Info dari penerjemah:
Dengan postingan ini jilid 1 selesai. Seharusnya sudah sekalian “epilog” dan “Kata penutup dari penulis” Tapi kebijakan posting di Web+FP bukan di aku :’3 Hohoho~ Silakan hantuin Mimim Mesato atau Hikari Tanggal rilis bab ini, sesuai permintaan Kak (pembaca) Hamdi Rahman. Dan aku mau minta tolong, karena ini panjang banget (sekitar 85 halaman A4), terlalu lelah buat cek ulang sampai 3x. Jadi tolong komen kalau ada kesalahan ketik atau EYD, ya.



OWARI NO SERAPH JILID 1
BAB 7
IMPIAN YANG DILIHAT MAHIRU

Hari berikutnya.
Di lapangan latihan, Ujian Seleksi Sihir masih berlanjut.

Sama seperti sebelumnya, di lapangan itu ramai oleh suara-suara para murid yang memberi semangat, atau berteriak kesenangan.
Kelas tempat Guren berada, yaitu kelas 1-9, ternyata tidak hanya merupakan kelas di mana orang-orang elit banyak berkumpul. Mereka adalah orang-orang yang kuat. Rata-rata murid dari kelas itu telah berhasil menjatuhkan lawannya, dan melanjutkan kemenangannya.
Kemungkinan besar, hari besok ataupun hari lusa, akan mulai terjadi pertandingan antar murid sesama kelas.
Tetapi, sebelum saat itu tiba, mereka masihlah kawan dan bukan lawan.
Selama waktu ujian berlangsung, yaitu kemarin dan hari ini, para murid yang berada di kelas yang sama terlihat menjadi sangat akrab.
“ .... Yah, aku pengecualian, sih”
Guren tersenyum kecil. Dia lalu memandang langit di atas lapangan latihan seorang diri.
Hari-hari belakangan ini, langit selalulah cerah. Hari ini pun, langit biru nan cerah, terbentang dengan luasnya.
Langit tanpa satu pun awan.
Lalu, di bawah langit yang indah itulah, para murid, melakukan ujian di mana mereka akan saling membunuh satu sama lain.
Memang, ini tidak seburuk percobaan pada tubuh manusia. Tetapi, pada ujian ini ini, dalam 2 atau 3 tahun, setidaknya ada satu orang yang tewas.
Kalau begitu, ini sama artinya percobaan pada tubuh manusia.
“Apa beda ini dengan Gereja Hyakuya ....?
Ya, tentu saja, Ichinose pun memiliki latihan yang serupa, jadi Guren tidak bermaksud untuk mengkritik hal itu.
Lalu, terdengar suara dari sampingnya.
“Hei, Guren” Itu suara Shinya.
“Apa? Bukannya kau sudah tidak mau berbicara lagi denganku, ya?”
Shinya tertawa mendengar hal itu, dan berkata.
“Ah, iya, sih ... aku berkata seperti itu. Yah, habisnya aku benar-benar kecewa padamu, sih”
“Kalau begitu, jangan ajak aku bicara”
“Tapi, kau ini terlalu lemah. Karena itu, aku mau membantumu”
“Hah? Apa maksudnya?”
“Aku akan membantumu di pertandingan hari ini. Jadi mundurlah”
Mendengar itu, Guren pun menatap Shinya.
“Mundur? Apa sebenarnya maksudmu?”
Shinya lalu menjawab.
“Aku dengar cerita tentang kejadian kemarin. Pelayanmu yang bernama ... siapa, ya?”
“Hanayori Sayuri”
“Iya benar. Anak itu. Dia dirawat inap di rumah sakit, kan? Ujar Shinya.
Memang, luka Sayuri sangat parah. Begitu pertandingan Sayuri lawan Seishirou berakhir, Sayuri langsung dirawat inap. Hari ini pun Guren menyuruh Shigure untuk berada di rumah sakit menemani Sayuri. Karena itu, kedua pelayannya tersebut tidak ada di sekolah.
“Bagaimana lukanya?” Shinya melanjutkan bertanya.
Guren mengalihkan pandangannya dari Shinya, dan kembali melihat ke depan. Seraya menatap teman sekelasnya yang pertarung, Guren berkata.
“ ..... biasa saja. Tidak ada masalah. Pelayanku itu sudah dilatih untuk menghadapi hal-hal semacam itu”
“Hahaha, karena Tuannya lemah, kan?”
“ .....ya, benar”
“Ngomong-ngomong, ya .... apa kau benar-benar tidak merasa malu karena hal itu?”
Guren lantas menatap mata Shinya, namun Guren tidak memberikan jawaban apapun.
Dan tanpa merasa peduli akan sikap Guren, Shinya melanjutkan.
“Biasanya, kalau pelayannya dihajar sampai seperti itu, walaupun tahu akan kalah, apa kau tidak dipenuhi rasa kesal seperti----‘aku pasti akan mengalahkan Seishirou’, dan semacamnya?
Ujar Shinya panjang lebar. Guren yang mendengar perkataan itu, hanya tertawa getir.
“Hah ...” Guren menghela nafas. “Kalau kesal dan situasiku seperti itu, aku harus bagaimana?”
“Situasimu seperti apa ...?”
“Kekuatan dia dan kekuatanku berbeda jauh, kan? Aku punya prinsip untuk tidak melawan hal yang tidak mungkin dilawan”
“Ah ....”
“Tentu saja, para pelayanku ... Sayuri, tidak mengharapkan hal itu. Tidak mengharapkan aku terluka karena hal bodoh semacam---“
Namun, belum selesai Guren berkata, Shinya sudah menyela. Dia mengibaskan telapak tangannya, menyuruh Guren berhenti berbicara, dan berkata,
“Ya, ya ... sudah cukup. Aku sudah paham alasanmu. Itu artinya, kau memang benar-benar seorang pecundang, kan?”
“ ..........”
“Yah, yang jelas penilaianku benar. Kalau saja, kau berkata merasa ingin membalas dendam bagaimanapun caranya, aku mau memberitahumu kelemahan Seishirou. Tapi, sudahlah. Kau mundur saja. Kalau kau maju dengan sikap seperti itu, kau pasti akan terbunuh di sana”
“ ..........”
“Seishirou itu, tipe yang seperti itu. Mempermainkanmu, lalu membunuhmu. Para guru pasti tidak akan menghentikan hal itu. Dan meskipun Seishirou membunuhmu, penilaian terhadapnya tidak akan berkurang. Karena itu—“
“Kau menyuruhku mundur?”
“Ya”
“Menyuruhku melarikan diri tanpa melawan?”
“Ya, benar. Bukannya kau sangat ahli dalam hal seperti itu, ya?” Ujar Shinya.
Guren lalu berpikir.  Berpikir mengenai hal apa yang sebaiknya dilakukannya. Tetapi, sejujurnya, Guren ingin mencoba sedikit saja, untuk bertarung dengan Seishirou. Ada perasaan di mana dia ingin merasakan langsung dengan tubuhnya, seberapa cepat dan pesat perkembangan jurus sihir dari Hiiragi.
Namun, situasinya kini berubah.
Setelah Guren melihat kondisi tubuh Sayuri yang seperti itu, Guren tidak tahu lagi, apakah dia masih bisa menahan diri.
Guren berencana utuk berpura-pura jika dirinya lemah seperti biasa, lalu dia akan mengamati sihir yang digunakan oleh lawannya dengan bertubi-tubi kepadanya, kerena lawannya merasa berada di atas angin, dan kemudian Guren akan terlihat kalah dengan sempurna------
Namun, Guren merasa bahwa dia bukanlah orang dewasa yang bisa menahan semua itu. Kemarahan yang dipendamnya di dalam dada mulai bergejolak.
Harga diri.
Menjadi pusat perhatian.
Dan semua itu, adalah gangguan baginya, untuk mendapatkan kekuatan ditangannya. Lalu hanya untuk kesenangan yang sesaat saja, akan bisa membuatnya kehilangan semua masa depannya.
Karena itulah Guren mengatakan hal ini pada dirinya. Tahanlah. Tahan keinginanmu. Tidak ada hal yang ingin kau dapatkan, di tempat ini.
Tidak ada di tempat ini, di mana bocah-bocah dengan kelakuan rendah macam mereka berkumpul. Ujarnya dalam hati.
Karena itu, Guren mengangkat pandangannya, menatap Shinya, dan berkata.
“Kalau begitu, apa kau mau membantuku mengundurkan diri?”
Shinya lantas menatap Guren dengan tatap mata yang dingin, dan penuh rasa kesal di wajahnya.
“ ..... dasar sampah!”
“Kau yang bilang supaya aku mundur, kan ...?”
Shinya mengacuhkan Guren, dan terlihat sedikit kecewa.
“Sial, kalau begini, Mahiru ....”
Namun, Shinya tidak melanjutkan kata-katanya. Dia lantas menatap Guren, dan menepuk bahu Guren.
“Baiklah. Akan kubuat kau bisa mengundurkan diri”
Dan Shinya kemudian, pergi melangkah ke depan begitu saja.
Saat ini di lapangan latihan, pertandingan dari dua murid yang berhadapan baru saja selesai.
Wasit pun kemudian, memanggil nama murid yang akan maju di pertandingan selanjutnya.
“Kelas 1-4, Hiiragi Seishirou, maju!”
Dan Seishirou pun maju ke lapangan latihan yang merupakan lapangan pertandingan.
Selanjutnya, disebutlah nama yang akan menjadi lawan Seishirou.
“Kelas 1-9. Ichinose Guren, maju!”
Namun, Guren tidak bergerak. Dan sebagai gantinya Shinya yang pergi ke hadapan Seishirou.
Melihat hal itu, para murid pun menjadi gaduh.
Goshi dan Mito yang berada di dekat Guren pun menatap ke arahnya, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Mito bertanya.
“Sebenarnya, apa yang terjadi?”
Goshi pun ikut berkata.
“Kenapa Tuan Shinya yang maju?”
Guren pun menjawab dengan memberikan senyum yang seakan-akan dia mengejek dirinya sendiri.
“ ..... anu, aku mengundurkan diri dari pertandingan”
“Eh?”
“Itu karena, aku tidak mungkin menang dari Tuan Hiiragi Seishirou”
Goshi terbelalak dan berkata.
“Apa? Kau serius mengatakan itu?”
Dan Mito pun ikut menatap sinis Guren dan berkata.
“Oi, bukankah sikapmu itu keterlaluan? Kemarin, pelayanmu diperlakukan seperti itu, dan kau tidak merasakan apapun?”
“Ya, benar. Karena tidak mungkin menang, lalu kau mundur? Apa-apaan itu? Padahal pelayanmu bertarung mati-matian hingga seperti itu .... dan kau yang jadi Tuannya, justru melarikan diri? Aku tidak akan mengizinkannya. Walaupun tidak mungkin memang, setidaknya kau harus tetap maju bertanding”
“Benar! Meskipun nanti kau akan kalah, kami akan mencegah Tuan Seishirou membunuhmu .... Kalau tidak, kau tidak sopan terhadap para pelayanmu yang sudah berusaha keras demi diri—“
Namun, Guren menyela dan berkata.
“Aa, sial. Berisik sekali kalian. Kenapa kalian memberiku perintah? Sudah kubilang, aku ini mengundurkan diri, kan. Lagipula, aku ini lebih lemah daripada Sayuri, kan? Itu artinya, dari awal juga enggak ada gunanya aku maju dipertandingan ini, kan?”
