Clockwork Planet
Bab 4
Conquistador (19:30)
Bagian 1


Udaranya bergetar hebat.
Naoto merasakan guncangan luar biasa, dan jatuh dari kursinya dengan keras. Dia tetap terduduk di lantai dan tidak kuasa untuk bangun.
–Bahkan di masa modern ini, saat seluruh bagian planet direplikasi dengan menggunakan suku cadang, gempa bumi masih ada.
Gempa bumi hanyalah pelepasan tegangan dari sistem konstruksi kota, dengan skala terbesar berupa gempa kecil yang hampir tidak terdeteksi manusia, sebuah peristiwa sesekali yang terjadi secara spontan.
Namun, gempa ini tidak sesederhana itu.
Gempa tadi kelihatannya menimbulkan guncangan luar biasa, sampai-sampai orang mungkin mengira kalau seluruh kota ini akan menjadi puing-puing.
Lemari di belakang konter kafe restoran ambruk.
Lampu gantung yang besar di lobi hotel terjatuh.
Rangkaian kecelakaan terjadi di jalan utama di depan stasiun.
Ledakan dan keributan terdengar satu demi satu, memasuki telinga Naoto menembus headphonenya.
Dalam rentang waktu ini, gempa tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Dan, Naoto melihatnya,
Cangkir teh merah yang terlempar dari meja tidak jatuh ke lantai, melainkan melayang di udara. Teh merah di dalam cangkir tersebut juga melayang di udara, membentuk gelas piala coklat.
…Apa yang sedang terjadi?
Marie berseru seakan-akan merespons keraguan Naoto.
“Anomali gravitasi…!”
Dia dengan segera merunduk di lantai dan bersembunyi di bawah meja. Di sampingnya, Halter hanya bisa menyembunyikan kepalanya (karena tubuhnya terlalu besar), dan bertanya dengan cemas,
“Apa pengambrukannya dimulai?”
“Halter, berapa lama lagi waktu yang kita punya?”
“7 jam dan 12 menit–harusnya masih ada waktu.”
Marie membelalakkan matanya dengan terkejut.
“Apa ‘militer’ sudah memulai penghapusan lebih awal…?”
“Tidak, tenanglah. Jika apa yang para atasan di ‘Guild’ katakan itu benar, mereka tidak akan membiarkan teknisi kita terlibat dalam pengambrukan.”
“Tapi walaupun begitu, tanda-tanda dengan skala seperti ini diluar perkiraan. Jika kekacauan menyebar, orang-orang itu mungkin akan mencoba hal yang lebih memaksa…!”
Setelah beberapa saat, gempanya berhenti.
Namun, ada suasana tegang yang mengelilingi mereka, seakan kilat akan menyambar mereka.
Naoto mengabaikan teriakan dan raungan di kejauhan ke sudut kesadarannya, dan berdiri.
Di momen ini, Marie berbicara,
“Kau–”
“Hah?”
“Siapa namamu?”
Mata zamrudnya menunjukkan suasana hatinya yang serius saat dia menatap Naoto.”
Naoto tidak bisa mengabaikan hal itu, dan menjawab,
“…Namaku Naoto. Naoto Miura.”
Setelah mendengar itu, Marie menghela napas,
Dia merendahkan kepalanya dengan murung, dan kemudian mengangkatnya dengan teguh,
“Bagus, Naoto. Aku baru saja memperkenalkan diriku, tapi aku akan melakukannya lagi. Namaku Marie, dan walaupun aku tidak akan mengakui kalau kau adalah teknisi yang lebih hebat dariku–”
Marie berhenti bicara, karena RyuZU yang ada di belakangnya sedang memberikan tatapan serius.
Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum, dan melanjutkan,
“Tapi aku akan mengakuinya untuk menyelamatkan nyawaku, oke!? Dengarkan!? Persetan dengan formalitas dan basa-basi! Aku uma mau jawaban pasti darimu, biarpun cuma jawaban kecil. Apa kau punya sesuatu yang mungkin bisa menangani situasi ini!?”
“Erm..”
“Kami bisa.”
RyuZUdengan segera menjawab menggantikan Naoto yang masih bimbang.
Dan, dia berkata dengan tenang pada Marie, yang membalikkan badannya,
“Dari apa yang kau katakan, masalahmu bukanlah ‘kalian tidak punya waktu’, melainkan ‘kalian tidak bisa mengidentifikasi penyebab kesalahannya’.”
Marie merasa ragu,
“…Benar. Tapi, biarpun kau berkata begitu, apa perbedaannya?”
“Perbedaannya bisa jelas dilihat. Dengan kata lain, jika kalian dapat menemukan lokasi penyebab anomali tersebut, maka tidak ada masalah.”
