OWARI NO SERAPH: ICHINOSE GUREN, 16-SAI NO CATASTROPHE
JILID 2 BAB 5
MEMBOLOS

Meliburkan diri beberapa hari dari sekolah.
Membolos.
“....”
Guren membuka mata di kamarnya yang bercat putih, dan terbaring di tempat tidur. Dia menatap langit-langit, kemudian menggerakkan matanya, menatap jam weker yang diletakkannya di samping tempat tidur.
Waktu menunjukkan pukul 5.30 pagi.
Biasanya, Guren akan terbangun pada jam yang sama. Mungkin karena selama bertahun-tahun lamanya, dirinya selalu terlatih untuk terbangun pada jam tersebut, maka tanpa menggunakan alarm sekalipun, Guren akan terbangun pada jam 5.30 pagi.
Guren bangkit dari tempat tidurnya. Lalu mengenakan setelah baju sweat sederhana yang mudah digerakkan. Beberapa hari belakangan ini, dia beristirahat untuk memulihkan badannya yang terluka akibat proses interogasi, mengindahkan perintah dari orang yang bernama Hiiragi Kureto, dan membolos dari sekolah----------walaupun, dia tidak terluka. Justru karena saat proses interogasi badannya tidak dapat digerakkan, maka badannya menjadi terasa kaku.
 Guren mengayunkan lengannya, memutar-mutar lehernya, memastikan kondisi tubuhnya hari ini.
“ ...Hm. Tidak ada masalah.”
Guren bergumam, lantas meninggalkan kamar.
Tempat dia berada saat ini adalah di sebuah ruangan lantai tingkat atas apartemen pencakar langit, yang disewa oleh Keluarga Ichinose demi Guren. Ruangan dengan ukuran 5 LDK di mana tiga orang, yaitu Guren, Shigure, dan Sayuri tinggal di dalamnya.
Begitu dia keluar dari kamar, Shigure menampakkan wajahnya dari ruang tamu, dan menundukkan kepalanya, memberi salam hormat.
“Selamat pagi, Tuan Guren. Sekarang, sarapan sedang disiapkan.”
 Kemudian, Sayuri yang mengenakan celemek memasak di atas baju seragam sailornya, terburu-buru keluar dari dapur dan berkata.
“Menu sarapan hari ini adalah ikan, Tuan Guren. Apakah Anda tidak keberatan?”
Guren menjawab pertanyaan itu.
“Apa aku pernah berkata ‘tidak mau’ ?”
“Anda tidak pernah mengatakannya, tetapi,”
“Kalau begitu, sudah, jangan tanyakan lagi”
“Tetapi, tetapi, jika Anda bersedia mengatakan apa yang ingin Anda makan, maka saya akan lebih bersemangat membuatnya,”
Dikatakan demikian, Guren pun tertawa kemudian menjawab.
“Kari”
“Aduh, lagi-lagi~”
Sayuri tertawa dengan wajah senang, lantas berjalan kembali ke dapur.

Shigure bertanya.
“Tuan Guren, apakah hari ini Anda ke sekolah?”
“Tidak.”
“Apakah kondisi badan Anda masih ....”
Shigure berkata dengan wajah menunjukkan rasa khawatir.
Guren menggelengkan lehernya, menjawab.
“Bukan. Badanku tidak apa-apa. Hanya saja, aku tidak perlu pergi ke sekolah. Lagi pula sifatku sebenarnya sudah ketahuan.”
Guren berusaha tertawa, namun Shigure tidak tertawa.
“Saya tidak akan pernah memaafkan Hiiragi. Berani sekali mereka menyiksa Tuan Guren ....”
“Siksaan itu bukan apa-apa”
“Tetapi,”
“Lagi pula, meskipun aku disiksa-----ah, bukan, meskipun Ayahku hampir saja dibunuh, aku begitu tidak memiliki kekuatan sehingga aku tidak bisa marah karenanya. Aku merasa sedih terhadap diriku yang seperti itu. Bukan Hiiragi yang jadi masalah. Tetapi, kita yang tidak memiliki kekuatan.”
“....”
Shigure menatap ke arah Guren dengan wajah bersalah.
Guren menerima tatapan itu, dan menjawab.
“Ah, tapi itu bukan salah kalian, kok. Itu karena kekuatanku belum cukup.”
“Tidak. Bukan seperti itu ....”
Wajah Shigure nampak tidak enak hati. Guren pun merasa kesal terhadap dirinya yang membuat bawahannya berwajah demikian.
Pada saat itulah, Sayuri berkata.
“Sarapan telah siap!”
Guren mengangguk, dan mereka bertiga pun makan bersama. Kopi bahkan telah disiapkan untuknya. Benar-benar sebuah pelayanan yang luar biasa. Selesai menyantap sarapannya, Guren menyalakan televisi dan duduk di sofa.
Di televisi sedang disiarkan berita pagi. Namun, karena biasanya Guren tidak melihat televisi, maka Guren tidak mengenal siapakah pembawa berita yang tampil di siaran tersebut.
