CLOCKWORK PLANET
BAB 4
RETURNER (00:00)

Era Gir 1016, 6 Februari, Pukul 10.34 pagi.
Sekitar 75 km di bawah kota Mie, di bagian paling bawah struktur kota.
Benda itu pelan-pelan mulai bergerak, di tempat yang pasti tidak akan dilihat oleh penghuni permukaan.
Benda itu adalah laba-laba logam raksasa.
Dengan tinggi 320m, dan panjang 932m
Ukurannya begitu besar sampai-sampai orang tidak menyangka kalau benda itu dapat bergerak, namun, benda itu mengeluarkan suara gaduh seraya bergerak maju.
Benda itu menggali keluar dari bawah tanah yang dalam di bagian paling bawah kota—bahkan, ruang itu sendiri, dan mulai bergerak maju sambil membebaskan dirinya dari gaya gravitasi.
Di depan benda itu adalah Ibukota Jepang—Multi Grid Tokyo.
Pelan-pelan, benda itu mulai bergerak maju.
Mungkin benda itu akan membutuhkan setenga hari untuk sampai.
Tapi sambil menggali menembus Clockwork Planet, planet hampa yang melayang di luar angkasa, benda itu terus mendekati mangsanya dengan akurat, ingin melancarkan serangan mematikan, dan tentunya benda ini adalah hal yang sangat amat berbahaya yang dapat menghancurkan planet ini.
Laba-laba menakutkan ini terus memanjat tanpa ada yang tahu, tapi sesosok bayangan diam-diam mengamati benda tersebut.
“Jadi benda itu mulai bergerak…?”
Rambut peraknya bergoyang ketika siluet tersebut bergumam,
“Benda ini benar-benar buruk rupa melebihi apapun yang bisa dilihat orang…tapi benda ini benar-benar memberi ancaman.”
Sambil berujar kata-kata kasar tersebut, sang bayangan, RyuZU, menyipitkan matanya.
Setelah dia memastikan tindakan, jalur dan kecepatan sang monster, dia meninggalkan tempat itu tanpa suara dan tanpa ada yang menyadari keberadaannya.
Era Gir 1016, 6 Februari, pukul 6.27 sore
Ada sebuah bangunan yang bernama Menara Jam keempat di Tokyo, Jepang, Grid Akihabara, Jalan Raya Yasukuni.
Pada dasarnya, semua Menara Jam dikontrol di bawah ‘militer’, tapi menara ini adalah pengecualian langka yang digunakan untuk penelitian teknik, dan perguruan tinggi yang ada di daerah itu dipercaya untuk merawat menara tersebut.
Beberapa orang sedang berjalan-jalan di kampus Perguruan Tinggi Teknik Akihabara ini.
Orang-orang itu mengenakan pakaian kerja berwarna biru yang mirip, mereka sedang mengangkut beban yang besar sambil berjalan dengan berani melewati kampus di bawah matahari merah yang mulai terbenam.Masih banyak mahasiswa dan dosen di kampus ini, tapi tidak ada yang menyadari orang-orang tersebut berjalan di tempat itu.
Dan, tanpa ada seorangpun yang menghalangi mereka, mereka sampai di pintu masuk kargo Menara Jam.
Disana ada pintu dari logam dan pos satpam kecil, dan seorang penjaga, yang kelihatan cukup berumur, menatap curiga ke arah sekelompok orang yang mengantarkan barang-barang berjumlah besar ini.
Pemimpin kelompok itu, seorang pria besar yang mirip beruang yang sedang berdiri, tersenyum sambil menaikkan suaranya,
“Halo!Kerja bagus.Terimakasih atas semuanya.”
“I-iya, makasih kembali…boleh kutanya apa keperluan kalian?”
Si penjaga menjawab dengan samar-samar, dan orang raksasa itu memamerkan giginya, dia tersenyum segar, mencari-cari suatu dokumen dari map yang diapit di ketiaknya.
“Kami dari Success Transporters, kami mengantarkan perlengkapan observasi yang baru.”
“Eh, aku belum dengar sebelumnya…?”
“Ah bagus.Merepotkan saja.Apa mereka lupa menghubungi kalian lagi?”
Si pria besar itu mengerutkan dahinya dengan berlebihan, dan dia sedikit menggerutu,
“Ini yang ketiga kalinya dalam setahun.Profesor-profesor perguruan tinggi ini benar-benar tidak becus mengurus prosedur yang benar…ah, bukan apa-apa, maaf.”
“Jangan khawatir, aku mengerti perasaanmu.”
Si pria besar meminta maaf, dan si penjaga tersenyum kecut sambil berkata,
“Kurasa itu Profesor Kizaki ya?Ada para mahasiswa yang diam-diam mengeluh tentang dirinya, tapi dia begitu ceroboh meskipun dia sangat serius dalam hal-hal begitu.”
“Eh, yah, kelihatannya dia memang sudah biasa begitu.”
Si pria besar kelihatan cemas ketika dia membungkukkan punggungnya, dan menunjuk ke arah dokumen yang dia berikan,
“Kudengar mulai hari ini Profesor Kizaki diberangkatkan ke suatu tempat secara mendadak, dan kami tidak bisa menghubunginya.Dia ingin segera membereskan pekerjaannya, jadi dia meminta kami memasang perlengkapan ini ketika dia sedang absen…kurasa ini memang merepotkan ya?”
“Hm…yah, dari awal kalian perlu formulir permohonan dari seorang profesor…”
Si penjaga menyatakan simpatinya, dan mengangguk,
“Yah, dokumen kalian kelihatannya lumayan formal, jadi kurasa tidak masalah.aku akan mengingatkan profesor setelah kalian kembali.”
“Terimakasih banyak!Kau benar-benar sangat membantu!”
“Tidaktidak, kalian yang sudah bekerja keras.Aku akan membuka pintunya sekarang.”
Si penjaga baik hati itu tetap tersenyum seraya memencet tombol di samping tangannya.
Pintunya terbuka, dan si pria besar menerima dokumen yang sudah dicap, dia membungkuk untuk mengungkapkan rasa terimakasihnya.
Kelompok berpakaian kerja itu mendorong gerobak saat mereka masuk ke jalur kargo.
Setelah mereka memastikan pos satpam tidak kelihatan lagi, si pria besar—Halter, tertawa sambil berujar,
“—Ngomong-ngomong, penjagaan di kampus itu biasanya seperti ini, Profesor Hannes.”
“Ini benar-benar tidak bisa dipercaya, Halter.”
Orang yang menjawabnya adalah pria yang sedang mendorong gerobak di belakangnya. Si pria paruh baya itu memiliki wajah kotak yang bersih, dan tidak kelihatan seperti orang yang akan menunjukkan banyak emosi.
“Satu dokumen itu saja sudah cukup untuk membuat orang tidak dikenal masuk ke dalam Menara Jam?”
“‘Militer’ pasti tidak akan membiarkan itu.Tapi bagi orang biasa, mereka melihat pakaian dan sikap. Orang akan sulit curiga jika kau mengenakan jumpsuit dari perusahaan kargo dan bicara manis.”
Si pria paruh baya, Hannes, terlihat tidak setuju,
“Tapi kebetulan sekali si profesor pergi keluar, ya?”
“Ah, tidak juga, itu sudah diatur oleh keluarga Breguet.”
“…Apa kau bilang?”
“Tempat ini adalah perguruan tinggi, dan bukan tempat untuk bertingkah kasar.Kami hanya mengatur suatu pekerjaan acak dan berhasil membuat si profesor pergi.Berkat hal itu, hanya kita yang ada di Menara Jam.”
Setelah mendengar perkataan Halter, Hannes menghela napas dalam-dalam dan kembali mengulang kata-katanya,
“…Ini benar-benar tidak bisa dipercaya.”
“Kau memang pernah bekerja bersama si tomboi itu, tapi kelihatannya kau tipe yang menuruti peraturan ya.”
Halter menaikkan bibirnya sambil menggoda Hannes.
Namun, Hanneskelihatan bingung ketika dia langsung menjawab,
“Tomboi?Sejauh yang kutahu, dia adalah seorang wanita yang sangat serius, jujur dan luar biasa, kan?”
“…Yah, kata-kata saja tidak terlalu cocok sih.”
Deskripsi itu tidak terlalu salah, tapi memang kedengaran sedikit keliru.
Halter menghela napasnya dalam-dalam, menggelengkan kepalanya, dan mengganti topik pembicaraan,
“Ngomong-ngomong, jika ada yang terjadi disini, aku akan mengurusnya, profesor, jadi fokus saja pada pekerjaanmu. Kita akan mengatur batasnya, termasuk pengaturan perlengkapannya dalam 4 jam. Apa kau sanggup?”
“Tentu saja.Aku ini seorang Meister.Percayakan padaku.”
Hannes, mantan ketua tim pengamatan dari Meister Guild, sesumbar dengan bangga.
Dan untuk merespons kata-kata itu, Halter tersenyum kecut, mengangguk dan merendahkan kepalanya.
“—Kurasa aku memang tidak sopan tadi.”
Era Gir 1016, 8 Februari, pukul 0:00 tengah malam.
Tepat sebelum hari yang akan tercatat dalam sejarah umat manusia.
Marie Bell Breguet berada di Grid Akihabara di Tokyo, Jepang, Menara Jam Pertama.
Dia ada di dalam ruangan yang dipenuhi dengan fungsi-fungsi mesin jam yang mirip dengan ruangan dalam Menara Inti, dan di dalam ruangan itu, ada lusinan teknisi yang sedang bekerja keras.
—Mereka harus mengendalikan Menara Inti dan beberapa Menara Jam untuk melaksanakan rencana Marie.
Dan mereka semua sedang mengerjakan tugas ini tanpa istirahat sedikitpun.
Tentu saja, mereka bukanlah bagian dari Angkatan Teknik yang merawat tempat ini secara reguler.
Ras, jenis kelamin dan umur mereka semua berbeda, dan pakaian serta perlengkapan mereka tidak terpadu sama sekali. Satu-satunya benda yang sama-sama mereka miliki adalah Chronopass yang ada di pergelangan tangan mereka.
Benda itu adalah bukti seorang Meister.
Sebuah jam yang sangat rumit dengan 9 wajah berukuran bermacam-macam.
Benda itu adalah medali yang diberikan kepada puncak dari 200 juta Teknisi Mesin Jam.
Tidak peduli seberapa ratus Teknisi yang datang bekerjasama, mereka tidak akan sebanding dengan seorang Meister. Para Teknisi ini memiliki bakat dan kemampuan luar biasa, dan diantara orang-orang itu, salah satunya bersuara,
“Profesor Marie!”
Marie, yang sedang asyik mencoret-coret perhitungan di meja kerja, mengangkat kepalanya.
“Iya, ada apa.”
“Kami sudah memastikan nomor 3340 sampai 7990.Semua pengecekan di semua lantai sudah selesai.”
“—Aku mengerti. Sudah dipastikan.Kerja bagus.”
Marie mengangguk, dan kali ini, teknisi lain yang menatap ke arah komunikator berseru,
“Lapor!Menara Jam Keempat sudah melapor kalau semua funsi lantai telah komplit.Sekarang mentransfer sistem kendali temperatur dan batasan administrator ke seluruh lantai.”
“—Dimengerti. Tolong balas ‘Saat sudah hampir waktunya operasi, tolong segera meloloskan diri setelah pengecekan terakhir selesai’.Selain itu, kirimkan pesan yang sama ke Menara Jam lainnya.”
Beberapa laporan yang datang, penegasan dan instruksi untuk nanti, Marie menghela napasnya.
Dia duduk di kursinya dan meregangkan punggungnya untuk melonggarkan ototnya yang tegang.
Dan seorang pria, yang baru memasuki masa tua, angkat bicara,
“Akhirnya kita berhasil.”
Dia menaruh cangkir yang mengeluarkan uap di meja dengan elegan, dan melanjutkan kata-katanya,
“Teh merah, dengan tambahan madu dan susu yang banyak. Saya ingat anda pernah bilang kalau anda suka makanan manis?”
Wajah Marie mengendur seraya mengangkat cangkirnya.
“Terimakasih, Kepala Mekanik Conrad.”
“Saya bukan lagi ketua tim mekanik, Profesor Marie.”
Si pria, Conrad, mengoreksi dengan tenang,
“…Kelihatannya begitu.”
Marie menurunkan pandangannya sambil mendekatkan cangkir beruap itu di bibirnya.
Dulu ketika Marie masih menjadi anggota ‘Meister Guild’, Conrad adalah ketua tim Mekanik, dan bertanggungjawab untuk membantu Marie. Dia adalah seorang teknisi yang berpengalaman dan cakap, serta tetap bertahan sampai akhir saat krisis di Kyoto.
Setelah insiden tersebut, dia mundur dari ‘Guild’, dan bekerja sebagai teknisi mesin jam lepas di jalanan. Orang yang membantu Marie menyelidiki pergerakan mencurigakan ‘militer’ Tokyo tidak lain adalah Conrad sendiri.
“Hal yang paling penting adalah pekerjaannya selesai tanpa halangan apapun…kita perlu membuat semuanya bekerja lebih.”
“Tidaktidak, kami semua senang bekerja dengan anda.Malahan, kelihatannya seluruh Menara Jam telah dikosongkan, jadi pekerjaannya terasa jauh lebih mudah.”
“…Meskipun ini adalah operasi kriminal yang besar.”
Marie mencicipi teh merah yang panas dan manis, lalu berhenti sejenak.
Dia penasaran tentang teknisi-teknisi yang sedang bersama dengannya di tempat ini, dan teknisi lainnya yang bekerja di Menara Jam lain.
Sebagian besar dari mereka mirip seperti Conrad, mantan anak buah Marie, para Meister yang keluar dari ‘Guild’ setelahinsiden Kyoto dan menjadi pengangguran.
—Kita akan membajak fungsi-fungsi kota dan melawan senjata raksasa yang sedang menyerang.
Siapa saja pasti akan berpikir kalau itu adalah rencana yang ceroboh, tapi mereka ikut ambil bagian tanpa komentar tentang hal tersebut.
Orang-orang ini punya ketrampilan yang berharga, dan kemungkinan besar, mereka dapat mendapat pekerjaan dan perlakuan yang mereka inginkan; namun mereka berpartisipasi dalam rencana ini yang tidak menghasilkan hadiah, dan bahkan bisa dibilang kriminal.
Karena mereka diminta oleh Marie Bell Breguet; hanya itu alasan mereka.
Dan setelah mengingat fakta ini, Marie merasa sangat bersyukut dan berterimakasih dengan sepenuh hati, sampai-sampai pipinya merona.
“Aku benar-benar—berterimakasih.”
Di momen itu, komunikator di meja mengeluarkan nada dering.
Marie menekan tombol menerima panggilan, dan datanglah kata-kata ini,
“—Marie, kau siap?”
Itu adalah suara Naoto.Dia kedengaran sedikit bergairah karena suaranya lebih melengking dari biasanya.
Marie tersenyum simpul, sambil bicara pada komunikatornya,
“—Tentu saja. Kau pikir aku ini siapa?”
“Kalau gitu kuserahkan padamu, Meister.”
“Tentu saja.Tolong selesaikan tugasmu juga.”
Dimengerti.Naoto menjawab dengan singkat, dan panggilannya terputus.
Marie mematikan komunikatornya, lalu Conrad bertanya,
“Apa itu ‘dia’?”
“Ya.Tadi itu Naoto Miura.”
Marie mengangguk, dan Conrad bergumam sambil menghela napasnya,
“Saya memang menyaksikannya sendiri kemarin, tapi saya masih menganggap kalau apa yang dia lakukan itu tidak bisa dipercaya. Dia berhasil mengamati Menara Inti dan 12 Menara Jam hanya dengan pendengarannya dengan perlengkapan bantuan seadanya…”
“Tapi inilah kenyataannya.”
Naoto bisa mendengar keseluruhan struktur dari Akihabara, dan Marie menerjemahkannya ke dalam sebuah diagram.
Mereka menganalisis struktur Menara Inti dan berbagai Menara Jam, lalu memanipulasi 4 Menara Jam untuk membajak Menara Inti untuk menciptakan sebuah sistem yang bisa memanipulasi temperatur dan jaringan komunikasi dengan bebas—
Pekerjaan yang tidak masuk akal itu memerlukan ratusan tahun untuk dipahami, namun Naoto dan Marie dapat menyelesaikan semua itu dalam 3 hari.
“Jika Menara Inti adalah otak dari sebuah kota, maka Menara Jam adalah organ-organnya. Sebagai contoh, apa yang kita lakukan pada dasarnya adalah mendorong organ-organ itu untuk mengganggu otak…Menara Inti dan Menara itu saling terhubung, jadi secara teori, hal itu tidaklah mustahil, tapi…ini mengejutkan.”
Tentu saja, hal itu selesai dengan bantuan lusinan Meister, tapi…
Conrad bergumam dengan suara berat,
“Sebagai seorang Teknisi Mesin Jam sendiri, aku merasa sangat takut.”
Conrad sendiri adalah seorang Meister, apex dari semua Teknisi Mesin Jam.
Bisa dibilang kalau dia telah meneliti teknologi mesin jam terbaru yang dimiliki umat manusia, dan dia berpengalaman dalam hal tersebut. Itu bukanlah sesumbar; dia memang punya pencapaian dan pengalaman untuk mendukung hal tersebut.
Tapi bakat yang sama sekali tidak bisa dia pahami telah muncul di kenyataan saat ini,
“Entah bagaimana, saya penasaran…jika bakatnya itu benar-benar sesuatu yang dimiliki seorang manusia?”
“Dia memang manusia, Profesor Conrad.”
Marie langsung menjawab, lalu menurunkan pandangannya,
“Dia bukanlah Dewa murahan, maupun penyihir murahan.Dia tidak berbeda dengan kita, hanya orang idiot normal yang bisa dilihat dimana saja.”
“…”
“Tapi meskipun dia idiot—mengingat apa yang terjadi di Kyoto saat itu, dan insiden ini, dia jauh lebih baik daripada otak orang-orang yang merencanakan insiden itu. Tidak peduli seberapa tidak normalnya kemampuan yang dia miliki itu—setidaknya Naoto memiliki rasa kemanusiaan.”
Manusia memang tidak lepas dari kesalahan, tidak sepenuhnya sempurna, dan tidak benar-benar tahu segalanya.
Tidak peduli siapapun itu, semua orang terlahir tanpa nilai apapun, melakukan kesalahan dengan tolol, tapi jika cara untuk hidup adalah bekerja keras, mereka akan mendapat makna dari kehidupan manusia dan dapat melangkah maju,
—Kalau begitu, Naoto Miura adalah orang yang paling mirip dengan manusia yang dikenal oleh Marie Bell Breguet.
Conrad menatap singkat ke arah Marie,
“—Ya. Anda memang benar.”
Lalu, dia bergumam dengan suara kecil.
Dan, kelihatannya suatu dugaan muncul tiba-tiba dalam dirinya, dia pun angkat bicara,
“Sebenarnya dari dulu saya penasaran, tapi,”
“Ya?”
Marie memiringkan kepalanya, dan Conrad bergumam dengan nada menggoda,
“Anda benar-benar buruk dalam memalsukan kepribadian anda yang sebenarnya.”
“Eh…?”
Marie mengeluarkan suara terkejut.
Lalu Conrad tersenyum lebar sambil berkata,
“Tapi saya sendiri merasa kalau kepribadian anda yang sebenarnya ini membuat anda kelihatan lebih memikat, Profesor Marie.”
“—T-tolong jangan menggodaku sekarang!”

