Clockwork Planet
Bab 1
Goober (14:30)

—Nyawa manusia tidak memiliki nilai.
Tapi bukan berarti tidak bermakna.
Ada beberapa orang yang berpendapat berbeda, beberapa orang yang menyanggah pendapat tersebut—namun, tidak ada satupun, Dewa sekalipun, yang dapat menyangkal fakta di atas.
Karena biarpun orang lain yang memberikan penilaian, pengakuan makna dalam hal itu kembali kepada masing-masing individu.
Oleh karena itu, umat manusia terus hidup, mencari alasan mengapa mereka hidup
Baik banyak maupun sedikit, semua itu ada dalam kehidupan.
Mengenai apa itu ‘kebahagiaan’ sejati, siapapun pastinya tahu.
—Biarpun hidupnya melarat, orangtuanya meninggal, rumahnya tenggelam, wajah dan pikirannya kekurangan sesuatu.
Dia memahami tujuan dia lahir dengan sangat baik, mengakui hal itu, dan terus membaktikan dirinya demi keyakinan itu. Pastinya itulah kebahagiaan terhebat yang bisa didapat seorang manusia.
Naoto Miura meyakini hal itu dengan teguh.
Karena dia menemukan makna tersebut.
Karena itu,
“Jadi pak guru, anda tentunya tahu apa yang harus seorang manusia lakukan saat dia mencari apa yang harus dia lakukan, kan?”
Naoto Miura bicara sambil mengepalkan tinjunya dengan erat.
Dia berdiri kokoh dengan kedua kakinya, dan membusungkan dadanya dengan gigih menggunakan tubuhnya yang memang lebih kecil dari manusia pada umumnya.
—Ya. Dia tahu.
Makna kelahirannya, alasan mengapa dia mencari kematian, mengapa dia harus membahayakan nyawanya dalam situasi yang penting, dia telah memiliki hal paling penting itu di dalam dirinya!
“Sebagai seorang manusia…bukan, sebagai seorang laki-laki!”
Mata kelabu Naoto berapi-api.
“Saat orang mendengar kalau ada sebuah gadis Automata yang super imut, baik itu ada di Kutub Utara! Mardego! Bukan, bahkan di ujung galaksi! Normalnya, dia akan langsung pergi kesana secepat mungkin, karena itulah tugas seorang laki-laki—bukan! Karena melakukan hal itu adalah takdirnya!!!”
Dia mengangkat tinjunya sambil berteriak keras.
Seorang pria paruh baya, wali kelas Naoto, berdiri di depan Naoto, kelihatan sedikit bingung, dan sedikit mengangguk sambil menunduk.
“—Terus?”
“Benar! Dengan—kata—lain! Aku yang rendah ini harus melapor pada anda dan minta maaf kalau aku akan cuti dari sekolah karena aku akan pergi menyerang Tokyo untuk alasan pribadi!”
—Mata Naoto Miura bersinar tenang saat dia memberikan formulir permohonan cuti sekolahnya.
Sebaliknya, sang wali kelas hanya bisa terpaksa tersenyum, seperti dia sedang ada di depan cermin.
“Kamu memang orang seperti itu, ya, Naoto Miura?”
Dan dia memberikan selembar kertas berbeda di depan Naoto.
Kertas itu adalah selembar kertas dengan sebuah ‘0’ yang ditulis dengan tinta merah.
…Itu adalah lembar jawaban.
“Kamu sedang bersikap bodoh, kan?”
“—”
Sang wali kelas melanjutkan dengan gamblang, saat wajah Naoto membeku dengan senyuman,
“Sekarang kamu harus patuh dan ambil remedialmu. Jika kamu dapat nilai merah lagi, kamu tidak akan memberikan formulir permohonan cuti, tapi formulir keluar dari sekolah. Aku juga bisa menulis surat rekomendasi pada seorang ahli bedah syaraf, kamu mau?
Oleh karena itu,
Determinasi dan kesadaran agung milik Naoto Miura runtuh tanpa pilihan lain.
Ya, tidak ada pilihan lain bagi Naoto Miura.
Ada sebuah anomali di Tokyo.
Dan disana ada adik perempuan RyuZU—anggota lainnya dari seri Initial-Y.
Ketika dia mengetahui info itu, Naoto bertekad untuk pergi ke Tokyo tanpa ragu sedikitpun—
Dan si gadis (RyuZU) yang merupakan segalanya dalam kehidupannya ini menatap Naoto dengan mata lembab.
“Master Naoto, jika anda terus gagal dalam hal sosial seperti ini, memang tidak akan ada perubahan yang berarti, tapi opini relatif masyarakat akan menandai anda sebagai orang yang lebih rendah dari amuba. Sebagai master hamba, hamba mohon jangan membuat hamba berduka melebihi apa yang hamba bisa tangani hari ini.”
Tidak ada sedikitpun maksud jahat dalam senyuman itu.
RyuZU hanya mengkhawatirkan Naoto.
RyuZU menjadi sangat kejam hanya karena filter jahat dalam dirinya, yang membuat RyuZU menjadi memarahinya.
Di hadapan niat baik yang ditunjukkan Automata ini—dia tidak punya pilihan lain lagi.
…Pada awalnya.
“—Sehingga, semua perang dalam sejarah umat manusia dinyatakan berakhir 1.000 tahun lalu.”
Suara datar guru sejarah bergema dalam ruang kelas yang diisi oleh beberapa orang.
“Umat manusia tidak terlalu bodoh untuk membiarkan peluru berterbangan di Bumi yang telah diubah menjadi bentuk seni mekanik ini, atau dengan kata lain, Mesin jam yang sangat amat rumit ini. menurut regulasi perjanjian internasional, setiap negara hanya boleh menemparkan angkatan militer yang diperlukan untuk melindungi sebuah kota. Teknologi kuno yang jelas mengancam keselamatan umat manusia, terutama teknologi ‘elektromagnetik’, kelihatannya telah dilarang digunakan secara terang-terangan—”
Guru itu terus menulis poin-poin di papan tulis dari waktu ke waktu sambil terus mengajar, kelihatannya dia hanya mengutip buku teks belaka.
Merasa bosan, Naoto meletakkan tangannya di pipi sambil bertanya pada gadis berambut perak di sampingnya.
“Hei RyuZU. Teknologi elektro ini apa sih?”
“Teknologi itu adalah peninggalan dari masa lalu yang jauh, dimana umat manusia yang agung menggunakan pikiran dan teori mereka yang belum matang untuk mengukur sesuatu yang tidak diketahui.”
Gadis yang ditanyai itu, RyuZU, tersenyum lebih cerah lagi sambil menjawab Naoto.
Suaranya semenarik sebuah kotak musik, bergema di dalam ruang kelas,
“Bisa dibilang teknologi itu adalah usaha berlapis yang sia-sia yang bahkan akan diejek oleh monyet. Saat ini, teknologi itu tidak lebih dari barang antik tidak berharga. Dengan otak anda, Master Naoto, biarpun seandainya anda tahu hal ini, pengetahuan ini hanya akan membuat kapasitas memori anda penuh denga info tidak berguna.”
“Ah, dengan kata lain, tidak masalah jika aku tidak tahu apa-apa tentang hal ini?”
“Bagi seorang elit seperti anda, Master Naoto, anda tidak perlu mendengarkan hal seperti itu saat liburan.”
RyuZU bicara dengan senyuman seperti bunga dan malu-malu.
Tapi di sisi lain, mata keemasan itu memancarkan racun mematikan, seolah-olah ingin membunuh mangsanya.
Guru sejarah itu menahan pandangan tajam RyuZU ketika dia melanjutkan dengan suara bergetar,
“I-ini adalah pengetahuan umum yang dibutuhkan untuk pendidikan dasar! E-Elektromagnetisme akan mempengaruhi pergerakan gir-gir tersebut. Semua penelitian dan penggunaannya telah dilarang untuk memperbolehkan ‘Planet Governor’ melindungi lanskap dari sinar matahari, kecuali medan magnet yang terletak di Kutub Utara dan Selatan…”
“Apa anda mendengarnya, Master Naoto? Apa yang dia lakukan hanyalah menghafal buku teks dan memuntahkannya kembali, dan hamba telah menyinggung ini sebelumnya.”
RyuZU melanjutkan tanpa berhenti sama sekali, dan guru itu menggigil.
