Rokujouma no Shinryakusha!?
Jilid 7 Bab 4
Malam Natal

Bagian 1

Kamis, 24 Desember
Setelah ganti pakaian menjadi pakaian olahraga, Koutarou kembali ke ruangannya. Di dalam ada Ruth, yang juga mengenakan pakaian olahraga, Ruth sedang bersiap-siap untuk pergi joging.
“Hmm, jadi kalian mulai dengan joging.”
Selain para penjajah, Shizuka juga ada di dalam kamar 106. Dia sedang minum teh yang baru dituangkan oleh Ruth, dan memanggil Koutarou dan Ruth.
“Iya. Menurut Satomi-sama, saya tidak punya kekuatan fisik dasar yang saya butuhkan.”
“Benar juga. Jika kamu mau memukul dan menendang, kamu setidaknya perlu mengembangkan otot sampai tingkatan tertentu.”
“Sayangnya memang begitu.”
“Tidak perlu merasa sedih. Semua orang biasanya juga begitu.”
“Benar. Jika kau terus bertahan, kau akan bisa melakukannya.”
Ruth menyesali kekuatan fisiknya yang kurang dengan wajah malu sedangkan Koutarou dan Shizuka memberinya semangat.
Kalau boleh jujur, Ruth-san sudah punya semua pengetahuan yang diperlukan, dan dia sekuat itu meskipun tidak berotot...
Karena Shizuka telah merasakan kekuatan tersembunyi Ruth secara langsung, dorongan semangat darinya tidak mengandung kebohongan sedikitpun. Malahan, keringat dingin menetes di punggungnya ketika dia membayangkan Ruth setelah menjadi berotot.
“Koutarou, kapan kau pulang hari ini? Aku bingung kapan kita harus mulai latihan.”
“Ah, tentang itu, tapi hari ini tidak bisa.”
“Tidak bisa? Kenapa? Ada urusan lain?”
Setelah Koutarou menjawab kalau dia tidak bisa latihan hari ini, Theia merasa terkejut. Beberapa bulan yang lalu dia pasti akan memarahi Koutarou, tapi sekarang tidak lagi. Theia sudah lebih dewasa, dan dia tau kalau mantan atlet tidak mungkin bolos latihan tanpa alasan yang jelas.
“Ya. Mungkin sampai larut malam.”
“Begitu ya...”
Mendengar jawaban Koutarou, Theia menurunkan bahunya dengan sedih. Meskipun Koutarou merasa bersalah, dia terus bicara.
“Mumpung kalian semua ada disini, ada hal yang ingin kuminta dari kalian.”
Kata-kata Koutarou yang selanjutnya ditujukan pada keenam gadis di dalam kamar 106.
“Oke. Minta apa?”
Sanae yang sedang melayang di samping Koutarou, langsung menjawab, tanpa ragu sedikitpun. Dia tidak bisa lagi membayangkan kalau dia akan menolak permintaan Koutarou manapun.
“Selama aku tidak perlu kedinginan.”
Mengesampingkan suhu di luar, Yurika ingin mengabulkan permintaan Koutarou, akhir-akhir ini, Koutarou sudah memberinya makanan dan membantunya mengerjakan PR, jadi dia ingin melakukan sesuatu yang dapat membantu Koutarou.
“Tentu, tapi saya minta imbalannya, Koutarou.”
Kiriha tersenyum riang seperti biasanya. Dia menikmati semua hal dengan caranya sendiri. Kali ini juga sama dan dia sedang memikirkan cara untuk menggoda Koutarou.
“Boleh. Toh hari ini aku kosong.”
Biasanya Natal dihabiskan bersama dengan keluarga, tapi karena Shizuka sudah kehilangan keluarganya, dia senang mendengar permintaan Koutarou. Shizuka tahu kesepian yang terasa saat berdiri di pojok ruangan sementara semua orang sedang berpesta, dia sangat menyadari hal itu lebih dari siapapun.
“...Uhm...”
Theia tidak bisa langsung menjawab. Dia malah mengalihkan pandangannya dari Koutarou menuju Ruth.
Fufu.
Ruth tersenyum kecil dan mengangguk saat melihat wajah Theia.
“Baiklah, katakan apa permintaanmu. Aku akan mengizinkannya karena kau sudah berusaha keras akhir-akhir ini.”
Theia hanya bisa mengutarakan hal itu dengan kata-kata yang merendahkan tadi, tapi Ruth, yang tahu bagaimana perasaan Theia yang sebenarnya, berusaha keras menahan tawa.
Pada akhirnya, Koutarou tidak menjelaskan dengan detail, dan pergi keluar bersama Ruth.
“Ada hal yang ingin kubicarakan dengan kalian, jadi bisakah kalian datang ke ruang klub perkumpulan merajut sekitar jam empat?”
Hanya itu yang Koutarou katakan sebelum dia pergi. Jadi kelima gadis di kamar 106 memasang wajah bingung.
“Memangnya apa yang ingin dia bicarakan?”
“Kamu juga belum dengar apa-apa, Mackenzie-kun?”
“Iya. Dia cuma bilang kalau dia perlu bicara sesuatu, dan aku harus datang ke ruang klub perkumpulan merajut.”
Kenji juga sama. Dia berpapasan dengan para gadis di jalan menuju sekolah, tapi karena dia sendiri juga tidak mendengar detailnya, dia juga bingung sama seperti mereka.
Dan ketika keempat penjajah, Shizuka dan Kenji berjalan menuju sekolah, mereka merenungkan tentang apa yang ingin dibicarakan Koutarou.
“Uhh ... semoga saja suhunya tidak terlalu dingin...”
“Apa kau perlu memakai pakaian seperti itu?”
Yurika, yang berjalan di belakang, mengenakan pakaian yang tebal. Karena waktunya sudah memasuki akhir Desember, matahari terbenam lebih awal dan suhunya turun dengan cepat. Karena hal itu, Yurika mengenakan hampir semua pakaian yang dia punya sehingga dia kelihatan membengkak. Wajar jika Sanae heran dengan penampilan Yurika yang menyedihkan itu.
“Sebenarnya apa yang Satomi-kun pikirkan sampai-sampai dia tidak memberitahu anda, Matsudaira-kun.”
Karena Kenji ada disana, Kiriha memasang topeng siswa teladannya dan tersenyum. Namun, senyumannya memang sungguhan, dan dia tidak sabar menantikan apa yang sudah direncanakan Koutarou.