Conrad menyukai wajah mengomel gadis itu, yang dia anggap sebagai cucunya sendiri, lalu dia menolehkan kepalanya.
Para teknisi disana berhenti bekerja untuk beberapa saat dan menonton percakapan keduanya, lalu Conrad menatap balik ke arah wajah mereka, dan menepukkan kedua tangannya.
Dengan suara yang berat dan tegas, dia berkata,
“…Nah, waktunya hampir tiba, semuanya. Mari kita nikmati saat-saat sebelum sejarah berubah.”
Tanggal 7 Februari, tepat ketika hari akan beranjak menjadi tanggal 8 Februari.
Peristiwa yang akan dinamai ‘Insiden Teroris Akihabara’, dan acara pembuka dari ‘pemberontakan 8 Februari’ dimulai.
—Atas perintah seorang anak laki-laki,
Ada gempa intens dengan radius 30 km dengan Grid Akihabara sebagai pusatnya.
Semua fungsi komunikasi terputus, dan “Gir Resonansi” di dalamnya mulai berfungsi melebihi spesifikasi mereka.
Menara-menara inti dari susunan gir, yang mengatur fungsi-fungsi kota, mulai bergerak dalam cara yang tidak pernah teramati sebelumnya.
Ini bukanlah sebuah malfungsi biasa maupun tanda-tanda kerusakan setelah bertahun-tahun aus dan koyak.Sistemnya berjalan normal, tapi entah kenapa, sistemnya tidak berjalan sesuai instruksi manajernya.
Dan 5 menit setelah itu terjadi.
Fungsi komunikasi, yang terputus selama beberapa saat, mendadak mulai bekerja kembali.
Orang-orang, yang tidak bisa berbuat apa-apa dan menonton perkembangannya dalam sunyi, mendengar sebuah ‘pernyataan kriminal’ melalui televisi dan radio, dari seorang kriminal yang terdengar gelisah dan menggelikan.

“Selamat malam, nyonya—dan—tuan-tuan!! Dan semua penduduk bodoh, yang hanya berkecukupan dan orang-orang biasa yang tidak cocok dengan kategori tadi!! Maafkan aku telah mengganggu kenyamanan kalian di malam akhir pekan ini!!”

