Bab ini enggak ada ilustrasinya. :’) Setelah lama enggak nerjemahin lagi, kembali nerjemahin. Otakku masih suka protes kek bilang “udah nanti aja, nanti” Yah, gimana pun juga aku ini pemalas :\
Khusus Fujoshi: Btw, halo ada Fujoshi di sini?? Kalau ada, ada bagian so sweet buat kalian yang menginginkan pasangan baru. Siapakah pasangan itu? Clue-nya: Ini adalah percakapan yang hanya akan berarti sesuatu jika imajinasi Fujo kalian liar. Arrwwwgh! Aku fujoshi? Iya juga enggak, bukan juga enggak. Biasa aja :v Hanya teman fujo sering histeris liar kalau ada bagian begini.
============================================================
OWARI NO SERAPH: ICHINOSE GUREN 16 SAI NO CATASTROPHE
JILID 2 BAB 4
SIKSAAN DAN TERUNGKAP


Kehilangan kesadaran.
Sadar.
Kehilangan kesadaran.
Sadar.
Kondisi yang berulang itu sudah terjadi beberapa kali.
“..........”
Guren kembali mendapatkan kesadarannya, dan membuka matanya perlahan.
Pandangannya kabur.
Kemungkinan itu karena obat jibakuzai. Obat yang akan membuatnya berkata jujur.
Seharusnya Guren sudah menerima pelatihan untuk mengatasi siksaan dari obat atau racun seperti ini.
Guren memastikan keadaan.
Ruangan yang benar-benar sempit dan sangat terang.
Kursi yang terpasang pada lantai.
Di sanalah dia diikat, dan beberapa kali diinterogasi.
“Apa kau berhubungan denganGereja Hyakuya?”
Yang bertanya padanya adalah seorang laki-laki tentara berpakaian militer dariMikado no Oni. Wajahnya tidak terlihat. Laki-laki itu menyorotkan bohlam lampu yang menyorot sangat kuat ke arah Guren, sehingga wajah laki-laki itu menjadi gelap tak terlihat akibat sinar kuat yang diterima mata Guren.
Kemudian, kondisi yang dialami Guren ini, mungkin sudah berlangsung selama 3 hari. Begitu kesadarannya hilang, Guren akan dipaksa tersadar. Dia bahkan tidak diperkenankan tertidur. Sedikit demi sedikit kemampuan  berpikir otak Guren semakin melemah.
Kemampuannya untuk bisa berbohong, akan mulai menghilang.
Laki-laki itu kembali bertanya.
“Apa kau berhubungan denganGereja Hyakuya?”
Lalu, sudah saatnya memberikan suatu jawaban.
Orang yang menerima pelatihan untuk hal semacam ini pun,  lama kelamaan akan membuka mulutnya karena siksaan semacam ini.
Karena itu Guren memilih membuka mulutnya, dan mulai berbohong.
“..... uh, aa”
“Apa? Apa kau punya sesuatu yang mau kau katakan?”
“A-air—“
“Air minum? Kalau kau menjawab pertanyaanku, akan kuberikan”
“Aaa”
“Apa kau berhubungan denganGereja Hyakuya?”
“... .hya-hyaku?”
Gereja Hyakuya! Apa kau sekutu mereka?”
Ditanya seperti itu, Guren berusaha mati-matian menggerakkan pikirannya yang berpikir dengan sangat lambat, dan menjawab.
“... a-aku bukan ... sekutu mereka”
“Bohong, kan! Kau orang Gereja Hyakuya
“Bu—“
“Kau orang Gereja Hyakuya
“U, uuurgh, kalau tidak salah ... aku diberi tawaran”
“Tawaran? Lalu, kau menjadi orang Gereja Hyakuya?”
“Ti-tidak. Untung-ruginya tidak seimbang—“
“Untung-rugi apa itu?”
Laki-laki itu melanjutkan bertanya.
“Aah, kau tidak bisa menjawab pertanyaan yang rumit dengan kondisi seperti ini. Tapi, aku mengerti. Jadi itulah rahasia yang kau sembunyikan, ya. Kau mendapat tawaran dari Gereja Hyakuya. Lalu, apa kau tahu mereka akan melakukan teror?”
“Ti-tidak ....”
“Bohong! Kau tahu”
“..........”