Marie sedikit ragu, dan mengangguk,
“Benar. Jika dia bisa menemukan lokasi penyebabnya, dia bisa mengandalkan kami untuk menangani sisanya…”
“Kalau begitu, tidak ada masalah lain–Master Naoto.”
“A-Apa?”
“Anda seharusnya sangat memahami penyebab anomali di kota ini–sumber suara ini.”
Saat mendengar kata-kata itu, Marie secara tidak sadar memiringkan kepalanya.
“Suara?”
Jika hanya itu yang mereka perlukan, kurasa tidak masalah...Naoto mengangguk,
“Tapi aku tidak terlalu yakin dimana lokasi tepatnya…kita harus pergi ke lantai ke-24 untuk menemukan lokasi itu.”
“Tu-tunggu!”
Marie berteriak, dan memegang Naoto dengan erat.
“Bagaimana kau tahu anomali itu terjadi di lantai ke-24?”
“Eh?”
Marie kelihatan siap menggigit saat dia menginterogasi Naoto yang tertegun dengan nada marah,
“Baik Halter maupun aku tidak pernah bilang apapun tentang masalah yang terjadi di lantai ke-24. Bagaimana kau bisa tahu padahal kau tidak masuk ke dalam sana?”
“Kenapa, katamu…”
Naoto kelihatan sedikit kebingungan saat dia menjawab,

“Karena suara terdistorsi ini datang dari sana, kan?”’

“–Apa…?”
“Aku sudah merasa kalau suara itu sangat berisik, dan menjadi super berisik sejak dua hari yang lalu. Kukira ‘militer’ tidak merawatnya atau semacamnya…”
“2 hari yang lalu–”
Mulut Marie menganga karena terkejut.
Dia mengingat kembali anomali gravitasi yang terjadi pada larut malam dulu. Anomali itu–tapi perhitungannya hanya dihimpun oleh 10 orang dari tim pengamatan—tidak, tunggu, sebuah suara terdistorsi?
Marie terpaku, dan Halter di sampingnya bertanya dengan hati-hati,
“Bolehkah aku bertanya, Naoto–apa yang kau maksud adalah kau berhasil mengetahui lokasi sebuah anomali dengan kedalaman 70 km dari permukaan tanah melalui suara, dengan pendengaranmu sendiri, tanpa bantuan alat apapun?
“Ya, memangnya kenapa?”
Naoto mengangguk dengan santai, tapi Marie dan Halter membeku.
Mereka tertegun.
Mereka bisa memahami maksud di balik kata-kata itu, tapi di sisi lain, mereka tidak bisa mempercayai Naoto sama sekali.
Mereka tidak bisa percaya kalau anak laki-laki di depan mereka ini adalah manusia.
Marie berteriak dengan suara bergetar,
“H-Hei kau! Apa kau sadar hal hebat macam apa yang baru saja kau katakan dengan santai?”
“Tidak, erm, bukannya kalian sudah tahu itu?”
Naoto mengatakannya seakan itu adalah hal yang biasa, tapi Marie berseru dengan sedih,
“…Ya, kami tahu, tapi itu karena kami tidak punya pilihan selain menangkap seorang teknisi ‘militer’ dan menginterogasinya setelah hanya memeriksa 2 lantai pertama dalam sehari!”
Mulut Naoto menganga karena terkejut, dan bertanya dengan skeptis,
“Mengapa harus sesulit itu? Ah, apa karena kalian mencoba berhati-hati?”
“Itu karena kami tidak bisa mendeteksi anomali tersebut jika kami tidak melakukan hal tadi…”
Setelah mengatakan kata-kata itu, Halter menghela napasnya dalam-dalam, kelihatan seperti ingin mengembuskan semua udara dari paru-paru artifisialnya.
“Hah? Pendengaranku memang lebih baik daripada orang biasa, tapi kalian punya alat pendengaran, kan?”
“…Oi, siapa yang mau repot-repot begini jika alat pendengaran bisa memecahkan masa–?”
“Tunggu sebentar.”
Marie menyela Halter yang bermuka masam, dan bertanya dengan wajah tegang,
“–Setelah kulihat-lihat, apa kau memakai headphone penolak suara?”
“Hm, terus?”
Kau bercanda, Marie berteriak parau.
“Ka-Kau memakai headphone semacam itu–jadi bagaimana caranya kau bercakap-cakap dengan kami?”
“Biarpun kau bertanya begitu, ini murah lho?”
Naoto kelihatan benar-benar kebingungan saat dia menggaruk pipinya, dan melanjutkan,
“Bukannya aku sering mendengarkan musik, tapi aku merasa lebih nyaman saat suasananya hening.”