Seraya menatap dengan malas siaran tersebut, Guren memberi perintah.
“Sayuri, bawakan handphone-ku”
“Baik”
Sayuri pun datang membawa handphone milik Guren. Dia menerimanya, dan menelepon rumah. Setelah bunyi nada sambung beberapa kali, akhirnya teleponnya diangkat.
Guren, ya?
Itu suara ayahnya------pemimpin dari Keluarga Ichinose.
Guren berkata.
“Bagaimana kondisi Ayah?”
Kamu sendiri bagaimana? Kudengar kamu disiksa mereka?
“Aku tidak apa-apa, kok.”
Oh, begitu, ya.
“Ayah bagaimana?”
Tidak apa-apa.       
Pasti bohong. Itulah yang dipikirkan Guren. Ayahnya juga menerima siksaan, hingga detak jantungnya terhenti. Tidak mungkin kondisi itu akan pulih hanya dalam beberapa hari. Suara ayahnya bahkan terdengar kelelahan.
Namun, Guren tetap bertanya.
“Ayah sedang melemah. Lalu, bagaimana kondisi di sana? Apakah kepemimpinan Ayah tidak runtuh?”
Pemimpin dari Keluarga Ichinose dibuat tidak berdaya oleh Hiiragi. Karena itu, mungkin saja ada suara-suara kemarahan yang diserukan. Atau barangkali, mereka sudah terlalu putus asa dengan lemahnya Keluarga Ichinose, sehingga muncul perpecahan di kubu dalam Mikado no Tsuki-------Terjadinya hal seperti itu, tidak mengherankan.
Namun, Ayahnya menjawab dengan begitu entengnya.
Mereka semua sudah terbiasa.
“... Oh, begitu, ya?”
Sikap tirani Hiiragi, bukan pertama kali ini terjadi, kan?
“ ... Iya, sih.”
Lagi pula, orang-orang dari Mikado no Tsukimendapat diskriminasi, bukan? Walaupun mereka mengkhianati kita, lantas pergi ke Hiiragi, mereka tidak akan diterima di sana.
“....”
Karena itu, kamu tidak perlu khawatir persoalan di sini. Daripada itu ....
Ayahnya berkata.
Guren mengangguk mendengarnya, lantas melihat televisi. Sebentar lagi jam menuju pukul 6 pagi.
Lalu ....
Pada berita pukul 6, akan ada berita tentang pencabutan larangan informasi yang dihentikan oleh Gereja Hyakuya》』
Ujar Ayahnya.
Bersamaan dengan itu, berita yang disebutkan mulai disiarkan.
Pembawa berita yang tampil di televisi berkata.
Baru saja masuk berita yang sangat tidak dapat dipercaya. Kemarin, hewan-hewan di Kebun Binatang Ueno yang berada di kawasan Ueno, Tokyo, telah dibunuh oleh seseorang----itulah informasi yang kami dapatkan dari ....
“Hewan dibunuh?”
Gumam Guren. Ayahnya yang berada di seberang telepon lantas berkata.
Katanya hewan-hewan itu dibunuh dengan disebarnya racun di sana. Karena ada kemungkinan racun masih tersisa, maka dilakukan blokade sekitar lima ratus meter di daerah sekitar.
Mendengar itu, di dalam benak Guren lantas tergambar lokasi wilayah. Seharusnya, Kebun Binatang Ueno berada tepat di sebelah Stasiun Ueno. Itu berarti Stasiun Ueno juga diblokade------dan jika membicarakan tentang Ueno, Stasiun Ueno adalah stasiun besar yang mana dalam sehari sekitar dua ratus ribu orang naik turun di stasiun itu. Jika stasiun itu juga diblokade, maka pasti akan menjadi masalah besar.
Ayahnya berkata.
Sepertinya, laju kereta tidak dihentikan. Tetapi, sepertinya kita tidak bisa keluar dari daerah sebelah barat Stasiun Ueno------yaitu daerah taman yang berada di Kebun Binatang.
“Hem. Lalu?”
Informasi ini, aku ketahui sekitar jam 2 tengah malam. Tetapi, terjadi pengaturan informasi.
“Tidak salah lagi, yang mengaturnya adalah Gereja Hyakuya, kan?”
Ya.
“Sebenarnya, apa yang terjadi?”
Tidak tahu. Tapi, sebenarnya, kita tidak tahu apakah benar hewan-hewan itu mati, dan juga apa benar racun tersebar. Tetapi, kita bisa ketahui bahwa memang terjadi blokade.
“Lalu, aku diminta untuk mencari tahu alasannya?”
Namun, pertanyaan itu dijawab dengan,
Terserah padamu. Aku hanya memberikan informasi yang dicari tahu oleh Mikado no Tsuki.  Mungkin informasi ini akan diperlukan olehmu, bukan?
Ujar Ayahnya.
