KOHAKU DAN RIREI
Di dalam hutan yang dipenuhi dengan nyanyian burung-burung, di tengah-tengah hutan yang terbuka, seekor kadal raksasa dengan sisik tajam sedang memeluk ekor dengan mata tertutup.
Karena tidak ada tempat di manapun untuk bersembunyi di sekitar, kami menyerangnya sekaligus.
"TERIMA INIIIIII!"
Saat aku melompat untuk menebasnya pertama kali, si kadal raksasa itu—si Blade Lizard, dia mengelak dengan berguling di tanah dan memulai serangan balasannya pada anggota party kami.
"Myu-chan! Aku tahu kau tidak mendapat bagian di barisan depan akhir-akhir ini, tapi kau terlalu berlebihan melakukannya‼"
Sekalipun dia berbicara dengan nada khawatir, Hino-chan memegang palu besar di tangannya dan tanpa menurunkan pertahanannya, mengayunkannya dengan sekuat tenaga, mengincar bagian kepala Blade Lizard.
"Gughgyah——?!"
Si Blade Lizard yang cukup kuat untuk bertahan serangan hebat seperti itu, cocok menjadi seekor bos monster.
"Berikutnya, dia mengarah ke tempatnya Luka-chan!"
"Tobi-san! Tolong samakan langkah denganku!"
"…mengerti."
Berpakaian dalam armor merah menyala, diperlengkapi dengan one-handed sword dan sebuah perisai, Luka-chan memajukan perisainya untuk menghalangi terjangan Blade Lizard.
"——‼ Ngrrh‼"
Saat seluruh tubuhnya terdorong ke tanah oleh gasakkan Blade Lizard, dia sesudah itu menangkis ayunan ekornya dengan perisai.
Menghadapi Blade Lizard yang merupakan seekor monster yang sulit untuk dihadapi pemula, Luka-chan menebasnya dengan seluruh semangat tempur yang dia miliki, Tobi-chan mendekat pada saat itu dan menghujamkan belatinya mengincar celah di antara sisik-sisiknya.
Untuk dapat mencegah kami mengejarnya, Blade Lizard itu menegakkan sisiknya dan berguling di tanah ke samping, bergerak menjauhi kami.
Sementara itu, kami memastikan kerja sama kami.
"Bagaimana, Luka-chan? Sense Shield yang baru saja kau pilih?"
"Hmm, ini sedikit berbeda dari apa yang kubayangkan. Tapi, ini bekerja baik menyeimbangkan dengan senjata yang kugunakan sekarang, jadi aku ingin mencobanya sedikit lagi."
"Daripada itu, bagaimana denganmu, Myu-chan? Ternyata serangan pertamamu tidak kena, aku lebih khawatir dengan yang itu."
"…khawatir."
"Ahaha… jadi kau menyadarinya?"
Saat Hino-chan menunjukkan hal itu, "ya, benar" katanya dan mengangguk pada Tobi-chan, yang baru saja direkrut ke dalam party.
Sampai kemarin, kami telah melatih kerja sama dalam party beranggotakan empat orang. Setelah mengalahkan monster-monster lemah dan Big Boar yang sesuai dengan level, kami menjadwalkan diri untuk mengalahkan bos monster, Blade Lizard hari ini.
"Um…sebenarnya, aku berhasil mengalah seekor Blade Lizard sendirian semalam."
"Myu-chan, kau menyerbu duluan sendirian lagi."
Hino-chan bergumam menggemparkan.
Sementara itu, Blade Lizard yang bergulingan di sekitar dengan waspada telah kembali dan meregangkan kaki-kakinya, dia mengambil posisi untuk menyerang.
"Myu-san! Kita akan bicarakan ini baik-baik nanti!"
"Baik! Ayo lakukan yang terbaik untuk menumbangkan sisa HP-nya kalau begitu!"
Dikatakan begitu oleh Luka-chan, aku sekali lagi mengangkat one-handed sword-ku dan memutari Blade Lizard dari sebelah kanan.
Luka-chan berdiri di depan Blade Lizard, Hino di sebelah kiri, Tobi-chan berada dalam posisi di mana dia dapat membantu kami dari mana saja.
Penaklukan bos monster kali ini, Blade Lizard, ada sebuah ujian untuk posisi peran dalam party yang kami pikirkan.
Luka-chan sendiri tidak menggunakan gaya bertarungnya yang biasa, tapi menggunakan SenseShield. Dia dengan aman melatih bagaimana menangkap waktu yang tepat untuk menangkis dengan sebilah pedang dan menghindari serangan. Perisai dan pedang yang dia gunakan sekarang adalah sisa dari drop item Living Armor. Kalau tidak cukup, kami selalu dapat pergi dan mendapatkannya lebih banyak lagi.
Dengan begitu, kami telah menjadi sebuah party dengan tiga anggota penyerang depan ultra-fisik dan satu tipe assassin.
"Sekarang kita semua adalah penyerang garis depan. Ayo kita hancurkan dia!"
"Kalau begitu, aku akan menyerang dengan benar sehingga Myu-chan dapat bertarung!"
Menyamai langkahku saat aku berlari ke arah Blade Lizard, Hino-chan juga lari sambil membawa palu di bahunya.
Blade Lizard merasakan kedatanganku dan memuntir tubuhnya, mengayunkan ekor penuh sisik tajam yang mencuat. Begitu aku menyadari gerakan awal dari serangannya, aku menghentakkan tumitku ke tanah untuk mengurangi kecepatanku dan mengalihkan bagian atas tubuhku.
Meskipun aku merasakan tekanan angin dari kibasan ekor Blade Lizard yang lewat di depanku, aku berhasil untuk menghindarinya.
Itu adalah sebuah pola serangan yang telah banyak kualami pada saat versi β dan belum lama ini aku menghadapinya berkali-kali sebelum pergi tidur. Aku menghindar dengan nyaris kena dan bergerak selangkah.
Kalau aku bertempur sendirian, aku pasti telah mengirimkan dua serangan ringan dan melarikan diri, tapi sekarang aku melangkah maju.
"Aku tidak akan membiarkanmu mengenai dia! HAAa‼"
Hino-chan melancarkan sebuah serangan hebat pada sisi kiri dan menghentikan gerakannya untuk sesaat.
"Haa——Fifth Breaker!"
Dengan bekerja sama, kami dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat kami lakukan sendiri. Sebuah serangan kombinasi yang dimulai dengan serangan satu orang, kemudian menghentikan gerakan musuh untuk membuat kesempatan menggunakan Art.
"Aku ikut juga. —— Shock Impact!"
Aku dapat memberikan sejumlah besar serangan dengan lima tebasan berturut-turut menggunakan sebuah Art, pertahananku terbuka untuk menerima serangan. Akan tetapi, serangan kuat dari Luka-chan yang ditambahkan setelah itu telah mencegah musuh untuk melakukan serangan balasan. Kemudian, Tobi-chan menghunuskan belatinya terus-menerus pada Blade Lizard yang gerakkannya terhenti, memperlambat pemulihannya.
Dan, bersama dengan Luka-chan, tepat setelah kami lepas dari gerakan tetap Art——
"——Menghindar!"
Dengan komandan yang sama, Luka-chan berkata pada semua orang untuk fokus menghindari kebasan ekor besar dari serangan balik Blade Lizard.
Dalam party kami, kami tidak mengkonsestrasikan kebencian monster pada satu orang, kami semua menghindari serangan.
Sebagai ganti membiarkan satu orang mendapatkan sejumlah besar kebencian musuh, bisa dikatakan, kami menggunakan taktik di mana semua orang menyerang dan bertindak menjadi umpan pada saat yang sama, dengan penekanan tinggi pada menghindar. Karena itulah, yang menjadi target saat ini adalah——
"Ahaa, aku!"
Tanpa terpikir, sebuah tawa senang meluncur dari mulutku.
"Luka-chan, semuanya, samakan waktunya!"
"Paham! Jangan sampai terkena serangannya, oke?"