–Karena aku merasa jauh lebih santai.
Setelah Naoto berkata begitu, Marie menanyainya dengan wajah mengancam,
“–Santai? Bahkan barang murahan akhir-akhir ini dapat memblok suara apapun!”
“Biarpun kau bicara begitu, aku memang bisa mendengarmu.”
“Karena itulah rasanya sungguh aneh! Telingamu harusnya tidak bisa mendengar apapun saat ini, kan? Bagaimana bisa kau dapat ‘mendengarkan’ dalam situasi seperti itu?”
Marie kelihatan siap menerkam kapan saja, dan Naoto hanya berkedip, menggaruk kepalanya, dan berkata,
“E-Erm, biarpun kau berkata begitu.”
“……Tidak, tidak masalah. Kau tidak kelihatan berbohong.”
Marie menghela napas, dan bertanya dengan serius,
“Dengan kata lain, kau bisa mendeteksi anomali tersebut melalui suara. Jika kami membawamu ke lantai ke-24, kau bisa mendeteksinya. Setelah kami menemukannya, kami akan memikirkan cara untuk menangani sisanya–apa kau setuju?”
Saat Marie terus menatapnya, Naoto menggaruk kepalanya, dia kelihatan gelisah,
–Aku tahu orang-orang menyematkan harapan mereka padaku.
Perasaan ini sangat asing bagi Naoto sendiri–bahkan barangkali ini pertama kalinya dia merasakan hal itu. Dia tidak bisa menjawab dengan jujur secara langsung, tapi dia merasa sedikit ragu, dan menjawab dengan tidak percaya diri.
“E-Erm, aku akan bilang ini sebelum kau kecewa. Aku hanya siswa SMA biasa, dan bermain dengan mesin hanyalah hobi buatku. Aku hanya seorang amatir yang bahkan bukan seorang murid teknisi, apalagi seorang teknisi tahu?”
“Terimakasih sudah mengatakan omongkosong yang sangat banyak.”
Marie melirik ke arah Naoto saat Naoto bergumam, dan mengangkat bahunya,
“Tapi itu tidak masalah. Kau tidak familiar dengan hal itu, tapi aku tahu seberapa rumit konstruksi RyuZU itu. Karena kau berhasil memperbaikinya, dan karena kau berhasil menemukan lokasi malfungsi itu melalui pendengaranmu, itu sudah cukup. Aku percaya hal itu.”
Naoto terdiam.
Setelah merenung selama beberapa saat, Naoto menatap gadis berambut pirang itu untuk pertama kalinya–tepat di matanya.
Dia bertanya,
“…Oi, kenapa kau berusaha sekeras itu?”
Ratapan orang-orang yang lewat memasuki telinga Naoto, menembus headphonenya.
Karena dia sudah tahu kalau kota ini akan dihapus, tidak ada alasan untuk tetap di kota ini. Dia juga mau meloloskan diri secepatnya.
“Aku tahu dari kata-katamu kalau kau tidak punya tempat untuk pergi. Masa depanmu suram. Kenapa kau tidak melarikan diri?”
Dia berpikir kalau apa yang dia pikirkan itu benar—namun,
“Aku benci berpikir kalau ada sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.”
Marie memberitahu Naoto,
“Ada batasan untuk segala sesuatu di alam ini, tapi memintaku menyerah saat aku memutuskan untuk menguji diriku sampai batas adalah hal yang harus kutolak. Aku selalu membuat tantangan kapanpun, dan itu juga berlaku pada ayahku, kakak perempuanku, dan semua Meister.”
Naoto tidak bisa memahami pemikiran seperti itu.
“…Kenapa?”
“Karena dunia ini hanya seperti ini–planet kita mati 1000 tahun yang lalu. Kita telah mencapai batas, dan bagian akhir. Namun berkat teknisi itu yang tidak pernah menyerah, kita dapat terus hidup.”
Marie tersenyum dan melanjutkan,
“Hal yang tidak tergantikan akan selalu ada di kejauhan. Karena itulah aku tidak mau menyerah. Jika aku melarikan diri sekarang–aku akan kehilangan martabatku selamanya.”
“…”
Kemudian, Marie berbisik dengan penuh harap,
“Kumohon–pinjamkan aku kekuatanmu.”
Naoto tidak bisa menjawab.
Anak laki-laki yang terlahir sebagai orang biasa, tumbuh di kalangan bawah, dan menikmati kehidupannya yang sekarang.
Gadis ajaib yang terlahir sebagai orang jenius, mengasah bakatnya sendiri, dan mengutamakan dan menomorsatukan cita-cita luhurnya.
Mereka seperti minyak dan air.