Suara yang sedang disiarkan ini telah disamarkan supaya mirip dengan suara pembawa acara yang sedang mabuk, suara ini menggema kemana-mana.
Setelah mendengar kata-kata ini, Conrad mengerutkan dahinya, dia kelihatan gelisah,
“Ya ampun, aku benar-benar tidak bisa mengikuti pikiran anak-anak muda akhir-akhir ini…”
Dan orang yang ada di sampingnya, Marie, yang juga memegangi kepalanya, mengerang,
“Tidak…sebenarnya, apa kau keberatan jika kau tidak menganggap si idiot itu sebagai perwakilan para anak muda?”
Marie dan Conrad harus tetap tinggal bersama dengan konstruksi sistemnya, jadi mereka menyerahkan pernyataan kriminalnya pada Naoto, tapi akhirnya malah jadi begini.
Peristiwa bersejarah yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dan tidak akan pernah ditiru ini—bertolak belakang dengan pernyataan kriminal yang terlalu kasar itu; meskipun Marie menyesalinya, namun itu sudah terlambat.
“Ahh, dasar, aku pasti akan mengomelinya nanti!—Bagaimana dengan informasi palsunya?”
Teknisi mesin jam yang mengurusi panel kendali menjawab,
“Berjalan sukses!Semua 168 saluran telah terhubung.Tidak ada tanda-tanda kalau itu sudah diketahui!”
“—Dimengerti. Tim pengamatan, dimana senjata raksasanya?”
“Saat ini senjata itu sedang bergerak di bawah Grid Shibuya!Dilihat dari tindakan ‘militer’, butuh sekitar 56 menit sebelum kedua belah pihak bertemu!”
“—Dimengerti. Kelihatannya ini berjalan sukses.Tolong siapkan pengendali temperaturnya!”
Marie mengatakan perintah selanjutnya, dan Conrad berkata,
“Profesor Marie, serahkan saja sisanya pada kami.”
“…Tolong ya.Kalau begitu, aku akan berkumpul dengan mereka sesuai rencana dan lanjut ke fase berikutnya. Setelah operasinya selesai, tolong segeralah melarikan diri.”
Dimengerti.Setelah mendengar jawaban mereka dengan serempak, Marie menyambar mantel dan tasnya, sebelum lari keluar.
Sambil mengenakan mantelnya, dia berlari melalui tangga darurat menuju atap Menara Jam.
Angin malam yang hangat membelai pipinya.
Gir-gir cahaya mengubah gravitasi menjadi cahaya, dan dengan lampu yang menerangi semuanya itu, tidak ada bintang yang kelihatan di langit.
Yang bisa dia lihat hanyalah bulan perak dan ‘Equatorial Spring’ yang berputar akibat gravitasi bulan.
Dia bisa mendengar ‘pernyataan kriminal’ Naoto yang konyol dari pengeras suara.
Marie berseru,
“Ryu—ZU!!”
“—Tidak perlu berteriak karena saya sudah ada disini untuk menjemput anda, Master Marie.”
Suara yang dingin terdengar dari belakang.
Marie membalikkan badannya, dan melihat siluet sebuah automata dengan rambut perak yang tertiup angin malam.
“Malah, andalah yang terlambat 2 detik, Master Marie.Dalam situasi ini dimana penundaan kecil dapat menghasilkan situasi genting, kesalahan ini—”
“Kalau begitu bergegaslah untuk menebus waktu yang hilang!”
Marie meraung seraya melompat ke arah RyuZU.
RyuZU tentu saja terlihat angkuh—dan, dengan enggan, dia menggendong Marie sebelum pergi.
Dia melompat dari atap.
Mereka pergi menuju Naoto yang berada di atap suatu bangunan di depan stasiun dan sedang menyatakan ‘niat kejahatan’nya sendirian. Disanalah tempat mereka berkumpul.
Sambil menggendong Marie, RyuZU berlari di atas jalanan Akihabara.Kelihatannya ada suasana tegang dan khawatir dari jalanan di bawah mereka akibat ‘pernyataan kriminal’ Naoto.
“—uu, ayo kita mulai!”
Marie bergumam singkat seraya mengacungkan jarinya.
Dia menunjuk ke arah menara baja berwarna merah di langit malam—barang peninggalan kuno yang bernama Menara Tokyo terlihat membeku secara bertahap.
“Sudah waktunya fase akhir dari operasi ini.”
Menara Tokyo yang membeku itu hancur, dan tujuannya adalah untuk memperlihatkan ancaman nyata kepada seluruh Tokyo.
Itu adalah sebuah pemameran kekuatan untuk meyakinkan kalau Grid Akihabara telah dikendalikan oleh mereka. Setelah itu selesai, mereka akan segera mengakhiri deklarasinya dan lanjut ke fase berikutnya.
Dengan nada dingin, RyuZU melanjutkan kata-katanya,
“Yang lebih penting, dan sesuatu yang sudah saya khawatirkan sejak awal, adalah musuh telah mengambil tindakan 2 menit dan 37 detik lebih cepat dari yang saya duga.”
RyuZU sedikit memiringkan kepalanya, dan melihat ke kejauhan.
Marie menoleh ke arah yang dilihat RyuZU, dan menemukan 3 buah bayangan besar yang terbang tanpa suara di langit malam.
“Helikopter siluman…!”
Helikopter itu adalah senjata militer yang di dalamnya disimpan automata tipe penyerang.Ketiganya bergerak menuju tempat yang sama dengan mereka—menuju atap dimana Naoto berada.
Karena ada informasi sungguhan yang terungkap ketika Naoto menyatakan niatnya, bisa diduga kalau musuh dapat menentukan lokasi Naoto yang sebenarnya, tapi itu lebih cepat dari apa yang mereka perkirakan.
Selain itu ada juga perbedaan kecepatan antara helikopter siluman yang terbang di udara dan RyuZU yang melompati atap-atap bangunan, hal ini menyebabkan jarak diantara mereka mengecil.
—Jika terus begini, Naoto akan diserang oleh helikopter siluman sebelum RyuZu sampai disana.
“Dan saya melihat ada automata keamanan di tanah.”
Marie melihat ke bawah setelah mendengar kata-kata RyuZU, dan menemukan automata keamanan yang sedang melaju menuju bangunan tempat Naoto berada dengan sirine merah mereka.Jumlahnya ada lusinan.
Mereka jauh lebih lemah dari helikopter siluman, tapi automata-automata itu tidak bisa dibiarkan begitu saja.Penampilan mereka seperti tabung yang berjalan, tapi satu dari mereka saja sudah cukup untuk menahan seorang manusia yang terbuat dari daging dan darah.
—Apa yang harus kulakukan?
Tepat ketika Marie mengernyitkan dahinya dan memikirkan jalan keluarnya, RyuZU berbisik,
“Master Marie, anda punya senjata, kan?”
“Eh? Tentu saja, aku memang punya Coil Spear, terus kenapa…?”
Marie mengangguk tanda mengiyakan, lalu RyuZU merespons tanpa emosi,
“Kalau begitu, saya harus bergegas, jadi saya akan menyerahkan lalat-lalat kecil dibawah sana pada anda.”
“Eh? —Kyaaa!!!?”
Marie dilempar ke udara sebelum dia bisa menjawab, dia pun menjerit.
Sambil berputar-putar, dia buru-buru mengambil kabel berkait dari kantungnya, dan menembakkannya.
Di sisi lain, RyuZU, setelah membuang ‘beban berlebih’nya, mengejar helikopter dengan kecepatan yang meningkat.
“Ow-owowow…automata sialan itu…!”
Marie mengutuk sambil mengangkat wajahnya, tapi dia terkesiap,
“““Orang mencurigakan ditemukan—”””
Sirine peringatan meraung-raung.
Dia mendarat tepat di tengah-tengah automata keamanan yang sedang melaju di jalanan.
Dan di momen ini, mereka sedang mengelilingi gadis mencurigakan ini yang jatuh dari langit, serta memiliki senjata.
“Tung…!”
Marie buru-buru mengambil Coil Spear dari kantung di pinggangnya.
Dan di saat yang sama, para automata keamanan itu, setelah menentukan kalau tingkat ancamannya telah meningkat, mengarahkan laras senapan anti huru-hara mereka.
“““Perlawanan telah dipastikan—mengeliminasi target.”””
“Jika kau mau menurunkanku di suatu tempat, setidaknya turunkan aku di tempat yang lebih baik, dasar rongsokan—!”
Marie berseru, tidak berteriak maupun meraung, lalu melarikan diri dari tempat itu.
Suara tembakan terdengar beberapa saat kemudian.
Setelah itu,
Marie lolos dari sekian situasi berbahaya, sebelum menghabisi semua automata keamanan itu.
Setelah dia yakin kalau dia tidak menyisakan satupun musuh, dia buru-buru pergi ke atap bangunan.
Dia menaiki tangga darurat sambil mengabaikan potongan rongsokan helikopter yang terbakar.
Dan setelah dia sampai di atap, dia menemukan automata yang telah berubah menjadi rorngsokan, Halter yang membelakanginya, Naoto yang entah kenapa tergeletak di lantai, dan—
“—!”
RyuZU yang kelihatan acuh tak acuh.
Setelah dia menemukan RyuZU, Marie menembakkan Coil Spearnya tanpa pikir panjang.
Pelurunya melesat lurus menuju RyuZU—hanya untuk meleset karena RyuZU melangkah mundur.
“…Itu berbahaya, Putri.”
“Halter.”
Gadis itu dengan cepat mendekat seraya menyapa Halter, yang sedang berkeringat dingin.
“Pergi tangkap benda kuno itu.Aku harus membuka tubuhnya dan membuat struktur kepribadiannya hari ini.”
Halter mengangkat bahunya dan menghela napas,
“Tolong jangan menyuruhku melakukan hal yang mustahil, Milady.Anda pikir bagaimana caraku bisa melakukannya?”
“Bagaimana lagi kau bisa memamerkan kemampuanmu yang sebenarnya?pergi tangkap benda kuno itu dengan ketrampilan bertarung jarak dekat gaya angkatan lautmu atau semacamnya—kalau kau merusaknya juga tidak masalah.”
“Aku memang bagian dari angkatan bersenjata.Ngomong-ngomong, apa yang terjadi?”
Marie tidak menjawab seraya mengayunkan gunblade kecilnya—Coil Spear di tangan kanannya ke tanah, dan mengubahnya menjadi pedang.
“BENDA KUNO SIALAN INI—MENINGGALKANKU DAN KABUR TEPAT KETIKA KAMI DIKELILINGI OLEH AUTOMATA-AUTOMATA KEAMANAN!”
Marie menaikkan suaranya karena hilang kesabaran.
Marie meraung sekuat tenaga seraya mengayunkan pedangnya kepada RyuZU.Ayunan tajamnya, yang dikombinasikan dengan momentum dari tubuh bagian atas, dihindari dengan mudah oleh RyuZU, namun, ketika RyuZU melompat kecil untuk menghindar.
“Ya ampun, lapisannya sudah terkelupas.”
“BERISIK!”
“Jika orangnya adalahNona Marie, yang selalu mengaku dirinya sebagai gadis jenius yang bisa melakukan segalanya, automata sekali pakai itu harusnya bukanlah masalah, baik jumlahnya 10 maupun 20, kan?”
“MEMANGNYA KAU PIKIR AKU BISA MELAKUKAN HAL ITU!?KUPIKIR AKU BAKAL MATI TADI!!”
“Begitu ya—”
RyuZU membelalakkan matanya dengan terkejut.
“…Saya minta maaf. Saya sudah mencoba meremehkan Nona Marie semampu saya, saya tidak pernah mengira kalau anda memang lalat kecil yang sempurna…izinkan saya menyatakan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya.”
“…Akan kubongkar!Kau pasti akan kubongkar…!”
Coil Spear Marie berubah bentuk, dan tepat ketika dia mau mengeluarkan pedangnya…
“Diam—”
Naoto yang masih terkapar di lantai beton, bergumam dengan suara tenang.
Ketiga orang disana bereaksi pada suara ini, dan menghentikan perbuatan mereka, lalu mengalihkan pandangan mereka pada Naoto tanpa bersuara.
Naoto menempelkan telinganya di atap beton, dan melanjutkan kata-katanya:
“Orang-orang itu—menuju “Biro Aktivasi”, seperti yang kita rencanakan.”
Situasinya berjalan baik. Pikir Marie.
‘Militer’ Tokyo yang berkumpul di Menara Inti Tokyo diarahkan ke bawah tanah akibat informasi palsu yang mereka bocorkan. Jika situasinya berjalan lancar, senjata raksasa itu akan bentrok dengan ‘militer; di bagian bawah kota.
“3021 Automaton, dan 1765 tentara infantri.
“…Kurasa jumlah pasukan yang bisa segera mereka kerahkan hanya segitu.”
Halter menggaruk-garuk kepalanya lalu tersenyum, sementara Marie menyimpan Coil Spear miliknya, dia berkata,
“Tapi lokasi kita sudah dipastikan, kan?”
“Dari yang bisa kudengar dari sini, ada tujuh yang datang—tapi bukan helikopter siluman sih. Mereka mengirim helikopter serbu dengan gatling sungguhan—tanpa automaton apapun di dalamnya.”
“Helikopter itu adalah helikopter bersenjata berat yang saat ini bisa digalang Jepang…PTK-A74, ya?”
RyuZU bertanya:
“Apa ancaman yang benda-benda itu berikan cukup signifikan?”
“Helikopter ini adalah helikopter serbu independen dan tanpa awak yang dilengkapi dua Meriam Resonansi…bisa dibilang, tujuh helikopter itu dapat membumi hanguskan area ini tanpa perlu pasokan ulang.”
“Baiklah, ayo pergi. Hei, Naoto, berapa lama lagi waktu yang kita punya?”
Halter bertanya, dan Naoto mendadak berdiri.
“Mereka akan datang dalam—372 detik lagi.”
“Kalau begitu, ayo kita meloloskan diri sebelum kita bertemu musuh apapun.Biar saya yang bawa bebannya.”
RyuZU menumpukkan perlengkapan Naoto dan mengangkatnya dengan mudah.
Sementara itu, Naoto mencabut kabel yang tidak diperlukan dari headphonenya, lalu memakai headphonenya lagi.Dia lalu menyalakanfungsi Penolak Suaranya.
…Ahh.Dia menarik napas dalam-dalam.
…Akhirnya terasa damai.
Ketika melihat Naoto seperti itu, Marie bertanya dengan lembut,
“Hei, Naoto, kau tidak apa-apa?”
“…Hm, lumayan.”
Meskipun Naoto mengangguk, di mata Marie, dia kelihatan seperti memaksakan diri.
Wajahnya begitu pucat, dan keringat mengucur dari dahinya.
—Kurasa pikir Marie.
Tidak peduli seberapa luar biasanya bakat yang dia miliki, itu bukanlah semacam mukjizat yang datang dengan mudah.Sebuah kekuatan yang melampaui keseimbangan harga.
Ketika Naoto sempoyongan, Marie mengungkapkan kekhawatirannya dengan bilang,
“Sudah kuduga kau merasakan beban dari itu…”
“Tidak.Ini salahku…maaf.”
Lalu, Naoto mengacungkan jempolnya ke belakang.
“Kelihatannya ada bordil di bangunan sebelah sana.”
“………………………………Hah??”
“Mereka selalu—~ mengerang kesana kemari, membuat keributan tanpa membaca suasa—”
Sebelum dia bisa mendengar sisanya, Marie dengan wajah yang sangat merah memukul Naoto tepat di dagunya.
Dan sambil menginjak-injak bagian belakang kepala Naoto tanpa bicara apapun ketika Naoto terkapar, Halter angkat bicara,
“Lupakan saja, Milady.Isi kepalanya akan mempengaruhi masa depan dunia ini.”
“Dunia ini terlalu gila.”
“…Yah, gimana ya, bukannya itu terdengar menggelikan saat kau bilang begitu?”
Ketika Naoto mengerang di bawah kaki Marie, Halter menghela napasnya dan berkata,
“Kita harus cepat-cepat.Bukan waktunya drama kecil-kecilan.”
“…Ah, jangan khawatir, Halter.”
Naoto bicara sambil sempoyongan, lalu membersihkan debu dari pakaiannya, dan membetulkan headphonenya.
“Selama kita bekerja bersama, sebuah kota metropolitan dengan populasi 40 juta akan jatuh ke dalam tangan kita.”
“…Bagus kalau itu terjadi.”
Halter menepuk kepala botaknya sambil bergumam,
Dan keempat orang tersebut berlari menuruni tangga darurat.
Mereka melewati helikopter yang meledak ketika mendarat, dan berlari menuju rotor di depan stasiun.
Monitor besar di depan stasiun sedang menayangkan siaran darurat, siaran itu melaporkan serangan teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan jelas.
Mereka berhenti di plaza yang dipenuhi dengan para pengungsi, lalu Halter berujar,
“Sekarang, seperti yang Milady dan aku sepakati, setelah kami memastikan para profesor mengungsi, kami akan bekerja di bengkel untukmu.”
“Kami serahkan AnchoR pada kalian.Jangan lengah dan mati disana.”
“Jangan khawatir.”
Naoto hanya tersenyum mendengar perkataan Marie.
Tapi di momen ini, RyuZU menyela, dia mencoba meminta Marie untuk tetap tinggal,
“Tidak, maafkan saya, tapi apa anda keberatan kalau menemani kami, Master Marie?”
Marie memiringkan kepalanya dengan ragu,
“—Aku juga?”
“RyuZU?”
Naoto tidak memahami pertanyaan RyuZU, lalu RyuZU sedikit merendahkan pandangannya, dia kelihatan patuh,
“Hamba yakin kalau hamba tidak bisa mengalahkan AnchoR sendirian saat AnchoR berkekuatan penuh.Apa yang hamba tawarkan pada Master Naoto adalah peluang untuk membuat hal mustahil menjadi mungkin—jika sesuatu terjadi pada Master Naoto, hamba rasa hamba tidak akan bisa beroperasi.”
“…”
“Untuk alasan tersebut, hamba berharap kalau Master Marie juga ikut untuk berjaga-jaga saja.”
Dan setelah berkata begitu, RyuZU membungkuk dalam-dalam.
Marie membelalakkan matanya tanpa bersuara.
Meskipun dia sudah mempertimbangkan filter kata-kata kasar yang dimiliki RyuZU, Marie tidak bisa menerima RyuZU yang melihat orang lain selain Naoto sebagai serangga belaka, tapi RyuZU malah menundukkan kepalanya.
Marie menelan ludahnya, dan pelan-pelan mengangguk,
“—Baiklah. Kupikir aku tidak punya cara untuk menangani AnchoR, tapi jika kau berpikir begitu, kurasa tidak masalah jika aku ikut dengan kalian. Hidup atau mati, aku akan bersama kalian sampai saat terakhir.”
“Resolusi yang bagus, Master Marie.”
RyuZU mengangkat kepalanya, dan bicara dengan mimik serius.
Marie membalikkan badannya ke arah tubuh besar Halter
“Halter, apa kau bisa menangani semua itu sendiri?”
“Ya, masih adaProfesor Conrad.Pria tua itu bukanlah orang amatir. Meskipun tanpa dirimu , Milady, itu hanya memerintah semua pekerja untuk pergi.”
“…Jika kau berani bertingkah kurang ajar padaProfesor Conrad, aku akan mencekikmu nanti.”
Marie melotot marah pada Halter yang sedang bercanda.
Dan dari samping, Naoto menyela, dia kelihatan terkejut,
“Hei, Profesor Conrad itu pria tua yang itu, kan? Apa itu tidak masalah?”
“Ya.Jangan tertipu oleh penampilannya—”
Marie mengangkat bahunya,
“Dia mampu mengalahkan selusin automata berarmor ringan atau semacamnya hanya dengan sebuah obeng.”
“…Apa!?”
Naoto berseru, dan Halter mengeluh,
“Sejujurnya, aku tidak terlalu bagus dalam berurusan dengan pria itu. Dia bersikeras untuk mempelajari seluruh struktur organ prostetikku, dan dia bisa melumpuhkanku tanpa kekuatan eksternal apapun…”
“…Tidaktidak tidak, itu pasti bohong, kan? Apa tadi itu terlalu berlebihan?”
“Dia benar-benar tidak membual, lho?”
Marie menyimpulkan dengan tegas.
Dan dari lubuk hatinya, Naoto bertanya dengan wajah ragu.
“Kupikir ini tidak mungkin…tapi apa orang-orang di ‘Guild’ ahli bela diri seperti Marie?”
“Itu mustahil, kan?Pada dasarnya ‘Guild’ adalah organisasi intelijen.”
“…Tentu saja!”
Naoto menghela napas lega, dan Marie melanjutkan kata-katanya,
“Tapi karena merawat Menara Jam adalah pertarungan kekuatan fisik, semuanya harus sedikit melatih tubuh mereka, lho?Sebagai catatan, orang yang mengajariku bela diri adalahProfesor Conrad.”
“…Bela diri yang menyeramkan itu?”
Naoto teringat kembali akan teknik tendangan yang Marie gunakan untuk melumpuhkan dua tentara ‘militer’ dalam sekejap, lalu dia menggigil ketakutan.
—Itu pasti teknik untuk membunuh berapa kalipun aku pikirkan.
“Yah, selain itu,”
Marie menyimpulkan bibirnya menjadi senyuman dan berkata,
“Saat bertarung melawan ‘militer’ Bumi, setidaknya aku harus menghan—tahu bela diri.”
“Kau baru saja bilang ‘menghancurkan’ tadi, kan!?”
Naoto memekik, dan Marie menjawab dengan senyuman lebar.

