan dengan tenang, aku juga punya hak merasa marah, kan!?”
“Hak…tapi itu bergantung pada ‘waktu dan lokasi’nya, kan…?”
Vermouthtampaknya tercerahkan oleh kata-kata tersebut, lalu dia berkata dengan wajah terkesan,
“…Kau masih muda, tapi kau tahu banyak, bocah. Setelah aku selamat, ayo kita minum-minum. Oke.”
Marie terengah-engah setelah berlari sejauh ini, dan ketika dia mendengar kesepakatan tadi, dia mendengus dingin.
Jembatan Mansei—mereka selalu menyebut tempat ini dengan nama tersebut sejak dulu.
Marie sedikit mengangkat pandangannya, dia bisa melihat sebuah kontur raksasa yang tergantung di langit fajar. Dengan pilar raksasa yang menjulang dari bumi ke langit sebagai pusatnya, ada banyak plat bundar yang saling tumpang tindih, masing-masing berdiameter beberapa kilometer.
Plat-plat tersebut adalah grid-grid kota yang menyusun Multi Grid Tokyo.
Di titik ini, mereka sedang berada di Grid Akihabara, tingkat terbawah Tokyo.
Jembatan yang menghubungkan tempat ini dengan Grid di atasnya adalah tempat yang sedang dituju oleh Marie dan yang lainnya.
(Kalau begitu—)
Marie membalikkan kepalanya ke belakang.
Dia menatap bayangan raksasa yang seolah-olah sedang pamer dengan menodai matahari pagi—laba-laba raksasa yang sedang menginjak-injak bangunan dan tidak mempedulikan kota. Kemudian, Marie berkata,
“Beritahu sekarang. Senjata itu diciptakan dengan menggabungkan hasil-hasil dari penelitian elektromagnetik…kan?”
“Kenapa kau tanya hal yang jelas begitu?”
Marie berhenti.
Kepala yang ada di tangan kanannya jatuh ke tanah, lalu diinjak-injak olehnya.
“Jangan sombong. Bilang saja ‘iya’ atau ‘tidak’; selain itu, kau akan kubunuh.”
“Iya.”
“Bagus sekali. Pertanyaan selanjutnya. Apa yang akan dilakukan senjata itu nanti?”
“Tidak.”
Marie langsung menyambar kepala Vermouth.
Kemudian, dia mengangkatnya tinggi-tinggi, seakan ingin melemparkan kepala itu ke sungai Kanda yang mengalir di bawah matanya.
Tepat ketika Vermouth benar-benar akan dilemparkan ke sungai, Naoto menghentikan Marie,
“Tenanglah, Marie. Jangan bunuh siapa-siapa di depan AnchoR.”
“Hey bocah, aku senang kau menolongku, tapi alasanmu benar-benar aneh, tahu?”
Marie lalu menggerutu, dia kelihatan jengkel,
“Aku benar-benar bodoh, punya pikiran untuk mengandalkan orang ini—yah, iseng tanya saja. Setidaknya AnchoR bisa melawan benda itu, kan?”
Jika menggunakan kemampuan bertarung luarbiasa yang bisa menandingi ‘Mute Scream’nya RyuZU—ketika Marie berpikir begitu, AnchoR menggelengkan kepalanya dengan sedih.
“…Maaf…mama…”
“AnchoR perlu mengisi tenaga dulu. Jangan memaksanya menangani hal seperti itu.”
Naoto menyela untuk melindungi anak itu.
Setelah mendengarnya, Marie merasa paham.
Bagaimana Gir Kekal—yang menghasilkan jumlah kalor tidak terbatas sehingga ‘gir tersebut terus bergerak kekal’, bekerja.
Tapi orang bisa tahu bahwa meskipun dayanya tidak terbatas, ada batasan terhadap outputnya.
Ketika penggunaan dayanya lebih besar daripada regenerasi daya, daya cadangan akan mulai digunakan.
Pada gir pertama, pengeluaran dayanya minimum. Ketika pegasnya memulai pergerakan awal, gir tersebut dapat terus berputar selamanya.
Karena itulah AnchoR bisa terbebas dari daya magnet.
Tapi setelah bertarung dengan RyuZU, kerusakan parah dan perbaikan yang dia alami, daya yang tersisa dalam ‘Gir Kekal’ AnchoR hampir habis.
Jika girnya dipaksakan bekerja, pengeluaran dayanya akan melebihi output, kemudian dia akan kehabisan daya dalam beberapa menit.
—Dengan kata lain, mereka tidak bisa membereskan masalah ini dengan kekuatan AnchoR.
Marie menggelengkan kepalanya lalu mengerang,
“Yah, paling tidak, kalau kita tahu niat orang itu…”
“Harus berapa kali kubilang, Nona? Kau masih perlu menanyakan hal yang jelas begitu?”
“Tutup mulutmu, atau kulempar kau ke sungai.”
“—Sadarlah, dasar orang yang mengaku jenius. Semua petunjuknya sudah terkumpul. Aku kecewa kalau kau masih tidak paham, oke?”
“—”
Setelah mendengar kata-kata tersebut, Marie menggelengkan kepalanya, dia ingin memahami situasinya.
Dia mengakui kalau dia benar-benar merasa bingung.