Aku mengatakan pada Luka-chan untuk menyamai waktuku bagi serangan beruntun, tapi dia khawatir aku akan terkena serangan malahan. Sebenarnya, sekalipun aku menekankan pada aksi menghindar dengan taktik kami, stats kami tidak serendah itu untuk dikalahkan dengan satu serangan. Juga, kami memperhitungkan status buruk yang didapat dari musuh. Yang tersisa adalah untuk menikmati ketegangan menghindar dan menarik perhatian musuh padaku!
"Nah, nah, kemarilah!"
Untuk menarik perhatian Blade Lizard supaya dia menyerangku, aku tidak bergerak terlalu dekat ataupun terlalu jauh. Aku menghindari serangan cakar dan ekornya juga taring-taring tajamnya saat aku mendekati lokasi yang kuincar, kemudian mulai berlari dengan kecepatan tinggi ke belakang Blade Lizard.
"HIYAAAAAAA——"
Menanggapi aksiku yang tiba-tiba, Blade Lizard berbalik dan menerjang ke punggungku. Akan tetapi, aku menendang tanah dan berlari secara vertikal ke atas sebuah dahan satu-satunya pohon yang ada di sekitar.
Blade Lizard menaruh kaki depannya pada pohon mencoba untuk menangkapku saat aku memanjatinya. Menggunakan kaki dan ekor dengan gesit, dia bersandar pada pohon dengan tubuh besarnya dan mencapai tempatku berada.
"Sayang sekali! Da-daah!"
Aku menendang dahan pohon dan melompat ke udara. Melakukan backflip (salto ke belakang), aku lewat tepat di sebelah cakar Blade Lizard.
"—— Light Shot!"
Untuk hadiah perpisahan, di tengah backflip, aku menembakkan sebuah peluru cahaya ke punggung Blade Lizard.
Aku memberikan serangan ke punggungnya, tapi itu bukanlah akhir serangan.
"Myu-chan, umpan yang bagus! —— Smash!"
Serangan penghancur Hino-chan dihantamkan ke punggung Blade Lizard dan menghimpitnyadi antara palu dan batang pohon. Boss monster tersebut terkejut.
"Gerakan apa barusan?! Aku penasaran, tapi saat ini ayo kalahkan dia! —— Fift Breaker!"
"—— Backstab!"
Karena Blade Lizard mencoba untuk berdiri, Luka-chan mengiris kaki kirinya dan ekor yang menyangga tubuhnya, sementara Tobi-chan bergerak pelan dari belakang monster tersebut dan menebas otot tendon kaki kanannya.
Dengan begitu, si bos kehilangan penyangganya dan terpisah dari batang pohon, condong ke belakang dan terjatuh pada punggungnya.
Pada tahap ini, Blade Lizard hanya memiliki 30% HP yang tersisa dan terpaku. Terbaring di tanah, dia memperlihat bagian abdomennya—satu-satunya tempat yang tidak ditutupi sisik tajam. Hanya ada waktu beberapa detik tersisa sebelum dia pulih, tapi aku tidak melewatkan kesempatan ini.
"Terima ini!"
Aku menendang tanah, melompat tinggi dan menghujam ke bawah menembus dada Blade Lizard.
"Ini masihlah bos monster, ya! Keras sekali. Tapi——!"
Aku mencondongkan diri setelah jalan menusukkan one-handed sword untuk mendorongnya lebih dalam. Sepertinya status kakunya menghilang karena hal itu dengan bos yang mulai melambai-lambaikan kaki-kaki dan ekornya untuk lepas, tapi aku mengabaikannya dan menekankan telapak tanganku padanya sedekat mungkin dan——
"—— Light ShotLight ShotLight Shot!"
Melakukan serangan dengan light magic.
Untuk mencegah bos melambaikan kakinya dan berdiri, Luka-chan dan yang lainnya melancarkan serangan ke kepala, kaki dan ekornya.
Aku mencengkeram pedang dan menusukkannya dalam-dalam ke bos itu. Dengan memegangnya, aku mencegah diriku sendiri untuk terpelanting karena guncangan hebat tubuhnya dan terus menembakkan peluru cahaya, sampai akhirnya dapat mengurangi HP-nya ke titik nol.
"GRAAAAAAAA——"
Akhirnya, bersamaan dengan jeritan lemah, Blade Lizard berubah menjadi partikel-partikel cahaya dan menghilang.
Kalau Yun-oniichan melihat pertarungan satu sisi ini—— dia akan mengatakan sesuatu seperti "Hentikan! Kasihan sekali dia!" Berpikir begitu, aku terkekeh.
Apakah dia dikalahkan atau mengalahkan musuh, Yun-oniichan adalah orang yang lemah lembut, bahkan di dalam dunia game hidup ataumati ini.
Tentunya, begitu aku berdiri setelah mengalahkan bos, aku melihat rekan-rekanku melihat ke arahku terlihat terbiasa dengan hal tersebut. Mereka mungkin merasa sedikit bersalah dalam pertarungan kali ini, tapi kami sudah terbiasa.
"Baiklah! Kita telah mengalahkan si boss, Blade Lizard! Kita berhasi!"
Aku menoleh pada yang lainnya dengan riang, tapi mereka melihatku dengan tatapan aneh di wajah mereka.
Hino-chan sekali lagi gempar.
Luka-chan mengerutkan alisnya dengan marah dan berkacak pinggang, penampilannya itu mengingatkanku pada Yun-oniichan yang diam dan menyeramkan.
Aku tidak dapat melihat ekspresi Tobi-chan karena mulutnya tersembunyi di balik syal, tapi dia terlihat gelisah seakan ingin menanyakan sesuatu.
"A-ada apa, semuanya…?"
"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan. Kali ini, kenapa kau melewatkan serangan pertama, tentang bagaimana kau mengalahkan bos itu sendirian, dan gerakan tidak masuk akal apa itu?"
"Luka-chan, itu bukannya tidak masuk akal… Uh, Tobi-chan mengangguk."
Aku ingin protes, tapi saat semua orang memelototiku, aku hanya dapat mengatakan alasan untuk itu.
"Um, kau tahu. Pertama, alasan aku melewatkan serangan pertama adalah karena aku mendapat Sense baru saat menaikkan level dan aku sedang memasangnya…"
Aku menanggapi sambil melihat ekspresi Luka-chan.
Stats player berubah tergantung pada level Sense yang digunakan. Bahkan sekalipun Sense tertinggi digunakan, kalau mereka level 1, akan ada kelemahan sesaat.
Dan juga, saat aku menggunakan Sense baru sebelum pertempuran dengan bos, serangan pertamaku tidak mengenai sasaran karena stats-ku masih terlalu rendah. Tetap saja, satu-satunya yang menurun adalah kecepatanku dan Sense yang lain tidak berubah banyak…mungkin.
Untuk mengalahkan bos sendirian, itu hal mudah.
Aku menantang si bos setiap malam sebelum pergi tidur, bersiap untuk penalti kematian. Menggunakan stats dan skill-ku, aku menghadapi dia sendirian. Umumnya, seseorang akan mengalahkan bos dalam cara kerja sama yang stabil dalam sebuah party, dan itu sulit untuk dilakukan sendirian, tapi sebagai gantinya, EXP yang didapat besar.
Ngomong-ngomong, saat itulah aku naik level dan mendapatkan Sense baru yang kubicarakan barusan.
"Jadi, Sense apa yang kau dapat?"
"Umm… Sense Equipment Weight Reduction dan Action Restriction Release."
Sebagai hasilnya, light-class equipmentku menjadi semakin ringan dan bersama-sama dengan Sense Action Restriction Release, membuatnya mungkin bagiku untuk bergerak seringan bulu.
"Dan seperti yang kau lihat! Sekalipun aku menggunakan pedang dan armor, aku bisa melakukan hal ini!"