Setelah itu, Halter berpamitan, dan ketiganya pergi dari tempat tersebut.
Mereka pergi menuju tempat parkir bawah tanah di depan stasiun.
Untuk menunggu AnchoR, mereka memilih tempat yang sangat luas dan tidak dikunjungi orang.
Meskipun mereka mengambil posisi dimana mereka dapat mengamati pintu masuknya, RyuZU berbisik,
“…Apa dia akan datang kesini?”
“Dia akan datang.”
“Dia bakal datang.”
Meresposn pertanyaan RyuZU ini, Marie dan Naoto menyimpulkan hal tersebut berdasarkan alasan yang berbeda,
“TIndakan kita mungkin tidak termasuk dalam rencana orang-orang itu; mustahil mereka bisa memprediksi seseorang akan memulai serangan teroris untuk membajak fungsi kota. Dalam situasi ini, semua pihak yang terlibat tidak mungkin mengabaikan kita, dan hanya AnchoR yang bisa melawan RyuZU.”
“…Anak itu pasti akan datang, untuk menemuimu, AnchoR. Lebih tepatnya, untuk membuatmu, RyuZU—menghancurkannya.”
Naoto menyipitkan matanya, dan menatap mata RyuZU sambil berkata,
“Tapi itu tidak akan kubiarkan. Aku akan menyelesaikan ini dengan kedua belah pihak segar bugar. Jadi RyuZU—tolong hentikan AnchoR.”
“Baik, karena sesuai keinginan anda, Master Naoto.Lagipula—”
RyuZU meletakkan tangannya di dada,
“…boleh dibilang, hamba berharap sebisa mungkin hamba tidak perlu menyakiti adik hamba.”
Dia merendahkan pandangannya, dan menyatakan pikirannya yang sebenarnya.
—Setelah itu,
AnchoR muncul dari pintu masuk tempat parkir bawah tanah tersebut.
Pencahayaan lantai dasar itu kurang.
Dan tempat ini, jauh dari kekacauan di permukaan, diisi dengan suasana hening.
Kedua unit seri Initial-Y saling berhadapan satu sama lain, dengan jarak 30 m.
Jarak itu begitu dekat bagi kedua belah pihak, mereka dapat menutup jarak seperti itu dalam sekejap.
Di satu sisi ada seorang automata anak perempuan dengan gaun merah putih—AnchoR.
Di sisi lain ada seorang gadis automata berambut perak dengan gaun hitam putih—RyuZU.
Meskipun ada Naoto dan Marie, yang diam berdiri dan menelan ludahnya dengan tegang di belakang RyuZU, AnchoR menatap kakaknya melalui topeng yang dia kenakan.
Dan dengan nada kalem, RyuZU berkata,
“Apa kamu dengar suara kakak, AnchoR?”
Tidak ada jawaban.
Tapi RyuZU tidak keberatan seraya melanjutkan,
“Suaramu didengar oleh Tuan kakak.Kamu sedang dikendalikan oleh suatu mesin kotor dan jiwamu diinjak-injak. Kakak mengerti betul penghinaan yang kamu alami, tapi—”
Dia berhenti sejenak,
“Kakak sepenuhnya menolak untuk menghancurkanmu.”
Matanya menyipit, dan dia terus mendeklarasikan kepada AnchoR yang masih bungkam.
“Sebagai kakakmu, dan sebagai pelayan Tuan Kakak, kakak akan menyelamatkanmu.Demi alasan tersebut, kamu juga perlu bertarung, AnchoR.Bukan untuk orang lain, tapi untuk keinginanmu sendiri; kamu harus melindungi keinginanmu sendiri.”
AnchoR tidak menjawab.
Tapi kubus yang teruntai di depan dadanya jatuh dari rantainya dan melayang tanpa suara.
RyuZU menerima tantangan tersebut, dan melangkah maju.
“Hamba pergi.”
—Suara itu keluar.
Bukan suara riang dan merdu yang biasanya.
Suara robot dan profesional itu datang bersama dengan kata-kata RyuZU—atau lebih tepatnya, deklarasi yang dia ucapkan,
“Penetapan Deklarasi—Unit 1 seri Initial-Y ‘Yourslave’ RyuZU.”
Sesaat kemudian,
AnchoR, yang tetap bungkam sampai titik ini, akhirnya bersuara,
“Penetapan Deklarasi—Unit 4 seri Initial-Y ‘Trishula’ AnchoR.”
Transformasinya dimulai.
Dengan disaksikan oleh Naoto dan Marie, kedua unit seri Initial-Y mendobrak wilayah yang pastinya tidak diketahui oleh manusia yang hidup di dunia ini.
“Fungsi inheren—Waktu Imajiner (Mute Scream)…memulai rangkaian aktivasi.”
“Fungsi inheren—Kotak Keharuman Sepuluh Ribu Bunga (Power Reservoir)…memulai rangkaian transformasi.”
Kata-kata itu adalah desakan pemberontakan bagi kedua automata tersebut.
Dan dalam kesempatan ini—mereka menyatakan niat mereka untukmelanggar hukum Fisika dengan jelas
Naoto terkesiap.
Logika dunia lain yang tersembunyi di dalam tubuh RyuZU mulai menampakkan dirinya sendiri.
Di saat yang sama, gertakan gir-gir bergema, dan dengan sebuah bunyi nyaring, seperti domino yang jatuh, gaun hitam RyuZU berubah warna dan bentuk. Gaun itu menjadi kerudung tembus pandang yang menujukkan kulit putih, sebuah gaun pernikahan berwarna putih mutiara yang membalut tubuhnya dengan ketat.
Mata keemasannya mengeluarkan cahaya rubi.

“–Memulai pergeseran dari jam pertama ‘Waktu Sungguhan’ ke jam kedua ‘Waktu Imajiner’.”
“Tingkat Ancaman, Kategori Dua’—perbedaan putaran, Pergeseran keduabelas.”

Kau bercanda Marie menelan ludahnya.
Apa—AnchoR tadi bilang keduabelas?
Marie tidak tahu apa-apa mengenai Fungsi Inheren milik AnchoR. Berbeda dari Naoto, dia tidak bisa memahami hal itu dengan instingnya, tapi setidaknya dia bisa mendeduksi.
Ketika mereka pertama kali bertemu di Mie, dia ingat kalau AnchoR bilang Ketiga.Kalau tidak salah sih begitu. Dengan asumsi kalau itu bermakna output energi imajiner atau sebuah pembatas, keduabelas akan menjadi—

Ketika Marie merasa ngeri, penampilan anak itu berubah secara bertahap.
Kubus yang melayang di dadanya menggeliat, dan mulai berputar dengan kecepatan hampir setingkat kecepatan cahaya.
Rambut hitamnya yang berkilau berubah menjadi merah darah.Baju besi warna putih polosnya melebar dengan menakutkan, dan garis merah bercahaya menutupi baju besi yang sekarang berwarna hitam dengan gila.
Lingkaran cahaya malaikat yang berputar di atas kepalanya telah berubah menjadi tanduk iblis.
Topeng hitam yang menutupi wajah anak tersebut mengeluarkan suara nyaring.

“Mengaktifkan (Chrono Hook)—melompat dari pergerakan sungguhan ke pergerakan imajiner.”
“Mengaktifkan (Chrono Hook)—Memulai Output Imajiner dari Gir Kekal, muncul.

RyuZU dan AnchoR mengambil langkah maju di saat yang sama.
Tindakan itu bukan hanya perubahan posisi secara fisik; itu juga menandakan mutasi yang terbentuk di dalam diri kedua unit tersebut yang ditabukan dunia.
Waktu imajiner mengamuk, dan kalor tak terbatas yang berakselerasi, keduanya menyebabkan keputusasaan dalam alam semesta saat ini.
AnchoR menaikkan suaranya dengan gamblang,
“Mengeksekusi perintah…deklarasi, target yang ada di depan ‘RyuZU’—target harus dihancurkan.”
Sebagai jawabannya, RyuZU tersenyum.
“Majulah, ‘AnchoR’, kakak akan mengukir harga diri seorang kakak perempuan pada dirimu.”
Kedua bersaudari itu saling memanggil nama mereka, saling berhadapan, kemudian—
RyuZU sedikit menaikkan keliman roknya.
Sedangkan AnchoR merangkak, dia bertumpu dengan kedua tangan dan kakinya di tanah seperti seekor monster.
Seperti sebuah pernyataan ijab kabul.
Seperti sebuah seruan ratapan.
Keduanya mengucapkan kata-kata terakhir yang radikal dan tabu bagi dunia.

“—Mobilitas Relatif (Mute Scream)—”
“—Mobilitas Absolut (Bloody Murder)—”

Dengan begitu, kedua legenda saling beradu.

Naoto dan Marie tidak dapat memahami apa yang terjadi setelahnya.
RyuZU berlari dalam waktu imajiner ini.
Dan dalam waktu dimana realita berhenti tanpa batas—dalam sepersekian detik, dia telah menaklukkan tempat ini.
Itu adalah ruang imajiner yang tidak mungkin ada dalam alam semesta ini.
Sebuah ruang paradoks dimana hukum fisika tidak berlaku.
Selama dia berada dalam keadaan ini, tidak ada yang dapat melukainya, dan tidak ada yang bisa meloloskan diri dari senjatanya dengan cara apapun.
Namun—
Adik kecil yang sedang berhadapan dengannya juga merupakan keberadaan luar biasa yang melanggar dunia ini.
Tidak ada yang dapat mendeteksi serangan RyuZU dalam waktu imajiner ini, tapi AnchoR melompat untuk menghindari serangan tersebut.
Rambut merah darahnya melengkung.
Dan di saat yang sama, AnchoR mendarat di ruang kosong, lalu mengayunkan tangan kanannya.
Tangan besar yang dilengkapi dengan cakar itu bermaksud untuk mencabik RyuZU bersama dengan waktu imajinernya.
“—”
RyuZU tidak kelihatan terkejut sedikitpun.Dengan pergerakan enteng dan elegan, dia mengelak dari cakar AnchoR dan menjaga jaraknya.
Hal ini setidaknya telah dia perkirakan—bukan, telah dia antisipasi.
Meskipun RyuZu bisa menembus batas dari waktu dan mengambil tindakan, AnchoR dapat mengimbanginya dengan paksa.Kalor tanpa batas milik AnchoR menyebabkan kelainan dalam alam semesta ini, dan membuka paksa celah dalam ruang.
Dalam dunia yang berhenti ini, RyuZU menari dengan elegan.
Sedangkan AnchoR menyerbu perubahan ruang ini dengan kasar.
Kedua automata melanggar ‘waktu’ konvensional menggunakan proses yang berbeda drastis.
RyuZU mengangkat tangannya.
Unit 1 seri Initial-Y ‘Yourslave’ RyuZU.”
Dirinya,yang diharapkan menjadi seorang pengikut, memiliki dua sabit hitam yang keluar dari dalam roknya sebagai senjata.Senjatanya lumayan kurang daripada AnchoR, yang diharapkan menjadi sebuah senjata yang memiliki sekian banyak senjata dalam dirinya.
Karena alasan itu, RyuZU menyatakan dirinya sebagai yang terlemah, bahwa dia adalah unit yang paling tidak cocok dalam bertarung diantara para saudarinya.
Namun—
“Itu—bukan berarti pasti kalah.”
Sabit hitamnya menuruti keinginan RyuZU dan mengayun ke arah samping AnchoR yang mendatangi RyuZU.
Tebasannya cepat dan presisi.
Dua mata sabit yang elegan dan indah ini tetap stabil seraya terus menebas segala hal tanpa pandang bulu, mengiris-iris semua hal yang mereka temui.
Namun, mata sabit yang tajam itu diblok oleh sesuatu, dan mereka mengeluarkan suara nyaring.
“…!?”
RyuZU megalihkan pusat gravitasinya, dan melompat ringan seraya membalikkan badannya.
Menggunakan momentum tersebut, AnchoR melancarkan serangan.
RyuZU memastikan sesuatu; kelihatannya ada semacam gelombang riak dalam ruang kosong dimana sabitnya tadi ditangkis.
Dan kubus yang melayang di atas kepala AnchoR berputar-putar seraya berubah bentuk.
“Manipulasi ruang…!”
Itulah kemampuan dasar dari senjata AnchoR.Menghadapi sabit RyuZU, dia memperkirakan serangannya dan mengubah bentuk ruang kecil untuk membentuk perisai.
Sabit RyuZU tidak punya kemampuan untuk menembus ruang yang sudah diubah bentuknya.
“…”
RyuZU kembali mengayunkan sabitnya, dia memprioritaskan kecepatan seraya meningkatkan jumlah serangannya dan mengayunkan sabitnya dengan ganas, kali ini dia mengantisipasi kalau musuh akan memblok serangannya.
“—!”
Tapi sabitnya kembali ditangkis.
Riak-riak muncul di udara bersama dengan suara bisu AnchoR, riak yang muncul di udara itu menghentikan tebasan RyuZU sepenuhnya.
Ketika RyuZU merasa risau, AnchoR mengejarnya.
Kedua belah pihak setara dalam kecepatan—koreksi, RyuZU sedikit lebih cepat.
Waktu imajiner ini memberikan keuntungan pada RyuZU.
Tidak peduli seberapa tinggi AnchoR berakselerasi dan mengejarnya, kemampuan AnchoR, manipulasi ruang, akan menyebabkan sedikit jeda. Buktinya adalah AnchoR tidak menggunakan sekian banyak senjata yang seharusnya tersimpan dalam dirinya, dan memanipulasi ruang hanya untuk bertahan.
Dengan kata lain—AnchoR harus membunuh RyuZU dengan tangannya sendiri.
Namun,
“—!”
AnchoR mengayunkan cakarnya. RyuZU berhasil melompat ke kanan dan menghindari serangan ini di saat terakhir.
Tapi cakar itu mengayun menembus ruang, dan menyebabkan guncangan hebat dalam ruang tersebut.
Di saat yang sama, mobil di belakang RyuZU menghilang.
Mobil itu hancur menjadi debu, tanpa bekas sama sekali.
Kalor yang dimiliki AnchoR memiliki energi yang cukup untuk membuka pecahan waktu, dan kalor tersebut banyak terkumpul di cakar kanannya.
—Selama satu cakar menggoresnya, tubuh RyuZU akan tercabik-cabik sebelum dia bisa melawan.
Benar.Sendirian?Mengunci senjatanya tidak bisa dianggap handicap; masalah utamanya adalah serangan RyuZU tidak bisa menembus pertahanan AnchoR. Meskipun RyuZU dapat bertindak sedikit lebih cepat, fungsinya akan berhenti baik cepat maupun lambat ketika energi dalam pegasnya habis. Barangkali sebelum itu terjadi, dia akan terkena serangan AnchoR dan hancur menjadi debu.
Itulah kesimpulannya—hasil dari pertarungan ini yang akan segera terjadi.
Namun—
“Situasinya berjalan seperti yang saya harapkan—bukan, seperti yang direncanakan.
RyuZU bergumam begitu seraya menghindari cakar yang mencabik ruang dengan keyakinan maksimum.
Wajahnya tidak terlihat takut sedikitpun.Itulah hal yang telah dia pahami sebelumnya.