“Pasti bukan hal yang penting. Aura yang dia keluarkan bukan aura semacam itu.”
“Tidak, jangan terlalu yakin.”
Menjawab kata-kata Theia, Kenji menggelengkan kepalanya.
“Karena sekarang Natal, aku tidak akan terkejut jika dia menyuruh kita berkumpul untuk mengenalkan pacarnya.”
Kenji mengangkat bahunya dan menggelengkan kepalanya.
“Benarkah!? Kau pikir Satomi-kun punya pacar!? Hei, aku bahkan tidak bisa membayangkannya!”
Shizuka yang menyukai obrolan seperti itu menyela dengan mata bercahaya. Di saat yang sama, dia membayangkan Koutarou berpacaran dengan berbagai macam gadis di kelasnya.
“Yah, dia itu memang populer.”
Apa!? Yang benar!?”
“Eehhhh!? Kau bercanda!”
Kelima gadis itu berteriak kaget bersamaan saat mereka mendengar pernyataan mengejutkan Kenji. Mereka kemudian mengelilingi Kenji dan menuntut penjelasan yang detail. Bahkan Sanae, yang paling merasa terkejut, lupa kalau Kenji tidak bisa melihatnya dan meminta penjelasan. Hanya Kiriha yang tetap tenang.
“Ayolah, beri tahu detailnya!”
Apa itu benar, Mackenzie-kun!?”
“Aku tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja!”
“Beri tahu aku semuanya tanpa terkecuali.”
“Eh, Oke.”
Ketika ditekan oleh para gadis itu, Kenji membetulkan letak kacamatanya dan mulai menjelaskan.
“Kou itu bodoh, jadi biasanya dia tidak akan populer.”
“Benar.”
“Kalau tidak begitu, malah aneh.”
Semuanya mengangguk mendengar kata-kata Kenji.
Koutarou tidak populer.
Semua gadis disana sepakat akan hal itu. Di sekolah, dia tidak pernah dikelilingi para gadis di kelasnya; dia selalu bergaul dengan laki-laki.
“Yah, aku tidak bisa membayangkan Satomi-kun bergaul dengan perempuan.”
“Aku malah mengharapkan hal itu dari Matsudaira-san.”
“Setelah kupikir-pikir, Koutarou bilang sesuatu tentang menyimpan dendam pada kacamata-kun tentang coklat Valentine.”
Seperti yang mereka bilang, para gadis tidak pernah berkerumun di sekitar Koutarou, tapi mereka mengermuni Kenji. Di sekitar Kenji selalu ada perempuan. Dia punya banyak fans wanita karena rupanya yang ganteng, sikap dan kemampuannya untuk melakukan segala hal dengan baik.
“Tapi itu cuma di permukaan saja.”
“Di permukaan?”
Kenji menghela napas dengan keras dan menurunkan bahunya. Perasaan rumit menggenang di dalam dirinya.
“Pada kenyataannya, selalu saja ada sebagian kecil perempuan yang jatuh cinta padanya. Dan mereka selalu saja gadis menawan yang membuatku jatuh cinta!”
Kenji mengepalkan tinjunya dan memberikan tekanan lebih di balik kata-katanya. Mungkin inilah yang disebut raungan jiwa.
Dengan kata lain, ini pilihan antara kuantitas vs. kualitas!
Memang benar kalau Koutarou tidak populer, tapi semua perempuan yang membuat Kenji jatuh cinta telah jatuh cinta duluan pada Koutarou. Mereka semua sudah menyadari sisi positif yang dimiliki Koutarou.
“Semua perempuan yang benar-benar menawan memahami hal baik dalam diri Koutarou. Sudah berapa banyak cintaku yang serius gagal karena dia!?”
Contoh yang paling baru adalah Harumi. Kenji akan merasa senang bila berpacaran dengan orang seperti Harumi. Jika Harumi adalah pacarnya, dia akan membanggakan hal itu pada siapa saja. Tapi Harumi mencintai Koutarou. Siapapun yang memiliki wawasan bisa tahu hal itu.
Yah, barangkali semuanya memilih dia karena aku selalu berpikir tentang hal semacam ini...
Kenji sendiri sadar akan kekurangannya. Saat dia memilih perempuan, dia selalu melakukan perhitungan atau tawar menawar di pikirannya. Dia tidak sepolos Koutarou. Semua perempuan yang membuat Kenji tertarik menyadari perbedaan kecil itu, jadi karena itulah cintanya tidak pernah berjalan mulus.
Tak kuduga kalau aku ini kuno ... pada akhirnya, aku tidak bisa sungguh-sungguh menertawai Kou...
Kenji kembali menghela napas sambil tersenyum kecut.
“Setidaknya ada sebagian kalian yang paham apa yang aku bicarakan, kan?”
Kenji menyelesaikan penjelasannya dengan berkata begitu serta melihat ke sekelilingnya. Akhir-akhir ini, para gadis di depannya sudah akrab dengan Koutarou. Intuisinya bilang, terlepas apakah mereka mencintai Koutarou atau tidak, setidaknya mereka sudah menyadari sisi Koutarou yang itu.
“Memang benar. Kau akan lebih merasa tenang jika berpacaran dengannya daripada Mackenzie-kun.”
Shizuka tertawa. Dia bisa mengenali banyak bagian yang sudah disebutkan Kenji.
Dirinya yang tidak terlibat dengan siapapun, meskipun di sekitarnya ada perempuan sebanyak ini, dia sungguh jujur atau serius...
Karena itulah Shizuka datang ke kamar 106 setiap hari untuk bermain. Itu karena dia mempercayai Koutarou.
“Begitulah harusnya tingkah seorang pria! Berselingkuh itu tidak bisa dimaafkan!”
Yurika mengkhawatirkan Harumi.
Aku bisa menyerahkan Sakuraba-senpai pada Satomi-san, karena dia memang begitu! Aku tidak bisa mempercayakan Sakuraba-senpai pada orang yang selalu ganti pacar tiap hari!
Dia akan merasa gelisah jika Koutarou sepopuler Kenji di mata perempuan. Hal itu akan selalu membuat Harumi khawatir. Koutarou hanya bisa mengajak Harumi dan Yurika untuk berkencan.
“Sudah pasti!”
Sedikit marah, Sanae menjulurkan lidahnya kepada Kenji. Karena Kenji tidak bisa melihatnya, Kenji tidak peduli.
Aku punya jimat ini, jadi aku lebih tahu hal itu dari siapapun!