Saat aku melanjutkan penjelasanku tentang Sense tersebut pada Luka-chan dan yang lainnya, aku menjadi semakin bersemangat, dan mulai berbicara dengan antusias. Pada akhirnya, aku mulai memamerkan backflip dan gerakan berputar di udara, yang membuat Luka-chan dan Hino-chan semakin berekspresi sangat terkejut.
"…Myu-san, kau sebenarnya ingin menjadi apa?"
Setelah melihat rangkaian gerakanku, Tobi-chan bertanya dengan penuh minat.
Aku adalah seorang pendekar pedang dan aku menggunakan light magic. Sebuah sihir umum pendekar pedang yang juga dapat menggunakan sihir penyembuhan. Dan apa yang kuincar dengan menambahkan kemampuan akrobatik mengagumkan adalah——
"Tentu saja, seorang paladin! Seorang kesatria suci, kau tahu, holy knight!"
Saat aku menjawabnya dengan percaya diri, Hino-chan yang terdiam dari tadi, mulai tertawa, bahunya berguncang hebat.
"Ahahahaha! Sudah kuduga, Myu-chan. Ini sudah jelas mengejutkan semua orang! Itu membuatku sangat terguncang saat versi β juga"
Saat Hino-chan memegang perutnya dan mulai tertawa, Luka-chan dan Tobi-chan memiringkan kepala dengan tampang bingung dan tercengang.
Hino-chan dan aku saling mengenal satu sama lain sejak versi β. Aku teringat keterkejutannya saat itu ketika aku mengambil Sense yang sama.
"Tapi, aku masih jauh dari itu. Aku harus bergerak seringan bulu."
Meskipun Hino-chan menggunakan jarinya untuk menyapu air mata yang berkumpul di sudut matanya, aku masih belum puas. Aku hampir mencapai susunan Sense utamaku saat di versi β.
"…kita akan melanjutkan ke Kota Kedua dari sini?"
Tobi-chan menunda percakapan kami tentang Sense-ku dan menganjurkan untuk bergerak maju.
"Kau benar. Kita telah mengalahkan bos monster, Blade Lizard. Ayo jalan."
Luka-chan setuju dengannya dan kami memutuskan untuk bergerak maju setelah mengalahkan Blade Lizard.
Membentang melewati pintu keluar hutan bagian timur, adalah sebuah kota yang berbeda dari Kota Pertama di mana kami mendarat saat pertama kali log in ke dalam OSO.
Sementara Kota Pertama terlihat seperti kota Eropa abad pertengahan yang dikelilingi dinding, Kota Kedua adalah sebuah kota kecil dengan suasana keindahan alam yang dikelilingi pagar kayu.
"Kotanya memancarkan perasaan yang bagus. Terasa seperti di pinggiran kota."
Saat Luka-chan melihat ke sekitar dengan penasaran, pandangannya bertemu dengan kincir air terdekat.
Sebuah sungai kecil mengalir melewati kota, menggerakkan kincir air, memberinya tenaga.
Suara dari gandum yang ditumbuk terdengar dari gubuk terdekat terus-menerus dan percikan air dari kincir terlihat sangat menyegarkan.
"…kota macam apa ini?"
"Hmm, seperti yang kau lihat. Kurasa kau dapat menyebutnya sebagai sebuah kota yang pada dasarnya menangani item makanan, kayu dan untuk menjahit?"
Di dalam kota, ada beberapa NPC di ladang kecil yang membawa ransel ke tempat mereka memanen sayur-sayuran.
Aku lebih suka suasana ramai di Kota Pertama, tapi ada orang-orang di versi β yang menghanyutkan diri mereka dalam suasana di sini dan sekitarnya.
"Apa yang akan kita lakukan? Melakukan leveling pada musuh-musuh terdekat? Atau melakukan quest?"
Sambil menanyakan itu, aku menyentuh portal peralihan objek yang terpasang di Kota Kedua. Dengan mendaftarkan diri dengan itu, dari sekarang aku akan dapat melakukan peralihan dari sini ke Kota Pertama.
"Um… aku ingin berjalan-jalan di kota ini sedikit lebih lama."
"…A-aku ingin melihat-lihat sekitar sini."
Luka-chan dengan gugup mengusulkan dan anggota yang masih baru, Tobi-chan, menanggapi dengan tingkah yang kaku. Ini adalah kedatangan pertama kalinya di kota ini untuk mereka berdua.
"Tentu! Baiklah kalau begitu, kami berdua yang telah mempelajari segala hal di sini di kota ini akan memandu kalian! Tempat seperti apa yang ingin kalian lihat?"
"Kalau begitu, tempat dengan pemandangan yang indah?"
"Itu adalah perbatasan hutan, kurasa? Sudah diputuskan, ayo pergi!"
Aku mengangkat tinjuku dan mulai berjalan di depan.
·
Di sekitar Kota Kedua, terdapat hutan yang membentang sepanjang jalan. Begitu seseorang memasuki area hutan, monster musuh segera muncul.
Tapi tempat yang kami cari saat ini, ada perbatasan dengan area tersebut.
"Ini bagus, sangat menyenangkan."
"Benar, 'kan?! Setelah berburu di hutan, semua orang datang kemari untuk beristirahat!"
Aku menyombongkan hal itu saat kami berdiri di dekat sungai kecil yang mengalir dari hutan ke kota.
Dibandingkan dengan sungai yang diatur dengan baik di dalam kota, terdapat bebatuan kasar di sungai ini. Orang dapat duduk dan memasukkan kaki telanjangnya ke dalam air sambil menikmati pemandangan kota dengan santai.
Banyak sungai-sungai besar dan kecil melewati Kota Kedua. Karena terdapat sangat sedikit bangunan di dalamnya, sehingga mungkin untuk memandanginya saat itu juga.
Menyaksikan pekerjaan rutin para NPC dan player yang begitu jarang melintas, aku menggoyang-goyangkan kakiku di dalam air.
"…ini benar-benar terasa nyaman."
"Yah, akhir-akhir ini kita benar-benar sibuk, kau tahu."
"Aaa-ah, aku akan tidur siang di sini dan sekarang!"
Tobi-chan, Luka-chan, dan Hino-chan, pada saat ini semua orang telah dirasuki oleh pesona tempat ini.
"Karena kita telah memilih tempat ini, bagaimana kalau kita masuk ke dalam hutan begitu selesai berjalan-jalan?"
"Eeh, tapi monster-monster di dalam hutan itu sangat merepotkan. Bagaimana kalau kita merekrut beberapa mage ke dalam party dulu?"
Monster-monster yang muncul di dalam hutan ini adalah Bull Beetle yang kuat secara fisik serta cepat, dan banyak Bullet Crost. Tentu saja, ini akan sulit tanpa seorang mage.
"Grr, aku mengerti. Kalau begitu aku juga akan beristirahat hari ini."
Aku berkata demikian, berbaring di punggungku dan menatap langit.
Dan dengan demikian, saat aku mengistirahatkan tubuhku dan menutup mata, aku mendengar suara orang-orang datang dari antara pepohonan di kejauhan.
"Kamu ini! Kenapa kamu malah melakukan itu di saat seperti itu, sih!"
"Fufu, um. Dia tanpa pertahanan, jadi aku…"
"Gara-gara kamu melakukan 'itu' sama dia, kita jadi ditendang keluar dari party!"
Aku dapat mendengar pertengkaran gadis-gadis tersebut atas suatu hal.
Salah satu dari mereka sepertinya marah dan yang lain mengabaikannya dengan ringan, tidak mempedulikannya.
"Aa-aah, gimana, nih! Kita nggak punya penyerang garis depan!"
"Fufufu, kita hanya perlu menemukan party baru. Kali berikutnya aku hanya akan memperhatikan mereka supaya tidak ditendang keluar."
"Ya, ya, lakukan itu, bener-bener, deh… Hei, Rirei, kamu mau ke mana?"
"Fufufu, tunggu sebentar."
Saat aku membuka mata dan mengangkat tubuh bagian atasku, aku melihat dua orang gadis yang menjadi asal dari suara-suara tersebut.
