Kata Penerjemah:
Ehem… saya bingung mau tulis apa di sini, jadi saya kasih aja gambar Stella di anime yang *semoga ga spoiler* ga ada di novelnya.
Seperti yang saya bilang adegan ini tidak ada di anime, dan ada beberapa perbedaan antara anime dan novel. Sebenarnya ada perbedaan lain, tetapi agar tidak kepanjangan jadi tidak akan saya bahas sekarang.

Next topic, masalah judul bab ini. Jujur saya bingung apakah harus diterjemahkan atau tidak. Karena tidak ada kejelasan dari cerita maupun setelah browsing di semua website di bahasa yang saya mengerti, apakah ini nama atau bukan. Untuk aman saya anggap nama jadi tidak saya terjemahkan dan tetap Rebellion. Untuk keamanan extra sudah saya tanya penerjemah lain jadi harusnya aman… Hehehe...

Lalu di bab 3 ini juga muncul karakter baru, Alice. Yah… biasanya saya kurang tertarik dengan karakter seperti Alice ini, tapi dia salah satu karakter utama di sini. Mungkin beberapa kaum hawa ada yang menyukai tipe seperti ini.

Ngomong-ngomong ada sedikit kata-kata kasar di bab ini, berhubung saya jarang menggunakan kata-kata seperti ini, semoga kesan yang disampaikan bisa didapatkan oleh pembaca.

Berita baik hari ini (pada saat kata penerjemah ini ditulis 2 november 2015), baka tsuki sudah merilis prologue volume 4, akhirnya ada bacaan buat saya… *w*