Naoto memiringkan kepalanya dengan penasaran,
“Kenapa begitu?”
“Yah, jika penggunaan dan penelitiannya dilarang, kita tidak akan bisa mempelajari teknlogi itu dengan benar, kan? Sederhananya, karena apa yang baru kita dengar hanyalah pembacaan seluruh isi buku teks, apakah pelajaran modern itu hanya pembacaan buku teks belaka? Kalau begitu, akan lebih efisien jika kita membaca buku teksnya sendiri di rumah, dan pelajarannya itu sendiri sia-sia belaka, tidak ada manfaatnya.”
“Yah…biarpun kau bilang begitu, tanpa pelajaran dari guru, aku tidak bisa mulai belajar sendiri.”
Naoto berbisik sambil menghela napas.
Tapi, RyuZU melipat tangannya. Dan bicara dengan dingin, Benar, jika kita mau memulainya—
“Seperti yang hamba katakan, sebenarnya siapa yang melakukan perbuatan bodoh dengan menyuruh ‘Master Naotoku’ datang kesini saat liburan? Apa perutmu itu naik seperti sebuah organ pengantar ekspres bergaya yang diisi dengan teknologi untuk membaca buku teks?”
Wajah guru itu berkedut merespons pukulan verbal RyuZU.
Dan Naoto hanya bisa menghela napas dengan sakit untuk merespons hal itu sambil menjelaskan.
“Bukan begitu, RyuZU. Aku ikut remedial karena ujianku gagal.”
Begitu ya? RyuZu kelihatan sedikit heran, dan mengangguk dengan semangat seperti seorang manusia, saat orang lupa kalau dia adalah automata, dia tetap mempertahankan senyumannya,
“Kalau begitu, sebenarnya siapa orang yang menganggap ‘Master Naotoku’ telah gagal, yang sebenarnya dirinya sendirilah orang dungu yang mengklaim dirinya sebagai yang maha tahu? Apa dia adalah orang yang kepribadian maupun penampilannya sangat menyedihkan disana?”
Dia melirik kepada guru yang sedang menggigil, dan Naoto menggelengkan kepalanya
“Bukan RyuZU. Aku gagal karena nilaiku ujian akhir semesterku merah.”
“Jadi begitu. Kalau begitu, sebenarnya primata mana yang menyebabkan ‘Master Naotoku’ mendapat pertanyaan kotor seperti itu yang mengakibatkan ‘Master Naotoku’ gagal? Apa sebenarnya primata tersebut adalah orang yang sedang menggigil aneh di meja guru, yang menikmati dirinya sendiri bersama istri tetangganya, atau lebih tepatnya, hanya berhubungan di tubuh bagian bawahnya saja?”
“A—ba-ba-bagaimana kamu tahu—bu-bukan begitu!!”
Guru itu, jelas merasa panik, berlinang air mata dan berteriak,
“A-aku melakukan ini karena tugasku saja! Aku masih harus menghadiri pelajaran karena Naoto disini! Bisakah kamu memandang kalau aku sedang bekerja keras disini, RyuZU?”
Dan saat guru itu terus menjelaskan dengan cara berteriak dengan penuh derita, RyuZU hanya tersenyum,
“Benar, menghabiskan waktu untuk menjelaskan pada lalat itu sia-sia, dan demi membiarkan Master Naoto keluar dari kelas secepat mungkin, saya hanya menyatakan ‘keinginan’ saya dengan rendah hati dan sopan seperti tadi…saya rasa saya tidak bisa menyampaikan ini tanpa menggunakan bahasa lalat.”
—Yah, begitulah situasinya berjalan.
RyuZU tidak dapat menerima kalau Naoto ikut remedial karena dia gagal ujian.
Sehingga, pada dua hari pertama remedial.
RyZU mengacaukan dan menghancurkan mental para guru dengan tornado kata-kata brutalnya.
Dia sendiri tidak sadar kalau ini adalah fungsi yang disebut swear filter yang dipasang di dalam dirinya.
Oleh karena itu, RyuZU tidak berbohong. Dia memang sungguh berniat untuk ‘menyatakan ‘keinginan’ ku dengan rendah hati dan sopan’.
Tapi hanya Naoto yang dapat memahami hal itu, karena hanya dia yang bisa mendengar vibrasi di dalam RyuZU.
Sehingga, bom verbal RyuZU yang artistik terus terdengar saat jam remedial.
Dan kondisi mental sang guru, yang terus bertahan sampai titik ini, telah sampai di ambang kehancuran.
Atau malahan, telah mencapai batasnya. Tepat ketika pikiran guru itu hampir ambruk,
*Deringan bel…*
Bel sekolah berdering,
“A-aku tidak bisa, aku tidak tahan lagi! Naoto Miura! Besok hari Minggu, jadi remedial selanjutnya hari Senin. Biar guru lain saja yang menangani remedial mulai Senin depan! Aku akan minta ko-ko-ko-kompensasi khusus dari kepala sekolah dan terapi psikologggiiiii!!!”
Naoto menyaksikan guru itu berteriak dan berlari keluar kelas, dan Naoto mengangkat kepalanya serta melihat ke arah atap.
Dan RyuZU, yang tidak menyadari lidah beracunnya sendiri, hanya bisa memiringkan kepalanya dengan terkejut,
“Apa dia telah menyadari ketidakmampuannya sendiri dan memilih untuk pergi ke rumah sakit? Hamba memang suka mereka yang memahami diri mereka sendiri dengan baik dan merenungkan perbuatan mereka, meskipun kecerdasan mereka lebih rendah dari amuba.”
“…Hm, yah, kurasa sebaiknya aku meminta maaf agar kemarahan tak beralasan ini tidak diarahkan padaku.”
Dia perlu melakukan sesuatu sampai hari Senin sebelum jumlah korbannya meningkat.
Naoto memeluk kepalanya sendiri ketika dia meninggalkan sekolah bersama RyuZU.
Marie Bell Breguet belum pernah bersekolah.
—Yah, kata-kata tadi tidak terlalu tepat. Dia telah melampaui banyak batasan, lulus dari banyak universitas, dan selalu menjadi lulusan terbaik di universitas-universitas papan atas tersebut.
Tapi biarpun begitu, bagi Marie.
Tempat ini, SMA Tadasunomori di Kyoto, adalah kali pertama dia ‘pergi ke sekolah’.
Perusahaan Breguet adalah salah satu dari 5 perusahaan besar yang mengontrol ekonomi dunia, dan sebagai anak kesayangan pemimpin perusahaan, dia diberi lingkungan pendidikan terbaik yang membuatnya dapat memenuhi potensinya sejak dia lahir.
Dia dipenuhi talenta, sarat dengan harta, dan memiliki fasilitas terbaik.
Baginya, apakah dulu ‘bersekolah’ itu perlu?
Bahkan institusi terbaik di dunia tidak bisa dibandingkan dengan lingkungan pendidikan keluarga Breguet. Meskipun begitu, Marie kuliah di berbagai universitas, bukan untuk belajar maupun penelitian
Dia diharuskan mengikuti kuliah sebagai tuan putri keluarga beradab, agar menjadi supel, untuk berhubungan dengan manusia.
Semua itu demi ‘pembuktian’.
—Bakat dan kemampuan yang dimiliki gadis muda bernama Marie Bell Breguet dapat terlihat jelas oleh siapapun.
Dan karena hal ini, baginya, dia tidak bisa menyebut hal ini sebagai ‘bersekolah’. Dia ada disana hanya untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan yang dibutuhkan untuk meraih sertifikasinya.
Mentalitasnya tidak banyak berubah saat dia masuk dalam kolom kualifikasi lembar pendaftaran ‘mencari pekerjaan’.
Di sisi lain, disini ada SMA Tadasunomori.
Mengesampingkan lingkungan pengajarannya, tingkatan guru dan siswa disini pada dasarnya sama seperti kebebasan dan waktu santai baginya, bila dibandingkan dengan universitas-universitas yang telah ia lalui. Tentu saja, bagi orang yang pernah dipanggil seorang Meister dan bertugas di garis depan, tidak ada alasan yang mengharuskannya belajar di tempat ini, biarpun tujuannya untuk belajar sosial.
—Namun.
Ada sesuatu yang baru Marie ketahui di tempat ini.
Dan itu adalah—