Penilaian mereka berbeda sangat jauh sampai tingkat yang menyedihkan. Tidak mungkin mereka bisa saling mengerti dalam waktu sesingkat itu.
“…”
Naoto merasa dia harus segera meloloskan diri karena kota ini hampir ambruk.
Untungnya–jika dia bisa menyebutnya begitu, dia tidak punya tempat yang disebut rumah. Mau kemanapun dia pergi, fakta ini tidak akan berubah.
Kenapa aku harus percaya pada seorang makhluk bernama Marie yang tidak bisa kupahami dan membawa RyuZU ke tempat yang berbahaya itu? Yang lebih penting, apa untungnya bagiku?
“…Maaf…”
“Ah–Master Naoto. Ada sesuatu yang ingin hamba laporkan.”
Saat Naoto hampir menyuarakan penolakannya, RyuZU memotong kata-katanya.
“Hamba memang dimiliki oleh anda, jadi hamba tidak tahu apakah hamba harus menjawab…”
Dengan kata-kata itu sebagai pembuka, RyuZU bicara dengan tenang.
Dan kemudian, dia menoleh ke arah menara inti melalui jendela.

“Jika dia tidak dipindahkan… ‘adik perempuan’ hamba harusnya ada di bawah tanah menara inti Kyoto.”

–*THUMP*!!
Naoto merasakan jantungnya berdebar-debar.
Untuk sesaat, Naoto lupa untuk bernapas, saat kata-kata yang dikatakan RyuZU bergema di pikirannya berulang-ulang kali.
–Adik perempuan…perempuan, perempuan…eh? Adik perempuan…?”
“Adik…perempuan…?”
–Adik perempuan RyuZU.
Di bawah menara inti?
Di Kyoto?
Di kota ini yang akan ambruk dan dikubur bersama dengan planet yang sudah mati ini?
Paru-parunya kekurangan udara, dan darahnya seolah-olah mengalir secara terbalik.
“…Itu, dengan kata lain, itu berarti…”
Dia berusaha keras untuk menarik napas dalam-dalam dan mencoba bertingkah tenang.
Naoto kemudian berseru, tidak bisa menyembunyikan kegirangannya walapun dia sudah berusaha keras,
“Se-se- sebuah automata yang diciptakan setelah RyuZU?”
“Ya. Unit ke-4 dari seir Initial-Y, ‘trishula’ AnchoR ada di dalam sana.”
“Tu-tu-tunggu, dengan kata lain, dia adalah automata yang lebih canggih daripada dirimu, RyuZU?”
Ketika mendengar kata-kata heboh Naoto, RyuZU merengut.
“–Tidak ada automata yang lebih kuat dari hamba dalam hal kemampuan kognitif, tapi dalam hal spesifikasi, mereka bisa lebih superior dari hamba dalam kondisi tertentu. Mereka adalah adik-adik perempuan hamba yang cakap dan tidak bisa dibandingkan dengan manusia-manusia inferior.”
Naoto sempoyongan.
Temperatur tubuhnya menggelora, tekanan darahnya meningkat drastis.
“Erm, yah, sebelum aku melihat adik perempuanmu, kau tidak keberatan memberitahuku sesuatu?”
“Tidak masalah, bolehkah hamba tahu apa yang ingin anda tanyakan?”
“Erm…dia disebut AnchoR, kan? ……bagaimana rupanya?”
“Hamba pikirkan dahulu. Rambut hitam pendek yang rapi dan elok. Irisnya sedikit kecil tapi berwarna merah cerah. Dia memiliki rupa yang setara dengan manusia berumur 12 tahun, tingginya lebih kecil dari 140 cm, dan tidak mahir berekspresi. Seperti yang kode nama ‘trishula’ indikasikan, dia memiliki senjata dan mobilitas bertarung terkuat diantara semua automata–”
“–Buat apa kita diam saja disini!? Ayo pergi, kawan!”
Naoto berdiri tegak dan mengangkat tinjunya ke langit.
Dia kemudian berkata dengan lantang,
“Jika di tanganku tersembunyi kemungkinan kecil untuk menyelamatkan 20 juta orang, aku pasti tidak akan melepaskan hal itu! Kurasa—inilah takdirku!”
Naoto berkata dengan penuh semangat, matanya berkilauan, seakan jiwanya sedang membara.
Biasanya, itu akan disebut ‘motif tersembunyi’ dan ‘keegoisan’.
Manusia—terutama wanita seperti Marie—tidak akan tahu mengenai hal itu.
Mereka tidak akan tahu kalau para pria akan bertarung dan membahayakan nyawa mereka hanya karena sebuah momen sesaat.