Mendengar itu, Mito langsung kehilangan kata-kata. Dia menatap Guren dengan wajah yang seakan berkata bahwa dia tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan Guren.
Goshi pun menatap sinis Guren seakan-akan dia melihat mahkluk yang sangat kotor dan menjijikkan.
Seishirou yang telah maju ke pertandingan, pada akhirnya mendapatkan penjelasan dari Shinya mengenai apa yang terjadi.
“Hahahaha, apa-apaan itu? Mengundurkan diri? Keren sekali, tuh. Padahal wanitanya dihajar habis-habisan seperti itu, dan dia melarikan diri? Keren sekali. Itu baru si sampah Ichinose, kan!”
Ujar Seishirou sambil tertawa.
Berita bahwa Guren mundur dari pertandingan pun menyebar ke seluruh murid. Segeralah terdengar suara gelak tawa. Tawa yang menertawainya. Tawa yang mencaci makinya. Sekeliling Guren dipenuhi oleh suara-suara yang menghinanya dari berbagai penjuru tempat.
Namun, Guren tidak peduli hal itu.
“ ..........”
Guren diam tak bergerak. Matanya berusaha tidak melihat dan menatap siapapun, dan ia pun melepaskan padangannya menatap langit di atasnya.
Tentu saja, suara-suara itu tetap terdengar oleh Guren.
“Jangan-jangan dia ketakutan sekali sampai enggak bisa gerak?”
“Benar-benar pengecut sekali, ya”
“Dia itu orang yang pelayannya di hajar habis-habisan itu, kan? Kok, dia berani datang ke sekolah setelah mengundurkan diri begitu, ya?”
Ada suara-suara berkomentar seperti itu.
Tapi, yang jelas terdengar adalah, suara gelak tawa itu.
Yang menertawakan Guren yang lemah.
Dan Guren pun akhirnya ikut menertawai dirinya sendiri.
Dia membuat wajah ‘sampah pecundang’ seperti yang dikatakan padanya.
Wajah dari seorang sampah pecundang, yang takmemiliki harga diri. Tidak pula berusaha apapun. Dan tidak juga memiliki kekuatan apapun.
Guren pun hanya bisa menunggu murid-murid lainnya merasa bosan menertawainya. Semua perhatian yang ada tertuju padanya. Namun, Guren justru menunggu. Menunggu semua perhatian itu pergi darinya.
Seperti yang biasa dilakukannya.
Dengan wajah sampah pecundang yang harus terus dimainkannya, selama tiga tahun ke depan nantinya.

---------Namun, saat itulah tiba-tiba, situasinya berubah.
“ ....... apa?”
Tiba-tiba saja, Guren merasakan hawa tidak menyenangkan yang sangat kuat, sehingga tanpa sadar Guren bereaksi terhadap hawa itu. Dan hawa itu, memanglah hawa yang menurutnya harus dihadapinya.
Guren melihat ke arah dimana hawa tidak menyenangkan itu berasal.
Arahnya berasal dari langit.
Di sanalah terlihat cahaya merah.
Dan cahaya merah itu mengarah ke arahnya. Mengarah dengan melepaskan satu serangan langsung yang bagaikan tembakan laser. Guren bermaksud menghindarinya.
Guren berusaha untuk menghindar dengan melompat satu langkah ke samping.
Namun, pada saat itulah ia melihat sosok perempuan yang berada di sampingnya.
Juujou Mito dan Goshi Norito. Guren menyadari bahwa mereka berada tepat di arah serangan cahaya merah itu.
Mereka berdua tidak menyadari serangan itu.
Benar-benar sama sekali tidak menyadari hal itu.
Ah, tidak! Di saat seperti ini, orang biasa pasti tidak akan bisa menyadari hal ini, kan?  Batin Guren dalam hati.
Itu artinya, jika Guren tidak menyelamatkan mereka berdua, maka kedua orang itu pastilah akan mati.
“Sial!”
Guren pun akhirnya memiringkan kepalanya.
Diulurkan tangannya.
Dia mendorong bahu Mito, seakan-akan memukulnya.
“Ap--?!”
Mito yang tiba-tiba dipukul seperti itu, menjadi terkejut. Dan Mito pun kehilangan keseimbangan, menabrak Goshi yang berada di belakangnya.
“Uwah! Ada apa?!”
Goshi yang terkejut melihat ke arah Guren.
Dan sambil terjatuh ke tanah, Mito berteriak,
“Kau! Apa yang sebenarnya kau laku—“ namun, kata-kata Mito itu terhenti.
Serangan cahaya merah itu telah sampai.
Melesat melalui pandangan mata Mito. Menjatuhkan beberapa murid yang tadinya berada di belakang Mito. Menghantam permukaan tanah, menyelimutinya. Lalu meledak dan meluluh latakkannya.
Untung saja, skala ledakkan itu tidaklah besar. Kemungkinan besar, tujuan utama dari serangan itu bukanlah untuk membunuh atau melukai.
Namun, hanya dengan ledakan berskala kecil itu saja, beberapa orang telah mati.
Beberapa murid mati.
Ditambah lagi, serangan cahaya merah itu ternyata tidak hanya satu saja.
Lebih dari sepuluh serangan cahaya menghujani halaman sekolah. Menumbangkan para murid-murid yang ada.
Ledakan terjadi.
Permukaan tanah terguncang.
Suara gemuruh bergema.
Lalu setelah itu, terjadi situasi diam hening beberapa saat, sebelum akhirnya,
“Kyaaaaaaaaaa!”
“A-pa?! Sebenarnya apa yang terjadi!”
“Lenganku, lenganku!?”
“Ma-mati! Mereka semua mati!?”
Halaman sekolah dipenuhi oleh jeritan-jeritan.
Murid-murid menangis.
Terdengar suara-suara yang bergetar karena rasa takut.
Namun, ini bukanlah saatnya untuk menangis.
Sekolah ini jelas-jelas baru saja mendapatkan serangan entah dari siapa.
Guren, sekali lagi, kembali melihat langit.
Dan pada saat itulah, satu per satu pria berpakaian serba hitam, sudah terbang turung dari langit.
Ya, benar.
Peperangannya, sudah dimulai.
Peperangan antara Gereja Hyakuya dengan keluarga Hiiragi, sudah dimulai.
Perkataan Saitou, yang katanya akan memulai peperangan sepuluh hari kemudian, sekarang terlihat bagai sebuah kebohongan belaka. Itu karena, hari ini, barulah berlalu dua hari, dari saat Saitou mengatakan hal itu.
Tentu saja, Guren tidak mempercayai perkataan itu. Tetapi,
“Ini, sih, terlalu cepat!” keluhnya seraya memastikan kondisi di sekitarnya.
Tetapi Guren masih belum bisa memberi tanggapan yang tepat. Mereka kemudian tiba-tiba menerima serangan bom. Di tambah lagi, ledakan bom tersebut menghasilkan asap putih, yang membuat daya pandang mereka terganggu. Sepertinya cahaya laser merah yang ditembakkan sebelumnya, adalah senjata yang digunakan untuk mengambil daya panjang lawannya.
Guren sudah tidak lagi bisa melihat sosok Mito dan Goshi. Yang dibisa terlihat dari jarak padangan Guren hanyalah Shinya dan Seishirou.
Namun, Guren bisa mendengar suara pekikkan teriak.
Guren mendengar suara teriak-teriakkan dari para murid di dalam asap ini.
“Jangan bunuh aku! Kumohon, jangan------tidaaaaaaaaaaak!”
“Ka-kau ini siapa ...? Jangan kira kalian bisa dimaafkan karena telah berbuat hal semacam ini! Di sini, di sini adalah sekolah di bawah kekuasaan Mikado no Oni! Apa kalian ta---------- aaaaaaaaah!?”
Musuh dengan persiapan matang dan juga senjata yang sempurna, menyerang murid yang tidak berdaya karena selama ini hidup dengan tenangnya.
“Kalau begini, yang terparah, mereka akan membunuh semuanya ....”
Guren lantas menyentuhkan tangannya ke pedang yang sarungkan pada pinggangnya.
Lalu di tengah-tengah halaman sekolah yang untuk sementara di jadikan lapangan pertandingan, di mana sebelumnya diadakan pertandingan, turunlah sesosok pria dengan mengenakan pakaian setelan hitam.
Dan lagi orang itu adalah orang yang wajahnya Guren kenal.
Orang yang baru saja ditemuinya 2 hari lalu.
Pembunuh gelap dari Gereja Hyakuya. Orang yang bernama Saitou.
Orang yang bernama Saitou itu pun lalu mengamati kondisi tempat yang baru saja dipijaknya. Dia lalu mengemakan tawa.
“Bagus! Apakah saat ini, semuanya sudah mati?”
Dia lalu merentangkan kedua tangannya.
Shinya meresponnya.
“Siapa dia?”
Seishirou pun lantas melihat Saitou, dan berkata.
“Brengsek! Jangan main-main ...! Kau pikir, kau bisa selamat dan diampuni jika berani melawan Keluarga Hiiragi ...?”
“Ya, aku pikir begitu, kok. Lagipula aku ini, benci sekali bocah berisik” Ujar Saitou.
Dan tiba-tiba, rantai keluar dari tubuh Saitou. Rantai yang berjumlah banyak itu, salah satunya mengicar ke arah Seishirou.
Seishirou menghidar dari serangan rantai itu.
Satu, dua, tiga ... buah rantai.
“Hehehe. Kalian berani sekali menyerang dengan senjata lemah macam ini!” Ujar Seishirou dengan tertawa.
Namun, serangan itu hanyalah perangkap.
Rantai-rantai yang dihindari Seishirou itu mengarahkannya menuju arah yang inginkan Saitou.
Ditambah lagi, rantai Saitou semakin cepat. Sangat-sangat cepat.
“Nah, skakmat. Laporkanlah ke Dewa di kahyangan kalau ‘aku mati karena kesombonganku’, ya”
Dan sebuah rantai yang sangat cepat menerjang ke arah Seishirou.
Namun, Seishisrou tidak menghindarinya. Gerakkannya berhenti tepat di tempat yang diarahkan Saitou, dan dia tidak bisa bergerak. Bahkan meskipun di sekelilingnya tidak dipasang perangkap pun, mungkin Seishirou tidak akan bisa menghindari kecepatan dari gerakkan rantai Saitou.
Itulah betapa kuatnya Saitou.
“Tunggu! Kau---“
Wajah Seishirou terlihat terkejut dan ketakutan. Seshirou lantas berteriak. Melihat Seishirou yang seperti itu,
“ ..... menghidar, oi! Bodoh!”
Dari belakang Seishirou, Guren melopat terbang dan sekuat tenaga menendang Seishirou.
“Urrrrgh”
Tubuh Seishirou terpental terbang, menuju ke luar dari asap putih yang dihasilkan oleh ledakkan pertama. Kemudian sosoknya tak terlihat.
Namun, meskipun Seishirou sudah tidak terlihat lagi, serangan dari Saitou tidaklah terhenti. Sekali lagi, dilesatkannya rantai-rantai yang telah dilepaskan sebelumnya.
Semua rantai itu, kini berubah dengan kecepatan tertinggi mereka, yang mana tidak bisa dihindari oleh Seishirou sebelumnya. Semua rantai yang berjumlah 8 buah itu, terbang dengan bebasnya, dengan arah yang berbeda-beda dan menerjang menyerang ke arah Guren, dan----------
“ ..........”
