RAKUDAI KISHI NO EIYUU-TAN
JILID 1 BAB 3 BAGIAN 6
REBELLION

Bagian Enam

Dua laki-laki mengenakan seragam perang hitam dan masker gas memasuki toilet di mana Ikki dan Arisuin bersembunyi.
Bagus, yang tersisa hanya toilet laki-laki ini. Aku akan mengecek tiap ruangan. Tunggu di sini.
Bah, mengapa kita harus mengeceknya satu-satu?
H-Hey!
Laki-laki yang bernada tidak sopan mengabaikan temannya, mengarahkan moncong M4 assault rifle ke arah pintu kamar kecil, dan menyapu ruangan dengan tembakan otomatis yang bertubi-tubi. Ketika tembakan berhenti, semua pintu toilet sudah hancur berkeping-keping. Tidak ada orang yang mampu lolos tanpa terluka. Tetapi tidak ada darah mengalir dari pintu mana pun.
Lihat kan? Tidak ada orang di sini.
Jangan malas! Kita harusnya menyandera pengunjung, bangsat!
Aku hanya mau menembakkan pistol. Tidak apa-apa bukan, tidak ada darah juga? Jadi di sini kosong. Hahaha.
…Kalau Bischof-san membunuhmu, aku tidak akan peduli.
Suara tawa yang mengkhawatirkan menyertai dua orang tersebut menuju pintu keluar, hanya meninggalkan serpihan dan bau terbakar di toilet, tetapi dari bayangan yang berasal dari lampu di langit-langit, Arisuin dan Ikki menjulurkan kepala mereka seperti keluar dari air bewarna hitam. Setelah memastikan mereka sudah pergi, Arisuin mengangkat dirinya dari bayangan.
"Hmm, kelihatannya mereka sudah pergi."
Di tangan Arisuin, sebilah pisau bersinar dengan cahaya abu-abu gelap.
"Ini Darkness Hermit[1] milikku. Cukup berguna, bukan?"
"Kekuatan mengendalikan bayangan? Jelas berguna."
"Yah, di area yang disinari cahaya terang tanpa benda untuk membuat bayangan, ini tidak begitu bagus."
Ikki juga memikirkan hal yang sama. Kekuatan ini lebih cocok untuk pembunuh dari pada ksatria.
"Tetapi kalau seseorang menyadari kamu menggunakan Device-mu di luar kampus, kamu akan mendapat masalah."
"Situasi sulit mengharuskan kita mengambil resiko. Aku tidak punya pilihan lain. Tidak apa-apa kalau kamu tidak bilang siapa pun."
Arisuin menjulurkan tangannya yang lain kepada Ikki, dan ketika Ikki menggenggamnya, Arisuin mengangkatnya.
"Aku tidak akan mengatakan apa pun. Terima kasih sudah menyelamatkan kita. Hanya saja siapa mereka?"
"Rebellion."
Mata Ikki melebar mendengar jawaban tegas Arisuin. Rebellion adalah sindikat kriminal paling terkenal di dunia. Mereka menyebut Blazer sebagai “ras baru terpilih untuk manusia”, sementara menganggap manusia lain, “ras lebih rendah”. Mereka mau menghancurkan masyarakat supaya mereka dapat membuat surga mereka sendiri agar dapat menguasai orang biasa.
"Bagaimana kamu tahu mereka Rebellion?"
"Aku pernah terlibat sesuatu seperti ini di tempat tinggalku dulu, dan perlengkapan mereka sama persis. Yang lebih penting sekarang, aku khawatir dengan Shizuku."
"Yap, tetapi ada sesuatu yang harus kita kerjakan dulu."
Ikki mengeluarkan datapad murid dan menelpon nomor darurat yang sudah dia daftarkan sebelumnya. Panggilan segera terhubung dan muka yang sudah mereka kenal direktur Hagun Academy, Kurono Shinguuji, tampil di layar..
Aku tahu.
Kurono tidak membutuhkan penjelasan. Sepertinya masalah ini sudah diketahui di luar mall.
"Itu sangat membantu. Kalau begitu tolong berikan Ikki Kurogane, Stella Vermillion, Shizuku Kurogane, dan Nagi Arisuin izin untuk menggunakan Device mereka di luar kampus."
Baiklah, aku mengizinkan kalian berempat menggunakan kemampuan kalian di luar area sekolah.
"Bagus. Masalah paling besar sudah teratasi."
Setelah Ikki selesai, Arisuin ikut berbicara.
"Direktur, bisa Anda beritahu apa yang Anda tahu tentang situasi di sini?"
Pelakunya adalah Rebellion, ada sekitar dua puluh sampai tiga puluh orang. Semuanya bersenjata. Tujuan mereka adalah uang tebusan dan barang-barang beserta uang di mall. Singkat kata, ini cara mereka mendapatkan uang.
"Apakah ada korban?"
Beberapa orang tertembak ketika kabur saat kerusuhan mulai terjadi. Jadi hanya beberapa luka ringan. Tidak ada korban jiwa atau luka berat. Menurut gambar yang kami dapat dari kamera keamanan, Rebellion sudah mengumpulkan lima puluh orang sandera di food court.
"Food court… tempat kita makan crepes?"
Ikki mengangguk.
"Ya, area terbuka itu."
"Aku bisa mencapat tempat itu dengan Shadow Walk[2] milikku. Kita bisa segera tiba di sana."
"Kalau begitu pertama-tama kita menuju tempat yang tersembunyi dan memantau keadaannya. Stella dan Shizuku mungkin ada di sana juga."
Mereka berdua tidak akan pernah meninggalkan sandera dan lari. Mereka pasti bersembunyi di antara sandera sambil menyembunyikan kekuatan sihir mereka.
Aku pikir kalian sudah tahu, tetapi keselamatan sandera jadi prioritas utama. Jangan nekat.
Memahami saran Kurono, Ikki mematikan datapad untuk memastikan datapad tidak membuat suara.
"Oke, mari bergerak."
"Serahkan padaku."
Arisuin menggenggam tangan Ikki yang terjulur, dan mereka segera tenggelam ke dalam bayangan mereka. Menghubungkan bayangan seperti saluran air, Shadow Walk hanya bisa digunakan oleh Arisuin, pengguna Darkness Hermit, jadi Ikki menahan napas dan berenang seperti Arisuin.
"Sampai."
Setelah berenang di kegelapan selama beberapa saat, mereka sampai di tempat yang bisa melihat food court. Bayangan dari pillar di atrium lantai tiga mampu melihat ke seluruh area di bawah. Meninggalkan Shadow Walk dan memantau keadaan, Ikki dan Arisuin memastikan info Kurono. Sandera dikumpulkan di bawah, dikelilingi oleh sekitar sepuluh orang mengenakan seragam hitam yang sama seperti yang mereka lihat sebelumnya.
"Ikki, di sana."
Di arah yang ditunjuk Arisuin, sosok Shizuku tampak di antara para sandera.
"Tetapi aku tidak melihat Stella-chan."
"…Tidak, dia ada di sebelah Shizuku, orang yang memakai topi lebar. Dia terkenal sebagai ksatria, jadi dia menyembunyikan dirinya."
"Oh iya, dia muncul di koran, bukan? Tetapi situasinya tidak terlalu bagus."
"Ya, sandera berada terlalu dekat dengan penjahat. Kalau kita menerobos tanpa perhitungan, para sandera pasti akan terluka. Lagi pula, jumlah pasukan Rebellion tidak sesuai informasi."
"Mungkin mereka bergerak dalam beberapa grup? Kita tidak punya pilihan kecuali menunggu untuk sekarang."
Bahkan kalau Rebellion bergerak dalam beberapa grup, rasio antara sandera dan pasukan Rebellion sedikit terlalu besar, di mana bisa jadi masalah bagi mereka kalau para sandera mencoba kabur. Mungkin ada kesempatan menggunakan kelalaian itu, jadi mereka memutuskan menunggu dan memeriksa keadaan untuk sementara waktu―tetapi situasinya berubah tidak sesuai harapan mereka.

