Clockwork Planet
Bab 4
Conquistador (19:30)
Bagian 2


Naoto tidak dapat menjelaskan hal itu dengan berurutan.
Karena penglihatannya—bukan, penglihatan manusia yang tidak sempurna hanya bisa mengira kalau semua hal itu terjadi di waktu yang sama.
Kejadiannya memang seperti itu.
Dia merasa seakan 5 menit telah terpotong dalam sebuah film.
Sebuah perasaan yang tidak alami, perasaan dimana semua yang seharusnya terjadi malah dihapus.
Sebuah realita tidak logis dimana setiap perubahan yang terjadi berlangsung selama sekejap.
Pemandangan itu bahkan seperti sebuah adegan menghina Dewa yang tidak bisa dijelaskan.
Jika orang harus memulai dari permulaan yang jelas–maka,
Pertama-tama, 16 automata militer yang berdiri menghalangi mereka dicabik-cabik serentak.
Sisa-sisa mereka jatuh bertumpuk, dan ratusan automata berarmor ringan juga disayat di sepanjang leher, tubuh dan kaki, tanpa pengecualian.
Artileri otomatis, yang dipasang di posisi vital, disayat secara horizontal seakan-akan artileri itu adalah alat peraga yang digunakan untuk komedi.
Helikopter siluman, yang berjumlah lebih dari 10, sudah memberikan semacam tekanan saat mereka mendominasi langit, tapi rotor mereka lepas tanpa jejak, dan ledakan-ledakan bergema sebelum mereka dapat jatuh ke tanah.
Itulah permulaannya, dan juga akhirnya.
Batalion militer tanpa awak yang berukuran besar dan diturunkan untuk menyegel menara inti dihancurkan menjadi besi rongsok sepenuhnya ‘dalam sekejap’, seperti yang istilah itu isyaratkan, mereka jatuh ke tanah dan tergeletak dalam tumpukan.
“A-Apa…yang terjadi…?”
Halter bergumam, dia ternganga keheranan.
“…Apa RyuZU melakukan semua ini?”
Naoto berkata begitu, dan mendadak menyadari beban yang nyaman sedang bersandar di kakinya.
Dia melihat ke bawah dan menemukan RyuZU sedang bersandar di kakinya dengan wajah yang menunjukkan ekspresi seorang anak yang dinina bobokan oleh orang tuanya,
“Be-benar, aku harus memutar pegasnya–”
Naoto mengingat kembali permintaan yang ditujukan padanya, dan buru-buru mendudukkan RyuZU.
Dia menyokong pinggang ramping RyuZU dengan lengannya, menyibak beberapa helai rambut peraknya, mencari-cari pegas RyuZU–pegangan kecil yang disembunyikan dengan cerdas di dahinya, dan memutarnya dengan hati-hati.
Di sisi lain, Marie menjerit,
“Imajiner…? Waktu imajiner–!?”
Matanya menunjukkan rasa takut yang tidak bisa disembunyikan seluruhnya,
“Ba-bagaimana mungkin bisa…mengendalikan waktu adalah sebuah kemampuan yang bahkan tidak ada dalam rumor! Bagaimana mungkin itu terjadi!?”
“Ah, maaf menyela perkataan anda saat anda sangat kesal, tapi apa anda keberatan menjelasakan situasi ini?”
Aku tidak mengerti. Halter mengangguk.
Dan Naoto menoleh ke arah Marie dengan sikap sangat tertarik sambil terus memutar pegas RyuZU.
Marie menelan ludahnya.
Setelah mengambil napas dalam-dalam, dia menenangkan dirinya sendiri, dan berkata,
“–Waktu imajiner adalah waktu yang berlangusng seperti bagaimana waktu mengalir dalam sebuah mimpi atau semacamnya…misalnya, yah, apa kalian pernah berada dalam situasi dimana kalian hanya tidur beberapa menit tapi mimpimu sangat panjang sekitar beberapa hari?”
Dalam mimpi, waktu tidak hanya lewat begitu saja.
Dalam mimpi tidak ada kontinuitas dan harmoni.
Waktu yang dideteksi dalam mimpi akan dipercepat dan diperlambat dalam waktu tertentu, dan dapat melompat ke masa lalu maupun masa depan dengan mudah.
Hal itu mendemonstrasikan fakta kalau konsep ‘waktu’ itu semuanya relatif.
Konsep waktu absolut yang mengalir dari masa lalu menuju masa depan dengan kecepatan reguler–jam hanya mengukur kesadaran kontinyu manusia terhadap waktu biasa.
Bukti yang menunjukkan ini adalah dengan menggunakan matematika, telah dibuktikan kalau bidang waktu ini berjalan tegak lurus terhadap bidang waktu normal.
Faktanya, bilangan imajiner tidak ada.
Oleh karena itu–bilangan itu disebut ‘Bilangan Imajiner’.

–Di hadapan celotehan panjang dari Marie ini, Naoto berkata,
“Erm, maaf. Aku tidak mengerti bahasa yang kau gunakan.”
“Aku membicarakan semua hal ini dalam bahasa Jepang, oke!?”
Marie berteriak sekuat tenaga saat dia meraung, dan terengah-engah dengan geram.
Di sampingnya, Halter terdengar skeptis.
“…Tapi apa hal seperti itu benar-benar ada? Maaf, aku benar-benar tidak tahu apapun.”
Toh aku ini hanya seorang Gazelle. Marie kemudian menjawab gumaman Halter,
“…Hal itu tidak ada. Tidak, aku tidak tahu bahkan jika hal itu memang ada.”
Pengamatan waktu imajiner hanya bisa ditunjukkan melalui matematika, dan pertama-tama  sesuatu itu harus berjalan dalam waktu imajiner.
Karena kesadaran manusia adalah sesuatu yang hanya bisa mengalir kontinyu dalam satu arah, konsep seperti itu tidak pernah bisa dipahami, apalagi diamati.
Tapi, yah, Naoto memiringkan kepalanya.
Dia menghentikan tangannya yang memutar pegas RyuZU, dan dengan santai menunjuk pada RyuZU,
“Bukannya kita punya satu disini?’
“Karena itu kubilang hal itu tidak mungkin!!”
Mencoba menenangkan Marie yang berteriak, Halter menyela dan menyimpulkan,
“Dengan kata lain, Missy ini bisa mengendalikan waktu imajiner dan bergerak dalam bidang waktu yang berbeda dari kita, menyebabkan kehancuran seperti itu, ya?”
“Tidak–itu tidak mungkin.”
Merespons jawaban Halter, Marie menggelengkan kepalanya dengan keras untuk menyangkalnya.
“Tidak mungkin. Menggunakan enrgi plus untuk memberi output minus…tidak ada cara untuk menjelaskan aksi mustahil itu. Itu mungkin hanya nama acak dan hal yang berbeda–”
“Ah, benda itu, kan?”
Naoto mendadak terlihat seolah-olah menyadari sesuatu saat dia berteriak.
Marie memasang wajah skeptis.
“Apa? Kau punya petunjuk?”
“RyuZU tadi mengatakan hal itu kan? Fungsinya berhenti karena suatu gir tertentu.”
“Ahh, ngomong-ngomong…”
“RyuZU rusak karena satu gir itu–”
Naoto berkata begitu,

“Gir itu berputar searah jarum jam, tapi memberi energi kinetik berlawanan arah jarum jam.”

“…………………………………………………………………………..Hah?”
Setelah kesunyian yang panjang, Marie menaikkan matanya dan menatap Naoto,
“A-Apa yang tadi kau katakan?”
“Tidak banyak. Seperti yang kukatakan. Dengan adanya gir seperti itu, selama hal itu tidak masalah–”
“Bagaimana caranya kau memperbaiki hal semacam itu!?”
“Eh, erm–apa itu sungguh aneh?”
Marie kemudian menyela, dan berteriak,
“Itu pastinya sangat aneh, kan!? Pada awalnya hal seperti itu tidak mungkin ada! Apa kau ini gila atau semacamnya!?”
“E-erm…?”
“Pikirkan dengan benar!! Apa yang sebenarnya kau pelajari di sekolah!?”
“Ah, yah…aku selalu tidur kecuali kelas praktik.”
Tehee, Naoto menjulurkan lidahnya, dan Marie menatapnya tanpa berkata-kata.
Merasakan ada aura berbahaya yang keluar dari Marie, Naoto melanjutkan dengan penuh ketakutan,
“Ah…yah, kau mungkin tidak pernah memperbaikinya karena kau memutuskan kalau gir itu seharusnya berputar searah jarum jam, kan?”
Dan kemudian, Marie mendesis dengan ekspresi dan nada dingin,
“Apa kau pikir melempar bola ke depan kemudian bola itu melayang ke arahmu dari belakang itu mungkin?”
Setelah mendengar pertanyaan Marie, Naoto memiringkan kepalanya, ternganga keheranan.
“……Ahh, setelah kau mengatakan hal itu, gir itu memang sedikit aneh, kan?”
“Benar. Karena itulah–”
Sepertinya dia akhirnya mengerti. Ketika Marie menghela napas lega, Naoto berkata,
“Tapi tidak ada pilihan lain jika desainnya memang seperti itu, kan?”