Guren pun lalu terdiam. Dia kemudian berpikir. Kemungkinan inilah, kunci dari siksaan ini. Jika dia bisa menjawab dengan baik pertanyaan ini, kemungkinan si penyiksa itu akan merasa puas, dan mundur.
Jika Guren bisa memberikan jawaban yang dibutuhkan si penyiksanya, yaitu kebenaran yang dimilikinya yang sepertinya dibutuhkan si penyiksa—
“Kau mengetahuinya. Karena kau yang memberikan celah masuk para teroris itu!”
“Tidak—“
“Kau mengetahuinya!”
“Uuurgh .... aaah, ka-kalau soal perang .....”
“Perang?”
“...... a-aku tahu ka-kalau perang akan di mulai ...... te-tetapi aku tidak tahu kapan akan .....”
“Kau tidak mengetahuinya?”
Seakan mengarahkannya, lelaki itu berkata.
Guren pun menjawab.
“Me-mereka mau menjadikan ka-kami, Ichinose, bawahannya .... Ka-katanya, ada atau tidak adanya organisasi kepercayaan selevel ka-kami ... tidak akan berpengaruh apapun—“
“......Oooh”
“Ka-karena itu ... a-aku tidak mendapat informasi”
“Karena itu kau bekerja sama dengan Gereja Hyakuya
“Tidak”
“Tidak, kalian menjual Hiiragi”
Saat itu, Guren mengangkat kepalanya.
“Ha, ahaha, hahahahahaha”
“Kenapa. Apa yang lucu. Apa kau bermaksud mengakui dosamu?”
Guren menjawab pertanyaan itu.
“Kenapa aku perlu menjualnya? Budak Gereja Hyakuya,  dan Keluarga Cabang yang jadi Sampah ..... Apa bedanya posisi itu?”
“..........”
“Sudahlah, cukup. Bunuh aku. Aku sudah lelah. Lalu, berperanglah sesama organisasi kepercayaan besar sesuka kalian”
“..........”
“Karena mau bagaimanapun juga, kami hanyalah sampah. Kenapa Tuan Hiiragi yang terhormat begitu peduli dengan sampah macam kami?”
Kemudian cahaya meredup.
Ruangan sedikit menjadi gelap. Karena pupil matanya tidak bisa terbuka untuk beberapa lama, maka dibutuhkan waktu hingga matanya bisa terbiasa.
Pemandangan berubah dari putih menjadi hitam. Sedikir demi sedikit, Guren mulai bisa mengerti situasi ruangan itu.
Orang yang menyiksa dan menginterogasinya ada di sebelahnya. Dia adalah lelaki paruh baya, dengan wajah berkumis di sekitar mulutnya. Dia berbalik arah,
“Selebihnya ....”
Kemudian pintu ruangan terbuka.
Di seberang pintu, Kureto berdiri. Dia memandang ke arah Guren.
“Kau tidak bisa menggalinya?”
“Iya. Kemungkinan besar dia telah menerima pelatihan untuk tahan terhadap siksaan. Meskipun demikian, manusia itu memiliki batas. Karena itu, saya menekannya terus hingga batas kemampuannya”
“Lalu? Apa dia berbicara jujur?”
Kemudian pria berkumis itu pun mengangguk.
“Iya. Setidaknya, saya bisa melihat bahwa dia berkata jujur”
Kureto memandang Guren dengan tatapan dingin.
“Begitulah katanya. Lalu, apa hanya itu saja, informasi yang kau punya?”
“..........”
Guren lantas mengangkat kepalanya dan berkata.
“... makanya, sudah kubilang kau ini terlalu menganggapku berlebihan, kan?”
“Kalau memang benar hanya itu, aku kecewa”
“Hah! Sudahlah, terserah kau saja”
Namun, Kureto masih belum melepaskan padangannya dari Guren. Ia lalu berkata.
“ ... ayahmu datang untuk protes, lo. Katanya, kembalikan anakku!
“ .......... “
“ Karena itu dia ditangkap dan disiksa. Lalu kami paksa di menyampaikan informasi sesungguhnya sepertimu. Ichinose mendapatkan ajakkan dari Gereja Hyakuya----- tetapi,  Ichinose tidak memenuhi syarat yang ada. Dengan situasi tidak memberikan jawaban kepada Gereja Hyakuya, peperangan telah di mulai”
“ ..........”