“Jadi nilai merah memang ada ya.”
Marie mengunyah dango teh hijau sambil bergumam, dan Halter memasang ekspresi yang tidak bisa dijelaskan ketika dia menunduk.
Marie memiliki rambut pirang yang berkilauan dan kulit putih yang elastic, kecantikan seorang gadis yang mirip dengan bisque doll, tapi orang bisa tahu kalau ada tekad kuat dan pasti yang berkedip-kedip di dalam dirinya dari mata zamrudnya.
Dia hanya mengenakan seragam pelaut biasa dan parka jingga…tapi tidak ada yang bisa menyembunyikan kecakapan seorang raja dari gadis ini, gadis yang dipenuhi semangat.
Dan Halter bicara dengan nada tidak percaya,
“…Izinkan aku bertanya. Anda belum pernah mendengar hal ini sebelumnya?”
“Aku tahu kalau nilai merah itu ada, tapi aku selalu mengira kalau nilai merah itu cuma formalitas belaka. Aku tidak pernah mengira hal seperti itu benar-benar ada.”
“Karena ujian itu ada, maka nilai ujian juga ada, jadi ada orang-orang yang gagal dalam ujian tersebut.”
“Itulah yang kubicarakan.”
“Hm?”
Saat Halter menunjukkan kesangsiannya, Marie menambahkan,
“Jika kau ada di sekolah, berarti kau harus masuk kelas, kan? Dan hal-hal yang kau pelajari itu akan muncul di ujian, kan? Ujian akhir semester adalah penilaian yang bertujuan untuk memastikan apakah para siswa memahami isi pelajaran tersebut, kan?”
“Iya, begitulah.”
Yah, itu kenyataan yang jelas, kan? Halter mengangguk.
Dan karena hal ini, Marie tidak bisa mengerti.
“Kalau begitu, kenapa mereka gagal?”
“Birapun anda bicara…”
“Jadi mereka tidak bisa menjawab apa yang mereka pelajari padahal mereka telah mempelajari pelajaran tersebut? Sebuah paradoks yang logis, kan!? —Ini benar-benar fenomena yang menarik dan membingungkan…”
Milady…sekarang anda adalah musuh semua siswa di dunia.”
Halter menghela napas ketika dia menjatuhkan bahunya dengan keras.
Postur tubuh besarnya yang mirip beruang sedikit berubah, dan bangku beralas merah yang dia duduki mengeluarkan suara deritan.

Keduanya sedang duduk bersebelahan, duduk di dalam kedai teh kecil yang terletak di area tamasya negara Jepang, Grid Kyoto. Mereka ada di bawah payung kertas merah milik toko berkayu tersebut yang sengaja dibangun di dalam belukar bambu, menghadap ke arah para turis.
Marie juga merasa tertarik oleh toko ini, dan dalam toko ini, ada warga asing lainnya, bukan hanya dirinya dan Halter.
Grid Kyoto adalah salah astu kota tamasya di Jepang.
1000 tahun lalu, saat Bumi dibangun kembali menggunakan gir-gir, barang-barang peninggalan zaman dulu yang tersebar di seluruh dunia dilestarikan sedekat mungkin dengan keadaan awalnya sebisa mungkin.
Dan diantara hal itu, Kyoto terkenal karena punya banyak benda peninggalan seperti itu.
Marie, yang sedang mengunyah stik dango keduanya, bertanya dengan skeptis,
“Jika siswa tidak bisa menjawab pertanyaan karena ada sesuatu yang tidak dia pelajari ditanyakan dalam ujian itu boleh-boleh saja, tapi jika pertanyaannya mengenai sesuatu yang ditanyakan di kelas………………..kenapa dia tidak bisa menjawabnya? Aku tidak mengerti sama sekali!”
“Aku juga tidak mengerti hal itu, Milady.”
Halter menghela napas dalam-dalam. Baginya, yang telah melalui banyak kesulitan seperti manusia biasa, kesangsian sederhana yang ditunjukkan gadis jenius ini sungguh membuatnya menderita.

Keduanya berjalan-jalan di semak bambu di belakang kedai teh, setelah membayar tagihannya.
Jalur pejalan kaki yang terbuat dari batu putih dibangun di atas tanah kosong. Sinar matahari kelihatan malu-malu karena lindungan bambu, dan udaranya terasa menyegarkan. Bisikan angin bertiup, menghasilkan bau segar untuk dihirup.
Situasi ini bukanlah artificial, tapi alami; bukan sebuah imitasi, melainkan hal sungguhan, ‘alam’ itu sendiri.

Inilah Clockwork Planet yang sangat rumit.
Karena konstruksinya terlalu rumit, struktur ini telah dipertahankan selama 1000 tahun, dan telah menjadi sebuah bintang keropos yang sangat amat sukar untuk terus dipertahankan. Orang akan penasaran seberapa banyak biaya dan teknologi yang dibutuhkan untuk merawat Ibu Pertiwi di atas gir-gir tersebut.
“…Orang-orang Jepang sungguh rewel mengenai hal seperti itu. Apa teliti mengenai hal ini itu perlu?”
Pemandangan dari 1000 tahun lalu ditiru sempurna di depan mereka, dan orang bisa merasakan fanatisme yang dimiliki para pengrajin, belum termasuk para teknisi jam. Bahkan Marie pun merasa kagum saat dia memikirkan hal itu.
“Kyoto dikatakan sebagai salah satu dari sedikit tempat wisata langka yang tersisa di dunia ini, kan? Sekarang sudah 1000 tahun berlalu, dan jika kita menghitung ribuan tahun sebelum kematian planet ini, mereka masih bisa melesarikan ‘ini’ setelah semua perubahan iklim dan bencana alam, dan karena itulah para wisatawan menyukai tempat ini.”
“Yah, itu memang benar, dan aku betul-betul menghargai mereka yang berusaha seperti itu—”
Marie tersenyum pahit sambil melanjutkan,
“Mengingat bagaimana ‘pemerintah’ bersedia untuk menghapus tempat ini dengan senang hati, aku penasaran apa artinya perasaan orang-orang.”
“Semua manusia punya hal yang tidak bisa mereka kompromikan, Milady. Bagi pengrajin, ini adalah penekanan yang tidak akan pernah mereka abaikan.”
Halter memainkan daun yang berguguran dengan tangannya ketika wajahnya meringis dengan pedih.