Namun, Guren tidak melihatnya.
Guren tidak melihat satu per satu rantai-rantai itu.
Jika Guren harus menghadapi rantai-rantai itu satu per satu, maka dia tidak akan bisa menangkap semua pergerakkan rantai-rantai tersebut. Karena itu, Guren hanya memandang terjangan rantai-rantai itu dengan tenangnya, dan tepat saat rantai-rantai itu memasuki batas penglihatannya, dia menarik katana yang terletak dipinggangnya.
Katana itu telah dilengkapi mantra sihir. Mantra sihir yang dengan cepat melengkapi seluruh sarung pedangnya. Mantra sihir untuk meningkatkan kemampuan memotong. Mantra sihir yang mengutuk apa yang dipotongnya.
Itu adalah mantra sihir yang sangat banyak sehingga tidak mungkin dapat diaktifkan dalam waktu yang bersamaan. Namun, Guren dapat memotong keseluruhan rantai-rantai itu hanya dalam waktu singkat.
Lalu setelah semua hal itu terjadi---------
Dari belakang punggungnya, terdengar suara.
Suara dari Shinya.
“ .....ka-kau?! Kekuatanmu itu ....”
Guren lantas melirik ke belakang. Dia menatap Shinya yang melihat ke arahnya dengan ekspresi sangat terkejut.
“ ...... Sial! Kemampuanku terlihat oleh orang yang aku paling tidak ingin dia melihatnya!”
“Kau! Kalau kau punya kekuatan sebesar itu, kenapa selama ini—“
Namun, Guren memotong perkataan Shinya dan berkata,
“Diam kau. Atau kubunuh kau. Aku tidak bisa percaya ke orang yang dengan gampangnya ceplas-ceplos tentang ambisinya”
“ ....Ah!”
“Namun, situasinya saat ini berbeda. Jawab pertanyaanku! Apa kau benar-benar mau menghancurkan keluarga Hiiragi?”
“ .........”
“Kalau itu hanya bohong belaka, maka aku akan membunuhmu, yang sudah melihat kekuatanku, sekarang juga!”
Guren kemudian mengayuhkan katana-nya. Di arahkannya katana itu ke leher Shinya. Shinya tidak bisa menghindari hal itu. Lebih tepatnya, Guren mengayuhkan katana-nya dengan kecepatan yang tidak memberikan Shinya kesempatan untuk menghindar.
“Urgh!”
Dengan wajah yang masih terlihat tekejut, Shinya melihat ke arah Guren.
Guren yang melihat ekspresi wajah itu pun tertawa dan berkata,
“Tapi, jika kau benar-benar benci dengan Hiiragi, aku tidak keberatan kalau kau jadi bawahanku. Bagaimana? Apa kau mau jadi bawahanku, dan berkerja sama menghabisi si hitam itu?”
Ditanya seperti itu, Shinya lalu melihat katana yang di arahkan ke lehernya. Dan entah karena alasan apa, Shinya justru tertawa dengan wajah yang nampak bahagia.
“ .... haha ... apa-apaan, sih, ini? Sikapmu itu seakan-akan, dibandingkan kau, aku ini jauh lebih—“
“Lemah? Jelas saja!”
“Hah? Jangan meremehkan—“
Namun kata-kata Shinya terhenti sampai di situ.
Karena serangan dari rantai Saitou datang menerjang.
Guren menghindari serangan itu. Dia melompat pergi dari tempat itu. Rantai Saitou sangat cepat. Dan tadi, Seishirou tidak bisa menghindari serangan rantai itu.
Dan orang yang tidak bisa merespon serangan itu, pasti akan mati seketika. Beberapa rantai melesat ke arah Shinya. Jika Shinya adalah sampah yang tidak berguna bagi Guren, maka Guren tidak akan perlu repot-repot mengerakkan tangannya untuk mengirim Shinya ke dunia kematian---
Namun, saat itu,
“Lalu? Mau kita bunuh seperti apa si hitam itu?”
Terdengar suara Shinya dari arah belakang Guren.
Saat Guren melihat ke arah tersebut, Shinya telah berhasil menyegel jatuh rantai-rantai tersebut ke tanah dengan menggunakan mantra sihir. Sepertinya, yang selama ini menyembunyikan kekekuatan sebenarnya yang dimiliki, bukan hanya Guren saja.
Mengetahui hal itu, Guren justru berkata,
“Huh! Aku jauh lebih kuat”
“Ooh, apa mau kita buktikan siapa yang lebih kuat?”
Ujar Shinya seraya melihat ke arah Guren.
Melihat hal itu Saitou pun berkata.
“Waduh Kenapa tempat yang harus kuurus itu tempat ini, sih. Ini, sih, tempat yang paling menyebalkan. Di sekolah ini, tuh, ada 7 orang yang harus kuwaspadai, dan saat ini aku harus melawan 2 diantaranya sekaligus ...?”
Mendengar itu, pandangan Guren segera beralih ke Saitou dan segera bekata,
“Oh begitu. Itu artinya, kau  menyelidiki aku dan juga Shinya, kan, Saitou?”
“Ya, tentu saja. Kalau kami tidak mencari tahu, tidak mungkin kami berperang melawan Hiiragi, dong”
Mendapati situasi itu, Shinya jadi bertanya,
“Oi, Guren. Kau tahu siapa--”
Namun, sebelum Shinya mengakhiri perkataanya, Guren sudah lebih dulu berkata,
“Gereja Hyakuya. Katanya mereka mau menghancurkan Hiiragi lewat perang. Jadi dia juga mengundangku untuk membantu mereka”
Mendengar pernyataan itu, Shinya tidak terkejut sama sekali. Dia hanya menatap Saitou dengan sebelah matanya dan berkata,
“Aa begitu, ya. Jadi situasinya seperti itu .... Hem, yah, kalau dipikir-pikir itu hal yang bisa dimengerti, sih. Yang bisa secara langsung melawan Hiiragi itu memang ....”
“ ... hanya Gereja Hyakuya” Guren meneruskan apa yang ingin Shinya katakan. “Tapi, kalau kau sampai berpikir seperti itu, artinya kau itu adalah si monyet frustasi
“Aha~ kubunuh kau, nih?”
“Kau, sih, mustahil membunuhku”
“Hahaha”
Shinya tertawa dan kemudian langsung berkata,
“Nah, terus ... situasi macam apa yang sedang kita hadapi, nih?”
Tanya Shinya, seraya mengamati kondisi di sekitar mereka. Saat itulah Guren menjelaskan.
“Gampangnya, sih ... disekitar kita diselimuti oleh asap, agar orang lain, murid-murid lain, dan juga guru-guru, tidak bisa melihatnya ...”
Guren memastikan hal itu hanya dengan pandangan matanya saja.
Asap yang ada menyelimuti mereka bagaikan mengisolasi mereka dari yang lainnya.
Dari luar selimutan asap ini, bisa terdengar suara-suara teriakkan ketakutan. Suara-suara ledakan. Dan juga, suara-suara pertarungan yang sengit.
Shinya lanjut bicara.
“Jadi yang ada di dalam asap ini hanya ada aku dan Guren, yang sepertinya memang sudah diincar dari awal. Hanya kita bedua, yang sepertinya sangat dan sangat membenci Hiiragi. Yah kalau dipikir-pikir sih, sepertinya dia mau---“
Dan pada saat Shinya berkata seperti itu, Saitou menjawab sambil tertawa cengengesan.
“Wah~ menyenangkan sekali rasanya kalau bicara dengan orang yang cerdas, ya. Tentu saja, aku mau mengundang kalian”
“Heeem. Lalu?”
“ ... apakah mau bersama-sama menghancurkan Hiiragi? Jika kita bisa menghancurkan Hiiragi sekarang juga, kalian akan segera mendapat kedudukan untuk memimpin Hiiragi, lo”
Mendengar berkataan itu, Shinya berkata dengan penuh rasa tertarik.
“O~ho~~ Nah, terus ... kalau begitu, antara aku dan Guren, siapa yang akan jadi pemimpinnya, ya?
Saitou kemudian,
“Itu adalah urusan kalian. Karena itu putuskan sendiri walau harus saling berkelahi” Jawabnya.
Shinya lantas melihat ke arah Guren.
“Tuh, katanya. Lalu, kau mau bagaimana?”
“..........”
“Lagipula jangan-jangan kau sudah menerimanya, ya? Kau menerima dengan syarat apa? Jangan-jangan kau sudah jadi anggota dari Gereja Hyakuya?” Tanya Shinya panjang lebar.
Dicecar pertanyaan panjang lebar seperti itu, Guren hanya melirik ke arah Shinya, lantas menjawab.
“Kau ini, ya! Dulu sudah kubilang kalau kau ini ‘blah-blah-blah’ ‘bleh-bleh-bleh’, berisik sekali, kan. Kalau mau terima tawarannya, ya, terima saja. Mau jadi pemimpin dari Hiiragi setelah mengalahkannya juga, terserah kau saja”
“Eh? Kalau begitu--”
Tetapi Guren memotong perkataan Shinya dan berkata,
“Tetapi, maaf sekali aku tidak sudi jadi bawahan Gereja Hyakuya. Aku sudah bosan beralasan tidak memiliki kekuatan karena berada dibawah kekuasaan seseorang. Karena itu ....”
Dan pada saat itulah Guren melompat. Ditebaskan katana-nya menebas udara dari atas ke bawah, dan menyeru,
“Aku, akan menebas mati, semua orang yang ada di atasku!”
Di lacarkannya serangan katana itu ke arah Saitou.
Serangan yang bukan untuk menebas. Namun sebuah kekuatan ayuhan katana yang bisa menghilangkan keberadaan dari lawannya.
Saitou melihat serangan katana itu.
“Aduh, bukannya kau sudah pernah mencoba melawanku sebelumnya? Serangan fisik tidak akan mempan tehadapku. Kalau begini, aku hanya menerima serangan yang sama lagi”
Seraya berkata demikian, sekali lagi Saitou melepaskan serangan rantainya. Ditambah lagi, Saitou kini berusaha mencerai-berai badannya.
Benar.
Sepertinya lelaki bernama Saitou ini tidak mempunyai tubuh yang sebenarnya.
Kemungkinan besar, sosok manusia dari pria bernama Saitou ini hanyalah sosok sementara. Kabut hitam yang dilindungi oleh rantai--------kemungkinan itulah struktur tubuh dari Saitou.
Namun, tanpa memperdulikan hal itu, Guren menebaskan katana-nya ke bawah.
Saitou mengarahkan rantainya, berusaha melindungi dirinya dengan rantai tersebut, tetapi,
“Aah, ternyata memang kalau hanya dengan rantai saja, tidak akan bisa menghentikan—“
Dan katana Guren pun berhasil membelah rantai milik Saitou.
Guren langsung menebas Saitou melalui bahunya.
Namun, Saitou masih bisa tertawa. Dia masih bisa tertawa haha-hehe dengan santainya.
“Nah, kan ... sudah kubilang tidak mempan—“
Tetapi Guren tidak berhenti begitu saja. Diambilnya kertas mantra yang dibawanya dan disembunyikan di lengan bajunya. Guren kemudian melengkapi katana-nya dengan mantra sihir dari kertas mantra tersebut.
