Bagian 1
—Di atas Underwood. Citadel Kuno Vampire
Udara di kota kuno itu dipenuhi dengan rasa kekosongan dan partikel-partikel debu.
Meskipun struktur-struktur batunya jelas-jelas terabaikan untuk waktu yang sangat lama, struktur ini tidak dimakan cuaca dan itu mungkin karena kekkai yang menghalangi Citadel dari dunia luar.
Dan yang terjadi di sisi lain dari panggung Game yang kebanyakan tidak diketahui, selama masa gencatan senjata…
Di sepanjang halaman tertutup panjang1 yang memanjang dari pintu kastil hingga ke ruang tahta.
Suara riang seorang gadis muda menggema di Istana Kuno Vampir yang seharusnya sama sekali tidak ada siapapun.
"Yang Mulia—! Di mana kau berada—?!"
Seorang gadis berambut hitam menghentakkan langkahnya terus menerus untuk mencari-cari saat dia menaiki tangga halaman tertutup.
Mengenakan pakaian terusan hitam tanpa lengan, sehelai jaket pendek juga terikat pada pinggangnya. Sekilas, dia hanya terlihat sebagai gadis yang manis, tapi menggantung dari sabuk kulit di pinggangnya, terdapat beberapa belati yang memancarkan perasaan menyeramkan di sekitarnya.
"Yang Mulia—! Oji-san—! Game-nya masuk masa gencatan senjata, apa yang harus kita lakukan selanjutnya—!"
Memanjat ke puncak tangga tersebut yang berada di permulaan halaman tertutup dan di atas titik balik platform, dia berteriak dengan seluruh udara yang ada di paru-parunya.
"YANG MULIA—! MULIA MULIA MULIA MULIA MU—LI—AAAAA!"
Meskipun suara kekanakan yang terdengar jernih seperti denting bell itu terus menggema di sekitar halaman tertutup tersebut, orang yang dia cari tidak membalas.
Gadis itu melemparkan rambut hitam yang berkilau saat dia bibir kecilnya cemberut, kelihatannya dia juga sedikit marah saat dia menggembungkan kedua pipinya
Pada saat itulah, sebuah suara terkekeh masam terdengar dari arah ruang tahta.
"Rin, Yang Mulia sudah pergi untuk mengawasi situasi di luar Citadel belum lama ini."
Menelusuri serambi taman tertutup yang berlanjut membentang ke jantung istana tersebut, dapat terlihat seorang wanita yang berdiri di ruang tahta yang sedang bermandikan cahaya bulan, sementara wajahnya ditutupi tudung jubah panjangnya dan di tangannya terdapat [Golden Harp].
Gadis yang dipanggil dengan nama Rin itu berbalik untuk melihat wanita berjubah itu saat dia menautkan jemarinya di belakang punggung.
"Oh, jadi begitu. Kalau begitu hanya aku dan Aura yang sedang menjaga rumah?"
"Itu benar… Tapi meskipun begitu, kita masih bukan Host dari game ini dan tidak harus terikat dengan sumpah untuk melakukan gencatan senjata. Yah, perintahnya adalah untuk memimpin suku Titan sehingga perangnya segera terjadi kurasa, jadi mari istirahat dengan tenang dan simpan tenaga kita untuk saat ini."
Wanita yang berpakaian jubah panjang itu—yang dipanggil Aura, menutup mulutnya dengan sopan saat dia terus tertawa kecil. Rin menganggukan kepalanya dengan bersemangat saat dia melintasi pintu keluar masuk besar yang menuju ke ruang tahta.
Langit-langit yang berbentuk kubah setengah bola itu dibuat dengan menggunakan kristal yang membuat cahaya bulan tersaring masuk. Dan tahta itu berdiri pada jantung ruangan ini.
Dan duduk di atas tahta tersebut adalah [Host] Game ini — Leticia Draculea.
"Hei, Aura. Bagaimana kondisi si pirang ini?"
"Masih belum sadarkan diri dan mungkin dia akan tetap seperti itu selama berlangsungnya game ini," Aura membalas sambil mengangkat bahunya.
Dengan suara kaki yang bersinggungan dengan permukaan tanah, Rin bergegas menuju tahta dan membungkuk di atas Leticia yang sedang duduk di atas tahta meskipun dia sedang kehilangan kesadaran.
"Kalau dipikir-pikir, si pirang ini… benar-benar manis. Bena-benar tidak dapat dipercaya bahwa gadis semanis ini sebenarnya adalah seorang Raja Iblis~"
Mata Rin berbinar-binar dengan rasa ingin tahu saat dia menatapi Leticia.
Leticia mengenakan satu stel pakaian yang berbeda. Sehelai gaun hitam formal yang berbeda dari seragam pelayan yang dia pakai saat ditangkap. Dengan kedua pergelangan tangan dan kaki yang dibelenggu rantai ke tahta. Daripada mengatakan dia adalah seorang raja iblis, dia lebih terlihat sebagai seorang tahanan.
Rin perlahan-lahan mengulurkan tangannya pada si cantik berambut keemasan yang berkilauan di bawah cahaya bulan.
Tapi pada saat itu juga, sebuah suara dari belakangnya segera menghentikannya.
"—Tahan, Rin. Raja Iblis itu semacam umpan. Menyentuhnya akan membuatmu menjadi targetnya juga."
Ujung jemari Rin mengejang tapi dengan segera berhenti


Membawa sedikit kesan anak kecil dalam suaranya, suara tersebut pastilah berasal dari seorang anak muda.
Rin segera berbalik mirip seperti refleks alamiah seekor kucing yang merasakan kedatangan pemiliknya.
"Yang Mulia! Dan Occhan!"
"Jangn ribut, Rin. Kau tidak perlu bersuara sekeras itu supaya aku mendengarmu!"
Mengikuti seruannya, sebuah suara serak yang sepertinya berasal dari orang tua yang berdiri dalam bayangan serambi halaman tertutup itu membalasnya. Karena bayangan serambi halaman tertutup itu menutupi sosok tersebut, menjadikannya sulit untuk melihat raut wajah ataupun menerka jenis kelamin orang itu, dan satu-satunya hal yang dapat diketahui adalah orang tersebut sangatlah tua.