Setelah melewati jalur pejalan kaki yang kuno, pemandangan bagian dalam sebuah biara raksasa terbentang di hadapan mereka.
Bangunan itu adalah pagoda berlantai lima, salah satu tempat yang menjadi ikon Kyoto.
“…Hm, kirasa bangunan ini memang mengesankan seperti yang mereka bilang. ‘Anjuran’ orang itu hanya berguna dalam hal begini.”
Marie meringis sambil membuka peta wisata buatan tangan.
Di sudut kertas itu ada sebuah tanda tangan dengan tulisan yang kasar, ‘Naoto Miura’.
Saat Marie bertanya apa yang harus dia dan Halter lakukan ketika Naoto mengikuti remedial, jawaban Naoto adalah,
“Yah, pergi ke tempat wisata seperti seorang siswa yang tinggal di luar negeri.”
Dan dia menyerahkan secarik kertas bergambar sambil berkata begitu.
Dalam secarik kertas ini tertulis 12 atraksi turis paling ikonik di Kyoto.
—Tapi itu hanyalah apa yang terlihat dari luar. Bangunan-bangunan itu adalah ‘Menara Jam’.
Mereka bukanlah benda yang hanya digunakan untuk menunjukkan waktu. Bangunan-bangunan itu adalah 12 pilar yang menyangga pilar-pilar lingkungan dari Grid Kyoto ini— ‘menara jam’.
Dan pagoda berlantai lima ini adalah salah satunya.
Menara Buddha dari kayu setinggi 20m.
Sebagai sebuah fasilitas penting yang berhubungan dengan fungsi kota ini, keberadaan bangunan ini sebenarnya adalah informasi rahasia bagi ‘militer’. Dalam hal ini, penampilan bangunan ini adalah sebuah biara yang pantas menjadi penarik turis, tapi bagian dalamnya telah dimodifikasi seluruhnya menjadi sebuah instalasi mesin jam.
Marie menatap penyamaran sempurna yang akan menipu siapapun ini jika bukan karena perkataan Naoto, dan mengeluarkan instrumen kecil dari tas selempangnya sambil berkeliaran di sekitar bangunan itu tanpa disadari siapapun.
Benda itu adalah instrumen pengamatan yang digunakan para teknisi mesin jam.
Alat pengukuran gelombang vibrasi, sebuah instrumen yang melakukan pengamatan presisi tanpa membongkar mesin yang menggerakkan gir-gir tersebut.
Marie kemudian menyalakan alat itu, dan menatap alat yang menampilkan angka-angka dengan efek suara sebuah mesin tik.
Beberapa saat kemudian, dia memasang wajah tanpa emosi, dan menjentikkan lidahnya,
“Kurasa mainan ini sendiri gak akan membantuku memahami hal ini.”
“Anda menyebut sebuah instrumen yang anda curi dari ‘Guild’ sebagai mainan…”
“Aku tahu alat ini adalah teknologi terbaru yang belum dirilis di pasaran. Benda ini mudah dibawa-bawa, tapi ada batasannya. Alat ini bukanlah benda yang bisa digunakan dengan presisi dalam jarak ini.”
—3 pekan lalu.
Marie ada di Kyoto ini, dan menggagalkan rencana untuk menghapus kota ini.
 ‘Pemerintah’, ‘Militer’, dan ‘Meister Guild’ merencanakan sebuah insiden besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, mereka ingin menghapus sebuah kota dan membunuh 20 juta penduduk yang tinggal di dalamnya. Marie bekerjasama dengan Naoto untuk mencegah tragedi raksasa ini, dan untuk saat ini, mengambil alih ‘gir absolut’ yang membentuk Kyoto.
Dan, Marie mengunjungi menara jam ini untuk menyelidiki interferensi cuaca, yang menyebabkan rentetan fenomena, termasuk penggantian paksa gaya gravitasi.
Namun, karena dia telah kehilangan identitasnya sebagai seorang Meister, Marie hanya berkeliaran sebagai warga sipil. Dia tidak punya izin untuk memasuki menara jam, apalagi ‘menara inti’ yang diurus ‘militer’.
Oleh karena itu, Marie tidak punya pilihan selain melakukan penyelidikan di luar menggunakan alat portabel miliknya.

“—Kayanya gak ada gunanya.”
Dan ketika Marie memasang wajah gelisah, Halter segera menyela,
Milady, tolong jangan lakukan hal illegal saat pura-pura membeli cemilan, oke? Sekarang ini anda hanya orang sipil biasa.”
Dan mendengar kata-kata tadi, Marie mencibir,
“Aku tahu. Aku tidak mau terus membuat keributan karena hal-hal semacam itu, oke?”
—Itulah yang kau harapkan, kan?
Halter tahu betul ‘sejarah’ gadis itu, tapi dia memilih untuk tetap diam.
Dan Marie, yang tidak memahami hati Halter, melanjutkan,
“Aku sedang memikirkan si idiot itu~~!”
Ada nada aneh ketika dia menekankan kata ‘idiot’.
Dan kemudian, dia kelihatan menyadari sesuatu karena dia memantapkan napasnya, melipat lengannya dan menutup matanya.
“……”
Dan memasukkan jarinya ke dalam telinganya sendiri.
—Sekali.
Dia mengingat kembali anomali yang ditunjukkan Naoto Miura yang dia lihat sendiri, orang yang sedang mengikuti remedial dengan santai.
Hal itu terasa seperti sebuah keajaiban yang disaksikan di tengah-tengah sebuah drama konspirasi yang memuakkan.
Orang itu, Naoto Miura berkata kalau dia telah mengamati seluruh gir-gir yang berfungi, yang berjumlah setidaknya 10 kuadriliun, di tempat dan waktu itu menggunakan telinganya sendiri.
Barangkali, akan lebih mudah menjelaskannya sebagai ‘pendengaran abnormal’, dan menolak menyebut hal itu sebagai ‘bakat’.
Tapi kenyataannya bukan begitu…dan, Marie, mencoba memahami hal ini sendiri.
Tidak peduli seberapa banyak fasilitas pengamatan potensi yang diaktifkan, tidak ada yang dapat menandingi ‘bakat’ itu. Tidak ada perbandingan disana.
Dia mencoba untuk mendengarkan seperti yang dia lakukan, tapi dia bahkan tidak bisa menirunya, apalagi berkonsentrasi.
Marie hanya bisa mendengar desiran angin, kicauan burung, pembicaraan orang-orang, dan vibrasi menjemukan dari bawah tanah. Hanya itu saja.
—Apa yang dia rasakan sesuai dengan perkiraannya. ‘Suara’ adalah ‘vibrasi’.
Jika gelombang-gelombang saling menginterferensi, sudah jelas kalau bentuknya akan berubah.
Dan juga, ada banyak sekali gelombang suara. Menurut ‘akal sehat’, gelombang awalnya tidak akan bisa dibedakan.
Ada kuadriliun gir di dalam bangunan itu, dengan suara gir-gir yang jumlahnya tak terhitung saling tumpang tindih, tetapi dia ‘memahami semua itu’, jadi pertanyaannya adalah—sebenarnya bagaimana cara dia mendengar suara gir-gir tersebut?
Bakat ajaib yang tidak akan pernah bisa direplikasi dalam perspektif siapapun setidaknya, akan kelihatan menyeramkan.
Tetapi, karena alasan konyol berupa gagal dalam ujian SMAnya—
“…Ah, ya ampun! Konyol sekali, orang itu punya bakat yang luar bisa, tapi dia itu benar-benar orang tidak berguna yang bahkan tidak cukup paham tentang pendidikan dasar di SMA! Apa aku dianggap orang gila ya?”
Dan ketika Marie membereskan instrumennya sambil berteriak-teriak,
“Kurasa dia lebih cocok disebut manis daripada manusia super yang sempurna. Tapi biarpun begitu, kayaknya keseimbangan antara keduanya masih belum ada.”
Naoto memiliki ‘bakat’ yang tidak masuk akal seperti itu. Anda mau bilang apa saat nilai ujiannya itu jelek walaupun itu tidak logis? Halter bergumam,
“Ya ampun…kita mungkin sudah ada di Tokyo sekarang jika situasinya sesuai rencana.”
“Bagiku, kuharap kau sudah sedikit lebih dewasa sekarang…sudah lewat 3 pekan sejak insiden itu. Kita tidak bisa bilang kalau dampak insiden itu telah hilang sepenuhnya, kan?”
Marie membocorkan banyak informasi rahasia yang mengakibatkan keributan besar, setelah mengakhiri insiden Kyoto, dan sepertinya keributan itu sulit berakhir dalam satu atau dua bulan. Di permukaan, keributan itu kelihatan mulai menghilang secara bertahap, tapi masalahnya sendiri belum selesai sampai titik dimana siapapun akan melupakan hal itu.
Dan ketika Halter menghela napas ambil berkata begitu, bibir Marie mencibir dengan tidak senang,
“…Hm, kalau begitu kita bicara tentang Tokyo saja. Masih belum ada kontak dari sana setelah itu?”
Marie awalnya merasa tidak sabaran, karena sejak mereka mendapat pesan mengenai kejadian di Tokyo, mereka terlibat dalam beberapa masalah yang tidak penting.
Untuk merespons pertanyaan Marie, Halter menjawab,
“‘Syukurlah’ tidak ada. Jika aku harus bicara anomali yang mana—apa anomali itu adalah seri Initial-Y yang penting yang sedang dipindahkan, dan ;militer’ yang melakukan pergerakan aneh tanpa alasan yang jelas? Bagaimana kalau kau tenangkan diri dulu dan memikirkannya, Milady?”
“Seri Initial-Y itu disebut AnchoR, kan? Memastikan itu saja sudah cukup sebagai alasan untuk pergi ke Tokyo. Kau tahu kan, kita sudah melihat ‘itu’ pada RyuZU?”
“…Kurasa begitu.”
Halter sedikit mengangkat bahunya sambil menggosok kepala botaknya.
Pendengaran abnormal Naoto bukanlah satu-satunya keajaiban…bukan, hal tidak logis yang mereka saksikan 3 pekan lalu
—Seri Initial-Y.
Automata legendaris yang diwariskan oleh ‘Y’, yang mendesain Clockwork Planet ini.
Automata pertama dari seri ini adalah RyuZU, dan dia membuat logika Marie berantakan sepenuhnya.
Saat waktu imajiner berjalan, dalam dunia yang selalu diam selamanya, RyuZU menghancurkan sebuah Automata militer raksasa menggunakan ‘Mute Scream’nya. Biar bagaimanapun, fungsi seperti itu adalah ancaman yang nyata.
Akan tetapi RyuZU, biarpun memiliki fungsi tersebut, menyatakan kalau dirinya adalah yang terlemah.
Dan membiarkan automata lainnya jatuh ke tangan siapapun itu terlalu beresiko.
Tapi dalam situasi ini, tidak salah lagi, kalau mereka pergi ke Tokyo tanpa informasi tambahan itu tidak ada artinya.

