SETAN PEMBUNUH

Abad ke-13 di Eropa adalah dunia penuh rasa percaya kepada Tuhan.
Siapa pun percaya kepada Tuhan. Mereka berpikir jika mereka berdoa kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberkati mereka dengan kehidupan yang bahagia.
Crowley Eusford pun demikian.
Dia pun berpikir jika dia mengikuti kehendak Tuhan, maka dia akan bahagia.
Namun saat ini, dia akan selalu melihat mimpi yang sama jika dia memejamkan mata.
Mimpi yang buruk.
Mimpi di mana dia terus menerus membunuh orang di medan peperangan, atas nama Tuhan.
Mimpi di mana teman-temannya terbunuh tanpa tersisa.
Mimpi di mana orang-orang kafir berkulit cokelat, menyerangnya dengan api kebencian yang bersemayam di bola mata mereka.
Ah~ ah~ tuh, kan. Lagi-lagi mimpi ini.
Setiap hari, Crowley akan melihat mimpi penuh rasa putus asa, seakan Tuhan sedang menghukum orang berdosa yang melakukan kesalahan.
Meskipun dia benar-benar sangat mempercayai Tuhan.
Meskipun aku benar-benar sangat mempercayai Tuhan.
“....”
Namun pada saat itu, Crowley Eusford tersadar dari mimpi.
Dia terbangun, karena mendengar suara nyaring permainan pedang yang berada dekat di sekitarnya.
Begitu dia mengulurkan tangannya, meraih pedang di pinggangnya, dia pun teringat, ah, di sini bukan lagi medan perang.
Sejak dia kembali dari peperangan, rasa sensitifnya sangat peka. Terutama saat mendengar suara pedang saling beradu. Dia sangat lemah terhadap suara itu. Begitu mendengarnya, detak jantungnya menjadi sangat cepat, dan tanpa sadar dia menjadi siaga dalam posisi siap untuk berperang.
Meskipun sudah setahun berlalu sejak terakhir kali dia berada di medan perang. Namun, entah mengapa hingga kini dia masih tidak bisa merasa tenang.
Di sekitarnya, ada 10 pemuda yang saling berpasangan menjadi 5 pasangan, sedang berlatih adu pedang.
Tempat itu merupakan halaman rumah Crowley. Dia membuat dan mengembangkan tempat ini menjadi sebuah lapangan latihan, bagi ksatria pemula. Dengan menjadi pengajar di lapangan latihan itu, Crowley mendapatkan uang untuk kehidupan sehari-harinya. Ini adalah latihan ke-2, bagi murid yang berlatih hari itu.
Lalu, di latihan ke-2 itu, Crowley tertidur.
“Kalau begini, aku bersikap buruk ke mereka, ya.”
Seraya tertawa pahit, Crowley berdiri. Dia lalu menepuk tangannya dua kali.
Dengan segera, para murid menyarungkan pedangnya, lantas berbaris di hadapan Crowley.
“Latihan hari ini, cukup sekian. Kalian sudah menjadi jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, lo.”
Mengatakan itu, rasanya seperti tidak tahu malu, sih. Pikir Crowley. Namun, sebagian besar ksatria pemula berwajah gembira saat mendengarnya.
 “Terima kasih banyak!”
Tetapi, ada satu pemuda dengan postur tinggi, menatap tajam ke arahnya, dan berkata.
“Jika Anda tertidur, maka tahu apa Anda tentang kami, Crowley-sensei?”
Crowley menatap balik ke arahnya. Dia adalah pemuda sekitar enam belas, atau tujuh belas tahun. Di wajahnya terdapat luka tipis, bekas jerawat. Postur tubuhnya sangat bagus. Ototnya juga terlihat bagus. Kemungkinan besar, dia adalah pemuda yang punya rasa percaya diri terhadap kekuatannya.
Baikkekuatan soal kemampuan bermain pedang, atau juga kekuatan kekuasaan politik orang tuanya.
Kesimpulan itu diambil Crowley melihat dari ekspresi pemuda itu.
“Siapa namamu?”
“József von Eszterházy.”
Eszterházy adalah nama marga keluarga bangsawan yang cukup terkenal. Sumber rasa percaya dirinya, kemungkinan besar berasa dari situ.
Crowley menatap anak laki-laki keluarga elite Eszterházy, dan berkata.
“Kalau begitu, József-kun, aku minta maaf karena ketiduran. Apa dengan ini sudah cukup?”
József menjawab.
“Tidak. Tidak cukup hanya dengan itu saja. Sensei sama sekali belum pernah menarik pedang sensei, bukan?”
Crowley lantas melihat pedang jenis Chokutouyang tergantung di pinggangnya. Itu adalah pedang yang dipungutnya dari teman yang tewas di medan perang itu.
“Hm, benar juga, ya. Itu karena memang belum diperlukan, sih. Dalam ilmu pedang, yang paling penting saat pertama kali adalah ilmu dasar. Sebagai dasar pertama, perkuat—“
Saat Crowley hendak mengatakan instruksinya,József menyela.
“Dasar ilmu pedang, sudah selesai dipelajari. Aku dengar di sini kami bisa berlatih perang sungguhan, dari pahlawan yang berhasil kembali dari medan perang.”
Perang sungguhan, katanya.
Tetapi, yang namanya perang sungguhan bukanlah hal yang bisa dipelajari di tengah-tengah kota seperti ini. Di dalam benak Crowley kembali terbayang pemandangan medan perang bersimbah darah.
Pemandangan di mana kepala dan lengan kawan-kawannya, dengan bebasnya menari-menari di udara. Seraya bermandikan darah dari kepada dan lengan yang putus itu, dia terus menerjang maju. Melangkah maju dengan langkah sangat cepat.
“Perang sungguhan, ya?”
Saat tanpa sadar Crowley menggumamkan itu seraya tertawa kecil, wajah József menjadi memerah.
“Brengsek! Kenapa kau tertawa! Itu tidak sopan!”
Yang tidak sopan itu kamu! Ujar Crowley dalam hati, tidak sanggup melontarkan kalimat itu. Alasannya karena József adalah anak laki-kali dari keluarga bangsawan terhormat.
Seraya meletakkan tangannya pada pedang yang tersarung di pinggangnya, József melanjutkan kata-katanya.
“Dan jika aku melihat sensei yang tidak mau menarik pedang sensei ... jangan-jangan itu karena sebenarnya sensei tidak percaya diri dengan ilmu pedang sensei?”
“....”
“Terkadang yang seperti itu memang ada, kan? Ksatria yang hanya karena bisa pulang dari medan perang itu, mereka pun berlagak sombong. Padahal sebenarnya dia hanya bersembunyi dan berlindung di barisan paling belakang, bukan?”
Mendengar itu, ksatria pemula lain yang ada di sebelahnya berkata.
“Oi, kau ...! Itu sangat tidak sopan!”
Namun, tanpa peduli perkataan itu, József melanjutkan.
“Lagi pula jika memang kau merupakan ksatria yang berada di medan perang itu, kenapa kau membiarkan dirimu berkarat di tempat seperti ini?”
Crowley menatap wajah muridnya yang berkata seperti itu kepadanya, dan membalas berkata.
“Jika kamu tidak suka, maka berhenti saja.  Nah, hari ini cukup sekian. Aku pergi.”
Mendengar itu, wajah József terlihatseperti mendapatkan rasa percaya diri, atas apa yang diucapkannya. Wajah yang merasa puas dengan jurus pedang yang dimilikinya.
“Oi, jangan kabur! Tarik pedangmu! Hunuskan pedangmu!”
Ujarnya kemudian. Dia lantas menarik pedangnya. Menghunuskannya ke arah Crowley. Gerakannya benar-benar sangat halus. Gerakan yang benar-benar sesuai dengan gerakan dasar. Jadi, memang benar bahwa latihan gerakan dasar susah selesai. Jika dilihat, sepertinya ada uang yang berbicara di sini. Kemungkinan József juga memiliki guru pribadi di rumah.
Tetapi meskipun melihat pedang itu, Crowley tidak merasakan rasa ketakutan atau tekanan.Jika dibandingkan rasa kebencian luar biasa yang di arahkan para orang kafir di tanah Mesir kepadanya, gerakkan József hanyalah gerakkan lemah dan lembek.
Ksatria pemula lainnya, hanya bisa menahan nafas mereka menyaksikan kejadian József dan Crowley. Sepertinya, Clowley tidak akan bisa mengakhiri kejadian ini, jika dia tidak melakukan sesuatu.
“Hah .... Apa boleh buat, deh.”
Crowley menghela nafas, lantas meletakkan tangannya pada pangkal pedang di pinggangnya.
József tertawa cengengesan.
“Oi, penipu! Akan kubuat kau merasakan jurusku!”
Crowley melangkahkan kaki kanannya selangkah ke depan, ke arah ayunan pedang József. Segera dia tarik pedangnya. Pedang itu dibenturkan ke pedang József. Pedang József tidak sanggup menahan serangan itu, dan segera terlepas dari tangannya, terlontar ke udara.
“A!”
Kemudian di hadapan wajah József yang melontarkan seruan terkejut, Crowley mengayunkan pedangnya, terhenti tepat di hadapan hidung József. Poni József yang tertata rapi, berayun lembut karena angin dari ayunan pedang Crowley.
József tidak sanggup melakukan gerakan apa pun. Dia hanya bisa ...
“A—ah!”
... menggumamkan suara terkejut seperti itu.
Crowley menatap lembut wajah muridnya yang sombong itu, lantas berkata.
“Kalau ini medan perang, maka kamu sudah mati. Karena itu gerakan dasar sangat penting. Tetapi, karena ototmu bangus, sepertinya kamu akan segera bisa melakukan gerakan yang sama sepertiku.”
Lantas, dengan gerakan lembut, dimasukkan kembali pedang miliknya ke sarung di pinggangnya.
József yang terjatuh tidak berdaya kemudian mendongak menatap Crowley.
Se-sensei!”
Memanggil Crowley demikian. Namun, Crowley hanya tertawa.
“Haha, sudah jangan banyak bicara lagi. Hari ini cukup sekian. Silakan datang lagi.”
Ksatria pemula lainnya pun menjawab dengan suara keras, seakan mereka menjadi orang yang berbeda dengan sebelumnya.
“Baik!”
Balas mereka.
Crowley tertawa pahit. Dia lantas kembali duduk di kursi. Dia bisa sampai ketiduran juga karena salah kursi ini. Kursi ini tidak terlalu bagus, terlihat murahan, dan sudah termakan usia. Crowley pun terayun dengan lembut oleh kursi reyot ini. Namun, kursi ini memberikan perasaan nyaman yang membuatnya tertidur. Yah, walaupun mimpi yang dilihatnya selalu saja mimpi buruk.
Murid-muridnya memberi salam kepada Crowley dan kemudian membubarkan diri. Di tempat yang kini sepi dari para muridnya, Crowley tetap duduk sambil terayun-ayun di kursi reyot yang mengeluarkan suara berdecit. Dia pun menatap langit. Hari itu benar-benar sangat cerah, di mana sinar matahari memberikan rasa nyaman untuk tidur siang.
Crowley menguap kecil.
Matanya pun terpejam.
Mungkin dia akan kembali melihat memimpi itu lagi. Tetapi, akhir-akhir ini dia kurang tidur.
Pada saat bersamaan, tiba-tiba dia mendengar suara riuh heboh para muridnya. Suara itu tertangkap di telinganya.
“O-oi, pakaian yang dikenakan orang itu! Itu .... Beliau itu adalah ksatria templar, kan?”
“Kenapa ksatria templar datang ke tempat latihan yang berada jauh dari pusat kota seperti ini?”
“Oi, diam kalian semua. Menurut kabar, beliau adalah kandidat Master selanjutnya. Beliau adalahTuan GilbertChartres!”
Ujar seorang murid yang didengarnya.
Crowley pun tahu kenapa murid-muridnya kembali diselimuti keheningan.
Crowley lantas menelengkan kepalanya, untuk melihat ke arah itu.
GilbertChartres.
Nama yang sudah lama tidak didengarnya.