“ Ayahmu itu lemah, ya. Ayahmu membuka mulutnya 5 jam lebih cepat daripada dirimu. Dan pada akhirnya, detak jantungnya terhenti”
“ ... cih”
Kureto tertawa kecil melihat reaksi Guren.
“Oh, itu ekspresi sebenarnya wajahmu yang pertama, kan? Wajah marah. Artinya, semua ekspresi yang kau tunjukkan selama ini hanya sandiwara. Bahkan saat disiksa dan diinterogasi sekalipun, kau hanya memberikan jawaban informasi yang terlebih dahulu kau pikirkan bahwa informasi itu boleh diungkapkan. Hebat sekali. Tidak kuduga orang berbakat dengan level yang luar biasa, terlahir di keluarga cabang yang berperingkat rendah”
“ ..........”
“ Ah, tenang saja. Ayahmu tidak mati. Kami menyadarkannya, dan memulangkannya. Kekuatanmu sangat luar biasa, tetapi seperti yang kau katakan. Meskipun secara individual kau kuat, namun itu tidak bisa mengubah apapun. Ichinose sampah bukanlah tandingan bagi kami, Keluarga Hiiragi. Kau sama sekali bukanlah ancaman bagi kami Sang Hiiragi. Aku dapat memahami hal itu dari situasi kali ini”
“ ...........”
Itu adalah kenyataan.
Kureto melanjutkan.
“ ... tetapi, aku suka padamu, Ichinose Guren. Jadilah kaki tanganku. Dengan begitu, maka kedudukan keluarga cabang juga akan sedikit terangkat, bukan?”
“...  jika aku menolak?”
Kemudian, Kureto memiringkan kepalanya, seakan dia tengah berpikir sebentar, sebelum akhirnya berkata.
“ ... aku hancurkan Ichinose. Kalau menurut perhitunganku, dalam waktu sekitar 5 hari, semua orang dari organisasi kepercayaanMikado no Tsukimu bisa kubunuh semua”
“ ..........”
“Kekuatan organisasi kepercayaan kalian itu hanya selevel itu saja. Karena itulahGereja Hyakuyajuga tidak mau menjadi kawan kalian. Kami, Hiiragi mengizinkan keberadaan kalian pun, karena kalian tidak memiliki kekuatan. Karena kalian adalah organisasi kepercayaan yang lemah”
“ ..........”
“Tetapi, aku menginginkan orang berbakat sepertimu. Nah, pilihlah. Apakah kau akan membiarkan seluruh keluargamu dibunuh? Ataukah ....”
“ ... bersumpah setia padamu?”
“ Ya, benar”
“Bangga sekali dirimu”
Kureto lantas mengangguk seakan jawabannya telah pasti.
 “Karena itulah Hiiragi”
Ujarnya kemudian.
Meskipun demikian, jika Guren menerima tawaran dari Kureto, sebenarnya tidak ada masalah apapun. Hal itu karena, sejak awal dia ingin menyembunyikan kekuatannya di sekolah ini, dan berpura-pura menjadi orang bodoh menggelikan. Dan jika, orang seperti Kureto yang merupakan payung untuk dapat menyembunyikan hal itu muncul, maka itu adalah hal yang sangat memudahkannya.
Guren menyerah kepada Kureto, dan mendengarkan apa yang dikatakannya.
Guren akan menjadi anjing, dan mengakui bahwa dia bukanlah tandingan bagi Kureto, juga bukan tandingan bagi Hiiragi.
Benar. Mendapat pengakuan dari Hiiragi, bukanlah hal yang begitu menyenangkan.
Lalu yang jadi masalah, apakah dirinya bisa mendapatkan kekuatan yang sanggup meremukkan Keluarga Hiiragi. Tetapi ....
Guren melihat Kureto dan berkata.
“ ...  yang penting, beri aku air”
Kureto kemudian tersenyum dan berkata.
“Apa itu artinya kau menerima tawaranku?”
“Bukannya tidak ada pilihan lain, ya?”
“Oh, begitu. Kalau begitu kau adalah rekanku. Tenanglah. Aku tidak akan merendahkan bawahanku”
“Bawahan, ya”
“Tidak puas? Apa kau ingin kusebut teman?”