“Tinggal di Jepang untuk belajar itu kesempatan langka. Bagaimana kalau anda bermalas-malasan dan hidup seperti orang biasa saja.”
“2 pekan ini saja sudah lebih dari cukup.”
Marie menunjukkan tatapan mengerikan dengan bibir cemberut.
“Siswa asing Maribel Halter hanyalah sebuah penyamaran, identitas palsu untuk menjalankan aksi teroris demi menyelamatkan dunia. Apa kau mengerti ini, ‘kakak’?”
Marie sengaja menyapa pria cyborg raksasa di sampingnya dengan menekankan kata-kata ‘kakak’.
Itu adalah identitas awal yang dipakai ketika Marie Bell Breguet bersekolah di Jepang bersama Halter.
“Aku masih belum bisa terbiasa…dengan setting karakter ini.”
Halter memasang wajah mual sambil menggigil.
Sebagai jawabannya, Marie tersenyum sadis.
“Hei, apa kakak, sebagai onii-chan lebih bagus? Atau kakak, sebagai ‘aniki’?”
“Baiklah, ampuni aku, Milady. Aku hampir muntah.”
“Hah? Kenapa kau masih tidak senang punya gadis kecil yang imut bicara seperti itu padamu? Kau tidak suka hubungan palsu kita sebagai saudara? Kalau begitu…ah.”
Marie mendekatkan bibirnya ke telinga Halter,
“—’Papa  ‘ apa aku perlu memanggilmu begitu?”



“!!!!”
Tepat ketika dia mendengar kata-kata itu, Halter berguling mundur dengan terkejut, dia tercengang.
Marie menatap ke arah Halter, tersenyum lebar kepada tubuh besar bodyguard sekaligus sekretarisnya yang tidak bisa menahan rasa gatal dan gemetar, dan bergumam,
“Yah, lupakan saja. Datang kesini itu cuma membuang waktu. Kita harus buru-buru pulang sekarang.”
“—Ahh, menyewa kamar pribadi di hotel  kelas atas sebagai ‘rumah’ bukanlah contoh kehidupan orang biasa seperti yang baru kubilang.”
Ketika Halter bergumam begitu sambil berdiri, Marie cemberut dan menjawab,
“Kita tidak punya pilihan lain, kan? Memiliki ruang kerja dan perlengkapan itu penting bagi seorang teknisi jam. Kita perlu ruang buat tempat perlengkapan penting, perlengkapan paling minimum, dan satu-satunya tempat dengan keamanan sempurna hanyalah—”
“—Milady, tunggu.”
Tiba-tiba saja.
Halter mengangkat tangannya untuk menghentikan Marie yang sedang mengomel,
“—? Apa?”
Dan ketika Marie bertanya terkejut, Halter cemberut sambil mengelus pipinya,
“…Ah, Milady. Aku baru saja menerima ‘pesan’ aneh.”
“Apa pesannya berkaitan dengan efek dari insiden Tokyo itu?”
“Bukan, pesan ini kelihatannya diterima dari instalasi terminal di hotel. Ah…tidak, aku tidak tahu apakah aku boleh mengatakan isi pesan ini.”
Dan saat Halter kelihatan bingung, Marie berkata,
“…? Sudahlah, bilang saja apa isi pesan itu.”
Halter menghela napas dengan keras merespons hal itu,
“Yah…jika anda mau, Milady. Tapi ingat aku sudah bilang kalau aku tidak bisa mengatakan hal ini, oke?”
Dan setelah menegaskan dan memastikan ini, Halter berdehem.
Kemudian, dia pelan-pelan membuka mulutnya,
Dan mengatakan apa yang baru saja dia dengar.
Di saat yang sama,
“…Hm?”
Naoto, yang sedang berada di kafe manga, mengangkat kepalanya untuk melihat ke atas.
Dan orang yang sedang duduk di sebelahnya adalah RyuZU, menempel padanya seperti seorang kekasih, RyuZU sedang membuka buku teks sambil bergumam dengan matanya setengah tertutup.
“—Master Naoto, jika pengajaran pribadi hamba terlalu membosankan, setidaknya beri tahu hamba?”
“Eh? Ah, bukan, yang pasti bukan begitu—”
Suara RyuZU selalu enak didengar seperti biasanya, dipenuhi keanggunan dan tanpa kacau sedikitpun.
Tapi Naoto dapat mengenali sedikit perbedaan dalam suara tersebut dengan jelas.
Suaranya sedikit berubah, hanya sedikit melengking saja; RyuZU merasa terluka
Dan demi mencegah situasinya menjadi canggung, Naoto menggelengkan kepalanya dengan panik.
Dan ketika Naoto bertingkah seperti itu, RyuZU melanjutkan kata-katanya dengan tenang.
“Yang hamba minta hanyalah, tolong jelaskan pada hamba dengan mudah kenapa anda lebih suka menatap kepada noda di atap daripada kepada hamba? Bagi makhluk seperti anda, hamba sungguh paham kalau anda memang punya alasan yang sangat mulia —anda berharap dapat menuntaskan tugas besar berupa berkomunikasi dengan alien, kan?”