“J-J-J-JANGAN BERCANDA—————————————!!!!!!!”

Marie berseru dalam penderitaan dan rambutnya kusut.
Bahunya bergetar,
“Semua generasi dalam 1300 tahun keluarga Breguet sebenarnya kalah pada orang brengsek yang gila dan tidak mengesankan…lelucon macam apa ini…!?”
Bangsat! Marie mau tidak mau menggertakkan giginya.
Orang dungu di depannya ini memang benar-benar seperti yang dia sendiri gambarkan–orang yang tidak memiliki akal sehat.
Jika bukan karena logika irasional dan menjengkelkan ini, mereka tidak mungkin bisa memperbaiki automata ini. Dalam hal itu—Begitu ya. Marie bisa benar-benar memahami mengapa semua teknisi yang terlahir dalam keluarga Breguet telah gagal.
Dia bisa memahami itu, tapi,
“…Aku benar-benar tidak mau mengakuinya. Apa-apaan dengan pemikiran irasional ini yang menentang semua pemikiran lainnya…?”
Setelah mendengar Marie mengeluh dalam penderitaan, Naoto memiringkan kepalanya, dan berkata,
“Tapi kau tahu, kita harusnya tidak membicarakan mengenai akal sehat apa atau hal tidak mungkin saat ini, kan?’
“…Apa yang mau kau katakan?”
“Karena RyuZU dibuat oleh ‘Y’, kan?”
“Iya, terus?”
“Kau tahu kan–seseorang yang bisa berpikir menggunakan gir-gir untuk menggerakkan seluruh planet itu gila atau semacamnya, kan?”
“———————————————————————————————————–”
“Jika orang seperti itu membuat sebuah automata. Logis bila dia melampaui akal sehat, kan?”
“———————————————————————————————————–”
Marie tidak bisa menjawab.
Lidahnya kelihatan membeku dan tidak bisa bergerak.
‘Y’.
Teknisi legendaris yang nama aslinya tidak diketahui siapapun.
Dia adalah desainer planet ini–‘Clockwork Planet’, dan juga pencipta RyuZU.
Marie tidak pernah meragukan keberadaannya.
Marie menghormatinya sebagai seorang teknisi, dan meneliti dengan keras demi mengejar kemampuan yang dia tinggalkan.
Namun,
Untuk pertama kalinya, pada hari ini, dia menemukan semacam anomali pada dirinya.
Monster itu yang menciptakan kemampuan yang belum dilampaui bahkan setelah ribuan tahun, mendesain cetak biru planet ini, dan bahkan memiliki kendali waktu relatif–waktu imajiner.
“–Ini tidak masuk akal. Hal sepert itu tidak mungkin ada.”
Tapi seberapapun anehnya hal itu, kemampuan dan benda itu sendiri ada tepat di depannya. Karena itulah dia tidak memiliki pilihan selain mengakui hal itu. Seperti yang Naoto katakan, hal itu adalah ‘sesuatu semacam itu’.
…Namun, rasa dingin yang dia rasakan saat itu tidak menghilang.
Perasaaan tanah di bawah kakinya sedang ambruk tidak terkikis.
“–”
Di momen itu,
“……Selamat pagi, Master Naoto.”
RyuZU, setelah pegasnya diputar, menjadi aktif kembali.
Setelah melihat hal itu, Marie dan Halter tanpa sadar memasang kuda-kuda bertahan.
Apa yang mata mereka tunjukkan saat mereka menatap RyuZU itu jelas kelihatan–ketakutan.
Itu adalah reaksi paling alami yang bisa dilakukan seorang teknisi jam setelah menyaksikan langsung RyuZU si automata menampilkan kemampuan tidak masuk akal itu.
Dual time–Mute Scream.
Seperti yang kata itu indikasikan, itu adalah sebuah fungsi yang menyebarkan kematian secara diam-diam.
Automata ini bisa menghancurkan apapun dan semuanya saat waktu berdiam, tanpa perlawanan apapun yang menghalanginya.
–Selain itu, tidak ada satupun dari mereka yang bisa menjamin kalau mereka tidak akan diserang.
Kalau dia hanyalah sebuah senjata, maka itu tidak masalah,
Tapi RyuZU, sebuah automata, memiliki keinginannya sendiri, dan tidak akan menerima perintah mereka.
Selain itu, dia tidak terikat oleh ‘kode etik’. Itu berarti dia bisa membunuh. Jika diperlukan, automata ini bisa membunuh orang dengan mudah…
Dengan kenyataaan seperti itu yang dihamparkan di depan mereka, tidak ada orang yang akan tetap tidak merasa takut. Tidak akan ada orang yang pemberani.
Tapi saat RyuZU pelan-pelan berdiri,
“RyuZU.”
Naoto menarik napas dalam-dalam,
“Kumohon jadilah pengantinku!!!”
Dia berseru.
RyuZU memberikan balasan dengan segera.
Suaranya sejelas sebuah kotak musik, lembut dan melodis.
Pipinya sedikit memerah, senyum tipisnya dipenuhi dengan sedikit emosi yang tercampur.
Dia berkata,
“Sepertinya anda sudah tergila-gila pada hamba, Master Naoto. Namun hamba menyarankan anda harus memahami posisi anda sendiri.
——……
Setelah mendengar penolakan tanpa belas kasihan seperti itu, Naoto rubuh ke tanah sambil menggeliat.
Kesunyian yang menyayat hati menyelimuti mereka.
Marie mengangkat kepalanya, dan menoleh kepada Halter,
Dia juga menyipitkan mata kosongnya dan menoleh balik pada Marie, yang mengangguk saat Marie menatap wajahnya yang suram dan dingin. Keduanya memikirkan hal yang sama,
Apa yang orang ini katakan sekarang–
“Naoto…”
Marie menghela napas sambil berkata pada anak laki-laki yang gemetar dan merangkak,
“Kau ini masih normal, kan–tidak, kurasa itu sudah tidak mungkin, tapi apa kau tidak apa-apa? Proses berpikir aneh macam apa yang kau miliki sampai-sampai kau bicara begitu…?”
Tapi Naoto menggigil sambil menjawab dengan suara amat kecil,
“Tidak…tadi itu kukatakan secara refleks…”
Karena–kupikir aku tidak punya pilihan setelah melihat hal semacam itu.
Naoto berpikir saat dia menggigil.
Dia menyukai permesinan, mencintai permesinan, dan gairahnya sangat tinggi terhadap permesinan sampai-sampai dia hidup untuk permesinan.
Di kehidupannya, dikelilingi banyak sekali gir, keberadaan RyuZU tentunya adalah hal terbaik yang terjadi padanya.
Sebagai sebuah automata dengan spesifikasi terbaik, RyuZU memiliki penampilan seorang gadis yang sangat, sangat, sangat imut, suara putaran gir-gir yang mirip suara nanyian bidadari, dan Naoto secara kebetulan menjadi tuannya. Jadi,,
–Bagaimana mungkin aku TIDAK jatuh cinta padanya?
Dan transformasi tadi juga.
Setelah dia melihat gadis ini, makhluk paling penting baginya di alam semesta, muncul dengan gaun pengantin, dia merasa, kapan lagi aku bisa menyatakan cintaku selain saat ini!
Ini bukanlah sebuah dalih; ini adalah teriakan jiwanya, yang dipacu oleh instingnya.
–Jadi, karena itu
Kata-kata RyuZU menusuk hatinya seperti pukulan mematikan.
“Master Naoto, hamba menyimpulkan kalau pikiran anda telah terpengaruh sesuatu.”
RyuZU kemudian mengulangi kata-katanya,
“–Walaupun hamba adalah karya seni tertinggi, sebuah automata yang tiada bandingannya, konsep pernikahan adalah konsep dimana pengantin pria dan wanita memiliki kedudukan yang sama. Bagi sebuah mesin jam pengikut yang mengagumkan ini diminta hal seperti itu, bisa dibilang konsep tersebut adalah konsep yang inkoheren; lebih jelasnya, konsep itu adalah sebuah abnormalitas.”
“Jangan mengatakannya! Nilai kehidupanku sudah negatif!”
Fufufu, Naoto terus menggambar lingkaran saat dia tergeletak di tanah dan berkata,
“Tidako, erm, aku mengerti…aku tahu kalau RyuZU sudah merasa malu memiliku sebagai tuanmu. Ya, aku bertingkah terlalu bodoh…yah, aku mengupgrademu dari harta karun terhebat di dunia menjadi harta karun terhebat di pikiranku…jadi aku kehilangan kendali. Aku akan merenungkan hal ini dalam-dalam dan mencari lubang untuk mengubur diriku sendiri.”
Bahkan Marie pun sedikit mengasihani Naoto saat dia bicara pada punggung yang sedang gemetar dalam derita,
“Y-yah…tenanglah sedikit, oke? Walaupun siapapun akan kabur setelah dilamar oleh seseorang sepertimu. Tapi kau tahu, jika kau masih hidup, sesuatu mungkin terjadi–”
“–Tolong maafkan saya, Master Marie.”