Itu adalah nama dari ksatria yang memilih jalan yang berbeda dengannya, setelah pertempuran itu. Nama yang tidak memilih tinggal di rumah, jauh dari pusat kota dan jarang terkena sinar matahari. Melainkan, nama yang memilih untuk melangkah ke dalam pusat politik.
Crowley melihat pemuda yang masuk ke dalam tempat latihan. Kalau tidak salah dia berusia satu tahun lebih muda darinya, yaitu 24 tahun.
Pemuda dengan rambut keemasan yang lembut, dan mata biru yang tajam. Dari otot-otot punggungnya yang tegap, terasa tekad yang kuat.
Semenjak berakhirnya peperangan itu, di dalam hatinya mungkin masih bersemayam rasa kepercayaan kepada Tuhan.
Crowley tiba-tiba teringat hal itu.
Gilbert berjalan menyelinap di antara para muridnya, dan langsung mendekat ke arahnya. Jika dibandingkan dengan setahun yang lalu, Crowley juga bisa merasakan adanya sedikit aura kehormatan dari sosok Gilbert.
Tatapan mata murid-muridnya kepada Gilbert pun terasa berbeda jika dibandingkan kepada dirinya. Mata mereka dipenuhi rasa kekaguman dan rasa hormat kepada Gilbert.
Memang, orang seperti Gilbertlah yang lebih pantas untuk dikagumi seperti itu. Pikir Crowley dalam hati.
Itu karena di dalam peperangan itu, Crowley telah melepaskan hal yang sangat berharga.
“....”
Gilbert berdiri di hadapan Crowley yang duduk di kursi reyot, dan berkata.
“Lama tidak berjumpa dengan Anda, Tuan Crowley.”
Murid-murid yang mengawasi kejadian tersebut dari kejauhan pun, lantas kembali menjadi berisik. Sepertinya, daripada mengajarkan ilmu pedang, Crowleylebih perlu mengajarkan kesigapan hati seorang ksatria kepada mereka. Pikir Crowley kemudian.
Crowley menatap Gilbert dan berkata.
“Jangan panggil aku dengan ‘tuan’, Gilbert. Sekarang ini, kamulah yang berada lebih di atasku.”
Namun, tanpa memedulikannya Gilbert melanjutkan.
“Tuan Crowley, mengapa Anda tidak berkunjung ke gereja?”
Sepertinya Gilbert tidak mau mengubah cara panggilan dia terhadap Crowley.
Dari dulu Gilbert memang begitu. Dia tidak akan pernah goyah dari hal yang dia percaya bahwa itu benar. Karena itu pulalah, meskipun dia berada dan mengalami peperangan yang penuh tragedi itu, dia tetap terus percaya kepada Tuhan.
Dengan wajah yang terlihat sedikit khawatir, Gilbert berkata.
“Semenjak peperangan itu, Anda tidak pernah berkunjung lagi ke gereja. Tentu saja, saya juga mengerti perasaan itu. Banyak kawan kita yang tewas di dalam peperangan itu. Hati pun menjadi lemah. Kemudian ada pula orang yang kehilangan hal yang paling berharga, yaitu rasa percaya kepada Tuhan.”
“....”
Ya, itu aku. Pikir Crowley. Dirinya kini telah kehilangan rasa kepercayaan kepada Tuhan.
“Tetapi, Anda pasti berbeda. Banyak kawan kita yang telah Anda selamatkan. Tentu saja, saya juga termasuk. Jika Anda tidak ada, maka saya sudah pasti—“
Belum selesai mengatakannya, Crowley menyela.
“Bukan aku yang menyelamatkanmu. Kamu diselamatkan oleh Tuhan, Gilbert. Hanya itu. Penganglah rasa kepercayaan kepada Tuhan, seperti itu.”
Ujar Crowley. Rasanya sangat menggelikan sekali jika dia yang sudah mulai kehilangan rasa kepercayaan kepada Tuhan berkata demikian. Membuatnya ingin tertawa pahit.
Namun, dengan tatapan tanpa bergeming kepadanya, Gilbert berkata.
“Jika memang demikian, maka Anda yang berhasil bertahan hidup, pasti juga merupakan orang yang terpilih oleh Tuhan.”
“Aku hanya kebetulan bertahan hidup.”
“Tuan Crowley!”
“Jika kamu tidak punya keperluan, aku sudah mau pergi.”
Crowley pun bangkit dari kursi reyot yang telah rusak itu. Dan kursi itu pun mengeluarkan suara berdecit. Jika bagian belakangnya tidak dia tahan dengan kakinya, maka kursi itu akan bergoyang-goyang dan mungkin dia akan ketiduran. Nanti kuperbaiki. Begitulah pikir Crowley.
Dia pun lantas mengalihkan punggung ke Gilbert dan berjalan.
Gilbert kemudian berkata kepada punggung Crowley yang membelakanginya.
“Persatuan Ksatria Templar sedang mencari orang yang cocok untuk menjadi Master selanjutnya.”
Sepertinya, itulah urusan Gilbert sebenarnya.
Crowley pun berbalik dan membalas.
“Tadi, aku mendengar perkataan murid-muridku. Sepertinya, kamulah kandidat Master selanjutnya, kan? Selamat, ya.”
Gilbert menatap Crowley dan berkata.
“Saya ingin mengajukan Anda. Kawan-kawan lainnya pun demikian. Jika Anda bersedia datang ke rapat—“
Crowley hanya mengangkat bahunya.
“Aku tidak cocok.”
“Di dalam peperangan yang penuh tragedi itu, boleh dikatakan bahwa Anda adalah satu-satunya orang yang bersinar paling terang. Andamemiliki hati yang rela mengorbankan diri Anda. Anda menyelamatkan banyak kawan Anda. Anda mempertaruhkan nyawa Anda, membunuh banyak musuh. Tidak ada orang yang lebih pantas selain—”
Crowley tertawa mendengarnya.
“Mengorbankan diri, ya? Kenapa orang sehebat itu, tidak mengorbankan dirinya, dan justru kini hidup dengan santainya?”
“Itu karena Tuhan memilih Anda!”
“Hahaha”
Crowley pun tertawa lepas.
Dia tidak pernah memikirkan kemungkinan Tuhanmemilihnya.
Justru yang dilihat olehnya adalah mimpi buruk.
Dalam peperangan untuk mendapatkan kembali tanah suci itu, berkali-kali dia membunuh orang-orang kafir dengan rasa kebenaran atas nama Tuhan. Namun pada akhirnya, dia sama sekali tidak pernah bisa melihat sosok Tuhan, walau hanya sekali.
Yang dilihatnya, hanyalah mimpi buruk.
“....”
Yang dilihatnya, adalah sosok monster pengisap darah manusia di peperangan itu.
Apakah itu adalah sebuah halusinasi? Atau sebuah kenyataan? Meskipun kejadian itu sudah berlalu setahun lebih, namun hingga dia bisa hidup damai seperti sekarang, dia sama sekali belum bisa memastikannya.
Tetapi, jika itu adalah sebuah halusinasi, di dalam medan peperangan itu ... yang lebih dibutuhkannya adalah Tuhan. Padahal dia sangat mempercayai Tuhan. Namun, dia sama sekali tidak bisa melihat sosoknya.
Karena itulah Crowley berkata.
“Pokoknya, aku tidak cocok.”
Gilbert segera membalas.
“Kalau begitu, apakah mengajarkan ilmu pedang ke anak-anak bangsawan di tempat seperti ini adalah peran yang cocok bagi Anda?”
Crowley kemudian melirik ke arah murid-murid yang melihat kejadian tersebut dari kejauhan, dan berkata.
“Aku mendidik anak-anak yang memiliki masa depan berbeda denganku. Ini adalah pekerjaan yang sangat penting, kamu tahu?”
Mendengar itu, Gilbert pun membalas dengan nada suara yang terdengar sedikit kesal.
“Saya mohon Anda tidak melarikan diri! Anda memiliki peran yang harus Anda laksanakan.”
Ini sudah kedua kalinya, dia menerima perkataan ‘jangan melarikan diri’ hari ini. Tadi, baru saja muridnya, József, marah kepadanya dan berkata ‘jangan melarikan diri’.
Lantas, sepertinya memang benar kalau dirinya sekarang mungkin sedang melarikan diri.
Lari dari peperangan itu.
Lari dari mimpi buruk itu.
Lari dari kawan-kawannya yang tewas.
Dia terus melarikan diri dari hatinya yang lemah, karena dia justru melihat sosok setan, meskipun yang diinginkannya mati-matian adalah sosok Tuhan.
“Tuan Crowley, Pasukan Ksatria Templar membutuhkan Anda. Anda yang merupakan seorang pahlawan.”
“Kalian hanya ingin memanfaatkan nama ‘pahlawan’ saja, kan? Aku tidak punya niat berurusan dengan politik yang merepotkan.”
“Bukan. Untuk bisa menegakkan keadilan, kami membutuhkan kekuatan Anda. Ini adalah kehendak dari Tuhan.”
Mendengar perkataan itu, tanpa sadar Crowley berkata.
“Hei, Gilbert .... Tidak seharusnya nama Tuhan kau sebut-sebut semudah itu.”
Spontan dilontarkannya pernyataan itu.
Lantas, entah kenapa ekspresi wajah Gilbert justru terlihat ceria.
“Ternyata Anda memang belum kehilangan rasa kepercayaan Anda terhadap Tuhan!”
“....”
Kepala Crowley pun jatuh lemas mendengarnya. Dia menghela nafas pendek. Lantas dengan gerakan sangat halus, dia menyentuh rosario yang tergantung dari lehernya, dengan gerakkan yang tidak disadari Gilbert. Jika memang Tuhan telah benar-benar menghilang dari dirinya, kenapa hingga kini dia masih menggantungkan benda ini di lehernya?
“Tuan Crowley.”
Ujar Gilbert.
Tanpa mendongakkan wajahnya, Crowley berkata.
“Sudah, aku pergi.”
“Tuan Crowley, saya akan datang setiap hari, hingga Anda menjawab permintaan saya.”
“Itu sangat mengganggu.”
“Saya akan mengembalikan Anda ke panggung Anda. Seperti saat Anda menyelamatkan nyawa saya di medan peperangan itu.”
Namun, Crowley hanya mengacuhkannya, dan pergi meninggalkan tempat itu.
Rumah tempat tinggal Crowley yang didirikan sebagai tempat latihan, selalu bersih dan rapi. Itu karena seorang pelayan perempuan akan datang seminggu sekali untuk bersih-bersih, dan mengurus keperluan Crowley.
Lagi pula, dia juga tidak terlalu banyak melakukan aktivitas yang membuat rumah kotor. Hal yang dilakukannya, hanya berjalan-jalan, membaca buku, dan berlatih pedang agar badannya tidak kaku. Soal makanan, tetangganya akan mengantarkan untuknya. Dulu, saat dia baru saja tinggal di tempat itu, ada 3 kelompok pencuri rumah, yang membobol masuk rumah lantai tiga milik tetangganya. Dan sejak dia bisa menghentikan mereka, tetangganya berkata bahwa pria yang hidup sendiri pasti kerepotan. Karena itu, sebagai rasa terima kasih, tetangganya pun bersedia menyiapkan makan untuknya. Itu berarti sebagai ganti karena menjadi satpam mereka, maka tetangganya menyiapkan makanan untuknya.
Karena itu, dia tidak perlu mencuci, juga tidak perlu menyiapkan makanan.
Ini adalah tempat yang nyaman, di mana dia bisa menghabiskan hidup dengan tenang, tanpa terlibat dalam persaingan ataupun tindak tanduk para ksatria.
Di meja makan, Crowley sedikit memikirkan kejadian hari ini.
Apa yang dikatakan Gilbert.
Perkataannya yang mengatakan bahwa dia ingin mengajukan Crowley menjadi kandidat Master.
Crowley tidak mengerti apa yang terjadi hingga membuatnya berpikir demikian. Tetapi, kemungkinan besar dia melakukannya mengikuti alur politik.
Jika dilihat dari keadaannya, memang bukan pilihan buruk memilih Crowley. Nama keluarga Eusford di mana dia terlahir, juga bukan nama keluarga yang menyandang status buruk.