Jangan ganggu ibuku―!

Tiba-tiba, seorang anak laki-laki berusia sekitar anak TK berlari menuju seorang prajurit Rebellion yang menggendong senjatanya.
Oh tidak!
Ini gawat, tetapi mereka tidak bisa menghentikan anak itu, yang berteriak dan melempar es krim yang dia pegang ke prajurit itu, dan menodai orang itu dengan es krim putih. Itu tidak mungkin mampu menundukkan orang itu, tetapi cukup untuk membuat dia marah.
Bocaaaahh!
Prajurit itu berteriak marah dan menendang anak itu―yang bahkan tidak cukup tinggi untuk menyentuh pinggangnya―di bagian muka tanpa ragu-ragu.
Ahh, Shinji!
Perempuan berumur sekitar dua puluh tahunan, mungkin ibu dari anak itu, berlari keluar dari lingkaran para sandera. Perutnya besar, tetapi dia bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat seperti sedang mengandung, dan dia dengan putus asa berdiri di antara anak dan prajurit itu.
Minggir, perempuan! Jangan ikut campur!
Maaf, aku mohon maaf, dia masih anak kecil! Tolong maafkan kami!
Seorang prajurit Rebellion lain melihat ke arah suara itu.
Hey, apa-apaan kamu!?
Bocah ini mengotori bajuku dengan es krim! Aku akan membunuhnya!
Ada apa denganmu!? Berapa kali aku bilang padamu agar tidak menyentuh sanderanya, bangsat!? Kamu bisa mati sendiri, kalau kamu membuat Bischof-san kesal dia tidak akan berhenti sampai dia membunuh selusin orang. Jangan bawa-bawa kami dalam masalahmu!
Berisik! Sandera kita ada banyak jadi tidak berpengaruh kalau kita tembak satu atau dua!
Setelah itu, prajurit itu berbalik badan dan mengarahkan moncong senjatanya ke arah anak dan perempuan itu.
Jangan, kumohon! Biarkan kami!
Kalian mungkin hanya menjadi babi di surga kami, tetapi kalian berani mengotori rakyat terhormat seperti diriku? Kalian akan membayarnya dengan nyawa kalian!
Dia meletakkan jarinya di pelatuk tanpa ragu-ragu, dan peluru timah meluncur dari larasnya. Untuk menghalanginya, ibu hamil itu menutupi anaknya dengan punggungnya. Sia-sia. Pelurunya akan menembus tubuhnya dan mengenai anak dibaliknya.
Tetapi pelurunya tidak pernah mencapai ibu itu―karena api Stella membakarnya sampai serpihan debu yang terbang dari moncong senapan itu.


  1. Jump up↑ Darkness Hermit: Kanjinya 黒き隠者Kuroki Inja ("Black Hermit/Pertapa Hitam").
  2. Jump up↑ Shadow Walk: Kanjinya 日陰道Hikagedou ("Shadow Path/Jalan Bayangan").