Entah mengapa, RyuZU bereaksi terhadap kata-kata tadi.
Dia bicara dengan nada serius dan mengancam,
“Sebagai anggota umat manusia, organisme terendah dari semua organism yang memiliki otak lebih rendah dari mitokondria, anda harusnya meninjau inferioritas anda sendiri sebelum memandang rendah pada Master Naoto seperti itu.
“Eh—A-aku berada di pihakmu. Mengapa aku dimarahi seperti itu!? Dan kata-kata di bagian akhir tadi tidak kelihatan membuatmu merasa terhina sama sekali!”
“Hei, Missy.”
Halter menyela, dia kelihatan terkejut saat dia mengelus dagunya sambil berkata,
“…Karena kau ingin membunuh Tuan Putri kami, kurasa ‘hukum etik’ tidak ada sama sekali di dalam dirimu, tapi bukannya kau sudah diatur untuk melayani Master Naotomu tanpa syarat?”
RyuZU menjawab,
“Saya adalah ‘Yourslave’–program yang ‘diatur’ dalam saya hanyalah untuk mengikuti seorang Tuan. Apa itu yang ingin anda katakan?”
“Ya, dengan kata lain, program tersebut tidak pernah menyuruhmu menunjukkan ketertarikan pada tuanmu, kan?”
Kata-kata ini memberi pukulan fatal, dan Naoto sedang menangis dalam derita.
Namun–
“Sepertinya ada perbedaan pemahaman mengenai kata-kata tadi, jadi saya bermaksud untuk mengoreksinya. Memang benar kalau saya ini didesain untuk menjadi seorang ‘pengikut’, melayani tuan saya tanpa syarat, tapi rasa cinta saya pada Master Naoto berasal dari ‘keinginan bebas saya sendiri’. Saya mohon kalian jangan berpikir kalau saya adalah pelacur murahan yang akan membuka kaki saya lebar-lebar setelah mengenali Tuan saya.”
“…Keinginan bebas? Apa automata itu tadi mengatakan istilah itu, Halter!?”
Marie berseru, tapi Naoto mengabaikannya dan berhenti menangis,
RyuZU baru saja mengatakannya. Dia memang mengatakannya.
‘Rasa cinta’.
…Oke, tenang dulu, jangan panik. Naoto berkata pada dirinya sendiri.
Ini adalah jaring laba-laba yang bergantung pada Neraka, dan jika dia menariknya dengan ceroboh, dia akan mengkhianati belas kasih Buddha.
Naoto pelan-pelan berdiri, dan bertanya untuk sementara ini,
“…Mungkin…RyuZU, tidak…membenciku?”
“Hamba? Membenci Master Naoto?”
RyuZU tertegun. Namun, Naoto tidak melewatkan selip ini–atau lebih tepatnya, dia mendengarnya.
Dia mendengarnya dengan jelas karena telah melepaskan headphonenya.
Ada sedikit suara ‘gir yang berubah’ dalam batasan tertentu.
“Alasan apa yang hamba miliki untuk membenci Master Naoto yang berusaha sangat keras untuk mencari benda yang tidak memiliki cacat?”
–Dengan kata lain, tidak ada alasan bagi RyuZU untuk menyukai maupun membencinya.
Mungkin itulah yang dipikirkan Marie dan Halter. Jika Naoto menerima kata-kata ini secara langsung, Naoto akan menghantamkan kepalanya sendiri ke tanah dan menguburnya.
Tapi dia sangat percaya hal itu.
Sampai titik ini, walaupun RyuZU sudah berkata kasar padanya, entah mengapa dia tidak pernah merasa tidak senang. Barangkali ini, mungkin, kiranya bukan karena Naoto memiliki beberapa fetish[1] mesum yang unik.
…Tidak, walaupun dia mungkin harus mengakui  kalau dia melamar RyuZU sebagai seorang kutu mesin, topik ini harusnya tidak mengarah ke sini–
“RyuZU, b-bisakah kau beri tahu aku alasannya? Mengapa kau tidak bisa menjadi ‘pengantin’ku?”
“Karena hamba adalah pengikut Master Naoto…tapi sebagai seorang pengantin–dengan kata lain…seorang pasangan.”
Ekspresi RyuZU tetap sama saat dia menjawab, elegan dan lancar, dan dalam pandangan pertama, tidak ada perubahan.
Kali ini, Naoto tidak melewatkannya lagi. Pandangan RyuZU memang sedikit bergerak-gerak.
“Menjadi pasangan, ini, mengacu pada keberadaan yang berada di posisi yang sama. Dalam hal penampilan, kecerdasan, rasionalitas, dan selera, hamba jauh lebih hebat dari anda Master Naoto, sampai titik dimana perbandingan antara keduanya itu sia-sia. Namun, anda adalah tuan hamba, dan hamba adalah pelayan anda. Jika kita bicara mengenai posisi setara…Hamba memohon pada anda untuk menilai diri anda sendiri terlebih dahulu.”
Setelah mendengar kata-kata itu, Naoto sangat mempercayai hal itu.
Dia bertanya,
“Erm–ini hanya barangkali, RyuZU…apa kau punya ‘filter bahasa kasar’ atau semacamnya di dalam tubuhmu?”
Dan kemudian, RyuZU sedikit memiringkan kepalanya.
Dia menyipitkan matanya mendengar kata-kata itu dan kelihatan terkejut,
“–Bahasa kasar? Hamba? Master Naoto, untuk sesuatu seperti anda yang ada di piramid paling bawah, seseorang seperti hamba yang berdiri di puncak tidak perlu sengaja menghabiskan energi dan kata-kata yang menghina anda, dan merusak karakter hamba sendiri dengan mengatakan bahasa kasar menyerupai manusia seperti itu.”

“““KAU TIDAK MENYADARI HAL ITU!!?”””

Naoto bukan hanya satu-satunya yang berteriak, karena suara Marie dan Halter juga terdengar.
Untuk mengatur napasnya, Naoto meletakkan tangannya di dadanya.
“T-te-te-te-te-te-te-te-tenang dulu, Naoto Miura…! Kau sekarang berdiri di persimpangan terhebat!”
Jika RyuZU memang memiliki swear filter[2] (nama sementara), semua perkataannya sampai titik ini harus dicurigai.
Dia harus mencari cara untuk menghindari swear filter(nama sementara) itu , dan mencari cara untuk menanyakan pikiran RyuZU yang sebenarnya dan tersembunyi dengan cekatan.
–Apa RyuZU sebenarnya menyukai Naoto Miura, atau membencinya?
Dalam hal ini, perbedaan hasilnya akan seperti perbedaan antara Surga dan Neraka…!!
Naoto berkata,
“Ka-Kalau begitu, bagaimana dengan ini? mengangguk jika iya, dan menggelengkan kepala jika tiddak.”
Angguk. RyuZU mengangguk.
…Baiklah, sepertinya aku sudah melewati swear filter (nama sementara) itu jika aku menghentikannya berbicara.
Setelah dia memastikan fakta ini, Naoto mulai menggunakan pikirannya yang jarang ia pakai untuk mendapat jawaban tepat, dan memilih pertanyaannya dengan hati-hati.
Dia bertanya,
“Kalau begitu, pertama…RyuZU, ‘keinginan bebas’ yang kau bicarakan adalah sebuah program yang membuatmu menuruti tuanmu tanpa syarat?”
Geleng— RyuZU menggelengkan kepalanya.
Baik, ini berjalan lancar. Naoto memasang pose fist pump[3] dengan girang.
Jawaban RyuZU memuaskan. Dengan kata lain, walaupun mengikuti Tuannya adalah peraturan bagi RyuZU, perasaan yang mungkin dia miliki bukanlah otomatis.
Dan kemudian, tapi,
“Kalau begitu…apa ada kejadian lain dimana ‘perasaan berkembang karena keinginan bebas tersebut’?”
Setelah berhenti sejenak, Naoto bertanya dengan hati-hati–atau lebih tepatnya, malu-malu.
Karena swear filter (nama sementara) adalah sebuah fungsi yang tidak pernah dikenali RyuZU, ada kemungkinan kalau keinginan bebas ini diinterupsi oleh beberapa peristiwa.
Jika dia tahu kejadian sebelumnya, dia bisa memastikan kondisi pengaktifannya. Oleh karena itu, setelah dia menyimpulkan apakah RyuZU mengaktifkannya tanpa sadar, jika dia bisa menentukan logika di balik itu–
Namun,
Geleng.
RyuZU hanya menggelengkan kepalanya.
“–Eh? Tidak ada, kejadian sebelumnya?”
RyuZU mengangguk.
“E-erm. Dengan kata lain, walaupun itu tidak pernah terjadi sebelumnya–itu bereaksi padaku?”
RyuZU mengangguk
…Naoto mulai merasa semakin bingung.
Walaupun Marie tidak mengatakan hal ini, orang mesum tidak berguna dan sederhana ini sepertinya telah menekan semacam tombol tertentu.
–Ng-Ngomong-ngomong.
Mata lembab RyuZU bergerak-gerak tak menentu.
Pipi putihnya memerah, bibirnya yang sedikit terbuka gemetar.