Dan dalam waktu singkat, katana Guren menjadi merah. Benar-benar berwarna merah darah. Katana-nya melahirkan api berwana merah bagaikan sebuah darah,
“Bergeliatlah, Kujyakumaru”
Dan katana itu menghasilkan ledakan.
Kutukkan yang bersemayam di dalam katana milik Guren, meledak di dalam tubuh Saitou dan membuatnya menjadi takkaruan.
Kujyakumaru yang dimiliki Guren, adalah katana yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi keluarga Ichinose. Katanya, seluruh kebencian dari orang-orang yang telah dipotong oleh katana itu tersegel dan menjadi mantra kutukkan di katana tersebut.
Lalu dengan sebuah jimat, Guren melepaskan segel tersebut.
“Gaaaah, ah! Apa ini? I-ini ... tubuhku tidak mau ... mendengar ... perkataan—“
Dengan wajah yang terkejut Saitou melihat ke arah Guren.
Lalu,
“Seharusnya tu-tubuhku, dibuat agar tidak mempan dengan ilmu sihir yang digunakan oleh Hiiragi—“
Namun, Guren hanya melirik dengan pandangan remeh ke Saitou.
“Aku bukan Hiiragi, tahu!” Ujar Guren seraya membuang ludah.
Kutukkan yang ada, secara berlahan-lahan mulai memakan tubuh Saitou. Memakan dagingnya dan menghancurkannya. Mengerogoti tubuhnya yang berusaha menjadi asap. Rantai yang ada satu per satu berubah menjadi bongkan berwarna merah, dan kemudian menjadi debu.
Seraya memberikan senyum iblis, Guren berkata,
“Hei, Saitou. Apa kau tahu, kenapa tubuhmu menjadi berwarna merah? Itu karena kau berubah menjadi makanan pedang ini, dengan kutukkan yang ada di pedang ini. Kau yang dikutuk, akan menjadi makanan pedang ini. Begitu kau habis dimakan, maka seumur hidup kau akan hidup menggeliat kesakitan selamanya di dalam pedang ini”
Mendengar itu, Saitou memandang Guren dengan wajah ketakutan,
“He-henti—“
“Kalau kau ingin aku berhenti, jawablah pertanyaanku! Kenapa kau menyerang tempat ini? Kenapa kau menyerang sekolah yang isinya hanya anak-anak tidak memiliki kekuatan? Pemimpin dari keluarga Hiiragi, tidak ada di sini, kan? Lalu kenapa bedebah macam kalian menyerang tempat ini?”
Tanya Guren demikian.
Saat itu, jeritan-jeritan ketakutan masih terus terdengar.
Jeritan-jeritan dari para murid.
Jeritan-jeritan ketakutan dari para murid yang pada beberapa saat lalu, masih membodoh-bodohi Guren dan menertawainya dengan wajah yang bergembira.
“I-itu karena—“
“Kalau kau bohong, akan langsung kubunuh. Dan kalau aku merasa bahwa kau berbohong, aku juga akan langsung membunuhmu. Karena itu, kalau kau mau menjawab, jawablah setelah kau siap-siap memberikan jawaban! Kenapa kalian datang ke tempat ini?”
Lalu Saitou mendongakkan padangannya menatap Guren,
“Kalau begini, apa boleh buat, ya”
Ujar Saitou dengan wajah kebingungan. Kemudian dia memejamkan sebelah matanya. Dan setelah wajahnya berubah menujukkan sebuah ekspresi kesiapan yang matang, dibukanya mata itu.
Dan begitu mata Saitou itu terbuka, pada iris mata Saitou tergambar simbol yang menyerupai ular.
Kutukkan.
Di dalam mata Saitou bersemayam kutukkan.
Guren langsung merespon dengan bermaksud untuk melompat mundur ke belakang, namun,
“Kau tidak perlu mundur, kok”
Terdengar suara Shinya berkata demikian. Kemudian pada bola mata Saitou, sudah terpasang semacam jimat.
“Nah, tersegel, deh”
“Aaa ....”
Satou kemudian bersuara bagaikan orang bodoh.
Memandang Saitou yang terjatuh, Shinya berkata,
“Rasanya aku juga tertarik, deh. Yah, walau aku peduli murid-murid dari Hiiragi mau jadi seperti apa, sih ........ Tapi tidak ada alasan buat kalian menyerang tempat ini. Kalau kalian datang dengan jumlah pasukkan yang hanya segini, begitu Pasukkan Unit Pusat Mikado no Oni datang, kalian pasti akan langsung dibereskan, kan? Lalu, buat apa sebenarnya kalian datang ke sini?”
Tanya Shinya demikian.
Saitou pun kali ini kembali menunjukkan wajah kebingungan dan,
“Waaah, walau kalian masih anak-anak, kekuatan kalian luar biasa, ya ..... Makanya kubilang juga apa! Sudah kubilang ke atasan, mustahil aku melawan dua orang ini sendiri—“
Namun Guren menyela perkataan itu, dengan menusukkan katana-nya seacara kuat.
“Urgh” Pekik Saitou kesakitan.
Setelah memastikan ekspresi kesakitan itu, Guren berkata.
“Diamlah! Jangan bicara hal takpenting! Jawab saja pertanyaaku!”
“..........”
“Kenapa kalian datang ke sini?”
Dan akhirnya Saitou menjawab dengan jujur.
“Karena ada yang kami inginkan di sini”
“Yang diinginkan?”
“Ya”
“Apa yang kalian inginkan itu?”
Saitou menjawab pertanyaan itu, dengan berkata,
“Bahan penelitian”
“Bahan penelitian? Itu .....”
“Wah, kalau harus dijelaskan dengan gampang, sih, ada murid di sini, yang berkhianat kepada Hiiragi dan menjual rahasia metode yang ada, ke Gereja Hyakuya .... Dan itu adalah penelitian yang berkembang dan dilakukan bersama dengan orang tersebut”
Tawa terdengar dari Guren yang mendengar pernyataan itu.
Sepertinya, Hiiragi mempunyai banyak musuh lebih dari yang Guren sendiri perkirakan. Dan sepertinya, kedudukan dari Hiiragi sendiri, tidak sesolid yang terlihat.
Tidak peduli mau sebesar apapun suatu organisasi, akan ada organisasi lain yang berusaha untuk menghancurkan organisasi tersebut.
Meskipun tidak menyukainya, ada orang yang berkhianat.
Dan Guren berpikir, jangan-jangan,
“ .....jangan-jangan, orang yang menjual informasi itu adalah, kau?”
Guren bertanya itu, kepada Shinya yang menyegel mata Saitou dengan jimat dan berada tepat disebelahnya.
Shinya pun hanya mengangkat bahunya, dan menjawab.
“Nah, ini yang membuatku shock. Kenapa Gereja Hyakuya sama sekali belum pernah menghubungiku, ya? Kenapa ya---------kalian tidak menghubungiku?”
Mendengar pertanyaan Shinya, senyum bergulir di bibir Saitou.
“Karena ada orang yang lebih ‘hebat’ yang menjual informasinya”
“Uwa, rasanya aku dianggap seperti tidak punya kekuatan. Eh, ya, abaikan saja itu. Tapi ... lebih hebat, ya. Kalau begitu, anak dari kelas tiga mungkin, ya? Apakah dia Hiiragi Kureto yang jadi ketua Osis?”
Tetapi, Saitou hanya menggelengkan kepalanya dengan ringan.
“Bukan. Dia lebih kuat darinya, dan juga orang yang jauh lebih membenci Hiiragi, kok”
Guren tidak bisa menduga siapakah orang itu, dari perkataan Saitou. Itu hal yang wajar, karena Guren tidak begitu paham mengenai keluarga Hiiragi. Dan lagi, Ichinose tidak mempunyai kekuatan ataupun struktur organisasi yang bisa sampai menyelidiki tentang Hiiragi.
Kondisinya Ichinose saat ini adalah: seraya mengamati dengan bergantung pada suatu tingkatan, orang-orang pengikut Ichinose yaitu Mikado no Tsuki, dibiarkan hidup dengan menjadikan Mikado no Oni yaitu Hiiragi sebagai tuan mereka.
Karena itu, yang bisa mendapatkan informasi semacam itu dari Hiiragi, adalah orang-orang yang memiliki kekuatan setara atau lebih dari Mikado no Oni, seperti Gereja Hyakuya.
Mungkin saja, orang itu adalah orang dalam.
“..........”
Guren lalu memandang ke arah Shinya.
Dan ekspresi wajah Shinya pun berubah. Sepertinya, dia mengerti sesuatu.
“Apa kau tahu?” Tanya Guren.
Shinya takmenjawab.
Namun, Guren tidak perlu mendapat jawaban dari Shinya. Ada orang lainnya yang bisa ia tanyakan.
“Yah, tidak apa. Kau yang jawab, Saitou. Sebenarnya, kau berhubungan dengan siapa?”
“ .....eh--- Padahal Shinya-san sudah sadar, lo. Kenapa saya harus repot-repot menja—“
Namun, Guren memotong perkataan Saitou dengan menambah kekuatan pada katana­-nya.
“Urgh”
Dan Saitou mengerang.
Guren memandang wajah kesakitan Saitou, dan berkata.
“ ......sudahlah, jawab saja! Atau kubunuh?”
“Ahahaha, menakutkan sekali~ Tapi, yah, dibunuh pun tidak masalah”
“Hah?”
“Bisa dibilang, tugasku sebentar lagi sudah akan berakhir. Tugas kami kali ini adalah mengumpulkan bahan penelitian dan juga menjemput orang yang berkeja sama. Dan, proses itu sudah akan selesai. Selama proses pengumpulan itulah, aku bertugas untuk menahan dua orang yang sangat menganggu. Dan hal itu berhasil. Kalian berdua terfokus padaku di sini, dengan sangat tenangnya, tanpa mengganggu tujuan kami—“
Dan kemudian,
“Brengsek! Jadi itu tujuanmu!”
Ekspresi Shinya langsung berubah. Dia pun lantas berdiri, dan bergegas lari. Menuju balik asap.
Guren melihat hal itu, dan sekali lagi dia menundukkan pandangannya, menatap Saitou.
Pada saat itu, Guren sudah bisa memahami sebagian situasi yang ada.
Saat ini Guren sudah mendapatkan semua informasi yang diperlukannya untuk mengerti apa yang terjadi saat ini.

·        Orang dalam dari Hiiragi dengan kekuatan luar biasa menjual informasi kepada Gereja Hyakuya, dan dia mengetahui tentang penelitian yang entah apalah itu.
·        Dan orang dalam Hiiragi dengan kekuatan luar biasa itu, sangat sangat membenci Hiiragi.
·        Dan untuk dapat menjemput dalam arti ‘menculik’ orang dalam Hiiragi dengan kekuatan luar biasa itu, dua orang yang dianggap paling menganggu, yaitu-----Guren dan Shinya harus ditahan.

Dengan informasi seperti itu saja, orang bodoh sekalipun bisa mengerti, siapakah orang yang berkhianat.
Karena itu, Guren melontarkan nama itu dari mulutnya.
“ .....Mahiru, ya, yang berkhianat?”
Saitou menatap Guren dan menjawab.
“Wah, ternyata kau jauh lebih tenang, dari yang kuduga, ya”
“Kenapa? Aku hanya mengatakan apa yang kupahami”
“Itu karena, Mahiru-san adalah kekasihmu, kan?”