"Fufufu, para gadis, apa kalian senggang?"

Yang memanggil kami adalah senyuman seorang gadis yang memakai topi berujung dua. Di belakangnya, dengan ekspresi terkejut adalah seorang gadis dengan alis yang dipangkas dan kecil, dan berkacamata bundar. Gadis dengan alis dipangkas itu mengenakan pakaian seperti kimono yang menarik perhatian, sangat langka terlihat di dunia OSO.
"Ya, kami sedang istirahat, apa kau perlu sesuatu?"
"Tidak, aku hanya penasaran apakah aku dapat menanyakan sesuatu padamu. Tapi sebelumnya, perkenalan diri. Aku Rirei."
Luka-chan dengan ramah menanggapi pertanyaan gadis bertopi ujung dua itu. Di sisi lain, Rirei berbicara dengan seulas senyuman.
"Apakah mungkin kalian memerlukan mage di dalam party-mu?"
"Kenapa kau berpikir begitu?"
"Hei, Rirei! Jangan nggak sopan, tiba-tiba nanya begitu! Maaf! Aku akan segera bawa dia pergi!"
Meskipun gadis di belakangnya tiba-tiba mencengkeram bajunya dan mencoba menyeretnya pergi, kami menghentikannya karena kami penasaran dengan Rirei.
"Tunggu sebentar! Itu sama sekali tidak lancang! Katakan pada kami kenapa kau berpikir kami perlu mage!"
Saat aku dengan keras berkata begitu, gadis dengan alis dipangkas melepaskan pakaian Rirei dan menghentikan kakinya.
Ahh, mereka jadi tertarik, gumamnya sambil melihat ke langit. Apakah ada sesuatu yang terjadi?
"Fufufu, kalau begitu maafkan kekurangajaranku. Aku merasa begitu karena, pertama, kalian berada di Kota Kedua, yang berarti kalian adalah player yang hebat."
Rirei menaikkan satu jari dan menjelaskan yang dia pikirkan.
"Dan, karena kebanyakan player dengan level yang cukup tinggi dapat mencapai kota ini adalah petarung fisik. Dengan demikian, kau tidak punya mage. Mungkin begitu atau kau memiliki seseorang yang menjadi seorang petarung fisik dan mage."
"Itu tepat. Tapi, kami mungkin sedang menunggu seseorang untuk bergabung, kau tahu?"
"Kalau memang begitu, kau tidak akan memilih tempat pertemuan di tempat seperti ini, jauh dari portal Kota Kedua. Ini juga, alasan yang mudah."
"…hebat. Semuanya cocok."
Tobi-chan bergumam tenang.
"Jadi, Rirei dan… siapa namamu?"
"Oh, aku belum memperkenalkan diri, ya. Aku Kohaku. Senang bertemu kalian."
Aku mengingat percakapan antara Rirei dan Kohaku barusan, sepertinya mereka ditendang keluar dari party. Juga, memikirkan equipment mereka yang tidak terlihat seperti tipe-petarung——
"Jadi, apa yang kalian inginkan, Rirei, Kohaku?"
"Fufufu——memasarkan diri kami."
Jadi begitu, pikirku. Aku menganggap ini sebagai sebuah kesempatan yang bagus.
"Kohaku dan aku sama-sama mage. Kalau kau memasukkan kami ke dalam party-mu, kekuatan seranganmu akan meningkat seketika."
"Rirei, mana ada orang yang mau ngajak kita ke party mereka dengan cara 'memasarkan' begitu —— "Oke, tidak apa-apa." ——Heh, nggak apa-apa?!"
Mendengar balasan tangkas terampil Kohaku, Hino-chan dan Tobi-chan memberikan tepuk tangan ringan.
"Kamu serius? Bener-bener serius, nih? Maksudku, aku dengan senang hati bergabung dengan party, tapi…"
"Kami sebenarnya menginginkan beberapa mage, jadi tidak ada masalah."
"Seperti yang Luka-chan katakan! Kami perlu mage, kalian perlu penyerang garis depan untuk melindungi kalian. Bukankah tidak apa-apa membentuk sebuah party yang didasarkan pada keuntungan masing-masing?"
Saat Luka-chan dan aku menanggapi begitu, Kohaku membelalakkan mata lebar-lebar dan berkedip beberapa kali.
"Fufufu, negoisasi tercapai. Mohon bantuannya."
"Aa-aaah, sekali lagi Rirei akan membenamkan taring beracunnya pada gadis-gadis…"
Sementara kami berjabat tangan dengan Rirei yang mengulurkan tangan kanannya pada kami, Kohaku bergumam memegangi kepalanya.
"Kami harus memperkenalkan diri kami juga, 'kan! Aku Myu. Aku menggunakan pedang dan light magic. Selain itu, aku menggunakan sihir penyembuhan dalam pertempuran."
"Aku Lucato. Peranku adalah seorang pendekar pedang barisan depan dan aku adalah komandan-dalam-pelatihan."
"Aku Hino. Aku menggunakan palu dan tombak, penyerang garis depan dengan banyak senjata."
"…Toutobi. Pengintai."
Begitu kami secara sederhana menggambarkan gaya bertempur kami, kali ini Rirei dan Kohaku berbicara.
"Fufufu, sopannya. Sekali lagi, aku Rirei. Untuk sihir, aku hanya menggunakan elemen api, tapi susunan Sense-ku menekankan pada kekuatan serangan."
"Kohaku di sini. Aku menggunakan wind dan water magic. Tapi, untuk menyeimbangkan dengan kekuatan serangan Rirei yang konyol, aku berfokus pada banyaknya serangan dan menahan musuh."
Setelah mengatakan spesialisasi kami masing-masing, kami mulai membangun ulang party kami.
Tidak seperti ini. Tidak seperti itu. Saat kami perlahan-lahan merundingkan gerakan satu sama lain secara detail. Kami perlahan-lahan membentuk gerakan dasar. Sementara itu, aku merasa bahwa jarak antara Rirei dan kami benar-benar kecil, tapi memikirkan rasa jarak antara aku dan Sei-oneechan, ini bukannya di luar kebiasaan.
"Mungkin kita bisa mengalahkan Golem dengan susunan ini?"
"Dengan kekuatan serangan kami, Golem itu akan mudah dihadapi. Jangan-jangan kalian mengalahkannya tanpa mage juga?"
Mendengar gumaman Hino-chan, Kohaku dengan tenang menambahkan pendapatnya. Tentu, bahkan tanpa mage, kami dapat mengalahkannya dalam pertempuran yang panjang…
"Ahahaha… itu akan makan waktu dan kami akan sangat bosan."
"Ahh, iya juga, sih."
Setelah game dimulai, kami memang pergi menghadapi Golem untuk melakukan levelingGolem-sensei, tapi akhir-akhir ini ada banyak player yang menaikkan level mereka dan menantang si Golem.
Di antara mereka, ada sebuah party yang menghadapi Golem dengan susunan party yang buruk sehingga berlangsung untuk waktu yang lama, menyusahkan party-party lainnya. Memperhitungkan hal tersebut, maka kami belum menantang Golem itu.
Tapi, karena ada sangat sedikit player yang bermain di malam hari, aku dapat menikmati waktuku menghadapi dan mengalahkan Blade Lizard seorang diri tanpa menyusahkan siapa pun.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita langsung saja pergi ke tempat si Golem berada?"
"Sebelumnya, bagaimana kalau kita menghadapi monster level menengah di Kota Pertama untuk memastikan kerja sama semuanya dalam party? Mendiskusikannya dan benar-benar melakukannya akan membuat sebuah perbedaan besar."
Dalam sebuah petarungan party, semakin banyak orang di dalam party, semakin banyak gerakan individual mereka yang membuat kerja sama menjadi semakin sulit.
Saat itulah aku teringat sesuatu yang pernah dikatakan Taku-san padaku.
