Komentar translator :
Mungkin sampai bab ini di post, belum bisa dipastikan kapan bab 7 di post.  Ada banyak faktor yang perlu dipertimbangakan. Tapi enggak di drop. Bab 7 sudah On-Progress terjemahan. Dan Aku ucapin terima kasih Owari no seraph Indonesia yang sudah bantu kasih dukungan dengan berbagi terjemahan LN ini. Jangan lupa beri dukungan dengan beli novel aslinya, atau kirim-kirim pesan ke Kagami Tagaya-sensei.


OWARI NO SERAPH JILID 1
BAB 6
UJIAN SELEKSI SIHIR
Ujian Seleksi Sihir, dimulai sejak pukul 8 pagi.
Tempatnya berlangsungnya, di halaman sekolah-------------meskipun disebut begitu, halaman sekolah yang dimaksud adalah sebuah lapangan tempat berlatih yang sangat luas, dan bahkan bisa digunakan sebagai tempat latihan oleh tentara.
Di situlah semua murid sekolah berkumpul.
Agar semua murid dari masing-masing tingkatan dapat bertarung satu-sama lain, maka Ujian Seleksi Sihir ini akan diadakan selama seminggu.
Untuk menghindari agar tidak terjadi pertempuran antar sesama teman sekelas, dan juga untuk menghindari kemungkinan kemenangan beruntun, maka pada awalnya, akan diadakan pertarungan antar sesama kelas.
Tentu saja,  poin akhir penilaian adalah kemampuan masing-masing individu. Tetapi,
“Kalian semua, jangan sampai kalah dengan lawanmu dari kelas lain, ya!”
Sejak pagi, guru wali kelas yang bernama Aiuchi Saia, sudah mengingatkan hal itu.
“Mulai hari ini dan seminggu kedepan, buktikanlah bahwa kelas kita adalah kelas yang paling elit. Lakukanlah hal itu!” Ujarnya.
“ ...........” Guren terdiam.
Dan Guren menyakisakan ujian itu, di tempat yang sedikit terpisah dari teman-teman sekelasnya.
Sejak terjadinya peristiwa di koridor kemarin, Shinya, Goshi, dan Mito sudah tidak lagi mendekat kepadanya. Dan Guren pun menjadi benar-benar terkucilkan.
Tentu saja, bagi Guren sendiri, hal itu akan lebih memudahkan baginya.
“ ...........”
Guren melihat murid-murid lain, dengan rasa bosan.
Pertandingan pertama sudah dimulai.
Pertandingan antara murid perempuan teman sekelasnya, melawan murid laki-laki dari kelas 1-2.
Sepertinya kekuatan mereka seimbang, sehingga pertandingan ini tidak terlihat akan cepat selesai. Pertandingan ini adalah pertandingan yang diadakan dalam bentuk pertandingan resmi. Aturan untuk memenangkan pertandingan ini adalah --------

Pihak yang dirasa menang oleh sang wasitlah yang akan menang.
Pihak yang dirasa memiliki kemampuan yang lebih unggul oleh sang wasitlah yang menang.
Dan jika lawan tanding terbunuh, nilai orang yang membunuh justru akan diturunkan.

Hanya itulah peraturannya.
Di dalam peraturan itu, mau menggunakan senjata apapun, atau jurus sihir apapun, diperbolehkan. Dan jika, lawan dipertandingan terbunuh, maka orang yang membunuh tidak akan dikeluarkan dari sekolah, tidak dianggap melakukan kejahatan, dan juga tidak akan dilaporkan kepada pihak kepolisian.
Begitulah sekolah tersebut.
Benar-benar sebuah daerah istimewa.
Daerah di mana Dewa bernama keluarga Hiiragai menguasainya. Daerah yang berada di Jepang dan bagaikan sebuah negara istimewa.
Tentu saja untuk mencegah ada yang terbunuh, telah ditunjuk 5 orang wasit dari para guru, yang bertugas memberikan penilaian.
Dan,  di saat itu,
“Pemenangnya adalah Sugiyama Midori dari kelas 1-9”
Disebutlah nama anak perempuan dari kelas 1-9, yang merupakan kelas tempat Guren berada.
Saat Guren melihat ke arahnya, terlihat anak perempuan yang merupakan teman sekelasnya, bernama Sugiyama Midori telah dapat mengalahkan lawannya. Lawannya yang seorang anak laki-laki dari kelas 1-2, terjatuh di tanah. Dihunuskannya pisau ke arah leher anak laki-laki itu. Melihat hal itu pun,
“Siiiiiiip~~!”
Guru wali kelasnya, yang bernama Aiuchi Saia meninjukan tangannya ke udara bersorak tanda kemenangan. Dan para murid pun menjadi riuh.
“Nah, yang selanjutnya, usahakan seperti Sugiyama, ya!”
Kemudian, dua murid yang akan bertarung setelah Sugiyama pun melangkah maju.
Kelas 1-2 dan kelas 1-9. Sekarang ini, di sini, seluruh murid dari kedua kelas itu akan saling bertarung.
Dan jika yang menjadi lawan mereka adalah kelas 1-2, itu artinya ------------ Guren, mengarahkan pandangannya ke seberang lapangan pertandingan, di mana murid-murid dari kelas 1-2 berkumpul.
Seharusnya, di kelas 1-2 terdapat pelayan Guren yang bermana Yukimi Shigure. Namun, Guren tidak menemukan sosok Shigure di dalam kerumunan murid-murid di seberang. Guren lalu melemaskan pundaknya.
“Yah, dia itu mungil, sih”
“Siapa yang Anda sebut mungil?”
Terdengar suara Shigure dari sampingnya.
Guren menatap ke arah sumber suara. Dan disebelahnya, sudah berdiri sosok Shigure. Dengan tatapan mata yang dingin, Shigure menatap ke arahnya.
“Kenapa kau ada di sini?”
“Saya hendak memberi salam kepada Tuan Guren”
“Untuk apa?”
“Kelas saya akan berhadapan dengan kelas Anda, Tuan Guren”
“Dilihat sekarang juga aku sudah tahu”
“Ya. Benar. Tetapi, saya mengira Tuan Guren tidak akan tahu saya berada di kelas mana ........ Dan ternyata, Tuan Guren memperhatian saya, ya”
Ujar Shigure mengatakan hal yang dirasa tidak penting.
Dan pada saat Shigure selasai berkata hal itu, pertempuran ke-2 telah dimulai. Teman sekelas Guren yang lagi-lagi Guren sendiri tidak tahu namanya, sedang bertarung mati-matian dengan serius.
Pergerakannya lambat.
Cara mereka menggunakan mantra, dan juga cara mereka menggunakan senjata terkutuk mereka, terasa lambat.
“Apakah mereka yang seperti itu, benar-benar orang elit?”
Ujar Shigure setelah melihat pertarungan itu. Guren hanya tertawa dan menjawab.
“Mereka itu, gampang sekali dilawan, ya Shigure”
“Kalau level lawan saya seperti itu ....”
“Bukan lawan bagimu, ya?”
“Ya”
“Wah, kalau begitu, aku menantikan pertempuranmu. Lalu, siapa yang akan jadi lawanmu?”
Saat Guren menanyakan hal itu, terdengar suara dari samping mereka.
“Apa yang kalian bicarakan diam-diam seperti itu?”