Dia adalah anak ketiga. Jadi, karena tidak ada yang harus diwarisinya ataupun wilayah yang dikuasainya, maka dia memilih jalan untuk masuk menjadi ksatria Tuhan, mengabdikan jiwanya di medan peperangan. Tetapi, untuk bisa menjadi Master ataupun kedudukan di atas itu, perlu sekiranya orang dalam agar bisa terwujud.
Pada saat itu, nama Eusford akan menjadi penting. Jika saja dirinya bisa menjadi kandidat Master, ayahnya pasti akan merasa bahagia.
Itu karena saat ini Pasukkan Ksatria Templar terlibatdi setiap bidang politik dan masalah rumit yang ada. Mereka bahkan terlibat dalam kebijakan moneter.
“....”
Crowley melihat stew dan roti dingin yang diletakkan di atas meja makan sederhana. Itu adalah makan siangnya. Tetapi anehnya, dia tidak nafsu makan. Mungkin itu karena dia ketiduran di waktu-waktu yang tanggung untuk tidur. Jika dia tidak makan dengan baik dan teratur, makan dia akan dimarahi oleh pasangan suami istri yang tinggal disebelah.
“Ya, sudah .... Kumakan, deh.”
Saat tangannya hendak mengambil roti, dari luar rumahnya.
“Tuan Crowley!”
Terdengar suara penuh semangat dari seorang pemuda. Saat Crowley mengalihkan padangan ke arah suara itu,
“Saya masuk, ya! Tuan Corwley!”
Pemuda itu pun masuk seenak sendiri.
Seorang pemuda berusia sekitar 15 tahun, yang ceria.
Pemuda dengan perawakan kecil yang tidak sesuai untuk seorang ksatria templar. Dia mengenakan jubah panjang berwarna cokelat, dengan lambang salib di dadanya.
Dia adalah Jose. Seorang Squire(Prajurit berusia 14-15 tahun yang melayani Ksatria)
Begitu kembali dari medan peperangan, Crowley segera membubarkan para squire yang melayaninya. Tetapi, meskipun dia sudah bilang agar tidak mengikutinya, Jose yang melayaninya selama setengah tahun sebelum peperangan itu, tetap bersikeras mengikutinya. Itu terasa sangat menyebalkan bagi Crowley.
“Tuan Crowley, terima kasih atas kerja keras Anda dalam mengawasi latihan pagi ini!”
Crowley membalas perkataannya.
“Maaf, ya, Jose. Tapi tidak ada jatah makan siang untukmu.”
“Karena saya sudah tahu itu, maka saya datang setelah makan!”
“Lagi pula, ya .... Kamu sudah tidak perlu datang kemari, kan.”
“Saya tidak bisa berbuat begitu! Karena saya diperintahkan untuk berada selalu di sisi Tuan Crowley!”
“Tapi, ya .... Tidak ada gunanya kamu berada di sisiku.”
Tetapi, entah kenapa wajah Jose justru terlihat penuh kebanggaan, dan lantas berkata.
“Itu sama sekali tidak benar! Bisa melayani Tuan Crowley yang merupakan pahlawan Perang Salib adalah sebuah kehormatan yang tidak ternilai.”
Jose berkata demikian dengan wajah yang bersinar ceria, tanpa sedikit pun mendung di dalamnya.
Mendengar itu, Crowley merasa disanjung berlebihan dan lantas tertawa getir.
“Pahlawan, ya.”
Baru saja, sebelum ini dia katakan bahwa dia tidak menyukai pembicaraan semacam ini.
Lagi pula, dirinya bukanlah seorang pahlawan.
Paling tidak, bagi seorang ksatria templar, mati di medan peperangan juga merupakan sebuah kehormatan seorang ksatria. Terutama untuk ksatria tingkat atas. Tidak diperbolehkan baginya untuk menyerah. Kalau begitu, kehormatan apa yang dimiliki Jenderal yang kalah seperti ini?
Namun, dengan cerianya Jose melanjutkan.
“Bahkan hari ini, saya mendengar para Ksatria Templar lainnya yang bisa bertahan hidup di peperangan itu, berbicara mengenai tindakan luar biasa Anda di medan perang. Apa saya boleh menceritakan pembicaraan itu di sini?”
“Sudah pasti tidak boleh, kan?”
“Memangnya kenapa?”
“Lagi pula, kenapa aku harus mendengar seseorang menceritakan kisah tentangku kepadaku?”
“Tentu saja itu karena, saya pikir Anda telah lupa.”
“Apa kamu serius mengatakan itu?”
Namun, wajah Jose terlihat sangat serius. Dia memang selalu berjuang sebaik-baiknya. Dia percaya Tuhan dari dasar hatinya, juga melihat harapan di dalam diri para Pasukan Ksatria Templar. Rasa hormatnya kepada Crowley yang merupakan majikannya juga tidak pernah berhenti.
Para Squire berasal dari rakyat biasa. Crowley pernah mendengar bahwa Jose juga berasal dari keluarga miskin. Dia berasal dari dunia yang tidak mengenal kata-kata ‘kehormatan’.Namun dia mempertaruhkan nyawanya demi ‘kehormatan’ dan ‘kebanggaan’.
Lalu, anak-anak seperti dirinya, banyak yang mati di medan perang itu.
Kemudian, tidak pernah sekali pun ... Tuhan tertawa kepada anak-anak yang percaya kepada-Nya dengan hati mereka yang polos.
Walaupun hanya untuk sekali.
Jose lantas berkata.
“Kalau begitu, apakah saya boleh bercerita mengenai kisah heroik Tuan Crowley saat makan malam nanti?”
“Pulanglah kalau sudah malam.”
“Kalau begitu, bagaimana dengan siang hari? Apakah ada hal yang bisa saya bantu?”
“Tidak. Aku tidak punya pekerjaan yang perlu bantuanmu.”
“Kalau begitu, apa yang akan Anda kerjakan siang ini, Tuan Crowley?”
“Ng~ Sebenarnya setelah ini aku bermaksud untuk berkeliling di sekitar sini, mengawasi apakah keamanan yang ada tidak terganggu.”
Itu karena Crowley merasa tidak baik jika dia terus menerus menerima makanan tanpa melakukan apapun.
“Karena itu, Jose, pulanglah siang nanti.”
Tetapi, Jose justru berkata dengan wajah yang menunjukkan rasa terharu.
“Jadi begitu. Tuan Crowley memang luar biasa! Katanya, menjaga keamanan bagi seorang ksatria juga merupakan sebuah pekerjaan yang sangat penting! Kalau begitu, tolong izinkan saya menemani Anda!”
Sepertinya Jose berniat untuk ikut serta dengannya.
Crowley pun hanya bisa ...
“Ha.”
... menghela nafas pendek. Kemudian, sekali lagi dia menggenggam rosario yang tergantung di lehernya dengan tangannya. Itu adalah kebiasaannya.
Hatinya bersama dengan Tuhan.
Hatinya sudah menyatu dengan Tuhan.
Hingga dia berangkat ke medan peperangan itu, seharusnya Tuhan telah bersemayam di dalam dirinya ....

Orang-orang yang berjalan di kota, menyapanya.
“Tuan Ksatria.”
“Tuan Ksatria Templar.”
“Terima kasih, telah melindungi kawasan kami.”
Jose yang membalas sapaan itu. Dengan penuh bangga seraya membusungkan dada, mendongak ke arah Crowley.
Pandangannya itu benar-benar sangat berisik. Karena itu, Crowley balas menatap Jose dan berkata.
“Oi, Jose, kamu ini berisik sekali.”
“Eh!? Saya, kan, tidak berkata apapun.”
“Auramu itu berisik sekali.”
“Eeeeeeeh! Maafkan saya.”
Dia pun melangkah mundur.
Kemudian, berkata kepada Crowley yang berjalan di depannya.
“Tetapi seperti biasa, Anda sangat terkenal, ya .... Tuan Crowley.”
Mendengar perkataan itu, Crowley membalas.
“Itu karena kamu memakai seragam Ksatria Templar yang mencolok, akhirnya jadi seperti ini. Biasanya tidak banyak orang yang menyapa.”
Biasanya Crowley hanya membawa pedang saja, dan tidak akan mengenakan atribut yang menunjukkan bahwa dia seorang Ksatria. Pada saat itu, biasanya hampir tidak ada yang menyapanya.
Hanya karena persoalan memakai atau tidak memakai seragam Ksatria, maka perbedaannya pun sangat besar.
Crowley pun berpikir bahwa dari hari ke hari, nama ksatria templar semakin besar.
Jose berkata.
“Tetapi, mereka tidak menundukkan kepalanya kepada saya yang mengenakan seragam. Melainkan kepada Anda, Tuan Crowley. Jadi, memang benar karena itu, kan? Karena ada perbedaan karakter, juga aura kebijaksanaan, kan?”
“....”
“Saya pun setiap hari selalu berdoa kepada Tuhan, agar suatu saat nanti saya bisa setinggi Tuan Crowley, dan memiliki banyak otot yang kuat.”
“Hah? Kamu berdoa hal semacam itu?”
Tanpa sadar, Crowley menanyakan hal itu. Jose kemudian jalan sejajar dengannya, dan dengan wajah senang berkata.
“Iya! Itu adalah mimpi saya. Pagi ini pun, aku pergi ke gereja, untuk berdoa.”
Jose lantas memandang Crowley dan bertanya.
“Tetapi Tuan Crowley .... Kapan Andamelakukan kunjungan ke gereja?”
“Aku?”
“Iya. Kalau diingat-ingat, rasanya saya tidak pernah melihat Anda di gereja. Apakah ksatria templar dengan tingkat tinggi seperti Tuan Crowley melakukan doa di tempat yang berbeda?”
Crowley kemudian menyentuh rosario yang tergantung di lehernya. Lantas, menjawab pertanyaan Jose.
“Aku sudah berdoa untuk seumur hidup di peperangan itu. Aku rasa, Tuhan pasti sudah bosan melihat wajahku.”
“Peperangan .... Apakah yang dimaksud adalah Perang Salib yang Anda ikuti?”
Jose menahan suaranya. Namun sinar matanya yang mulai menunjukkan rasa penasaran tidak bisa ditahannya. Crowley pun berpikir, dia telah mengangkat pembicaraan yang menyebalkan.
Jose bertanya.
“Apa yang Anda minta kepada Tuhan di medan perang?”
Crowley lantas teringat hal itu. Apa yang dimintanya kepada Tuhan pada saat itu.
“Ah, rasanya memalukan untuk kusebut. Itu bukanlah doa untuk keadilan. Hanya doa yang sifatnya pribadi. Yah, seperti semoga aku tidak terbunuh .... Atau semoga aku tidak terpanah.”
“Lalu, Tuhan mendengar doa Anda, kan! Karena Tuan Crowley berhasil membunuh banyak orang kafir di Mesir, dan menjadi seorang pahlawan.”
Keluar lagi kata-kata ‘pahlawan’.
Rasanya, semua orang terlalu berlebihan menyebut kata ‘pahlawan’. Pikir Crowley.
Crowley pun menjawab.
“Tetapi, aku kalah dalam perang. Mungkin karena aku lemah ... atau karena doaku masih kurang, ya ....”
“Tuan Crowley tidaklah lemah! Pasti kekalahan itu adalah sebuah ujian dari Tuhan! Karena Tuhan mencintai Tuan Crowley, maka Tuhan memberikan ujian sebagai bahan pembelajaran dan bahan untuk berkembang!”
Cara bicara Jose benar-benar seperti pendapat dari seorang ksatria. Mungkin lebih baik kalau József yang sedang belajar pedang itu, mendapatkan pendidikan dari Jose.
Crowley pun tertawa. Dia lantas menepuk-nepukkan tangannya dengan lembut ke kepala Jose.
“Ya, ampun .... Orang seperti Jose pasti akan jadi seorang ksatria templar yang luar biasa.”
“A-Anda serius!?”
Crowley tertawa melihat Jose yang wajahnya bersemu sangat merah dan bahagia karena mendapat pujian. Dulu, dirinya juga pernah mengalami masa-masa di mana dipenuhi dengan pemikiran yang ideal. Dan kini dia sudah tidak lagi sanggup mengingatnya.



Berjalan lebih jauh ke perkotaan, Crowley dan Jose kemudian melihat kerumunan penduduk yang berkumpul di pintu masuk menuju jalan sempit berupa gang di bagian belakang pertokoan. (gambaran jalan)Para penduduk itu dengan takut-takut mengintip ke dalam gang itu.