Sanae punya jimat dengan tulisan mantra 'Keselamatan Keluarga' di tangannya. Selama jimat itu ada ditangannya, jimat itu membuktikan moral Koutarou.
“Benar. Koutarou tidak selicik dirimu.”
Theia mengangguk seolah itu hal yang jelas.
Itulah ksatriaku. Ksatria adalah seorang suri teladan dalam kebajikan. Kalau tidak begitu, aku tidak akan memberinya gelar itu!
Theia tidak lagi mencoba membuat Koutarou menjadi pengikutnya karena ujiannya. Dia melakukannya untuk dirinya sendiri.
“Sepertinya kalian semua paham apa yang kubicarakan.”
Melihat respons semuanya, Kiriha tersenyum.
Jadi pada akhirnya, semuanya percaya pada Koutarou. Toh dia adalah pria yang cukup bertekad sampai saya pun memperlihatkan sifat asli saya padanya...
Jika Kiriha tidak punya pria lain yang dia cintai, dia yakin kalau dia mungkin ingin berpacaran dengan Koutarou. Jadi dia paham apa maksud perkataan Kenji, dan dia bisa membayankan bagaimana perasaan para gadis lain.
“Jadi karena itulah aku tidak terkejut jika dia tiba-tiba mengenalkan pacarnya.”
“Tidak mungkin.”
“Itu terlalu jauh, Mackenzie-kun.”
“Tidak akan kubiarkan!”
“Mustahil.”
“Fufu, itu prasangka buruk, Matsudaira-san.”
Para gadis disana paham apa yang ingin Kenji katakan, tapi di saat yang sama mereka menepis kemungkinan kalau Koutarou punya pacar. Mereka tidak menyadari hal seperti itu selama mereka tinggal bersama, jadi mereka tidak percaya hal itu.
“Tidak, jangan yakin dulu, dia mungkin saja tiba-tiba dapat pacar.”
“Dia bukan laki-laki sepertimu, Mackenzie-kun.”
“Itu benar.”
“Jika itu benar dia pasti akan bilang pada saya dulu.”
“Jika pacarnya Ruth, aku bisa memaafkannya.”
“Semuanya, jika kalian bicara begitu, Matsudaira-san akan merasa tidak enak.”
Para gadis mulai merasakan bahwa, meskipun mereka mungkin tidak melihat mereka, ada banyak perempuan yang mencintai Koutarou.

Bagian 2

Ketika Theia membuka pintu ruang klub perkumpulan merajut, suara ledakan kecil terdengar. Theia melompat mundur karena terkejut.
“Kyaaaaaa!?”
Meskipun hanya Yurika yang menjerit, para gadis lain dan Kenji mengintip ke dalam ruang klub untuk mencari tahu apa yang terjadi.
“Selamat Natal!”

Di dalam ada Koutarou, Harumi dan Ruth. Selain itu ada beberapa wajah familiar dari klub drama. Dan mereka semua sedang memegang cracker yang baru saja mereka gunakan.
“Ayo, jangan bengong saja. Masuk! Masuk!”
Theia dan yang lain ditarik masuk oleh presiden klub drama, mereka tidak mengerti situasinya.
“Perayaan klub drama & Pesta Natal?”
Saat Theia ditarik masuk ke dalam ruang klub, dia melihat spanduk yang terpasang di belakang, hiasan-hiasan di seluruh penjuru ruangan dan sejumlah besar makanan. Berkat hal itu, Theia dan yang lainnya akhirnya bisa memahami situasinya.
“Woah, jadi kalian mengadakan pesta Natal hari ini!”
“Oh, cuma itu...”
“Hore! Ada banyak makanan!”
“Yurika-chan, air liurmu menetes.”
“Fufufu, sepertinya Satomi-kun sudah mengakali kita semua.”
Koutarou memanggil Theia dan yang lainnya ke sini untuk berpesta bersama. Karena pestanya berfungsi sebagai pesta Natal dan perayaan buat drama yang diadakan tahun depan, semua orang yang terlibat dalam drama telah diundang.
“Kok lama sekali?”
“Koutarou, keributan apa ini?”
Meskipun mereka telah paham situasinya, masih ada banyak hal yang mereka tidak tahu, jadi Theia bertanya pada Ruth, yang sedang mendekati mereka dengan kostum Santa.
“Yang mulia, pesta ini dirancang oleh presiden klub drama. Kita tidak diberitahhu apa yang akan terjadi sampai tadi. Yang tahu hal ini hanya beberapa orang yang membantu persiapan pesta ini: Satomi-sama dan Harumi-sama.”
Ruth, yang juga mengenakan kostum Santa, menjawab pertanyaan Theia.
Presiden klub drama telah merancang pesta ini. Karena pesta ini adalah kejutan, persiapannya dilakukan dengan rahasia. Dan karena Koutarou terkenal sebagai orang yang bermulut rapat, dia diminta membantu. Karena menyiapkan pesta sendirian itu terlalu berat, Koutarou melibatkan Harumi karena alasan yang samaTugas Koutarou adalah menyiapkan hiasan, tapi karena Koutarou tidak terlau paham, dia mengandalkan Harumi. Di hari H, Koutarou meminta Ruth untuk membantunya dalam hal makanan. Karena mereka joging bersama, melibatkan Ruth adalah hal yang mudah.
Alasan kenapa ruang klub perkumpulan merajut digunakan untuk tempat pestanya adalah karena ruang klub drama kurang besar. Ruangan itu sudah penuh dengan alat peraga dan perlengkapan untuk drama nanti, jadi mereka tidak punya ruang kosong buat meja. Dalam hal itu, ruang klub perkumpulan merajut hanya digunakan oleh dua orang, jadi banyak ruang kosong disana. Karena hal itu, kerjasama presiden perkumpulan merajut, yaitu Harumi, juga diperlukan.
“Iya benar. Presiden benar-benar usil. Kau tinggal bilang begitu.”
“Iya. Aku tidak tahu pasti apa yang akan terjadi saat kau bilang ada hal penting yang perlu didiskusikan.”
Anggota klub drama yang berkerumun di sekitar Ruth membenarkan ceritanya. Mereka baru mengetahui kebenarannya setelah masuk ke dalam ruangan ini tadi. Sama seperti Theia dan yang lainnya.
“Begitu ya ... siapa ya yang tadi bilang kalau Koutarou mau bicara hal yang penting?”
Setelah tahu kebenarannya, Shizuka tersenyum lebar dan menoleh ke arah Kenji.