Mungkin informasi ini akan diperlukan olehmu---------itu artinya, sama dengan berkata bahwa mungkin informasi ini diperlukan oleh bocah macam Guren yang bermimpi di siang bolong, berkata bahwa ia ingin menghancurkan Hiiragi ataupun Gereja Hyakuya.
Guren mengangguk.
“Ah, benar juga. Itu sangat membantu.”
Setelah itu kemudian, ayahnya terdiam untuk sesaat sebelum akhirnya berkata.
Guren
“Hm?”
Jangan memaksakan dirimu, ya. Jika kamu terbunuh, maka itu tidak ada artinya.
“Aku tahu.”
Kalau kita mati, maka kekuatan ataupun kedudukan politik kita, tidak akan ada artinya.
“Ya.”
Yah, tapi kamu lebih cerdas dari aku. Jadi kurasa kamu akan baik-baik saja.
Mendengar pernyataan itu, Guren justru tertawa dan balas berkata.
“Kalau aku cerdas, maka aku tidak akan bergantung pada kekuatan sampai seperti ini, kan?”
Haha.
“Yah, sudahlah, lupakan saja. Aku tutup teleponnya, ya, Ayah. Ada hal yang harus kulakukan.”
Baiklah.
“Dalam waktu dekat, aku akan pulang ke sana.”
Di sini tidak ada masalah. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan.
“Hm. Kalau begitu, aku tutup.”
Baik.
Guren lalu menutup handphonenya. Di televisi, kasus yang terjadi di Ueno menjadi topik besar. Itu sudah pasti. Karena kasus ini sampai menyebabkan kawasan sekitar Stasiun Ueno diblokade.
Sayuri berujar.
“Ada juga, ya, orang yang sekejam itu.”
Guren lantas berkata.
“Siapkan pakaianku.”
Shigure bertanya.
“Apakah yang disiapkan adalah pakaian seragam?”
Guren menggeleng kemudian menjawab.
“Bukan. Pakaian sehari-hari. Aku akan pergi sebentar ke Ueno untuk ....”
Namun, pada saat itu handphonenya berbunyi.
“Hm?”
Guren melihat handphonenya, dan pada layar handphone itu tertera nomor yang tidak dikenalinya. Guren pun menekan tombol menerima telepon, dan menjawab panggilan itu.
“Siapa ini?”
Pertanyaan Guren langsung dijawab oleh lawan yang meneleponnya.
Ini aku.
Itu adalah suara dari Hiiragi Kureto.
Guren mengerutkan keningnya, dan berkata.
“Ada perlu apa?”
Kureto lantas menjawab.
Ah .... Kudengar kamu membolos dari sekolah.
“Itu karena aku ditindas olehmu, kan?”
Menurutmu, kenapa kamu diperlakukan seperti itu?
“Karena aku orang yang lemah lembut.”
Haha, baru kali ini aku bertemu orang yang menyebut diri sendiri, orang yang lemah lembut.
“Nah, terus? Kau ini ada perlu apa?”
Kureto membalas perkataan itu.
Datanglah ke sekolah hari ini.
“Kalau aku bilang, ‘tidak mau’?”
Kamu tidak punya hak berkata demikian. Ini adalah perintah. Ada hal yang ingin kuperintahkan kepadamu.
“Apa itu?”
Kalau kamu datang, akan kuberi tahu. Datanglah ke ruang OSIS jam 9.
Lantas terdengar nada suara telepon terputus. Kureto memutuskan teleponnya, setelah dia berkata hal yang ingin dikatakan sesuka hatinya.
Guren mengangkat kepalanya, dan kembali melihat televisi. Pada siaran televisi hadir seorang Profesor yang dinyatakan ahli dan sangat mengerti mengenai racun yang menjadi topik kasus kali ini. Profesor itu memberikan komentar dengan wajah yang terlihat sangat serius.
Pada saat itu, Sayuri datang berkata dari belakang Guren.
“Tuan Guren, untuk atasannya, antara hoodie dan jaket ... mana yang Anda ....”
Guren menyela perkataan itu dengan berkata.
“Rencana dirubah. Bawakan seragamku.”
Guren pun lantas bangkit beranjak dari sofa.
¨

Jalan menuju sekolah yang seperti biasanya.
Tetapi, kondisi sekarang sangat berbeda dengan yang biasanya.
Para murid melihat ke arah Guren dari kejauhan. Saling berbisik satu sama lain, membicarakan sesuatu. Biasa, sebentar lagi akan ada bocah yang berbuat ulah. Adanya satu atau dua buah botol soda yang melayang ke arah Guren pun seharusnya bukan hal yang mengherankan, jika itu sampai terjadi.
Sayuri menelengkan kepalanya, kemudian berkata.
“Sebenarnya, apa yang terjadi, ya?”
Dengan wajah waspada Shigure lanjut berkata.
“... Jangan-jangan bocah-bocah Hiragi ini merencanakan sesuatu?”