Punggungnya, yang biasanya tegak dengan elegan, kelihatan tidak stabil saat dia merasa gelisah dan bergoyang-goyang.
Kelihatan seperti—pastinya mirip dengan seorang gadis yang gelisah tentang cintanya.
Apa ini, mungkin, tapi, yang benar saja…?
Tingkahnya sangat mencolok, karena itu berbeda dari responsnya yang biasanya mengatakan kata-kata kasar.
Barangkali inilah RyuZU yang sebenarnya, dan Naoto tidak menyadari hal ini karena ditutupi oleh perkataannya.
…pokoknya harus memeriksa hal ini.
“Kalau begitu, yah, aku hanya punya 2 hal lagi…untuk ‘dipastikan’. Boleh?”
RyuZU mengangguk.
“Pertama–RyuZU, kau punya perasaan padaku, bukan karena desain orang tertentu, tapi karena keinginanmu sendiri, melalui penilaianmu sendiri…apa itu…benar?”
Dengan lembut.
RyuZU mengangguk.
Kehilangan swear filter di titik ini, perasaan yang tersembunyi dalam dirinya dibongkar semua.
Napasnya memendek, tangannya dikepalkan bersama tanpa tahu harus kemana, seakan-akan dia sedang memohon. Mata lembabnya sedikit merendah, tapi sebagai seorang ‘pengikut’, dia tidak bisa memalingkan kepalanya–
Naoto terengah-engah.
Mulutnya sangat kering sampai-sampai dia tidak tahan, dan nadinya berpacu seakan siap meledak.
Ada sesuatu yang panas naik dari dadanya. Dia merasa takut pada gadis yang ada di depannya; dia ingin berteriak dan kabur–tapi dia tetap berdiri kokoh disana.
Pandangannya gemetar.
Dia mengatakan hal terakhir yang ingin dia pastikan.
“–Kalau begitu, seberapa dalam perasaan itu…mengangguklah sebanyak jumlah yang sesuai dengan tingkat ketertarikanmu.”
Itu bisa dianggap sebuah permintaan daripada sebuah konfirmasi.
Wajah automata itu memerah setelah memahami keinginan tuannya, dan dia pelan-pelan bergerak.



1, 2, 3…

Angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk–

Naoto menatap langit.
Air mata hangat mengalir dan membasahi wajahnya.
Rasa gembira memenuhi tubuh dan pikirannya. Di titik ini, orang paling berharga baginya di dunia ini telah menunjukkan kalau dia menyukainya. Di hadapan kenyataan semacam ini, apa gunanya bertanya apakah ini yang disebut cinta, apa yang bisa dilakukan mesin dan manusia?
–Ahh, dunia in sungguh indah.
Ini seperti sebuah sinar berkilau yang menerangi langit malam dan gelap.
Seperti matahari yang menunjukkan dirinya melewati awan, meramaikan seluruh pemandangan.
Seperti seorang bayi yang merangkak keluar dari rahim ibunya dan membuka matanya untuk pertama kali.
Dengan perasaan seperti itu, Naoto hanya mendongak dan mengeluarkan teriakan tanpa suara.
Aku menang!
Waktuku sudah tiba!
Kehidupanku sungguh buruk. Sejujurnya, aku ini seorang pecundang. Aku memang pernah berpikir untuk menangis sebelumnya, dan bahkan berpikir untuk mati. Sungguh, aku mungkin akan mati kapan saja saat ini.
–Ahh, tapi masih hidup itu menyenangkan.
Angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk, angguk.
RyuZU yang tersipu merasa kalau apa yang dia sedang lakukan ini tidak pantas, tapi dia terus mengangguk lagi dan lagi; Naoto tentu saja berlutut di depannya.
Naoto tidak bisa menahan air matanya, mengepalkan kedua tangannya yang gemetar, dan mengangkatnya setinggi mungkin saat dia menurunkan kepalanya.
Sebuah doa.
Sebuah doa terima kasih.
Pertama kalinya sejak dia lahir, Naoto sungguh-sungguh berterima kasih pada keberadaan hebat tertentu di dunia ini.
–ahh, sungguh, terima kasih banyak…! Aku mencintaimu—!!!
…Dan kemudian.
Setelah RyuZU mengangguk 255 kali.
“–Hamba rasa anda merasa senang sekarang?”
RyuZU tiba-tiba bicara dengan nada dingin.
“Jadi anda bahkan memiliki ketertarikan pada permainan yang membuat malu. Sepertinya slot kategori untuk klasifikasi kepribadian Master Naoto hampir tidak cukup. Hamba rasa hamba perlu menandai anda dalam kategori spesial sebagai ‘seorang mesum yang melampaui batasan umat manusia’.”
Namun, kata-kata kasar dari RyuZU ini menjdai tidak setajam sebelumnya karena wajahnya yang seluruhnya memerah.
Naoto menyeka air matanya sambil memasang senyum riang dan berkata,
“Masa bodoh. Saat ini aku menikmati suka cita orang yang masih hidup.”
“Begitu ya?”
RyuZU mengangguk.
“Jika anda berniat untuk tetap disini dan menikmati rasa senang seperti itu, rasa senang itu hanya akan terasa selama kurang lebih 6 jam. Hamba rasa menghabiskan waktu seperti itu tanpa rasa penyesalan apapun bisa dianggap kebahagiaan.
……Hah?
“6 jam? Apa maksudnya?”
Naoto memiringkan kepalanya, dan Marie, yang tidak bisa berkata-kata sampai titik ini, mendadak berseru.
“Itu adalah waktu yang tersisa sampai kota ini dan kita jatuh ke neraka, dasar bajingan mesum dan idiot!”
Setelah mendengar kata-kata itu, Naoto berdiri, dia kelihatan terpaku saat dia mendongak ke arah menara besar di depannya.
Dia mengingat kembali situasi saat ini yang sudah dia lupakan karena rasa senangnya, dan berteriak,
“–Woaaaaahhhhh!!! Ini buruk!? Masih ada perbaikan menara inti.”
Di momen ini, RyuZU bicara dengan dingin.
“Ya, apa anda sudah lupa? Hamba berasumsi kalau anda memiliki keberanian yang hebat untuk melakukan permainan memalukan dengan sebuah automata memanfaatkan batasan automata tersebut dalam situasi seperti ini. Anda sungguh berpikiran sempit.”
Naoto merasakan kalau kata-katanya lebih kasar dari sebelumnya dan bertanya secara tentatif.
“Ah…RyuZU. Apa kau merasa kesal atau semacamnya?”
“Kesal? Mengapa hamba harus menunjukkan wajah terguncang karena kata-kata tidak penting anda, Master Naoto?”
“Maaf. Bukan, aku sungguh minta maaf. Maaf…tapi aku tidak akan melupakannya.”
“–Masa bodoh.”
Di hadapan senda gurau yang terdengar manis itu, Marie berteriak,
“Simpan komedi romantis ini untuk nanti! Apa kalian benar-benar mengerti situasi saat ini?”
Dia memelototi Naoto dan RyuZU dengan pandangan yang cukup panas untuk melelehkan alloy titanium.
Di belakang mereka, Halter menghela napas dalam-dalam.
Ada tanda-tanda kelelahan yang kuat diantara alisnya.
“Kasihani aku. Aku tidak akan pernah mendengar ini berakhir di alam baka jika kita mati seperti ini–”
Saat mereka buru-buru pergi menuju menara inti, sebuah keraguan besar merangkak ke dalam pikiran Marie.
–‘Y’.
Teknisi mesin jam yang memodifikasi dunia, dan juga pencipta RyuZU.
‘Gir Imajiner’ adalah sebuah teknik yang harusnya tidak ada.
Dan automata yang memiliki ‘keinginan bebas’, konsep cinta itu sendiri tidak masuk akal.
Namun, ini, terlalu…
“Apa dia benar-benar manusia…? Ngomong-ngomong–apa dia benar-benar ada?”
Tidak ada yang menjawab pertanyaan yang Marie katakan tanpa sadar.
72.000m di bawah tanah.
Di ruangan luas yang dipenuhi gir-gir.
Ada persimpangan dengan jalur berbeda-beda, masing-masing menuju area tertentu di lantai tersebut–koridor pusat.
Atapnya berjarak 300m dari mereka, dan pinggirnya berjarak 200m. walaupun area ini mungkin tempat yang besar, ruangan ini hanya sebagian kecil dari seluruh lantai ke-24 ini.
Ruang tersisa seluruhnya dipenuhi oleh gir-gir yang berputar mengendalikan kota. Atap, dinding dan bahkan lantainya memiliki gir-gir yang tak terhitung yang saling menempel dengan gaya yang tak terbayangkan rumitnya.
Tempat luas ini sendiri dibiarkan kosong, dan selain keempat orang itu yang masuk, tidak ada orang lain yang kelihatan.
“..Tidak ada orang lain disini. Apa mereka semua disuruh keluar oleh ‘militer’?”
Halter bergumam saat dia mengambil selembar data yang berserakan di lantai.