Ujar Kureto mengatakan hal yang mengherankan.
“Hah?”
Namun mengacuhkan hal itu, Kureto berkata kepada petugas interogasi.
“Lepaskan ikatannya. Mulai hari ini, dia adalah bawahan—“
Tetapi, disela pekataan Kureto, Guren melonggarkan sendiri ikatan di sendi lengannya, dan kemudian melepas lengannya dari ikatan. Sebenarnya, sejak awal, Guren bisa melakukan hal itu kapan yang ia mau.
“Ah ...!”
Petugas interogasi yang menyiksanya melihatnya dengan terkejut.
Guren pun melihat petugas yang terkejut itu dan lantas tertawa.
“Tenang saja. Aku sendiri yang memilih untuk menerima siksaan ini. Jadi aku tidak mendendam kepadamu”
Namun Kureto tidak terkejut. Dia hanya melihat ke arah Guren, seakan mengamati kondisinya, dan berkata,
“Kau sedikit kelelahan. Hari ini cukup sampai sini, dan beristirahatlah. Mulai besok aku akan memberimu tugas”
“Wah, kau sudah langsung berniat jadi majikanku?”
“Ng? Kau bicara apa? Bukankah sejak dulu memang begitu? Sampai sekarang dan mulai ke depan pun ... bahkan hingga anak-anakmu pun, masa depannya mereka selamanya, semua adalah organisasi kepercayaan bawahan Keluarga Hiiragi. Ah, senjatamu aku pulangkan ke rumahmu bersama dengan ayahmu. Besok, akan kuberi senjata yang lebih kuat, yang akan sesuai dengan kekuatanmu”
Saat mengatakan hal semacam itu, Kureto membalikkan langkah dan keluar dari ruangan.
Guren menatap hal itu, dan petugas interogasi yang berada di sebelahnya tiba-tiba berubah sikap, dan menundukkan kepala kepadanya.
Lalu,
“ ... Saya memohon maaf atas perlakuan saya kepada Anda, pada kejadian ini, Tuan Ichinose Guren”
Ujarnya kemudian.
Begitu Guren menjadi bawahan Kureto, maka kondisinya pun berubah.
Guren lantas menghela nafas. Baginya sebenarnya tidak ada satu pun yang berubah. Tidak berubah dengan apa yang sebelumnya.
Hiiragi sangatlah kuat, dan Ichinose hanyalah keluarga cabang yang merupakan sampah.
Namun, bagaimana caranya membalikkan hal itu?
Jalan yang dipilih oleh Mahiru, merupakan jalan di luar jalan yang seharusnya dilalui manusia.
Bukanlah jalan yang seharusnya dilalui manusia. Itu adalah jalan Asura: Jalan peperangan.
Kalau begitu, maka aku ....
“ ..........”
Pada saat itu, Guren teringat kata-kata Mahiru. Kata-kata Mahiru yang disampaikan lewat pesan oleh Shinoa.
Meskipun jalannya berbeda, pada akhirnya tempat tujuan kalian itu sama
Kata-kata itu kembali terngiang dipikiran Guren.
“ ..... Jalanku ... itu .....”
Dengan hanya bergumam demikian, Guren keluar dari ruang interogasi.
¨
Ruang interogasi itu berada di bawah gedung olah raga. Mungkin itu adalah ruangan yang digunakan untuk melatih murid-murid Hiiragi agar tahan terhadap siksaan atau interogasi.
 Guren keluar dari gedung olah raga dengan wajah kelelahan.
Langit bersemu merah.
Seakan matahari mulai akan terbenam.
Kemungkinan besar, pelajaran telah usai tetapi, di halaman sekolah dipenuhi oleh murid-murid yang melakukan latihan mandiri.
Guren melihat kegiatan itu dengan sebelah mata, dan merasa bingung, haruskah ia kembali ke gedung sekolah, ataukah kembali ke rumah. Dia masih meninggalkan tasnya di kelas, tetapi kemungkinan Sayuri atau Shigure sudah membawanya pulang. Ponsel-nya telah di sita. Dan sepertinya, senjatanya pun telah diurus, dan dikirim pulang ke rumah.