Namun pada saat itu, apa yang sebenarnya terjadi kemudian menjadi dapat dimengerti. Seorang murid laki-laki yang biasanya tertawa setelah melemparkan botol soda ke arah Guren, berlari dengan tergesa-gesa menuju ke arahnya.
“A-anu, Ichinose-kun.”
Dengan suara yang gemetaran, dia berkata demikian. Ekspresi wajahnya benar-benar menunjukkan rona wajah ketakutan.
“Anu, maaf selama ini selalu melempar botol soda ke arahmu. Aku benar-benar tidak tahu kalau ternyata Ichinose-kun adalah bawahan dari Tuan Hiiragi Kureto ....”
Jadi, itulah alasan sebenarnya dari kejadian ini.
Informasi bahwa Guren adalah bawahan dari Hiiragi Kureto telah tersebar ke seluruh sekolah. Guren mengacuhkan murid laki-laki itu, dan melanjutkan langkahnya. Namun, dari belakang dirinya, murid laki-laki itu ....
“Anu, aku benar-benar meminta maaf! Mungkin aku tidak akan dimaafkan, tetapi .... Anu ....”
Suaranya terdengar gemetaran seakan hendak menangis.
Guren dengan terpaksa, akhirnya menjawab.
“Aku maafkan. Karena itu, diamlah.”
“A-apa benar!?”
“Berisik sekali. Kubilang kumaafkan, kan. Karena itu, diamlah!”
“Te-terima kasih!”
Ujarnya dengan nada suara yang masih terdengar akan menangis.
Shigure lantas mendongak ke arah Guren, setelah mendengar hal itu.
“... Pembicaraan barusan itu ....”
Guren mengangguk.
“Itu benar. Apa aku tidak mengatakannya?”
“Tuan Guren disiksa, lantas diperintah seakan-akan Anda adalah seorang bawahan?”
Namun, Guren justru menjawab dengan berkata ....
“Bukan. Ini tidak ada bedanya dengan biasanya. Sejak awal, kita ini adalah bawahan Hiiragi, kan?”
“Tetapi, apakah itu artinya ... Anda berpura-pura menjadi bawahannya .... Lalu ... suatu saat .....”
Namun, tiba-tiba Sayuri menyela perkataan Shigure. Dengan nada memberi peringatan yang jarang-jarang terdengar, dia berkata,
“Yuki-chan.”
“Eh?”
“Tuan Guren sudah bilang bahwa ini tidak ada bedanya dengan biasanya, kan? Itu berarti memang tidak ada bedanya, bukan?”
Mendengar itu, mata Shigure sedikit terbelalak.
“Ah ... begitu, ya.” Dan dia pun mengangguk.
Sepertinya ada semacam kesepakatan pribadi antar sesama pelayan.
Shigure kemudian melanjutkan.
Dengan wajah terlihat bersalah karena sesuatu, dia berkata.
“Maafkan saya, karena telah panik. Saya tidak bisa tertidur, sejak berpikir penderitaan yang sering dihadapi Tuan Guren saat saya tidak bersama Anda.”
Guren tertawa mendengar itu.
“Hah? Yang disiksa, kan, aku. Kenapa justru kau yang tidak bisa tidur?”
“... Maafkan saya.”
“Tapi, yah, apa boleh buat kalau kau kecewa padaku. Saat ini, peluangku menang melawan Kureto hanya sedikit ....”
Bagaimanapun kuatnya kekuatan individu yang ada, Hiiragi menang dan jauh lebih unggul dari segi kekuatan organisasi, dan kedudukan politik.
Saat ini, sedang dikumpulkan informasi mengenai apakah ada cara untuk memanfaatkan kelelahan kedua organisasi, yaitu Mikado no OnidanGereja Hyakuyaakibat dari pertempuran di antara keduanya. Tetapi, tentu saja, hal itu tidak akan semudah itu.
Shigure lantas panik berkata.
“Sa-saya tidak merasa kecewa ataupun ....”
“Mau kecewa atau tidak, itu tidak masalah. Kau masih tetap bersedia mengikutiku. Aku merasa senang hanya dengan itu.”
Saat mendengar pernyataan Guren, Shigure berhenti berbicara. Wajahnya memerah karena merasa senang. Dari sebelah Shigure, Sayuri pun ....
“Saya bagaimana? Saya juga setia terhadap Tuan Guren, lo?”
“Kau, sih, berisik sekali.”
“Eh-----------------!?”
Berwajah terkejut, Sayuri mengangkat kedua tangannya dan mendekat ke arah Shigure. Dengan bibir cemberut dia berkata,
“Liciknya .... Yang dipuji Yuki-chan terus ....”
Shigure tersenyum tipis.
“... Tuan Guren juga suka dengan Sayuri, kok .... Pasti.”
“Apa iya?”
“Habisnya, Sayuri itu selalu ceria, juga pintar memasak. Justru dibandingkan aku, Sayuri lebih ....”
Saat itu perkataan Shigure terhenti.
Sayuri juga terdiam.