—3 hari yang lalu .
Ketika pertemuan strategis, Naoto dan RyuZU mengobrol begini.
“Jika hamba bertarung langsung dengan AnchoR, peluang hamba menang adalah nol.”
RyuZU menyimpulkan begitu, dan Naoto kelihatan putus asa, lalu berkata,
“Tapi kau tidak perlu menang, kan?Selama kau bisa menghancurkan topeng itu—”
“Itu sama saja, Master Naoto.Ada perbedaan kemampuan bertarung antara AnchoR dan hamba yang tidak bisa hamba lampaui.”
“…Meskipun jika kau menggunakan fungsi inherenmu?”
“Iya.Meskipun hamba dapat mengaktifkan Waktu Imajiner, AnchoR dapat menandingi hamba secara paksa.Anak itu memiliki kalor tanpa batas untuk melakukan hal itu.”
“Kalau begitu, hanya ada satu jawaban.”
Ketika melihat tuannya mengangguk, RyuZU bertanya,
“Dan jawabannya apa?”
Sederhana, Noto menjawab.
“—Gunakan tubuhku sebagai perisai.”
“Itu tidak bisa diterima.”
RyuZU segera menolak usulan Naoto, lalu menatap wajahnya,
“Tidak ada gunanya mempertimbangkan hal itu.Apa anda benar-benar mengerti apa yang baru saja anda usulkan?”
“Tapi tidak ada cara lain.”
“Ada cara lain. Dengan menghindari pertarungan tersebut.”
Tatapan RyuZU melebihi titik beku seraya menyatakan,
“Jika saya boleh bicara terus terang, penahanan AnchoR hanyalah masalah remeh bila dibandingkan dengan membuat anda terancam bahaya, Master Naoto.Meskipun Tokyo ambruk dan jutaan, milyaran manusia yang lebih rendah dari mitokondria jatuh berguguran ke dasar planet ini, hamba tidak peduli—”
Benar, itulah garis akhir yang pasti tidak akan dilewati RyuZU.

“—”
RyuZU melompat.
Dengan sabitnya mengait ke pipa di atap, dia mengayunkan tubuhnya.
Karena tindakan ini, dia kembali menghindari cakar AnchoR di saat terakhir, menghindari kehancurannya sendiri.
Di saat yang sama, dia melihat ke belakangnya. Siluet adik kecilnya yang terus menyerang. Sejumlah besar kalor yang tersimpan di tubuh sang adik telah membengkokkan ruang di sekelilingnya hanya dengan berada disana.
Itu kelihatan seperti api, yang menyelimuti tubuh AnchoR dengan menyeramkan.
RyuZU membalikkan tubuhnya dan menendang atap.
Dua sabit dan kakinya mengaktifkan 3 dimensi dalam ruang tertutup tersebut—dia bergerak seperti pinball ke arah AnchoR—
Tapi AnchoR tetap tidak terpengaruh.
Kubusnya berubah menjadi geometri non-Euklides[1].
“—!?”
Pembengkokan berskala besar terjadi, dan jaring ruang itu menyerang RyuZU.
Satu dari sabit yang memanjang miliknya terkena oleh jaring tersebut, dan sebuah getaran kuat mengguncang tubuh sabit tersebut.Seperti secarik kertas, sabit yang terkena itu hancur, dan pusat gravitasi RyuZU menjadi miring, sebelum dia terlempar.
Tepat sebelum tubuhnya terlempar ke dinding, RyuZU menggunakan sabit satunya untuk memotong sabit yang rusak, karena sabit itu sudah tidak berguna, hanya sebuah beban saja.
Setelah posturnya bebas, dia mendarat langsung di dinding—dan segera melompat.
Dalam sekejap itu, dinding yang dia gunakan sebagai pijakan meledak berkeping-keping.

—Dia teringat.
“Dan tolong maafkan kekeraskepalaan hamba ini, Master Naoto, tapi mengorbankan nyawan anda tidak akan menyelesaikan apapun. Tubuh manusia bahkan tidak akan bisa disebut perisai di hadapan kekuatan AnchoR.”
RyuZU lalu merendahkan kepalanya sambil berbisik,
“Master Naoto. Apa anda pikir tidak masalah jika anda ternyata mati?”
“Hm?Kenapa kau bertanya?”
Naoto hanya tertawa kecil dengan enteng, lalu menjawab,
“Bukan begitu, RyuZU.Aku memang sedang mempertaruhkan nyawaku disini, tapi aku tidak berniat mati sedikitpun. Aku tidak berniat mengorbankan nyawamu, RyuZU, dan aku tidak berniat untuk mengabaikan AnchoR’
Mata keemasannya menatap ke bawah, lalu RyuZU menghela napasnya,
Dia menggelengkan kepalanya.
“Itu adalah harapan yang tidak mungkin.Terus terang, itu adalah tindakan tolol dan nekat.”
“Yah, mungkin itu benar. Tapi entah kenapa, aku tidak berpikir kalau aku akan gagal.”
Mata kelabu itu berkedip beberapa kali, lalu Naoto menyatakan,
“Ya—aku tidak akan mati. AnchoR tidak akan membunuhku, dan juga, aku percaya kalau kau pasti akan berhasil. Disamping itu—”

Dia kehilangan satu senjatanya.
Artinya pilihannya semakin sedikit.Apa yang menurun adalah jumlah serangannya, pilihan menghindar, dan batas minimum kerusakan yang diperbolehkan—dengan kata lain, peluang RyuZU untuk bertahan hidup.
Tapi meski begitu—
“Tidak ada—masalah.”
Mata merah RyuZU menyala seraya memutar jamnya.
Dia menjadi semakin cepat,cepat, cepat—dan lebih gesit!
Dia mengendalikan tubuhnya.Dia mendominasi waktu dan ruang.Dia mengatur jalannya pertarungan ini.Dia dapat melakukan itu semua, dan dia mengerti kalau dia bisa menang jika dia bisa melakukan semua hal tersebut.
Berkat interferensi besar dalam ruang, dia kehilangan satu senjata, tapi berhasil menjauh.
Waktu yang dia peroleh hanya sedikit, kurang dari sepersekian detik dalam waktu imajiner ini—tapi meskipun begitu, tidak salah lagi kalau itu adalah kesempatan.
RyuZU melihatke arah AnchoR, lalu melompat mundur. AnchoR terus mengejarnya.
Mempertimbangkan kapabilitas maupun perbedaan kemampuan bertempur diantara mereka itu tidak ada artinya.
Karena tuannya, karena Naoto bilang kalau dia bisa melakukannya.
Karena Naoto bilang kalau dia percaya pada kemampuan RyuZU, jadi RyuZU percaya pada dirinya sendiri.
Dan lebih dari siapapun, RyuZU sendiri percaya pada adik kecilnya.

—Tuannya sudah bilang.
“Tapi—AnchoR tidak bisa membunuh manusia.Benar kan?”
RyuZU tidak bisa menyangkal kata-kata itu.
Dia hanya bertanya tanpa mengubah ekspresinya.
“…Tapi anak itu saat ini sedang dikendalikan”
“Tapi dia masih mencoba sebisanya untuk melawan.”
Dengan mata tak tergoyahkan, Naoto menatap mata RyuZU, lalu menarik kesimpulan.
“Buktinya adalah AnchoR tidak menyerang Marie atau diriku di bawah tanah.Dia selalu menyerangmu dan paman Halter.”
“Dia mungkin memprioritaskan orang-orang dengan tingkat ancaman lebih tinggi.”
“Itu mungkin benar.”
Naoto setuju akan hal itu, tapi dia segera menggelengkan kepalanya,
“Tapi kupikir kali ini berbeda. Aku yakin akan hal itu. Untuk membuktikannya, aku bersedia mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkan AnchoR.”
Dan disamping itu Naoto melanjutkan kata-katanya,
“Anak itu sudah bilang kalau dia ingin kakaknya menyelamatkan dirinya.”
“—”
“AnchoR tidak bisa melukai manusia, jadi jika kau menggunakanku sebagai perisai untuk membuat peluang, kau pasti dapat menggunakan kesempatan itu untuk menghancurkan topengnya, kan?”
Sekarang setelah dia bertanya begini…RyuZU tidak menjawab.
Berdasarkan pemikiran logis, RyuZU tidak bisa menerima rencana Naoto karena itu terlalu beresiko.Namun, dia tidak bisa berbohong dan bilang kalau itu mustahil.
Karena itulah dia diam saja.
Dan Naoto tersenyum, dia kelihatan menduga hal tersebut, dan bicara pada RyuZU,
“Hm, yah—ini perintah, RyuZU.Kita akan menggunakan diriku sebagai perisai untuk menyelamatkan adikmu.”

—Di titik ini, sia-sia saja jika dia ragu.
Dia mengukur jaraknya.
Dan memastikan dirinya sendiri, di belakangnya, AnchoR yang masih mengejar, dan timingnya.
Pihak terakhir, yang mengejar seraya mencabik-cabik ruang yang bengkok, kelihatan seperti komet kecil.
“AnchoR.”
RyuZU memanggil,
“Kakak percaya padamu.”
Dia tidak bisa melihat wajah adiknya, yang tertutup oleh topeng.
Hanya siluetnya, yang sekarang merupakan perwujudan kehancuran, sedang mendekat.
Simulasinya telah komplit.Dia telah menggambarkan rancangannya.
RyuZU tersenyum, dan sedikit melambat.
Begitu saja sudah membuatnya berada dalam jarak serang AnchoR, dan pihak terakhir mengangkat cakar kanannya yang besar.
Satu serangan yang dapat menghancurkan segalanya terayun.
Di momen itu—RyuZU meloncat.
Sebenarnya itu bukanlah menghindar; di jarak dan timing ini, dimana waktu berhenti, satu ayunan saja dapat menghancurkan tubuh RyuZU sepenuhnya.
Namun—itu hanya jika AnchoR terus mempertahankan akselerasinya.
Sesaat ketika RyuZU melompat ke atas, AnchoR melihat benda di belakang RyuZU, dan segera berhenti.
Dia melambat drastis.
Kalor yang cukup kuat untuk membengkokkan ruang menghilang seperti tungku yang dimatikan karena bahan bakarnya habis.
Dengan kata lain—dia berhenti dan diam dengan sempurna dalam waktu imajiner ini.
RyuZU tersenyum simpul dengan memikat.
“Kamu—benar-benar berusaha keras disana.”
Dia memuji seraya mengayunkan sabitnya.
Sebuah sabit hitam menebas topeng AnchoR beberapa kali.
Dia menghentikan putaran gir topeng tersebut, memutuskan sirkuitnya, dan memecahkan topeng itu sepenuhnya, tanpa menyisakan satupun baut.
Akhirnya, dia menyingkirkan cakar besar yang tergantung di ataskepala gadis pirang itu, lalu bergumam,
“Tapi sudah waktunya kamu istirahat.Master Naoto akan memperbaikimu segera.