“Tuan Crowley, apa yang sebenarnya terjadi di sana ...?”
“Hm, bagaimana kalau kita lihat sebentar?”
“Baik!”
Mereka pun mendekati kerumunan penduduk. Begitu melihat ksatria datang, para penduduk segera membuka jalan baginya. Menerima jalan yang disediakan untuknya, Crowley lantas melangkah masuk menuju ke dalam gang yang gelap.
Meskipun siang belum menjadi sore, namun gang itu terbuka, seakan neraka tengah membuka pintu masuknya. Gelap dan juga kotor. Hawa aneh pun terasa mengambang di udara.
Jose pun bertanya kepada para penduduk yang ada di belakangnya.
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
Lalu pria setengah baya menjawabnya.
“Ah, Tuan Ksatria. Kami juga tidak terlalu mengetahuinya.”
“Kalau tidak terlalu mengetahuinya, kenapa berkumpul?”
“Ah, tapi Tuan Ksatria, sebaiknya Anda tidak mendekat ke sana. Saya dengar di sana ada makhluk atau semacamnya, yang menyeramkan ....”
“Makhluk menyeramkan? Apa maksudnya itu?”
“Monster. Monster yang menghisap darah manusia, lalu membunuhnya.”
“Darah manusia? Itu artinya dia melakukan pembunuhan, kan?”
“Benar.”
Jose pun mendekat sejajar di samping Crowley.
“Sepertinya, ada pembunuhan Tuan Crowley.”
Crowley mengangguk.
Dia lantas langsung melangah maju ke dalam gang yang gelap itu.
“Ah, Tuan Crowley.”
Ujar Jose yang berusaha mengejarnya untuk mengikutinya. Crowley segera memberi perintah.
“Sampaikan ke orang-orang jangan ada yang mendekat kemari sementara waktu. Aku akan mencari tahu sebentar.”
Lalu, seorang pria berkata.
“A-Anda akan mencari tahu untuk kami!?”
Crowley tidak menjawab. Namun, sebagai gantinya Jose berkata.
“Jika kalian menyerahkan semuanya kepada Tuan Crowley Eusford, maka semuanya akan baik-baik saja. Itu karena dalam Perang Salib, Tuan Crowley—“
“Jose.”
“Eh, ya, baik.”
“Diamlah.”
“Ma-maafkan saya. Intinya, jika kalian menyerahkan semuanya kepada Tuan Crowley, semua akan baik-baik saja. Nah, semuanya, menjauhlah dari sini.”
Lalu, seorang perempuan berkata.
“Tuan Ksatria, bahaya jika Anda seorang diri saja. Monster itu telah membunuh beberapa orang.”
Suara itu mengejar ke arah Crowley yang berjalan ke dalam gang.
Saat Crowley berbalik melihatnya, dengan jelas terlihat sosok seorang wanita mengenakan pakaian tipis. Kemungkinan besar dia adalah wanita pelacur. Dadanya yang berisi dan kakinya yang besar terlihat dengan jelas. Seorang perempuan yang cantik. Kulitnya berwarna cokelat, terlihat seakan dia berdarah campuran.
Perempuan itu berkata dengan wajah yang hendak menangis.
“Dia adalah monster yang hanya menyerang wanita seperti saya. Sudah beberapa orang yang dibunuhnya.”
Jose berkata.
“Dia sudah membunuh sebanyak itu, dan tidak ada seorang pun yang bertindak?”
“Tidak akan ada yang bertindak, jika hanya beberapa wanita pelacur yang terbunuh. Tetapi, dalam setengah tahun ini setan kegelapan itu telah membunuh tiga puluh orang.”
Setan kegelapan---------bahkan mereka sudah menamainya. Jika di dalam kota ada sosok yang bisa membunuh tiga puluh orang, sudah pasti sosok itu akan dipanggil monster.
Jika membunuh orang di dalam kota, dia adalah setan.
Jika membunuh orang di dalam peperangan, dia adalah pahlawan.
Wanita itu berkata.
“Karena itu, jika Anda seorang diri saja—“
Namun, Crowley menyelanya dengan tertawa dan lantas berkata.
“Terima kasih atas peringatannya.”
“Tetapi ....”
Jose pun marah kepada wanita yang mengatakan itu.
“Oi, sebagai seorang wanita pelacur, kamu sudah terlalu banyak omong. Apa kamu tidak tahu siapa orang i—“
“Jose, lakukan tugasmu!”
“Uh.”
Setelah Jose kebingungan seraya mulutnya beberapa kali terbuka dan tertutup, dia pun meminta maaf. Kemudian, mengusir kerumunan orang yang penasaran.
Crowley berjalan masuk ke dalam gang itu.
Begitu dia memasuki gang itu, dia langsung bisa mencium bau yang selalu diciumnya saat berada di medan perang.
Bau darah dan kematian.
Di dalam benaknya tergambar pemandangan medan peperangan. Pemandangan gunungan mayat kawan-kawannya juga para orang kafir.
“....”
Dia terus maju ke dalam gang nan gelap.
Lalu, langsung ditemukannya sosok mayat.
Sesosok mayat wanita yang mati terselungkup di atas tanah. Mayat seorang wanita pelacur. Dia telanjang. Lehernya dipotong putus dengan pisau.
Tetapi,
“Kenapa tidak ada darah?”
Di tembok dan tanah memang ada sedikit becak darah yang kemungkinan merupakan darah saat leher wanita itu dipotong. Namun, tidak ada jumlah darah yang pantas dikatakan sebagai hasil dari pemotongan leher hingga mati. Seharusnya, bukan hal yang aneh, jika di tanah ada bekas darah seperti genangan air.
Crowley mendekat ke mayat itu. Dia menarik rambut perempuan itu, dan melihat wajahnya. Nyawanya terbunuh dengan ekspresi wajah yang menunjukkan ketakutan teramat sangat. Ternyata memang tidak ada darah dengan jumlah yang seharusnya ada.
“Apa darahnya dibersihkan?”
Gumamnya.
Dia lantas membuang kepala itu ke tanah, dan berdiri.
Itu karena di sana ada mayat yang lain.
Di tembok ada tujuh pasak yang tertancap seakan dipukul dengan tangan. Kemudian di pasak itu, tergantung terbalik tujuh mayat perempuan, dengan kaki diikat ke atas menggunakan tali.
Semua mayat itu, tanpa kepala. Kondisinya sama seperti saat sedang mengambil darah kelinci. Jika tidak memikirkan kemungkinan darah mereka dibawa pulang dengan drum atau sejenisnya, maka seharunya lantai sudah berubah menjadi lautan darah.
Itu artinya, sepertinya setan pembunuh ini membawa pulang darah mereka.
Tapi, buat apa sebenarnya?
Kemudian, tempat itu kembali membangkitkan ingatan Crowley saat berada di medan peperangan itu.
Ingatan tentang setan yang terakhir dilihatnya.
Sesosok setan cantik, dengan wajah yang sangat menarik, menghisap darah manusia dari leher mereka.
Tetapi, seharusnya itu hanya halusinasinya saja. Halusinasi yang dilihatnya karena di medan peperangan yang sangat tragis itu, hatinya telah kehilangan Sang Tuhan, dan hatinya pun melemah.
Karena seharusnya, tidak ada sosok monster pengisap darah manusia.
“Tetapi .... Ini ....”
Gumamnya, seraya mengulurkan tangannya, menggenggam rosario yang tergantung di lehernya. Gerakan yang seakan meminta pertolongan. Kemudian, terdengar suara dari balik punggungnya.
“Uft .... Baunya sangat menyengat.”
Jose datang mendekat ke sebelahnya. Dia kemudian sama-sama memandang mayat yang digantung terbalik.
“Apa sebenarnya ini?”
Crowley pun kemudian menjawab.
“Ini mayat, tahu.”
“Kalau itu, saya juga mengerti. Ah, aduh, saya tidak tahan dengan baunya. Kok, Tuan Crowley bisa baik-baik saja menciumnya?”
“Baunya? Ah .... Yah, itu karena aku terbiasa dengan mayat.”
“Anda terbiasa dengan yang seperti ini? Anda memang hebat. Saya juga harus belajar terbiasa.”
Entah apa yang dipikirnya Jose pun kemudian mulai menarik nafas dalam-dalam, dan kemudian mulai terbatuk-batuk karena mual. Meskipun kini dia berada di tempat dengan situasi yang tragis, tanpa sadar Crowley pun tertawa melihatnya.
Jose benar-benar seorang anak yang polos. Kalau boleh jujur, sebenarnya Crowley tidak ingin dia pergi ke medan perang. Itu karena dia anak yang baik hati, dan berbadan kecil. Bagaimana pun juga, menurut Crowley, Jose yang seperti itu, sangat tidak cocok untuk ke medan perang. Dan andai kata dia pergi ke medan perang, pasti dia akan segera menjadi salah satu kawan dari badan-badan yang berbau menyengat ini.
Di medan perang, Tuhan tidak berbelas kasih kepada yang lemah.
Jose mendongak, memandang ketujuh mayat yang digantung terbalik. Lalu dengan nada suara ketakutan, dia berkata.
“Mungkin ini adalah perbuatan penyihir atau semacamnya?”
Memang tidak salah kalau di situ terasa aura sihir hitam.
Mungkin ini semacam ritual orang yang percaya sihir hitam.
Setan------Setan pengisap darah.
“Mungkin sebaiknya ksatria templar bergerak dalam kasus ini.”
“Apakah saya perlu pergi menyampaikan informasi kepada mereka?”
“Ya, tolonglah.”
“Baik! Saya akan segera kembali.”
Jose segera pergi melesat keluar dari gang.Memanfaatkan waktu itu, Crowley kembali melihat mayat di tempat itu, barangkali dia mendapatkan petunjuk. Pada saat itu, kembali terdengar suara dari balik punggungnya.
“Uwaa~ Apa ini? Apa-apaan ini? Ini pemandangan yang luar biasa, ya ....”
Terdengar suara ringan dan santai dengan tawa cengengesan.
Apa sudah ada ksatria templar lainnya yang datang? Tapi, Jose baru saja keluar dari gang. Jadi itu tidak mungkin, bukan?
“....”
Saat Crowley berbalik, di sana berdiri seorang laki-laki dengan wajah yang sangat cantik, melampaui batas manusia, dan juga sangat menarik.
Rambutnya panjang berwarna perak, dan kulit yang sangat putih hingga aliran darahnya bisa terlihat. Pakaian yang dikenakannya, berkualitas tinggi, yang dibuat dengan sangat luar biasa bagusnya.
Pakaian seperti itu, bahkan tidak mungkin bisa dikenakan oleh ksatria.
Jadi itu berarti dia adalah orang dari keluarga saudagar besar, atau ....
“... Apakah Anda seorang bangsawan?”
Lalu, lelaki itu kembali tertawa riang gembira, dan mendongak menatap Crowley, lantas berkata.
“Lalu kamu ini .... Setan pembunuh?”
Seharusnya, orang yang bisa bercanda dalam kondisi sekarang ini, hanya sedikit. Itu karena di tempat ini, ada hawa tidak menyenangkan di mana terdapat delapan mayat yang tewas terbunuh. Bahkan Jose yang telah melewati hari-hari pelatihan pun berusaha menahan diri agar tidak muntah karena bau mayat yang ada.
Lalu, di dalam situasi seperti itu laki-laki ini tertawa dengan santainya. Menyadari itu, Crowley pun sedikit gemetaran.
Jangan-jangan, dia adalah pelakunya. Karena pemikiran semacam itu terlintas di benaknya, maka tangan kanannya pun bersiap sedia, agar setiap saat bisa menarik pedang di pinggangnya.
Lalu, jikalawannya itu adalah orang yang menguasai ilmu peperangan, maka seharusnya dia menyadari gerakan otot Crowley. Tidak. Crowley memang sengaja, menunjukkan gerakan halus agar lawannya menyadarinya.
Jika pelakunya adalah dia, maka tamatlah riwayat Crowley begitu kepalanya dipenggal. Jika lawannya sedikit saja melakukan gerakan aneh, maka Crowley akan segera membunuhnya dengan pedangnya. Untuk bisa melakukannya, maka di dalam benak Crowley, dia melakukan gerakan imajinasi.