Gadis berambut merah, menatap mereka dengan tatapan yang tajam.
Dia adalah Juujou Mito.
Guren lantas melihat Mito dan menjawab pertanyaannya.
“Apa kami terlihat seperti sedang bicara diam-diam?”
Mendengar pertanyaan itu, Mito lantas menunjuk Shigure dan berkata.
“Ya, terlihat seperti itu. Karena lawanku adalah pengawalmu ini”
Guren menatap Mito, dan kemudian ditatapnya pula Shigure.
“Apa benar?” Tanyanya pada Shigure.
Shigure mengangguk ringan.
“Ya”
“Oh, begitu. Kalau begitu, tontonan bagus, dong”
“Apa saya boleh menang, Tuan Guren?”
Shigure menanyakan hal itu kepada Guren, namun justru Mito yang menjawab,
“Menang? Tidak mungkin, kan. Memangnya, kau yang menjadi pengawal dari Tuan bodoh ini, bisa berbuat apa melawanku yang berasal dari keluarga Juujou?”
Mendengar itu, Shigure pun langsung menatap tajam Mito, dan berkata.
“Kau .... Jika kau mengejek Tuanku lebih dari ini ....”
“E—hem~, kalau aku mengejek lebih dari ini, kenapa?”
“Aku bunuh”
Dengan nada yang benar-benar dingin, Shigure mengatakan hal itu. Orang biasa, pasti akan gemetaran dan tidak bisa bergerak karena hawa membunuh dan menekan yang dikeluarkan oleh nada bicara Shigure.
Namun, Mito tidak merasa gentar.
Dan dia justru berlalu begitu saja, sambil berkata,
“Kalau begitu, mari kita nikmati pertarungan itu nanti. Nah, sampai nanti”
Ujar Mito seraya berlalu pergi.
Guren melihat Mito berlalu dan kemudian berkata,
“Hei, Shigure”
“Ya”
“Memangnya kau bisa menang melawannya?”
“Tentu saja!”
Sambil menunjukkan ekspresi yang jarang ditunjukkannya, Shigure menegakkan badannya yang kecil dan menjawab pertanyaan Guren.
Seakan-akan, dia benar-benar berniat melakukannya.
Kekuatan Shigure sebenarnya bukanlah kekuatan yang terlalu berkaitan dengan sihir. Shigure menggunakan pisau kecil dan juga semacam senjata yang menyerupai senjata ninja yang bisa disembunyikan di dalam tubuhnya. Senjata itu baru akan terlihat saat dia menggunakannya. Seharusnya itu adalah teknik sihir yang juga belum pernah dilihat oleh musuh-musuh Ichinose.
 Dan karena itulah, dia pasti bisa bertarung dengan serius.
Tetapi, meskipun mengetahui hal itu,
“Anu, anak yang bernama Juujou Mito itu juga cukup kuat, lo.”
“Anda memihak siapa?”
“Eh? Aku, sih, tidak terlalu peduli”
“Kalau begitu, Anda tidak akan memberi dukungan kepada saya?”
Guren tertawa mendengar pertanyaan itu.
“Kalau aku tidak memberimu dukungan, apa kau akan kalah, ya?”
Shigure pun menatap ke arah Guren dengan wajah tidak puas dan menjawab,
“Tidak. Tetapi saya merasa sedikit kesepian”
“Hahaha. Yah, kita hentikan saja pembicaraan tidak berguna ini. Tetapi, kau harus berhati-hati agar ....”
Belum selesai mengatakan apa yang ingin ia ucapkan, Shigure mengaggukkan kepalanya dan berkata.
“Tentu saja, saya tidak akan menggunakan mantra sihir Ichinose. Karena kita tidak perlu menunjukkan pada musuh apa yang kita punya. Dan meskipun saya memakainya, saya akan memakai mantra sihir yang digunakan juga oleh Hiiragi”
“Hmm, bagus kalau kau mengerti. Kalau begitu, mengamuklah sesukanya. Rasa kesalmu selama di sini pasti sudah menumpuk, kan?”
Dan begitu Guren selesai mengatakan hal itu, wasit telah memanggil nama Shigure.
“Kelas 1-2. Yukimi Shigure. Maju”
Shigure kemudian melangkah maju. Dan ditengah-tengah perjalanannya melangkah maju itu, Shigure menghentikan langkahnya sejenak, dan berbalik.
“Jika Anda ingin mendukung saya, boleh, kok”
“Sudahlah, pergi sana”
“Baik”
Dan disebutlah nama lawan dari Shigure.
“Kelas 1-9. Juujou Mito. Maju”
Mito pun melangkah maju. Bagaikan penuh kebanggaan bahwa dirinya adalah orang yang menyandang nama Juujou, dia mengibaskan rambut merahnya.
Dan Shigure yang melihat hal itu, berkata dengan tatapan dingin.
“Dasar orang yang suka memaksakan kekuasaan!”
Mendengar ucapan Shigure, Mito menatap dengan tatapan tajam. Kemudian senyum yang cantik berkembang di wajahnya.
“Aku tidak mau dengar perkataan marga level dua, tuh”
“Kubunuh kau”
“Buatmu, sih, itu tidak mungkin”
Sebelum Mito mengakhiri ucapannya, Shigure telah terlebih dulu menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya. Guren tahu, bahwa gerakan itu adalah gerakannya mengeluarkan senjata dari lengan bajunya.
Dan Mito pun, menggumam-gumamkan sesuatu. Kemungkinan besar itu adalah mantra sihir Hiiragi. Keluarga Juujou------------karena kutukan yang mereka dapatkan, maka mereka lebih mengembangkan kekuatan fisik mereka hingga maksimal. Mantra yang digumamkannya menyerupai mantra yang dulu pernah digunakan Shinya dan sepertinya merupakan mantra yang bisa mengembangkan kekuatan suci penggunanya. Kemudian, dalam sekejap, di atas rambut merahnya, mulailah terbentuk segitiga lingkaran api yang bahkan lebih merah dari warna rambutnya.
“Apakah itu ... mantra dari raja kebijaksanaan, Sang Kongou Yasha Myou atau disebut Vajrayaksa?”
Guman Guren dengan penuh rasa penasaran.
Wasit maju ke depan.
Dia menjelaskan mengenai hal-hal yang harus diperhatikan selama pertandingan kepada kedua belah pihak.
Tentang sinyal tanda berakhirnya pertandingan.
Tentang bagaimana orang yang membunuh lawannya yang akan dikurangi nilainya.
Terdengar, tertawa cengengesan dan gumamam dari Goshi Norito yang berada di antara para murid.
“Wah, wah, keren sekali. Pertarungan antar sesama gadis cantik itu mengerikan. Ini harus dilihat, nih”
Shinya lantas ikut berkata.
“ .... dengan ini, mungkin kita bisa melihat mantra sihir Ichinose”
Seperti yang diduga, mereka pun juga melihat pertandingan ini dengan padangan yang sama. Namun kondisinya saat ini, bukanlah sebuah pandangan sebuah pengharapan. Mungkin, Shinya sudah kehilangan minat terhadap Ichinose setelah mengetahui betapa payahnya Guren.
Saat itulah, wasit berkata.
“Mulai!”
Dan dalam sekejap Shigure dan Mito bergerak.