Guren tidak tahu mereka mendongak melihat ke arahnya, dengan wajah seperti apa. Dia seakan-akan tidak peduli dengan pembicaraan tidak berguna semacam itu.
Guren menatap lurus ke depan, nampak kelelahan.
Kemudian di depan gerbang SMA Unggulan Shibuya, berdiri seorang laki-laki yang membawa segerombolan massa.
Laki-laki berambut cokelat, dengan mata yang tajam bagaikan ular. Di mulutnya terpasang tindik.
Dia adalah Hiiragi Seishirou.
Sebelumnya, di Ujian Seleksi Sihir, dialah orang yang telah memukul Sayuri habis-habisan hingga babak belur.
Sepertinya, lawan yang dituju oleh tatapan mata Seishirou adalah Guren. Dia menatap tajam ke arah Guren, dengan tatapan yang sangat tidak menyenangkan.
Menyaksikan itu, Sayuri dan Shigure bergegas bertindak. Mereka segera melangkah ke depan, mengambil posisi melindungi Guren.
“Tuan Guren, mohon mundur—“
Namun Guren berkata.
“Ah, kalian tidak perlu melindungiku. Aku sudah tidak perlu menyembunyikan kekuatanku yang sebenarnya.”
Spontan,
“”Eh!?””
Ekspresi senang dengan mudahnya dipahami dan tergambar di wajah Sayuri dan Shigure.
Sayuri berkata.
“Ka-kalau begitu, akhirnya Tuan Guren akan memperlihatkan kekuatan Tuan Guren kepada orang-orang Hiiragi, kan!”
Tanpa bisa menahan rasa senangnya, Shigure lantas berkata.
“Fufufu ... mereka-mereka itu pasti terkejut. Akhirnya, mereka akan tahu, siapakah lawan yang mereka hadapi ....”
Pada saat itulah Seishirou berkata.
“Oi, Tikus Ichinose!”
Guren mengangkat kepalanya.
“Apaan, hah?”
Seishirou tertawa.
“Oi, oi, mentang-mentang Kureto menyukaimu, sifatmu sampai berubah begitu? Apa-apaan itu? Hanya karena kau menarik perhatian Kureto, sekarang kau tidak merasa takut terhadap apapun?”
Pengikut yang menyertai Seishirou tertawa mendengar perkataannya. Gerombolan yang mengikuti Seishirou kemungkinan tidak takut terhadap Kureto. Setidaknya, Seishirou juga menyandang nama Hiiragi. Mungkin jika, mereka bisa membujuk rayu hati Seishirou, mereka akan menerima perlindungan darinya.
Seishirou berkata.
“Ini tidak ada kaitannya dengan Kureto. Aku akan melakukan apa yang ingin kulakukan.”
Guren bisa mengerti hanya dengan perkataan itu. Seishirou mengalami kompleksitas terhadap Kureto. Orang yang bernama Kureto, Sang Ketua OSIS yang juga menyandang nama Hiiragi, tetapi sangat berbeda, baik dalam hal kekuatan ataupun penghargaan.
“Aku juga tidak akan memaafkanmu. Lagi pula, aneh sekali jika sampah seperti Ichinose menjadi seorang bawahan. Iya, kan? Kalian semua juga berpikir demikian, kan?”
Dia bertanya kepada sekitarnya.
Murid-murid tertawa.
Tidak semuanya tertawa. Yang tertawa hanya pengikut dari Seishirou. Yang lainnya, takut terhadap Kureto, dan hanya memperhatikan kondisi. Bermaksud untuk berpihak kepada yang lebih kuat.
Pada akhirnya ....
“Orang-orang selain Hiiragi, semuanya ada di posisi yang sama denganku, ya ....”
Gumam Guren.
Dia berusaha keras membaca situasi, agar tidak harus berbenturan dengan kekuatan yang besar, dan juga agar tidak berdiri terdepan dengan mencolok.
Seishirou kemudian,
“Ada apa dengan kalian, brengsek! Tertawa, oi!”
Teriaknya dengan amarah.
Tetapi, murid-murid dengan kejamnya tidak mengikuti perintah Seishirou.
“Sialan!”
Seishirou kesal.
“....”
Melihat situasi itu, Guren pun berpikir bahwa dia bisa memanfaatkan situasi ini.
Laki-laki yang menyandang nama Hiiragi.
Laki-laki yang memiliki rasa tertarik terhadap kekuatan politik, namun tidak bisa mengalahkan Kureto dalam hal kekuatan.  Laki-laki yang jelas-jelas dia tahu bahwa dia kalah jauh dari Kureto, tetapi tidak bisa mengakuinya, dan suka sekali pamer. Guren bisa memanfaatkannya.
Guren lantas melangkah berjalan.
“Oi, brengsek! Kenapa pergi seenak sendiri?”
“....”
“Jangan mengacuhkanku!”
“....”
“Oi!”
Saat Guren melewati Seishirou, spontan Seishirou mengulurkan tangannya berusaha menggapai bahu Guren.
Guren menangkap tangan itu.