“..... ikut campur saja”
Guren membalikkan langkahnya. Dia mencoba kembali ke rumahnya.
Namun, pada saat itu,
“ Ichinose Guren!”
Tiba-tiba dari arah halaman sekolah terdengar suara memanggilnya. Guren kenal suara siapakah itu.
Juujou Mito.
Tetapi, tanpa berbalik, Guren terus berjalan pulang.
“ Tunggu!”
“ ..........”
Dia bisa merasakan adanya hanya membunuh di balik punggungnya.
Guren menanggapi hawa membunuh itu.
“ Jangan berisik cuap-cuap tidak karuan, deh. Aku sedang kurang tidur, tahu”
Guren berbalik dan menatap mito dengan sebelah mata.
Rambu merah yang mencolok. Mata yang memberikan sensasi tatapan yang kuat. Wajah yang indah.
Entah karena alasan apa, Mito terlihat sedang marah. Guren tidak tahu alasannya.
Tetapi gadis itu sudah merapalkan mantra sihir. Mantra sihir Hiiragi. Mantra yang menjadi keahliannya, di mana mantra itu akan bisa meningkatkan kekuatan fisik penggunanya, dan meningkatkan kekuatan suci penggunanya.
Di atas rambut merahnya, mulai terbentuk segitiga lingkaran api yang bahkan lebih merah dari warna rambutnya.
Tetapi, Guren sudah selesai mencari tahu, dari iblis manakah dia meminjam kekuatan itu, karena, Guren sudah pernah melihatnya sekali. Dengan begitu, maka penelitiannya sudah selesai.
Itu adalah proses penggunaan mantra Kongou Yasha Myousang raja Kebijaksanaan.
“ Aku akan menghajarmu yang sudah membodohiku!”
Mito mengatakan sesuatu yang menyerupai perkataan anak-anak. Tubuh Mito melompat terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Memperpendek jarak antara dirinya dengan Guren.
Kalau orang biasa――――tidak, bahkan orang yang sudah terbiasa berlatih pun, mungkin tidak akan bisa mengimbangi gerakkan itu.
Itulah seberapa kuatnya, kekuatan yang dimiliki Mito.
Namun, Guren hanya melihat hal itu dengan wajah melamun dan terlihat kelelahan. Kepalan tangan Mito mendekat, hendak menghantam kepala Guren.
Mito berkata.
“Bahkan hingga di saat seperti ini pun, kau mau menyembunyikan kekuatan—“
Namun, kata-kata gadis itu terhenti.
Itu karena Guren melangkah mundur ke belakang dan dengan mudahnya menangkap lengan Mito. Di putarnya lengan Mito ke belakang, hingga sendi Mito terkilir. Mito berusaha melemaskan sendinya untuk meloloskan diri dari cengkraman Guren tetapi, semua itu telah diperkirakan Guren.
Guren memanfaatkan kekuatan Mito dan menjatuhkan Mito dengan kakinya.
“Uwaaa!”
Teriakan suara Mito terdengar melengking, dan dia pun melayang terjatuh di udara. Namun, Guren tidak berhenti. Dia menekan jatuh ke tanah lengan Mito yang masih dicengkramnya, hingga kepala gadis itulah yang akan terlebih dahulu menghantam tanah------namun sebelum itu.
Guren menangkap kerah belakang seragam sailor  Mito, dan menyelamatkan kepala gadis itu dari terbentur menghantam tanah.
Guren kemudian berkata seraya menatap Mito yang terjatuh dan menunjukkan wajah linglung karena dalam waktu yang hanya sekejap saja banyak gerakkan yang terjadi.
“Oioi, jangan jatuh tanpa sebab, dong”
Mito pun  menyadari kondisi dirinya.  Dia lantas mendongak, menatap tajam Guren,
“Ja-jangan bercanda! Kalau kau punya kekuatan sebesar ini, kenapa kau menyembunyikan kekuatanmu!?”
--ujarnya mengatakan hal itu dengan nada marah.
Guren menjawabnya.
“Kalau ketahuan bahwa aku kuat, aku akan ditindas, kan?”