Gerakan dari Mito yang didukung dengan mantra sihir sangatlah cepat.
Namun, Shigure pun dapat meresponnya kecepatan gerakan itu dengan baik. Shigure segera melompat ke belakang. Diayuhkan tangannya. Kemudian dari lengan baju tangan tersebut, beberapa pedang pendek------atau yang disebut dengan kunai bergerak dengan tajam. Pangkal dari kunai tersebut terhubung dengan tali, yang membuat kunai-kunai itu bisa menari bebas di udara.
Kunai bertali itu adalah kunai yang dihubungkan dengan tali yang dilapisi oleh mantra sihir, yang akan meledak dan terpental, jika disentuh dibagian manapun.
Namun, Mito justru memandang rendah senjata itu.
“Oh, begitu. Kau ini pengguna senjata kecil tersembunyi, ya. Kemampuan yang cocok sekali bagi keluarga Ichinose rendahan, ya”
Ujar Mito, tanpa menghentikan serangannya.
Dalam sekejap Mito mengacuhkan perangkap Shigure yang mengelilinginya, dan terus menerjang maju.
Kaki ramping Mito yang takterlindungi bagian rok, menyentuh tali kunai Shigure, dan sejurus kemudian, mantra sihir yang melengkapi tali tersebut meledak.Kunai itupun langsung terpental, dan menerjang ke arah orang yang menyentuh tali itu.
Namun, Mito dengan mudahnya menghindari hal itu.
Dan kunai-kunai lainnya, yang satu persatu menerjang ke arahnya, berhasil dihindari semua olehnya. Jika ada kunai yang tidak bisa dihindarinya, maka dia akan menangkis jatuh kunai tersebut dengan tangannya. Mito pun terus maju ke depan.
Goshi yang menyaksikan petarungan itu berkata.
“Wah, keluarga Juujou, mengerikan sekali”
Sedangkan Shinya, menyaksikan hal itu tanpa ada rasa terkejut. Gerakkan yang Mito tunjukkan, dan juga cara Shigure menggunakan perangkap sihir, sepertinya belum cukup membuat orang dari keluarga Hiiragi bergeming.
Mito berhasil memperpendek jarak dengan Shigure.
“Nah, dengan ini berakhirlah sudah”
Ujar mito seraya tertawa dan mengarahkan tinjuan tangannya ke udara.
Namun, Shigure yang menghadapi hal itu, hanya tertawa.
“Sayang sekali. Sifat aroganmu itulah yang akan membunuhmu”
Terdengar suara jentikan jari tangan kanan Shigure. Dan dalam sekejap semua kunai yang berhasil dihindari dan dipukul jatuh oleh Mito sebelumnya, meledak. Permukaan tanah pun menjadi hancur berterbangan.
Dan entah sejak kapan, kepallan tangan Mito yang tadinya melayang ke arah Shigure terbelit-belit oleh benang yang terulur dari kunai yang tertancap di belakang.
“Urgh!”
Dengan itupun, gerakan Mito terhenti.
Itu hal yang pasti. Benang yang digunakan oleh Shigure, adalah benang yang dilapisi oleh mantra kutukkan. Orang yang menyentuhnya, seakan akan terkena obat bius, sehingga gerakannya menjadi melambat.
Serangan tangan Shigure tidak melambat meskipun dia berhasil melakukan hal itu.
Dia kembali mengambil satu kunai yang ada di belakang roknya, dan tanpa ragu sedikit pun, langsung dihunuskannya ke arah leher Mito.
Guren yang melihat situasi itu, bermaksud memberi perintah kepada Shigure untuk berhenti.
Wasit pun sudah bersiap-siap untuk berteriak berhenti!
Namun, sebelum hal itu terjadi,
“Bergeraklaaaaaaaaaaah!”
Teriak Mito. Lingkaran api yang ada di atas kepala berambut merahnya pun bergerak berputar. Kemudian, dengan mengacuhkan benang yang membelit tangannya, dia mengerakkan kepalan tangannya.
“Ap-!?”
Shigure terkejut. Pipinya pun terhantam pukulan tangan Mito.
“Urgh!”
Seraya berteriak kesakitan, dilemparnya kunai yang ada di tangannya. Kunai tersebut menggores pipi Mito, namun tidak mengenainya secara telak.

Tubuh Shigure pun terpental sangat dan sangat jauh. Tubuhnya lalu jatuh terguling-guling di atas pemukaan tanah, dan sudah tidak lagi bisa bergerak. Itu karena dia menerima serangan yang sangat berkekuatan. Kemungkinan besar dadanya pun ikut terguncang karena pukulan tadi, dan menyebabkannya tidak bisa berdiri sementara waktu.
Namun, Mito masih bergerak. Dia terus berlari menuju ke arah Shigure.
Dan, pada saat itulah,
“Tunggu! Pemenangnya adalah Juujou Mito!”
Wasit angkat suara.
Dan dengan itulah, pemenang telah ditentukan.
Guren yang melihat semua kejadian itu, lalu menyikap tangannya di depan dada, dan bergumam.
“Hem”
Guru wali kelas yang bernama Aiuchi Saia pun sekali lagi mengepalkan tangannya ke atas, menunjukkan kemenangan, dan berujar
“Sip! Seperti yang diharapkan dari Mito, keluarga Juujou!”
Namun, dengan gerakkan yang masih terhenti, Mito melihat Shigure yang tumbang takberdaya. Tatapannya entah mengapa menujukkan rasa sesak.
Wasit yang melihat itu berkata.
“Ada apa? Mundurlah”
Tetapi, Mito justru menggelengkan kepalanya. Dia lalu mengangkat tangannya, tanda interupsi, yang ditujukan kepada kelima wasit yang ada.
“Anu ... tolong buat pertandingan ini menjadi seri”
“E?”
Dan dalam sekejap seluruh tatap wasit tertuju ke arah Mito.
Kemudian Mito pun menjelaskan maksudnya. Ia menunjuk pipinya yang terluka gores tipis, dan berkata,
“Di saat terakhir, dia berhasil membuat luka di sini. Dan dia adalah pengguna senjata rahasia. Jika saja ini adalah peperangan yang sebenarnya, maka ....”
Wasit pun melanjutkan perkataan Mito.
“Apa kau ingin berkata bahwa kunai itu akan dilumuri oleh racun mematikan?”
“Iya. Saya telah melewati banyak pelatihan. Karena itu, meskipun terkena racun, saya akan bisa tetap bergerak beberapa saat untuk membunuhnya yang sudah tidak bisa bergerak lagi. Tetapi,”
“Pada akhirnya, kau pun akan mati?”
“Ya, benar”
“Begitu, ya. Kami mengerti. Namun, keputusan kami tidak akan berubah. Pemenangnya adalah kau”
“Tetapi,”
“Kamilah yang memutuskan siapa yang menang. Kami tidak peduli dengan pendapatmu. Jangan berbicara hal yang tidak perlu. Ataukah kau bermaksud melawan cara pengambilan keputusan yang ditetapkan oleh Hiiragi?”
“ ...........”
Mito pun lalu menutup mulutnya.
Guren menyaksikan hal itu. Dia kemudian mulai melangkah berjalan ke tempat Shigure jatuh takbergerak. Dan begitu dia sampai tepat di samping Shigure, ditatapnya tubuh gadis itu.
Saat itulah, Shigure mulai sadar kembali.