Ngomong-ngomong, bukankah Taku-san dan Yun-oniichan bilang mereka memang pernah bermain sebentar dalam party?
Meskipun aku makan malam bersama Yun-oniichan setiap malam, aku tidak menanyakan detailnya, tapi Taku-san memang memberitahuku tentang aktivitasnya dan gaya bermainnya di dalam party.
Dari apa yang Taku-san katakan, dia hanya mengumpulkan Sense sampah dan bermain dengan caranya sendiri, tapi kemampuan bermainnya tidak terlalu buruk.
Pada dasarnya, kemampuannya untuk bekerja sama dengan anggota party yang baru dia temui pertama kali ternyata luar biasa tinggi. Tanpa melakukan praktek apapun, gerak-geriknya dalam party itu sempurna.
Memang benar Yun-oniichan tidak pernah bagus dalam game, tapi kemampuannya untuk bekerja sama dan membantu rekannya untuk mengeluarkan kemampuan selalu saja tinggi.
Sementara itu mustahil untukku, masihlah mungkin untuk mengasah kerja sama party lewat pertarungan terus-menerus.
Yup, aku menyetujuinya sendiri dalam hati dan memutuskan untuk melatih kerja sama dalam party beranggotakan enam orang ini secepat mungkin.
"Myu-san, ada apa? Tiba-tiba kau terdiam."
"Kau tidak apa-apa? Ada sesuatu yang membuatmu khawatir?"
Sebelum aku menyadarinya, aku merendahkan kepalaku dan terdiam, membuat semua orang khawatir.
"Aku tidak apa-apa! Bukan apa-apa, kok! Juga, Hino-chan, Tobi-chan, jangan tinggalkan aku!"
Aku bergegas mengejar Hino-chan dan Tobi-chan yang bergerak dengan cepat dan merangkul mereka saat sampai.
"…mhh, Myu-san, kau berat."
"Ahh, kau keterlaluan, Tobi-chan! Aku tidak berat!"
Sepertinya Tobi-chan merasa malu saat aku menggelantung padanya dan mencoba menjauh dariku. Saat aku melihatnya, aku menautkan diri lebih dekat, pandangannya berkeliling, kebingungan.
"Fufufu, pemandangan untuk mata lelah."
"Rirei, kendalikan dirimu."
Di sisi lain, kami tidak menyadari percakapan diam-diam antara Rirei dan Kohaku.
Semuanya berpindah tempat dari Kota Kedua ke portal Kota Pertama, kemudian kami menuju ke hutan di sebelah barat.
Di barat, ada sebidang hutan yang dipenuhi dengan monster-monster lemah seperti Wild Dog dan Bat, juga Forest Bear yang cukup kuat, monster yang berukuran sedang. Di balik hutan, ada sebuah tambang yang memiliki Sandman dan Golem. Berfokus khusus pada Sandman, kami melawan berbagai monster berulang-ulang.
"HAAaaa!"
Pada saat ini, kami sedang memastikan kerja samaparty kami pada monster tipe Forest Bear yang lebih tinggi dari kami.
Saat pertempuran dimulai, Luka-chan menangkis sebuah serangan Forest Bear ke samping menggunakan pedangnya dan perisai, kemudian Hino-chan menusuk Forest Bear dengan tombaknya dari luar jangkauan serangannya.
Tobi-chan dan aku terus menyerang sisi samping dan punggungnya Forest Bear bergantian. Dari waktu ke waktu kami mengambil alih kebencian dari Luka-chan dan memanfaatkan saatForest Bear mengganti targetnya, kami menyerangnya secara beruntun.
"Ayo! —— Quick BlastAqua Bullet!"
Karena Forest Bear sangat tinggi, Kohaku menyerangnya dengan menggunakan sihir angin dan air level rendah dalam jeda waktu singkat untuk menyerang tempat yang tinggi seperti bagian kepala si monster.
"Fufufu, persiapan selesai."
"…Semuanya, menghindar!"
Saat Luka-chan memberi perintah, semua orang menjauh dari Forest Bear dan segera sesudah itu, Rirei menembakkan sihir elemental apiFlame Burn, sebuah pilar api yang membungkus tubuh si beruang itu.
"Kita berhasil! Itu kerja sama yang lumayan bagus, ya nggak?"
Saat sihir kekuatan tinggi Rirei meledak, Kohaku yakin bahwa Forest Bear telah dikalahkan dan tersenyum lebar. Tertarik dengan hal itu, Luka-chan, Tobi-chan, dan Rirei menurunkan senjata mereka.
Kurasa inilah perbedaan pengalaman dengan β tester, pikirku dan segera menghadapi Forest Bear yang muncul dari pilar api tersebut.
Aku menendang pohon di hutan dan berlari ke atas di depan Forest Bear. Cakar yang terayun ke arahku, direspon dengan tangkisan tombak Hino dan Forest Bear berakhir dalam postur tubuh dengan kepala besar yang teralih.
"Hiyaaaaahhhhh‼"
Aku menebaskan pedangku secara lurus vertikal ke otak si beruang itu, kemudian berputar melewati momentum tersebut, aku mendarat di belakangnya.
"Ya ampun, meskipun sihirnya sangat kuat, kalian tidak boleh lengah saat musuh menghilang dari pandangan kalian!"
Saat aku berbalik dan memperingatkan mereka, tubuh besar Forest Bear jatuh ke depan ke permukaan tanah, menyebabkan sebuah guncangan hebat. Setelah itu dia berubah menjadi partikel-partikel cahaya dan menghilang, dan di baliknya, aku melihat empat orang menatapku terbengong-bengong.
"…ka-kamu benar. Aku akan hati-hati mulai sekarang. Eh, tidak, tunggu! Bukan gitu! Apa-apaan itu! Yang barusan tadi!"
Cara Kohaku yang semula meresponnya dengan cara yang normal hanya untuk berubah menjadi sebuah tanggapan kritis itu sangat menarik.
"Ehh, itu hanya gerakan tiga dimensi Action Restriction Release."
"Bisa melakukan gerakan mustahil begitu, itu sih benar-benar curang namanya. Memangnya kamu ini dapat pelatihan jadi astronot atau semacamnya gitu?"
Saat aku melakukan demonstrasi untuk kedua kalinya hari ini, dimulai dengan langkah-langkah ringan hanya untuk melakukan jungkir-balik, menendang pohon dan dinding, semuanya melihatku dengan terkagum-kagum.
"Fufufu, dia sangat imut saat begitu bersemangat seperti itu."
"Aa-aah, dia benar-benar telah menjadi target Rirei."
Meksipun Kohaku dan Rirei menggumamkan sesuatu, aku mengabaikannya dan mulai mencari Forest Bear yang berikutnya sebagai gantinya.
"Bukankah kerja sama kita meningkat sedikit?"
"Kau benar. Kelihatannya bagus untuk sebuah party yang dibuat dengan terburu-buru."
Aku setuju dengan penilaian Hino-chan dan merasa bersyukur karena Kohaku dan Rirei memasuki party.
"Fufufu, terima kasih banyak telah menerima kami ke dalam party-mu dalam waktu sesingkat ini."
"Tidak, kami sendiri memang membutuhkan mage, jadi tidak masalah."
Luka-chan tersenyum dan dengan sopan berterima kasih pada Rirei. Di sisi lain, Rirei menyipitkan sebelah matanya dan mulai berayun maju mundur dengan mencurigakan.
Merasakan perubahan tipis keadaan Rirei, Luka-chan mulai mundur selangkah——
"Fufufu, kalau begitu, bisakah aku mendapatkan sesuatu sebagai tanda terima kasih?"
Kemudian Rirei bergerak semakin dekat ke Luka-chan dan menghembuskan nafas ke telinganya.
"Hyah?! Aa-apa yang sedang kau lakukan?!"
"Fufufu, suara itu bahkan lebih imut daripada yang kubayangkan."
"Rirei! Lagi ngapain kamu!"