Anak muda yang dipanggil Yang Mulia, dengan sepatunya yang berkeletak-keletak di tanah, melangkah menuju ruang tahta dan berhenti di depan Aura dan Rin.
Terlihat berusia sekitar sepuluh tahun dengan tambahan satu atau dua tahun, aura kebangsawanan yang memancar dari dirinya sesuai dengan julukan yang diberikan padanya: "Yang Mulia". Akan tetapi, pakaian formalnya terlihat seperti dikenakan pada tubuhnya tanpa terlalu mempedulikan kerapihan.
Dari caranya berpakaian dan ciri-ciri unik rambut putihnya yang mencuat di kedua sisi kepalanya, dapat terlihat sisi kekanak-kanakan dirinya.
Pada saat yang sama, iris matanya yang berwarna keemasan menyala begitu saja seakan memancarkan kesan kebijaksanaan yang terlihat tidak sesuai dengan usianya.
Anak muda yang dipanggil dengan 'Yang Mulia' itu melirik ketiga orang tersebut secara bergantian untuk memastikan situasi saat ini.
"Aura, Rin. Apakah kalian telah mendengar bahwa game sedang berada dalam gencatan senjata?"
"Tentu saja."
"Maka ini akan membuatnya lebih mudah. Aku ingin kalian mengambil kesempatan ini untuk melancarkan serangan pada [Underwood] dengan suku Titan, jadi dengarkan baik-baik. Saat pasukan utama musuh hancur, temukan kesempatan untuk menginformasikanku. Ada pertanyaan?"
"Aku!"
Rin secara berlebihan mengangkat tangannya dengan jari-jari yang menegak untuk menegaskan maksudnya.
Sekalipun pertanyaan si anak muda itulah yang menyebabkan tanggapan ini, Yang Mulia kelihatan tidak senang saat dia mengerutkan alisnya.
"……Rin. Aku tidak merasa bahwa dalam penjelasan singkat operasi perang ini ada hal yang membingungkan."
"Nn! Aku hanya ingin memastikan sesuatu. Operasi perang yang baru saja kau katakan tadi intinya adalah [Hancurkan pasukan utama peserta musuh] 'kan? Jika pesertanya tidak bubar tapi melarikan diri bersama, lalu apa yang harus kami lakukan?"
Yang Mulia mengeluarkan suara *Uu~* saat dia terbungkam sesaat. Pertanyaan Rin tidak disangka tepat sasaran dan membuatnya terkejut.
Yang Mulia menyadari kesalahannya karena telah tidak secara jelas memberikan perintahnya sebelum kemudian dia melanjutkan.
"Maaf soal itu, ini adalah kesalahanku karena tidak mengatakannya dengan cukup jelas. Kalau ada peserta yang melarikan diri, biarkan saja mereka. Tujuan utama kita adalah menganggu penobatan [Floor Master] yang baru. Dan karena itulah tidak masalah untuk menghancurkan [Underwood] saja."
"Oh, aku mengerti! Kalau begitu, bagaimana jika para peserta menyatukan diri untuk menghadapi para Titan bersama-sama?"
"Mustahil."
Yang Mulia segera membalas. Itu adalah jawaban cepat tak terduga yang membuat Rin mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali.
Tapi melihat bagaimana tuannya telah menjawab nada yang begitu yakin, Rin memutuskan untuk memberi jawaban riangnya sendiri:
"Nn. Karena Yang Mulia berkata begitu, aku akan mengikutinya saja."
"Nn. Percaya saja padaku."
"Tapi, ngomong-ngomong… Kenapa aku tidak bisa menyentuh gadis berambut pirang ini?"
Rin menunjuk pada Leticia sambil cemberut tidak puas. Ekspresinya mirip seperti anak kucing yang mainannya dirampas dengan kejam darinya.
Yang Mulia menggelengkan kepalanya tidak setuju dan dengan rambut putihnya, yang dapat dikatakan merupakan ciri khasnya, juga berayun dengan gerakan kepalanya.
"Cukup. Jangan menyentuhnya dan semua akan baik-baik saja. Bukankah kau pernah mendengar pepatah yang mengatakan 'Keingintahuan membunuh kucing' sebelumnya?"
"……Benarkah? Sayang sekali," Rin mengulum jari saat bahunya turun karena kecewa.
Aura yang berdiri di satu sisi saat dia menyaksikan keseluruhan senda gurau antara kedua anak muda itu di hadapannya, menahan tawa saat dia membuka mulut untuk mengarahkan percakapan itu kembali ke topik utama.
"Baiklah kalau begitu. Yang Mulia, Rin dan aku akan turun ke daratan. Sedangkan untuk Citadel ini, kami akan menyerahkannya padamu dan dia— Graiya. Apa itu tidak masalah?"
"Nn. Gra-Ojichan, kau sebaiknya jawab membalas juga."
Di bawah desakan Yang Mulia, Aura mengalihkan tatapannya ke taman tertutup. Dan yang terdengar dari bayangan-bayangan tersebut adalah sebuah balasan yang sama sekali berbeda dari suara serak orang tua yang menjawab sebelumnya. Terdengar lebih mirip seperti geraman rendah hewan buas.
"Aku mengerti… Tapi Yang Mulia, ada sesuatu yang menggangguku."
"Apa itu?"
"Mengenai [No Name] yang telah mengalahkan [Black Death Demon Lord]……Aku mendengar rumor bahwa mereka telah melengkapi bentuk dari [Genome Tree]."
Mendengar kabar tersebut, mata Yang Mulia melebar sebesar tatakan cangkir dan rasa terkejutnya membuatnya terdiam sesaat.
"……Apakah sumber berita tersebut dapat dipercaya?"
"Itu hanyalah rumor yang kudengar. Tapi jika ini memang benar, maka itu akan menjadi situasi yang patut diperhitungkan."
"Jadi, bagaimana niatmu menghadapi hal tersebut?" dia menambahkan.
*Hmm~*. Yang Mulia hanyut dalam pikirannya saat dia meletakkan tangannya pada sudut mulutnya untuk berpikir beberapa saat sebelum menjawab.