Wajahnya langsung menunjukkan rasa tidak puas. Dan dengan wajah yang seakan menahan sesuatu, digigitnya bibir bagian bawah.
Guren yang melihat wajah Shigure seperti itupun berkata.
“Haha, kau kalah, ya?”
“ ..... Ya, ugh, ma-maafkan saya”
Wajah gadis itu langsung menujukkan ekspresi penyesalan.
“Se-setidaknya, aku harus bisa menang di sini, tetapi ... lagi-lagi aku, membuat malu Tuan Guren di ....”
Kata-katanya pun terhenti. Shigure mulai menangis.
Guren justru tertawa melihatnya.
“Apa Juujou itu kuat?”
“ ..... Iya. Aku terlalu bodoh meremehkannya”
“Yah, tapi tadi mau dianggap seri, lo”
“Bagi orang dari keluarga Shigure yang melayani keluarga Ichinose ... seri sama dengan kalah”
“Jadi, kau ini pecundang yang kalah”
“Ya ...”
“Apa kau bisa berdiri sendiri”
“Uuuuh”
Sepertinya, dia masih belum bisa berdiri. Itulah besarnya kekuatan dari pukulan tangan Mito.
Lalu terdengar suara dari belakang punggung Guren.
“Anu ....” Suara Mito. “Apa kau baik-baik saja?”
Ujar Mito dengan suara yang terdengar khawatir. Mendengar pertanyaan itu, Shigure pun menjawab,
“ .... tolong jangan mendekat”
Guren menoleh ke arah Mito dan berkata.
“Kau dengar?”
“Tetapi ....”
“Saat ini Shigure sedang merasa sedih sekali hingga mau menangis. Karena itu, dia ingin kau tidak mendekat. Cobalah sedikit mengerti perasaanya”
“A .....”
Mendengar itu, wajah Mito terlihat sedikit kebingungan. Sepertinya, pada dasarnya, gadis ini adalah anak yang baik.
“Tetapi, aku tidak ingin diceramahi olehmu yang bahkan tidak punya kekuatan apapun”
Dengan suara marah, Mito mengajukan protest kepada Guren. Ia menatap ke arah Guren, dengan tatapan tajam di matanya.
“Ah, iya, kah?” Tanya Guren pada Mito.
“Iya. Ada hal yang perlu aku bicarakan kepada Yukimi Shigure yang aku akui bahwa dia adalah orang kuat, setelah bertarung dengannya”
“Terus, aku mengganggu”
“Ya, benar”
“Yah, terserah saja, sih. Kalau gitu, Shigure, aku pergi, deh”
Dan akhirnya, Shigure mulai dapat bergerak. Dia pun lalu menggerakkan tubuh bagian atasnya, dan berkata,
“A-aku juga ... aku ikut kembali”
Mito langsung mendekat ke Shigure.
“Anu, yang tadi itu ....”
“Jika kamu bermaksud untuk meminta maaf karena telah memukulku, maka tolong hentikan. Karena itu merupakan suatu pertarungan—“
Namun, Mito menyela dengan berkata.
“Tidak. Aku mau minta maaf atas apa yang kukatakan sebelum pertandingan. Aku salah tentang kemampuanmu sebagai pelayan dari Ichinose Guren. Kau ini kuat”
Mendengar pernyataan itu, Shigure seakan hendak mengatakan sesuatu. Kemungkinan besar, yang ingin dikatakannya adalah hal bodoh seperti bahwa Tuannya, jauh lebih kuat dari dirinya. Dia pun lalu berbalik, ke arah Mito.
Shigure kemudian melihat muka Guren. Mulutnya terbuka dan lantas tertutup kembali, tidak jadi berkata. Dan wajahnya, kembali menunjukkan rasa ketidakpuasaan yang teramat sangat.
Namun, tanpa menyadari hal itu, Mito kembali berkata.
“Apakah kau tidak ingin menjadi pelayan dari keluarga Juujou? Jika kau bekerja di bawah Tuan yang lemah macam dia, maka kekuatanmu akan berkarat”
“Tolong berhenti menjelek-jelekkan Tuanku ....”
“Aku juga menyukai sifat kesetiaanmu itu. Karena itu, pastikanlah untuk mengunjungi kediaman Juujou ....”
 “Hei, kan, sudah kubilang ....”
“Pokoknya, datanglah main ke mansionku sesekali ....”
“Anu, Tuan Guren!”
Suara Shigure terdengar seperti meminta sebuah pertolongan kepada Guren. Namun Guren hanya mengacuhkannya dan kembali ke tempat di mana teman-teman sekelasnya berada.
Dan saat itulah, pertandingan Goshi baru saja akan di mulai.
Yang menjadi lawannya dari kelas 1-2 juga merupakan seorang murid laki-laki. Goshi yang mengetahui hal itu lantas,
“Eeh ..... Aku jadi tidak semangat berusaha, nih, kalau lawanku laki-laki” Ujarnya.
Mendengar itu, Shinya yang berada di luar lapangan pun menjadi tertawa.
“Kalau begitu, kau hobi memukul anak perempuan, ya?”
Dan seperti yang biasa dilakukannya, Goshi hanya tertawa cengengesan, membalikkan badannya ke arah Shinya, dan berkata.
“Bukan, bukan. Kalau lawanku adalah gadis manis, sebenarnya aku berencana untuk berusaha bertarung agar bisa menciumnnya, sampai dia bilang ‘aku menyerah’”
Berbeda dengan sikap Goshi, murid laki-laki yang menjadi lawannya bertanding,
“ ....... Aa, sial ..... Kenapa lawan pertamaku itu harus dari keluarga Goshi, sih .... Aku jelas tidak akan menang, kan .....”
Dia pun lalu terlihat pesimis.
Melihatnya, Goshi lantas berkata,
“Yah, tidak apa-apa, kan. Ayo cepat kita selesaikan. Aku mau menyelesaikan pertandingan hari ini secepatnya, karena aku harus mencari cewek cantik”
Tangan Goshi pun memberi isyarat yang memanas-manasi kepada lawannya, seakan menyuruhnya ayo, ayo, cepat serang aku.
Murid yang menjadi lawannya kemudian menarik pedang yang disarungkannya di ikat pinggangnya. Sepertinya dia adalah orang yang berasal dari keluarga pendekar pedang.
Gerakannya pun sejalan dengan hal itu. Begitu pula dengan nuansa yang diberikannya.
Namun, seperti yang diduga, Goshi menanggapinya dengan ogah-ogahan.
“Nah, oke --- ayo, mulai” Ujarnya.
Lawannya mengangguk mendengarnya, dan berkata,
“Kalau begitu, aku akan menyerang ....”
“Cepat serang”
“Aku serang!”
Lawannya mengayuhkan pedangnya. Namun saat pedang itu diayuhkan, saat itu jugalah pedang itu menghilang.
Kemudian, dalam sekejap Goshi sudah berada di belakang pemilik dari pedang tersebut. Dia mengenggam pedang yang dimiliki oleh murid yang jadi lawannya. Pedang itu pun lalu diarahkannya pelan-pelan ke arah tengkuk leher lawannya, dan berkata.
“Dengan ini kita selesai, ya?”
Murid yang menjadi lawannya bahkan takbisa bergerak selangkah pun.
Melihat itu, Guren berguman.