—Waktu normal telah berlanjut.
Dan tubuh AnchoR terlempar, tubuhnya terbebani oleh kekuatan merajalela dalam tubuhnya.
Naoto dan Marie tidak bisa mengamati apa yang terjadi dalam Waktu imajiner.
Oleh karena itu, apa yang bisa mereka pahami hanyalah ledakan, angin dan guncangan saja, jejak-jejak kehancuran yang merusak tempat parkir tersebut dengan parah, RyuZU dengan pegas yang kehabisan energi, dan AnchoR yang penuh luka serta terlempar.
Tubuh anak kecil itu menabrak dinding dengan keras, dan Naoto menjerit,
“Woah!?AnchoR!!”
Dia buru-buru menghampiri AnchoR, membawa tubuh tak bergerak tersebut.
Terus terang, AnchoR sedang dalam keadaan buruk.Dia berubah kembali dari penampilan iblis hitamnya ke anak putih, tapi tubuhnya jelas menderita kerusakan parah.
Dia kelihatan seolah habis tertabrak truk.Atau, dia sudah dipukul dengan palu raksasa.
Sebenarnya, luka AnchoR disebabkan oleh ledakan setelah penghentian output daya yang mendadak, mirip seperti bagaimana sebuah mesin yang berakselerasi tanpa batas dimatikan secara paksa. Energi yang dapat mencabik-cabik Waktu imajiner melukai AnchoR sendiri,
“Ah…b-bagian dalamnya masih bekerja…syukurlah.”
Naoto menghela napas lega. Dia mengorek telinganya untuk mendengarkan suara dari dalam tubuh AnchoR, memastikan kalau fungsi dalam tubuhnya berjalan normal…
Marie mengangguk,
“Ngomong-ngomong, pergi putar pegasnya RyuZU.Aku akan melakukan perbaikan darurat untuk saat ini.”
“O-oke, aku serahkan padamu, Marie…!”
Dan Marie memanfaatkan waktu untuk menghidupkan kembali RyuZU untuk duduk memperbaiki AnchoR
Tapi meskipun begitu, dia tidak bisa berbuat banyak.
Dia hanya melakukan pengecekan sederhana pada tubuhnya, dan menghentikan suku cadang yang membebani tubuhnya.Jika dia mau memperbaikinya, dia memerlukan perlengkapan di bengkel dan telinga Naoto.
Setelah perawatan pendahuluan, Marie sedikit menghela napasnya,
“…Tapi aku masih tidak bisa percaya kalau kita benar-benar berhasil. Sejujurnya, aku sungguh tidak percaya RyuZU mau mengikuti rencana untuk menggunakan Naoto sebagai perisai…”
RyuZU yang itu pasti tidak akan setuju kalau itu membahayakan Naoto.
Itu bukan hanya apa yang dipikirkan Marie; pada awalnya memang harus begitu.
Tentu saja, sebuah automata tidak akan membangkang dari perintah tuannya, tapi RyuZU tidak dikekang oleh pengekang natural seperti itu. Saat diperlukan, dia bisa mengabaikan perintah Naoto.
Tapi meski begitu, itulah kenyataannya.
“…Itu semua karena saya percaya pada Master Naoto.”
Suara dingin terdengar dari belakangnya.
Marie menoleh dan melihat RyuZU, yang pegasnya sudah berputar, sedang berdiri disana.
“Master Naoto adalah orang istimewa yang melampaui manusia biasa—dan Master Naoto ini sudah bilang kalau dia percaya pada saya.Oleh karena itu, saya punya tanggungjawab untuk membayar kepercayaannya.Selain itu, karena Master Naoto mengindikasikan kalau dia percaya pada AnchoR juga, bagaimanapun juga, saya pun harus percaya pada adik saya sendiri.”
Sehingga, hasilnya adalah kesuksesan besar.
AnchoR terluka parah, tapi dia sudah diperbaiki. Mereka berhasil memenangi pertarungan yang sama sekali tidak mungkin mereka menangi, mencapai tujuan mereka dan meraih hasil yang cukup memuaskan.
Naoto percaya pada RyuZU dan AnchoR, RyuZU percaya pada Naoto, dan baik RyuZU maupun AnchoR mempertaruhkan nyawa mereka untuk membayar kepercayaan Naoto.
Marie sungguh merasa kalau itu adalah hal yang indah.
“…Ya, hubungan antara kalian berdua memang bagus. Kata-kataku masih benar.”
“Saya berterimakasih anda mau menemani kami, Master Marie.Iya, kepercayaan adalah satu hal, tapi ada juga keraguan dalam kenyataannya.Toh saya harus menyiapkan rencana cadanganjuga.”
“…Hm? Rasanya aneh mendengarmu mengatakan hal yang bijak seperti itu?”
Marie sedikit memiringkan kepalanya, dia tidak sadar sama sekali bahwa dalam waktu yang tidak dia ketahui, dia hanya berjarak beberapa millimeter saja dari kematian.
Di momen ini, Naoto, setelah melepas headphonenya, bicara dengan lembut,
“Oh…?”
“Ada apa?Apa yang kau dengar?”
“Bukan apa-apa, hanya saja aku dengar hal yang sangat mengejutkan dari bawah tanah…kelihatannya kita punya pemenang disini.Suara senjata raksasa itu sudah berhenti.”
“Berita yang bagus.Upaya kita dalam memulai peristiwa besar itu tidak sia-sia.”
Setelah bilang begitu, Marie berdiri,
“Sekarang, ayo kita pergi dulu.Kita harus buru-buru membawa AnchoR kembali ke bengkel untuk diperbaiki.”
—Saya sangat ngantuk
Si anak berkeliaran dalam kabut putih manis, atau mungkin berenang di dalamnya.
Barangkali saja dia bahkan terbang.
Semuanya terasa begitu samar baginya; tidak pasti, samar, ambigu—tapi meski begitu, cahaya yang melayang di depan matanya berkedip, sama pastinya dengan kehangatan dalam dadanya.
—Apa yang terjadi?
Dia pernah memiliki perasaan seperti itu pada waktu dan tempat tertentu.
Setelah bertanya-tanya sebentar, si anak langsung mendapat jawaban.Jawaban yang sederhana.
Dia merasa seperti ini ketika dia dilahirkan.
Ketika dia dilahirkan dalam ruang putih bersih yang sangat hangat dan kelihatan begitu menarik; begitulah yang dia rasakan.
Ada beberapa orang di sekelilingnya, mengatakan hal-hal yang sangat menyenangkan padanya.
—Tapi ada yang aneh.
Dia tidak bisa ingat apa yang tepatnya dia katakan saat itu.
Dia merasa sangat girang mendengarnya, dan rasanya menyenangkan serta membuat ketagihan, tapi kenapa dia tidak bisa mengingatnya?
Si anak tiba-tiba merasa sedih, dan sedikit merasa ingin menangis.
Di momen itu,
Dia mendengar beberapa suara yang entah kenapa terasa nostalgia.

“—Karena itulah kubilang kalau itu harus seperti ini!”
“Berhenti bercanda! Dulu fungsi imajiner dan sekarang fungsi abadi!? Kau pikir bagaimana caranya aku bisa memperbaiki benda ini—kau mau melawan alam semesta!?”
“Ahh, yang benar saja, kubilang suku cadang itu tidak perlu diperbaiki!Bukannya ada alat pengatur yang mengurangi gesekan sampai nol?Cukup atur gir-gir yang saling bertautan dalam suku cadang itu!”
“Apa kau keberatan memberitahuku bagaimana kau bisa menautkan sesuatu dengan gesekan nol!?”

—Suara-suara itu terasa nostalgia, tapi dia tidak tahu mereka.
Tapi meski begitu, entah kenapa pikirannya menjadi hangat, dan dia merasa sedikit senang.
Dan, si anak menyadari kalau suatu benda telah ditautkan bersama dengan benar, sejumlah energi yang kelihatannya bisa disendok menyebar dari lubuk hatinya.

“Ehh!!Lebih baik kukerjakan sendiri sajaI berikan saja aku obeng!”
“Hah!?A-apa yang kau lakukan!? Aku takut hanya dengan melihat apa yang akan kau lakukan! Memangnya ada orang yang memegang obeng seperti yang kau lakukan , hei, apa kau mau menghancurkannya!?”
“Itu karena kau lambat sekali, Marie!”
“Nnn—ka…bodo amat!Berikan saja perintah tentang suku cadang mana yang harus kutangani.Aku akan menuruti perintahmu sekarang.”
“Sudah kubilang 3 manuver di sebelah kanan dari sirkuit biasa ke 40.325.831kan!?”
“Memangnya darimana aku mulai menghitungnya supaya bisa sampai di nomor sekian!?Aku akan menggantungmu jika kau bertingkah tidak masuk akal!”

—Benar-benar membuat rindu
Tenaga menyebar ke seluruh tubuhnya, dan hal yang awalnya samar mulai menjadi jelas secara bertahap.
Pertama, dia mengingat namanya. AnchoR. Ya, itulah satu hal yang bisa dia ingat. Itulah nama yang dia miliki ketika dia lahir, saat semuanya merayakan kelahirannya.
Itu adalah hal yang penting—nama dan ikrar yang penting.

“Pokoknya!Apa-apaan struktur yang begitu tidak ada artinya, tidak bisa dimengerti dan tidak bisa diidentifikasi ini!”
“Sekarang, saya akan menjelaskannya dengan cara yang bisa dimengerti oleh otak menyedihkan anda, Master Marie.”

Anak itu berkedip.
Dia kenal suara ini.Pastinya, suara itu milik kakaknya.Benar-benar suara yang membuatnya nostalgia, dan dia bisa dengan jelas mengingat suara keluarganya.Suara-suara orang-orang yang paling dia sayangi dan berharga.

“AnchoR ini memiliki ‘Gir Kekal’, dalam kata lain, artinya dia dapat memperoleh energi dari pegas yang berputar secara otomatis, hal ini membuatnya dapat bergerak tanpa kehilangan energi sedikitpun.Semua energi ini diubah menjadi kalor, dan disimpan dalam kubus ini.Manipulasi ruang dan pemanggilan senjata yang disimpan oleh AnchoR dilakukan melalui kalor tanpa batas ini.Fungsinya yang sebenarnya pada dasarnya hanyalah ‘Gir Kekal’ saja.Apa anda mengerti?”
“Aku tidak mengerti!Kau keberatan bila memberitahuku teori di belakangnya!?”
“…Master Naoto. Ketidakcakapan Master Marie sungguh jauh di atas perkiraan hamba.Tolong berikanlah penjelasan padanya.”
“—Sederhananya, tidak ada teori apapun.”
“Aku tidak mau menerima penjelasan seperti itu!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

—Pfftanak itu tertawa kecil.
Kabutnya tercerai berai seperti tirai yang terpisah.
Pengaktifannya kembali telah selesai.Semua fungsinya berjalan normal. Gir Kekalnya, berjalan normal. Tidak ada kelainan.
Dia mengenali dengan tepat kalau dia bukan sedang bermimpi, tapi itu adalah kenyataan.
—Tapi meski begitu—
Si anak sudah memiliki perasaan nostalgia sebelumnya, sampai-sampai ketika dalam mimpinya, hatinya ini selalu mengerti dengan betul, bahwa ketika dia selesai dibuat, dia memang dibuat seperti ini…

Sesaat setelah dia berpikir begitu, AnchoR membuka matanya.
Ada 3 wajah di depan matanya.
Salah satunya adalah wajah yang dia kenali.Wajah itu selalu memasang senyuman, tapi jelas kalau dia merasa khawatir.Wajah itu pastinya adalah wajah kakaknya yang paling tua, RyuZU.
Sedangkan dua wajah lainnya…
“Pagi, AnchoR? Kamu merasa baikan?”
“—Harusnya tidak ada masalah. Mungkin, kayaknya.”
“Anda benar-benar tidak terlalu yakin ya, orang yang mengaku sebagai jenius. Yah, jarang-jarang sih anda mengakui kalau struktur AnchoR berada di luar kemampuanmu.”
Wajah dan suara dua orang itu tidak dia kenali.
Tapi meski begitu, kesan yang dia rasakan dari mereka entah kenapa mulai tumpang tindih dengan ingatan penting dalam pikirannya.
AnchoR hampir saja bicara, tapi dia sedikit bimbang.
Dia merasa sedikit khawatir tentang bagaimana cara dia memanggil mereka.
—Ahh.
Jawabannya datang dengan cepat.

Dia tahu salam yang paling baik dan bagus.


“—Papa, mama, kakak…selamat pagi…”