“Ka-kalau kau punya kekuatan seperti itu, tidak mungkin kau akan ditin—“
“Aku ini Ichinose, lho, Mito”
Mendengar itu, mata Mito pun terbelalak, terbuka lebar. Dengan kata-kata itulah, untuk pertama kalinya Mito menunjukkan wajah yang seakan bisa membayangkan beban apa yang ditanggung oleh seorang Guren.
Namun, Mito tidak mengetahui apapun. Dia tidak mengetahui seberapa sampah-nya Ichinose. Seberapa kuatnya Hiiragi. Ada banyak hal yang tidak diketahui, selama dia berada di dalam Hiiragi.
Mito menarik tangannya dari genggaman Guren, lalu berdiri dan berkata.
“Ka-kalau begitu, kau selalu menyembunyikan kekuatanmu yang besar itu? Lalu simpatiku dan juga caci makianku, kau anggap itu adalah tingkah yang konyol, lalu kau diam-diam menertawaiku?”
Namun, Guren menggelengkan lehernya.
“Tidak”
“Ta-tapi, sudah banyak sekali perkataan kasar yang kuucapkan kepadamu”
“Oh, iya, kah?”
“Iya, benar! Lalu kau menerimanya. Kau menerima caci makiku. Kalau begitu, kau mau tertawa di belakangku pun, tidak masalah ba—“
Namun, Guren menyelanya.
“Aku tidak peduli padamu, hingga bisa membuatku bersedia menertawaimu”
“Aaa ....”
“Lagipula, aku tidak punya waktu seluang itu. Apa pembicaraan kita sudah selesai?”
Mendengar perkataan Guren, wajah Mito menunjukkan seakan dia tengah menerima pukulan keras. Guren bisa melihat, air mata sedikit mengambang di pelupuk matanya. Mungkin itu karena dia merasa sesak mendengar kata-kata itu? Atau mungkin, karena dia terlahir di keluarga Juujou yang terhormat, maka dia tidak pernah diremehkan seperti itu?
Tapi, Guren tidak peduli dengan semua itu. Itu karena selama beberapa hari ini, dia tidak bisa tidur dengan baik.
Guren membalikkan langkahnya, dan mulai berjalan.
Lalu gadis bernama Mito itu berteriak mengarah ke punggung Guren.
“Ta-tapi, kau telah menyelamatkanku!”
“ ..........”
“Anu, jika kau tidak menyelamatkanku ... dari serangan teror, aku pasti mati!”
“ ............”
“Kenapa!? Jika kau ingin menyembunyikan kekuatan sebesar itu, seharusnya kau tidak akan menyelamatkanku di tempat itu. Tetapi, kau menyelamatkanku yang sama sekali tidak kau pedulikan. Kenapa kau melakukan itu!?”
Mito pun akhirnya menanyakan hal itu.
Guren merasa kesal. Kenapa pada saat itu dia menyelamatkan Mito?
Spontan saja. Jawabannya hanya itu.
Saat mengetahui orang yang dikenalnya, akan mati di depan matanya, secara spontan dia menyelamatkannya. Tindakan yang bodoh. Itulah kelemahannya. Itu adalah kelemahan fatalnya.
“..........”
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Guren pun berjalan keluar sekolah.
Tetapi, hal yang kembali menyebalkan baginya adalah Goshi yang ternyata berdiri di gerbang sekolah. Dengan melipat lengannya, Goshi melihat ke arah Guren. Seharusnya, Goshi juga melihat dengan matanya sendiri, pertarungan antara Guren dan Kureto. Karena itu, kekuatan Guren pun sudah diketahui olehnya.
Goshi berkata.
“Kau ini kejam sekali, ya. Apa kau ini adalah tipe orang yang jenius?”
“ ............”
“Tipe yang bisa berkembang hanya dengan berusaha---------begitu? Kau pasti diharapkan oleh orang tua dan para pelayanmu, ya?”
Mendengar itu, Guren hanya tersenyum sinis dan berkata.
“Ya, benar. Setiap hari aku dipuji Papaku”
“Kau membodohiku?”
“Kau pikir begitu?”
“Ya”
“Aku ini kuat. Lalu, memangnya kenapa kalau aku kuat? Terlahir memiliki kekuatan yang hebat di Ichinose, memangnya bisa apa?”
“.............”