“ ..... Wah, itu tadi benar-benar sangat cepat, ya”
Shinya yang berada takjauh di sebelahnya pun merespon pernyataan Guren. Shinya melihat ke arah Guren, menarik nafas dalam dan berat, seakan kecewa dengan pernyataan Guren.
“Itu tadi tidak cepat, tahu”
Hanya itulah yang diucapkan Shinya.
“Apa?”
Guren menanyakan hal itu, namun Shinya sudah tidak lagi melihat ke arah Guren.
Sebenarnya, Guren tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Shinya.
Yang digunakan Goshi adalah ilmu sihir.
Dia menggunakan sihirnya dengan sangat halus. Dia maju ke depan dengan tenang, dan dengan pelan-pelan direbutnya pedang lawannya, kemudian dihunuskan ke tengkuk leher lawannya.
Namun, Guren dengan sengaja mengatakan penyataan yang seakan-akan dia tidak bisa melihat semua itu. Agar Shinya bisa mendengarnya. Agar keluarga Hiiragi meremehkannya.
Dan hal itu berjalan dengan lancar. Sikap Shinya sudah menunjukkan rasa tidak simpati lagi kepada Guren. Shinya bahkan sudah tidak mau lagi memandangnya.
Guren pun melemaskan bahunya.
Dan disaat itulah, nama Shinya dipanggil maju ke depan.
“Kelas 1-9. Hiiragi Shinya”
Shinya lalu mendongakkan wajahnya, menjawab  “Baik”, lantas maju ke depan.
Sudah pasti, para siswa pun menjadi gaduh mendengar hal itu.
--------------Yang maju Tuan Shinya!
--------------Orang dari keluarga Hiiragi akan maju bertarung.
Ada juga suara-suara lain yang berkomentar mengenai fisik Shinya, seperti keren sekali, ya ...!
“Seperti idola saja”
Ujar Guren seraya tertawa kecut.
Murid laki-laki yang jadi lawan Shinya pun kemudian melangkah maju. Dia langsung terlihat menciut. Membuat yang melihatnya merasa kasihan.
Dan, entah kenapa, sekali lagi Shinya melihat ke arah Guren.
Guren membalas tatapan itu. Tatapan Shinya seakan-akan ingin memprovokasi Guren.
“ .... apaan, sih? Bukannya kau ini kecewa padaku? Atau jangan-jangan, kau mau menunjukkan perbedaan kekuatan kita?” Gumam Guren.
Pada saat itulah, pertandingan Shinya di mulai.
“Tuan Shinya .... Izinkan saya menyerang Anda”
“Ya. Ayo kita bertanding dengan menyenangkan”
“Baik!”
Lawannya mengangguk dengan senangnnya. Lantas diambilnya beberapa kertas mantra sihir. Sepertinya lawan Shinya adalah murid pengguna kertas mantra.
Dilemparnya beberapa kertas mantra sihir itu ke udara, dan meluaskannya. Dengan menggunakan teknik itu, dia bermaksud untuk menggunakan sihir dalam area besar.
Dan selama itu pula, Shinya tidak bergerak. Tidak juga melakukan apapun. Dia hanya melihat lawannya dengan tatapan yang seakan-akan setengah sadar.
Lawannya kemudian berkata dengan rasa penuh ketakutan.
“ .... anu”
“Ya?”
“Apakah Anda tidak akan melakukan serangan?”
“A--- maaf, aku lupa”
“Anu itu, sihir saya sudah selesai dan siap”
“Oh, begitu, ya? Kalau gitu, seranglah”
“Ah, tapi ... ini adalah sihir yang cukup kuat .... Dan jika orang biasa terkena sihir ini, dia pasti akan mati”
“Oh, ya? Kalau begitu, menarik, dong”
“Anu, saya tidak ingin membunuh Anda. Karena itu, saya benar-benar minta maaf mengatakan ini. Tapi, jika Anda berkenan, anu ... saya ingin Anda mundur dari pertandingan—“
Shinya menyela.
“Kan, kubilang serang saja. Itu tidak akan mempan, kok” Ujarnya.
Wajah murid yang jadi lawannya terkejut. Tapi, berkata hal seperti itu kepada lawannya, memanglah suatu hal yang nekad.
Orang-orang yang ada di sini, hanyalah orang-orang yang mempelajari ilmu sihir Hiiragi. Dan sihir yang diaktifkan oleh lawannya adalah sihir yang memiliki kuatan cukup besar.
Itu adalah sihir berkuatan besar yang akan bisa memberikan luka vatal. Biasanya, diperlukan perlindungan dari kawan-kawannya untuk dapat mengaktifkannya, karena butuh waktu yang lama untuk melakukannya.
Namun, lawan Shinya dapat menyelesaikan sihir tersebut dalam waktu yang sangat singkat. Karena itu, dia pasti ahli pengguna sihir tersebut. Dan jika dia telah bisa menyelesaikan sihir itu, maka kemenangan sudahlah bisa ditetapkan menjadi miliknya.
Lagipula, tidak ada manusia yang bisa bertahan hidup setelah terkena sihir tersebut. Begitu sudah diselesaikan, maka tidak bisa digagalkan.
Karena itu, dia meminta Shinya untuk mundur.
Namun, dia kini justru,
“Anu, saya tidak boleh membunuh orang dari keluarga Hiiragi. Karena itu bolehkah saya mengundurkan diri?”
Ujarnya, memohon kepada wasit.
Wasit yang mendapatkan permohonan seperti itu, lantas melihat ke arah Shinya.
“Bagaimana Tuan?” Tanyanya.
Shinya pun menjawab pertanyaan itu dengan berkata,
“Bukankah dari tadi sudah kubilang serang saja, tidak masalah”
“Tetapi”
“Atau, apa, ya, itu? Ah, kau mau meragukan kekuatanku dihadapan semuanya?”
“ ..........”
Wasit pun kemudian mulai gemetar ketakutan. Ia lantas berkata kepada lawan Shinya,
“Seranglah” perintahnya.
Wajah lawan Shinya langsung terlihat kebingungan. Dan kemudian, ekspresinya menunjukkan wajah kemantapan hati.
“Sa-saya tidak mau tahu, jika Anda terbunuh!” dan sihirnya pun diaktifkan.
Kertas mantra sihir yang melayang-layang di udara kemudian terbakar dan melahirkan api raksasa. Api yang besar itu melesat menuju ke arah Shinya.
Shinya sama sekali tidak panik melihat hal itu. Dia lantas mengangkat tangannya, dan hanya berkata,
“Leyaplah”
Dan hanya dengan satu kata itu, api yang besar itupun leyap takbersisa.
Semua orang yang ada di situ, kehilangan kata-kata melihat kejadian itu.
Sepertinya, tidak ada satu orang pun yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan para wasit sekali pun. Dengan wajah terkejut, wasit sampai-sampai tidak bisa menyebut siapakah pemenangnya.
Tetapi, pemenangnya sudahlah jelas.
Shinya membalikkan langkahnya.
Dia mulai berjalan menuju ke arah Guren.
Dan di saat itulah, terdengar suara yang berbunyi,
“Pe-pemenangnya adalah Hiiragi Shinya!”
Sejurus kemudian, mulai terdengar riuh suara kegembiraan. Dan ke arah riuhnya suara kegembiraan itulah Shinya menuju kembali.