…Dan entah kenapa…
Ketika dia bicara begitu, wajah ketiga orang yang sedang menatapnya membeku.
Di suatu tempat yang lumayan dekat dengan Akihabara, Conrad dan kawan-kawan sudah menyiapkan tempat persembunyian.
Disana ada bengkel yang dipenuhi dengan perlengkapan yang cukup, dan setelah memindahkan AnchoR yang rusak ke sana, Marie dan Naoto menghabiskan 3 jam untuk memperbaikinya.
AnchoR akhirnya berhasil dihidupkan kembali dengan sukses, tapi setelah mendengar kata-kata pertamanya
Wajah Naoto, Marie dan RyuZU terlihat ngeri dalam sekejap.
“…Sepertinya perbaikan AnchoR memang gagal ya. Ahh, saya memang sudah menekankan untuk tidak membiarkan Master Marie menangani perbaikan ini.”
RyuZU meratap dengan berlebihan, lalu Marie berteriak marah padanya,
“Diam, kau!Apa kau paham bagaimana perasaanku saat ini!? Kenapa juga aku dipasangkan dengan orang mesum ini!? Ini adalah kali pertama aku dipermalukan seperti ini dalam kehidupanku!”
Di sisi lain, Naoto berlutut untuk menatap mata AnchoR, dan bicara dengan suara lembut,
“AnchoR, kamu dengar suaraku~?Dengarkan~ baik-baik, ya~?Kakak ini~ tidak punya selera yang buruk begitu.Pengantinku sudah pasti RyuZU.Paham?Aku punya selera bagus, kan?”
Tapi pelakunya, AnchoR, memiringkan kepalanya, dia kelihatan kaget seraya bertanya,
“Papa…AnchoR nggak boleh memanggilmu begitu?”
Naoto tersenyum lebar, dan menggelengkan kepalanya,
“Tidaktidaktidak, dengarkan baik-baik, AnchoR.Kamu boleh memanggilku begitu, tidak  masalah sama sekali. Ya.Sejujurnya, aku benar-benar senang saat kau memanggilku papa sampai-sampai aku gemetar.”
“Woah!?”
Marie mengerang,memasang wajah seolah-olah dia baru saja melihat seekor kecoa yang tidak sengaja terinjak.
Tapi Naoto mengabaikan reaksi Marie seraya melanjutkan perkataannya,
“Tapi orang ini, kamu mau memanggil orang ini mama? Aku akan berakhir dipasangkan dengan orang ini, itu benar-benar mengejutkan, kan? Pengantinku disini adalah RyuZU, dan aku akan benar-benar bermimpi buruk jika aku diasosiasikan dengan gadis berwatak kasar, liar dan terbuat dari protein ini. Kamu paham~?”
“—Kau tahu kalau akulah yang akan bermimpi buruk, kan? Biarpun aku mau mencari pria lain untuk bermain-main, kau adalah pria terakhir yang akan kupilih!”
“…?”
Saya tidak tahu apa di bagian mana saya salah? AnchoR memiringkan kepalanya, lalu menggelengkan kepalanya dan berlari cepat ke arah Marie, dan memeluknya erat.
Naoto menjerit seraya berteriak,
“Ahh!!Curang, Marie. Aku iri, ayo tukar posisi!!”
“Diam. Jangan mendekatiku, mesum!”
Marie memelototi Naoto dengan mengerikan seraya mengerutkan dahinya.
Wajah AnchoR, yang sudah tidak tertutup topeng lagi, mirip seperti anak kecil yang lembut bagaimanapun orang melihatnya.
Pemeriksaan sederhana akan menunjukkan kalau fungsi tubuhnya berjalan. Ekspresinya jarang berubah, dan perbendaharaan kata serta pemikiran logisnya sedikit kurang.Kemungkinan besar, itu disebabkan oleh pengaturan kepribadiannya.
Tapi rasanya sedikit aneh melihatnya begitu lengket tanpa selesai melakukan identifikasi master.
Konsep sebuah automata memiliki ‘orang tua’ itu sendiri aneh, apa lagi ‘imprinting[2]’, dan orang akan bertanya-tanya lelucon macam apa ini?
Marie terus dipeluk oleh AnchoR seraya bertanya pada RyuZU,
“Ada apa ini?Apa anak ini punya sirkuit yang membuatnya berpikir kalau orang yang memperbaikinya adalah orang tuanya? Tidak aneh kalau automata murahan, tapi apakah salah satu seri Initial-Y menggunakan identifikasi master yang kasar seperti itu?”
“…Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan identifikasi master. Sepertinya ini disebabkan oleh ingatan yang kacau.”
RyuZU bersungut-sungut seraya menekankan,
“Kamu dengar, AnchoR?Memanggil Master Naoto papa saja sudah cukup bagimu, karena orang ini hanyalah bonus sampingan.”
“Hei, kau.”
“Dengan kata lain, dia adalah salah satu alat yang digunakan oleh Master Naoto. Kamu paham?”
RyuZU mengabaikan protes Marie seraya menjelaskan peringatan ini,
—Namun,
AnchoR terus menempel erat kepada Marie, lalu memiringkan kepalanya seraya bertanya,
“…Nggak boleh?”
“~~~~Uu!!!Bukannya tidak boleh! Kamu boleh memanggilnya begitu jika kamu mau, AnchoR! Aku tidak keberatan sama sekali!! Ya, tahan sedikit, mama!!”
“GYYAAHHH!!!?Berhenti bilang hal-hal menjijikan seperti itu, dasar mesum!?”
“BWAH!!?”
Naoto hampir memeluk AnchoR bersama dengan Marie, hanya untuk ditendang jauh oleh tendangan berayun yang tajam dari Marie.
Dan seraya menyaksikan Naoto yang mengerang kesakitan di lantai, RyuZU kelihatan terkejut seraya berkata,
“Master Naoto, hamba menasihati anda supaya anda tidak terlalu memanjakannya. Ada saatnya anda harus tegas saat waktunya tiba, kan?”
“Ini memang benar-benar aneh kan! Apa kau tidak bisa memikirkan sesuatu!?”
Marie memekik, lalu memegang bahu RyuZU seraya mencoba menjaga jarak.
Tapi tanpa disangka, AnchoR mendongak ke arah wajah Marie,
“Mama…?”
“Sudah kubilang aku bukan…”
Dia tidak bisa berkata-kata.
“…”
Marie menatap wajah anak lembut yang terus mendongak ke arahnya.
Tidak ada ekspresi aneh yang tampak di wajah itu, tapi…
“—!”
…Uu, imutnya!
“Tidaktidak, jangan jadi emosional disini!Kembali ke normal!”
Marie buru-buru menggelengkan kepalanya untuk mengubah pikirannya.Dia bisa berakhir seperti si mesum itu. Dia tidak bisa membiarkan dirinya melakukan perbuatan memalukan dan konyol yang dapat membuat orang lain curiga apakah dirinya punya hak untuk terus hidup.
Marie memikirkan cara untuk melawan hal itu, lalu segera bicara,
“Pokoknya, mari selesaikan identifikasi masternya dulu.Imprinting aneh ini mungkin dapat dihilangkan oleh itu.”
Jika pembatalan sistem pengenalannya selesai, setidaknya dia bisa menggunakan wewenang master untuk memerintahkan perubahan nama panggilan, meskipun itu tidak sempurna.”
“…Begitu ya.Kita tidak boleh menunda-nunda.”
Kemudian, RyuZU menghadap ke arah anak yang terus menempel pada Marie, dan memanggil namanya dengan lembut,
“AnchoR.”
“…? Ada masalah apa, kakak?”
“Kakak ingin memastikan sesuatu. Saat ini, kamu tidak punya master yang terdaftar, kan?”
Iya. AnchoR mengangguk.
“Bagus sekali. Sekarang, AnchoR, kakak punya usulan—”
Di titik ini, RyuZU mencengkram kerah Naoto, yang masih berguling-guling kesakitan di lantai,guuhdan membawa wajahnya tepat di depan AnchoR sambil mengabaikan erangan tanpa suara Naoto.
“Kakak ingin memperkenalkan.Orang ini adalah Master Naoto Miura, master kakak saat ini.Apa kamu mau mendaftakannya sebagai mastermu?”
AnchoR memiringkan kepalanya karena terkejut.
Dia mendekati wajah menderita Naoto, lalu bertanya,
“—Papa, kamu mau jadi master AnchoR?”
“Oh—? Ohh, maumau! Ya ya super duper iya!”
Naoto menjawab pertanyaan AnchoR dengan tegas, serta mengangkat tangannya untuk menunjukkan keinginannya yang kuat.
“—Un, saya mengerti.”
Setelah AnchoR berkata begitu, dia mengangguk dan meninggalkan Marie.
Di momen itu.
AnchoR yang sudah kelihatan tanpa emosi menghapus seluruh tanda-tanda kehendaknya.
Cahaya dalam mata merahnya menghilang secara bertahap, menjadi bola mata kaca yang terlihat kusam seraya menangkap raut muka Naoto.
“…!?”
Karena terkejut, Naoto terkesiap.
AnchoR tidak bereaksi sedikitpun melihat hal tersebut seraya bicara dengan suara kecil,

“Syarat identifikasi Master—pertanyaan: ‘apa saya ini’?”

Suara otomatis itu terdengar sangat robotic dan monoton saat AnchoR bertanya.
Ketika dia menyaksikan perubahan ini, Naoto dan Marie menoleh ke arah RyuZU.
Dan RyuZU menerima tatapan mereka seraya mengangguk,
“Ini adalah prosedur pengakuan master formal untuk AnchoR. Jika anda memberikan jawaban yang tepat, anda akan diakui sebagai master secara resmi—meskipun belum ada satu orangpun yang berhasil menjawabnya sampai hari ini.”
Mungkin, Marie bertanya,
“RyuZU, apa kau tahu jawabannya?”
“Iya.”
RyuZU melanjutkan kata-katanya tanpa berkedip seraya mengangguk dan berkata,
“Tapi saya rasa sia-sia saja menanyakan hal itu pada saya.Mengutip kata-kata yang anda katakan sebelumnya, Master Marie, ini bukanlah ‘identifikasi master kasar’ yang memperbolehkan kecurangan.”
“…”
“Selain itu, percobaan kedua tidak diperbolehkan. Untuk siapa saja, hanya ada satu kesempatan untuk menjawab—jika jawabannya salah, jawaban selanjutnya tidak akan diterima meskipun jawabannya benar.”
…Begitu ya.Marie mengangguk.
“Jadi karena itu ‘topeng’ itu digunakan.”
Marie merasa ragu mengenai alasan kenapa identifikasi masternya dilompati, dan kenapa orang-orang itu menggunakan alat tersebut yang menipu sistem pengenalan seolah-olah sudah dilewati.Akhirnya, dia mendapat jawabannya.
“Jadi alasannya hanya karena identifikasi masternya tidak dilewati? Dilihat dari contoh sebelumnya seperti RyuZU, aku benar-benar penasaran apakah dia akan menuruti perintah tanpa syarat hanya karena identifikasi tersebut…”
Tapi meski begitu, dia tidak bisa membiarkan situasinya tetap begini.
Marie menolehkan kepalanya ke arah Naoto.
“Kau tidak boleh menjawab salah, Naoto.Harus hati-hati—”
Tapi—
Sebelum peringatan Marie didengar, Naoto telah menatap AnchoR tepat di matanya, dan menjawab begitu saja,

“—AnchoR adalah anak perempuan yang imut, kan? Menurut akal sehat sih.”
“Setidaknya dengar apa yang orang lain katakan, kau ini!?”
Marie berseru dan berteriak pada Naoto, tapi Naoto mengabaikan itu begitu saja dan berkata,
“Omong kosong macam apa yang kau katakan sekarang?Bukannya jawabannya jelas sekali?AnchoR disini adalah loli yang cantik. Memangnya ada jawaban lainnya?Ah, tipe adik kecil?”
…Orang ini sudah tidak bisa diharapkan. Aku harus buru-buru dan memikirkan sesuatu…
Marie mengerang sambil mendongkak ke langit.Orang idiot ini benar-benar menjawab pertanyaan yang sangat penting itu dengan nafsunya tanpa malu-malu.
“…Tidak, tenanglah, Marie. Hanya Naoto yang gagal.Aku belum menjawab. Harusnya ada kesempatan lagi…”
Marie memegangi kepalanya seraya bergumam kecil pada dirinya sendiri.
Dan di momen itu.

“—Pengakuan selesai.”