Tetapi, lelaki cantik yang ada di hadapan Crowley sama sekali tidak bereaksi.
Dia terlihat seakan sama sekali tidak memiliki kewaspadaan. Dan dengan polosnya, dia melihat ke arah mayat-mayat yang tergantung.
“Memang, sih, orang dengan badan setinggi dirimu, akan bisa menggantung mayat-mayat ini, jika badanmu terlatih. Tapi buatku itu mustahil, sepertinya. Lagi pula, pastinya susah buatmu menggantung ketujuh mayat-mayat ini, kan. Jika kamu pelakunya, maka bagaimana caramu melakukannya?”
Ujarnya panjang lebar.
Pernyataannya itu seakan hanya untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
Tetapi, memang benar apa yang dikatakan oleh lelaki itu. Mustahil hal ini dikerjakan seorang diri. Meskipun bisa dilakukan, pasti akan memakan banyak waktu. Lagi pula Crowley merasa lelaki ini tidak mungkin bisa melakukannya dengan tinggi badan yang dimilikinya.
Bukan karena punggungnya kecil. Melainkan, karena tubuhnya kurus. Tidak terlihat bagaikan badan yang terbiasa dilatih.
Crowley menghilangkan kewaspadaannya dan berkata.
“Jika saya pelakunya, maka saya pasti sudah membunuh Anda.”
“Kalau begitu, kamu siapa?”
“Saya ksatria. Seorang ksatria templar. Crowley Eusford.”
Lelaki itu kemudian menatap ke arah Crowley. Lalu entah kenapa wajahnya tampak bahagia. Kemudian dengan mata yang seakan sedang menilainya, dia menatapCrowley dari atas hingga bawah dengan seksama, lantas berkata.
“Crowley-kun dari keluarga Eusford, ya? Oke, namamu aku ingat.”
Dia tahu nama Eusford. Itu berarti dia memang seorang bangsawan.
“Anda siapa?”
Lelaki yang cantik itu kemudian menyebutkan namanya.
“Ferid Bathory. Memang benar seperti yang kamu katakan, aku berasal dari keluarga bangsawan, tetapi hanya keluarga bangsawan desa. Jadi kita hentikan saja cara bicara kaku kita. Kamu juga berasal dari keluarga bangsawan, kan?”
Crowley pun tertawa.
“Tetapi, saya hanyalah anak ketiga yang tidak mewarisi apa-apa.”
Saat itu, giliran Ferid yang tertawa.
“Kalau begitu, karena aku sama-sama anak ketiga, maka kita hentikan saja bahasa sopan kita, Crowley-kun. Ah, kamu boleh memanggilku Ferid-kun, kok.”
Benar-benar lelaki yang sangat santai dan ramah. Tanpa menjawab tawarannya, Crowley berkata.
“Ngomong-ngomong, kenapa kamu ada di sini?”
Kemudian, dengan tampak senang Ferid menjawab.
“Tentu saja aku datang untuk membunuh wanita.”
Crowley kemudian memandang Ferid, dan Ferid pun tertawa.
“Kenapa? Apa aku harus serius menjawab pertanyaanmu?”
“Jika bisa.”
“Jadi, kamu langsung menginterogasiku?”
“Bukan, bukan begi—“
“Yah, tapi alasan datang ke tempat pelacuran hanya ada satu, kan? Untuk datang membeli wanita. Ah, atau jangan-jangan Crowley-kun  tipe itu, ya. Tipe yang suka memberi nasehat kepada para wanita pelacur? Sampah sekali, kamu ini.”
Ferid mengatakan itu dengan tampak senang. Dia ternyata tipe yang sedikit cerewet, ya ....Crowley mulai berpikir demikian.
“Aku rasa, tanpa perlu datang kemari, ada tempat pelacuran yang disediakan untuk para bangsawan.”
Crowley akhirnya berbicara sedikit lepas kendali. Ferid tertawa senang mendengarnya.
“Aku rasa kamu juga merasakan hal yang sama. Pasti bosan rasanya, memakan makanan yang sama setiap hari.”
“Entahlah. Karena aku tidak membeli wanita.”
“Eh? Jangan bilang kamu perjaka?”
Crowley tidak menjawab. Dan seperti biasa, Ferid tertawa senang seraya berkata.
“Mana mungkin begitu, kan? Dengan tubuhmu itu, juga wajahmu, tidak mungkin wanita membiarkanmu.”
Pada saat itu Ferid berusaha menyentuh dada Crowley.
Crowley menangkap tangan Ferid. Tangan yang ramping. Jika Crowley ingin mematahkannya, maka dengan mudah dia dapat mematahkannya.
Tetapi, dengan wajah senang Ferid berkata.
“Ditambah lagi kamu seorang ksatria templar yang penuh energi. Saat mau masuk ke dalam pasukan, kamu harus bersumpah untuk menjadi lemah lembut, berjiwa bersih, dan penuh kehormatan. Tapi sebenarnya, tubuhmu itu penuh dengan keinginan akan uang dan wanita, kan? Wanita yang kamu tiduri, mungkin bukan tipe wanita yang ada di sini. Mungkin wanita kelas bangsawan, ya?”
Crowley melirik tajam ke arah Ferid.
“Kamu .... Rasanya terlalu sok tahu, ya?”
“Masa, sih?”
“Kamu .... Gay, kan?”
Ferid tertawa mendengarnya.
“Aku ke sini, kan, untuk bersenang-senang dengan wanita.”
Crowley melepas lengan Ferid, dan sedikit menjauh darinya.
Lantas dia berkata.
“Pokoknya, toko di sini telah tutup. Semua wanitanya telah mati.”
Ferid kembali tersenyum senang.
“Memang, sih. Hari ini sepertinya mustahil. Tapi bisa juga sih, kalau mau coba-coba sama mayat.”
Seraya mengatakannya, dia mengulurkan tangannya kepada mayat wanita yang terkelungkup di tanah.
“Apa yang mau kamu lakukan?”
Saat Crowley menanyakan itu, Ferid memasukkan jari jemarinya ke leher mayat yang terputus. Kemudian terdengar suara seakan dia mengaruk-garuk bekas luka.
Orang yang aneh. Pikir Crowley. Tapi, dibandingkan dengan dia harus bertanya kepada para penduduk yang ketakutan dan terombang-ambing oleh takhayul mengenai monster, lebih bagus jika dia bertanya informasi kepada lelaki yang bisa tetap tenang di dalam situasi ini. Crowley pun melanjutkan pertanyanya.
“Kamu ....”
“... namaku Ferid-kun.”
“... Baiklah. Ferid-kun ... sering keluar masuk gang ini?”
“Yah, mungkin sekitar beberapa bulan ini, sih.”
“Kalau begitu, Ferid-kun tahu kasus pembunuhan ini? Ada informasi katanya sudah ada 30 orang yang terbunuh.”
Kemudian, Ferid menjawab.
“Rasanya aku pernah dengar ada wanita yang bercerita tentang itu .... Aa~ kalau diingat-ingat, monster pengisap darah manusia-------vampir! Ya, rasanya aku pernah dengar ada anak cerita kalau vampir yang ada di cerita pengantar tidur tidak masuk akal itu, muncul di daerah sini. Yah, tentu saja aku tidak percaya ada hal semacam itu, sih. Tapi, kalau melihat ini, sih ... rasanya aku jadi sedikit percaya.”
Ujarnya panjang lebar.
Crowley kembali bertanya.
“Percaya apa?”
“Percaya keberadaan vampir.”
“Yang benar saja.”
“Kenapa memangnya? Padahal kamu mempercayai keberadaan Tuhan. Tapi, kamu menolak percaya keberadaan vampir?”
Apa yang dikatakannya sangat berbahaya.  Bagi yang mendengarnya,  bisa jadi Ferid terdengar seakan tidak bermoral, dan bagaikan orang yang kafir.
Crowley memandang Ferid dan berkata.
“Lebih baik, kamu sedikit berhati-hati dengan kata-katamu.”
“Wah~ Kamu mengkhawatirkanku meskipun kita baru saja bertemu?”
Dengan tampak bahagia Ferid mendongak menatap Crowley. Mukanya penuh kepolosan. Melihatnya, rasa marah Crowley pun menghilang. Tetapi, tetap saja.
“Lebih baik kamu tidak mengucapkan kalimat seperti itu, di hadapan ksatria templar selainku. Tetapi tetap saja, kondisi kali ini berbeda. Aku curiga ini adalah perbuatan pengikut setan atau mungkin penyihir. Jadi, hentikanlah kata-kata tidak masuk akal itu. Tapi, beda ceritanya kalau kamu adalah pengikut setan dan merupakan pelakunya.”
Ferid tertawa.
“Ah, yang benar saja. Itu enggak mungkin. Aku adalah pengikut Tuhan. Kadang-kadang aku juga ke gereja, lo~”
Seraya mengatakan itu, Ferid menarik jari jemarinya keluar dari leher mayat wanita.
Kemudian dari belakang mereka, terdengar suara.
“Tuan Crowley!”
Crowley pun segera berbalik. Terlihat Jose sudah kembali. Namun, sampai sekarang belum ada satu pun ksatria templar yang datang. Jose pun kembali seorang diri.
Ferid pun berkata.
“Siapa anak yang manis itu? Apa kekasihmu?”
Tanpa menjawabnya, Crowley berkata.
“Lalu, bala bantuannya?”
“Akan segera datang!”
“Begitu, ya. Kalau begitu, giliranku telah selesai.”
“Yah, kok begitu .... Mereka semua bergegas datang kemari karena ingin bertemu dengan Tuan Crowley, lo”
Kalau begitu, Crowley semakin tidak ingin bertemu.
Karena mereka pasti akan berisik, memintanya untuk segera kembali.
Karena itu, Crowley berkata.
“Jose.”
“Baik.”
“Aku serahkan padamu. Lalu serahkan masalah ini kepada ksatria templar yang berpengalaman.”
“Eh? Tetapi ....”
Crowley menyerahkan kasus di tempat itu kepada Jose begitu saja. Dia lantas berjalan menuju keluar gang.
“Ah, tunggu sebentar. Aku juga ikut keluar. Kalau tidak ada kamu, maka bukan jadi kasus perburuan penyihir~”
Seraya mengatakan itu, Ferid mengikuti Crowley dari belakang dan Crowley tetap berjalan, tidak berbalik arah menunggunya.
Tetapi, gerakan Crowley sedikit terlambat. Saat dia keluar dari gang, dia bertemu dengan beberapa ksatria templar.
Di antara mereka, terdapat Gilbert. Dan ada pula beberapa wajah yang Crowley kenal. Lalu ada 20 ksatria templar lainnya yang mengikuti mereka. Pasukan jumlah besar. Apa mereka ini berkumpul untuk menangkap pengikut setan? Atau mereka berkumpul justru untuk bertemu Crowley?
Gilbert berkata.
“Tuan Crowley, kami mendengar Anda membutuhkan bantuan. Karena itu kami segera bergegas lari. Semua orang yang ada di sini, semua percaya kepada Anda.”
Sepertinya mereka datang karena alasan kedua.
“Aku tidak peduli dengan itu. Tetapi, di dalam gang ini ada delapan orang wanita yang terbunuh. Tangkaplah pelakunya.”
Mendengar itu, Gilbert memandang gang di belakang punggung Crowley.
“Saya dengar ada kemungkinan itu adalah perbuatan pengikut setan.”
“Lebih baik, kamu lihat dengan mata kepala sendiri.”
“Kalau begitu, mari bersama-sama kita lihat.”
Namun, Crowley menggelengkan kepalanya.
“Tidak. Aku ada urusan setelah ini.”
“Tuan Crowley, saya tahu Anda berbohong. Saya mohon Anda tidak melarikan diri lebih dari i—“
Tetapi pada saat itu, dari belakang Crowley, Ferid maju ke depan dan berkata.