Walaupun perlengkapan dan datanya masih ada, hanya para teknisi yang menghilang. Jika mereka berinisiatif untuk mengevakuasi diri mereka sendiri, mereka akan membawa kembali apapun yang bisa mereka gunakan. Sehingga, hilangnya mereka ini mungkin bukan atas kemauan mereka sendiri.
Marie menghela napas dan mengangguk,
“Jika itu benar maka baguslah. Setidaknya mereka aman…”
“Hm? Tidak, tunggu.”
Halter mengangkat kepalanya.
“Kedengarannya ada orang-orang di dalam. Mereka sedang kembali ke sini.”
Saat dia berkata begitu, sekumpulan orang-orang muncul di lorong menuju bagian dalam lantai ini.
Kumpulan yang berjumlah lebih dari 10 orang ini berseru setelah menyadari keempat orang itu.
“Profesor Marie!?”
Mereka memanggil nama Marie dan berlari ke arahnya.
Mereka adalah para staf yang sudah tua, semuanya berpakaian kerja. Diantara mereka ada kepala mekanik dan ketua tim pengamatan.
“Ahh, beruntung anda baik-baik saja.”
Kepala mekanik Conrad maju ke depan untuk bicara mewakili semuanya.
Marie membelalakkan matanya dan berkata,
“Aku baik-baik saja? Apa yang kau maksud?”
“Sesaat setelah anda pergi ke permukaan, orang-orang dari ‘militer’ datang dan menyuruh kami pergi. Kami menggerutu dan bilang kalau kami baru datang 2 hari yang lalu, dan mereka mengatakan hal-hal yang tidak bertanggung jawab seperti itu, tapi mereka mengatakan hal-hal tidak jelas seperti anda telah ditangkap, dan mereka sudah mendiskusikannya dengan ‘Guild’…jadi kami tidak punya pilihan selain membiarkan para pemuda dievakuasi.”
Marie berteriak karena terkejut,
“Mengapa kau juga tidak evakuasi?”
“Hal ini bukan hal yang sepertinya biasa akan anda tanyakan.”
Kepala mekanik mengelus janggutnya yang kusut, dan mendengus,
“Kami masih punya tugas yang belum kami selesaikan, jadi bagaimana mungkin kami bisa kabur? Disamping itu, anda sekarang kembali kan?”
“Ngomong-ngomong, kukira permukaan sudah disegel oleh orang-orang ‘militer’ itu. Bagaimana anda bisa masuk?”
Ketua tim pengamatan Hannes bertanya.
Marie tersenyum kecut dan gelisah, serta menggelengkan kepalanya sambil berkata,
“Ah…Kita akan membicarakannya nanti. Saat ini, kita tidak punya banyak waktu. Anomali gravitasi di permukaan sudah sangat serius. Kita harus mulai bekerja secepat mungkin.”
“…Mengenai hal itu.”
Hanners berkata dengan wajah suram.
“Anda mungkin baru saja sampai, Profesor Marie, tapi aku minta maaf. Kumohon anda evakuasi juga.”
Marie mengangkat alisnya dan berkata,
“Apa yang kau katakan!?”
“Aku serius. Rentetan anomali baru saja terjadi.”
Ketua tim pengamatan menundukkan kepalanya, menunjukkan tatapan penuh derita di matanya.
“Pada awalnya kita memang tidak punya banyak harapan, dan sekarang situasinya seperti ini…tapi jika anda evakuasi sekarang, peluang untuk lolos masih sangat tinggi.”
“Anda masih sangat muda, dan juga lebih berbakat dari kami. Kami tidak tahan melihat anda mati bersama dengan kami yang tua bangka ini.”
Kepala mekanik menyela dari samping.
Namun, Marie menatap keras keduanya.
“Aku kembali untuk menyelamatkan kota ini, bukan untuk mendengar orang tua merengek padaku.”
“Tapi…saat ini, masalahnya kita tidak punya harapan apapun…”
“Jangan khawatir. Kita punya senjata rahasia.”
“Senjata rahasia?”
Kepala mekanik, ketua tim pengamatan, dan bahkan pekerja yang tersisa menunjukkan wajah terkejut.
Marie tersenyum dan mengangguk,
“Benar, biar kuperkenalkan. Dia adalah penduduk–”
Marie membalikkan badannya, tapi berhenti bicara di tengah-tengah.
Di depan mata dan tangannya adalah sesuatu yang hampir dia perkenalkan sebagai senjata rahasia.
“Disini…”
Mulutnya bergetar.
Sesuatu itu–Naoto sedang menatap ke arah atap, benar-benar terpesona olehnya.
Mata bersemangat itu seterang mata seorang pecandu narkoba, dan ocehan terpesonanya yang terulang berkali-kali menunjukkan kalau kepalanya benar-benar sakit.
Selain itu,
“–Ohh, sangat indah…”
“……Hah!?”
Suara Marie tidak pernah memasuki telinga Naoto saat dia tersandung dengan ceroboh.
Dia menatap instalasi mesin yang tak terhitung jumlahnya di dinding dan atap sambil memberikan pandangan tergila-gila di matanya.
“Ini sangat indah…! Ini kali pertama aku melihat mekanisme sesempurna ini selain bagian dalamnya RyuZU…! Ini mengagumkan; siapa yang membuat semua ini, sialan! Dewa macam apa yang dapat memikirkan desain dengan pergerakan mekanik yang indah, atraktif, menarik dan hebat seperti ini…!?”
Saat dia menyentak-nyentakkan tubuhnya sambil mengatakan omong kosong seperti itu tanpa beban, Marie hanya bisa merasakan keringat dingin dan mengambil dua langkah menjauh dari orang aneh ini.
Kesunyian menghampiri.
Di belakangnya, seorang anggota staf bertanya dengan nada skeptis,
“…Senjata rahasia?”
“Bukan, itu, tolong tunggu sebentar, ‘ke?”
“Bukan, erm, tunggu sebentar saja, oke?”
Memanggil orang itu dengan julukan seperti itu sungguh terlalu berlebihan, dan Marie hanya bisa bergumam dan menggelengkan kepalanya.
“Master Naoto.”
Sepertinya RyuZU juga tidak sanggup menyaksikan ini lebih jauh karena dia bicara dengan kasar
“Hamba rasa itu bukanlah apa yang harus kita pikirkan.”
“Ry-RyuZU! Kau akhirnya mengatakan sesuatu yang lumayan…benar! Ini bukan–”
Marie sungguh merasa tergerak dan bibirnya melengkung.
Namun RyuZU mengangguk ke arah tatapan seperti itu, dan menjawab dengan nada yang elegan,
“Siapa yang membuat cetak biru ini bukanlah masalah. Hal paling penting adalah kata-kata lancang yang anda katakan, menyebut barang antik kuno dan berlumut ini sebagai ‘hal paling indah sejak’ –Hamba tidak bisa mengabaikan kata-kata itu, anda tahu?”
“Itu juga bukan masalahnya!?”
Marie meratap.
Di sisi lain, Naoto kebingungan, seakan-akan dia dipukul di area yang menyakitkan.
“Eh, ta-tapi? Bukan, erm, aku sangat amat mengerti kalau kau itu hebat, RyuZU, tapi…”
“Tolong kurangi kata ‘tapi’ dan ‘tapir’ dan semacamnya. Saat anda melihat tubuhku hari itu dan menyebutnya ‘sangat indah’, apa itu semua hanya kebohongan?”
“–Tubuh?”
Marie menggumam dengan kosong, dan Naoto menyangkalnya dengan panik.
“Bu-bu-bu-bukan begitu! Bagaimana mungkin aku bohong soal itu!?”
“Dan sekarang, anda terpesona oleh barang antik ini. Hamba meminta sebuah penjelasan.”
Aku tidak mengerti lagi apa yang sedang terjadi…Marie mau tidak mau memeluk kepalanya.
Nada suara dan tingkah RyuZU tetap sama seperti sebelumnya, wajahnya menunjukkan senyuman tenang saat lidah tajamnya masih ada; namun, entah mengapa…kesannya di titik ini kelihatan berbeda.
Dia kelihatan seperti–dia sedang bertingkah seperti seorang wanita yang memarahi pacarnya karena melirik gadis lain.
“Bukan, itu karena, kau tahu, benda ini dibuat ribuan tahun yang lalu! Ini dibuat ribuan tahun yang lalu, dan masih berfungsi sesempurna ini sampai-sampai aku bahkan bisa melihat semua detailnya! Ini terbuka lebar di depanku, dan struktur benda ini sungguh indah–”
“Hamba mengerti. Dengan kata lain, anda meminta hamba untuk ‘telanjang’?”
HAH!? RyuZU mengabaikan jeritan melengking Marie saat dia meletakkan tangannya di pakaiannya.
“T-tu-tu-tu-tunggu sebentar, kau ini! Bagaimana bisa seorang gadis mempertontonkan kulitnya di depan sekumpulan laki-laki seperti itu–”
“Tidak perlu khawatir. Saya ini sebuah automata dan bukan seorang gadis. Baik jumlah suku cadang, presisi maupun performa, saya ini lebih hebat dari mereka. Namun, Master Naoto sudah menyebut saya inferior dari barang antik yang diproduksi masal seperti ini tanpa alasan yang jelas, dan saat ini, bagaimanapun dia mencoba untuk berdalih menggunakan kebodohan atau ketololannya, Master Naoto tidak bisa mengharapkan pengampunan dari hamba–”
“Ahh–”
Di momen ini, Marie mengerti.