"……Tidak. Jangan lakukan apapun tentang hal itu untuk saat ini. Sekalipun benar itu adalah benda yang sebenarnya, pergantian kepemilikannya seharusnya baru terjadi dalam beberapa tahun ini dan tidak akan menjadi ancaman besar untuk saat ini. Terlebih lagi informasinya masih belum dikonfirmasi."
"Ya."
"Tapi jika si pemilik [Genome Tree] muncul di hadapanmu, silakan kerahkan segenap kemampuanmu untuk mendapatkannya. Dalam skenario terburuk, bahkan sekalipun harus mengorbankan rencana tempur, kita harus mendapatkan benda tersebut."
"Ya ampun. Apakah itu akan benar-benar berjalan dengan baik?"
"Tidak apa-apa. [Genome Tree] sudah jelas seberharga itu. Sebagai perbandingan nilainya, satu atau dua [Underwood] bahkan tidak akan dapat menyamainya. Kita harus mendapatkannya sekalipun kalian harus membunuh pemiliknya saat ini," Yang Mulia memberikan pernyataan tersebut dengan nada penuh tekad.
Mulut Aura berkedut menjadi seulas senyuman menawan saat dia menganggukkan kepalanya.
"Baik. Aku juga berencana untuk mencoba kekuatan dari trofi perang kecilku…… Hehe, sepertinya aku akan bisa melakukan percobaan kali ini juga."
"Trofi perang?"
Rin melihat Aura dengan penasaran saat dia mengeluarkan sebuah kartu Gift berwarna hijau kebiruan yang menunjukkan Gift yang dia curi dari [Underwood].
"—[The Death Eye of Balor]. Dikatakan bahwa ini adalah mata magis terkuat yang memiliki kekuatan untuk melepaskan gelombang kematian dan merupakan warisan bagi ras Titan. Jadi, biarkan aku menggunakan benda ini untuk menghancurkan [Underwood] untukmu."

Bagian 2
—[Kota Bawah Tanah Underwood] Pusat Penanganan Medis Darurat
Mengingat bahwa sebenarnya pusat penanganan medis darurat ini dibentuk secara terburu-buru, yang mengalami cedera ditempatkan secara berdesakan ke tempat yang kecil dan sempit.
Dengan enam puluh persen bangunan pemukiman yang terbakar, mereka hanya dapat mengatur yang terluka untuk berbaring secara bersisian.
Untungnya, pekerjaan memadamkan api telah selesai dengan cepatnya. Semua berkat Pohon Air besar dan sungai yang mengalir keluar kota, sehingga proses memadamkan apinya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.
Tapi apa yang membuat semua orang merasa senang adalah kenyataan bahwa semua Demonic Beast, yang merupakan kloning dari tubuh Naga, juga telah lenyap sepenuhnya.
Angin ribut yang dibuat oleh naga raksasa itu telah menyapu semua Demonic Beast besar ke atas dan kembali ke tubuhnya. Karena game telah memasuki tahap Masa Penangguhan, naga raksasa tersebut juga harus menarik kembali kloning-kloningnya.
Tapi jika dilihat dari sudut pandang lainnya—Hanya dengan sebuah tindakan si naga raksasa yang mengambil kembali kloningnya,  dapat menyebabkan suku Titan dan [Underwood] hampir tersapu habis. Naga raksasa itu memiliki kekuatan sebesar itu.
Bahkan di dalam Little Garden, dunia para dewa, hal tersebut masih dilihat dan dianggap sebagai [Strongest Class]—Kelas Terkuat dari semua spesies.
Sesuai dengan julukan Raja Iblis, hanya dengan menggeliatkan tubuhnya, naga itu memiliki kekuatan untuk menghancurkan sepenuhnya semangat para peserta.
Sementara itu, [No Name] berkumpul di Pusat Penanganan Medis Darurat untuk memastikan kondisi masing-masing.
Setelah memasuki Masa Penangguhan selama sekitar lima belas menit, Izayoi, Kuro Usagi, Asuka, dan yang lainnya berhasil berkumpul…… Akan tetapi, bahkan setelah berkeliling mencari-cari, Kasukabe Yō dan Leticia masih menghilang.
"…….Ini perkiraanku. Bahkan setelah mencari-carinya begitu lama dan kita masih belum menemukannya, kurasa lebih baik menyimpulkan bahwa Kasukabe, begitu pula dengan Leticia, pastilah terjebak dalam keadaan yang tidak biasa."
"Tapi……Tapi Kasukabe-san dapat terbang di langit. Aku tidak berpikiran bahwa dia akan berada dalam masalah."
"Nona Besar, itu malah jadi sebaliknya. Kasukabe dapat terbang di langit kelima inderanya juga sangat tajam tapi dia tidak dapat bergabung dengan kita. Ini hanya bisa berarti bahwa ada alasan yang penting."
Izayoi menggunakan nada yang serius, yang merupakan hal langka darinya, untuk menguraikan penjelasannya. Asuka menarik napas dalam-dalam mencoba menyembunyikan kekhawatiran dan keterkejutannya, tapi hal tersebut masih nampak pada wajahnya.
"Kalau dipikir lagi, apakah benar bahwa Leticia ditangkap?" Memalingkan wajah untuk menghadap wajah Izayoi sekali lagi, dia sepertinya ingin memastikan ulang situasinya.
"Nn. Dan Game ini adalah Gift Game yang diadakan oleh Leticia—[Draculea Demon Lord]."
Izayoi mengeluarkan sebuah Geass Roll hitam dari seragam sekolahnya — [SUN SYNCHRONOUS ORBIT in VAMPIRE KING], dan membaca keras-keras isinya.
Setelah mendengar isinya, Asuka menggelengkan kepala dengan ekspresi kebingungan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
"……Isinya benar-benar parah."
"Yah, setidaknya tidak sampai seperti itu, gamenya dibentuk dengan sangat baik. Setelah itu, kita hanya perlu bertanya pada Kuro Usagi untuk memastikan beberapa hal……"
"Izayoi-san! Asuka-san! Aku sudah mendapat kabar tentang keberadaan Yō-san!"
"Benarkah?"
"YES……tapi situasinya terlihat buruk.