“Apa yang kamu bicarakan, ibu kos-san?”
“Nah kau tahu, Satomi-kun, Mackenzie-kun―”
“Wah! Tunggu, tunggu, Kasagi-san, stop!”
Shizuka hampir membocorkan apa yang Kenji katakan sebelumnya sebelum Kenji menghentikannya dan menariknya ke sudut ruangan.
“Kya! Mackenzie-kun mesum!”
“Tolong jangan bilang hal yang bisa membuat reputasiku buruk!”
“A-Apa?”
Shizuka anehnya berteriak dengan riang saat Kenji mulai panik. Karena tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Koutarou hanya menatap kosong ke arah mereka dan memiringkan kepalanya dengan bingung. Saat dia begitu, topi Santa di atas kepalanya bergoyang-goyang dengan lucu. Ngomong-ngomong, bola di puncak topi Koutarou dibuat oleh Harumi dua hari yang lalu. Ada banyak sisa kain wol dan bola itu mudah dibuat.
“Mari makaaa~n!”
Namun, dia kembali sadar saat dia mendengar suara Yurika.
“Hei Yurika, paling tidak tahan sampai tos.”
“Hwah?”
“Hah ..., tidak, bukan apa-apa. Makan saja.”
“Hmph.”
Koutarou mencoba menghentikan Yurika yang mulai mengambil makanan di meja, tapi dia menyerah karena Yurika kelihatan sangat menyedihkan. Lalu Sanae mencolek bahunya.
“Koutarou, kau mengambil kerjaan baru buat―”
Saat Sanae menyinggung kalimat ‘kerjaan baru’, Theia dan Kiriha menoleh ke arah Koutarou.
“Ya, kerjaan itu demi pesta ini. Pada akhirnya klub drama yang akan menanggung biayanya, tapi saat ini mereka perlu menyelesaikan masalah keuangan mereka dulu.”
Koutarou mengambil kerjaan paruh waktu yang baru demi pesta ini. Meskipun klub drama bakal mengganti biayanya, mereka perlu biaya cepat. Karena Koutarou tidak bisa begitu saja menggunakan uang yang diberikan ayahnya buat biaya hidup, Koutarou dan presiden klub drama mengambil kerjaan paruh waktu secara rahasia. Ngomong-ngomong, kerjaan presiden klub drama adalah membantu buat kue di toko roti tersebut.
“Begitu ya, jadi itu alasannya...”
Theia tentu saja tersenyum.
Begitu ya, jadi itu demi kami...
Apa yang dilakukan Koutarou bukanlah demi satu orang saja, tapi untuk beberapa orang. Meskipun itu hanya kerja paruh waktu, Theia merasa senang.
“Saya juga terkejut tadi.”
“Hmm...”
Sudah saya kira, apapun yang terjadi, saya perlu meyakinkan Koutarou untuk menjadi ksatria yang mulia...
Ruth semakin yakin akan hal itu setelah acara ini.
“Astaga, jika kamu perlu uang, kamu tinggal bilang saja.”
“Aku tidak bisa meminta uang pada temanku begitu saja.”
“Satomi-kun memang benci hubungan yang kering ya.”
Kiriha tersenyum dan bicara pada Koutarou.
Ini bisa memberiku alasan buat menggoda Koutarou selama beberapa waktu...
Namun, keinginan usil bisa terlihat di kedalaman mata Kiriha.
“Terimakasih bantuannya, Satomi-kun. Kamu cukup menjanjikan.”
“Terimakasih, presiden.”
Itulah saat presiden klub drama mendekati mereka.
Ngomong-ngomong, saat ini ada empat orang yang mengenakan kostum Santa. Mereka adalah Koutarou, presiden klub drama, Harumi dan Ruth; keempat orang yang menyiapkan pestanya.
“Silakan, Satomi-kun. Minum dulu.”
“Terimakasih, Sakuraba-senpai.”
“Silakan, minuman untuk semuanya.”
Harumi datang membawa nampan dengan gelas berisi minuman.
Tadinya aku kaget karena kupikir Satomi-kun mengajakku berkencan ... tapi kurasa hal ini lebih cocok dengan kami. Bukan begitu, Nijino-san...?
Setelah membagikan minuman, Harumi menoleh ke arah sahabatnya, Yurika. Namun, karena Yurika sedang sibuk menyantap hidangan yang ada, Yurika tidak menyadari lirikan itu.
“Apa semuanya sudah pegang minuman? Kita akan tos.”
Presiden klub drama mengambil inisiatif. Karena dia juga bertugas sebagai manajer panggung, mengadakan tos juga tugasnya. Dan mengikuti suaranya, semua orang di ruangan tersebut mengangkat gelas mereka.
“Koutarou, aku mau jus jeruk.”
“Oke, oke.”
Namun, Koutarou memegang dua buah gelas, satu gelas berisi jus apel dan satunya lagi berisi jus jeruk.
“Baiklah, dengan semakin dekatnya akhir tahun yang sepi buat para jomblo, tos buat kesuksesan drama kita tahun depan! Selamat Natal!”
“Selamat Natal!”
Dengan begitu, pesta Natal Koutarou dan yang lainnya dimulai.

Bagian 3

Setelah satu jam mengobrol bebas dan makan, mereka mulai bermain. Konsol yang digunakan adalah barang pribadi presiden klub drama sedangkan TV besar di sana disewa khusus untuk hari ini. Inilah salah satu hasil dari kerjaan paruh waktu Koutarou dan presiden.
“Uuuhhh~, perutku sakit. Aku tidak bisa gerak.”
Tapi, di saat itu, Yurika mulai mengeluhkan perutnya. Setelah fokus makan dan menghindari mengobrol dengan siapapun selama satu jam terakhir, perut Yurika telah melewati batasnya.
“Apa perut ini karena pakaian yang kau kenakan atau karena makan kebanyakan?”
Sanae mencolek perut Yurika yang bengkak.
“Rasanya sakit, jadi tolong jangan ditekan.”
“Jadi karena kebanyakan makan.”
Sanae terus mencolek perut Yurika. Meskipun Sanae sedikit takjub, dia kelihatan menyukai hal itu.
“Waaaaaah, perutku sakit~”
“Dasar bodoh, jangan terlalu nafsu dong!”
“Biarpun kau bilang begitu, tidak ada jaminan kalau semua makanan enak ini akan tersisa nanti. jika aku tidak makan semuanya sekarang, kapan lagi aku bisa makan makanan enak lagi!”