Ok segitu aja, selamat menikmati


RAKUDAI KISHI NO EIYUUTAN
JILID 1 BAB 3 BAGIAN 1
REBELLION


Bagian Satu
Shizuku Kurogane mencintai seorang laki-laki. Dia satu-satunya orang yang menunjukkan senyum ramah di antara banyak orang dewasa berwajah muram pada saat dia anak-anak, kakak kandung laki-lakinya yang lebih tua satu tahun, Ikki Kurogane. Shizuku mencintainya, jadi dia mendadak menciumnya pada saat mereka bertemu kembali
Tetapi Shizuku tidak melihat Ikki seperti itu pada awalnya.
Empat tahun lalu, dia mencintainya hanya sebagaimana semestinya adik perempuan, dan walaupun perasaannya berubah ketika Ikki meninggalkan rumah, perpisahan itu belum berbentuk cinta sebagai perempuan di hatinya. Tidak, itu hanya membuat Shizuku sadar bagaimana orang tuanya, kakak laki-lakinya yang pertama, dan saudara-saudaranya mengabaikan Ikki. Mengapa dia tidak menyadari penderitaan kakaknya sebelum dia menghilang, walaupun dia begitu dekat kepadanya? Dia tersiksa oleh penyesalan tanpa akhir, yang akhirnya berubah menjadi kemarahan kepada keluarganya yang mengganggu kakaknya yang lembut bahkan setelah dia memutuskan hubungan, hanya karena dia tidak memiliki cukup bakat. Hanya karena “Melahirkan ksatria Rank F akan menodai nama keluarga.”
Jadi Shizuku Kurogane memutuskan, siapa peduli soal “tabu”? Siapa yang peduli jika ayah mereka, ibu mereka, jika seluruh dunia tidak lagi mencintai Ikki? Dia akan menggantikan mereka mencintainya, cukup sehingga tidak ada orang lain di dunia ini yang begitu dicintai.
Tetapi kemudian sesuatu yang tidak bisa diterima terjadi: orang yang menyatakan dirinya pelayan Ikki, Stella Vermillion. Shizuku tahu hanya dengan melihat bahwa Stella tertarik pada kakaknya dan menggodanya dengan alasan itu. Perempuan itu, perusak pemandangan, berani-beraninya mencoba melewati batas dengan Ikki. Bahkan hari ini, setelah skors Shizuku telah berakhir dan dia mengundang Ikki ke bioskop untuk merayakannya, Stella mengganggu dan meminta ikut dengan mereka.
Shizuku tidak tahan dengan ini. Kakaknya, karena kebaikannya, mengizinkan Stella ikut setelah mendengar alasan seperti “aku tidak tahu tentang negara ini dengan baik jadi aku mau mencari tahu lebih banyak”. Shizuku marah, tentu dia marah kepada Stella, bukan kepada Ikki, karena Shizuku menganggap kakaknya adalah laki-laki paling hebat. Dan itu sebabnya dia tidak bisa menerima Stella menempel di sekitar Ikki.
"…Perempuan itu."
Teman sekamar Shizuku, Nagi Arisuin, tersenyum melihat dia cemberut.
"Wah, bad mood lagi hari ini. Apa ada yang terjadi dengan putri lagi?"
"…Ya."
Baru selesai mandi, Shizuku menjawab dengan kemarahan yang mendidih sementara Arisuin menyisir rambutnya. Dia biasanya berbicara dengan sopan, bahkan dengan Stella dan tentunya kakaknya, tetapi dia tidak terlalu menahan diri di sekitar Arisuin. Ekspresinya tidak sedingin biasanya juga; dia cemberut, yang dapat dengan mudah dilihat Arisuin.
"Haha. Gadis yang jatuh cinta benar-benar susah."
Shizuku sudah menjelaskan semuanya ke teman sekamarnya. Sejak ikki meninggalkan rumah, sifat pemalunya berubah menjadi sifat penuh curiga sehingga biasanya dia meremehkan orang tanpa peduli gendernya. SIapa yang seharusnya dia percaya di dunia ini di mana orang tua bisa tidak memiliki perasaan kepada anak-anaknya? Namun dia menceritakan Arisuin mengenai cintanya meskipun dia bertemu orang ini baru sekitar seminggu.
Kelihatannya menyenangkan mengobrol dengan Alice….
Arisuin mendengarkan ceritanya, dan membiarkan dia berbicara semaunya. Ketika Shizuku merasa senang akan sesuatu, Arisuin juga ikut senang, tetapi tidak ikut campur di urusan yang tidak diceritakan Shizuku. Shizuku mempunyai kakak laki-laki, tetapi Arisuin menjadi contoh yang sempurna sebagai kakak perempuan, jadi Shizuku kadang bercerita terlalu banyak.
"Hey, Alice."
"A~pa?"
"…Apa kamu pikir aneh bagi adik perempuan mencintai kakak laki-lakinya?"
Shizuku tahu dia bersikap kekanak-kanakan, jadi mengapa dia menanyakan pertanyaan yang tidak penting ini? Ini karena dia mau Arisuin menebak perasaannya, dan memberikan jawaban yang berbeda.
"Normalnya, tentu saja. Aku pikir orang-orang tidak bisa menerima sesuatu seperti itu. Kamu seharusnya tahu itu bahkan tanpa aku bilang, bukan? Tetapi kalau kamu tetap mencintainya, maka aku pikir itu cinta yang sesungguhnya dan luar biasa."
Seperti biasa, Arisuin menebak dengan benar.
"Maaf, Alice. Aku menanyakan sesuatu yang menyedihkan…."
"Wah wah, tidak apa-apa. Melihat kamu memikirkannya seperti itu, aku pikir cintamu itu sesuatu yang benar-benar mengagumkan."