Namun, Guren hanya tertawa mendengar pertanyaan itu.
“Aku bukanlah orang bodoh yang akan menyebut seorang perempuan yang sudah 10 tahun tidak kutemui, dengan sebutan ‘kekasih’”
“Ahahaha. Benar, kah?”
“Ya, benar”
“Tapi, masih ada rasa, kan?”
“Tidak, tuh”
“Tidak, tidak, masih ada, kok. Kekuatanmu itu-------dengan usiamu yang semuda ini, tidak mungkin didapatkan. Dan kekuatan ilmu sihirmu itu, adalah demi merebut kembali Mahiru-san dari Hiiragi, kan—“
Namun, Guren menusukkan katana-nya ke dada Saitou, dan berkata.
“Kubilang tidak ada, kan!!”
“Hahaha, masa iya, sih. Yah, terserah saja. Tapi, dari sisi Mahiru-san sendiri, masih suka kepadamu, lo?”
“..........”
“Demi bisa kembali berada di sisimu, dia berusaha mendapatkan kekuatan, dan menjual keluarganya. Benar-benar perjuangan yang sangat heroik, ya. Dengan segenap hatinya, dia ingin bertemu denganmu. Dan selama sepuluh tahun ini, dia terus menerus berjuang mati-matian”
“..........”
“Dan bukankah, sekarang ini, sudah saatnya kau bisa menerima semua itu? Aku yakin, Mahiru-san pasti juga ingin dipeluk olehmu, lo”
Ujar Saitou panjang lebar.
Dan saat itulah, Guren teringat tentang Mahiru yang beberapa hari lalu, ditemuinya di ruang UKS.
Wajah Mahiru yang bergembira.
Setelah melihat Guren yang tidak memiliki kekuatan, Mahiru yang berpikir-------jadi selama 10 tahun ini, hanya dirinya yang terus memiliki perasaan yang sama?  Wajah Mahiru yang kecewa.
Meskipun begitu, wajahnya terlihat bahagia dan manis saat Guren memujinya kalau dirinya cantik.
“Lalu, apa itu artinya Gereja Hyakuya akan membantu semua hal itu terwujud dengan baik?”
Saitou pun lantas tetawa gembira, dan mengangguk.
“Ya! Benar begitu. Dengan kekuatan luar biasa yang kalian miliki, kalian akan disambut dengan baik. Tapi tentu saja------anggota lain dari Hiiragi dan Ichinose, akan kami ambil sebagai bawahan Jenderal kami”
“..........”
“Tetapi, jika kita bisa mengalahkan Hiiragi bersama-sama, tidak masalah jika kau dan Mahiru-san mau menjadi raja dan ratu yang memimpin sisa-sisa dari Hiiragi. Kami tidak akan berkata bagaimana sebaiknya kalian mengurus rumah kalian, atau bagimana kalian mengurus status kalian. Silakan lakukan kisah cinta atau apalah itu, semau kalian”
Ujar Saitou panjang lebar.
Guren menatap wajah Saitou yang duduk terjatuh itu.
Dan seperti biasa, Saitou tertawa cengengesan. Dengan dada yang robek terkoyak oleh katana, dan sebagian badan bagian atasnya yang berubah menjadi bahan pengorbanan pun, Saitou masih bisa tertawa dengan santainya.
Guren melihat wajah tertawa itu,
“Itu artinya, tugasmu hingga sekarang adalah?” tanya Guren.
Saitou pun menjawab dengan tertawa seperti yang biasa dilakukannya.
“Ya, begitulah. Mengajakmu untuk bergabung hingga di saat seperti ini adalah tugasku”
“Kalau begitu, yang membuat Mahiru sampai berkhianat adalah ....”
“Aku. Mahiru-san bilang bahwa dia masih menyukaimu. Katanya, dia ingin dunia di mana bisa berada berdua bersamamu. Demi hal itu, dia akan melakukan apapun, walaupun dia harus menjual keluarganya sekalipun. Begitulah katanya”
“..........”
“Nah, nah Tuan Ichinose Guren yang terhormat. Apakah Anda bersedia? Bersedia ikut bersama saya, dan pergi bersama-sama ke tempat Mahiru-san bera—“
Dan pada saat itulah terdengar suara ledakan bergema dari luar asap yang mengelilingi Guren.
Pada saat yang bersamaan suara teriakan dari para murid terdengar.
“Pasukkan Unit Pusat, Mikado no Oni datang!”
“Ki-kita selamat!”
“Bunuh mereka! Bunuh mereka semua, dan buat mereka menyesal sudah berani menganggu Mikado no Oni!”
Terdengar suara-suara demikian.
Dan dari seberang arah yang berbeda,
“No-Nona Mahiru! Nona Mahiru tertangkap!”
“Se-selamatkan! Meskipun harus mempertaruhkan nyawa kalian, selamatkan Nona Ma---- gyaaaaaarrh!?”
Dan sandiwara masih terus berjalan.
Berjalan dengan mulus, sesuai dengan skenario yang telah disiapkan oleh Gereja Hyakuya.
Sepertinya Mahiru bermaksud untuk meninggalkan sekolah ini, selagi dia masih belum ketahuan sebagai seorang pengkhianat. Dia tidak bermaksud menghilang sebagai seorang pengkhianat, melainkan menghilang karena diculik. Dan mungkin saja, suatu hari dia bermaksud untuk kembali lagi.
Saitou kemudian berkata.
“Ah! Sudah tidak ada waktu lagi. Mustahil melawan Pasukkan Unit Pusat Hiiragi tanpa ketahuan bahwa Gereja Hyakuya melakukan sebuah manipulasi. Jadi biarkanlah saya mundur”
“Hah?! Apanya yang tidak ketahuan? Bukankah kau sudah memberi tahu semuanya padaku—“
“Tidak. Karena kau membenci Hiiragi, kau pasti tidak akan membocorkannya, kan?”
“..........”
“Atau jangan-jangan, kau menyukai Mahiru-san ...... karena itu kau tidak ingin mengatakan hal yang akan membuatnya susah?”
“..........”
“Karena itu, aku bisa memberitahumu tempatnya. Tempat untuk bertemu Mahiru-san malam ini. Jika kau datang, maka Gereja Hyakuya akan menyambutmu sebagai pahlawan yang akan mengalahkan Hiiragi”
“..........”
“Nah, kalau begitu, apa kau bisa menarik pedang yang tertancap di dadaku? Kalau bisa, aku akan mempersiapkan tempat di mana kau dan mahiru-san akan kembali bertemu setelah sepuluh tahun lamanya”
Guren lalu hanya menatap Saitou.
Dia menatap Saitou yang tertawa cengengesan seperti biasanya. Dan di dalam benak Guren berkecamuk beberapa pemikiran. Sekarang ini, bagaimana sikap yang harus ditunjukkannya? Bagimana keputusan yang harus diputusukannya? Bagaimana kondisi saat ini, dan seberapa besar dia bisa mempercayai perkataan Saitou?
Tidak ada waktu lagi.
Jika Guren menerima perkataan Guren, itu berarti Guren harus melepaskan Saitou sekarang juga, sebelum Pasukan Unit Pusat Mikado no Oni datang. Dan jika Saitou tertangkap oleh Mikado no Oni, maka tidak akan ada celah bagi keluarga Ichinose untuk masuk, kan.
Karena itu Guren berpikir keras.
Jawaban apa yang terbaik?
Tindak apa yang harus dilakukannya?
Bukan itu. Sebenarnya, apakah yang diinginkan dirinya?
Lalu Guren pun berkata.
“Tapi, yah, ra~sa~nya~~ kok, enggak menyenangkan, ya. Rasanya seperti ini semua ada di atas telapak tanganmu”
Guren lalu mengelakkan tawa, dan semakin dalam menusukkan katana-nya.
“Urgh” Saitou kembali menggerang kesakitan.
Namun, tanpa memperdulikan itu, Guren melanjutkan.
“Karena itu, sudah kuputuskan, aku tidak akan melepaskanmu. Aku akan menangkapmu di sini, dan kubuat kau mengatakan semua informasi yang ada”
Mendengar hal itu, Saitou pun berkata.
“Kalau begitu, kau tidak akan tahu tempat keberadaan Mahiru-sa—“
“Kalau kuancam, kau pasti akan mengatakannya!”
“Haha, walau kau mengancamku, aku tidak akan mengatakannya. Karena aku sudah dilatih demikian. Lagipula, saat aku seakan mau membocorkan informasi, otakku akan diprogram untuk mati”
“Oh, begitu, ya. Kalau begitu, matilah”
Mendengar itu, wajah Saitou terlihat sedikit panik. Saitou lantas mendongak melihat Guren dan,
“.....kalau begitu, kau tidak akan bisa bertemu dengan Mahiru-san la—“
“Tidak bertemu pun tidak masalah. Sepertinya kau salah paham. Aku menjadi kuat bukanlah demi bertemu dengan dia—“
Namun ditengah perkataan Guren tersebut,
“Jangan berkata hal yang membuatku kesepian semacam itu, dong”
Terdengar suara.
Suara dari seorang wanita.
Dan pada saat itulah, Guren melepaskan katana-nya dari dada Saitou. Dan dia lantas mundur jauh ke belakang.
Alasannya adalah, tepat di depannya, muncul sebuah aura membunuh yang luar biasa besarnya. Jika tidak mundur, pasti mati! Demikianlah yang dirasakan Guren.
Namun, aura membunuh itu mengikutinya. Mengikuti Guren yang telah mundur ke belakang, begitu saja.
Karena itulah, Guren melepaskan hunusan pedangnya, ke arah aura membunuh itu berasal.
Dan, TRAAANG!
Terdengar bunyi suara nyaring tinggi, yang dihasilkan dari benturan benda yang berbahan logam.
Dan Guren pun menatap tajam ke depan.
Dihadapannya, entah sejak kapan, berdiri sesosok gadis nan cantik.
Dengan rambut panjang berwarna abu-abu yang indah dan berkilau.
Dan tatapan mata yang dingin.
Serta bibir yang berona merah muda.
Dialah Mahiru.
Hiiragi Mahiru, ada di hadapannya.
Tangannya, mengenggam pedang berwarna hitam pekat. Pedang Jepang.
Pedang Jepang berwarna hitam pekat itu, mendorong Kujyakumaru Guren yang berwarna merah darah, dan pada saat yang kritis terdengar benturan di antara keduanya.
Guren menatap wajah dari pemilik katana­ tersebut.
“ ..... Mahiru, ya?” Guren menyebut nama gadis itu.
Mendengar itu, Mahiru tersenyum. Entah kenapa, wajahnya menunjukkan sedikit rasa senang, dan juga ekspresi ceria.
“A, kau sudah tidak memakainya ..... bahasa sopan, yang kau gunakan seperti saat di ruang UKS ....”
“Hah! Aku tidak perlu bersandiwara di hadapan pengkhianat Hiiragi, kan? Lagipula kekuatanku yang sebenarnya telah diketahui olehmu”
Dan Mahiru pun menatap Guren dengan wajah senang. Mahiru kemudian menganggukan kepalanya.