“Memangnya bagimu makanan enak itu sangat penting? Ya ampun...”
Setelah membaringkan Yurika di sofa, Koutarou menggaruk kepalanya. Dia merasa seperti sedang menjaga adik perempuan yang tidak berguna.
“Yurika, makanan mana yang enak?”
“Se-Semuanya enak, tapi pizza di sebelah sana yang paling enak. Ada tiga jenis keju di dalamnya dan kejunya seperti meleleh di dalam mulutku.”
“Oke. Koutarou, ayo kita makan sedikit!”
“Oke oke.”
Jika hanya Yurika saja sih tidak masalah, tapi Koutarou tidak bisa mengabaikan pengaruh buruk yang diberikan Yurika pada yang lainnya. Akan jadi masalah jika Sanae berubah menjadi seperti Yurika.
Kayaknya aku harus memberinya makanan yang enak untuk akhir tahun ini. Jika terus begini, Yurika akan memberi pengaruh negatif pada perilaku Sanae...
Meskipun uang yang dihabiskan untuk pesta akan diganti, kelihatannya uang tersebut akan masuk ke dalam perut Yurika.
“Yurika, saya punya obat sakit perut.”
“Terimakasih~, Kiriha-san. Tapi perutku sudah penuh.”
“Ho-, kami akan menggerusnya Ho-”
“Obatnya jadi lebih mudah diminum daripada bentuk tablet.”
“Rasanya jadi lebih pahit kalau digerus, jadi aku tidak mau~”
Y-Yurika...
Koutarou membawa Sanae bersamanya dan berjalan menuju pizza yang direkomendasikan Yurika, tapi saat dia mendengar diskusi di belakangnya, dia mulai merasa pusing.
Apa kau tidak apa-apa dengan kehidupanmu seperti itu...?
Koutarou mau tidak mau merasa khawatir tentang masa depan Yurika.
“Koutarou.”
Ketika Koutarou dan Sanae sampai di dekat pizza yang direkomendasikan Yurika, Theia muncul di waktu bersamaan.
“Apa permainannya udah selesai?”
“Ya. Aku menang terus, jadi mereka melarangku main.”
Theia tersenyum kecut sambil menoleh ke arah dimana gamenya dimainkan. Ada kerumunan besar di sekitar TV dan konsol itu. Saat ini mereka sedang memainkan game dengan empat pemain. Harumi, presiden klub drama, dan dua gadis lain, yang tidak jago dalam game, sedang melawan satu sama lain.
Theia, yang jago dalam kompetisi seperti ini, telah menang terus-terusan dan alhasil, dia dilarang main. Pemenang permainan harusnya tetap main, tapi hal itu pun ada batasnya.
“Kau harusnya sedikit menahan diri.”
“Apa kau menyuruhku sengaja mengalah?”
Saat Koutarou bilang kalau Theia terlalu berlebihan, pipi Theia menggembung dan cemberut seraya menatap Koutarou.
“Toh tidak ada lawan yang memaksamu memamerkan kemampuanmu, kan?”
“...”
Namun setelah mendengar kata-kata Koutarou selanjutnya, pipi Theia mengempis menjadi biasanya.
“Benar juga. Aku akan lebih hati-hati lain kali.”
Theia tersenyum dan menoleh kembali ke arah game tadi.
Jadi dia hanya bisa memasang wajah seperti itu selama di Bumi saja, ya...
Melihat raut muka Theia, Koutarou ingat lagi apa yang dikatakan Ruth.
Theia hanya bisa memasang ekspresi gadis sebayanya selama dia ada di Bumi. Karena itulah Koutarou ingin membantunya.
Saat dia menatap Theia, dia kembali menguatkan keinginannya itu.
“Yang mulia, Satomi-sama, silakan.”
Di saat itulah Ruth muncul dan menyajikan piring penuh makanan pada mereka. Ruth menatap lurus ke arah Koutarou dan Theia, lalu tersenyum lembut pada mereka.
“Makasih, Ruth.”
“Tidak, ini bukan apa-apa.”
“Koutarou, pizzanya.”
“Iya, iya.”
Ketika Theia mengambil piring di tangan kanan Ruth, piring di tangan kiri Ruth melayang ke arah Koutarou. Piring yang melayang itu disebabkan oleh poltergeistnya Sanae, dan piringnya mendarat di tangan Koutarou, sesuai yang Sanae rencanakan. Fenomena itu adalah fenomena supernatural yang dapat membuat siapa saja menjerit ketakutan, tapi untungnya tidak ada orang yang tidak kenal Sanae yang melihat hal itu.
“Koutarou, ah.”
“Ah-”
Selanjutnya, Sanae mengendalikan lengan kanan Koutarou dan menyuapkan pizza di piring ke dalam mulut Koutarou. Yang Koutarou lakukan sendiri hanyalah membuka mulutnya.
“Ah, rasanya benar-benar enak.”
“Paling tidak ada manfaatnya Yurika mencicipi semuanya.”
Rasa keju yang kental dan rasa asam tomat segar menyebar ke dalam rongga mulut Koutarou, menciptakan tekstur yang sempurna. Rasanya sangat memuaskan bagi Koutarou dan Sanae, yang sedang menempel di punggung Koutarou.
Saat Koutarou sedang mengunyah pizza dengan senang, dia menyadari kalau Theia sedang melihat-lihat ke seluruh ruangan.
Apa yang dia cari?
Karena tertarik, Koutarou mulai mengikuti lirikan Theia, lalu Theia bergumam, seolah menjawab pertanyaan Koutarou.
“Semuanya kelihatan sangat termotivasi.”
Theia bukan melihat ruangannya, melainkan melihat orang-orang di dalamnya. Para anggota klub drama dan pihak-pihak yang terlibat dalam drama nanti. Senyuman dan suara penuh energi mereka memenuhi ruang klub yang biasanya sunyi ini.
“Mereka akrab sekali dan kerjasamanya sempurna.”
“Iya. Jika terus begini, drama selanjutnya pasti akan sukses juga.”
Kemudian Ruth, yang sedang membawa nampan, merespon perkataan Theia. Dia kemudian mengikuti Theia dan melihat-lihat ke seluruh ruangan.
“Bagus sekali kalau memang begitu, tapi pelaksanaannya akan cukup sulit.”
Drama mereka yang selanjutnya berbeda dari drama sebelumnya. Karena dramanya tentang klimaks cerita, pelaksanaannya akan jauh lebih sulit. Oleh karena itu, Theia memperkirakan kalau peluang dramanya sukses adalah 50/50.