"Terima kasih. Aku sama sekali tidak malu mengenai apa yang aku rasakan. Tetapi tetap, aku cemas apakah Onii-sama mau menerima aku."
"Itu masalah kesabaran, kurasa. Kalau dia menyayangimu sebagai adik, maka akan cukup sulit menjadi seorang wanita di matanya. Tuan putri punya keuntungan tidak perlu menghadapi rintangan itu."
"Ooh…."
Analisis Arisuin yang tenang membuat Shizuku muram. Sebenarnya, dia tidak sebuta itu tentang pemikiran umum. Dia tahu dia seharusnya tidak memaksakan dirinya ke kakaknya, tetapi dia perlu mendekatinya bahkan walau itu berarti beberapa sekrup di otaknya harus dilonggarkan sedikit.  Dia perlu mengubah pandangan Ikki dari adik menjadi perempuan, kalau perlu menyerangnya. Jarak di antara mereka sudah menjauh setelah empat tahun, dan jika dia tidak menutup itu, dia tidak akan punya kesempatan sama sekali. Tetapi serangan yang berlebihan akan menjauhkan kakaknya kalau tidak ada daya tarik. Ikki mungkin tidak menyayanginya sebagai adik lagi suatu hari nanti. Shizuku gelisah mengenai ini, dia bisa menangis kapan saja.
Arisuin merasakan Shizuku depresi.
"Jangan membuat muka sedih seperti itu. Bagaimanapun, lawanmu mempunyai masalah sendiri dengan status sosial. Dan tidak ada laki-laki yang benci didekati dengan perempuan yang tegas. Kalau perempuan itu semanis dirimu, itu lebih menarik."
Tetapi apakah itu benar…?
Shizuku tidak tahu apakah dia seperti yang dikatakan Arisuin, tetapi kalau Arisuin bilang laki-laki seperti itu, maka memang itu kebenarannya. Arisuin jelas memahami laki-laki lebih dari dirinya.
"Terima kasih, Alice. Aku merasa lebih baik sekarang."
"Sama-sama~ …Tetapi tetap, sebuah ciuman seperti itu tepat setelah bertemu sedikit berlebihan, tahu. Aku tahu itu juga berarti menetapkan hatimu, tetapi kalau kamu melakukan sesuatu yang besar dari awal, kamu akan membuat lawanmu menutup pertahanannya."
"…Aku menyesalinya juga."
"Kalau begitu tidak apa-apa. Kamu harus meluluhkan perasaan laki-laki dengan pelan dan hati-hati… seperti kalau melelehkan permen dengan mulutmu. Sekarang serahkan kencan besok kepadaku. Aku akan mendandanimu tidak seperti yang kamu lihat sebelumnya―"
"Yap. Aku punya Alice denganku. Aku tidak akan kalah dengan orang itu."
Kalau lawannya akan memanfaatkan posisi menjadi pelayan Ikki, maka Shizuku akan menggunakan statusnya sebagai adiknya sebaik mungkin. Dia tidak akan menyerah, tidak ketika dia satu-satunya orang yang mampu memahami kakaknya yang baik dan kesepian. Dia tidak akan menyerahkannya ke perempuan itu. Orang lain hanya peduli dirinya sendiri, tetapi Shizuku tidak akan pernah mengkhianati kakaknya. Dia tidak akan membuatnya sedih. Dia akan berada di sisinya selamanya, dan perasaannya bahkan akan bertahan lebih lama dari itu. Karena itu dia mengejarnya sejauh ini.
Tidak akan pernah… aku tidak akan pernah membiarkan perempuan itu memilikinya.
Kata-kata Arisuin memberi Shizuku keberanian, dan semangatnya yang hilang ketika Stella mengganggu masuk tanpa diundang ke kencan mereka.
"Aku akan berjuang sekuat tenaga!"
"Itu baru semangat. Oke, sudah selesai."
Arisuin mematikan pengering rambut, dan rambut perak Shizuku berdesir ketika dia memiringkan kepalanya. Benar-benar berbeda dibanding kalau dia melakukannya sendiri. Ketika Shizuku mengetahui kemampuan luar biasa Arisuiin,  dia berhenti mengurus penampilannya sendiri dan membiarkan Arisuin memanjakannya sepenuhnya.
Aku mau melakukan sesuatu untuk Alice juga, tetapi….
Tetapi apa yang dapat dia berikan? Shizuku berpikir sesuatu dan berbalik.
"Oh ya. Hey Alice, bagaimana kalau kamu ikut dengan kami menonton besok?"
"Oh, apa tidak apa-apa? Bukannya aku akan mengganggu?"
"Tidak apa-apa. Kencannya sudah rusak sejak orang itu ikut."
"Haha, benar juga. Kalau begitu biarkan aku ikut. Aku memang berharap bisa mengobrol dengan kakakmu yang kamu banggakan setidaknya sekali."
Bagus, Alice kelihatan senang tentang ini.
Shizuku segera mengirimkan pesan kepada kakaknya. Ikki membawa teman sekamarnya, jadi dia seharusnya mengerti.
"Kelihatannya besok akan menyenangkan. Kalau dia ternyata laki-laki baik, mungkin aku akan mendekatinya juga."
"Eh? Maaf, aku tidak mendengar dengan jelas. Bisa diulang… kalau kamu bisa, tentu saja?"
"Tidak, maaf! Itu hanya gurauan jadi tolong hentikan mengarahkan Yoishigure ke leherku!"
Tidak apa-apa sebagai gurauan, tetapi kalau Arisuin serius, Shizuku tidak akan melakukan hal lain kecuali membuat pertumpahan darah.