Seishirou langsung merespon gerakkan Guren. Matanya melebar terkejut, dan lantas menghalau tangan Guren. Gerakkan itu, benar-benar sangat cepat. Itulah kecepatan Hiiragi. Kemungkinan besar, dia lebih kuat dari Mito atau Goshi.
 Seishirou tertawa menyeringai lantas melayangkan tinjuannya. Diarahkannya tinjuan itu ke arah Guren, dan berkata.
“Kau meremehkanku! Akan kubuat kau ingat posisi—“
Tetapi, sebelum Seishirou mengakhiri ucapannya, Guren telah menempelkan kertas mantra sihir ke leher Seishirou. Jika Guren menggumamkan kata “meledaklah”, maka kertas mantra yang ada di tenggorokan Seishirou akan meledak. Kemungkinan besar, kepalanya akan terlepas dan terlontar.
Seishirou menyadari hal itu.
Dia terkejut dengan perbedaan kecepatan gerak dari kekuatan mereka berdua, sehingga Guren bisa menempelkan kertas mantra sihir ke lehernya. Matanya terbelalak. Tangannya yang hendak menghantamkan pukulan terhenti. Guren menangkap lengan Seishirou, menariknya mendekat ke arah pipinya. Kepalan tangan Seishirou tertarik hingga berada tepat di dekat kepalanya.
“Urg!”
Padahal kepalan tangan Seishirou itu tidak mengenai wajahnya, namun Guren memekik kesakitan. Dia lalu terjatuh ke belakang.
Bersamaan dengan itu, Guren menghalau kaki Seishirou, dan menarik lengannya.
“Uwaa!”
Seishirou kehilangan keseimbangan, terjatuh menimpa Guren.
Dalam kondisi demikian, Seishirou berkata.
“Ka-kau! Kekuatanmu itu .... Sebenarnya ....”
Namun, dengan suara berbisik di telinga Seishirou, Guren berkata.
“Tenanglah, Tuan Seishirou. Saya adalah orang yang mendapat misi rahasia dari Tuan Hiiragi Tenri.”
“....”
Kemudian, Guren bisa merasakan tubuh Seishirou bergetar ketakutan.
Orang yang bernama Hiiragi Tenri adalah orang yang menjadi pemimpin di Keluarga Hiiragi.
Ayah kandung dari Kureto, Seishirou, dan Mahiru.
Orang yang berdiri di puncak tertinggi di dalam kumpulan keluarga yang menjadi pengikut dari Mikado no Oni.
Seishirou melihat ke arah Guren dan berkata.
“Misi rahasia dari Ayah ...? Apa itu benar?”
Tentu saja Guren berbohong.
Namun Guren melanjutkan kebohongan itu.
“Untuk keterangan lebih jelasnya, masih belum dibicarakan. Tetapi, Tuan Tenri berpikir jika kemungkinan ada seseorang yang berkedudukan tinggi di dalam Keluarga Hiiragi, yang melakukan pengkhianatan, terkait serangan yang dilakukan oleh Gereja Hyakuyapada bulan April lalu.”
“... Oh.”
“Tetapi, tentu saja dengan penyelidikan yang dilakukan hingga sekarang ini, telah dapat dibuktikan bahwa Tuan Seishirou tidak bersalah.”
Kemudian, dengan panik Seishirou segera berkata.
“Te-tentu saja! Aku ini, kan, orang elit yang menyandang darah Hiiragi, kau tahu!”
Seraya menahan keinginannya untuk tertawa mendengar seseorang menyebut dirinya ‘elit’, Guren lantas melanjutkan.
“Namun, si pelaku ini licin sekali, bagaikan belut. Dia tidak menunjukkan sosoknya yang sebenarnya.”
Seishirou lantas terlihat berpikir sejenak, sebelum akhirnya berkata.
“Shinya, ya? Dia itu memang mencurigakan. Lagi pula dia itu anak angkat—“
Namun, Guren menyela dengan berkata,
“Bukan, Tuan Shinya. Tetapi Tuan Kureto.”
“Ap--!?”
“Jangan-jangan, Tuan Kureto melakukan hal ini, untuk menyingkirkan Nona Mahiru yang menjadi lawannya dalam pertarungan penerus pemimpin selanjutnya. Itulah yang---“
“Ayahku pikirkan?”
Seishirou bertanya.
Namun, Guren kemudian menunjukkan ekspresi wajah yang seakan berkata, dia tidak bisa mengatakan lebih dari ini.
“Tuan Seishirou. Saya harap Anda bersedia menyimpan persoalan ini hanya di dalam hati Anda saja. Karena ini adalah sebuah misi rahasia-------Jika persoalan ini sampai ketahuan telah bocor dan ketahui orang selain saya, maka ....”
Mendengar itu, Seishirou mengangguk.
“Tentu sajalah. Mana mungkin ada yang bisa membayangkan pembicaraan terkait Kureto berkhianat, kan? Tapi, kenapa kau membicarakan hal ini kepadaku?”