Ekspresi kesedihan dan keseriusan mendalam terlihat muncul di wajah Kuro Usagi.
Di lengannya, dia sedang menggendong Kucing Calico yang tidak sadarkan diri dengan banyak goresan di tubuhnya. Meskipun Izayoi dan Asuka tidak tahu apa yang telah terjadi, mereka masih dapat mengira-ngira betapa parah situasinya dari ekspresi Kuro Usagi dan kondisi Kucing Calico.
Mengalihkan tatapannya kembali pada Kuro Usagi, Izayoi mengajukan pertanyaan yang tepat dan langsung:
"…..Bagaimana dengan Kasukabe?"
Ekspresi Kuro Usagi menjadi semakin murung dan telinga kelincinya lunglai saat dia menjawab:
"Menurut para saksi mata,…… Yō-san ingin menyelamatkan anak yang tertangkap oleh Demonic Beast……"
"Mengejar Demonic Beast dan anak yang terbang ke langit saat mereka diambil kembali oleh tubuh utama."
Laporan Kuro Usagi dan Jin membuat Izayoi dan Asuka menarik napas terkejut.
Sedikit dari mereka mengangkat kepala ke langit. Tatapan mereka menelusuri citadel yang muncul bersama dengan naga raksasa yang melayang-layang di langit yang jauh.
"Maksudmu…… Kasukabe-san telah pergi ke Citadel itu sendirian?"
"……ya."
Wajah Asuka memucat sementara Izayoi yang berdiri di sebelahnya tidak menyembunyikan rasa frustrasi dan kekhawatirannya saat dia mengeluarkan suara decak lidah yang keras.
Tidak peduli betapa kuat Gift-nya— [Flight] bukanlah sesuatu yang dapat dia lakukan.
"……Kuro Usagi, kalau itu benar, maka orang-orang yang tersapu angin seharusnya tidak hanya Kasukabe, 'kan? Jadi apa yang Komunitas lainnya rencanakan?"
"Tentang itu, mereka akan melakukan diskusi dengan Aliansi [Draco Greif] secepatnya. Menurut kabar yang Kuro Usagi kumpulkan lewat telinganya, sepertinya juga masih ada sosok penting dari Aliansi [Draco Greif] yang saat ini masih belum ditemukan. Jika berjalan lancar, Kuro Usagi memperkirakan bahwa mereka mungkin akan membentu tim penyelamat besok."
"……Oh? Orang penting dalam asosiasi, ya…… Pantas saja mereka mengambil tindakan secepat itu."
Izayoi menggumam pelan tapi tidak bertanya lebih lanjut.
Kasukabe Yō dan Leticia. Kehilangan satu-satunya dua rekan mereka yang dapat terbang, grup [No Name] hanya dapat menatap Citadel Kuno yang sedang mengapung di langit dengan rasa frustrasi dan cemas.

Bagian 3
—Di atas [Underwood]. Citadel Kuno Vampire. Dinding Luar
Hampir tidak ada tempat yang tersisa untuk didatangi sekarang. Kasukabe Yō bersandar pada dinding luar Citadel yang tua dan usang terkikis parah oleh cuaca saat dia mencoba beberapa kali menarik napas dalam-dalam untuk menyesuaikan irama napasnya. Akan tetapi, saat dia mencoba untuk menarik napasnya, muncul sebuah suara sesuatu yang sedang merangkak melintasi puing-puing dari dinding luar yang perlahan-lahan mendekat ke arah mereka.
"Uu...Monster itu lagi……."
Yō segera mundur menjauh saat dia merasakan kehadiran musuh yang sedang mendekat.
Sebuah bayangan hitam yang menghasilkan suara menjijikkan dari sesuatu yang licin dan basah bergerak melintasi puing-puing dan perlahan-lahan mendekat. Makhluk itu yang kelihatannya sedang berpatroli di pinggiran Citadel adalah sesosok monster berwarna merah gelap dan hitam yang sepertinya merupakan gabungan gumpalan darah dan lumut.
Monster berbentuk humanoid ini bergerak dengan cepat tapi pertahanan tubuhnya lemah. Ancaman dari satu monster bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan.
Akan tetapi, jika beberapa ratus bersama-sama, maka situasinya akan menjadi sangat berbeda.
Terlebih lagi, yang sedang dia lindungi di belakang punggungnya bukan hanya Kirino.
Tapi ada sekitar selusin atau lebih peserta yang terluka dan anak-anak yang tertangkap Demonic Beast dan beberapa dari mereka sedang berada di belakangnya sekarang.
"Di manakah kita dapat bersembunyi untuk sementara ini?!"
"Di sini. Di sini pasti bisa!"
Orang-orang segera bergegas bersembunyi di balik reruntuhan yang Kirino tunjukkan, yang tepat berada disamping dindin Luar. Mendorong minggir puing-puing yang berserakan, Yō memimpin anak-anak untuk bersembunyi di sebuah celah yang menuju lubang di bawah reruntuhan, sebelum duduk di bagian pintu masuknya untuk menyembunyikan semua orang di belakangnya.
Yō akhirnya menemukan waktu untuk menenangkan napasnya dan dia melihat ke penghuni [Underwood] yang ada di belakangnya.
"……Semua baik-baik saja di situ?"
"Ah… Nn."
"Yep. Kami masih hidup berkat usahamu, nak."
Kirino dan seorang sesepuh Beastman mengungkapkan rasa terima kasih mereka.
Sama seperti Kirino, mereka semua terbawa ke sini saat naga raksasa itu mengambil kembali kloning-kloningnya dan mereka kebetulan berada dalam cengkeraman Demonic Beast saat itu terjadi. Tapi mereka ditinggalkan begitu saja di pinggiran Citadel Kuno. Sebenarnya, kehilangan nyawa mereka dalam situasi seperti ini tidaklah terlalu mengejutkan, tapi karena sedang dalam Masa Penangguhan, sang Host tidak akan dapat menghalangi para peserta. Karena itulah, mereka diturunkan dengan selamat.
Di samping Yō sendiri, total jumlah orang yang berhasil ditemui ada tujuh. Dan di antaranya, enam orang adalah anak-anak yang jauh lebih muda daripada Yō.
