BANGKITNYA ARISU

20 menit kemudian.

Aku berlari menjauh dari orc keempat yang kutemui hari ini untuk menariknya ke jebakan dimana Arisu menunggu. Familiarku, Si Gagak ---- sedang berkoak di angkasa. Mungkin dia menyemangatiku?

Orc ini berbeda dengan yang sebelumnya dan dia memiliki sebuah tombak di tangannya. Meski itu sebuah tombak kasar yang berkarat, tapi itu tetap lebih kuat dibanding tombak bambu. Aku rasa setelah aku menjatuhkan orc ke dalam jebakan, aku harus mencari cara untuk mendapatkan tombak itu.

Karena kita bisa menyerangnya sebelah pihak, dengan begitu kemungkinan menang sudah dipastikan. Saat aku memikirkan seekor monster yang dapat menyerang kembali, aku merinding ketakutan.

Bahkan kondisiku seperti ini, Arisu pasti lebih ketakutan.

Tapi kita bisa memikirkan hal itu nanti. Sekarang aku menjaga jarak yang pas dari Si Orc, jarak dimana dia tidak bisa mengejarku dan dimana dia tidak terlalu jauh.

Alasannya adalah karena kekuatan <<Physical Up>> telah meningkat sekitar dua kali lipat.

Sekarang aku tahu, saat aku menaikkan Support Magic ke Rank 2, tidak hanya mendapatkan magic baru, namun efek dari magic yang sebelumnya sudah ada pun akan meningkat.

Karena aku sudah meningkatkan level ku menjadi 2, MP-ku juga meningkat. Setelah aku menanyakannya di White Room, aku sekarang tahu bahwa aku bisa menggunakan magic Rank 1 dua kali lipat lebih banyak

Saat aku level 1, aku hanya bisa menggunakan 10 kali magic Rank 1.

Saat aku level 2, aku bisa menggunakannya 20 kali.

Karena ini terlalu menyulitkan, jadi aku memutuskan untuk menggunakan istilah "1 MP" untuk menjelaskan bahwa "Aku bisa menggunakan magic Rank 1 untuk 1 kali".

Dengan kata lain, MP-ku saat ini 20.

Sementara untuk HP, aku hanya tahu itu bertambah.

Aku tidak akan sengaja diserang oleh seekor orc hanya untuk mengetahui jumlah maksimum HP-ku.

Aku semakin dekat dengan jebakan dan memberi sinyal ke arah balik batang pohon. Seperti yang baru kami diskusikan, Arisu bersembunyi di balik sebuah pohon.

Pakaiannya yang awalnya robek karena Si Orc, tidak sepenuhnya kembali seperti semula. Ini karena aku menggunakan Support Magic Rank 2 <<Repair>>. Itu adalah sebuah magic yang aslinya digunakan untuk memperbaiki senjata dan alat pertahanan. Setelah aku menggunakannya pada pakaian yang robek, pakaian itu berubah ke kondisi dimana seperti telah dicuci. Tapi magic ini sepertinya tidak dapat menghilangkan keringat dan lumpur pada pakaian, jadi masih terlihat sedikit kotor.

Oke. Aku melompati jebakan dan mendarat di sisi lain. Ini adalah kali ketiga, karena itu aku sudah sangat terbiasa dengan ini.

Aku menengokkan kepalaku. Oorc yang mengejarku dengan langkahan kuat menginjak ke tempat yang baru saja aku lewati.

Kemudian dia menginjak jebakan yang ditutupi oleh dedaunan gugur.

Sosok Si Orc menghilang dan beberapa saat kemudian sebuah rintihan keluar dari dalam jebakan.

Aku mengintip ke dalam jebakan dan melihat tombak bambu di dalam lubang menusuk masuk ke dalam tubuh orc.

Kali ini tombak bambu menusuk dengan sangat sempurna dan karena itu Si Orc melepaskan tombak di tangannya. Meski itu bagus karena tidak perlu memikirkan cara untuk mendapatkan tombaknya, tapi....

Bagaimana jika ini adalah serangan yang menentukan?

Kami harus bertindak cepat. Aku mengambil ember plastik dan menuangkan isinya ke dalam jebakan.

Tubuh Si Orc dilumuri oleh minyak.

"Shimozono-san!"

"Ya!"

Arisu berlari keluar dari balik pohok dan menyalakan sekepal koran dengan pemantik api, sebelum melemparkannya ke dalam lubang. Tubuh Si Orc mulai terbakar.

"Tombak bambunya!"

"Aku... Aku akan menyerang!"

Arisu menggenggam tombak bambu dengan wajah kebingungan. Aku lari ke arahnya dan dengan pelan menyentuh tangannya yang bergetar.

"<<Mighty Arm>>."

Lengan Arisu mulai bersinar. Mungkin itu karena aku naik level, bahkan sinarnya terlihat lebih terang.

"Terima... kasih."

"Uh, semoga beruntung."

Arisu tersentak dan aku mengusap-usap bahunya dengan ringan.

"Keluarkan keberanianmu!"

"Ya!"

Ujung tombak dilumuri warna hitam, karena magic yang aku rapalkan padanya.

<<Blood Attraction>> ---- Ini adalah magic baru yang aku peroleh saat aku menaikkan ranking Support Magic ke Rank 2.