Dan bersama dengan suara tanpa emosi ini, mata AnchoR kembali bercahaya.
“…Hah?”
Marie membelalakkan matanya karena terkejut.
“Berhasil!”
Naoto berpose kemenangan dengan penuh semangat, sedangkan RyuZU di sebelahnya mengangguk puas.
“Sukses itu memang terasa sangat menyenangkan.Seperti yang diharapkan dari anda, Master Naoto.Jawaban langsung, luar biasa.”
“Tunggu, ehh!?Jawaban tepat apaan itu!?”
“Saya rasa tidak perlu ditanya masalahnya apa, Master Marie, karena seperti yang baru saja anda lihat. Jawaban Master Naoto adalah kode pengakuan masternya, cuma itu.”
…Tidaktidaktidak.
Marie mengayunkan tangannya, tanda dia tidak percaya sama sekali,
“Jika dipikir dengan normal, jawaban dari pertanyaan semacam itu adalah ‘tujuan desain’ berdasarkan fungsi, atau pesan yang ditinggalkan ‘Y’, kan?”
Jawaban itu yang diberikan oleh si mesum ini tanpa pikir panjang malah jawaban yang tepat, dan tidak ada yang berhasil menjawab dengan tepat selama bertahun-tahun.Apa hal semacam itu mungkin…?
Tapi RyuZU seolah mengejek kata-kata Marie seraya bicara,
“Yah, saya rasa orang biasa yang menganggap dirinya sebagai orang jenius hanya bisa berpikir begitu.Yang disebut kebenaran itu sebenarnya sesederhana itu, dan hanya orang dengan kebijakan sejati yang dapat membaca maksudnya.”
“Tapi biarpun begitu, jawabannya adalah…’anak perempuan’?”
“Diantara kami para bersaudari, AnchoR adalah satu-satunya anak yang diciptakan sebagai ‘senjata’.Kekerasan tanpa batas dari Gir kekal; itulah ‘tujuan desain’ dari AnchoR. Namun, apa anda pikir tidak apa-apa jika orang seperti itu lulus saat pengakuan master hanya dengan jawaban tersebut?”
“Itu…”
Marie tidak bisa berkata-kata, lalu RyuZU tersenyum mengejek seraya melanjutkan kata-katanya,
“Dan jika saya boleh merendahkan diri untuk menyindir, jawaban yang diberikan Master Naoto, mengakui AnchoR sebagai ‘anak perempuan’, adalah bukti kalau dia sangat mengerti pesan ‘Y’.”
Dia berhenti sejenak.
“Untuk memperoleh kekerasan tanpa batas, diperlukan keinginan yang tidak ingin menggunakan kekerasan tersebut.Begitulah.”
“…”
“AnchoR, atau anchor, berarti kekangan tambahan pada kekuatan.Jika anda melihat makna dari nama yang diberikan pada anak ini, saya rasa jawaban itu cukup masuk akal.”
Marie tidak bisa menyangkal argument tersebut.
Marie menoleh pada Naoto, dan merasa sedikit curiga seraya bertanya,
“Apa…kau berpikir sejauh itu saat kau menjawab, Naoto?”
Setelah dia bertanya begitu, Naoto kelihatan kebingungan.
“Eh? Tentu saja tidak.”
—Sudah kuduga.
Marie hanya sedikit menutup matanya, dan di depannya, Naoto membentangkan lengannya lebar-lebar, sambil memuji,
“AnchoR adalah karya seni yang luar biasa dan mengagumkan lho, sangat seksi juga, automata yang sangat imut sampai-sampai tubuhmu bisa merintih kesakitan kan? Meskipun dia punya senjata-senjata gila, terus kenapa?Bukannya itu mirip seperti RyuZU?”
Ketika Naoto terus mengoceh, suara dingin terdengar dari belakang,
“—Anda berani sekali sampai berselingkuh dengan adik hamba, Master Naoto.”
“Eh—ah, tidak, bukan begitu! Memang benar kalau pengantinku adalah RyuZU! Tapi ini hal yang berbeda—ah iya, aku cuma menganggap AnchoR sebagai anakku!”
Mata RyuZU kehilangan kemilaunya.
“Tidak hamba sangka anda bernafsu pada anak anda sendiri…kelihatannya anda sudah semakin tidak tertolong lagi…”
“…Ah, apa kau cemburu? Kau manis juga, Nona RyuZU.”
Sesaat kemudian, RyuZU membanting Naoto ke lantai.
Dan di momen selanjutnya,
AnchoR, yang tetap berdiam diri sampai titik ini, angkat bicara,
“—Tolong berikan perintah.”
“…?”
Naoto menatap ragu, dan bangun dari lantai.
Setelah dia menerima tatapan Naoto, AnchoR mengulangi kata-katanya,
“—Tolong berikan perintah.”
“AnchoR?”
“Ya—unit ini adalah unit keempar dari seri Initial-Y, ‘Trishula’ AnchoR.Master Naoto Miura, dikenali—tolong berikan perintah.”
Meskipun suaranya tidak terlalu mirip dengan suara otomatis sebelumnya, jawaban yang dia berikan terdengar sangat monoton.
Ekspresi dan nada bicara yang tanpa emosi tersebut tidak berbeda dari sebelumnya, tapi orang tidak bisa lagi merasakan kepribadian AnchoR, si anak yang kekanak-kanakan dan lembut.
Naoto membalikkan tubuhnya dengan panik sambil berteriak,
“RyuZU!Ada yang tidak beres! Apa ada masalah dengan AnchoR!?”
“Jadi jawabannya memang salah…”
Marie bergumam, dan Naoto meraung,
“Ack!Kau pasti bercanda! Memangnya kau pikir ada jawaban lain!?”
“Tidak—AnchoR berfungsi normal, Master Naoto.”
RyuZU menjawab, lalu Naoto memalingkan wajahnya ke arah RyuZU,
“—Ugh, lalu apa yang sedang terjadi sekarang?”
“Sederhana.Dalam keadaan ini—AnchoR, setelah melewati pengakuan master, tidak diperbolehkan memiliki ‘keinginan bebas’.”
Wajah Naoto kehilangan seluruh emosinya, dan dia membalikkan badannya ke arah RyuZU,
“Apa artinya?”
“Sudah hamba sebutkan sebelumnya, kalau AnchoR adalah anak satu-satunya yang diciptakan sebagai ‘senjata’.Jika dia memiliki keinginan diluar dari keinginan masternya, dia tidak bisa dianggap sebagai ‘senjata’.Oleh karena itu, ketika AnchoR mendapat masternya, dia diatur untuk kehilangan keinginan bebasnya.”
“…Lalu, yang baru saja kau katakan tentang keinginan untuk tidak menggunakan kekerasan itu apa?”
“Semuanya diserahkan pada master tersebut, termasuk hal ini. itulah AnchoR.”
Ketika Naoto tidak menyembunyikan kemarahannya, RyuZU memberitahunya hal ini begitu saja.
Lalu Marie menyela,
“Tunggu.Kalau begitu, apa keadaan AnchoR jika dia tidak menyelesaikan identifikasi master?”
“Ketika AnchoR belum punya master, dia memiliki keinginan bebas untuk mencari master yang cocok untuk mengendalikan kemampuan bertarungnya. Tapi dalam hal penggunaannya, ada batasan yang besar.”
“Batasan apa?”
“Sederhananya, AnchoR tidak bisa membunuh atau melukai manusia.”
Begitu ya. Marie mengangguk.
Tanpa seorang master, fungsi pengamanannya akan diaktifkan sesuai ‘keinginan AnchoR’, tapi ketika master yang cocok ditemukan, dia akan memenuhi fungsinya sebagai ‘senjata’ murni.
Itulah peraturan yang ditanamkan dalam AnchoR.
“…Yah, automata yang memiliki keinginannya sendiri itu memang tidak masuk akal, jadi dengan mempertimbangkan hal itu, aku harus bilang kalau sistem ini lumayan…”
“—Lumayan? Apa maksud leluconmu itu!!”
Naoto berteriak kesal.
“Aku menyelamatkan AnchoR bukan karena aku ingin sebuah ‘senjata’!kau tahu kalau ini akan terjadi, RyuZU. Kenapa kau tidak memberitahuku!?”
“…Master Naoto.”
Ketika melihat wajah melotot Naoto, RyuZU merendahkan pandangannya, dan berbisik lembut,
“Hamba tahu kalau anda akan merasa marah. Tapi, apa anda lupa? Baik AnchoR maupunhamba adalah automata.”
“…”
“Hamba sangat mengerti kalau anda punya keyakinan sendiri, dan anda menyukai AnchoR serta hamba karena punya keinginan bebas sendiri, tapi kami bukanlah manusia. Kami punya ‘fungsi inheren’, kami punya ‘tujuan desain’ yang jelas dan spesifik, serta kami punya ‘misi’ yang tidak bisa kami lepaskan. Kami mengharapkan seorang master untuk melaksanakan fungsi kami, dan untuk menentukan makna dari kami sendiri.”
“Tapi, kalau begitu, RyuZU…!”
“Hamba hidup sebagai ‘Yourslave’.Bisa diduga kalau hamba berbeda dari AnchoR, yang diciptakan sebagai ‘Trishula’.”
“—”
Pada saat itu, Naoto ingin berteriak…tapi dia tidak melakukannya.
Dia hanya menggigit bibirnya, menahan dirinya seraya menundukkan kepalanya, dan berbisik,
“Tapi meski begitu, apa yang harus kulakukan sekarang?”
“Master Naoto, hamba percaya bahwaanda dapat memperlakukan AnchoR dengan baik.”
“…”
Naoto tidak menjawab.
Dia menundukkan kepalanya, melihat ke depan, dan mengepalkan tangannya.
Ketika melihat Naoto begitu gundah, Marie mencoba memanggilnya,
“Naoto…?”
“—Aku benar-benar jengkel.”
“Hah?”
Naoto mengangkat wajahnya.
Dia cemberut dengan keras, lalu melotot ke arah RyuZU, Marie dan Anchor bergantian, sebelum berkata,
“…Aku hanya merasa sangat jengkel. Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi.Kau bilang kalau seorang anak perempuan tidak memerlukan keinginan semacam itu, hanya karena dia sebuah automata. Sekarang aku benar-benar marah mendengar hal itu! Akulah masternya, dan perintah master itu absolut, jadi dengarkan perintahku dan turuti.”
RyuZU langsung menjawab,
“Saat ini, AnchoR 100% berkomitmen untuk memenuhi keinginan anda, Master Naoto.”
“Bukan begitu! Itu memang benar, tapi aku tidak mau hal ini sedikitpun! Ahh, sudah cukup! Pokoknya, papa tidak akan mengakui AnchoR yang sekarang!”
Marie tidak bisa lagi menanggung hal ini seraya menaikkan suaranya,
“Tolong tenanglah.Sekarang kau cuma mengoceh tidak jelas, tahu?”
“Diam, idiot.”
Naoto balas membentak, dan kembali menghadap ke arah AnchoR.
Dia menatap tepat ke arah mata merah itu, dan memanggil namanya,
“AnchoR.”
Sang senjata menjawab dengan tenang,
“Baik—tolong berikan perintah.”
“Apa yang ingin kamu lakukan, AnchoR?”
Naoto bertanya.
Sang senjata langsung berhenti, lalu menjawab,
“—Error, perintah kurang jelas. Meminta detail lebih lanjut.”
Naoto terus bertanya,
“AnchoR, aku ingin kamu bilang apa yang ingin kamu lakukan?”
“Baik—untuk memenuhi peran dari ‘Trishula’ AnchoR sepatut mungkin.”
Sang senjata menjawab dengan jelas.
Dan dari belakang, RyuZU berkata dengan tenang pada Naoto,
“Master Naoto, jika saya boleh mengingatkan, AnchoR tidak punya keinginan bebas sekarang.”
“Dia punya.”
Naoto menyimpulkan begitu saja.
Lalu RyuZU bertanya dengan suara kecil,
“Apa yang membuat anda berpikir begitu?”
“Jika AnchoR tidak punya keinginan bebasnya sendiri, aku pasti terbunuh sejak dulu. Dia pasti melakukan perlawanan selama dia dikendalikan oleh ‘topeng’ itu.”
Ada ‘suara aneh’ yang datang dari AnchoR ketika dia sedang dikendalikan, dan suara itu bukan hanya suara putaran mesin saja.
‘Suara aneh’ itu membuktikan kalau AnchoR memiliki keinginan.
Naoto ingat suara itu, dia ingat jeritan penderitaan itu.
Itulah dasar dari kesimpulannya.
Dia menatap anak perempuan di depannya, lalu melanjutkan perkataannya,
“Kamu bilang itulah ‘misi’mu, kan, AnchoR?”
“Ya.”
“Selain itu, apa ada hal lain yang kamu sukai dan ingin kamu lakukan, AnchoR?”
“Baik—untuk pengenalan spesifik, apakah ini permintaan untuk mengungkapkan informasi mengenai keinginan bebas milik AnchoR?”
“Ya! Apa yang kamu inginkan dengan keinginan bebasmu, AnchoR?”
“Baik—sekarang menjawab. Keinginan bebas mesin ini sekarang sedang dalam keadaan dibekukan.”
“Oke. Sekarang ini perintahku. Bebaskan itu.”
Naoto bicara dengan enteng, dan setelah berhenti sejenak, sang senjata melanjutkan,
“..Baik—untuk pengenalan spesifik, apa anda ingin mesin ini bergerak sesuai keinginannya sendiri?”
“Maksudku aku ingin kamu bergerak sesuai keinginan bebasmu sendiri, AnchoR.”
“Baik—apa ini adalah perintah untuk melepaskan semua batasan?”
“Yah, kayaknya begitu?”
“Artinya semua sirkuit emosi dibuka, mencairkan proses pemikiran bebas, memperbolehkan izin untuk memberi pendapat—”
“Ya ya! Semua itu benar. Keinginanmu sendiri, AnchoR!”
—Kemudian.
Telinga Naoto bisa mendengar sekian banyak gir dalam tubuh AnchoR saling bertautan kembali.
Itulah tanda dari peraturan yang sedang diubah.
Suara takdir yang berlaku sedang dijungkirbalikkan.
Mata AnchoR berkedip-kedip di depan mata Naoto.
Bibirnya bergetar, dan dia mengeluarkan suara,
Dia bertanya,
“…Saya boleh melakukan apapun, yang saya mau?”
“Tentu saja.”
Naoto menjawab tanpa keraguan.
“…Benarkah?”
“Tentu saja.”
Setelah mendengar jawaban yang pasti tersebut, mata AnchoR melihat ke sekelilingnya.
Ketika dia bertanya-tanya apakah dia harus mengatakannya, dia merasa bingung,
Tidak ada emosi di wajahnya, dan hanya pandangan serta suaranya yang menunjukkan kekhawatiran saat dia berkata,
“…Saya ingin, diperboleh bolehkan.”
“Eh?”
“…Saya ingin, saya diperbolehkan…untuk menangis.”
“Itu…”
Marie penasaran apakah dia salah dengar. Dia tidak paham apa yang dimaksud AnchoR dengan apakah dia boleh menangis.
Tapi Naoto langsung mengangguk kembali.
Dia mengelus wajah AnchoR dengan lembut, dan memberinya izin,
“Kamu boleh menangis.”
Wajah AnchoR langsung berubah.
Mata merahnya mulai berlinang air mata, dan sesaat kemudian, air mata mengalir ke pipinya.
“…Saya berharap, untuk melakukan hal lain.”
“Ya.”
“Boleh saya,menyentuhmu…?”
“Tentu saja.”
Naoto mengangguk, dan AnchoR melangkah maju, menyentuh dada Naoto.
AnchoR terus bertanya,
“Boleh saya, meminta maaf…?”
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, tapi kamu boleh melakukannya.”
Naoto memberi izin, dan AnchoR langsung mengubur wajahnya di dada Naoto sambil terisak.
Dia terus menangis samba tersedak oleh kata-katanya sendiri, dia terus mengulangi ‘maaf’ lagi dan lagi.
Pada awalnya hanya rengekan kecil, namun secara bertahap menjadi teriakan keras pada akhirnya

Ketika menyaksikan pemandangan ini, Marie berbisik,
“Hei, RyuZU.”
“Ada masalah apa, Master Marie?”
“Aku akan menanyakan ini padamu. Apa ini sesuai dengan rencanamu?”
Setelah berkata begitu, Marie menatap RyuZU tepat di matanya.
Mata pihak pertama kelihatan menginginkan kebenarannya, tapi RyuZU hanya tersenyum ‘seperti biasanya’,
“Sudah saya bilang sebelumnya, kan? Saya percaya kalau Master Naoto dapat memperlakukan AnchoR dengan baik.”
Marie menarik napas, dan dia menjatuhkan bahunya dengan keras seraya melipat tangannya, dan menghadap RyuZU.
“Kau benar-benar orang yang cukup lancang, RyuZU.”
“Ya, sudah saya duga kalau orang-orang yang otaknya kurang seperti anda akan memandang saya seperti itu, Master Marie.”
Tak disangka, RyuZU tidak menyangkal hal itu, dan tanpa kesuraman sedikitpun, dia tersenyum seraya melanjutkan kata-katanya,
“Saya adalah ‘Yourslave’. Saya tidak didesain untuk menjadi orang yang berkata banyak maupun memimpin orang lain. Saya hanya ‘percaya’ kalau Master Naoto tidak memerlukan bantuan saya untuk menemukan kebenarannya sendiri.”
—Pada kenyataannya.
Naoto berhasil merespons harapannya, lalu RyuZU tersenyum, seolah bangga terhadap masternya.
Sebagai balasannya, Marie kelihatan yakin lalu menghela napasnya,
“Boleh kutanya satu hal lagi?”
“Apa?”
“Aku tidak pernah menanyakan ini sebelumnya—atas dasar apa kau mengakui Naoto sebagai mastermu?”
Ketika mendengar pertanyaan itu, RyuZU menaikkan alisnya karena terkejut,
“—Pertanyaan yang aneh. Saya ingat kalau saya sudah menekankan hal itu berulang-ulang.Tidak, mohon maaf.Saya tidak berharap apapun dari anda, Master Marie, saat ingatan lemah anda sama kurangnya dengan dada anda.”
“—”
Ketika Marie menahan kemarahannya tanpa bersuara, RyuZU melanjutkan,
“Karena diantara para manusia yang terus berkeliaran dengan menyedihkan, Master Naoto adalah manusia yang paling luar biasa diantara mereka semua.”
RyuZU berhenti sejenak, lalu tersenyum,
“—Dan tidak peduli kemanapun Master Naoto pergi, saya bisa percaya kalau ‘kesanalah saya harus mengikutinya’.”

AnchoR, yang masih berlinang air mata, terus merengek dengan terbata-bata,
“…Saya tidak, perlu menghancurkan, apapun? Saya tidak perlu, membunuh?”
“Ya, kamu tidak perlu melakukan itu semua!”
Naoto terus memeluk anak yang gemetar itu sambil mengangguk tegas.
Dan di momen itu,
Kubus yang tergantung di depan dada AnchoR mengeluarkan suara putaran yang dalam.
Dan di saat yang sama, sebuah riak berukuran besar muncul dalam ruang.
Di sebelah sana adalah pintu menuju ‘gudang senjata’ yang tidak menjadi bagian dunia ini.
Sehingga, sama seperti bagaimana AnchoR menarik keluar senjatanya dulu, ada suatu benda yang keluar dari lubang tersebut, lalu bergulir di lantai bengkel ini.



[1] Cari di google aja ya…
[2]Suatu kecendrungan biologis, umum pada hewan, yang menganggap orang yang dilihat pertama kali sebagai orang tua atau keluarga.