Tapi saat ini, mereka sekarang sedang tertekan karena musuh yang sedang berpatroli di luat dinding Citadel dan terpojok.
[……Benar-benar menyulitkan. Kalau hanya Kirino sendirian, aku masih dapat membawa dia dan lari. Tapi dengan segini banyak, sudah jelas melampaui batas beban yang dapat kubawa. Sekalipun aku berjuang keras, tiga dari mereka tetap adalah batasannya.]
Dia telah memperkirakan bahwa ada yang lain terbawa ke sini juga.
Tapi dia tidak mengira bahwa akan ada musuh yang mengintai di bagian pinggir tembok Citadel yang akan menyerang mereka.
[Kami saat ini berada di tenga-tengah Masa Penangguhan dan monster-monster berwarna hitam kemerahan itu masih berani untuk menyerang kami. Dengan kata lain, mereka tidak terpengaruh oleh Host…… Mungkinkah monster-monster ini hanya menghuni area ini dan bukan monster bagian dari game?]
Keringat bercucuran di keningnya dan sinar matahari memantul, membuatnya seperti kristal-kristal yang berjatuhan ke tanah saat Yō dengan cepat mengatur pikirannya.
[Aku harus memastikan situasi saat ini terlebih dahulu.] Yō mengamati dari celah pada struktur tempat di mana mereka sedang bersembunyi untuk melihat tempat di sekelilingnya.
[……Tidak. Itu juga kelihatan aneh. Pertama-tama, Citadel ini pasti awalnya adalah area Komunitas Vampire atau semacam itu. Seharusnya tidak ada monster yang terlihat seperti gabungan antara lumut dan sampah tanaman yang berkeliaran di sekitar Citadel 'kan?]
Sebagai tambahan, ini adalah sebuah tempat yang tingginya hampir beberapa ratus meter dari tanah di atas langit. Jika monster-monster itu sejak awal tinggal di sini, maka itu akan menjadi masalah yang berbeda, tapi karena mereka menyebar dalam jumlah yang begitu banyak di dalam reruntuhan kastil, sepertinya itu bukanlah penjelasan yang masuk akal.
Yō sedang mengurutkan semua jenis kemungkinan tentang asal-muasal musuh.
Tepat saat itulah, dia mendengar Elder Beastman yang memiliki telinga kucing yang bulunya berantakan bergumam di belakangnya:
"Tanaman jenis itu……mungkin adalah jenis parasit."
"……Nekomimi Oji chan, kau tahu sesuatu tentang itu?"
"Yep, tidak salah lagi. Sepertinya bagian yang mirip lumut itu adalah sporanya. Mereka seharusnya adalah semacam jamur yang memanfaatkan bahan biologis lainnya atau bangkai sebagai tempat persemaian untuk bertumbuh."
"Oh? Seperti tōchūkasō2?"
"Nn. Kau benar. Karena kemiripannya, dia dinamai sebagai [tōjūkasō ]. Tanaman aneh juga muncul di [Underwood] pada masa lampau."
"Begitu……" Yō membalas singkat.
Karena ini adalah semacam jamur, maka sporanya telah terbang melayang ke area ini. Karena monster tersebut dapat melekat pada inangnya sebagai sebuah parasit, dia juga dapat terbw oleh burung-burung.
"Yah, cara berpikir itu membuat semuanya pas…… Terima kasih, Ojichan."
"Bukan apa-apa. Masalah kecil ini bukan apa-apa dibanding dengan hutangku padamu karena telah menyelamatkan nyawaku. Ngomong-ngomong, jangan panggil aku Ojichan. Namaku adalah Garol Gundark dari [Six Scars]."
Garol Gundark tertawa dan telinga kucing berbulu berantakannya juga bergerak saat dia tertawa.
Kirino yang sedang mendengarkan dari samping mulai berkedip beberapa kali mendengar nama tersebut.


"Garol dari [Six Scars]…… Mungkinkah…Mungkinkah anda adalah pemimpin dari [Six Scars], Garol-dono!"
"……Kalian kenal satu sama lain?"
"Bukan, ini bukanlah masalah saing kenal atau bukan. Saat membicarakan tentang [Bakeneko Garol]3, hanya ada satu yang menjadi anggota pendiri Aliansi [Draco Greif]! Dan dia adalah sosok terkenal yang telah bertarung bersama Draco Greif untuk melindungi kedamaian di Sisi Selatan!"
"OiOi, sudah berapa lama itu? Itu semua sudah lama berlalu. Aku saat ini hanya seorang Penjaga biasa dari kotak penyimpanan emas Aliansi." Garol-dono mencoba untuk rendah hati tapi tetap tertawa terbahan-bahak.
Menurut Sala, [Six Scars] adalah sebuah Komunitas di dalam Aliansi yang berfokus pada perdagangan. Dan pasti itulah juga alasannya mengatakan dia adalah penjaga kotak penyimpanan.
Yō menatap wajah riang Garol dan telinga kucingnya beberapa saat sebelum keceplosan sedikit:
"Bakeneko dan penjaga yang mengawasi kota penyimpanan…….Maneki Neko?"
"Eh……?!"
"AhHahahaha! Nak, kau benar-benar orang yang menarik! Jika seekor kucing tua sepertiku bahkan dapat mencapai standar mampu memberikan kedatangan pelanggan tanpa henti, aku akan benar-benar kaya!"
Kirino kebingungan tapi Garol hanya memukuli lututnya saat tertawa tak terkendali.
Mungkin dia tertawa terlalu keras karena setelah dia segera membungkuk mencengkeram lukanya dan bergumam "Aduh.".
"……Oh iya. Aku belum menanyakan nama kalian, nona-nona."
"Sa…Saya Kirino dari [Underwood]."
"Kasukabe Yō, siap melayani, Garol-dono."
Kirino dan Yō mengangguk hormat padanya saat menyebutkan nama.
Mendengar perkanalan nama mereka, otot di bawah mata Garol mulai berkedut hebat.
"—Kau bilang tadi Kasukabe?"
"Nn……Apa ada masalah?"
"Ah……bukan, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, kembali ke topik pembicaraan, apa yang sebaiknya kita lakukan dalam situasi saat ini? Sayangnya, kakiku telah terluka dan selain melakukan beberapa trik, tidak ada lagi yang bisa kulakukan."