—Gadis yang kecantikannya tiada tara ini merasa cemburu dengan noda di atap.
Suara jernih tenang dan indah RyuZU menggema di dalam kafe manga, menyebabkan banyak jentikan lidah yang menggaung ke dalam telinga Naoto.
Dia sudah bisa mendengar gerutu, ‘ahh, pasangan kekasih idiot sialan itu lagi’.

….Ya, tempat ini adalah kamar pasangan yang telah dipersonalisasi di kafe manga.
Dan kamar ini adalah ‘rumah’ Naoto dan RyuZU.
Dengan kata lain, mereka adalah pengungsi di kafe manga.
Tapi biarpun begitu, ini bukan karena mereka ada di ambang batas kemiskinan.
Jika mereka menggunakan uang yang didapat RyuZU dari ‘investasi’, mereka tentunya dapat membeli sebuah rumah baru, bahkan sebuah mansion, dan sisa uangnya pun masih banyak. Namun, hati Naoto tidak cukup kuat untuk menerima fakta ini.
Dan yang lebih penting,
“Ataukah…keinginan anda untuk ‘tetap dekat bersama dengan RyuZU’…itu bohong.
DON.
Sebuah suara bantingan di dinding yang mengejutkan dan kompak dapat terdengar dari stan kafe tersebut.
Tanpa pendengaran abnormal Naoto pun, siapapun bisa mendengar suara tersebut. Suara itu adalah suara gedebuk yang keras di dinding yang menggema ke seluruh kafe manga, menunjukkan niat penyebab suara tersebut dengan jelas kepada siapapun.
Sambil menahan suasana yang tidak bisa ditahan dan penuh resiko ini, Naoto menatap ke arah wajah RyuZU.
Seperti biasanya, wajah yang cantik dan anggun.
Rambut perak murni yang berkilauan dan kulit putih lembut yang disertai dengan bibir berwarna persik dan pipi merah muda. Mata keemasannya, mempesona seperti sebuah mahkota, bisa dibilang sebagai batu permata kehidupan, sebuah wajah cantik yang orang bisa katakan berasal dari dunia lain.
—Tapi di titik ini, wajah itu sedang gelisah.
Naoto berniat untuk mengalihkan topik pembicaraan dan meladeni sarkasme RyuZU.
“A-ahaha, e-erm, eh, hm, apa di luar sana alien itu benar-benar ada?”