Saat ditanya demikian, Guren terlihat bingung dan kesusahan untuk menjawabnya.
“Itu karena ....”
“Kenapa?”
“Ini sangat susah untuk dikatakan ....”
“Katakanlah! Ini perintah!”
Karena diperintahkan, Guren pun berkata.
“Menurut penglihatan saya, penilaian Tuan Tenri terhadap Anda, tinggi.  Masyarakat mengakui bahwa penerus selanjutnya adalah Tuan Kureto. Tetapi, Tuan Tenri berpikir bahwa bagaimanapun juga, rasanya Beliau tidak bisa mempercayai Tuan Kureto.”
Guren bisa memahami bahwa Seishirou telah berada di dalam genggamannya, saat melihat ekspresi wajah Seishirou yang berubah menjadi ceria mendengar pernyataan Guren.
“Karena itu, kepada Anda yang memiliki masa depan ... saya menjadi ....”
“Kau berusaha mengambil hatiku?”
Guren mengangguk disertai dengan wajah malu-malu yang sengaja dibuatnya.
Seishirou lantas menunjukkan ekspresi wajah yang seakan-akan dia telah memahami semuanya.
“Begitu, ya. Bagus sekali kau sudah memberitahuku.”
“Tetapi, persoalan ini saya harap tidak akan diketahui juga oleh Tuan Ten—“
“Tenang saja. Jangan khawatir. Kalau begitu, maka kau yang menjadi bawahan dari Kureto juga ....”
Guren mengangguk.
“Perintah dari Tuan Tenri.” Ujar Guren. “Tuan Tenri memerintahkan Tuan Kureto untuk mengawasi si Tikus Ichinose yang dirasa tidak bisa dipahami jalan pemikirannya. Tetapi, sebenarnya ....”
“Kau yang mengawasi Kureto?”
“Benar.”
“Baiklah, aku mengerti. Aku akan bekerja sama denganmu. Lalu, apa yang sebaiknya kulakukan dalam kondisi sekarang ini? Apa aku harus berlagak memaafkanmu? Atau ....”
“Seperti biasa saja. Saya ingin agar hubungan saya dan Tuan Seishirou tidak sampai ketahuan oleh Tuan Kureto.”
Seishirou semakin bertambah senang. Dia mengangguk penuh semangat karena merasa senang bisa ikut serta dalam siasat perangkap untuk menjatuhkan Kureto.
“Baiklah. Kalau begitu, kupukul kau sekali.”
“Saya mohon kerja samanya.”
“Tenang saja. Ini tidak sakit.”
Seishirou melepaskan pukulannya. Dia lantas menghantam pipi Guren. Namun, tidak ada rasa sakit yang terasa. Dia benar-benar pintar sekali memperlihatkan seolah-olah memukul Guren dengan sekuat tenaga, namun, kepalan tangannya berhenti tanpa bisa diketahui, apakah menyentuh kulit pipi Guren atau tidak.
Seishirou berteriak kesal.
“Hah! Apa kau sudah ingat posisimu, Tikus Ichinose? Ingatlah ini baik-baik, dan jangan berani melawanku lagi, brengsek!”
Dengan kondisi masih terjatuh, Guren menjawab.
“Maafkan saya.”
Seishirou berdiri dan berkata.
“Baguslah kalau kau mengerti. Oi, kalian. Ayo kita pergi!”
Kemudian, gerombolan Seishirou pun pergi. Dia pergi bersama dengan para pengikutnya, yang berlalu seraya menertawai Guren.
Menyaksikan itu, Guren pun menjadi ingin tertawa juga. Dengan begini maka Seishirou telah menjadi semut yang mati di dalam gula. Termakan oleh kebohongan Guren. Jika dia terus percaya pada Guren, maka tindak tanduknya setelah ini sedikit demi sedikit akan menjadi mencurigakan. Jika demikian, maka kemungkinan akan mudah untuk menggiring dan membuat kecurigaan, jangan-jangan yang berhubungan dengan Gereja Hyakuyadan menjadi pengkhianat adalah Seishirou.
Ditambah lagi, kalaupun Seishirou menyadari perangkap ini, dia tidak akan bisa dengan mudahnya menceritakan kebohongan Guren. Hal itu karena, tidak bisa menyadari kebohongan konyol semacam itu, adalah sebuah kesalahan fatal bagi seseorang yang di dalam tubuhnya mengalir darah Hiiragi.
Seishirou yang memiliki rasa kompleksitas yang tinggi terhadap Kureto yang lebih unggul darinya, terombang-ambing oleh suatu yang jelas-jelas terlihat sebagai sebuah kebohongan yang dilontarkan oleh Tikus Ichinose. Hal-hal semacam itu, tidak akan dengan mudahnya ia bocorkan keluar. Terlebih lagi, dia sama sekali tidak akan bisa mengatakan hal ini kepada Kureto, ataupun Tenri.
Karena itu, Seishirou sudah tidak akan bisa keluar dari perangkap ini.