Rirei yang bergerak menjauh dari Luka-chan saat mendengar pekikan imutnya, menjilat bibirnya dengan cara yang mempesona dan kemudian berlari ke targetnya yang berikutnya. Semuanya membeku karena perubahan yang mendadak ini, sementara Rirei mengelilingi targetnya dan——
"Kau punya bokong yang sangat berisi, kau tahu. Fufufu…"
Dia berbisik di telinga Tobi-chan dan dengan lembut mengelus bokongnya jadi dapat benar-benar terasa bahkan menembus armornya. Tobi-chan bereaksi terhadap hal itu dalam cara yang terlampau sensitif dan berguling ke depan.
"Rirei! Hentikan!"
Kohaku berteriak mencoba menghentikannya, tapi karena dia sedang menenangkan Luka-chan dan Tobi-chan, dia jadi tidak sempat membantuku.
Dan aku, yang menjadi target yang berikutnya——
"Telinga, bokong. Dan sekarang, dadanya yang rata, selamat menikma——"
Dia mencoba mengulurkan tangannya ke bagian pelindung dada berwarna keperakan, tapi secara refleks aku menangkap tangannya dan melompat.
Memegang lengan Rirei, aku melompat ke udara menggunakan kemampuan fisikku yang telah ditingkatkan oleh Action Restriction Release dan menahan lehernya ke bawah dengan kedua kakiku. Dengan begitu aku telah membuatnya jatuh telentang dan melakukan sebuah kuncian lengan padanya.
"…eh, AHH?! Maaf, aku melakukannya secara refleks!"
"Tidak, kurasa tidak ada orang awam manapun yang bergerak seperti itu karena refleks."
Meskipun aku menahan Rirei dengan gerakan akrobatik, dia kelihatan baik-baik saja, pikirku saat melihat wajahnya.
"Fufufu, sensasi ini, paha seorang gadis cantik di lenganku. Aku rasanya belum puas. Ah, oww, owww…"
Karena dia tidak terlihat menyesal sama sekali, aku sedikit menambahkan tenaga pada kuncian lengan, membuatnya mulai protes. Gerakan beladiri tidak akan memberikan cedera kecuali kau memiliki Sense tipeThrow atau First,  tapi tetap ada rasa sakit.
"Myu! Tahan dia begitu! Akan kuikat dia sekarang!"
Satu-satunya orang yang tidak menderita apapun, Hino-chan menukas, tapi Kohaku membelitkan tambang di sekitar Rirei dan membuatnya duduk dalam posisi bersimpuh saat dia menghadap ke arah kami.
"Aku benar-benar minta maaf, aku tidak menjaga kekang si bodoh ini cukup ketat dan menyebabkan kalian menderita sesuatu yang tidak menyenangkan seperti itu!"
Mereka berdua membungkuk rendah dengan Kohaku mendorong kepala Rirei ke tanah. Sementara Hino-chan dan aku merasa terkesan dengan bungkukan yang dilakukan dengan mengagumkan ini, Luka-chan dan Tobi-chan yang menerima dampaknya, mengambil jarak dari mereka, menggunakan kami sebagai tameng.
"K-kenapa dia melakukan hal semacam itu?"
Sudah jelas, meskipun itu semua terjadi begitu tiba-tiba dan aku benar-benar kebingungan, aku memang penasaran dengan alasannya menyerang Luka-chan dan Tobi-chan.
"Uhh, begini. Er, gimana aku ngomongnya ya…"
Berkata dengan nada kesulitan, Kohaku mengalihkan tatapannya. Setelah sesaat, dia sepertinya telah memantapkan tekadnya dan menghela nafas dalam-dalam kemudian menjelaskan.
"Rirei itu, uh… dia amat menyukai yuri."
"Maksudnya yuri, antara gadis dan semacamnya?"
"Benar sekali. Dia sebenarnya merasa puas dengan melihat para gadis yang akrab satu sama lain, tapi nantinya dia tidak bisa menahannya lagi dan akhirnya melakukan pelecehan seksual pada yang lain, seperti tadi."
Gumaman Kohaku berhenti.
"Alasan kenapa kami mendekati kalian juga, itu karena dia melecehkan seorang gadis dengan cara yang sama di depan party kami yang sebelumnya. Asal kalian tau, si pemimpin partyadalah cowok yang naksir banget sama gadis itu. Dia menendang kami keluar dari party karena jadi menganggunya."
Yah, semuanya sudah terjadi, Kohaku menjabarkan segalanya.
Saat itulah Tobi-chan, dengan bersemu merah, bertanya gugup.
"…kalau begitu, kalian berdua, um…menjalin hubungan?"
"Tidak mungkin! Mustahil banget!"
"Itu benar. Bahkan aku punya hak untuk memilih gadis yang kuajak kencan."
"Entah kenapa ditolak begitu dengan wajah datar seperti itu benar-benar bikin aku kesal."
Mendengar Rirei yang dibelit dengan tambang menolaknya kuat-kuat sebuah urat syaraf biru muncul di pelipis Kohaku dan dia mulai menyodok Rirei. Sementara Rirei tidak dapat membalas balik, entah kenapa sepertinya dia tersenyum santai.
"Kalau begitu kenapa kalian berdua bersama? Bukankah Kohaku dapat tetap berada di party sebelumnya?"
"Ahh, hmm."
Saat aku bertanya demikian, Kohaku berhenti menyodok Rirei dan mulai berpikir, kebingungan.
"Kurasa itu karena aku tidak bisa membiarkannya sendirian. Walau bagaimanapun, Rirei adalah gadis yang baik dan sekalipun dia membuat segalanya ribet, aku dapat menahan kekangnya kuat-kuat."
Kohaku tersenyum dengan rendah hati. Melihat ekspresinya, aku bisa tahu bahwa Rirei bukanlah gadis yang jahat.
"Hmm. Myu-chan, Luka-chan, Tobi-chan, bisakah aku merundingkan sesuatu dengan kalian?"
"Ini soal mengatasi kami, 'kan. Aku mengerti."
"Tidak apa-apa Kohaku. Jangan terlalu tertekan."
"Emangnya ini salah siapa, hah?! SALAH SIAPA?!"
Kami mungkin akan ditendang keluar ya, kata Kohaku dengan sedih, kontras dengan Rirei yang bertingkah riang. Mendengar percakapan mereka berdua, Hino-chan meledak tertawa diam-diam.
"Mereka lumayan menarik, mereka berdua. Aku suka hal semacam itu."
Melihat Kohaku dan Rirei duduk bersimpuh, Hino-chan bersikap sangat positif. Di sisi lain, Luka-chan dan Tobi-chan berekspresi getir.
"Memang, mereka orang-orang yang menyenangkan, tapi seseorang yang menghembuskan napas ke telingaku itu mengejutkan."
"…aku juga, um, bokongku di…sentuh oleh orang lain adalah pertama kalinya untukku jadi aku sangat terkejut.
Luka-chan yang dihembuskan nafas ke telinganya masih terlihat cemas dan gelisah, Tobi-chan bersemu merah padam setelah pengalaman kontak tubuh yang dia alami.
Tentu saja, itu tiba-tiba dan mengejutkan. Aku juga, hampir saja dada kecilku disentuh. Itu benar, dadaku-yang-masih-berkembang!
"Myu-san, bagaimana denganmu? Kau juga korbannya 'kan?"
"Hmm. Seperti yang kau katakan Luka-chan, tapi itu tidak begitu berbeda dengan kontak fisikku dengan saudari-saudariku…"
Aku menempatkan sebuah jari di daguku, memikirkan semua kenakalan dan kontak fisikku dengan Sei-oneechan dan Yun-oniichan, rasanya sangat normal bagiku. Juga, kupikir itu normal bagi para gadis yang akrab satu sama lain untuk saling menyentuh tubuh.
"Bagaimana kontak fisik kali ini berasal dari gadis yang akrab denganmu?
"Itu…kurasa aku akan memaafkannya."
"…um, aku tidak punya pengalaman semacam itu."