“Dan, kau pasti juga tidak tahu apa yang baru saja aku lakukan, kan?” Ujarnya kepada Guren.
Guren bermaksud untuk menjawab pertanyaan itu, tetapi, Shinya sudah pergi begitu saja.
Sepertinya, Shinya tidak membutuhkan jawaban darinya.
Memang benar, yang barusan dilakukan Shinya, adalah sebuah jurus yang luar biasa. Tapi, bukan berarti Guren tidak mengetahui apa itu. Yang Shinya gunakan juga merupakan sebuah sihir. Namun, sihir itu tidak berarti lebih cepat dari sihir Goshi. Hanya saja, cara Shinya menggunakannya sangatlah cerdas.
Seraya melakukan pembicaraan tadi, selama itulah Shinya melengkapi dirinya dengan sihir. Saat lawannya berusaha mengaktifkan sihirnya, sementara itu juga Shinya berusaha menganggu prosesnya.
Agar penggunaan sihir itu gagal.
Cara bertarung Shinya memang cukup licik. Dan lagi Shinya seakan-akan memiliki banyak celah lengah. Jika dia dan Shinya berperang sungguhan, apakah dia bisa membunuh orang yang satu ini? Guren sendiri tidak tahu jawabannya.
Tapi, untuk saat ini,
“ ... sebenarnya, apa yang terjadi, ya?”
Guren berpura-pura berkata demikian.
Namun, Shinya sudah tidak lagi menoleh ke arahnya.
Dan lagi, sepertinya Shinya pun sudah kehilangan minat untuk melihat pertarungan selanjutnya, yang merupakan pertarungan Guren.
“Selanjutnya, Ichinose Guren. Maju”
Namanya dipanggil oleh wasit.
Shinya sudah tidak ada lagi di tempat itu. Dia telah kembali ke dalam ruang kelas.
Guren pun hanya tertawa kecil mengetahui hal itu.
Lalu,
“Ichinose Guren! Cepat maju ke depan!”
Mendengar panggilan itu, dengan segera Guren menghadap ke depan.
“Ah, maaf” Dia pun berjalan menuju tengah-tengah lapangan.
Dari belakang, Shigure berkata,
“Tuan Guren! Berjuanglah!”
Shigure memberikan semangat, namun, para murid yang mendengar itu justru tertawa.
Guru wali kelasnya yang bernama Aiuchi Saia pun takkuasa menahan tawanya.
“Yah, kalau pertarungan ini kelasku kalah, tidak apa-apa, deh” ujarnya.
Grup kelas yang menjadi lawannya justru lebih kejam kata-katanya. Mereka berkata hal semacam kalau kau sampai kalah dari tikus sampah, itu akan memalukan seumur hidupmu! kepada murid yang menjadi lawan Guren.
“ ............” Guren hanya diam.
Namun kali ini, Guren bermaksud untuk tidak akan kalah. Itu karena dia ingin mencoba melawan Hiiragi Seishirou dipertarungannya yang kedua nantinya. Tentu saja saat itulah Guren bermaksud untuk kalah. Namun, jika dia mencoba melawannya, mungkin dia akan bisa sedikit mengetahui, seberapa besarkah kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang dari keluarga Hiiragi.
Maka dari itu, kali ini Guren bermaksud untuk menang.
Walaupun, ia akan melakukannya dengan seakan-akan hampir saja akan kalah.
Murid laki-laki yang menjadi lawannya pun akhirnya muncul ke depan. Wajahnya terlihat sangat gerogi. Gerakannya dan juga tingkahnya terlihat sangat lamban dan bodoh. Dia mengenggam tombak ditangannya.
Guren pun meletakkan tanggannya pada pedang yang disarungkan di pinggangnya. Ia lalu menundukkan kepala, membeli salam hormat, dan berkata,
“Mohon kerja samanya”
Lawannya yang mendengar hal itu, hanya mendengus kesal dan berkata,
“Jangan mengajakku bicara, Tikus! Kubunuh kau!”
“Wah, maafkan aku”
“Sudahlah. Ayo cepat kita lakukan. Akan kuhancurkan kau”
“Mohon jangan terlalu serius menghadapiku ....”
Dan pertandingan pun dimulai.
Namun pertandingan itu, sama sekali tidak mempunyai hal seru untuk dibicarakan.
Guren menunjukkan cara bertarung yang benar-benar payah. Dia bertarung dengan berusaha mempertahankan diri, tanpa menyerang, bermaksud untuk seakan-akan mati-matian kabur ke sana kemari di lapangan pertandingan, hingga pertandingan mendekati akhir. Namun, hanya dengan satu pukulan yang benar-benar secara taksengaja dilayangkannya, lawannya langsung pingsan begitu saja.
“Pemenangnya, Ichinose Guren”
Begitu namanya disebut, dari lapangan tempat berlatih itulah, cemoohan datang menghujaninya.
Teman sekelasnya pun mengolok-oloknya dengan berkata bahwa dia memalukan kelas mereka.
Dengan wajah yang ceria, Goshi berkata,
“Kau ini benar-benar lemah, ya”
Ditambah lagi, Mito pun berkata,
“Apa kau tidak merasa malu harus dikawal oleh Shigure, jika kekuatanmu hanya seperti itu? Sebagai orang yang membebani para pengawalmu, apa kau tidak merasa bahwa seharusnya kau lebih berusaha?”
Dia marah seakan ke dirinya sendiri. Sepertinya, di dalam diri gadis itu mulai muncul perasan kasihan terhadap Shigure yang merupakan pengawal dengan kekuatan yang hebat.
Guren yang dihadapi pertanyaan itu hanya menjawab.
“ ... Hem. Yah, selama ini aku selalu merasa bersalah kepada Shigure, sih ....”
“Kalau begitu, cepat bebaskan dia. Kau ini tidak punya syarat yang pantas untuk dilayani olehnya”
“ .......... “
Guren menerima protesan semacam itu. Shigure lantas berusaha menghentikan hal itu.
“Tolong hentikan. Kalau kau mengolok-olok Tuanku lebih dari ini, aku tidak akan memaafkanmu”
Mendengar hal itu, murid-murid pun tertawa. Mereka berkata bahwa dia itu orang bodoh karena selalu saja dilindungi oleh perempuan. Atau juga apa pemimpin dari Ichinose itu selalu saja orang pengecut?
Mito lantas menatap tajam ke arah Guren.
“Apa kau benar-benar tidak merasa malu?”
Tanyanya kepada Guren. Guren yang mendengar itu hanya tertawa.
“Tentu saja aku malu. Setiap hari aku selalu merasa malu karena aku tidak memiliki kekuatan”
Dan yang diucapkan Guren itu sebuah kenyataan baginya.
Guren selalu saja berpikir hal itu. Berpikir tentang bagaimana dirinya yang sekarang ini, tidaklah memiliki kekuatan. Dia merasa malu akan dirinya, yang tidak memiliki kekuatan yang bisa menghancurkan semuanya.
Mito yang mendengar jawaban itu kembali berkata.
“Kalau begitu, kenapa kau tidak berusaha?”
Guren yang ditanya hal semacam itu,
--------kenapa kau tidak berusaha?
Itu karena,
“ ...... Entah, lah ...”
Guren berkata demikian, dengan wajah takmengerti, dan lantas berbalik.