“Ya, sepertinya begitu ..... Lagipula sangat sedikit orang yang bisa menahan pedangku”
Mahiru pun kemudian memberi tekanan pada pedangnya. Kekuatan yang takterpikirkan, akan dimiliki oleh seorang gadis. Lebih tepatnya, kekuatan yang takterpikirkan, akan dimiliki oleh seorang manusa. Mungkin itu karena mantra sihir yang ditambahkan, atau mungkin saja itu berasal dari kekuatan yang lain. Guren yang tidak mengetahuinya, tertawa kecil.
“Menarik sekali. Apa kita mau coba bertarung untuk melihat siapa yang lebih kuat?”
Berkebalikan dengan perkataanya, Guren justru mundur kebelakang.
Melepaskan pedang Mahiru, dan setelah memasang kuda-kuda, Guren melepaskan serangan pedangnya.
Dan dalam waktu singkat, dua pedang pun saling berbenturan beberapa kali.
Namun, serangan pedang Mahiru sangatlah cepat.
Dan bahkan kekuatan Mahiru lebih kuat daripada Guren. Pedangnya pun lebih cepat daripada Guren.
Tetapi, dalam hal tehknik pedang, Guren lebih unggul. Karena itu, pertarungan ini berlangsung dengan sengit.
Tetapi,
“Si—al .... yang benar saja!”
Guren mulai terdesak.
Seraya saling menyerang, Guren terdesak mundur ke belakang.
“Aha~ kenapa? Bukannya tadi kau mau mencoba bertarung? Katanya kau mau memperlihatkan kekuatanmu, kan?”
“Brengsek! Jangan belagu, kau!”
Dan Guren kembali selangkah mundur ke belakang. Guren memasukkan tangan ke saku seragamnya, dan berpura-pura mengeluarkan kertas mantra.
Mahiru pun merespon hal tersebut.
“A, jadi kau mengakui bahwa kau tidak akan bisa menang hanya dengan pedang sa—“
“Berisik, kau”
Namun, Guren tidak mengeluarkan kertas mantra. Itu hanyalah sebuah gerakkan tipuan. Dan dengan segenap kekuatannya, Guren justru mengunuskan pedangnya menembus udara.
“Uwawawa”
Mahiru pun panik. Dia bermaksud untuk menangkis serangan tersebut, namun tidak sempat. Pedang Guren langsung terhunus menuju ke dada Mahiru, tetapi,
“..........”
Sebelum pedannya itu menusuk jatung Mahiru, gerakkanya terhenti.
Melihat itu, Mahiru pun menatap tajam pedang yang terarah ke jantungnya, dan tetawa.
“Luar biasa ...... kau benar-benar kuat sekali, ya, Guren. Jangan-jangan itu demi aku?”
Namun, Guren menarik pedangnya, dan berkata.
“Bukan”
“Wah, bukan, ya?”
“Ya. Bukan. Jangan buat aku mengatakannya berkali-kali, dong”
Mendengar itu, Mahiru terlihat tidak puas, dan dia pun mengigit bibir bawahnya. Dan Guren tahu, apa arti ekspresi yang ditunjukkan olehnya. Wajah yang berkali-kali dilihatnya semasa anak-anak. Wajah kesal Mahiru, saat dia berkali-kali dan berkali-kali bertanya pada Guren, apakah Guren menyukainya. Namun Guren hanya menjawab bahwa itu menyebalkan.
Lalu Mahiru pun menatap Guren.
“Begitu, ya .... Padahal aku, menjadi kuat karena ingin bersamamu, Guren”
Ujar Mahiru, dengan nada suara yang terdengar sedikit manis.
Guren pun menatap tajam Gadis itu,
“Lalu, akhirnya, kau bekerja sama dengan Gereja Hyakuya, dan memulai peperangan?” Tanya Guren kemudian.
Pada saat itu, suara-suara teriakan juga masih terdengar di sekitar mereka.
Suara dari peperangan masih terus terdengar.
Masih terus terdengar suara pertarungan antara Pasukkan Unit Pusat Mikado no Oni dengan para pembunuh gelap dari Gereja Hyakuya.
Dan di tengah-tengah pertempuran itu.
Di tengah-tengah suara teriakkan dari para murid------Mahiru, tertawa gembira dengan kejamnya, dan seakan menikmatinya.
“Fu, fufu .... yang namanya kekuatan itu, begitu kita dapatkan, sangat menyenangkan. Tapi, kau juga merasakan hal yang sama, kan, Guren? Untuk bisa membuat tubuh menjadi kuat sampai seperti itu, pastinya, kalau kita tidak sangat sangat terobsesi dengan kekuatan, itu akan mustahil, kan Guren~?
“..........”
“Tapi, batas tubuh itu memang sampai situ, kan. Lebih dari ini, kita tidak bisa pergi ke daerah di atas itu.
“ .....atas? Apaan tuh?
Begitu Guren menanyakan hal itu, Mahiru mengangkat pedang yang ada di tangan kanannya ke langit, dan berkata.
Dengan mengecilkan tatapan matanya, menatap serius.
“Kubilang, jauh lebih di atas!”
Dan dia lantas mengayuh jatuh pedangnya ke bawah.
Pedang itu kemudian bersinar hitam. Dan di saat yang bersamaan, udara yang menjadi lintasan dari ayuhan pedang Mahiru terlihat bagaikan terbelah. Di tambah lagi, permukaan tanah pun menjadi terbelah. Terbelah tepat menjadi dua. Belahan yang seakan dihasilkan karena tanah hancur oleh sesuatu yang terjadi, entah apa itu. Ujung dari belahan ini, bahkan memanjang hingga ke seberang asap.
Kekuatan itu, sudah bukan lagi kekuatan yang bisa dimiliki oleh manusia.
Jika saja Mahiru, menggunakan kekuatannya saat ini sejak awal, kemungkinan besar, Guren sudah mati di saat tebasan pertama Mahiru.
Mahiru pun melihat Guren, dan tersenyum.
“A, kau terkejut? Ini luar biasa, kan. Ini adalah senjata kutukan iblis yang disebut kiju. Ini adalah gabungan dari struktur sihir Hiiragi dan Gereja Hyakuya. Dengan ini, kita akan bisa mengikat kontrak dengan iblis yang selama ini berada di atas kita dan tidak tersentuh. Iblis itu akan bersemayam di senjata ....”
Hanya segitu penjelasan dari Mahiru, namun sudahlah cukup.
Itu karena Guren sudah mengetahui istilah yang disebut “Kiju
Di antara ilmu kutukkan, “Kiju” adalah yang memiliki tingkat pengendalian yang tersulit.
Secara langsung dapat memanggil iblis dewa, yang disebut dengan shinki atau kokki yang merupakan iblis hitam. Memanggil dewa iblis, lalu menyegel di senjata dewa yang disebut jin’gi, dan lantas memanfaatkan mereka.
Senjata yang digunakan untuk menyegelnya adalah senjata yang ada pada umumnya.
Pedang.
Kampak.
Panah dan lain sejenisnya.
Senjata itu adalah senjata yang disucikan dan disimpan di dalam tempat suci seperti kuil dan sejenisnya selama bertahun-tahun, lalu menyegel iblis di dalamnya, dan kemudian digunakan.
Namun katanya, hal itu masih mustahil untuk diwujudkan di bidang ilmu sihir dewasa ini, meskipun telah sempurna secara teori.
Lagipula, walaupun hal itu memungkinkan, namun untuk dapat menyempurnakannya, seharusnya diperlukan beribu-ribu, atau berpuluh-puluh ribu unit percobaan pada tubuh manusia.
Dengan pengetahuan ilmu sihir dewasa ini, belumlah mampu menyegel iblis di dalam senjata. Sebaliknya, pengguna dari senjata tersebut akan dikuasai jiwa dan raganya oleh iblis, dan akan membuat sekitarnya terjatuh dalam petaka.
Dan saat telah menjadi iblis, mereka akan kehilangan inderanya sebagai manusia, juga akan kehilangan ingatannya. Mereka hanya dan hanyalah akan menjadi monster yang hanya akan merasa bahagia jika memakan manusia.
Oleh karena itulah, struktur ilmu sihir yang disebut dengan kiju ini, secara keseluruhan, dilarang diteliti, setidaknya di dalam Mikado no Tsuki yang dipimpin oleh keluarga Ichinose. Tentu saja, Ichinose sendiri, tidak memiliki kekuatan tekhnologi dan juga biaya yang dapat membuat mereka mampu melakukan penelitian tersebut.
Namun,
“..........”
Dan sekarang, senjata yang dibawa oleh gadis itu, katanya adalah senjata yang dilengkapi dengan kiju.
Namun, gadis itu masih terlihat seperti manusia.
Karena itulah Guren bertanya.
“.....apakah kalian berhasil menyempurnakan kiju?”
Kemudian, Mahiru tertawa riang gembira dan berkata.
“A, ternyata kamu memang penasaran? Apa kau terpikat oleh kekuatan yang baru dan juga kuat?”
“Sudahlah, jawab saja”
“Oke, tidak masalah”
Mahiru pun mengangkat pedang katana berwarna hitam pekat miliknya, dan berkata kembali.
“Senjata ini, ya ... mungkin tinggal sedikit~~lagi, akan menjadi sempurna, lo. Tapi, ya, Guren. Jika ada senjata ini, kita sudah tidak perlu takut apapun lagi, kan?”
“..........”
“Bahkan kita tidak perlu mengkhawatirkan Hiiragi atau siapapun itu”
“..........”
“Bahkan, jika ada senjata ini, kita juga bisa membunuh para vampir itu, yang memperlakukan manusia bagaikan hewan ternak. Jika senjata ini telah bisa disempurnakan, selama ada sen—“
Namun Guren memotong perkataan itu, dan berkata.
“Hah, jangan gila! Lalu, sebenarnya sudah berapa orang yang kalian korbankan untuk itu? Sudah berapa orang kalian persembahkan, untuk percobaan itu?”
Mendengar itu, Mahiru pun lantas menatapkan pandangannya ke arah Guren dan berkata.
“Wah, kata-kata yang indah sekali, ya? Kau ini berbicara, seakan-akan kau bisa sampai tahap ini, tanpa mengorbankan apapun, lo ..... tapi, kau bercanda, kan? Aku rasa, kau pasti juga mengorbankan sesuatu, sebagai ganti dari kekuatan yang kau punya, kan?”
“..........”
“Lagipula, kita juga sudah sama-sama mengetahuinya, kan. Pada hari itu. Di bawah langit biru itu, di atas hamparan padang rumput. Kita tahu bahwa jika kita tidak memiliki kekuatan, maka kita tidak akan bisa melindungi apapun. Kita tidak bisa melindungi orang yang kita sukai. Kita tidak bisa melindungi apa yang berharga bagi kita. Karena itu kita menginginkan kekuatan. Aku dan juga kamu .... Benar, kan, Guren.”
Gadis itu berkata demikian seraya mengulurkan tangannya kepada Guren.
Dan lalu berkata lagi.
“Maukah kau pergi bersamaku? Jika kau pergi bersamaku, aku pun akan memberimu kekuatan. Apakah kau mau bersama-sama denganku menyempurnakan kekua—ku .... kaku ... kekuat ....”
Namun, entah kenapa kata-kata itu terbata-bata di tengah-tengah.
Dengan ekspresi yang menderita, gadis itu tiba-tiba mencengkram bagian dada dari baju seragam sailor-nya.
Dan tiba-tiba, nada suaranya berubah.
Lebih kekanak-kanakan. Nada suara yang seakan, akan menangis.