“Tidak, tidak. Memang benar dia ada urusan, kok. Malam ini kami mengundang Crowley-kun untuk makan malam di rumah .... Sayangnya, di tengah perjalanan, kami terlibat kasus aneh. Tapi jika kalian, para ksatria templar telah datang, maka kami bisa tenang. Ah, bukan-bukan, kami merasa bersyukur. Dengan ini, para penduduk kota bisa aman, dan kami tidak terlambat datang ke acara makan malam.”
Ujarnya dengan wajah tertawa.
Mungkin dia bermaksud membantu Crowley.
Gilbert melihat Ferid. Tetapi, Gilbert tidak mengatakan apa pun. Karena dari sosok Ferid, juga caranya bergerak, sudah menunjukkan sosok seorang bangsawan.
“Nah, ayo pergi Crowley-kun.”
“Ng? Ah~”
“Ayo, ayo.”
Ferid pun menarik-narik lengan Crowley. Crowley mengangguk dan pergi mengikuti Ferid.
Lalu, Gilbert pun berkata.
“Jose.”
“I-iya! Ada apa, Tuan Gilbert?”
“Apa pekerjaansquire yang merupakan seorang pelayan ksatria?”
“A-anu ....”
“Andaikan Tuannya sedang kebingungan, aku rasa membenarkannya juga merupakan pekerjaanmu.”
Ujar Gilbert mengatakan hal yang bukan urusannya.
Gilbert kemudian berbalik ke arah Crowley, dan berkata.
“Tuan Crowley, Anda pasti akan kembali ke tempat kami. Kami percaya hal itu.”
Tetapi, tanpa menanggapi kata-kata itu, Crowley mengikuti Ferid.
Ferid yang berada di sampingnya, tertawa kecil dan berkata.
“Haha, kamu banyak penggemarnya, ya ... Crowley-kun.”
Dengan rasa kesal, Crowley melihat wajah Ferid yang menarik lengannya.
Untuk sementara, dia akan berjalan seperti ini. Tetapi, begitu berbelok, Crowley bermaksud menarik lengannya dari genggaman Ferid.
“Sudah cukup, kurasa.”
“Beneran, nih? Bagaimana tadi?”
“Apanya?”
“Aksi penyelamatanku?”
Mendengar itu, dengan rasa kesal Crowley menatap Ferid, dan berkata.
“Yah, begitulah.”
“Enggak ada niat bilang terima kasih, nih?”
“Aku tidak minta untuk ditolong.”
“Ahaha, iya juga, sih. Lalu, sekarang bagaimana?”
“Aku mau pulang.”
“Loh? Kalau enggak salah .... Bukannya seharusnya kamu datang ke acara makan malam di rumahku?”
“Tidak ada acara makan malam macam itu, kan? Lagi pula tidak ada undangan untukku.”
“Kalau begitu cukup diundang, kan? Ayo, makan malam di rumahku.”
“Tidak mau, ah.”
“Eh? Kok?”
“Baru saja ketemu. Lagian aku tidak mau datang ke rumah orang aneh yang memasukkan jarinya ke leher mayat.”
Mendengar itu Ferid kembali tertawa.
“Hahaha. Padahal aku melakukannya karena kamu enggak mau melakukannya. Kata-katamu kejam sekali.”
Kemudian Ferid mempercepat langkahnya, dan berjalan di hadapan Crowley. Dia lantas mengangkat tangannya. Tangan yang digunakan untuk masuk ke leher mayat wanita tadi. Kemudian dia merenggangkan jari jemari yang tadi terkepal. Dia putar-putar. Kemudian dari jari jemari itu muncul sebuah jarum kecil yang terbuat dari bahan logam.
“Ng? Itu?”
Crowley bertanya. Namun, Ferid hanya mengangkat bahunya dan menjawab.
“Nah, kira-kira ... apa, ya?”
“Itu .... Jangan-jangan dari leher mayat tadi?”
“Yup. Jadi, akurasa ini adalah senjata berbahaya milik pelaku.”
“Tu—Kamu tidak boleh membawa itu, kan?”
“Eh? Memangnya kenapa? Enggak masalah, kan? Aku dan kamu, kan, hanya perlu memecahkan kasusnya.”
“Hah? Kenapa kita yang harus memecahkan kasusnya?”
“Karena seru.”
“Anu, Ferid-kun .... Kamu ini, yah .... Ah, sudahlah. Pokoknya, itu harus kita serahkan kepada orang dari ksatria templar.”
Ujarnya kepada Ferid. Namun, Ferid justru tertawa.
“Baiklah. Kalau begitu, silakan Anda terima .... Ksatria Templar~”
Ferid pun mengulurkan benda berbentuk jarum kepada Crowley. Ferid lanjut berkata.
“Kamu yang kembali .... dan serahkan itu. Tentu saja, jika kamu melakukannya, mereka pasti akan kembali berbicara soal ‘kembali Tuan Crowley’ atau semacamnya.”
Wajah Crowley terlihat kebingungan. Ferid kembali tertawa.
“Yah, tanpa perlu pakai undangan formal, pokoknya datanglah makan malam di rumahku. Ayo kita bicara apa yang harus kita lakukan setelah ini.”
“Wah, wah ... Tidak ada setelah ini atau semacamnya. Sebenarnya kamu ini mau apa, sih?”
Ditanya begitu, Ferid kemudian memutar-mutar jarum itu menggunakan jari telunjuknya dengan sangat lihai. Kemudian jarum itu berhenti di sela-sela jarinya, seakan jarum itu tengah mengintip ke luar.
Ferid lalu berkata.
“Terbuat dari perak. Terdapat lubang. Apa dengan ini pelaku menghisap darah mereka? Atau dengan ini mengeluarkan darah mereka? Vampir yang membunuh delapan orang di gang itu, menumbuhkan gigi taring dari perak.”
Ferid berkata tanpa hambatan.
Dia berkata kembali.
“Tapi, yah .... Tidak ada makhluk yang bisa menumbuhkan taring dari perak. Jadi, mungkin ini bikinan seseorang, kan? Tetapi perajin yang bisa membuat lubang tipis di benda perak setipis ini, sangat terbatas. Pastinya yang minta dibuatkan ini, adalah kolektor yang mempunyai nama. Itu artinya, mungkin dia berada di kelas atas. Tentu saja, aku menyukai benda-benda cantik, jadi aku kenal dengan para kolektor. Bagaimana kalau kita tanya kepadanya, siapa kira-kira orang yang bisa membuat benda ini?”
Ujarnya tanpa jeda untuk Crowley. Dengan itu, Crowley tahu bahwa lelaki ini sangat pintar. Tindakannya yang memasukkan jarinya ke leher mayat wanita, juga bukan karena dia adalah orang aneh. Melainkan itu karena dia langsung berpikir bahwa di tempat itu terdapat suatu bukti.
Crowley bertanya.
“Apa boleh aku bertanya sedikit?”
“Tanya apa?”
“Mayat yang—“
Seakan bisa membaca apa yang mau ditanyakan. Ferid berkata.
“Aku rasa, mungkin di mayat yang lainnya tidak ada bukti tertinggal. Tujuh mayat lainnya yang tergantung terbalik, diperlakukan dengan sangat jeli. Tidak ada satu pun darah yang tercecer. Ketujuh mayat yang ada, digantung berderet sangat sejajar. Seakan itu sebuah kesenianKarena itu pelakunya, akurasa adalah orang yang sangat hati-hati.”
Ferid kembali memutar-mutar jarum di tangannya, sebelum melanjutkan perkataannya.
“Tapi, bagaimana dengan mayat yang terakhir? Ada darah tercecer di tembok. Bahkan darahnya juga sedikit tercecer di tanah. Mayat itu tidak digantung. Sangat ceroboh. Benar-benar sangat ceroboh. Pasti saat dia sedang berusaha mengurus mayat yang terakhir, ada masalah yang terjadi. Seperti terjadi perlawanan, atau ada yang melihatnya. Di saat seperti itu, barang bukti jadi mudah tertinggal. Lalu, saat aku sedikit melihat ke bekas luka di mayat itu ... yah, seperti yang kamu tahu.”
Ferid lesatkan jarum yang ada di tangannya ke arah Crowley.
Crowley menerima jarum itu. Dia lantas melihatnya. Bahkan, Crowley mungkin tidak akan menyadari adanya pipa lubang di jarum itu.
Dia pun akhirnya bertanya sekali lagi.
“Apa boleh aku bertanya satu hal lagi?”
“Ya, ya .... Mau tanya apa?”
“Kamu ini sebenarnya siapa?”
Mendengar pertanyaan itu, Ferid tertawa dengan wajah senang.
“Aku adalah temanmu yang menenangkan dan sangat ceria.”
Ujar Ferid.
Mendengar jawaban itu, Crowley jadi berpikir, ah, aku sudah terlibat dengan orang yang aneh. Dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang dipikirkan oleh lelaki itu. Ditambah lagi, lelaki itu otaknya sangat cerdas. Ada firasat yang berkata padanya bahaya jika terlibat dengan lelaki ini.
Crowley pun bermaksud menggerakkan tangannya, hendak menyentuh rosario yang tergantung di lehernya.
Namun, pada saat itu Ferid berkata.
“Aku rasa, bukannya lebih baik Crowley-kun hentikan kebiasaanmu, yang selalu menyentuh rosario dan meminta pertolongan ke ‘mama’ saat kamu merasa khawatir?”
“....”
Tetapi pada saat itu, Crowley belum menggerakkan lengannya. Hanya otot-ototnya yang bergerak halus pada saat itu, dan Ferid sudah mengatakan hal itu.
Jika Ferid menyadari hal ini, maka seharusnya dia juga menyadari gerakkan otot Crowley saat dia berusaha mengambil pedang di pinggangnya. Namun, pada saat itu Ferid terlihat seakan dia sangat tidak menyadarinya.
Kenapa dia melakukan itu?
“Kenapa kamu tidak berusaha menghindari pedangku?”
Seharusnya, hanya dengan berkata demikian, Ferid menyadari maksudnya. Ferid pun hanya menatap ke arah Crowley dan berkata.
“Itu karena kamu terlihat seperti orang baik. Lagi pula, kamu tidak mungkin menghunuskan pedangmu ke orang sepertiku, yang badannya kurus macam ini, kan?”
“... kalau begitu ... saat aku berusaha menarik pedangku ...”
“Aku sadar, kok.”
“Dan kamu tetap tenang sekali saat itu?”
“Kan sudah aku bilang berkali—kali. Itu karena kamu ini ... terlihat seperti orang yang baik.”
Orang akan sering salah sangka dengannya-----------Itulah yang Crowley pikirkan tentang Ferid. Crowley kini tahu, Ferid mempunyai kemampuan luar biasa. Itu karena, meskipun dia tahu kalau dia mungkin akan dibunuh, namun dia tetap bisa tertawa dengan santainya seperti itu, tanpa melakukan reaksi apa pun. Itu benar-benar sesuatu yang tidak normal.
Meskipun tidak normal, tetapi anehnya dia adalah lelaki yang mempunyai daya tarik.
“Nah, Crowley-kun .... Selanjutnya, apa yang mau kamu lakukan? Apa kamu mau menemaniku bermain permainan memecahkan misteri kasus ini?”
Pada saat itu, Jose datang mengejar mereka.
“Tuan Crowley! Aa, syukurlah. Anda masih ada di sini.”
Crowley pun berbalik, lantas bertanya kepada Jose.
“Bagaimana hasil penyelidikannya?”
Jose memberikan jawaban.
“Ah, mereka memutuskan membawa pulang mayat yang ada.”
Tetapi, dari mayat-mayat itu sudah tidak ditemukan barang bukti.
“Lalu, untuk mencegah terjadi kasus selanjutnya, mereka memutuskan untuk berjaga-jaga di daerah tersebut.”
Kalau hanya begitu, maka mereka tidak akan bisa menangkap pelakunya, bukan? Ferid berkata bahwa pelakunya sangat jeli, dan juga teliti. Kalau begitu, dia tidak mungkin akan bisa tertangkap oleh ksatria templar yang tidak memiliki niatan serius untuk menyelidiknya, bukan?
Jika bukan bangsawan yang terbunuh. Atau jika bukan karena itu adalah sebuah permintaan dengan uang imbalan yang besar, mereka tidak akan bergerak. Jika hanya wanita pelacur yang terbunuh, mereka tidak akan melakukan apapun.