“…Tolong maafkan hamba. Hamba telah mengatakan sindiran yang tidak biasa hamba katakan, jadi izinkan hamba mengatakan ini sekali lagi. Ada momen dimana umat manusia itu terlalu luar biasa. Pikiran anda, Master Naoto, melebihi batasan umat manusia, melampaui pemahaman hamba, bahkan melewati sebuah ‘garis’, dan menembus sampai ke kegelapan, benar begitu?”
Dan Naoto, ketika melihat mata RyuZU menjadi dingin, buru-buru menggelengkan kepalanya dan menjawab,
“Bu-bukan begitu! Itu karena aku mendengar suatu suara, suara yang rasanya seperti ‘apakah ada alien di sekitar sini’.”
“…Master Naoto, memang benar kalau saat ini anda adalah manusia paling luar biasa di planet ini. jika ada dapat mendengar suara yang seharusnya tidak ada, biasanya (biip)—”
“Permisi!”
BAM!!
Pintu kafe manga ditendang keras, suara tersebut menghapus suara RyuZU.
Suara kesal terdengar mendekat sedikit demi sedikit, dengan momentum sebuah badai yang seolah-olah dapat menerbangkan seluruh gedung ini.
“Naoto Miura! Kepada Naoto Miura yang dilihat dari manapun adalah orang mesum, jawab aku dalam sedetik!”
Dan setelah mendengar suara itu, Naoto buru-buru keluar dari kamar pasangan tersebut.
Di koridor sempit diantara stan-stan kafe tersebut, dia melihat gadis pirang mencolok yang sedang berteriak.
“Hadir! Tapi ‘permisi’ disini itu harusnya menjadi cara bicara yang sopan! Jangan gunakan kata-kata itu sebagai ‘deklarasi’, dasar orang Prancis!”
Tapi si gadis pirang tidak peduli dengan kata-kata itu.
Gadis itu, Marie, melotot ke arah Naoto ketika Naoto menyembulkan kepalanya keluar, dan melompat ke arah naoto.
“Jadi kau ada disini, dasar mesum! Sekarang adalah waktunya kau menggunakan bakat itu yang jauh melampaui kemesumanmu itu! Baiklah, beritahu aku sekarang, dasar mesum!!”
“Tu-tunggu, sakit!!”
Dan Marie sedang memukul-mukul dada Naoto di depan partisi yang memisahkan kamar-kamar.
“E-erm, pelanggan yang terhormat? Tolong jangan membuat keributan—tidak, bukan apa-apa. Tolong terus nikmati waktu anda.”
Pegawai kafe pemberani yang mengambil keputusan cepat untuk menegur Marie, kabur seperti seekor kelinci tanpa keraguan setelah dia dilirik oleh Marie.
Dan sebaliknya, yang masih berdiri diam disana adalah RyuZU.
Dia menunduk ke arah Marie, yang sedang mengamuk, dan berkomentar pedas,
“Oh, Master Marie? Seorang sarjana yang telah bepergian selama 3 hari harus diperhatikan dengan pandangan baru, tapi hari ini anda masih kekanak-kanakan seperti biasanya, dan juga sangat amat energik…saya sungguh merasa sangat kasihan melihat hal ini.”
“Maaf karena aku bukanlah sarjana dan karena sangat energik!”
“Tidak, sebenarnya, baik dalam mentalitas—maupun ukuran tubuh, saya menentukan kalau mengenali jenis kelamin anda itu sulit.”
“Aku benar-benar akan membongkarmu hari ini!!”
Dan di hadapan pelototan mengerikan Marie, RyuZU melotot balik.
“—Tapi biarpun anda berkata begitu, jika anda terus menempel pada Master Naoto dan tidak melepaskan tangan anda, Master Marie, sepertinya saya harus memotong tangan anda dari tubuh anda, dan orang yang akan dipotong-potong adalah—”
Ketika dia berkata begitu, roknya sedikit berkibar dengan limbung—
“Sudah cukup, tenanglah, bocah.”
Dan ketika Halter berkata begitu, dia mendaratkan pukulannya di bagian atas kepala Marie.
“~~~~!”
Sudah puas? Marie memeluk kepalanya sediri dan merintik kesakitan setelah pukulan si cyborg Halter mendarat di kepalanya.
Dengan air mata di sudut kedua matanya, Marie menatap ke arah tubuh raksasa di belakangnya itu.
“Kau…”
“Ada yang mau anda katakan?”
“…Kenapa kau memukulku…?”
“Masalahnya saat ini jelas antara Marie yang gila ini dan Missy RyuZU yang terlalu sensitif di sebelah sana. Missy disana belum melakukan apapun padaku, dan aku tidak mau dia memotong-motong tubuhku sebagai balasan perbuatan anda.”
Halter berkata begitu, dan menoleh pada RyuZU,
“Aku sungguh meminta maaf dengan sungguh-sungguh karena telah membuat masalah—dan karena tidak melakukan apapun padaku.”
Dia berkata begitu sambil menundukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh. Dengan sebuah senyuman, RyuZU sedikit menghela napas,
“…Anda selalu melakukan beberapa hal yang mengejutkan ya, Pak Besi Rongsokan. Saya sungguh merasa kasihan karena andalah orang paling bijak diantara semuanya, jika saya tidak memasukkan Master Naoto disini.”
“Sebuah kehormatan bagiku. kalau begitu, apa kau baik-baik saja, Naoto?”
Setelah lepas dari tangan Marie, napas Naoto terengah-engah sambil berkata,
“Ah…iya, kayaknya aku bisa dibilang baik-baik saja? Kenapa dia tiba-tiba bertingkah begitu? Mau beri alasan yang masuk akal?”
“Yah, kayaknya kau benar. Hm…aku tahu ini akan sedikit mengganggu, tapi aku perlu kau mendengarkan sesuatu…hei, Milady, sudah tenang?”
Marie pelan-pelan berdiri  setelah disuruh Halter.
Matanya masih berair, barangkali karena rasa sakit, dan dia mengelus benjol di kepalanya sambil berkata,
“…Aku ingin kau membantuku melacak sumber sebuah pesan.”
“Melacak? Kalau begitu kau tidak perlu memintaku. Kau bisa memeriksa hal itu dengan stasiun pemancar daripada denganku.”
Sejauh yang Naoto tahu, semua transmisi dikirimkan melalui transmisi kabel yang diproses melalui gir-gir khusus, atau transmisi nirkabel melalui vibrasi yang beresonansi melalui jarak yang jauh. Jika mereka memeriksa jalur transmisi tersebut, ujung transmisi tersebut adalah pengirim transmisi tersebut.
Mengenai alasan kenapa mereka meminta Naoto,
“Bukan, pesan itu bukan transmisi melalui stasiun pemancar. Sejujurnya, pesan ini berupa transmisi gelombang pendek.”
Dan Naoto hanya menjawab Halter dengan skeptis,
“…Dan aku baru saja belajar kalau itu adalah pesan seperti itu adalah hal yang ‘ilegal’ kan? Kebetulan sekali.”
“Yah, kau akan jadi botak jika kau mengkhawatirkan detailnya, oke?”
Ahem. Halter tersenyum lebar tanpa sadar sambil menepuk kepala botaknya.
Dan RyuZU menatap Naoto dengan lembut, sambil berbisik dengan tenang,
“Master Naoto, jika hamba boleh bilang dari pengalaman, punya kehidupan yang stabil tanpa banyak pikiran itu lebih baik, kan? Mungkin hamba tidak terlalu meyakinkan, tapi hamba sungguh berharap anda mendengarkan hamba.”
Halter mengangguk, bibirnya sedikit bergerak,
“—Gak ada gunanya kita menaati hukum dan akhirnya kalah.”
Suara menyindir ini sengaja dibuat supaya orang biasa tidak bisa dengar, namun Naoto dapat mendengarnya dengan jelas.
“Ini adalah ‘pekerjaan spesial’ dimana peraturan bisa dikutuk disini. Gak peduli seberapa terlarangnya hal itu, karena ada kemungkinan ‘musuh’ akan menggunakannya, kita harus membalas dengan hal yang sama. Transmisi elektromagnet akhir-akhir ini tidak terlalu berguna. Gak usah dipikirkan”
…Halter berkata begitu.
Seorang manusia biasa yang bernasib buruk dalam adegan berkelahi, Naoto memasang wajah kesakitan,
“…Tidak mau, aku tidak mau ditangkap dan dijebloskan ke penjara…”
“Sebagai catatan, orang sipil yang memiliki automata seperti RyuZU, yang melampaui batasan kemampuan normal itu, tidak salah lagi telah melanggar hukum.”
“Persetan dengan hukum! Ngmong-ngomong, apa yang mau kau katakan, Pak Halter!”
Naoto mengayunkan telapak tangannya dengan lembut, dan menggenggam tangan kokoh milik Halter.
—Dan RyuZU juga tidak berkata apa-apa lagi. Kejahatan harus ditemukan terlebih dulu agar ditetapkan sebagai kejahatan.
Dan, Marie melihat ke sekeliling sambil bertanya,
“Ini sedikit mendadak—tapi Naoto, kau bisa mendengar ‘suara aneh’, kan?”
“‘Suara’ aneh? Aku bisa dengar kau terus-terusan meraung, Marie.”
“Bukan itu yang kumaksud! …Yang kumaksud adalah daripada suara, apa kau bisa mendengar gelombang berfrekuensi lebih tinggi. Jika aku harus mengatakannya sebagai suara, suaranya berupa ‘suara bernada tinggi yang tidak normal’.”
“‘Suara bernada tinggi yang gak normal’…?”
Naoto bermuka masam, melipat tangannya, dan memikirkan hal itu dalam-dalam.
Halter menghela napasnya dan bergumam,
“Kurasa terlalu berlebihan, ya…?”
Dan RyuZU, yang kelihatan memikirkan hal yang sama, juga ikut mengangguk.
“—Jadi, saat anda melihat ke atap, anda memang sedang berkomunikasi dengan luar angkasa ya, Master Naoto.”
“Ah? Jadi tadi itu ‘gelombang elektro’? pantas suaranya tidak biasa kudengar.”
“—Hah?”
Ketika Naoto menjawab tanpa keraguan, Halter membelalakkan matanya.
“…Hei, tunggu, Naoto. Mau bagaimanapun, ini kelihatan seperti lelucon.”
Gelombang yang dideteksi Halter adalah gelombang elektromagnetik berfrekuensi 30 Mega Hertz.
Gelombang itu adalah gelombang ultrasonik yang 1.500 kali lebih besar dari jarak pendengaran manusia biasa. Namun, Naoto bisa mendengar sendiri gelombang elektromagnetik itu, dan juga ketika dia memakai headphone 100% kedap suara—?
—Apa sebenarnya ‘pendengaran’ yang dimiliki orang ini?
Halter bertanya-tanya, dan tanpa sadar merasa ngeri.
Tapi Marie di sebelahnya mengangguk-angguk, dia kelihatan seperti sudah menduga hal itu.
“Ini tidak seberapa daripada mengidentifikasi semua gir dalam Menara Inti—ngomong-ngomong, Naoto.”
Marie meninggalkan Halter, dan melanjutkan kata-katanya,
“Kau dengar suara itu dari arah maan? Kau tahu?”
“Erm, tepat di atas…bukan, sekitar 88 derajat, kan? —Tunggu, apa yang kau rencanakan?”
Sebelum Naoto bisa menyelesaikan kata-katanya, Marie masuk ke kamar pasangan dimana Naoto dan RyuZU berada dengan paksa, dan menyambar alat tulis beserta buku catatan yang tergeletak di meja.
Dia kemudian menginjak lutut Naoto, dan menghitung sesuatu menggunakan pensil dengan tenang.
“…Permisi, Master Marie, tapi bolehkah saya bertanya siapa yang mengizinkan anda berbuat begitu pada Master Naoto—”
“Ah, wajah RyuZU kelihatan sangat indah sekarang! Jika kau butuh lututku, kau boleh memakainya kapanpun—”
“Kalian berdua benar-benar pasangan kekasih yang berisik dan bodoh!”
Marie berteriak tajam, dan dengan cepat mengganti nada suaranya seperti sedang menampilkan sesuatu dan melanjutkan kata-katanya,
“Ini adalah transmisi gelombang pendek. Karena ‘Planet Governor’ di Kutub Utara dan Selatan melindungi planet ini dari cahaya matahari dengan membentuk medan elektromagnet, gelombang itu akan memantul disini. Menggunakan trigonometri, kita bisa menentukan sumber sinyal tersebut. Karena pesan ini datang dari atas, maka sumbernya tidak jauh—jika memperhitungkan waktu yang berlalu dan pergerakan gir-gir…”
Kelihatan seperti mendapat jawabannya, Marie dengan bersemangat melingkati koordinat yang dia dapat melalui perhitungan kasarnya dan berkata,
“Tempatnya—Mie. Kota gir selanjutnya. Mellihat dari koordinat relatifnya, Mie adalah kompleks industri. Pergi kesana sekarang yuk.”
“Gak, aku bilang…”
Naoto, yang tidak dapat memahami apa yang baru saja dia dengar, menggelengkan kepalanya.
Dia masih tidak mengerti kenapa gadis pirang pemarah ini menjadi sangat marah.
Naoto mengalihkan pandangannya pada Marie yang merasa kesal, dia duduk berlutut, dan bertanya dengan ragu,
“Jadi, sebenarnya apa isi transmisi itu?”
Ketika mendengar kata-kata itu, Marie tercengang dan membeku.
“I-itu, erm…wah!! Apa yang kau lakukan!?”
Ketika Marie tergagap-gagap,
RyuZU menyembulkan sabit tajam miliknya dari bawah roknya, dan dengan ahli menempatkan sabit itu tepat di kerah baju Marie, kemudian mengangkatnya, dan melemparnya dari kursi yang diduduki oleh mereka.
“—Lalu?”
RyuZU kemudian bertanya sambil memasang ekspresi lembut yang bahkan bisa membunuh serangga,
“Pesan darurat macam apapun itu, melakukan hal tidak senonoh seperti berdiri di atas Master Naoto selama itu tetap saja sama sekali tidak bisa dimaafkan. Tentu saja, kami masih berkenan mendengarkan anda, iya kan?”
Tentu saja, mengesampingkan matanya yang memancarkan keraguan, bahkan senyumannya, yang mekar seperti bunga, dipenuhi teror Titik Nol Absolut.
“Ah, benar, yah…”
Halter menoleh kepada Marie yang tidak bisa berkata-kata, dan kemudian bicara setelah kelihatan tidak punya pilihan lain.
Dia berdehem, dan menghela napas,