Para makhluk yang disebut pria itu sangat tolol tapi juga sangat luhur–
“…Milady, apa tidak masalah mengandalkan orang ini…”
“Jangan bertanya, oke…?”
Marie menggelengkan kepalanya dan berbisik merespons gumaman Halter.
?
Setelah memutuskan pergi menuju menara inti, Naoto dkk dengan cepat menuruni lorong hotel.
Mereka menuju area parkir bawah tanah hotel tersebut. Kendaraan Halter diparkir disana.
Mereka melewati lobi yang kacau balau setelah lampu gantung mewah disana jatuh, dan mereka sampai di tangga.
Dan Halter berhenti disana, membalikkan badannya, dan berkata,
“Kalau begitu, bagaimana kita menangani mereka? Kau tahu, jika kita pergi ke menara inti, pasti akan ada yang menghalangi.”
Halter melirik menuju dinding di sisi lain.
Dan Marie mengangguk, dia mengerti apa yang dimaksud Halter.
“…Kita harus melakukan sesuatu. Jika kita ketahuan sedang menuju menara inti, staf di sana akan dijadikan sandera.”
Marie menghela napas, dan mengangkat bahunya dengan enggan.
Di momen itu, Naoto, yang berdiri tepat di samping Marie, bersuara,
“Ada apa? Kita mau pergi ke menara inti, kan?”
“Ya, benar.”
“Tak ada waktu lagi, kan? Ayo cepat pergi.”
“…Karena itulah aku memikirkan apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Mengerti?”
Marie menjentikkan lidahnya karena jengkel.
Naoto memiringkan kepalanya dengan bingung melihat jawaban Marie.
Kalian bicara tentang orang-orang di sebelah sana yang mengawasi kita? Merekalah alasan kenapa kita tidak bisa pergi?”
Naoto menunjukkan pengamatan yang mengejutkan, dan Marie kelihatan lebih kesal dari sebelumnya saat dia merengut,
“…Jika kau tahu itu, kau bisa sedikit menggunakan otakmu kan? Kau pikir orang-orang yang mengawasi kita itu akan membiarkan kita pergi tanpa melaporkan apapun setelah mereka melihat kita?”
“Tidak, tapi,”
Naoto menatap tubuh besar Halter,
“Paman disini adalah tentara cyborg, dan ada RyuZU disini. Kita bisa menghabisi mereka sebelum mereka melapor, kan?”
“Yang benar saja, kau…saat kau termotivasi, kau ini berbahaya juga ya.”
Dan saat Halter tersenyum lebar, Marie menghela napas lembut,
“Aku juga mau begitu kalau bisa, tapi tidak semudah itu. Inilah politik. Semua teknisi di dalam ‘militer’ itu tidak berguna, tapi kemampuan organisasi mereka–”
“Memangnya apa yang mau kau lakukan? Permainan politik?”
“–!!”
Marie mengayunkan tinjunya ke arah Naoto–dan berhenti.
Mata zamrud cemerlangnya menatap Naoto, tubuhnya bergetar karena marah.
Tidak bisa menyembunyikan kemurkaannya, dia menyuarakan rasa frustasi yang dimilikinya saat dia berteriak,
“…Kau tidak mengerti apapun sama sekali!”
“Aku memang tidak mengerti. Aku bertanya karena aku tidak mengerti, kan?”
Naoto berkata begitu
“Apa itu politik dan apa itu kemampuan organisasi? Apa itu lebih penting dari pergi ke menara inti dan memperbaikinya?”
Naoto tidak merasa khawatir sama sekali.
Dia bisa memasang ekspresi cerah yang tidak dibatasi dan bebas, karena dia hanyalah penduduk biasa.
Dan anak muda yang bebas ini, yang bertindak sesuai keinginannya sendiri, demi nafsunya sendiri, mengatakan sesuatu yang filosofis,

“–Bagaimanapun, semua hal selain hal itu tidak penting, kan?”

“–!!”
Marie menutup matanya, dan menghantamkan tinjunya yang terangkat ke dinding dengan sekuat tenaga.
Kemudian, dia mengambil napas dalam-dalam, dan bicara pelan pada pria besar yang berdiri di sampingnya,
“Halter.”
“Hadir.”
“Biarpun–aku benar-benar tidak senang aku kalah bicara dengan si goblok ini.”
“Jangan sebut aku goblok.”
Marie mengabaikan protes Naoto, dan melanjutkan,
“Beritahu aku, siapa yang kau pikir benar, secara objektif?”
“Yah…kalau yang berdebat adalah orang dewasa, anda mungkin benar, Milady.”