Guren menggerakkan tubuh bagian atasnya.
Pada saat itulah, Shigure dan Sayuri berlari mendekat.
Shigure berkata.
“Anu, Tuan Guren.”
“Ada apa?”
“Saya mengira, pasti Tuan Guren akan memukul habis-habisan laki-laki sampah semacam itu.”
Namun, Guren tertawa kecil mendengar pertanyaan itu dan menjawab.
“Tidak. Aku tidak berniat memaafkan dia yang sudah memukul Sayuri habis-habisan hanya dengan hal semacam itu.”
“Eh ....”
Sayuri tersentak.
Guren berdiri dan berkata.
“Lalu, kalian bisa melihat sampai sejauh mana? Apa kalian melihat aku mengeluarkan kertas mantra?”
Dengan wajah terkejut, keduanya menggelengkan kepala. Sepertinya, kedua pelayannya itu tidak melihatnya. Dan kalau memang benar mereka tidak melihatnya, maka itu tidak jadi masalah bagi Guren. Jika kedua orang pelayannya tidak bisa melihat apa yang terjadi pada jarak tersebut, maka kemungkinan tidak ada orang yang bisa melihat apa yang terjadi pada kejadian serang menyerang barusan tersebut.
Tetapi,
“Latihan kalian masih kurang, nih ....”
Guren berkata demikian. Sayuri datang bertanya.
“Anu, Tuan Guren. Sebenarnya apa yang Anda lakukan?”
“Aku tidak mau memberi tahu orang yang tidak bisa melihat gerakkan tadi, ah~”
“Eeh--!”
Shigure lantas lanjut bertanya.
“Padahal Anda dipukul sekuat itu, namun Anda tidak terluka. Apa itu artinya, Anda sebenarnya tidak dipukul? Anda juga sepertinya membicarakan sesuatu dengan Hiiragi Seishirou .... Jika Anda berkenan, maka sebagai pelayan Anda, saya ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi.”
Guren menjawab perkataan itu.
“Ada kemungkinan pelayanku akan disiksa untuk diinterogasi, dan dipaksa meminum obat jibakuzai yang akan membuat kalian berkata jujur. Karena itu, aku tidak akan memberikan informasi jika tidak benar-benar diperlukan.”
Sayuri lantas berkata, saat mendengar hal itu.
“Tidak akan ada masalah terkait hal itu. Kami telah mendapat pelatihan agar kami bisa melakukan bunuh diri, sebelum kami diinterogasi dan disiksa untuk--”
Guren menyela perkataan Sayuri.
“Maka dari itu .... Jika aku memberikan informasi, yang kalian rasa bisa gawat jika sampai terungkap, maka kalian akan dengan mudahnya memutuskan untuk bunuh diri, kan? Karena itu, untuk saat ini cukup dengan begini saja. Tapi, jika nanti kondisinya bisa sedikit berkembang, aku perlu uluran tangan kalian .... Mungkin ....”
Sekarang, tindakan yang dilakukan olehnya, bagaikan bola yang tengah bergulir di lereng. Itulah yang Guren pikirkan.
Guren merasa bahwa dia tidak akan mendapatkan bocoran informasi apapun dari Seishirou. Tetapi, jika dia ingin memanfaatkan peperangan antara Mikado no Oni melawanGereja Hyakuya, dan jika dia benar-benar ingin menggunakan kesempatan peperangan dua kubu tersebut, dia harus melangkah ke depan, dengan langkah yang kira-kira sebesar apa yang kini dia perbuat.
Walaupun sudah berbuat demikian sekalipun, Mahiru kini sudah berada sangat jauh di depannya.
Karena itu Guren harus bertindak.
Dia tidak tahu ada berapa banyak lagi waktu yang tersisa hingga batas waktu yang ada. Tetapi, jika menurut perkataan Mahiru, pada saat natal nanti, dunia akan mengalami kehancuran. Guren tidak tahu, apa yang dirujuk oleh kata ‘kehancuran’ itu. Tetapi, tidak salah lagi, akan terjadi sebuah perubahan besar-besaran.
Sekarang bulan Juni.
Waktu yang tersisa hanya tinggal setengah tahun lagi.
Karena itu, Guren berkata.
“... Mungkin, waktu untuk kita berjalan menuju sekolah seperti ini pun, hanya tersisa sebentar lagi. Kemungkinan, kita juga akan terlibat dalam peperangan. Jika sudah begitu, maka tanpa perlu melakukan bunuh diri pun, beberapa orang akan mati. Dan yang paling buruk, mungkin saja semuanya akan terbunuh. Karena itu, bagaimana kalau kita nikmati kehidupan sekolah kita dengan tertawa riang gembira, hingga saat itu tiba? Pasti, ini adalah saat-saat terakhir kita bisa mengenakan baju seragam dalam kehidupan kita.”

Guren memandang sosok kedua orang pelayannya, yang sangat cocok dalam balutan pakaian seragam sailor.  Guren pun kemudian tertawa.