Dia sedang mengacu…pada hal itu.
Di momen kritis ini.
Di momen ini, saat takdir kota ini dan 20 juta orang sedang dipertaruhkan.
Automata ini dibakar rasa cemburu.
Dan kemudian, RyuZU mulai menggerakkan tangannya dan melepaskan pakaiannya,
“Ahhh—–DEMI TUHAN——-!!!!!!”
Marie membentak.
Teriakannya bergema kemana-mana, membuat banyak gir-gir yang terkubur di tempat ini berbunyi nyaring.
“PIKIRKAN SITUASINYA! KITA AKAN TERBENAM BERSAMA SEMUANYA DISINI DALAM EMPAT JAM, TAHU!?”
Teriakan ini kelihatannya cukup berpengaruh karena Naoto dan RyuZU tetap diam.
Mereka mengangguk bersamaan,
“–Hm, kau benar juga.”
“Hamba sungguh minta maaf untuk Master Naoto yang tidak memahami situasinya.”
“Eh, aku!?”
“Masa bodoh!! Sudah cukup!? kita punya 4–argh, kurang dari 4 jam!!!”
Marie terus berteriak sambil menunjuk ke arah jam sakunya.
“Dalam 3 jam dan 57 menit lagi, sekitar 20 juta orang akan terbenam bersama kita karena penghapusan!! Apa kalian akan meminta mereka untuk mati sambil menunggu sandiwara kalian!?”
…Apa yang terjadi pada suasana serius yang terasa sampai tadi!?
Dipacu oleh emosinya yang ingin mencekik dirinya yang lama karena sudah mempercayai orang mesum dan automata ini, bahu Marie naik turun saat dia terengah-engah.
Setelah melihat wajah kesal Marie yang serius, Naoto berkedip dan menyeka mimisannya.
“Ah—iya, maaf. Waktunya serius, RyuZU.”
“Ya, Master Naoto. Kita akan membahas masalah ini nanti.”
“Kumohon, kalian ini…”
Marie bergumam, dan hampir jatuh lemas.
Di belakangnya, kepala mekanik Conrad bicara dengan nada tentatif,
“Erm, Profesor Marie…siapa mereka berdua ini…?”
“Aku tahu apa yang mau kau katakan Kepala mekanik! Aku sudah tahu itu!”
Wajah Marie merah padam karena marah dan malu, dia memalingkan wajahnya. Setelah dia melihat wajah kepa mekanik benar-benar tertegun, dia melanjutkan sambil terisak,
“Tapi tolong beri dia waktu demi diriku. Tidak masalah jika kalian tidak bisa atau tidak mau mempercayainya…hanya dialah harapan kita.”
Kepala mekanik menatap Marie dengan tegas.
Dia sudah hidup di dunia ini selama 50 tahun. Selama waktu itu, dia sudah menyaksikan sendiri teknisi-teknisi yang telah jatuh kelelahan karena bekerja terlalu banyak, atau yang berhenti karena dihancurkan oleh bakat mereka sendiri.
Oleh karena itu, dia sedang bertanya-tanya apakah gadis di depannya ini sudah putus asa karena keputusasaan luar biasa ini, namun–
Marie menatap balik ke arah kepala mekanik.
Matanya sedikit bengkak dan merah, tapi dipenuhi dengan kekuatan. Pandangannya adalah pandangan yang normal dengan kilauan rasionalitas di dalamnya.
Kepala mekanik menghela napas, dan mengangguk lembut.
Dia memiliki banyak keraguan yang belum terpecahkan, tapi dia sedikit mengerti kalau gadis di depannya ini bisa dipercaya.
“Aku mengerti. Setidaknya aku akan mempercayai anda.”
“Terimakasih banyak.”
Wajah menangis Marie pecah menjadi senyuman saat dia berkata begitu.
Dia melihat kebelakang.
Di depannya, Naoto sudah duduk di sebelah sana.
Dia sedang bersila dan punggungnya tegak saat dia menarik napas dalam-dalam. Dia kemudian melepaskan headphone hijau neonnya tanpa suara dan melemparkannya ke arah RyuZU.
“Tolong pegangi ini.”
“Dimengerti.”
RyuZU membungkuk.
Naoto menjawab dengan sebuah senyuman, kemudian memalingkan wajahnya dan tetap diam.
Dia terus menatap ke depan dan tidak bergerak.
Kecuali kelompok Marie, anggota staf yang baru saja mereka temui tidak mengerti sama sekali apa yang sedang Naoto lakukan.
Salah satu dari mereka bicara dengan frustasi.,
“…!? Sebenarnya dia ini sedang apa–”
“Diamlah.”
Naoto bicara dengan nada yang menusuk
Kata-kata itu tanpa gengsi maupun semangat, tapi ketajaman kata-kata itu membuat anggota staf yang tadi bicara menjadi diam.
Kesunyian berat ini terus berlanjut.
Suara gir-gir yang banyak ini saling menentang satu sama lain, deritan dan suara yang menyayat udara berdering pelan.
Di tengah-tengah suasana yang sedikit menekan ini, Marie bertanya-tanya.
–Bagaimana cara suara-suara ini ditangkap oleh orang ini?
Dia memiliki kemampuan pendengaran yang mampu mendengar sebuah anomali di lantai ke-24 ini dari permukaan. Dengan kemampuannya ini yang akan ditertawakan orang-orang, bagaimana dunia yang dipenuhi gir-gir ini tampak baginya?
Entah mengapa dia merasa penasaran.
“–”
Naoto terus diam dan menatap ke depan sambil mengabaikan pikiran Marie.
Waktu pelan-pelan berlalu.
Orang bisa merasakan kegelisahan yang dimiliki para anggota staff. Dalam waktu sekitar 4 jam, mereka akan terbenam bersama dengan kota ini dan musnah bersama dengan 20 juta nyawa.
Dalam situasi seperti ini, mereka harus menunggu dengan tenang dan mengamati kesunyian ini.
Apa yang mereka rasakan saat ini setara dengan apa yang akan mereka rasakan bila mereka disiksa dengan kejam.
Tapi setiap kali seseorang yang tidak sabar ingin bicara atau pergi–automata berambut perak yang berdiri di samping anak laki-laki itu akan memberi lirikan tajam ke arah mereka untuk menghentikan mereka.
–Jangan bicara.
–Jangan bergerak.
Pandangan yang dipenuhi dengan niat yang jelas itu memaku para anggota staf di tempat mereka berada.
2 menit, 4 menit, 6 menit, mereka merasa seperti telah menunggu selamanya.
Dan kemudian–
“—-Dapat.”
Naoto bergumam.
Tensi yang terkumpul sampai titik ini dikeluarkan.
Para anggota staf yang disuruh diam sampai titik ini, akhirnya dilepaskan dari suasana yang menggerahkan dan meresahkan ini. Bisikan skeptis mulai terdengar diantara mereka.
Diantara mereka, satu orang, ketua tim pengamatan Hannes merengut,
“Kau bilang kau tahu?”
Dia bicara dengan nada dingin,
“Apa yang kau katakan? Kalau kau menghabiskan waktu berharga kami? Jika kau bilang kalau kita akan binasa, kami sudah tahu hal itu.”
Tapi Naoto tidak mendengarkan sarkasme ketua tim pengamatan.
Sepertinya dia tidak memedulikan hal itu saat dia melihat ke kejauhan dan menyatakan,
“18 tempat.”
“Apa…!?”
Merespons kata-kata yang tidak lengkap dari Naoto, Marie menyela,
“Maksudmu jika kita memperbaiki 18 tempat itu, kita bisa mengatur ulang pengendali gravitasi kembali ke normal?”
“Ya.”
Naoto mengangguk singkat.
Saat mendengar respons Naoto, ketua tim pengamatan mengecam dengan gelisah,
“Hal tolol macam apa yang kau katakan!? Bagaimana mungkin kau tahu hal seperti itu! Apa kau bilang kalau kau memahami struktur menara ini hanya dengan duduk diam disana!?”
“Ya.”
Naoto menjawab dengan segera, langsung ke intinya.
Kemarahan ketua tim pengamatan meledak, dan hampir berteriak pada anak kecil yang ada di depannya, hanya untuk dibuat diam setelah dia melihat Marie berlari mendatangi bocah itu dengan sebuah cetak biru.
“Dimana 18 tempat itu.”
Marie meletakkan cetak biru itu dan bertanya.
Setelah menatap ke tanah selama beberapa saat, Naoto mengerutkan dahinya, dan menggelengkan kepalanya sambil berkata,
“Maaf, aku kesulitan membacanya. Aku akan memberitahumu lokasinya, jadi kau saja yang menandai lokasinya.”
“Oke, serahkan padaku.”
Marie mengangguk.
Saat keduanya bercakap-cakap, orang lain yang ada disana bereaksi seolah-olah mereka sedang menonton semacam film horor.