Itu artinya, jika bukan dirinya yang bergerak, maka pelakunya sudah tidak akan mungkin bisa tertangkap.
“Ferid-kun.”
“Hm?”
“Apa kamu sungguh-sungguh punya perkiraan siapa ahli perak yang membuatnya?”
Ferid pun hanya tertawa seperti biasa.
“Sungguh-sungguh, kok.”
“Bisa kamu bawa aku menemuinya sekarang?”
“Tidak bisa. Aku kelelahan~ Karena itu, datanglah ke acara makan malam yang aku adakan. Setelah itu kita akan membahas masalah ini dengan jeli dan sangat cerdas. Lalu, kita lanjutkan esok hari.”
Bagaimana pun juga, sepertinya Ferid benar-benar ingin mengundang Crowley makan malam.
Tetapi,
“Jika aku menolak undangan makan malam itu ...?”
Mendengar itu, Ferid.
“Kamu tidak mungkin menolaknya, kan?”
Setelah mengatakan hal itu dengan wajah yang menunjukkan keyakinan, Ferid lantas mengeluarkan kertas kecil dari saku di pinggangnya. Lalu, diserahkannya kertas itu kepada Jose.
“Eh, ini ...?”
“Itu adalah mansion yang kutinggali saat ini. Kamu juga boleh datang, kok, Jose-kun. Karena semakin banyak orangnya, maka acara makam malam akan semakin menyenangkan.”
Ferid pun pergi seraya mengatakan itu.
Sosok Ferid yang berlalu itu, terlihat senang dengan langkah kaki yang terlihat ringan.
Jose melihat sosok itu, dan berkata.
“Dia itu siapa?”
“Sepertinya, sih, seorang bangsawan.”
“Eh? Luar biasa.Anda sampai bisa berkenalan dengan seorang bangsawan. Bangsawan itu dan juga pakaian yang dikenakannya sangat cantik.”
Memang Ferid adalah lelaki cantik, sehingga sangat mencurigakan.
Perawakannya, caranya berjalan, juga caranya berbicara.
Seakan dia adalah setan yang menarik manusia menuju kehancuran, dalam sosok lelaki yang cantik.



Lalu, jika Crowley mengingatnya kembali, maka semuanya yang terjadi bermula karena dia merasakan daya tarik dari Ferid.
t
t
t

Mungkin, kalau orang punya banyak uang maka dia akan menjadi orang yang aneh-----itulah yang dipikirkan Crowley, yang kini berada didepan mansion Ferid, dalam rangka memenuhi undangannya.
Mansion Ferid berada sedikit terpisah dari kota. Benar-benar mansion yang sangat terpisah dan terasa sepi dari keramaian.
Begitu dia menyebut namanya di pintu gerbang, maka pintu gerbang itu pun segera terbuka.
Kemudian di dalamnya, berbaris sekitar 10 orang anak laki-laki dan perempuan, yang kemudian secara serentak memberikan salam kepadanya.
“Terima kasih dan selamat datang, Tuan Crowley, Tuan Jose!”
Pakaian yang dikenakan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan tersebut sangat aneh. Entah terbuat dari apa, mereka hanya mengenakan semacam penutup tubuh, terbuat dari kain tipis yang membuat tubuh mereka terlihat. Lalu, tergantung dari intensitas cahaya yang ada, maka tubuh telanjang mereka pun akan bisa terlihat dengan jelas. Dari yang Crowley lihat, mereka justru terlihat lebih cabul daripada orang yang tidak mengenakan baju sama sekali.
Muka Jose yang melihat itu jadi merah padam dan terkejut.
“Wa-wa-wah .... Se-sebenarnya, apa-apaan ini?”
Ini perbuatan orang mesum , itulah yang Crowley pikirkan.  Dengan ini, maka jelaslah bahwa Ferid adalah orang mesum. Crowley pun jadi ingin tertawa memikirkan hal itu.
Ferid memandang anak-anak laki-laki dan perempuan itu. Mereka semua adalah anak laki-laki dan perempuan yang cantik dengan mata yang bisa menarik perhatian orang-orang.
Seorang anak perempuan berkata.
“Tuan Ferid telah menunggu. Silakan.”
Crowley pun mengangguk dan lantas masuk ke dalam mansion. Di dalam sana, Ferid telah menunggu dengan senyum yang terlihat ceria.
“Yo, Crowley-kun, Jose-kun. Ternyata kalian memang datang, kan?”
Crowley pun mengangguk mendengarnya, lalu berjalan ke hadapan Ferid. Anak-anak laki-laki dan perempuan yang ada, lantas berpencar di sekitar mereka.
Crowley lalu bertanya kepada Ferid.
“Pakaian macam apa itu?”
“Cantik, kan? Kamu juga ingin coba memakainya?”
“Jangan bicara konyol, deh.”
“Padahal kurasa, tubuhmu yang terlatih itu pasti cocok memakainya.”
Crowley pun bertanya kepada Ferid yang bermuka sedikit kecewa.
“Lalu, anak-anak itu siapa? Apa mereka itu ‘hobi’mu?”
Ferid hanya mengangkat bahunya.
“Enggak, enggak, kok. Aku siapkan itu, karena akurasa itu akan bisa membuat Crowley-kun senang.”
“Kamu gagal.”
“Bohong. Padahal akurasa bagus, lo. Tapi, yah ... aku mengumpulkan yang aku suka seenaknya sendiri mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, sih. Jadi kalau ada anak yang ingin coba kamu ajak tidur, bilang saja, ya.”
“Tidak, terima kasih tawarannya.”
“Kenapa, sih?”
“Jika aku menerima pemberianmu, sepertinya selanjutnya akan menyeramkan, bukan?”
“Hahaha. Yah, tapi aku tidak menyentuh tubuh mereka, sih.”
Ujar Ferid.
Crowley tidak mengerti arti kata-kata itu. Tidak menyentuh tubuh mereka. Apa sebenarnya maksud kata-katanya itu?
Crowley seakan sama sekali tidak bisa mengerti perbuatan yang dilakukan oleh si mesum ini.
Saat Crowley melihat ke sampingnya, mata Jose terlihat kebingungan dan  berjalan sambil tertunduk. Jose masihlah muda. Dia belum memiliki banyak pengalaman seperti itu.
Ferid melihat reaksi Jose dengan wajah yang tampak senang. Crowley menghela nafas, menyadari bahwa dia telah terlanjur membawa Jose ke tempat yang aneh.
Crowley lantas bertanya.
“Ferid-kun, kamu ini, ya .... Padahal kamu punya banyak sekali anak-anak manis seperti mereka. Lalu, kenapa kamu datang ke gang kumuh itu?”
“Ng .... Bagaimana, ya. Aku merasa kehilangan minat dengan hal yang bisa kudapatkan.”
“Kamu ini laki-laki bersifat jelek, ya.”
“Tetapi, begitu kamu berteman denganku, aku menyenangkan bukan? Kalau tidak, mana mungkin kamu datang ke sini, kan?”
Tepat sekali. Tetapi, Crowley hanya menanggapinya dengan tersenyum dan berkata.
“Tetapi, setidaknya .... aku yakin tidak akan mau jadi ksatria yang mengabdi kepadamu.”
“Eits, bisa jadi aku ini adalah tuan yang baik, lo.”
“Tidak mungkin, deh.”
“Wah ... wah ... enggak, dong. Kalau belum dicoba mana tahu.”
“Tidak mungkin.”
Seraya membicara hal semacam itu, mereka akhirnya sampai ke ruang makan.
Ruangan yang sangat luas dan tenang. Dari dalam ruangan itu, tercium bau yang sangat enak. Bau samar-samar sesuatu dibakar. Crowley mengetahui bau apa itu. Bau yang bisa membuat otak mati rasa, dan tenggelam dalam ilusi. Yah, tapi bagi Crowley, jika baunya hanya segini, maka tidak akan berakibat apapun.
Di tengah-tengah ruangan itu, terdapat meja makan panjang. Di atasnya berjajar peralatan makan yang cantik dan juga makanan yang tidak mungkin bisa habis di makan.
Ditambah lagi, Ferid telah menyiapkan pisau dan sendok yang terbuat dari perak untuk Crowley dan Jose. Hanya dengan itu saja, Crowley bisa mengerti kekayaan yang dimiliki oleh Ferid.
Biasanya, pisau tidak akan disediakan di meja makan. Terutama yang terbuat dari bahan berkualitas mahal. Ini baru pertama kalinya bagi Ferid melihat pisau yang terbuat dari perak.
Ferid kemudian duduk di kursi yang di hadapannya tidak tersedia pisau dan sendok. Itu artinya, dia tidak akan makan.
Crowley pun bertanya.
“Kamu tidak makan?”
Mendengarnya, Ferid hanya tersenyum.
“Nafsu makanku sedikit.”
“Bukannya karena kamu memasukkan racun di dalamnya?”
“Untuk apa?”
“Yah, misalnya untuk bisa membuatku memakai pakaian aneh itu?”
Ujar Crowley. Ferid pun tertawa senang mendengarnya.
“Aduh, aku gagal. Harusnya tadi aku masukkan racun saja, ya.”
Crowley pun kemudian duduk di salah satu kursi. Jose duduk di seberang kursi Crowley.
Crowley menatap makanan yang disediakan. Banyak sekali daging yang disediakan. Sebagai bentuk sopan-santun dan rasa empati, Pasukan Ksatria Templar dilarang memakan daging. Mereka hanya boleh memakan daging pada tiga hari yang ditentukan. Lalu, hari apakah sekarang?
Crowley sebenarnya sudah tidak terlalu mengikuti aturan tegas dari para ksatria templar. Tetapi, Jose diatur oleh aturan yang lebih tegas daripada para ksatria templar tingkat atas sepertinya. Lalu, jika ada makanan selezat ini di hadapannya, pasti rasanya kepalanya akan meledak tidak kuat menahannya.
Wanita, daging, dan minuman keras.
Di tambah lagi, bau dari aroma semacam dupa yang bisa menghilangkan akal sehat.
Crowley melihat ke arah Jose. Jose menatap ke arah daging yang ada dihadapannya.
Ferid berkata kepada Jose.
“Tidak bagus menahan diri saat ada makanan enak di hadapanmu, lo. Kita akan segera makan, setelah bersulang untuk pertemuan kita hari ini.”
Gadis pelayan kemudian meletakkan gelas anggur(wine) dari keramik ke hadapan Ferid. Di dalam gelas keramik itu, cairan merah berguncang-guncang dengan lembut.
Melihat itu, entah kenapa bagi Crowley terlihat seperti darah.
Dia pun langsung teringat dengan delapan mayat yang ada di gang itu.
Mayat yang telah diambil darahnya. Tetapi, buat apa darah yang diambil itu?
Monster peminum darah.
Monster peminum darah manusia.
“....”
Kata-kata itu membuatnya teringat kembali kepada medan peperangan itu. Mimpi buruk yang dilihatnya setiap hari.
Crowley hanya bisa berpikir bahwa mimpi itu hanyalah khayalannya. Sosok monster yang cantik nan menawan selalu muncul di dalam mimpinya. Monster yang memperlihatkan kelemahan hatinya, karena membuatnya tidak ingin kembali ke medan peperangan itu untuk kedua kalinya. Dia bahkan sudah tidak bisa mengerti kenapa dirinya selalu saja melihat mimpi buruk itu.
Tetapi, setiap hari di akhir mimpi peperangan itu, sosok monster itu akan selalu muncul.
Sosok yang cantik, dengan kulit cokelat. Sosok vampir.
Vampir itu dengan mudahnya membunuh kawan-kawannya, lantas menggigit leher, dan menghisap darah mereka.
Crowley bertanya kepada Ferid yang mengulurkan tangannya, meraih gelas keramik dengan cairan merah menyerupai darah di dalamnya.
“Cairan apa yang ada di dalam gelas itu?”
Ferid pun lantas menjawab.
“Gelas ini? Ini anggur merah.” (red wine)
“Tapi entah kenapa aku merasa warnanya terlalu merah, ya?”
Lalu gadis pelayan pun juga meletakkan gelas anggur yang terbuat dari keramik di hadapan Crowley dan Jose. Cairan merah yang sama, juga terdapat di dalam gelas itu.