“Tuan Hiiragi, dan kau, keluarga terhormat Goshi. Gadis berambut merah di belakang dari keluarga Terhormat Jyuujou. Lalu, aku apa? Si Tikus keluarga Ichinose. Itu semua sudah tidak ada kaitannya dengan kekuatan yang dimiliki oleh individu, kan?”
Mendengar itu, Goshi melihat ke arah Guren dengan menyipitkan matanya, dan berkata.
“Rasanya, yang bisa kupahami hanya soal sifatmu yang aneh”
“Hah? Kalau gitu, jangan dekat-dekat padaku”
“Tidak, tidak. Aku tidak bisa berbuat begitu. Karena kau telah menyelamatkan nyawaku”
“Kalau begitu, kau mau mengabdi padaku seumur hidup?”
“Yang benar saja”
Goshi lantas tertawa.
“Tapi, aku akan jadi temanmu”
“Aku tolak”
“Oh, ya? Kalau begitu, walau gadis berambut merah dari Keluarga Jyuujou sudah bertanya ini, sih, tapi kenapa kau menyelamatkanku?”
Guren langsung menjawab.
“Terbawa suasana saja”
“Tidak, tidak. Kau bohong, kan. Seharusnya, kau tidak menyelamatkanku saat itu. Kalau tidak, semua sandiwaramu untuk bertingkah konyol akan sia-sia. Tetapi kau menyelamatkanku. Kenapa?”
“...........”
“Itu artinya kau ....”
--dan Goshi mulai berbicara seenak sendiri mengenai orang lain. Guren lantas membalikkan punggungnya kepada Goshi dan kembali melangkah, karena merasa sudah tidak lagi perlu mendengarkannya.
Namun Goshi mengatakan kata-kata yang seakan adalah hantaman kepada punggung itu.
“Kau ini adalah orang yang baik. Atau jangan-jangan kau ini mudah kesepian? Yah, apapun itu, menyelamatkan nyawa itu bukan soal yang sepele. Karena itu, semoga saja kita bisa menjadi teman”
Guren hanya tertawa mendengus dengan hidungnya, dan tanpa berbalik dia berkata.
“Bodoh sekali”
“Ahaha”
Guren bisa mendengar suara tertawa Goshi. Itu benar-benar menyebalkan.
Tapi suara itu sedikit demi sedikit semakin tidak terdengar.
“..........”
Selama dalam perjalanan pulang, apa yang dipikirkan di dalam kepalanya hanyalah perkataan dari Mito dan juga Goshi.
Kenapa menyelamatkan mereka?
Kenapa dia tidak tahan melihat dua orang itu mati dihadapannya?
Kelemahan ini benar-benar sangat fatal. Kalau memang dibutuhkan-------kalau memang dibutuhkan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan mencapai tujuannya .... Setelah ini dan ke depan nantinya, dia harus memiliki kekuatan yang bahkan harus tega mengorbankan nyawa Sayuri atau Shigure sekalipun.
Karena lawannya adalah Hiiragi.
Juga Gereja Hyakuya
Untuk melawan organisasi kepercayaan yang jauh lebih besar daripada mereka, Guren berpikir dia harus sedikit demi sedikit mendapatkan kekuatan, dan kemudian melawan mereka. Tetapi, di tempat dengan level seperti ini, seharusnya dia tidak boleh terbawa dalam arus emosi yang tidak diperlukan semacam itu.
“ ... orang yang baik ... orang yang baik, ya”
Guren mengatakan itu seakan mengejek dirinya sendiri dengan wajah tidak menyenangkan dan lantas tertawa.
Dia kemudian mendongak ke langit. Di langit yang ditatapnya, terlihat gedung pencakar langit, yang merupakan mansion tempatnya tinggal saat ini.
Apa Sayuri dan Shigure ada, ya?
Guren membayangkan wajah keduanya, lalu jika di situasi yang sama------jika mereka berada di situasi teror saat itu, Sayuri dan Shigure terdesak dalam bahaya, apakah Guren akan mampu dengan mudahnya membuang mereka dalam situasi seperti itu? Guren berpikir hal semacam itu.
“Kau pasti ... sudah mampu dengan mudahnya membuangnya, kan, Mahiru?”

Guren memanggil nama gadis yang semasa kecil bertukar janji kepadanya, yang berada lebih jauh darinya, dan menginginkan kekuatan. Guren lantas menghela nafas.