Kemudian, dari lapangan pertandingan di sebelah, terdengar suara riuh riang. Suara riuh yang sama seperti saat Shinya muncul di lapangan pertandingan.
Di sana seharusnya merupakan lapangan tempat berlangsungnya pertandingan antara kelas 1-3 dan 1-5.
Dan seharusnya, di kelas 1-3 ada Mahiru di sana.
Guren pun menatap ke arah lapangan pertandingan itu.
Dan tepat seperti yang diduga Guren, di pertandingan yang berlangsung, Mahiru sedang bertanding.
Gerakkan Mahiru sangatlah cepat. Kemungkinan besar, lebih cepat dari gerakkan Shinya. Dan lagi, gerakkan itu sangatlah indah.
Lawan Mahiru, terlihat seperti lawan dengan kekuatan yang setara dengan Mito. Namun, Mahiru dapat melampaui kekuatan yang dimiliki itu dengan mudahnya.
Sepertinya, selama sepuluh tahun mereka tidak saling bertemu, Mahiru telah mendapatkan kekuatan yang besar.
Namun, entah apakah itu kekuatan yang berasal dari usaha keras yang dilakukannya, ataukah karena kemampuan yang didapat dari darah Hiiragi yang mengalir dalam tubuhnya.
Kemungkinan besar, adalah dari keduanya.
Guren memandang Mahiru.
“ ..... Usaha, ya?” Guren bergumam sekali lagi.
Dan saat itu jugalah, Guren mendengar suara teriakkan kesakitan dari lapangan yang berbeda. Suara itu adalah suara anak perempuan yang cukup dikenal oleh Guren.
“Sayuri ...?”
Guren lantas berbalik.
Suara itu berasal dari lapangan yang seharusnya merupakan lapangan tempat pertandingan kelas 1-1 dan kelas 1-4.
Dari lapangan itu, juga terdengar suara riuh riang.
Suara riuh yang sama persis dengan saat Mahiru dan Shinya muncul di pertandingan.
Dan bersamaan dengan itu,
“Bunuh! Bunuh!” terdengar suara teriakkan serentak.
“Habisi saja dia, Tuan Seishirou!”
“Bunuh saja babi betina Ichinose yang kotor itu!”
Guren melihat ke arah suara itu.
Di sana Sayuri sedang bertarung melawan Hiiragi Seishirou.
Namun, sosok Sayuri sudah benar-benar babak belur. Darah mengalir dari bibirnya yang kemungkinan sobek karena terkena pukulan. Nafasnya tersengal-sengal. Kelihatannya dia sudah tidak lagi memiliki kekuatan. Ditambah lagi, baju serangam sailor bagian depannya terkoyak-koyak. Dan untuk menahan koyakkan bajunya itu, Sayuri menggunakan tangan kiri untuk menutupinya.
Seishirou yang dilawannya, tertawa cengengesan, seraya berkata.
“Apa? Jadi kau masih bisa bertahan? Apa kau bermaksud melawanku dengan satu tangan sambil menutup-nutupi dadamu itu?”
Murid-murid yang mendengarnya pun tertawa.
“Kalau begitu, sekalian saja buat dia telanjang bulat!”
“Tidak tahu malu sekali, kalau hewan ternak sampai mengenakan pakaian!”
Terdengar suara-suara seperti itu.
Seishirou membuka tangannya lebar-lebar menerima permintaan itu, dan kemudian berkata.
“Begitulah, kata mereka. Kalau begitu, sesuai dengan harapan mereka ... akan kubuat kau telanjang, ya”
Seishirou pun maju selangkah ke depan.
Sayuri bereaksi dengan segera membungkukkan tubuhnya, namun gerakkan Seishirou jauh lebih cepat darinya. Tangan Seishiro mendekat ke arah dada Sayuri.
“Urgh!”
Sayuri berusaha menghalau tangan tersebut. Namun halauan tangan Sayuri tidak mengenai tangan Seishirou. Seishirou lantas merubah arah tangannya dari dada sayuri, mengepal dan menghantamkannya ke wajah Sayuri.
“Aaaaah”
Kepala Sayuri begeming keras menerima pukulan itu. Dari celah robekkan baju seragamnya, terlihat pakaian dalam yang dikenakannya.
Namun Seishirou tidak menghentikan serangannya.
“Oi, hewan ternak! Jangan tunjukkan benda menjijikan macam itu!”
Seishirou lantas meninju perut Sayuri.
“Urgh!”
Tubuh gadis itu pun melengkung bagaikan huruf “C” . Dan wajah Sayuri yang tertunduk ke bawah, di tendangnya dengan sikut kaki, bagaikan sedang menendang bola.
Kemungkinan besar, saat itu Sayuri telah kehilangan kesadarannya.
Perbedaan kekuatan antara Seishirou dan Sayuri sangatlah jauh. Bagi Sayuri, Seishirou adalah lawan yang tidak bisa dihadapinya.
Dan karenanya, pada saat itu, seharunya telah ditentukan siapakah pemenangnya.
“Ayo!”

Sekali lagi, Seishirou menendang tubuh Sayuri. Dia lantas memukul sayuri yang telah pingsan agar terbangun.
Meskipun Sayuri telah kehilangan kesadaran, Seishirou terus menerus memukul Sayuri sambil tertawa.
“Sial”
Guren geram, dan segera berlari.
Berlari langsung menuju ke arah lapangan pertandingan itu, dan berteriak.
“Wasit! Kenapa kau tidak menghentikannya!”
Namun, para guru yang seharusnya menjadi wasit, hanya menatap Guren dan lantas tertawa.
Ternyata, para guru itu juga merupakan kelompok dari Seishirou.
Seishirou melihat ke arah Guren.
Lalu, tertawa.
Dia lantas mencengkram erat leher Sayuri, dan berkata.
“Wah, akhirnya datang juga. Lihat, nih. Apa yang akan kau lakukan? Pengawalmu ini akan mati, lo”
“ .... Urgh!”
“Hahaha, apa-apaan matamu itu? Apa kau mau melawanku meskipun kau ini lemah? Oke, takmasalah. Ayo kita lakukan. Kita tidak perlu menunggu pertandingan hingga besok. Ayo kita lihat sekarang juga, mana yang lebih kuat antara Hiiragi dan Ichinose” Ujar Seishirou panjang lebar.
Lalu, Guren yang mendengar hal itu pun mengerutkan keningnya.
“ ..... Aa! Sial! Jadi cukup hanya sampai sini?”
Dan Guren pun bermaksud untuk maju ke depan.
Namun pada saat itu,
“ ..... Tunggu” Seseorang menggenggam lengannya.
“Dengan kekuatanmu, kau tidak akan menang melawan Seishirou. Jika kau pergi, maka kau akan terbunuh”
Dan saat orang itu berkata demikian, Guren menoleh ke arahnya.
Di sanalah Mahiru berada. Mahiru yang seharusnya tadi masih berada di lapangan pertandingan dan sedang bertanding, kini sudah bisa berada tepat di belakang Guren, dan mengenggam lengannya.
Guren menatap mata Mahiru.
Mahiru lantas memberi senyum kecil kepada Guren, dan kemudian mengangkat pandangannya ke arah Seishirou.
Mahiru pun berkata.
“Jangan bilang, kau berniat membunuh seseorang di sini?”