"Nn…….Itu sangat disayangkan."
"Ya……menggunakan trik untuk menakut-nakuti tanaman sepertinya tidak terlalu berguna 'kan……"
Melihat bagaimana mereka berdua bercanda, Kirino juga bergabung dengan menyahutinya meskipun merasa sulit.
Tapi situasi saat ini suram. Alasan dari lelucon kecil Yō dan Garol  pastilah untuk menenangkan anak-anak lainnya dan tidak menambahkan ketegangan yang lain.
[Tapi kalau dipikir-pikir, tōjūkasō dapat hidup pada bangkai…… Kalau begitu mungkin inang dari jamur itu adalah——?]
Tepat saat Yō kembali memproses pikirannya untuk merencanakan tindakan selanjutnya——
Gaya jalan berlendir makhluk-makhluk itu yang tadinya terus menerus terdengar selama ini, tiba-tiba berhenti pada saat yang bersamaan.
Meskipun Yō mengangkat kepalanya dengan segera, sudah sangat terlambat saat dia menyadari arti dari fenomena aneh tersebut.
"……Sial."
"Eh?"
"Kita terkepung! Semuanya, bersiap lari—!"
—*Klunk! Bam!* Sesuatu terbang dari jendela-jendela. Berbalik untuk melihat, berdirilah sesosok tōjūkasō berbentuk manusia yang dengan perlahan mengangkat leher berbentuk sabitnya ke arah mereka.
Saat mata mereka bertemu, jerit ketakutan anak-anak menggema di reruntuhan itu.
Bertindak dengan segera tanpa takut, Yō menghancurkan bingkai hitam kemerahan musuh dengan tendangannya dan mengambil kesempatan itu untuk mendobrak reruntuhan saat dia berseru pada mereka:
"Cepat! Lari!"
"Ba…baik!"
Di bawah pengarahan Yō, anak-anak tersebut menyusuri dindin luar Citadel saat berlari.
"Maaf soal ini, tapi terima kasih Kirino-chan."
"Bukan apa-apa! Kita sebaiknya bergegas menyusul yang la—"
"—PUGYAAAAAaaa!"
Kirino dan Garol menolehkan kepala mereka dengan cepat untuk melihat ke belakang mereka.
Untuk melihat……Sejumlah tōjūkasō yang meluncur ke udara saat mereka mengincar anggota kelompok yang terluka. Tapi pada saat yang sama, Yō sepertinya berselancar di udara untuk menempatkan dirinya di hadapan Garol dan Kirino sambil mencambukkan angin puyuh untuk menangkis serangan mereka.
"Yō, Yō-san……!"
"Menyeramkan……mereka benar-benar tangguh dan mengesalkan!"
Menjulurkan tangannya untuk menambahkan gerakan memutar, Yō mengirim para penyerang tersebut terbang ke dinding dan mengambil kesempatan kelumpuhan sesaat mereka untuk menghancurkan kantong jamur tersebut.
Mungkin melihatnya sebagai kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan, tiga tōjūkasō lainnya melontarkan diri mereka sendiri ke arah punggung Yō yang tak terjaga. Dua yang pertama melekatkan diri mereka ke lengan Yō sementara tōjūkasō yang lain menghempaskan sepotong puing yang hampir sebesar manusia ke arah Yō.
Menggunakan tenaganya yang besar, Yō mengayunkan lengannya yang dilekati tōjūkasō untuk menghadapi proyektil yang mendekat, menghancurkan kantong jamur mereka karena benturannya.
Dan sebelum satu yang tersisa dapat melakukan gerakan selanjutnya, Yō telah mengirimkan satu tinju yang tepat menembus dadanya.
Keseluruhan aksi bertahan dan menyerang itu berlangsung hanya dalam waktu beberapa detik dan gaya bertarung Yō yang terang-terangan dan apa adanya menyebabkan raut wajah terkejut dan keheranan di wajah Garol.
"Itu…Itu sangat hebat. Yō-san, kau jelas bukan sekedar orang biasa……! Kantong jamur tōjūkasō itu sekeras logam. Bisa dengan mudah menghancurkannya dengan pukulanmu……Apa kau benar-benar manusia?"
"Nn. Secara DNA, aku manusia."
"Hah?"
Garol-dono menelengkan kepalanya ke satu sisi.
Yō tersenyum miris saat dia berniat untuk melontarkan sedikit lelucon, tapi sepertinya yang lain tidak memahami candaan tersebut.
[……Tapi, memang aneh. Karena aku juga dapat mengatakan bahwa lawan di sini tidaklah lemah.]
Melirik bangkai dari tōjūkasō, Yō memiringkan kepalanya secara skeptis. Semua lawan di sini sudah jelas tidaklah lemah.
Di antara semua musuh yang telah dia hadapi sampai saat ini, level dari tōjūkasō ini dapat dikatakan sekitar setingkat dengan manusia harimau [Fores Garo]— sosok Iblis Galdo Gasper.
Dan sekarang dia baru saja menghancurkan tiga belas makhluk selevel itu tanpa tergores sedikit pun. Jika dia menjelaskan situasi ini sebagai dirinya yang dalam keadaan puncak, peningkatan pesat kemampuannya ini memang sangatlah aneh.
[Mungkinkah aku telah berteman dengan seekor Eudemon kuat tanpa menyadarinya…]
Yō memiringkan kepalanya ke satu sisi saat dia berpikir keras, tapi tetap saja, dia tidak dapat menemukan jawabannya.
Namun, kenyataan tidak memberinya waktu luang lebih untuk memikirkannya secara mendalam atas hal tersebut karena jerit ketakutan anak-anak terdengar dari jauh.
"Kyaaa!"
"Uu…Oh, tidak—!"
Yō mendecakkan lidahnya saat berbalik. Anak-anak yang melarikan diri tadi sekarang sedang diserang.
Dengan nada yang gelisah, Yō berteriak kepada dua dari mereka:
"Ketatkan gigimu dan bersiaplah!"
"Apa?"
Kirino dan Garol menelengkan kepalanya dengan kebingungan.