Arisu berteriak dengan suara imutnya dan menusukkan tombak ke dalam lubang.

Erangan Si Orc bergema dari dalam lubang.

Pada saat yang sama, tubuh Arisu dikelilingi oleh sinar putih kebiruan. Luka yang ada di tubuh Arisu berangsur disembuhkan, selama seseorang menggunakan sebuah senjata yang diperkuat oleh <<Blood Attraction>> untuk melukai musuh, luka Sang Penyerang akan berangsur hilang.

Dalam istilah RPG, selama kau mengurangi HP musuh, HP penyerang akan pulih.

Dengan ini, jumlah untuk meningkatkan kekuatan menyerang menyeluruh, tidak diragukan lagi ini adalah sebuah magic Rank 2.

Pada setiap tusukkan yang diberikan Arisu, Si Orc mengerang. Arisu berdiri mati-matian di dekat lubang.

Akhirnya, erangan Si Orc berhenti. Aku melihat ke dalam lubang dan melihat orc yang terluka parah berangsur menghilang.

Tubuh Arisu mendadak goyah.

Meski itu hanya dalam sekejap, aku bisa dengan jelas merasakan perubahan aura di sekeliling Arisu.
Ya, dia sudah naik ke level 1. Dia sekarang sama denganku, memiliki kualifikasi untuk memasuki White Room itu.
Itu mungkin terasa sekejap bagiku, tapi dia sudah menghabiskan waktu yang lama di dalam ruangan itu.

Aku menyarankan dia menggunakan laptop untuk menanyakan semua macam informasi. Jika dia mengikuti perkataanku, dia pasti sudah menghabiskan setidaknya satu sampai dua jam.

Karena itu, dia terlihat sangat tenang.

Arisu menghela nafasnya. Dengan tombak di tangannya, dia berbalik ke arahku.

Mungkin aku saja, tapi cara yang dia gunakan untuk menggenggam tombak terlihat jadi lebih natural.

Tidak, itu memang jadi seperti itu.

"Aku sudah mendapatkan Spear Skill dan Healing Magic."

Itu yang dikatakan Arisu.

"<<Heal>>"

Arisu merapalkan magic penyembuhan pada tanganku.

Tanganku yang kesakitan karena memar dan luka diselimuti dalam cahaya putih kebiruan.

Sakitnya perlahan menghilang dan dengan cepat bahkan luka bakar pun menghilang.

Hanya sebuah bekas merah yang terlihat pada luka, seperti sebuah bukti bahwa pernah terluka sebelumnya.

"Aku mengerti, ini sangat membantu."

"Ya."

Arisu tertawa dan mulai menyembuhkan lukanya. Jelas sekali luka yang dia miliki lebih serius, tapi dia bersikeras menggunakan healing magic kepadaku terlebih dulu.

"Ternyata benar-benar ada White Room."

"Jadi sebenarnya kau mencurigaiku?"

"Tidak bukan begitu...."

Aku memberi senyum getir.

"Lagipula ini sangat sulit bagi orang-orang memercayainya."

"Itu benar."

Kenyataannya, jika posisi kita bertukar.... Mmm, aku mungkin akan sama sepertinya.

"Tapi aku memilih Skillnya. Itu semua berkat Gaya-senpai."

"Panggil saja aku Kazuhisa atau Kazu. Karena kita adalah rekan."

"Ya, Kazuhisa-san.... Kazu-san. Nah~"

Senyum malu-malu muncul di wajah Arisu seraya dia melihat ke arahku.

"Tolong panggil aku Arisu karena semua orang memanggilku seperti itu. Juga aku adik kelasmu, jadi panggil saja namaku langsung."

"Aku mengerti, Arisu."

"Ya!"

Arisu dengan gembira tersenyum. Melihat ekspresinya, aku juga terkena kegembiraannya dan tersenyum.

"Apa kau tahu cara menggunakan tombak sekarang?"

"Ya."

Senjata di tangannya adalah tombak berkarat milik orc yang barusan mati.

Besi mata tombaknya mungkin berkarat, tapi itu tetap lebih baik dibanding tombak bambu yang aku buat asal-asalan.

Jadi tombak ini juga harus di-<<Repair>>. Aku meminjam tombaknya dari Arisu dan menggunakan tanganku untuk menyentuh mata tombaknya.

"<<Repair>>."

Mata tombak besi itu bersinar dengan cahaya biru dan karatnya berangsur menghilang. Setelah sekitar 10 detik, ujung besi dari tombaknya menjadi hampir seperti baru, memancarkan kilauannya.

"Wah~"

Arisu tidak bisa apa-apa kecuali berseru terkejut.

"Hebat sekali, Kazu-senpai."

"Ya, hebat sekali."

Meski itu dilakukan olehku, aku juga mengatakannya tanpa sengaja. Karena hal yang terjadi di hadapanku itu benar-benar sangat tidak biasa. Layaknya dalam hatiku, seperti tidak ada lagi perasaan akan kenyataan.

"Tapi selama aku punya ini, aku akan... bisa bertarung."

Arisu menggigit bibirnya dan mengangguk dengan ekspresi tegang.

"Aku tidak lagi lemah."