Meskipun aku mendapat persetujuan tersebut dari Luka-chan, Tobi-chan bersemu merah karena malu.
"Myu-chan…"
"Ahahaha, maaf soal itu."
Saat aku dipelototi lekat-lekat oleh Hino-chan, aku tertawa kering untuk menutupinya. Tobi-chan mengangkat suara dengan panik.
"…u-um, bukan begitu. Sekarang aku berteman dengan Myu dan yang lainnya, aku akan terkejut dengan kontak fisik seperti itu dengan kalian, tapi aku mengagumi hal semacam itu."
Memerah sampai ke telinganya, Tobi-chan mengangkat tinggi syalnya untuk menghindari tatapan kami.
"Kali ini Rirei gagal untuk memperkirakan jarak antara kita, tapi kalau kita dapat mengakrabkan diri, kurasa kita akan dapat berparty bersama."
"Kurasa juga begitu."
"Aku, uh, ingin memberikan waktuku untuk berakrab dengannya."
Luka-chan dan Tobi-chan yang menderita kali ini mau membiarkan masalah barusan, tapi saat itulah Hino-chan menyela.
"Membiarkan masalah ini berlalu begitu saja untuk kali ini akan berlebihan, setidaknya untukku."
"Mhhm, itu benar. Tapi, apa yang akan kita lakukan?"
Kita mungkin saja memberikan semacam persyaratan, tapi aku tidak dapat memikirkannya. Meskipun begitu, sepertinya Hino-chan sudah memikirkannya baik-baik.
"Itu mudah. Begini——"
·
"Kami siap untuk diusir keluar dari party! Tapi tetap saja, meninggalkan sebuah party itu sedikit menyakitkan."
"Berhenti bersikap lemah setelah bertindak begitu keras padaku."
"Ini gara-gara salahmu kita jadi ditendang, tahu!"
Kami berdiri di depan mereka berdua yang seperti biasa terlibat dalam pertunjukkan sebagai boke dan tsukkomi. Melihat perundingan kami berakhir dan kemudian kembali, Kohaku dan Rireri menegang dan menunggu kami bicara.
"Kami selesai berunding, hasilnya——kami akan memutuskannya berdasarkan dari hasil party sementara untuk mengalahkan Golem."
Kohaku mengerjapkan mata beberapa kali menanggapi perkataanku, memikirkannya benar-benar.
"Itu artinya…"
"Kita akan membentuk party untuk menaklukkan Golem, kemudian menilai kalian berdasarkan kemampuan tempur dan hal lainnya. Pada akhir party, kami akan memutuskan apakah kami mau melanjutkan bermain dalam party dengan kalian. Bagaimana kalau begitu?"
"Tidak perlu ditanyakan lagi, kami tidak berada dalam posisi untuk protes! Kita dapat kesempatan, Rirei. Bersikap serius dan berhentilah membuat masalah yang akan membuat kita dibenci!"
Pada saat bersamaan dia berbicara pada Rirei, Kohaku memotong tali tambang dan melepaskannya.
"Baiklah kalau begitu, let's go mengalahkan bos Golem!"
"Let's Go!"
Saat aku mengangkat tinjuku dan berseru, hanya Hino-chan yang ikut dan menyamai tindakanku.
Luka-chan tersenyum miris dan Tobi-chan berdiri di tempat dengan malu-malu, tidak tahu apakah dia sebaiknya mengangkat tangan atau tidak.
Kohaku menerima persyaratan kami dengan serius dan fokus untuk menghadapi Golem. Di sisi lain, Rirei melihat kami dengan semburat kemerahan di wajahnya tapi tidak mencoba untuk melakukan kontak fisik yang tak perlu dengan siapapun.

Setelah bergerak selama beberapa saat, kami tiba di lokasi bos sebelah barat, Golem.
"Sekarang, pertempuran dimulai! Ayo, ayo!"
Semuanya dengan segera bergerak ke posisi mereka seperti yang diinstruksikan Luka-chan.
"Begitu semuanya tiba di posisinya, Kohaku-san akan memulai dengan serangan permulaan, dari situ kita akan melanjutkannya seperti waktu latihan."
Menurut instruksinya, penyerang jarak dekat mengepung Golem, penyerang jarak jauh, Kohaku dan Rirei, berdiri di belakang, dan di depan mereka—Luka-chan. Posisi ini dapat diubah jika sesuatu yang tak terduga terjadi, tapi inilah formasi dasarnya.
"Baiklah, mulai! —— Quick Blast, tembakan beruntun!"
Kumpulan tiga tembakan dari angin yang tak nampak melesat maju dan mengenai bagian atas tubuh Golem. Tubuh besar yang sulit untuk digoyahkan dengan serangan fisik itu berdiri tegap, mengatur ulang posturnya.
"Ayo! HAa!"
"…aku masuk!"
"Aku akan berusaha sebaik mungkin!"
Tobi-chan dan aku memanfaatkan kelincahan kami untuk menyerang secara menyebar dan menghentikan gerakan Golem pada bagian belakang lutut dan sambungan sendinya.
Hino-chan mengayunkan sledgehammernya yang merupakan sebuah senjata tumpul dan juga cukup efektif pada Golem. Dia mengincar bagian torso dan sisi sampingnya untuk memberikan serangan besar.
Saat kami mendapatkan kebencian dan targetnya berubah dari belakang ke kami, Luka-chan bergerak ke depan Golem dan menangkis serangannya, kemudian menyerang membalasnya. Juga, titik yang terbuka, diisi oleh kami yang terdekat untuk melindungi penyerang jarak jauh.
Sementara itu, Kohaku menembakkan sihirnya dengan cepat ke kepala si Golem, secara konstan memangkas HP-nya.
"Fufufu, persiapan selesai!"
"Semuanya, menyebar!"
Mendengar laporan Rirei, Luka-chan memberi instruksi singkat.
Penyerang garis depan yang menyenrang Golem dari jarak yang dekat, semuanya melompat menjauh, membuat jarak.
"——Flame Burn!"
Sebuah pilar api besar menyembur dari bawah si Golem, tapi dia melambai-lambaikan tangannya mencoba untuk memadamkan api.
Sambil menerima cedera dari sihir, si Golem melakukan serangan balasan. Biasanya dia melakukan ayunan besar yang bisa kuhindari dari bawah atau meloloskan diri dari ayunan tangannya di sekitarnya, tapi aku tidak akan bisa seperti itu sekarang karena ada amukan sihir di sekelilingnya. Memang tepat untuk membuat jarak aman darinya.
"HAa! —— Fifth Breaker!"
"—— Impact!"
"——Shock Impact!"
"——Backstab!"
Setiap dari kami menggunakan Art yang efektif untuk melakukan serangan. Pada titik ini Golem tersisa 70%. Efisiensinya jauh lebih besar daripada saat kami melawannya dengan Hino-chan dan Luka-chan, yang hanya menggunakan serangan fisik.
"Fufufu, aku menyiapkan mantera yang selanjutnya!"
"——Menyebar!"
Dibungkus oleh api untuk kedua kalinya, Golem itu melambai-lambaikan lengannya, menyibakkan pilar api.
"Putus asa sekali…"
Mendengar gumaman Kohaku, kupikir kalau kita tidak melihat HP si bos, itu akan terlihat seakan serangan kami tidak berhasil. Aku setuju dengannya dalam hal ini.
Golem itu mengayunkan lengan-lengannya saat melewati pilar api dan mengambil satu langkah ke Kohaku dan Rireri di barisan belakang.
"Targetnya berubah ke barisan belakang dengan serangan terakhir! Aku akan bergerak untuk melindungi mereka.
"Kalau begitu kami akan fokus untuk mengehentikannya!"
Aku mulai berlari dalam kecepatan penuh dan mengayunkan one-handed swordku ke bagian belakang lutut si Golem. Menyamai langkahku, Hino-chan mengayunkan sledgehammer-nya ke bagian bahu untuk mencoba menumbangkannya, tapi si Golem bertahan.