“—Hei Pelacur.”

Marie menggigil dan tubuhnya membeku.
Dan Halter melirik ke arah Marie ketika Marie kembali gemetaran dan mencoba sebisanya untuk tidak menunjukkan emosi apapun ketika Halter bicara dengan suara yang sabar,
“Apa kau merasa terlalu gelisah di sana gadis hantu? Apa kau tidak puas karena lubang kecilmu belum dimasuki apa-apa?”
“—”
Kesunyian menyelimuti mereka.
Marie sedang mengepalkan tinjunya erat-erat dan memukuli lantai dengan keras.
Dan Halter mengabaikan pemandangan yang menyakitkan itu ketika dia membaca paragraph terakhir,
“Apa kau menunggu burung yang sedikit besar bercinta dengan benda yang kau miliki itu? Goyangkan bokong kecilmu yang imut itu dan memohon padaku, dasar Nympho[1]. Yah, itulah pesan yang diterima.”
“Memangnya pesan itu dikirim untuk Marie?”
“Mungkin? Transmisi pesan ini bergelombang pendek, jadi siapapun ‘yang ada di kawasan ini’ bisa menerima pesan ini, secara kebetulan aku menerima pesan ini.”
Aneh. Naoto memiringkan kepalanya ketika dia melihat ke arah marie, yang sekarang sedang gemetaran di lantai.
“Kalau begitu, kenapa Marie bisa begitu yakin kalau pesan itu dikirim untuknya?”
“Master Naoto…Sifat tidak peka memang hak istimewa seorang protagonist, tapi ini sungguh menyedihkan untuk dikatakan. Manusia akan murka mengenai beberapa masalah tertentu, biasanya karena masalah tersebut memang benar. Master Marie, jika anda benar-benar mendambakan benda itu, di dekat sini ada toko yang menjual mainan seperti itu—”
“Bukan begitu, sudah cukup!”
Marie melompat dengan wajah memerah sambil berteriak,
“Gadis! Hantu! Kata-kata itu! Kata-kata itu jelas mengarah padaku, kan?”
“Ngomong-ngomong, bagaimana kau tahu toko semacam itu, RyuZU?”
“Sudah sepantasnya hamba tahu. Sudah jadi tugas seorang pengikut untuk memuaskan nafsu Master Naoto, yang sangat menyimpang sampai-sampai tidak dapat diidentifikasi lagi. Saat hamba diminta, hamba bisa dengan cepat—”
“Dengarkan dong!”
Marie meraung dan memeluk kepalanya dengan lesu.
“Ahh, aku tidak tahan lagi. Aku bisa pingsan kalau terus bicara dengan kalian….! Pokoknya, sekrang kalian ikut denganku.”
“…Eh, beli mainan-mainan itu?”
“Kubunuh kau! Tentu saja aku akan mengikat orang idiot yang mengirim pesan ini dan menggantungnya. Selain itu, aku ingin mengikatmu sebagai latihan, tahu!?”
“Tolong jangan libatkan aku dalam permainan seks yang sangat sulit ini…”
Naoto mengerang dalam derita, dan RyuZU di sebelahnya mengangguk sambil berkata,
“Saya sungguh tidak bisa memahami makna pergi bersama. Ini sedikitpun bukan keinginan saya, tapi Master Naoto harus ikut remedial dan lulus dari kondisi yang membuatnya dicibir orang-orang dungu, dan saya punya pengajaran pribadi yang harus dihadiri. Dengan begitu, tolong pergi kesana sendiri.”
RyuZU menjawab dengan ketus.
Dan Halter mewakili Marie yang terhenyak, bicara dengan kalem,
“Yo Naoto. Besok hari minggu. Gak ada remedial, kan?”
“Hm, yah, bisa dibilang begitu?”
“Bila koordinat yang Milady katakan itu benar, jika ingatanku tidak salah, di dekat kompleks industri itu ada pemandian air laut, yang langka bahkan di Jepang.”
Syok!
Pemandian air laut. Kata-kata ini sendiri sudah cukup untuk membekukan Naoto.
Halter mengangkat bibirnya ketika dia melihat respons Naoto, dan terus mendorong Naoto tanpa rasa malu.
“Apalagi di musim ini, Bulan Februari adalah musim sempurna buat mandi air laut. Musim yang benar-benar menunjukkan pakaian renang—”
“Ah, ‘misi, aku mau check out. Tolong tagihannya.”
Suara ini datang dari belakang Halter, di depan konter, dan bahkan Halter sendiri ternganga saat dia menolehkan kepalanya ke belakang.
“Yah, kita tinggal kembali sebelum Senin. Baiklah, ayo pergi semuanya. Jangan buang-buang waktu.”
“Seperti yang diharapkan, Master Naoto. Energi nafsu menyimpang anda, yang awalnya terbatas pada Automata-Automata Mesin Jam, sekarang bisa digunakan di area lainnya juga. Jika anda dapat meraih nilai sempurna di ujian ulangan, hamba akan mengabulkan permintaan apapun.”
“Baiklah, setelah aku pulang, aku akan menghafal semua materi dalam buku teks dalam sehari. Serahkan padaku.”
Dan ketika keributan itu berlangsung, Marie menatap punggung Naoto dan RyuZU yang berlari keluar dari kafe manga, dan menghela napas dengan perasaan campur aduk,
“…Kau benar-benar tahu cara membuat dua orang itu bergerak.”
“Saat meminta bantuan pada orang lain, kita harus bicara tentang manfaatnya. Itulah prinsip negosiasi, Milady.”
Halter mengelus kepala botaknya, dan berkata,
“Sekarang, ayo pergi, Milady. Akan merepotkan kalau meninggalkan mereka seperti ini.”
Biarpun dia mendorong Marie, Halter merasa ada sesuatu yang aneh mengenai pesan tersebut.
Dia bertanya-tanya, seperti yang kuduga, apakah pesan itu memang hanya ejekan belaka…?



[1] Maniak seks