“Bodoh.”
Koutarou merespon dengan memukul kepala Theia dengan piringnya yang sudah kosong.
“Ow! Apa yang kau lakukan, Koutarou! Berani-beraninya kau memukul kepala seorang tuan putri dengan piring―”
“Itu dia, semangat itu.”
Selanjutnya, Koutarou dua kali menepuk kecil kepala Theia.
“...Eh?”
“Kaulah pemimpinnya, jadi kau harus terus menunjukkan semangat tinggimu pada semuanya.”
“Koutarou...”
Theia menyangka kalau Koutarou sedang mengusilinya lagi, jadi dia merasa sangat terkejut oleh apa yang dikatakan Koutarou selanjutnya sampai-sampai dia lupa akan rasa marahnya.
“Kau sudah memikirkan orang-orang di sekitarmu akhir-akhir ini, tapi di saat yang sama, aku merasa kalau semangatmu sudah turun.”
Game sebelumnya adalah contoh yang tepat. Semakin dewasa Theia, maka dia akan semakin peka terhadap orang-orang di sekitarnya. Tapi, kadang-kadang akan lebih baik jika kepekaan itu tidak ditunjukkan. Saat ini adalah salah satunya. Theia bukanlah manajer panggung, tapi sebagai penulis naskah, posisinya adalah untuk menuntun jalannya drama. Akan lebih baik jika orang di posisi tersebut tidak menunjukkan kepekaan aneh apapun. Malahan, para pemeran mungkin akan lebih merasa lega jika Theia punya cukup semangat untuk membuat semuanya mengikuti arahannya tanpa keberatan apapun.
Koutarou bicara begitu dari pengalamannya. Bagian paling buruk baginya adalah ketika pelatihnya memasang wajah gugup atau cemas di tengah pertandingan.
“Akan lebih baik kalau kita langsung melakukannya daripada terlalu merasa cemas.”
“Tapi...”
Meskipun Koutarou sudah bicara begitu, ekspresi Theia tidak berubah.
Theia sudah merasa gelisah untuk sementara ini. Dia tidak yakin apakah dia harus berdiri di atas orang lain. Dia tidak yakin jika dia bisa membuat orang-orang mematuhinya seperti yang dilakukan Putri Perak. Dia selalu merasa gelisah akan hal itu. Itu adalah rasa khawatir baru Theia yang lahir dari kepekaannya terhadap orang lain.
“Jangan khawatir. Semuanya akan mengikutimu, mengikuti dirimu yang sekarang.”
Koutarou bilang begitu dengan tenang sambil menunjuk ke arah orang-orang di ruangan ini dengan lirikannya. Tanpa Theia sadari, tatapan orang-orang tersebut terpusat kepadanya. Semuanya berhenti makan dan main game lalu fokus pada Theia. Seperti yang Koutarou bilang, semua orang disana berharap tinggi pada Theia.
“Semuanya sudah ... aku paham...”
Kekhawatiran Theia mengakar sangat dalam. Tapi ketika Koutarou tadi bicara, Theia memahami sesuatu.
Terlepas dari apakah aku bisa melakukannya atau tidak, ada waktu dimana aku harus melakukannya juga, ya...
Saat Theia menyadari hal itu, wajah dan matanya mulai bersinar. Dia tersenyum dengan percaya diri dan berani. Itulah penampilan seorang pemimpin yang kuat.
“Benar begitu, memang kau harusnya begitu.”
Melihat Theia seperti itu, Koutarou memasang senyuman lega. Penampilan Theia saat ini adalah apa yang telah ia harapkan.
“...Memangnya kau pikir kau sedang bicara dengan siapa, Satomi Koutarou.”
“Dengan tuan putri yang mau tidak mau kuhormati.”
Koutarou menurunkan bahunya dan bercanda. Dia kemudian menyuapkan makanan lain ke dalam mulutnya. Semua makanan disana terasa enak, bukan hanya pizza saja.
“Jika kau mau melangkah sejauh itu, aku percaya kalau kau sudah siap.”
“Bukan begitu.”
Namun, piring kosong kembali memukul kepala Theia lagi. Itu adalah tanda yang memberitahunya untuk lebih agresif. Theia memahami hal itu juga.
“Kalau begitu siapkan dirimu, Satomi Koutarou! Kau dan aku akan menempuh jalan yang berbahaya!”
Theia menyatakan hal itu dengan tegas. Apa yang dibutuhkan dalam situasi ini adalah Theia yang seperti itu.
“Sesuai yang anda inginkan, tuan putri.”
“Aku percaya kalau kau tidak akan menarik kata-katamu.”
“Aku berjanji, Theia. Aku akan membuat drama ini sukses.”
Tidak ada keraguan dalam jawaban Koutarou. Dia berniat membuat dramanya sukses bersama dengan Theia.
“Baiklah!”
Setelah Theia dan Koutarou mengangguk satu sama lain, Theia lalu menaikkan suaranya untuk bicara pada semua orang di ruangan ini.
“Kalian semua! Kita akan membuat drama ini sukses, apapun yang terjadi! Mengerti!?”
Suaranya yang kuat menggema ke seluruh penjuru ruangan.
“Mengerti!!”
Merespons kata-kata Theia, semua orang di ruangan tersebut serempak menjawab.
Seperti yang Theia bilang, orang-orang yang berkumpul disini punya kerjasama yang bagus.

Bagian 4

Koutarou dan Harumi berjalan menuju gerbang sekolah bersama. Jarum jam telah lewat pukul 7:30 malam. Pesta yang diadakan klub drama masih berlangsung, tapi keduanya menyelinap keluar.
Alasan mereka menyelinap adalah karena sudah waktunya Harumi pulang. Dia dijadwalkan menjalani pemeriksaan kesehatan terakhir untuk tahun ini besok pagi, jadi Harumi harus membatasi makannya hari ini dan istirahat yang cukup. Jadi, sebagai langkah antisipasi, Harumi memutuskan untuk pulang lebih awal.
Harumi akhirnya pulang dengan taksi. Karena taksi akan datang di gerbang sekolah, Koutarou menawarkan diri untuk menemaninya. Meskipun sekolah berada tepat di belakang mereka, tetap saja jalan sendirian saat malam itu berbahaya.
“Satomi-kun, cuacanya jadi lebih dingin, ya?”
“Sudah dari tadi cuacanya dingin, jadi mungkin salju akan turun.”