Halter menggaruk dagunya, dan mengangkat bahunya sambil melanjutkan,
“–Tapi jika debatnya antar anak-anak, setuju dengan pendapat bocah itu seperti anak-anak pada umumnya itu tidak masalah, kan? Tugas paman ini memang membersihkan pantat anak-anak.”
…Anak-anak. Marie menggumamkan kata itu, dan mengangguk sambil berkata,
“Yah–kau benar. Toh aku ini masih seorang anak perempuan.”
“Hm. Anda bukan lagi seorang teknisi, anda bukan siapa-siapa, hanya seorang Tuan Putri yang arogan dan angkuh yang tidak berpengalaman dalam masalah dunia ini.”
Halter tertawa kecil dengan senang.
Dia kemudian mengulurkan telapak tangannya yang tegap sambil berkata dengan sikap menggoda,
“Apa ada tugas apapun yang ingin anda perintahkan, Marie?”
“–Hm.”
Marie mengangguk sambil tersenyum lebar.
Dan RyuZU, yang berdiri di samping mereka, menyela dengan dingin,
“Apa kalian akhirnya selesai? Waktu yang berharga banyak terbuang percuma seperti air mengalir saat kalian terus bimbang. Bolehkah saya setidaknya berharap kalau kalian punya kemampuan untuk merenungkan ini?”
“Aku mengerti…tapi RyuZU, aku bisa menghitungmu sebagai kekuatan serang, kan?”
Merespons pertanyaan Marie, RyuZU menunjukkan ekspresi elegan saat dia sedikit mengangkat keliman roknya, dan membungkuk.
“Tugas saya adalah untuk melenyapkan semua rintangan yang menghalangi jalan Master Naoto.”
Marie mengangguk dan menoleh kepada Naoto,
“Naoto, karena kau bicara besar seperti tadi, kau akan membantuku, kan?”
“Biarkan aku bilang ini dulu. Aku tidak pandai berkelahi.”
“Aku tidak mengharapkan apapun mengenai hal itu. Yang lebih penting–”
Marie meletakkan tangannya di pinggul, dan berkata pada Naoto dengan nada menantang,
“‘Bakat’mu yang dibilang RyuZU–tunjukkan padaku.”
Naoto mengangguk dan menghela napas kecil.
Dia pelan-pelan melepaskan headphone murahnya yang berwarna hijau.

Dan,
–Di tengah-tengah lautan suara yang memualkan, Naoto tersandung.

“Uu…”
Dia merengut, dan menggertakkan giginya.

Dia bahkan merasakan kalau semua suara itu masuk ke dalam telinganya dan menempel di pikirannya.
Itu mungkin disebabkan oleh perubahan gravitasi. Semua gir di kota ini mengeluarkan suara aneh, dan ada teriakan orang-orang yang kebingungan merespons kejadian mendadak ini. Segala macam suara terdengar, membentuk sebuah orkestra mengerikan yang memasuki telinga Naoto.
“Master Naoto.”
Saat dia melihat kalau Naoto hampir terjatuh, RyuZU dengan cepat mendekatinya untuk menyokongnya.
“Tidak apa-apa. Jika itu anda, Master Naoto–anda pasti bisa melakukannya.”
Ya. Naoto mengambil napas dalam-dalam.
“Aku tidak boleh mengotori namaku sebagai kutu mesin[1] disini jika aku ingin membalas kepercayaan automata terbaik di dunia ini.”
Dia menutup matanya.
–Di tengah-tengah badai suara yang menjengkelkan, sebuah melodi yang jelas dan seperti angin sepoi-sepoi dapat dia dengar.
Itu adalah suara gir-gir RyuZU yang sedang bergerak, sebuah melodi yang indah, elegan, sempurna dan  penting.
Berkat melodi harmonis dari RyuZU, Naoto bisa mengambil informasi penting dari kolam data berukuran besar yang memasuki pikirannya.
Dan–
“…Sekarang–ayo berangkat.”
Naoto pelan-pelan mulai menghitung jumlah benda-benda itu.
Marie menuruni tangga spiral yang menuju tempat parkir dengan elegan.
Dan Naoto mengikutinya dengan tentatif.
Namun, ada dua pria muncul di depan mereka dan berdiri di persambungan antara dua tangga.
Dua pria besar itu berdiri berdampingan di depan Marie sambil mengeluarkan aura ingin menghancurkan gadis itu.
Salah satu pria itu memelototinya sambil berkata,
“Apa kau adalah mantan Meister Marie Bell Breguet?”
Marie tersenyum lebar dan berkata,
“Kau tidak akan percaya padaku biarpun aku bilang bukan, kan?”
Namun, pria itu tidak tersenyum,
“Kami dari ‘militer’. Ada hal yang ingin kami tanyakan padamu, mengenai hilangnya teknisi militer Niijima.”