"——Quick Blast!"
Akan tetapi, untuk mengimbanginya, sebuah sihir meledak di bawah kaki si Golem dan membuatnya kehilangan pijakan. Bos tersebut jatuh telentang.
"Ohhh! Waktunya pas!"
"Kau bisa menggunakan sihir dengan cara lain selain menyerang musuh secara langsung, kau tahu. Tapi, karena ini aku kehabisan MP, perlu menunggu sampai pulih!"
Menanggapi perkataan Kohaku, aku berkata "Ini cukup!" dan menggunakan kesempatan yang dia ciptakan untuk mendekat ke Golem saat itu juga, kemudian menembakkan sihir dari jarak dekat.
"——Light ShotLight Shot. Dan sekali lagi Light Shot!"
Aku menggunakan waktu yang diperlukan Golem untuk berdiri untuk menembakkan sihir padanya. Hino-chan juga, fokus menyerang bahu dan lengannya untuk memperlambat dia bangkit. Tobi-chan berdiri di atas kepala Golem dan dengan cepat menusuk kristal di kepalanya dengan ujung belatinya.
"Semuanya, menghindar!"
Sepertinya kami berlebihan melakukannya karena melihat kesempatan untuk menyerang. Ayunan lengan Golem itu cepat dan tidak sesuai dengan penampilannya.
"Ya‼"
"Impac—nyahh!""
"Hino-chan?! Kh, kha!"
Meskipun Tobi-chan melompat menjauh dengan cepat dan menghindari serangan, Hino-chan dan aku terhempas oleh ayunan kuat lengan berotot batu itu.
Karena Hino-chan menggunakan palu sebagai tamengnya, dia terjatuh di bokongnya sambil masih memegang senjatanya. Sebaliknya, aku terhempas dan saat itu juga aku memanfaatkan sepenuhnya Action Restriction Release untuk membangun kembali posturku dan menghubungkannya ke aksi berikutnya.
"…semuanya! Kalian tidak apa-apa?!"
"Yang paling penting Luka-chan, kami akan membantumu sekarang juga!"
"Aku tidak apa-apa. HAa!"
Dia menangkis tinju kanan si Golem dengan sebelah pedangnya, kemudian dia menghindari serangan berikutnya dengan menyingkir setengah langkah. Dengan menangkis dan menghindar, dia meninggalkan si Golem.
Setelah itu, kami mendekat ke Golem sekali lagi dan menyembuhkan HP seluruh party dengan sihir penyembuhan, kemudian menunggu Kohaku untuk memulihkan MP-nya.
Begitu kami menyusutkan HP Golem sampai 30% ——
"Fufufu, ayo lakukan yang besar!"
"Aku sudah memulihkan setengah MP-ku! Aku akan mendampingi Rirei!"
Saat mereka berdua memberi laporan, kami menunggu tanda dari Luka-chan.
"——Sekarang!"
Pada saat itu juga semua orang menyingkir dari si Golem. Kali ini sihir menyebabkan nyala api yang jauh lebih besar muncul.
"—— Flame Burn!"
"—— Little Tornado!"
Sihir api dan angin membungkus si Golem, saling meningkatkan kekuatan satu sama lain dengan efek sinergis.
Meskipun dengan melakukan rangkaian sihir secara normal seseorang dapat meningkatkan daya serangan yang dilakukan, dua player yang mudahnya merangkaikan sihir mereka bersama-sama adalah bukti kemampuan tingkat sebagai player.
"Hebat‼ Jangan-jangan, mungkinkah…"
Aku bergumam diam-diam, berharap banyak pada skill mereka berdua. Sementara itu aliran deras api melingkupi si Golem, kemudian tidak lama kemudian bayangan hitam yang berdiri di dalam api tersebut rubuh dan menghilang.
·
Setelah sihirnya dilepaskan, kali ini semua orang tetap waspada, begitu apinya menghilang dan kami memastikan Golemnya lenyap, semua orang mengendurkan kaki tangan mereka.
"…sudah selesai?"
"Begitulah. Sebuah kemenangan yang tidak bisa kau protes!"
Tobi-chan bertanya masih tidak merasa yakin dan Hino-chan menjawabnya.
Sepertinya Luka-chan sangatlah tegang karena kali terakhir dia datang kemarin untuk leveling, dia menekankan pada menghindar, dan kali ini dia harus menangkis serangan musuh untuk melindungi garis belakang, tapi sekarang dia tersenyum sedikit kelelahan.
Sementara kami berempat senang telah mengalahkan Golem itu, Kohaku dan Rirei masih memperlihatkan ekspresi tegang dan kaku.
"Jadi, bagaimana dengan kami?"
Mereka merasa bahwa keputusan kami lebih penting daripada kenyataan bahwa kami telah mengalahkan Golem.
Dan, jawabanku adalah——
"Hm? Apa maksudmu?"
"Kau lupa?!"
"Kohaku, tenang. Hrr, hrr."
"Aku bukan kuda!" Kohaku berteriak pada Rirei. Melihatnya gusar begitu, aku meminta maaf dengan ringan.
"Aw, maaf soal itu. Kalian terlalu serius, jadi aku ingin membuatnya santai dulu."
"Jadi, hasilnya?"
Karena Kohaku menjadi lemas, Rirei menanyakan untuknya. Aku berkata kalau mereka lolos.
"Secara pribadi, bagaimana pun caranya aku ingin kalian bergabung. Tak disangka kami menemukan permata tersembunyi seperti ini."
Luka-chan dan yang lain kelihatannya tidak ada masalah dengan hal itu setelah melihat mereka dalam pertempuran.
"Tapi, tiba-tiba menyentuh orang itu terlalu mengagetkan, kontak fisik berlebihan seperti itu dilarang."
"T-tidak mungkin…"
Sementara Kohaku terlihat sangat senang bahwa mereka lolos, diikuti perkataan berikutnya Rirei pun merosot berat menjadi sesosok bayangan.
"Sayang banget ya, Rirei. Tapi melakukan yang seperti itu buruk. Berikutnya kita bisa diusir keluar."
"Fufufu, tapi mempertimbangkan lingkungannya, dapat melihat gadis-gadis yang sangat cantik dari dekat, ini tidak terlalu buruk."
*slurp*, Rirei menyeka liurnya yang menetes dari mulut, membuat Kohaku memelototinya.
"Ayo kembali fokus dan pergi ke Kota Ketiga! Juga, kita harus merayakan lengkapnya party beranggotakan enam orang ini!"
"Kau benar. Awalnya hanya aku dan Myu-chan, senang rasanya semua orang berkumpul."
Sementara Hino-chan bertingkah tulus, Luka-chan mengingat kembali bagaimana dia ditemukan dan menyunggingkan senyuman ringan.
Tobi-chan berpikir tadinya kami bertiga bersama sejak awal dan merasa terkejut. Kohaku dan Rirei juga, berpikir kami semua berempat bersama sejak semula.
Dari sudut pandang objektif, itu berarti kami sangatlah cocok.
"Sekarang setelah kita membentuk sebuah party yang lengkap, kita harus bergegas dan menaklukan area dan monster yang belum kita hadapi! Kita tidak bisa membiarkan diri kita tertinggal dari saudari-saudariku!"
Berkompetisi sengit dengan orang seperti Sei-oneechan dan Taku-san dengan yang lainnya yang ada di garis depan itu rasanya sangat menegangkan.
"Fufufu, jadi Myu-san punya saudari. Aku menantikan untuk bertemu mereka. Bagaimanapun juga, biasanya orang-orang yang berkumpul di sekitar gadis-gadis cantik itu sama rupawannya . Aku benar-benar menantikannya."
"…Rirei, dari waktu ke waktu, aku iri terhadap sikap positifmu."
Kemudian, kami tiba di Kota Ketiga yang sekelilingnya adalah besi dan tanah tambang dan segera melengkapi registrasi di portal perpindahan.