Setelah melewati gerbang sekolah, keduanya menengadah ke langit malam. Karena langitnya berawan, bintang-bintang tidak kelihatan. Temperatur malam ini cukup rendah dan hembusan napas mereka bisa terlihat.
Masih belum ada taksi yang lewat, dan tidak ada orang di halte bus depan gerbang sekolah, hanya ada satu lampu jalan yang menerangi area tersebut. Melihat situasi yang sepi begitu, Koutarou merasa kalau menemani Harumi adalah ide yang bagus.
“Natal bersalju akan terasa luar biasa.”
“Kau kan tuan putri, Sakuraba-senpai, apa kau tidak bisa menyuruh salju turun?”
“Ahaha, Satomi-kun, jangan bicara hal yang mustahil dong.”
Tawa keluar dari bibir Harumi.
“Jika kamu licik seperti itu, aku akan mengubahmu jadi naga sungguhan, Satomi-kun.”
“Aku lebih memilih tidak mau.”
Koutarou mulai tertawa bersama dengan Harumi.
“Tapi tetap saja, anginnya terasa sangat dingin.”
“Karena tadi kita sepertinya sangat bersemangat, kita mungkin akan merasa lebih dingin dari kenyataannya.”
Mereka berdua baru saja ikut dalam pesta yang heboh. Koutarou dan Harumi juga ikut bersemangat dan ikut bermain-main. Berlawanan dari situasi mereka saat ini.
“Bersemangat ya. Aku tidak bisa membayangkanmu sebagai gadis tomboi, Sakuraba-senpai.”
“Aku juga sama, dasar.”
Harumi meletakkan tangannya di depan mulutnya dan mulai tertawa kecil. Namun, di saat yang sama, tubuhnya sedikit gemetar.
Kau benar-benar kedinginan ya, Sakuraba-senpai ... benar juga!
Melihat Harumi yang kedinginan, Koutarou ingat apa yang sedang dia bawa.
“Aku punya barang yang cocok, Sakuraba-senpai.”
Koutarou mendorong tangannya ke dalam saku dan menarik apa yang ada di dalamnya.
“Topi?”
“Topi ini milikku. Aku punya barang lain untukmu.”
Koutarou telah menarik keluar topi merah Santa dari sakunya. Topi itu adalah topi yang telah dia kenakan sejak pesta dimulai.
“Barang apa?”
“Yah, bukan barang yang bisa membuatmu senang.”
Koutarou segera mengenakan topinya dan kali ini dia memasukkan tangannya ke dalam saku dalam jaketnya. Di dalam saku itu, ada benda yang ingin dia berikan pada Harumi sebagai hadiah akhir tahun.
“Ho Ho Ho.”
Sambil tertawa seperti Santa, Koutarou menarik keluar kado warna-warni yang diikat dengan pita. Ukurannya sebesar majalah komik, tapi beratnya sangat ringan. Kado itu mengeluarkan suara gemerisik ketika Koutarou menghadiahkannya pada Harumi.
“Santa punya hadiah buat gadis yang sangat baik ini.”
“Wah...”
Ketika Harumi melirik ke arah kado tersebut, wajahnya menjadi berbinar.
“Apa kado ini buatku?”
“Ho ho ho, benar sekali.”
Koutarou menggangguk ketika Harumi bertanya begitu. Kemudian, Harumi menerima kado tersebut dengan kedua tangannya.
“Terimakasih.”
Harumi memegangi kado itu di dekat dadanya sambil sedikit membungkuk pada Koutarou. Ketika dia membungkuk, dia tersenyum berseri-seri.
“Biarpun begitu, hadiah ini bukan barang yang bisa kubanggakan.”
Tapi Koutarou mulai menggaruk-garuk kepalanya dengan cepat karena merasa malu. Karena dia tahu apa isi kado itu, mau tidak mau dia merasa seperti itu.
“Boleh kubuka?”
Karena Harumi sangat tertarik dengan isi kadonya, dia tidak menyadari ekspresi malu Koutarou.
“Silakan. Benda itu harusnya berguna saat ini ... tapi mungkin hanya untuk saat ini.”
Menunggu anggukan Koutarou, Harumi melepaskan pita kado itu dengan lembut dan mengintip isinya.
“Ah, ini...”
Setelah memastikan apa isinya, wajah Harumi semakin berbinar. Dia buru-buru menarik keluar isi kado tersebut.
“Sebuah syal...”
Sebuah syal buatan tangan keluar dari kado itu. Namun, syal itu kelihatan sangat jelek. Karena kemampuan perajut syal itu kurang baik, ada banyak benjolan dan rajutannya kurang rapih.
“Satomi-kun, kamu ingat...”
Namun, Harumi kelihatan tidak kecewa sama sekali, malahan dia tersenyum senang seraya membentangkan syal tersebut.
Satomi-kun memberikannya padaku...
Syal itu adalah hasil latihannya yang sudah Koutarou rajut sejak musim semi. Dan karena itu, hanya bagian awal saja yang kualitasnya jelek.
“Aku cukup khawatir, apakah benda seperti ini bisa dibilang hadiah atau bukan.”
Koutarou ingat kalau Harumi pernah bilang kalau dia menyukai bagian awal hasil latihannya. Itu karena bagian itulah yang paling menunjukkan kerja kerasnya. Biarpun begitu, dia tidak yakin apakah Harumi akan merasa senang jika diberi benda seperti ini. Tidak banyak orang yang akan merasa senang ketika diberi syal buatan tangan yang jelek.
“Itu tidak benar, aku benar-benar senang. Terimakasih.”
Namun, Harumi adalah bagian dari sedikit orang yang senang akan hal itu. Selain mempunyai hobi merajut, syal itu dipenuhi dengan kenangan dari musim semi sampai sekarang. Jadi, bagi Harumi, syal ini adalah hadiah yang sangat dia nantikan. Dia juga senang karena Koutarou ingat percakapan mereka.
Dia memberikan ini padaku sebagai hadiah...
Mata Harumi mulai berlinang. Dia tahu kalau Koutarou tidak punya niat khusus apapun di balik hadiah ini, tapi dia merasa sangat senang sampai-sampai mau tidak mau dia mengharapkan niat khusus itu.
“Apa syalnya kelihatan cocok denganku?”
Harumi membalut lehernya dengan syal tersebut dan tersenyum ke arah Koutarou. Harumi hampir kelihatan seperti sedang menari saat dia berputar-putar untuk memamerkan syalnya.