“Begitu, jadi kalian sudah menggunakan hal itu sebagai alasan. Persiapan yang cukup hebat.”
Salah satu dari mereka melangkah maju untuk mencengkram bahu Marie, namun,
Marie menurunkan badannya.
Dia mengulurkan kakinya untuk membuat pria yang mencengkram bahunya terpeleset, dan kemudian menghantamkan sebuah tendangan tinggi pada kepala pria itu. Tendangannya sangat keras sampai-sampai suara tulang retak bisa terdengar.
Dia memandang rendah pada pria yang kalah sebelum bicara apapun, dan menjentikkan lidahnya.
“–Siapa yang mengizinkanmu menyentuhku? Setidaknya sadari posisimu.”
“Bocah! Kau mau berkelahi–!?”
Pria satunya juga menjadi kesal saat dia mengulurkan tangannya ke arah Marie.
Marie menepis tangan itu dengan dingin dalam gerakan yang luwes.
Dan kemudian, lengannya  menggambar sebuah busur di udara, tinju yang dikepalkan erat itu menghantam langsung ke dagu pria tersebut.
Pria itu terjatuh karena tidak bisa menahan rasa sakit, dan melindungi tubuh bagian atasnya saat posturnya goyah.
Di momen itu, Marie melompat.
Dia berputar tajam, sepatu botnya menghantam ke dalam ulu hati pria tersebut dengan bantuan gaya sentrifugal.
Pria besar ini kalah dalam sekejap, dan orang hanya bisa mendengar suara berat seonggok daging yang jatuh ke lantai.
“–”
Marie mendarat di lantai bersamaan dengan mantelnya yang melayang.
Dan kemudian, dia mengambil permen dari sakunya tanpa menoleh ke arah pria yang kalah itu, memasukkannya ke dalam mulut, dan mengunyahnya.
Setelah melihat hal ini, Naoto secara naluriah berlutut.
“Maaf sudah banyak banyak omong tadi!”
Kumohon jangan gunakan serangan-serangan tadi padaku. Naoto terlihat sedang memohon hal itu, dan,
“Bagus. Senang kau sudah mengerti.”
Marie mengangguk dan membalikkan badannya.
Dia berbalik untuk melihat koridor di bawah tangga yang terhubung ke tempat parkir.
Tidak disangka, sebuah automata militer mucul disana.
Automata itu adalah tipe armor ringan dengan dua kaki. Benda itu memiliki siluet seorang manusia, tapi dua lengan yang terlalu tebal itu jelek. Ujung depan lengan kanan itu adalah sebuah laras senapan, yang diarahkan pada dua orang di bawah tangga.
Marie membelalakkan matanya di hadapan senjata yang dapat dengan mudah mencincang 2 anak-anak ini.
“Kau pasti bercanda. Seram sekali.”
Namun, kalimat itu tidak dikatakan untuk menggambarkan musuh tersebut.
Wajah Marie tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan, meskipun dihujani niat membunuh mekanis.
“Halter!”
Sesosok tubuh besar merespons panggilan Marie, dan melompat turun dari atas koridor.
*THUMP* ada guncangan yang membosankan.
Tinju Halter mendarat telak pada automata tersebut, menggunakan momentum jatuh, menyebabkan kerangka automata tersebut penyok parah dan hancur.
Automata tersebut terhuyung-huyung ke belakang, dan Halter mendarat, melindungi Marie dan Naoto.
Automata tersebut segera menghitung tingkat ancaman dari musuh yang baru saja menyerangnya—melalui analisis fungsi tubuh dan jarak musuh, automata tersebut berasumsi kalau Halter adalah ancaman terbesar, dan mengganti targetnya dari Marie ke Halter.
Tapi di momen itu, Halter sedang berdiri tepat di depan automata tersebut.
Dia mencengkram lengan kanan yang besar itu dan menghancurkannya menggunakan berat badannya.
“–!”
Kabel-kabel berhamburan keluar, gir-gir dan pegas-pegas berterbangan kemana-mana.
Automata tersebut melangkah mundur beberapa kali–tapi kemudian berputar hebat, menghantam lantai dan melompat ke arah Halter.
Lengan kiri yang tersisa berayun ke arah Halter seperti sebuah pisau guillotine[2].
Pukulan ini bisa membuat manusia terlempar–tapi Halter menahannya dengan mudah menggunakan satu tangan.
“–, –!”
Automata tersebut mulai bergetar.
Halter tersenyum lebar saat dia menahan automata militer itu yang sedang berontak dengan sekuat tenaga.