Baunya memang berbau alkohol. Bau anggur merah. Tapi, warna merahnya mengherankan. Ferid pun lantas berkata.
“Aku mencampurkan beberapa tetes darah dari daging binatang buas yang dimasak hari ini. Bagaimana? Ini menghasilkan suasana tertentu, kan? Lagi pula, aku berbuat begini karena kita akan membahas monster pengisap darah, lo.”
Ferid pun tertawa.
Sepertinya memang begitulah adanya.
Ferid tertawa kecil.
“Nah, kalau begitu kita mulai acara makan malamnya. Bersulang untuk pertemuan hari ini, dan pemecahan kasus kali ini ....”
Ferid mengangkat gelasnya. Jose melihat ke arah Crowley dengan rasa sungkan, dan mengangkat gelasnya.
Crowley kembali melihat cairan merah yang ada di dalam gelas itu, dan kemudian mengangkat gelasnya. Ferid kembali berkata.
“Untuk persahabatan yang baru.”
Lalu menyentuhkan ujung gelas ke mulutnya.
Crowley pun memasukkan cairan merah itu ke dalam mulutnya. Mungkin memang benar hanya beberapa tetes darah yang dicampur ke dalam cairan itu. Tidak ada rasa darah di dalamnya. Yang terasa hanya rasa anggur merah berkualitas tinggi yang belum pernah diminumnya.
Kemudian, acara makan pun dimulai. Isi pembicaraan yang ada pun hanya pembicaraan yang konyol. Ferid bercerita tentang pengalamannya bertualang ke masing-masing daerah. Entah itu adalah cerita sungguhan atau bukan, Crowley tidak tahu. Tetapi, pembicaraan itu menarik, dan acara makan malam itu pun, di luar dugaannya terasa menyenangkan.
Terutama cara makan dan minum Jose yang luar biasa. Melihatnya membuat khawatir kalau-kalau badannya tidak akan tahan dengan cara makan dan minumnya itu.
Jose yang terlalu banyak meminum alkohol, roboh ke arah Crowley yang ada di depannya.
“Jose, sudah cukup. Jangan minum lagi.”
“A, ah .... Tidak. Saya masih tidak apa-apa.”
Ferid pun lalu berkata.
“Kalau begitu, mau minum segelas lagi?”
“Ferid-kun.”
Ferid lantas tertawa.
“Aku juga sudah menyiapkan baju transparan itu untuk Jose-kun. Karena itu, dia harus mabuk berat agar mau memakainya.”
Benar-benar lelaki yang membuat terkejut. Crowley tertawa.
“Jose, kalau kamu tidak ingin dipermalukan, maka berhentilah minum.”
“Uuh, kan kubilang tidak apa-apa.”
Padahal nafasnya sudah tidak teratur. Namun, Jose masih meminum anggur tambahan. Lalu, entah kenapa dia melihat ke arah Crowley.
“Tuan Crowley sama sekali belum mabuk, kan~ Anda selalu tenang. Itu licik! Saya mohon Anda jangan melarikan diri!”
Lagi-lagi muncul kata-kata ‘jangan melarikan diri’.
“Jose.”
“Anda selalu saja begitu. Padahal semua orang menunggu Anda. Sebenarnya apa, sih, yang Anda lakukan?”
“Jose, sudah cukup. Hentikan sikapmu itu.”
Tetapi, Jose justru berdiri dan menatap ke arah Crowley.
“Anda adalah pahlawan para ksatria templar yang terjun di dalam Perang Salib! Semua ksatria mengagumi Anda! Tetapi .... Tetapi, Anda justru .... Sampai kapan Anda berniat menjadi pelatih ilmu pedang di daerah yang terpisah dari pusat kota?! Ada ksatria yang berkata bahwa masa-masa Anda telah berakhir. Mendengar itu saya ... saya merasa sangat ... dan sangat sesak.”
Jose pun mulai menangis. Sepertinya ini sudah saatnya bagi mereka untuk pulang. Pikir Crowley.
Crowley melihat ke arah Ferid.
“Wah, jangan pulang dulu, dong, Crowley-kun. Aku juga sudah menyiapkan tempat tidur untuknya, kok.”
“Tetapi ....”
“Kamu, kan, masih belum mabuk. Aku tidak bisa membiarkan tamuku pulang tanpa membuat tamuku merasa puas.”
Pada saat itu Jose berkata.
“Apa Anda mendengarku, Tuan Crowley? Coba Anda juga ceritakan ke Tuan Ferid! Tuanku ini ya .... di Perang Salib itu .... melawan dan membunuh puluhan ribu orang kafir--------“
Tetapi, pada saat itu Ferid berdiri dan berkata.
“Iya, iya. Kamu sepertinya sudah terlalu mabuk. Bagaimana kalau kamu istirahat sebentar?”
Sayuah mazih bahek bahek sajuah, tahuk!”
“Era, bawa dia ke tempat tidurnya.”
Ujar Ferid. Lalu dari kumpulan anak-anak yang ada di dekat mereka, anak perempuan yang paling cantik memberikan jawaban “Baik.” Kemudian, anak perempuan itu menyentuh punggung Jose dengan lembut.
“Tuan Ksatria, silakan kemari.”
Ujarnya.
Mendengar itu, Jose membalas.
“A, ah .... Em ....”
Ekspresi wajahnya mudah dipahami kalau dia malu.
Yah, memang jarang ada gadis yang cantiknya seperti itu, sih. Pikir Crowley. Karena itu, dia merasa bisa memahami perasaan Jose.
Sambil tertawa cengengesan, Ferid melihat ke arah Jose dan berkata.
“Wahai ksatria .... Apa kamu menyukai Era?”
“Eh? Ah .... Tidak, bukan. Itu ....”
“Jika kamu bersedia, maka dia boleh, kok, tidur denganmu malam ini.”
“Apakah Anda serius?!”
Sebenarnya buat apa janji ksatria templarmu yang bersumpah akan kesucian dan pantangan yang ada. Batin Crowley.
Segera Jose tersadar.
“A, ah .... Maafkan saya, Tuan Crowley. Saya terlalu lupa diri.”
Ujarnya seraya melihat ke arah Crowley. Namun, Crowley hanya memberi isyarat tangan sudah pergilah sana, kamu ini berisik. Mata Jose pun terbuka lebar. Lalu, dengan dipandu oleh anak perempuan cantik bernama Era, Jose pun meninggalkan ruang makan yang luas itu.
Crowley tertawa kecut menyaksikan hal itu, dan lantas berkata kepada Ferid.
“Daging. Minuman keras. Lalu wanita. Kamu ini seperti setan berwujud manusia, ya.”
Ferid menyunggingkan senyum setan.
“Itu salahnya orang yang terjatuh dalam kesesatan~”
Ferid berkata dengan gaya berlebihan, seakan dia sedang memainkan peran sebagai seorang setan.
Crowley tertawa melihat tingkahnya itu.
Selama acara makan malam berlangsung, Ferid sama sekali tidak memakan satu pun makanan yang ada. Dia hanya terus menerus meminum anggur merah saja. Crowley berpikir, jangan-jangan Ferid mengidap penyakit yang membuatnya tidak bisa menerima makanan atau semacamnya.
Anggur merah kembali dituangkan ke gelas yang dipegang oleh Crowley. Entah ini sudah gelas yang keberapa, Crowley tidak bisa ingat.
Ferid berkata.
“Kamu kuat juga, ya. Padahal sebenarnya kamu minum lebih banyak dari Jose-kun, tapi kamu sama sekali tidak terlihat mabuk, ya?”
“Aku sudah mabuk ini.”
“Kalau begitu, mabuklah lebih dari ini. Lalu, aku ingin kamu cerita lebih banyak tentangmu.”
“Saya tidak mempunyai bahan cerita, yang sekiranya mampu membuat Tuan Bangsawan yang suka berkelana dan bermain seperti Anda, merasa senang.”
“Masa, sih? Contoh, saja .... Aku ingin mendengar cerita tentang kejadian di Perang Salib yang tadi Jose-kun ceritakan.”
“....”
“Tidak boleh, kalau kamu tidak mau cerita, lo. Aku kan, sudah menceritakan kisah petualanganku yang penuh dengan hikmah. Kali ini giliranmu. Ceritakan padaku, kisah heroik dari Pahlawan Crowley Eusford.”
Wajah Crowley langsung masam.
“Di medan peperangan itu, tidak ada yang namanya pahlawan, kamu tahu?”
“Kalau begitu, apa yang ada?”
“Tidak ada apa-apa. Hanya kekalahan yang ada.”
“Kalau begitu ceritakan kisah kekalahan itu apa adanya. Atau jangan-jangan kamu berniat datang makan, tapi tidak mau memberi hadiah cerita kepadaku? Dasar orang tidak tahu malu.”
Mungkin memang benar apa yang dikatakan Ferid. Mungkin ceritanya adalah bayaran yang pantas bagi anggur yang diminumnya. Seraya melihat anggur merah yang berguncang lembut di dalam gelasnya, Crowley mulai bercerita. Dia bercerita kisahnya, seakan sedang bergumam kepada dirinya sendiri.
“ ... cerita tentang peperangan itu membosankan, tahu. Lagian juga aku sudah tidak terlalu ingat.”
Itu bohong.
Setiap hari dia melihatnya dalam mimpi.
Mimpi yang sangat buruk.
Ferid pun lantas berkata seakan dia bisa melihat kenyataan yang ada.
“Memangnya ingatan soal membunuh orang bisa kamu lupakan semudah itu, ya?”
“....”
“Aku rasa sebenarnya kamu ingin menceritakannya. Tetapi, sampai sekarang tidak ada lawan yang bisa kamu ajak bercerita. Kamu dipuji-puji sebagai seorang pahlawan atau semacamnya. Lalu diharapkan untuk berperan sesuai dengan pujian itu.”
“....”
“Terlepas dari itu, sebenarnya kita telah gagal sebelum pergi ke medan peperangan itu. Semua orang juga sudah tahu itu. Tetapi, karena kita perlu sebuah kehormatan untuk Perang Salib, maka kita membutuhkan seorang pahlawan yang dianggap sangat aktif di medan perang. Lantas kamu dipaksa menjadi pahlawan itu, dan kini kamu melarikan diri. Tetapi, aku bukan seorang ksatria. Aku hanya seorang bangsawan yang menikmati waktu. Atau bisa disebut ....”
Ferid mengulurkan tangannya ke arah Crowley dan berkata.
“ ... teman barumu. Karena itu, buatlah santai perasaanmu. Dan ceritalah sesukamu. Cerita tidak bermoral pun akan sangat kuterima, kok. Mau cerita apa? Kamu membuang kawan-kawanmu dan melarikan diri? Atau kamu telah membunuh kawan-kawanmu? Mau cerita tentang kisah yang tidak bisa dimaafkan atau apa pun itu tidak masalah. Ceritakanlah sesukamu. Aku akan mendengarkan semua ceritamu dengan senang hati. Karena itu, cobalah ceritakan padaku.”
Mendengar perkataan Ferid itu, entah kenapa Crowley merasa ingin membuka mulutnya.
Lagi pula, sejak kembali dari medan peperangan itu, ini adalah pertama kalinya bagi Crowley menceritakan kisah itu kepada seseorang. Dan lagi, entah kenapa dia mau bercerita tentang dirinya yang sesungguhnya, kepada lelaki yang baru ditemuinya. Jika itu bukan karena sebuah keajaiban, maka tidaklah mungkin terjadi.
Apakah itu karena pengaruh alkohol?
Atau karena pengaruh aroma yang ada?
Atau mungkin itu karena daya tarik ajaib yang dimiliki oleh bangsawan penggoda ini?
Ferid berkata.
“Nah, ceritakanlah padaku, kisah heroikmu yang hanya diketahui olehmu. Sebenarnya, apa yang kamu lihat di medan peperangan itu ....”
Bermula dari pertanyaan itulah, Crowley membuka mulutnya.
Mulut yang berkisah tentang pemandangan, yang terbentang luas di dalam mimpi buruknya.
Mimpi buruk yang dilihatnya setiap hari.
Tuhan kepercayaannya yang menghilang. Lalu, pertemuannya dengan setan yang sesungguhnya. Kisah tentangnya, di medan peperangan itu.