Tidak menyempatkan waktu untuk menjelaskan, Yō mengangkat tangannya untuk melepaskan angin puyuh yang mengangkat mereka.
"Ah……Wa!"
"Woaaaaah! Yō, Yō-san! Bukankah ini Gift dari Gryphon?! Bagaimana kau bisa……"
"Berhenti bicara, kau akan menggigit lidahmu!"
Nada bicara Yō terdengar tidak biasanya kasar dan terganggu, itu adalah bukti bahwa situasinya begitu mendesak dan menekan.
Dengan cepat berbalik, Yō melesat di sepanjang dinding luar. Bagaimanapun juga, menjadi waspada karena jeritan anak-anak itu, sudah jelas berarti bahwa serangan telah dimulai dan dia mungkin sudah terlambat satu langkah.
Skenario terburuk muncul di benaknya dan Yō tidak dapat menghentikan keringat dingin yang terbentuk di punggungnya. Tapi sebuah suara yang akrab menstimulasi gendang telinganya saat dia mendekat.
"—YAFUFUFUFUuuuuuu!"
Tepat saat itu, sebuah ledakan udara panas menyapu di area tersebut.
"Suara barusan…… Mungkinkah……?!"
Yō berbelok ke kiri di persimpangan antara dinding luar dan reruntuhan Citadel, dan sebuah hembusan keras udara panas melewati pipinya.
Dan di hadapannya, yang sedang menunjukkan kekuatannya adalah si Hantu Labu—Jack-O'-Lantern.
Jack menggunakan telapak tangannya yang besar untuk menghancurkan musuh yang telah hangus sambil memimpin anak-anak dengan tawa lantang dan terbahak-bahaknya.
"Yahohoho! Walaupun aku tidak dipanggil, aku, Jack memutuskan untuk muncul di sini! Anak-anak, kalian baik-baik saja 'kan?!"
"Y…Ya!"
"Senang mendengarnya! Aku akan menahan mereka ini, jadi cepatlah lari ke reruntuhan di sebelah sana!"
"Yahohoho!" Jack tertawa keras saat dia mengayunkan lampu dengan kedua tangannya untuk menyebarkan lidah api neraka ke segala arah. Anak-anak yang hampir terkena apinya, segera berlari secepat mungkin dan saling berlomba untuk sampai di tempat aman di reruntuhan tersebut.
Ayesha yang naik di atas kepala Labu Jack, menegaskan dengan suara rendah:
"Mereka semua sudah ke tempat persembunyian, Jack-san."
"……Baik."
Suara riang Jack telah semakin bersungguh-sungguh.
Pada saat yang sama, level spiritual Jack mulai meluas dan membengkak.
Pendaran mantap di lubang yang merupakan matanya juga berubah. Pada saat itu, api yang berada di Kepala Labu tersebut adalah sebuah api kemarahan yang siap untuk membakar semua musuhnya menjadi ketiadaan.
"—Beraninya kalian mencoba memakan anak-anak ini bahkan setelah melihat bendera [Will-O'-Wisp]. Benar-benar bodoh dan begitu kurang ajar. Kelihatannya kalian tidak tahu untuk apa Bendera kami berdiri!"
"……Jack?"
Yō menggumamkan namanya, tapi dia terlalu jauh dan Jack tidak dapat mendengarnya. Terlebih lagi, penampilan Jack saat ini sama sekali berbeda dari biasanya.
Jack yang sedang mengeluarkan lidah-lidah api dan memancarkan udara panas di sekujur tubuhnya sedangan menatap musuh-musuhnya dengan ganas—
"Akan kuajari kalian semua karena sepertinya kalian tidak tahu tentang ini. Belajarlah baik-baik lewat api nerakaku dan lewat penyesalan! Simpan baik-baik gambaran dari Bendera dengan Api Biru Langit ke dalam ingatan kalian—kerena bendera [Will-O'-Wisp] tidak akan pernah membiarkan anak kecil mati!"
"Itu benar! Ayo lakukan sekarang, Jack-san!"
*Pak!* Dengan jentikan jarinya, tujuh lentera dengan api neraka muncul di atas kepalanya. Dan pada saat yang sama ketika tutup dari lentera itu terlepas, kobaran api segera membengkak dan memisah ke luar.
Garol yang sedang berada di samping Yō segera memucat dan mulai berteriak:
"Oi……OiOi, apaka mereka serius soal itu?! Secara langsung memanggil Api Penyucian ke dunia ini, itu bukanlah sesuatu yang iblis normal manapun dapat lakukan! Apakah mereka berencana untuk membakar habis pinggiran Citadel juga?!"
"Hah? Kita dalam bahaya?"
"Sangat berbahaya! Pergi sekarang, Yō-chan!"
Tepat saat teriakan Garol meninggalkan bibirnya, pemandangan di hadapan mereka tersapu oleh sengatan angin puyuh panas yang seperti jalan masuk menuju pintu perapian Neraka.
Yang terbakar oleh api dari kedalaman jurang Nerakan itu tidak terbatas hanya sekedar rumput liar yang tumbuh di sekitar istana.
Tanah juga menjadi gosong dan udara memanas sampai ke tingkat menyengat dan musuh-musuh telah menguap tanpa meninggalkan jejak.
Api penyucian yang mengamuk itu menyebar ke luar, seperti menelan pinggiran Citadel di jalurnya dan juga seperti lengan seorang Iblis yang sedang mencari musuhnya dan membakarnya sampai mati.
Menyaksikan pemandangan ini dari samping, Yō mau tak mau merasa bingung.
"Woah, Woahwoahwoah……"
Yō bergegas terbang lebih tinggi ke langit untuk meloloskan diri dari hawa panas. Meskipun dia berhasil meloloskan diri, nyaris menjadi gosong, area efek mantera itu benar-benar tidak masuk akal.
"Yahohohohohohohoho! TERBAKARLAH HABIS!"
Di tengah-tengah angin panas yang menyengat, sebuah seruan bersemangat dan riang dapat terdengar.
Melihat Jack menggoyangkan kepala Labu dan jubah compang-camping di tubuhnya, pikiran tersebut terlintas di benak Yō untuk pertama kalinya.