“Kyaaaaa! Tidak, Guren! Aku sudah ........ aku sudah, sudah dirasuki ......... Kiju itu, percobaan ini, gagal ...... aku ..... aku sudah ........ tidak lagi ada di ..... Diam! Diam! Aku tidak dirasuki! Aku memiliki lebih banyak kekuatan ..... lebih, dan kekuatan yang lebih .....”
Ujarnya demikian.
Dan kemudian lengan kanan Mahiru bergetar.
Begetar gemetaran takkaruan.
Kamudian, dari katana hitam pekanya, bergeliat-geliat pola hitam, yang berjalan berpindah ke lengan Mahiru.
Bagaikan sebuah kutukkan.
Bagaikan sebuah kutukkan yang mengutuk Mahiru, katana itu, mulai menguasai lengan Mahiru. Dan kemudian, bentuk dari lengan Mahiru berubah. Kuku jari-jarinya mulai memanjang, dan Mahiru mulai berubah bagaikan binatang buas, kemudian,
“Ups, gawat!”
Saitou yang berada di belakang punggung Mahiru berkata demikian. Dia kemudian melesatkan rantainya, dan membelit-belit dengan sangat erat lengan kanan Mahiru.
“Sepertinya, kita melebihi batas waktu, nih. Cukup sampai situ, Mahiru-san. Kau masih belum bisa memakai senjata itu, lebih dari ini”
Dengan kata-kata itu, ekpresi wajah Mahiru kembali seperti semula.
Wajah yang tenang.
“ ...... ya, sepertinya begitu. Ayo kita kembali”
Namun, melihat hal itu, Guren manatap tajam Saitou dan berkata.
“Brengsek, apa yang kau lakukan ke Mahiru?”
Dan Saitou pun menjawab.
“Jika kau ingin tahu lebih jelas, maka kau pun harus bergabung denga Gereja Hyaku—“
Namun, Guren mengacuhkan hal itu, dan sekali lagi,
“Aku tanya! Apa yang kau lakukan ke Mahiru!!”
Dan Guren pun melompat. Menghunuskan katana merah darahnya, bermaksud hendak menjatuhkan Saitou.
Namun, Mahiru menganggu keinginannya tersebut.
Dia berdiri di depan Saitou, seraya mengayuhkan pedangnya yang berwarna hitam itu.
Katana berwana merah dan katana berwarna hitam itu pun saling berbenturan.
Namun kali ini, benturan itu tidaklah menghasilkan suara benturan dari dua benda yang terbuat dari logam.
Pedang Guren---------Kujyakumaru, dengan mudahnya dipatahkan.
Dan katana hitam yang dilengkapi dengan kiju itu, terhunus di depan leher Guren, dan terhenti.
Walaupun mudah baginya menebas leher Guren, namun gadis itu menghentikan pedangnya, dan berkata.
“ ....... dengan ini, kita impas. Karena tadi kau tidak membunuhku. Yah, walaupun aku tidak akan mati meskipun kau menusuk jantungku, sih”
Gadis itu berkata demikian.
Meskipun jantunya ditusuk, dia tidak akan mati------kalau seperti itu, dia sudah tidak lagi bisa disebut dengan sebutan manusia.
Namun, Guren melihat pedang yang terhunus ke arah lehernya itu, dan berkata,
“....... aku juga. Walaupun kau menebas leherku, aku tidak akan mati”
“Ahaha, itu sih, mustahil. Karena kau ini masih seorang manusia. Tapi, ternyata, Guren memang manarik, ya”
“Aku ini enggak menarik, oi”
“Fufufu. Em, Guren~~”
“Apa?”
“Aku sangat menyukaimu”
Seraya berkata demikian, gadis itu memeluk Guren. Dia menjijitkan tubuhnya yang mungil, meraih leher Guren, dan melingkarkan tangannya. Gadis itu berada sangat dekat dengan Guren, hingga Guren bisa mendengar suara napasnya. Hingga Guren bisa mendengar suara detak jantungnya.
Dan suara yang didengarnya itu, sama dengan suara yang pernah didengarnya, dahulu kala.
Di atas hijaunya rerumputan itu.
Di bawah langit biru yang luas tanpa satupun awan itu.
Namun saat ini, semua kondisinya telah berubah.
Semuanya telah berubah, hingga membuatnya merasa kesal.
Mahiru melepas pelukkanya dari Guren, dan berkata.
Berkata dengan tatapan lurus menatap Guren,
“Aku hanya akan bertanya sekali lagi, Guren. Apakah kau mau pergi bersamaku?”
Dan Guren pun menjawab pertanyaan itu.
“Wah, tidak, tuh”
“Kau akan mendapatkan kekuatan, lo?”
“Aku tidak tertarik”
“Ahaha, apa sepertinya aku, dibenci oleh Guren, ya .....”
Dan dengan wajah yang terlihat bersedih, gadis itu berkata demikian.
Namun Guren membalas perkataan tersebut dengan berkata,
“Bukan itu masalahnya. Hanya saja, kekuatan yang ingin aku capai, dan kekuatan yang kau inginkan itu berbeda”
“Sungguh?”
“Ya, sungguh”
“Oh, begitu .... Tapi, di mana, ya, jalan yang kita tempuh jadi berbeda?”
Guren tidak lagi tahu mengenai hal itu. Sudah sepuluh tahun berlalu. Dan selama sepuluh tahun berlalu, mereka berdua, sama-sama mengalami banyak hal. Selama sepuluh tahun ini, mungkin keputusan akan sesuatu, yang membuat jalan mereka berbeda.
Apakah berbedaan itu adalah hal yang menyedihkan, ataukah justru hal yang harus disambut gembira, Guren tidaklah mengetahuinya.
Namun, setidaknya Guren mengerti wajah Mahiru yang terlihat sedikit bersedih.
Mahiru pun berkata,
“ .......... kalau begitu Guren, akan kuberitahu kau satu hal yang bagus”
Mendengar itu, dengan kondisi panik Saitou,
“Mahiru-san. Itu adalah ....”
Namun Mahiru mengacuhkannya, dan melanjutkan perkataanya.
“Kuberitahu, ya. Natal di tahun ini, ya ... dunia akan mengalami kehancuran untuk satu kalinya, lo”
“Oh?”
“Sangkakala hari kehancuran akan berbunyi, dan virus akan menyebar. Jika menjadi begitu, maka pasti, dunia akan berubah menjadi dunia yang membutuhkan kekuatan, lebih dari kebutuhannya yang dimintanya sekarang. Dan jika begitu, pasti ... dan pasti, akan muncul keinginanmu terhadapku. Karena itu, ayo kita bertemu lagi pada waktu itu”
“Mahiru, kau ini, sebenarnya apa yang kau ....”
Namun sepertinya, Mahiru sudah tidak memiliki keinginan untuk menjawab apapun lebih dari ini. Hap, hap. Mahiru pun melangkah mundur kebelakang, bagikan sedang menari.
Dan dengan senyum manisnya, sekali lagi,
“Aku menyukaimu, Guren”
Dia berkata demikian.
“Ini adalah perasaanku yang sebenarnya. Karena itu, sampai kau menginginkanku ....... sampai hari dimana itu terjadi, aku akan menunggumu”
Dan kemudian gadis itu, menghilang di balik asap.
Kemudian Saitou pun dengan wajah yang terlihat sedikit kelelahan,
“Sepertinya kau jadi paham sebagian besar yang terjadi. Yah, tapi itu hanya yang umum-umun saja, sih. A, kalau kau mau menghubungi Gereja Hyakuya, sampaikanlah kepada Kepala Panti Asuhan Hyakuya, yang merupakan tempat dari anak yang bersamaku saat kita bertemu dua hari lalu itu. Panti asauhan Hyakuya-------pasti kau, tahu di mana tempatnya, kan?
“..........”
“Dengan begitu, kau akan terhubung denganku. Nah, kalau begitu, sudah saatnya aku pamit”
Saitou mundur seraya berkata demikian.
Dan yang tersisa di dalam selimutan asap itu, hanyalah Guren seorang.
Dia menatap tanpa bergeming, asap di mana Mahiru menghilang. Dia menatap langsung tanpa bergeming, ke arah di mana sosok Mahiru sudah tidak ada lagi. Kemudian, dilihatnya katana yang patah, yang dibawa tangannya.
Seharusnya, pedang kujyakumaru adalah pedang yang ditempa dengan kutukkan yang kuat, dan terlahir dari teknik sihir dari raja ilmu gaib, yang disebut dengan myo-ou. Seharusnya itu bukanlah logam yang bisa dipatahkan dengan mudahnya.
Tetapi,
“Dipatahkan dengan mudahnya ....... apa itu sebenarnya?”
Guren berguman dengan wajah terkejut.
Dan lagi, sebenarnya, saat ini dan di tempat ini, apakah yang sebenarnya terjadi, Guren tidak bisa memahaminya.
Apa yang ingin Mahiru perbuat?
Apa yang akan terjadi saat natal?
Sebenarnya, seberapa kuatkan kekuatan yang tersembunyi di dalam senjata yang disebut dengan kiju?
Guren dipenuhi dengan hal-hal yang takbisa dimengerti olehnya.
“Sial! Menyebalkan!”
Bagaikan seorang anak kecil, Guren menunjukkan wajah ketidakpuasannya.
Dan pada saat itulah, dengan cepat asap mulai menipis. Sepertinya asap itu, adalah asap yang dibuat menyelimuti dengan jurus sihir. Karena itu, bersamaan dengan mundurnya pasukkan dari Gereja Hyakuya, maka asap itu pun mulai menghilang.
Lalu,
“..........”
Dan pemandangan yang terlihat begitu asap itu menghilang adalah, neraka.
Lapangan yang luas, diwarnai oleh darah.
Para murid yang terluka.
Anak perempuan yang hanya bisa menangis terisak-isak.
Anak laki-laki yang tetap diam berdiri, seakan-akan dia tersesat.
Anak laki-laki yang berusaha mati-matian memberikan napas pertolongan kepada kawannya, yang jelas-jelas telah tewas.
Mayat dari pada murid.
Mayat dari pada guru.
Dan juga, lautan darah.
Di antara mayat-mayat itu, tidak nampak orang yang berpakaian serba hitam. Para murid yang setiap hari, dengan sombongnya membodoh-bodohi Guren hingga keterlaluan, apakah tidak bisa membunuh satu orang pun pembunuh gelap dari Gereja Hyakuya?
Ataukah, agar identitasnya tidak terungkap, maka orang-orang dari Gereja Hyakuya, mengumpulkan jasad dari kawan-kawannya yang telah mati?
Tetapi, mau bagaimanapun juga, pada peperangan pertama ini, Hiiragi telah kalah telak.
Hal itu karena, Hiiragi tidak tahu sosok dari lawan yang menyerang mereka, dan musuh dengan suksesnya melarikan diri. Ditambah lagi pemandangan ini,
“......... mereka, kacau sekali, ya .....”
Guren berkata seakan mengeluh. Dia lalu mengumpulan dan memasukkan kembali katana miliknya yang patah ke dalam sarung pedang yang ada di pingganya.
Dan pada saat itulah,
“Ka-ka ..... kau, masih hidup!?”
Tiba-tiba terdengar suara anak perempuan.
Dan saat Guren berbalik ke arah suara itu, Juujou Mito ada di sana. Tetapi, seluruh tubuh gadis itu pun, dipenuhi dengan darah.