“Tidak cocok. Seleramu memilih syal sangat jelek.”
“Diamlah. Apa yang membuat seorang ksatria biasa mengira kalau dia bisa mengutarakan pendapatnya pada seorang putri?”
“Dialog itu tidak ada di naskah lho.”
“Kadang-kadang aku pun bisa ad-lib.”
Hawanya masih terasa dingin seperti biasanya, dan akan semakin dingin saat malam semakin larut.
Namun, Harumi tidak lagi merasakan hawa dingin tersebut.

Bagian 5

Cahaya lampu mendekat dari kejauhan. Karena jalanannya lurus dengan lalu lintas yang sepi, cahaya itu kelihatan sangat mencolok, jadi Koutarou menyadari hal itu dengan cepat.
“Kelihatannya taksi sudah datang.”
“...Eh?”
“Apa maksudmu 'Eh'? Sakuraba-senpai, kau kan mau naik taksi dan pulang?”
“B-Benar. Maaf.”
Perhatian Harumi begitu terpusat pada syal yang dia terima sampai-sampai dia benar-benar lupa tentang taksi.
Ah, aku hampir lupa!
Dan di saat yang bersamaan, dia ingat hal lain yang telah dia lupakan.
“Satomi-kun, sebenarnya aku juga punya hadiah.”
Biasanya, Harumi tidak akan bisa mengutarakan kata-kata tersebut; namun, syal yang bentuknya aneh di sekitar lehernya memberi Harumi keberanian.
“Buatku?”
“Iya.”
“Tapi aku bukan anak yang baik.”
“Aku tidak keberatan, aku kan bukan Santa.”
Harumi tertawa kecil sambil memasukkan tangannya ke dalam tas.
Tapi kupikir kamu sudah jadi anak yang hebat, Satomi-kun...
Sambil berpikir begitu, Harumi mengeluarkan benda panjang dan ramping.
“Apa ini jarum rajut?”
“Benar. Aku merasa cukup cepas apakah benda ini bisa dianggap hadiah buat anak laki-laki.”
Harumi memberikan jarum rajut sebagai hadiah buat Koutarou. Jarum rajut itu dibuat dari bambu dan dibungkus dengan kertas kado dan pita. Ketika Harumi memegang kado itu di dekat dadanya, dia kelihatan seperti sedang memegang sebuah buket.
“Nih, Satomi-ku―”
Ketika Harumi memberikan kadonya pada Koutarou, dia merasakan sensasi yang aneh.
Huh...? Apa ini pernah terjadi sebelumnya...?
Apa yang dia rasakan adalah rasa déjà vu yang kuat. Harumi merasa kalau kali ini bukanlah kali pertama dia memberi hadiah pada Koutarou.
“Ada apa, Sakuraba-senpai?”
Koutarou memanggil Harumi, dia merasa bingung melihat Harumi berhenti mendadak. Ketika suara Koutarou mencapai telinga Harumi, sebuah adegan muncul di pikiran Harumi.
“Ada apa, Alaia-sama?”
“Tidak, bukan apa-apa.”
Di adegan itu ada Koutarou yang sedang mengenakan baju besi berwarna biru dan Harumi yang sedang memegang pedang berwarna keperakan.
Begitu ya, ini adalah adegan dramanya...
Harumi ingat kalau adegan yang berjalan di dalam kepalanya ada di dalam naskah. Sejak dia menerima naskah tersebut, dia menghabiskan waktu kosongnya untuk membaca naskah. Karena itulah dia mengira kalau alasan dia merasa déjà vu adalah naskah tersebut.
“Tidak, bukan apa-apa.”
Harumi tertawa kecil dan kembali memberikan jarum rajut di tangannya pada Koutarou.
“Aku hanya berpikir kalau adegan seperti ini ada di dalam naskah.”
“Ah, iya benar.”
Koutarou mengangguk, dia puas dengan jawaban yang dia dengar. Dia kemudian berlutut di depan Harumi. Keduanya memasang wajah serius.
Itu adalah adegan dimana Putri Perak memberikan Signaltin pada Ksatria Biru. Di adegan itu, Ksatria Biru dan Putri Perak saling berhadapan seperti ini.
“Lord Veltlion. Mulai sekarang, pedang ini akan melindungi anda. Dari musuh dan kesulitan apapun.”
“Kalau begitu saya akan menggunakan nyawa saya dan pedang ini untuk melindungi anda, Putri Alaia.”
Ketika mereka menyuarakan dialog dalam naskah, Harumi memberikan jarum rajut kepada Koutarou. Sebuah adegan ahli yang penuh dengan perasaan yang tidak akan pernah mereka katakan sendiri.
Namun, setelah Koutarou menerima jarum rajut tersebut, keduanya tertawa terbahak-bahak.
“Ahahahaha!”
“Wahahahaha!”
“M-Memangnya jarum rajut dari bambu bisa melindungi apapun! Ufufufu, ahahahaha!”
“A-Apa maksudnya itu, kau sendiri kan yang bilang, kukuku, wahahahaha!”
Koutarou berdiri sambil tertawa keras. Namun, kakinya sedikit goyah karena dia terlalu banyak tertawa. Harumi membungkuk, kelihatan seperti sedang kesakitan, saat dia terus tertawa.Keduanya sedang tertawa dari lubuk hati mereka.
“Hahahaha, Hah― Lihat, Sakuraba-senpai!”
“Eh?”
“Lihat, turun salju!”
Apa yang menghentikan tawa mereka berdua adalah salju yang turun dari langit.
“Ah ... cantiknya...”
Harumi menahan napasnya karena kecantikan salju, yang kelihatan menari di langit. Dia kemudian mengulurkan tangannya ke udara dan mulai menangkapi salju.
Wajar jika Harumi menahan napasnya ketika melihat salju yang turun dengan lembut disinari oleh lampu jalanan. Di sisi lain, Koutarou tidak memperhatikan salju yang turun.
Putri Perak, ya...
Koutarou sedang memperhatikan Harumi yang sedang bermain dengan salju. Putri Perak hanyalah sebuah peran yang diberikan pada Harumi, tapi ketika Koutarou melihat Harumi yang ditutupi salju, dia melebihi perannya itu dan mengisi hati Koutarou.
“...Selamat Natal, Satomi-kun.”
Dan ketika dia melihat senyuman Harumi yang terlihat ketika Harumi membalikkan badannya, Koutarou merasa sedikit sedih karena dia bukanlah Ksatria Biru sungguhan.