Penyebab semua ini adalah pesan gelombang mikro yang dikirim oleh si kepala ini.
Mereka melacak sinyalnya ke bawah tanah Grid Mie, lalu menemukan sebuah senjata raksasa. Senjata yang bisa menghancurkan dunia, dikembangkan oleh teknisi ‘militer’ yang terafiliasi dengan Grid Shiga yang meneliti tentang teknologi elektromagnetik yang ilegal.
Kemudian, pemerintah yang ingin memulihkan kredibilitas mereka setelah penghapusan gagal Kyoto, mulai bentrok besar-besaran dengan Mie—‘militer’ Shiga yang lama.
Kelompok Marie mengambil inisiatif untuk menghentikan konflik tersebut dengan membuat seluruh warga sipil dievakuasi melalui pengumuman terorisme, lalu memancing Angkatan Pertahanan Ibukota ‘militer’ Tokyo ke bawah tanah untuk melawan senjata raksasa tersebut.
Tetapi, semua yang mereka lakukan ternyata sia-sia. Mereka gagal.
Satu gelombang magnet tersebut menembus kota ini, dan ledakan elektromagnetis yang terus menerus menyebabkan Akihabara semakin tidak stabil. Ditambah lagi, Halter nyaris tidak mampu menyelamatkan nyawanya, RyuZU mengalami kerusakan parah sampai-sampai fungsinya berhenti, dan AnchoR kekurangan daya. Marie benar-benar tidak berdaya di jalanan yang termagnetisasi ini.
Seluruh rencana mereka hancur, dan kekuatan bertarung mereka benar-benar ditiadakan.
—Sampai saat ini, dia masih belum pulih dari goncangan tersebut.

(Petunjuknya sudah terkumpul…? Apa artinya—tidak…pikiranku jadi kosong karena aku tidak memikirkan apapun).
Marie menggertakkan giginya dengan frustasi.
Tapi di momen itu.
Naoto tiba-tiba mengangkat wajahnya.
Wajah menyeramkan yang baru saja dia lihat—tapi wajah itu jelas menunjukkan kalau dia telah ‘menyadari itu semua’.
Dia melotot tajam ke arah laba-laba raksasa yang menutupi matahari, lalu berkata,

“…’tidak melakukan apapun’…adalah apa yang sedang si brengsek itu lakukan?”

Ketika mendengar ucapan tersebut, Marie menoleh, dia kelihatan tercengang.
Vermouth langsung tertawa, tawanya menggema ke seluruh Akihabara yang sedang kiamat ini, lalu bahu AnchoR tersentak.
“Ha—hahahaha! Kau benar-benar pintar ya, bocah! Hey Nona, kau benar-benar memungut orang yang menarik!”
“Apa…maksudmu?”
—Lagi.
Tampaknya ada suatu hal yang tidak dia ketahui lagi, suatu percakapan yang tidak bisa dia pahami.
Rasa frustasi dan risau ini membuat Marie cemberut dan jengkel.
Vermouthkemudian bicara dengan sungguh-sungguh,
“Bagaimanapun juga…benda di sebelah sana itu cuma muncul disana. Itu saja—sudah menjadi skenario terburuk bagi ‘pemerintah’. Seperti Ratu yang tiba-tiba muncul di depan Raja dalam catur. Itu cuma tipuan—tapi pemenangnya sudah dipastikan.”
—Marie tidak mengerti.
Apa yang sebenarnya dilihat dan dirasakan oleh orang ini dan Naoto sampai mereka menyimpulkan begitu—
“—Nona.”
Vermouthmencoba menahan tawanya sambil berkata,
“Maaf kalau aku bilang begini, tapi kau cuma seorang anak kecil yang belum tahu dunia luar. Betapa lugunya kau ini.”
“A—”
“Sedangkan bocah itu—yah, kau manis, dan kau punya pemikiran yang kejam juga ya. Kau punya potensi jadi orang yang benar-benar brengsek dan bajingan, tahu?”
“Aku sudah terbiasa dipanggil orang mesum, tapi aku tidak mau dipanggil orang brengsek dan bajingan, oke~?”
Naoto mencibir dengan tidak senang.

—Singkatnya, Vermouth menarik kesimpulan.
“Seperti yang dibilang bocah itu. Mereka cuma menunggu ‘pemerintah bunuh diri’—skakmat.”



[1] Airborne Warning and Control System, sistem radar udara jarak jauh untuk mendeteksi pesawat serta peluru kendali musuh dan mengarahkan serangan pada mereka.
[2] Komponen tambahan yang dipasang di mesin jet untuk memberi lonjakan daya dorong, bisa diartikan sebagai pembakar lanjut.