Entah apakah itu adalah darah dari gadis itu sendiri, ataukan cipratan darah dari lawannya.
Guren melihat Mito, dan berkata.
“Kau, darah ditubuhmu itu ....”
Bukan darahmu sendiri, kan?
Guren bermaksud berkata demikian. Tetapi, gadis itu mengacuhkannya, dan langsung melompat ke arah Guren. Entah karena alasan apa, gadis itu melompat ke arah dada Guren seraya menangis,
“Syu—syukurlah! Syukurlah kau masih hidup!”
Mito menangis sambil berteriak demikian. Gadis itu gemetaran. Badannya yang ramping itu, bergetar hebat.
“Se-semuanya mati .... padahal aku berusaha mati-matian menyelamatkan mereka, tetapi, me-mereka semua ....”
Guren tidak tahu apa yang harus dia perbuat pada saat itu, sehingga Guren pun menjadi sedikit kebingungan. Kemudian, agar bisa membuat Mito berhenti gemetaran, Guren pun memeluk pundak Mito dengan lembut.
Lalu, sepertinya, gadis itu pun mulai dapat tenang sedikit. Guren kemudian berkata pada Mito yang mulai tenang,
“Tenanglah. Yang penting sekarang, jawablah pertanyaanku”
“Ya .......”
“Apakah kau terluka? Saat ini, mungkin kau tidak merasakan sakit karena masih merasa terguncang, tetapi ....”
Namun, Mito menggelengkan lehernya dengan kuat.
“A-aku tidak apa-apa. Tidak ada luka fatal ....”
“Oh, begitu. Kalau begitu, baguslah”
“Ta-tapi, semuanya ... teman sekelas kita, mereka ......... Selain itu, aku juga ..... aku juga. Jika aku tidak didorong olehmu, aku pasti akan terkena ledakan itu dan ....”
Wajah gadis itu pun, kembali diselimuti rasa takut. Dan dia masih berada di dalam pelukkan erat di dada Guren.
Kemudian pada saat itu,
“Astaga, kalian ini, sejak kapan hubungan kalian menjadi seperti itu?”
 Dan terdengarlah suara yang sepertinya terkejut.
Itu suara dari Goshi.
Saat Guren melihat ke arah suara itu, di sanalah terdapat sosok dari anak laki-laki dengan tatapan mata liar dan rambut kuning, seperti biasanya.
Lalu, Mito pun melihat Goshi.
“Goshi! Kau pun masih hidup!”
Suaranya terdengar bergembira.
Melihat itu, Goshi pun merentangkan kedua tangannya,
“Ah, jadi dengan cara ini kau memikat anak perempuan? Nah, kalau begitu, silakan, silakan, ayo”
Ujar Goshi. Namun, entah kenapa, Mito tidaklah melompat ke dalam pelukkan dada Goshi.
Melihat hal itu, Goshi pun melihat ke arah Guren dengan wajah yang tidak puas.
“Menurutmu, apa maksud dari tindakan tidak adil ini, Guren?”
“Hem, kau sebut namaku? Aku justru merasa penasaran kepada orang yang tiba-tiba ‘tidak’ memanggilku dengan nama marga lagi, sih”
Mendengar pernyataan itu, Goshi tertawa dan berkata,
“Wah, ah~gimana, ya. Jika aku tidak diselamatkan olehmu, aku pasti mati. Jadi, kau ini seperti penyelamat nyawaku?”
“Lalu kau tidak lagi memanggil penyelamat nyawamu dengan nama marga?”
“Karena temamu hanya sedikit, kau pasti senang, kan?”
“Mati sana”
“Ahaha, yah, kita sudahi dulu bercandanya. Sepertinya kondisi ini menjadi sangat kacau sekali, ya”
Goshi pun mengamati sekelilingnya.
Mengamati mayat dari kawan-kawannya.
Mengamati para murid yang berlumuran darah.
Pada saat itu, Pasukkan Unit Pusat yang datang dari Mikado no Oni, mulai memberikan perawatan kepada yang terluka. Namun kekacauan yang ada tidaklah berubah.
“Pemandangan i---ni, tidak mungkin terpikirkan kalau ada di tengah-tengah kota Shibuya, kan”
Goshi berkata demikian. Dia lalu memandang ke arah Guren dan berkata.
“Ngomong-ngomong, kau ini, kan, benar-benar lemah, tapi masih bisa bertahan hidup, ya?”
Mendengar itu, akhirnya Mito melepaskan dirinya dari pelukkan di dada Guren, dan meangguk-angguk tanda setuju dengan pernyataan Goshi.
“Bagaimana caramu menghindari serangan rantai dari si hitam-hitam itu?”
Dengan itu, maka Guren pun mengerti bahwa di luar asap yang mengepung dirinya, orang-orang dari Gereja Hyakuya juga mengamuk dengan ganas.
Guren pun menjawab hal itu.
“.......itu, sih, karena, a, apa, ya. Itu karena aku terus berjongkok”
“E?”
“Hah?”
Ujar Mito dan Goshi.
Lalu Guren pun memberikan penjelasan.
“Em, ya .... aku terus saja berjongkok, dan semuanya telah selesai” Begitulah penjelasannya.
Mito pun melihat ke arah Guren dengan wajah terkejut, lalu kemudian saling bepandang-padangan dengan Goshi, dan akhirnya tertawa lepas kendali.
“Kau ini, benar-benar ya ....”
“Tapi, kok, orang sepertimu, bisa menyadari serangan pertama, ya?”
Guren lalu menggerakkan bahunya, memberikan gerak isyarat yang menyatakan, entahlah dan berkata,
“Karena aku merasa bosan, jadinya aku terus-terusan melihat langit, sih”
Dan kemudian keduanya kembali tetawa.
Namun nada tertawa dari mereka, bukanlah nada tawa yang membodoh-bodohi Guren. Melainkan tertawa yang sepertinya menunjukkan bahwa rasa tegang mereka tiba-tiba mencair, dan mulai merasa tenang.
Setelah puas tertawa hingga air mata keluar, mereka bedua pun terdiam.
Setelah melihat para murid yang terluka di sekitar mereka, Goshi berkata
“ ....tapi, sekarang ini, bukan saatnya untuk tertawa, kan?”
Dan Mito pun kemudian mengangguk.
“Yup!”
“Kawan-kawanku terbunuh. Dan aku bukanlah orang yang dibesarkan untuk bisa tetap diam dan tenang, saat melihat hal itu”
“ .......yup”
“Kita harus membalas mereka”
Itulah yang dikatakan Goshi. Dan Mito pun kembali berkata,
“Yup”
Seraya memberi anggukkan kecil.
Guren melihat tindakan mereka bedua, kemudian berpikir.
Membalas mereka--------------tetapi, siapakah lawan sebenarnya, yang mereka harus balas itu?
Apakah Gereja Hyakuya?
Ataukan orang yang ada di balik semua ini, yaitu Mahiru?

Dan pada saat itulah, Guren tiba-tiba teringat kepada Mahiru, saat dia masih anak-anak. Wajah Mahiru yang polos. Sifat dari anak-anak, dengan senyum yang salah memahami dan merasa, semua yang ada di dunia, berada di tangannya.
---------------Hei, Guren.
Mahiru, selalu menyebut nama itu dengan nada gembira.
---------------Em ... kita ini ... anu, kita ini, apa bisa kita menikah, ya ...?
Mahiru selalu berkata demikian, dengan senangnya.
--------------- Yah, seperti saat sekarang ini. Apa kita bisa selalu bersama, ya ...?
Guren mendongakkan wajahnya.
Di tengah-tengah halaman sekolah yang dibanjiri oleh darah, Guren menatap ke atas langit, yang seperti biasa, selalu biru nan luas tanpa satupun awan.
Namun, perasaan Guren sangatlah tidak enak.
Perasaan yang sangat kesal karena segala sesuatu yang terjadi, hingga rasanya nafasnya serasa akan terhenti.
“Guren”
Lalu, terdengar suara.
Suara Shinya.
Sepertinya, Shinya juga bisa bertahan hidup.
Dan Guren pun menatap ke arah Shinya.
Seluruh tubuh Shinya, dipenuhi oleh darah. Dia menatap Guren dengan wajah yang muram, dan berkata.
“Mahiru ... Mahiru menghilang”
“..........” Guren hanya terdiam.
“Sepertinya dia diculik”
Meskipun Shinya tahu bahwa yang menjadi pengkhianat adalah Mahiru, namun dia berkata demikian. Itu artinya, Shinya benar-benar membenci Hiiragi. Sepertinya perkataannya bahwa dia ingin menghancurkan Hiiragi, adalah sebuah hal yang jujur.
Lalu,
“Lalu setelah ini, apa yang akan kita lakukan?”
Namun, pada saat itu, Guren tidak bisa menjawabnya. Banyak hal yang terjadi.  Dan saat ini, Guren sudah tidak lagi memiliki kekuatan, untuk menjelaskan satu per satu hal yang terjadi.
Karena itu, Guren bekata.
“Kenapa kamu menanyakan soal tunanganmu, yaitu Nona Mahiru,  kepada saya?”
Mata Shinya pun terbuka lebar karena terkejut mendengar itu. Kemudian Shinya menyadari keberadaan Mito dan Goshi di tempat itu.  Dan wajah Shinya pun berubah ekspresi, seakan-akan hendak berkata kepada Guren apakah kau masih berniat melanjutkan sandiwara bodohmu itu? Namun,
“ ......kau, ini ...” hanya itulah yang bisa terucap oleh Shinya. Guren memberi tawa yang mengesalkan, dan membalas.
“ .... mengesalkan, ya?”
“ ........ kalau kau tahu, maka hentikanlah!”
“Hahaha. Tapi, aku sekarang kelelahan. Kita bicarakan ini nanti saja, ya”
Shinya pun menatap Guren, dan berkata.
“Memangnya masih sempat jika kita bicarakan nanti?”
Guren lalu menunjuk sekelilingnya, yang dipenuhi oleh mayat-mayat.
“Bukannya masih sempat, tapi sudah terlambat, kan”
Lebih tepatnya, jika sekarang kita mengejar musuh yang sudah berada lebih jauh dari kita, pasti akan membutuhkan banyak waktu. Kita harus menggunakan otak kita mati-matian, untuk mengumpulkan informasi, dan perlu persiapan yang matang.
Dan lagi, saat ini Gereja Hyakuya dan Mahiru, sudah berada lebih jauh daripada kita.
Jelas Guren kepada Shinya.
Shinya pun mengangguk.
“Kalau kau berpikir begitu, maka baiklah” ujar Shinya.
Shinya lalu membalikkan arah, dan pergi menghilang.
Melihat hal itu, Goshi pun,
“Apa yang sebenarnya, sedang kalian bicarakan tadi?”
Tanyanya kepada Guren, namun Guren hanya menggelengkan kepalanya dan menjawab,
“Apa, ya?”
“Ngomong-ngomong, apa benar Nona Mahiru diculik, hah? Bukannya itu gawat, ya?”
Goshi menanyakan hal-hal semacam itu, namun Guren tidak mendengarkannya.
Langit berwarna biru.
Benar-benar berwarna biru yang indah.
Dan kemudian, dengan tenang dan pelannya, sebuah awan kecil mulai datang berjalan.
Guren memadang hal itu.
“.....perang, sudah dimulai, ya?”
Guren menggumamkan hal itu, dengan nada yang terdengar bosan.