Jack-O'-Lantern—benar-benar seorang Bentara yang diciptakan dari seorang Iblis.
Mereka bertiga menunggu di udara untuk sesaaat sebelum perlahan turun ke permukaan tanah setelah memastikan bahwa api telah mulai padam. Dan sekarang, Jack dan Ayesha akhirnya menyadari Yō.
"Oh? Itu…"
"Ah, Yō-chan! Apa? Kau juga tertangkap dan terbawa ke sini seperti anak-anak ini?"
"……Tidak. Aku di sini untuk menyelamatkan orang-orang yang tertangkap."
Yō dengan tidak senang menyangkal dugaannya.
Mendengar jawabannya, Jack sepertinya sedikit kecewa saat dia memiringkan Kepala Labunya.
"……Aiyaya. Kau benar-benar tidak berubah sedikit pun."
"Eh?"
"Yah, ayo jangan bicarakan itu dulu. Tempat ini terlalu berbahaya. Ayo bertemu dengan peserta lainnya dulu."
Yō mengangguk menyetujui saran Jack. Tapi Garol mengerutkan alisnya dengan kebingungan.
"Oh jadi kau masih berani mengatakan hal itu. Dengan api penyucian yang kau panggil, siapa yang masih selamat dari itu?"
"Garol-dono, tenanglah. Familiar kami telah membawa peserta ke tempat yang aman."
*Pak!* Jack menjentikkan jarinya dengan kencang dan sekelompok tempat lilin berkaki dua dan boneka-boneka kecil yang memegang lentera mulai berlarian dengan suara kaki-kaki mereka yang berderap di atas tanah saat berlari.
Total semuanya ada lima belas. Boneka berambut biru yang sepertinya adalah pemimpinnya, berjalan terhuyung-huyung ke arah Jack dan membungkuk.
"Terima kasih untuk kerja kerasnya. Apa yang lainnya baik-baik saja?"
"Lan~tern "
"Bagus. Kalau begitu, panggilah orang-orang yang kalian lindungi kemari. Kalau kalian mengatakan bahwa Garol-dono di sini, mereka pasti akan dengan senang hati mengikuti kalian ke mari tanpa banyak masalah."
"Lan~tern "
Para tempat lilin dan boneka yang memegangi lentera mulai menyebar ke semua arah setelah mendapat jawaban tersebut.
Garol bergerak mundur saat dia memberi komentar lucu.
"Oh, aku mengerti. Hantu Labu yang bena-benar hebat."
"Yahoho! Walaupun begitu, saat ini tetap bukan waktu untuk lengah. Aku akan menyerahkan tindakan yang dibutuhkan berikutnya padamu, Garol-dono."
"……tindakan berikutnya? Melarikan diri?"
Yō menelengkan kepalany saat bertanya pada Jack.
Tapi Jack menggelengkan Kepala Labunya.
"Melarikan diri hanya solusi jangka pendek. Setidaknya untuk semua orang di sini, sepertinya kita semua memenuhi kriteria untuk persyaratan Hukuman.
"……eh?"
"Kasukabe-san, apa kau punya kartu Gift? Kalau ada, tolong keluarkan dan lihatlah."
"O…Oke."
Yo segera mengeluarkan Gift Card berwarna mutiara hijau zamrud dari sakunya untuk melihat.
Saat melihatnya, dia untuk sesaat kehilangan kata-kata.
"Kartunya…….sepertinya memiliki teks yang tidak pernah kulihat sebelumnya….?"
Jack mengeluarkan Geass Roll-nya dan menunjuk pada bagian Hukuman.
<<NAMA GIFT GAME: "SUN SYNCHRONOUS ORBIT in VAMPIRE KING">>
Hukuman:
*Batasan waktu akan dijatuhkan pada semua peserta yang ditargetkan dan yang bertempur melawan pemimpin game.
*Batasan waktu akan berputar terus menerus yang terjadi setiap sepuluh hari.
*Pilihan hukumannya akan dipilih secara acar dari [Disula]4, [Disalibkan], dan [Dikurbankan].
*Satu-satunya cara untuk bebas dari hukuman adalah dengan menyelesaikan game atau selama masa jeda game.
*#Kematian peserta tidak termasuk dalam syarat untuk bebas dari hukuman dan mereka akan terus menderita tanpa batas.
"……? Ta……Tapi, aku tidak bertarung melawan si pemimpin game……melawan Leticia."
"Tapi kenyataannya kita telah memenuhi persyaratan hukuman. Jadi, hanya ada satu kemungkinan."
Jack membalas dengan nada yang suram dan akhirnya Yō menyadarinya.
Jika naga raksasa ini adalah si pemimpin Game…… Maka bertarung dengan kloningnya tetap dihitung memenuhi kondisi persayaratannya.
"……Naga raksasa ini adalah Leticia?"
"Entahlah. Tapi ada satu hal yang bisa kupastikan."
Jack menolehkan kepala Labunya ke araha langit berbadai yang mengelilingi Citadel Kuno saat dia menatapnya dengan lidah api yang bercahaya goyah di dalam cekungan matanya.
"Kalau kita tidak dapat mengalahkan sang [Raja Iblis Draculea]…… Maka dalam sepuluh hari, tempat ini akan berlumuran badai darah. Karena kita akan disula seperti yang tercatat dalam legenda."


Translater notes :
1. Halaman tertutup: semacam koridor di sepanjang area istana yang penuh dengan pilar yang berbaris pada satu sisi ataupun di kedua sisi jalan. Pilar-pilar juga bergabung membentuk lengkungan yang membuatnya menjadi seperti jendela tanpa bingkai. Halaman tertutup ini umumnya berbentuk persegi atau persegi panjang pada sepetak lahan atau taman. Untuk lebih jelasnya, dapat melihat link ini sebagai contohnya: Klik disini
2. Tōchūkasō: terjemahan langsung dari nama [cacing di musim dingin, [berubah menjadi] tanaman di musim panas]. Sementara istilah tōjūkasō adalah nama monster yang diciptakan oleh si penulis.
3. Bakeneko: Monster kucing/ Siluman kucing
4. Disula: Dihukum dengan cara ditikam dengan semacam tongkat besi runcing dari anus hingga ke perut...