Seishirou lantas merendahkan pandangannya, menatap dingin ke arah Mahiru, dan berkata.
“ ..... Oh, Mahiru, ya. Ada apa? Apa kau berniat protes tentang apa yang kuperbuat?”
“Tentu saja, kan. Perbuatan yang kau lakukan, akan bisa mencemari nama—“
“Mana kupeduli hal macam itu”
Dan saat itulah Mahiru melompat. Gerakkan dari Mahiru memanglah indah dan juga tidak memakan waktu semenit pun.
Diulurkan tangan kirinya ke arah Seishirou.
Seishirou berusaha menghalau tangan Mahiru, tetapi entak sejak kapan, lengan Mahiru sudah bisa merebut Sayuri dari tangan Seishirou.
“Cih”
Seshirou merasa kesal. Dia pun berusaha untuk mengayuhkan pukulan ke arah Mahiru, namun, Mahiru segera mendongakkan kepalanya, dan menatap ke arah Seishirou, lantas berkata,
“------Apa kau benar-benar ingin melanjutkan lebih dari ini?”
Dan pada saat yang sekejap.
Benar-benar hanya dalam waktu yang sekejap saja, dapat terasa, dari dalam diri Mahiru, keluar aura membunuh. Namun, yang bisa merasakan aura itu di tempat ini dan saat ini, hanyalah beberapa orang saja.
Aura itu benar-benar sulit untuk disadari, dan merupakan kejadian yang berlangsung sebentar.
Seishirou sepertinya menyadari aura itu. Dia menghentikan tangannya, menatap sinis dan tajam Mahiru.
“ ..... Dasar brengsek. Jangan mentang-mentang kau ini menjadi anak kesayangan Ayah, lantas kau jadi belagu be—“
“Aku tidak menjadi seperti itu. Dan aku pun tidak pernah bermaksud menjadi anak kesayangan Ayah.”
“Brengsek, kau!
“Lagipula, aku pun tidak berniat untuk berbicara denganmu lebih dari ini. Wasit. Pertandingan ini harusnya sudah berakhir, kan?”
Lalu, para wasit melihat ke arah Mahiru,
“A-a-anu .... maafkan ka—“
“Sudahlah. Cepat! Buatlah pertandingan takpantas dilihat ini berakhir”
“Ba-baik ....”
Dan kemudian, wasit mengumumkan bahwa pemenangnya adalah Seishirou.
Sambil memeluk Sayuri yang kehilangan kesadaran, Mahiru berjalan kembali menuju ke arah Guren. Kemudian, seraya menyerahkan Sayuri kepada Guren, Mahiru pun berkata.
“Ini, pelayanmu”
Guren pun menerima tubuh Sayuri itu.
“ ...... anu, maafkan—“
Namun, perkataan Guren itu, disela oleh Mahiru.
“Aku benci menerima permintaan maaf darimu. Terutama darimu, yang selalu saja tidak bisa melindungi anak perempuan, dan juga dirimu lemah ....”
Seraya berkata demikian, Mahiru pergi meninggalkan Guren.
Dirimu yang lemah.
Kata-kata itu berulang kali bergema dalam benak Guren.
Namun, Guren sama sekali tidak mengerti apa maksud sebenarnya dari perkataan Mahiru sebelum pernyataan dirimu yang lemah.
Apakah yang dimaksud adalah tentang kegagalannya dalam melindungi Sayuri? Ataukah, tentang Guren yang tidak berusaha untuk mendapatkan kembali Mahi---, ah bukan itu. Melainkan, ataukah, tentang Guren yang tidak berusaha untuk mendapatkan kembali ‘dirinya’?
“ ............. ”
Guren memandang sosok Mahiru yang berlalu pergi membelakanginya.
Kemudian, terdengar suara dari pelukkan lengannya.
“ ...... eh, lo, saya .....”
Sayuri membuka matanya. Seluruh wajahnya penuh dengan luka lebam.
Walaupun dia seorang gadis, namun dirinya penuh dengan luka.
Tetapi, Sayuri melihat Guren dengan senyuman yang terlihat senang.
“A, aaa, begitu, ya .... Tuan Guren datang menyelamatkan saya, ya?”
“ ..........”
“A-anu, maafkan saya. Saya tidak bisa menang”
“ ..........”
“Te-te-tetapi, anu, saya sudah berusaha dengan baik agar tidak sampai menggunakan sihir dari Ichinose”
“ ..........”
“ Walaupun, saya kalah dengan sangat memalukan, teta—“
Guren menyela perkataan gadis itu, dengan berkata.
“Sudah jangan berbicara. Itu hanya akan menambah lukamu. Lagipula kau tidak memalukan. Kau berusaha dengan sangat baik di lingkungan yang brengsek ini”
“Te-tetapi ....”
“Kubilang jangan berbicara, kan!”
Lalu, Sayuri pun terdiam.
Shigure akhirnya sampai dan tiba dari arah belakang punggung Guren.
“Tuan Guren, biar saya yang membawa Sayuri—“
“Tidak. Biar aku yang membawanya. Kita pulang ke mansion. Pertandingan kita hari ini telah selesai”
“Baik”
“Dan, hari ini, kalian telah berjuang dengan sangat baik” Ujar Guren.
Guren pun membenci dirinya yang lemah, yang hanya bisa berkata hal seperti itu.
Namun, Seishirou yang berada di belakang mereka, mencemooh dengan tatapan wajah yang membodoh-bodohi mereka,
“Dasar pecundang”
Dan dalam sekejap, kembali lagi terdengar suara gelak tawa.
Semua orang dan juga Seishirou, menertawakannya.
Sayuri dan Shigure menunjukkan wajah penuh kesesakkan mendapatkan hal itu.
Guren tidak masalah mendapati cemoohan itu. Namun dia tidaklah tahan melihat kedua gadis itu terluka.
Karena itu.
“ ..........”
Karena itu, si bodoh itu, pasti akan ------
Si sampah brengsek Hiiragi yang besar kepala itu, pasti akan dibunuhnya. Itulah yang dipikirkan Guren.
Kalau dia bisa melakukan hal itu, seberapa puaskah perasaanya nanti? Tanpa memikirkan apapun. Dan dengan membuang semua ambisi yang ada, apabila dia menyerahkan dirinya kepada kemarahan yang dirasakan, seberapa menyenangkannya, kah, hal itu? Guren memikirkan hal semacam itu------Lalu, Guren pun berbalik arah, dan
“ ..... tolong, jangan terlalu kejam menindas kami” ujar Guren dengan nada suara yang terdengar seperti seorang penakut.
Lagi-lagi terdengar gelak tawa terbahak-bahak takterkendali.
Wajah dari para murid-murid Hiiragi, seakan berkata, karena menyenangkan, kami jadi tanpa sadar melakukannya.
Sayuri yang digendong dalam dekapannya, mengepalkan tangannya dengan sangat erat.
Guren mengerutkan keningnya.
Di dalam kepalanya, kembali lagi terngiang kata-kata dari Mahiru.
“Aku benci menerima permintaan maaf darimu. Terutama darimu, yang selalu saja tidak bisa melindungi anak perempuan, dan juga dirimu lemah ....”
“ ..... Tepat sekali”
Dengan perasaan kesal, Guren meninggalkan lapangan dan juga sekolahnya.