Ketua tim pengamatan bertanya pada Marie saat Marie sedang memunggunginya,
“…Profesor Marie, apa anda serius? Apa anda benar-benar akan bergerak berdasarkan omong kosong bocah ini saat dia bahkan bilang kalau dia tidak bisa membaca cetak biru ini?”
“Ya.”
Hannes tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak,
“Profesor Marie! Bagaimana bisa seseorang seperti anda memainkan permainan kekanak-kanakan seperti ini dengan orang ini?”
Marie berbalik dan berkata,
“Aku tahu kau tidak akan percaya, tapi saat ini, kita tidak punya cara lain. Karena tidak ada cara lain untuk menangani hal ini, aku ingin bertaruh pada keajaiban.”
“Profesor Marie!”
Ketua tim pengamatan berteriak. Dia benar-benar mengira kalau gadis ini, yang biasanya tenang dan cerdas, mungkin menjadi tidak waras. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran, tapi karena didorong oleh rasa tanggungjawabnya, dia mencoba membuat gadis itu memperoleh kewarasannya kembali dan meninggalkan tempat ini–namun,
“–43.985.000.047.245.908–itulah jumlah suku cadang di lantai ini.”
Naoto melanjutkan, kata-katanya menimbulkan suasana dingin diantara mereka.
Kesunyian menghampiri lorong.
Bahkan Marie dan Halter, yang sudah tahu hal itu secara pribadi, merinding.
Nada suaranya menunjukkan kalau dia tidak hanya asal menyatakan angka.
Dia benar-benar menghitung semuanya–bukan, dia terdengar seolah-olah dia sudah membacanya dalam sebuah daftar spesifikasi.
Dia hanya mengatakan hal itu dengan tenang, sesuai kenyatannya, tanpa keraguan sedikitpun.

“Ada 4047 suku cadang dengan anomali di dalamnya, tapi 4029 diantaranya tidak berhubungan langsung dengan situasi saat ini–dengan kata lain, 18 tempat. Setelah kalian memperbaiki area-area tersebut, kalian bisa mengendalikan anomali gravitasi ini.”

–Ada apa dengan orang ini?
Bahkan anggota staf yang berpengalaman dari ‘Guild’ tidak bisa berkata-kata.
Kepala mekanik dan ketua tim pengamatan terpaku.
Mereka bisa mengerti apa yang Naoto bicarakan, dan apa yang dia katakan itu jelas dan presisi, tapi otak mereka menolak gagasan seperti itu.
Tidak ada orang yang bisa mengetahui struktur menara pusat di kota ini.
Bahkan ‘militer’, yang sudah melakukan perawatan selama beberapa ratus tahun disini, tidak dapat melakukannya, untuk melakukannya, dibutuhkan sebuah proyek analisis berskala super besar bagi ratusan teknisi untuk melakukan pengamatan selama beberapa bulan.
Bahkan mereka, yang dipuji sebagai yang terbaik di dunia, memerlukan 2 minggu untuk melakukan semuanya dengan sempurna dalam situasi kritis seperti ini.
Seberapa banyak pun mereka berusaha–waktu yang diperlukan tetap sebanyak itu.
Tapi anak ini hanya duduk disana selama 10 menit sebelum mengatakan hal itu.
…Ini pasti tidak nyata.
Ini pasti hanya omong kosong yang dikatakan untuk basa-basi–tapi hal mengerikannya adalah kata-katanya tidak kelihatan seperti itu.
Mereka seolah-olah telah mendengar hukum berbeda yang berasal dari alam semesta yang berbeda dari alam semesta mereka sendiri.
Seakan-akan mereka telah bertemu dengan alien yang tidak bisa mereka pahami.
Sebuah kebenaran–yang tidak biasa, aneh, ganjil, menarik, ajaib, unik, tidak bisa dijelaskan, dan tidak masuk akal.
Semua orang yang ada disana menelan ludah mereka sendiri.
Perasaan seperti apa yang sedang mereka rasakan?
Setidaknya, ekspresi yang mereka tunjukkan pada Naoto bukanlah ekspresi yang menghormati maupun merendahkan.
Jika orang harus menggolongkannya–
“–Kalian tadi bilang kalau kalian tidak punya banyak waktu, kan?”
Untuk memecah waktu yang membeku ini, RyuZU bicara dengan dingin.
Dia menatap balik kepada para staf yang terkejut satu-persatu, dan bicara dengan tajam,
“Kalian boleh terus diam terpaku disana, tapi jika kalian hanya bisa gemetar dalam situasi kritis seperti ini, kalian akan setuju kalau kemampuan kalian itu lebih buruk daripada kucing kan?”
Lidah tajamnya menyebabkan mata para pekerja itu kembali membara.
Mereka disebut sebagai kelas satu, dan melakukan pekerjaan dengan sempurna. Setelah mereka dikalahkan oleh diri mereka sendiri, mereka kembali bersemangat.
Kepala mekanik kelihatannya menyadari sesuatu saat dia menghela napas dengan keras,
“…Ya. Memang benar kalau kita tidak punya pilihan lain sekarang. Karena Profesor Marie bilang begitu, aku akan percaya padanya. Apa yang dia katakan sepertinya bukan tipuan.”
“Tapi kepala mekanik…!”
Ketua tim pengamatan terus mengeluh, tapi dia terdiam karena dia tidak tahu apa yang harus dia katakan.
Dia sungguh mengerti kesukaran dan pentingnya pengamatan berdasarkan tugasnya sendiri, dan dia memiliki kesulitan yang jauh lebih besar untuk menerima kenyataan ini daripada siapapun–tapi dia tetap kalah oleh wajah menegur kepala mekanik dan mata zamrud penuh tekad milik Marie.
Dia menggertakkan giginya, kelihatan seperti menahan sesuatu, dan kemudian mengangguk,
“…Aku mengerti. Ayo kita mulai bekerja.”
Kepala mekanik menepuk bahunya dengan lembut, kemudian membalikkan badannya dan berkata,
“–Kalau begitu, beri kami perintah, Profesor Marie.”
Setelah mendapat informasi yang sangat detail dari Naoto, Marie memberi semacam tanda pada cetak biru itu, dan menandai tempat yang sesuai berdasarkan area perkiraan yang sudah disimpulkan oleh tim pengamatan.
Dia kemudian memberikan tugas berdasarkan kemampuan para pekerja yang masih tersisa dengan cepat.
Setelah mereka selesai dengan pembagian tugas dan susunan tim, hal yang tersisa bagi mereka adalah melakukan pekerjaan mereka yang biasanya.
Dengan berbagai macam perlengkapan di belakang mereka, semuanya berlari cepat menuju tempat kerja mereka.
Marie menatap punggung mereka, dan menghela napas.
–Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka akan menyelesaikan pekerjaan mereka.
“Kalau begitu, yang terakhir adalah…RyuZU!”
Cepat kesini. Marie berseru.
Setelah mendengar panggilan itu, RyuZU menoleh dengan getir ke arah Marie.
“Ada apa? Saya tidak mau diperintah dengan enteng oleh anda, Master Marie.”
“Hanya ada satu tempat yang tidak bisa dimasuki manusia.”
Marie mengabaikan lidah tajam RyuZU dan terus melanjutkan.
Dalam waktu sekejap ini, dia sudah memahami cara berurusan dengan RyuZU.
“Kami biasanya memerlukan beberapa perlengkapan kerja, tapi menempatkan perlengkapan itu akan memakan waktu terlalu lama, jadi aku akan mengandalkanmu. Bergerak sesuai perintahku tanpa kesalahan apapun.”
“Satu-satunya yang bisa memerintah saya–”
“RyuZU, dengarkan dia.”
Naoto berkata begitu.
RyuZU memasang wajah jijik saat dia cemberut, dan mengangguk dengan enggan.
“…Dimengerti. Tolong berikan perintahnya.”
Marie menelusuri cetak biru itu dengan cepat, melihat penghitung di tangan kanannya, dan melakukan perhitungan di luar kepala dengan cepat.
Berdasarkan hasil yang dia dapat, dia memberikan beberapa perintah pada RyuZU.
Belok kiri 91,2 derajat dari sini, angkat pandanganmu sebesar 47,5, dan meloncat 22,3m dari sini. Di sebelah sana, balik arah 180 derajat, bergerak naik sebanyak 75 derajat, meloncat lagi sebanyak 14,25m dan mendarat disana. Setelah itu, bergerak 57cm ke kanan, cari gir ke-17 di shaft ke-33 dari kanan. Di bawah sana, pada 67 derajat ke bagian kanan bawah, ada celah dengan lebar 0,2mm; masukkan obeng ini. ada sebuah gir berukuran 0,7 mikrometer yang miring disana. Pasang gir itu kembali ke tempatnya dan pastikan kalau gir itu tidak berhenti berputar
–Itu bukan lagi sebuah perintah; pada dasarnya itu adalah sekumpulan komando yang presisi.
Setelah Marie menyelesaikan kata-katanya dalam sekali napas, RyuZU menghela napas.
“Saya mengerti.”
Dia membungkuk, membalikkan badannya dengan lancar, dan melompat.
Naoto membelalakkan matanya saat dia melihat figur RyuZU menghilang menuju dinding gir-gir di sebelah kiri.
Marie melipat map itu, berdiri dan berkata,
“Sekarang, ayo pergi. Kudengar masih ada 3 area mencurigakan lainnya, jadi kita harus memeriksa tempat itu. Halter, bawa Naoto dan ikuti aku.”
“Oke. permisi.”
Halter mengikuti instruksi Marie dan menggunakan lengan tebalnya untuk membawa Naoto di ketiaknya.
Naoto dibawa seperti sebuah kotak, dan dia merintih,
“Apa aku digunakan sebagai sebuah alat sekarang…?”
Marie berlari menuju tempat yang mereka tuju, dan Halter mengikutinya sambil berkata,
“Kita tidak punya pilihan lain. Tubuhmu terlalu lemah. Jika kau ingin menjadi seorang teknisi, latihlah kemampuan fisikmu; ini adalah pekerjaan fisik yang biasanya membutuhkan kerja lembur selama 2-3 hari.”
“Eh?”
Naoto melenguh, dan menghela napas. Jika dia harus berlari dengan kakinya sendiri, dia tidak punya keyakinan kalau dia dapat mencapai kecepatan seperti ini.
Setelah melihat Naoto menerima dirinya sebagai beban dengan tenang, “Namun,” Halter melanjutkan,
“Dengan kekuatanmu itu, kau mungkin tidak perlu mengkhawatirkan detail seperti itu.”
“Tidak ada hal yang impresif mengenai diriku…”
Merespons gumaman Naoto yang gelisah, Halter menyimpulkan dengan tegas,
“Kau ini hebat, atau lebih tepatnya, kemampuanmu terlalu mudah digunakan sampai-sampai itu menjadi mengerikan. Ketua tim pengamatan yang tadi gemetar dengan sikap yang menyedihkan dan bertanya-tanya apa yang sudah dia lakukan sampai saat ini.”
“–Dia tidak perlu merasa murung seperti itu setelah melihat si mesum ini bertingkah mesum seperti tadi.”
Marie berbisik dengan dingin setelah Halter berhasil mengejarnya.
Halter mengetuk kepalanya sendiri dan berkata,
“…Milady, orang ini tetaplah penyelamat kita dari krisis besar yang kita hadapi ini. Sebaiknya anda jangan memanggilnya mesum begitu saja.”
“Dia hanya duduk disana, tidak bicara selama 10 menit, dan menunjukkan semua anomali dalam 3km tanpa satupun kesalahan! Aku harus memangginya apa lagi?”
“…Yah, aku sudah terbiasa disebut mesum–tunggu.”
Kata-kata Naoto menyebabkan Marie dan Halter berhenti mendadak.
Naoto melihat ke sekeliling saat dia masih digotong,
“Yang itu, pergerakan di sebelah sana, yang ke-4 dari kanan.”
Dia menunjuk ke bawah.
Marie melongok dari pagar lorong itu untuk memeriksa.
Apa yang ditunjuk Naoto adalah sekumpulan gir yang bergerak ke atas dan ke bawah. Walaupun gir lainnya terus melakukan gerakan piston, gir keempat dari kanan lebih lambat bergerak sekitar 0,5 detik.
“–Oke. Yang itu, kan?”
Naoto mengangguk tapi wajahnya cemberut.
Masalahnya adalah letak gir-gir tersebut sekitar 20m di bawah mereka. Tidak ada tempat untuk pijakan, dan mereka tidak bisa menurunkan tali karena instalasi lainnya padat dan memblok jalur mereka.
Naoto menoleh pada Marie dan bertanya,
“Bagaimana? Kembali dan bawa perlengkapan kerja?”
“Kau bercanda? Kita tidak punya waktu.”
Setelah menjawab pendek, Marie melepaskan mantelnya dan melemparkannya ke samping.
Dia kemudian melompat melewati pagar dan melemparkan badannya ke arah gir-gir yang terus berputar.
“Hei–!?”
“Tidak apa-apa. Jangan khawatir.”
Saat Naoto memanggil dengan terkejut, Halter menepuk bahu Naoto dengan lembut dan tertawa kecil,
“Lihat baik-baik. Inilah ketrampilan seorang Meister primer.”
–Dan, Naoto menyaksikan sebuah keajaiban.
Marie mendarat tanpa bersuara di shaft terdekat, dan merendahkan tubuhnya sebelum melompat kembali.
Dia meluncur melewati baut, silinder, kabel, pegas, dan gir seperti seekor kucing dan mendekati tempat yang bermasalah.
Dia bergerak dengan kecepatan yang mengerikan.
Dan tanpa berhenti sedikitpun.


Mesin yang berputar itu bergerak dengan kuat dan tajam serta bisa dengan mudah mencabik-cabik tubuh manusia ketika bersentuhan, tapi gadis itu menerobos masuk tanpa ragu sedikitpun.
Dia akhirnya melompat dari sebuah silinder dan menggantungkan kakinya pada sebuah kerangka mesin.
Dia bergelantungan terbalik di sana, dan mekanisme ke-4 ada tepat di depannya.
Kaki langsing dan putihnya yang memanjang dari celana pendeknya benar-benar mempesona.
Barangkali karena momentum hebat dari sebelumnya, peralatan Marie jatuh keluar dari sabuk yang ditempelkan di pahanya.
Atau itulah yang dilihat Naoto.
Namun, mereka tidak terjatuh.
Marie menangkap, menggunakan dan melepaskan benda-benda itu, mengulangi proses yang sama berulang-ulang kali.
Peralatan itu menari di udara, seolah-olah mereka sedang juggle[4], terus seperti itu.
Semua baut, kabel dan gir berputar di depan matanya seperti sebuah tarian yang tidak ada akhirnya, sebelum dikembalikan ke posisi yang cocok.
Semua itu berjalan dengan kecepatan dimana sebuah bayangan bahkan bisa kelihatan.
Dan dia melakukannya dalam posisi jungkir balik.
Naoto merasa terintimidasi oleh apa yang dilakukan Marie dan hampir lupa bernapas saat dia menyadari peristiwa di depannya.
Dia megap-megap kemudian bergumam,
“He…bat… inilah seorang Meister…!”
Halter menyeringai kecut.
“Jangan meniru dia. Seorang Meister biasa umumnya menggunakan semacam mesin kerja atau pijakan untuk bekerja.”
“…Kalau begitu, yang tadi itu apa?”
Merespons pertanyaan Naoto yang sedikit parau, Halter menjawab,
“Keahliannya mungkin berbeda darimu, tapi Tuan Putri disana itu juga seorang jenius yang ulung. Dia tidak mendapat titel Meister termuda di dunia begitu saja.”
“…Hebat.”
Naoto berseru.
Itulah apex.
Itulah puncaknya.
Orang mungkin berkata kalau itu adalah prestasi indah yang layak bagi dewa, jadi apa yang akan seseorang gambarkan mengenai pertunjukan elegan yang dilakukan dengan kedua tangan itu?
Itu adalah sebuah musik yang belum pernah didengar Naoto sebelumnya.
Musik yang dibuat umat manusia dipenuhi dengan ketidaknyamanan, iregularitas, dan ketidakstabilan, tapi karya musik yang ditunjukkan oleh orang di depannya, Marie, seakan-akan membuat sirkulasi darah, pernapasan dan kisi diantara tulang dan otot mencapai harmoni sepenuhnya.
“Haha…ahahaha!”
Naoto mendadak tertawa terbahak-bahak.
Sebuah ledakan kegembiraan bangkit di dalam dadanya.
Suatu hari nanti–
Bisakah aku mempertunjukkan suara seperti itu?
Marie menyelesaikan pekerjaannya dalam semenit.
Tapi bagi Naoto, yang sudah mengukir semua itu di dalam pikirannya melalui mata dan telinganya, waktu yang berlalu terasa beberapa lusin, bahkan ratus kali lipat.
Marie mengembalikan peralatan yang terjatuh ke sabuknya seakan tadi itu adalah sebuah tipuan. Dia melihat-lihat dengan tenang, memanjat dengan lancar seperti saat dia melompat turun tadi, dan dengan tenang kembali ke tempat dimana mereka berada.
Dia bersalto seperti sebuah atraksi sirkus, dan mengangkat matanya sambil berkata,
“Apa yang sedang kalian lakukan? Cepat ke yang selanjutnya!”
Dan dia berlari sendiri seperti angin.
Halter berlari mengejarnya, dan menoleh pada Naoto sambil berkedip.
“–Bagaimana? Kau tidak bisa menahan diri, kan?”
--------------------------------------------------------------
Catatan Kaki
1. Kembali ke atas ↑ Kecenderungan untuk menyukai benda maupun perbuatan tertentu secara berlebihan.
2. Kembali ke atas ↑ Filter kata-kata kasar.
3. Kembali ke atas ↑ Pose dimana tangan dikepalkan dan diayunkan ke bawah seperti sedang memompa
4. Kembali ke atas ↑ Trik yang membuat benda-benda terus di udara tanpa terjatuh ke tanah.