“Algoritme bertarung yang cukup sederhana. Hei,  kau ingin bergumul dengan aku yang dimekanisasi komplit dengan tenaga mesin armor ringan itu?– Apa kau meremehkanku sekarang?”
Lengan automata tersebut dihancurkan dengan suara krak.
Halter memegang lengan itu, jarinya memutar armor tersebut. Porosnya sudah pecah, dan kerangkanya dipukuli.
“Dasar—bodoh!”
Dan kemudian,
Halter menginjak-injak lantai, menyebabkan sebuah retakan melingkar di lantai.
Dia mengerahkan seluruh kekuatannya dalam sebuah pukulan cepat.
Pukulan ini lebih cepat daripada pecahan peluru yang sedang melayang.
Dia mengaktifkan semua fungsi yang ada di tubuhnya, dan memukul menembus armor automata militer itu, menghancurkan inti automata itu tanpa belas kasihan, mematikan fungsi mesin musuh dengan paksa–
Pecahan pegas automatan itu jatuh, pistonnya yang hancur berguling dengan kosong.
Dia melemparkan mesin rongsok itu ke samping, dan Marie, yang berdiri di belakang, berkata padanya,
“Seperti yang kuharapkan, Halter. Kerja bagus.”
Halter membalikkan badannya, melihat gadis itu menuruni tangga, dan mengangkat bahu,
“Itu hanya tugas sepele. Namun–”
Dia menatap ke arah Naoto, dan bertanya-tanya,
“Kau bisa tahu jumlah musuh dan lokasi mereka dengan sangat akurat..apa telingamu itu sonar atau semacamnya?”
Benar–intel yang diberikan Naoto itu sangat presisi sampai-sampai menakutkan.
Halter tidak bisa menebak bagaimana cara Naoto menentukan ‘orang-orang ini berniat jahat pada kita’, tapi bagaimanapun, dia memang mendeteksi jumlah, lokasi dan senjata musuh.
Seberapa besar keuntungan yang bisa dibawa kemampuan seperti itu dalam perencanaan strategis–
Tapi Naoto tidak memikirkan apapun soal itu saat dia menanyai Halter dengan girang,
‘Paman paman! Kau tidak menggunakan mesin prostetik militer normal, kan?”
“Oh? Kau tahu itu juga? Benar, aku kelihatan seperti pria baik-baik yang biasa saja, tapi bagian dalamku tidak akan kalah dari siapapun, tahu? Inilah ‘Generasi Ke-8’ yang dibuat oleh Perusahaan Breguet.”
“Apa? Generasi Ke-8? Di pasaran hanya ada ‘Generasi Ke-6’, kan..?”
“Ini adalah prototype yang lebih canggih daripada generasi selanjutnya yang akan diperkenalkan di pasaran. Inilah produk mutakhir sungguhan.”
Dan kemudian, Halter berpose untuk memamerkan ototnya.
“Aku bodyguard Tuan Putri ini, jadi kami menggunakan beberapa teknik rahasia Perusahaan Breguet melalui beberapa koneksi.”
“Wow~! Hei, kumohon lepaskan anggota tubuhmu dan tunjukkan suku cadangnya padaku–!”
“Hal menjijikan apa yang kalian berdua katakan!? Ayo pergi!”
Dengan desakan Marie, Naoto dan Halter menjadi terdiam.
Mereka buru-buru menuruni tangga, dan dengan cepat sampai di tempat parkir.
Sebuah sedan hitam diparkir di dekat pintu masuk.
Tapi ketika Marie hampir mendekati pintu sedan itu.
“Jangan bergerak!”
Sebuah suara yang sangat keras, diperkeras oleh loudspeaker, terdengar di seluruh tempat parkir bawah tanah tersebut.
Marie membelakkan matanya saat dia melihat ke atas, dan ada raksasa baja yang gemuk berdiri di tengah-tengah jalur menuju permukaan—Fungsi Protokol Konservasi Listriknya sudah dihilangkan.
“VS-08 ‘Grat’–!? Sebuah tentara berarmor? Kau pasti bercanda!”
Halter bergumam, keringat dingin mengucur.
Itu adalah sebuah senjata humanoid dengan fungsi jam mekanis yang dikembangkan oleh keluarga Vachron.
Automata itu tidak bersuara sama sekali karena dilengkapi dengan peredam suara, dan juga memiliki mode siluman yang terdiri dari kamuflase optik dan termal. Automata itu adalah kartu as yang digunakan dalam pertempuran dengan lingkungan khusus–dan memiliki kemampuan bertarung yang tidak bisa dibandingkan dengan banyak automata berarmor ringan sebelumnya walaupun mereka bergabung.
Meriamnya sangar kuat sampai-sampai bisa menembak tembus mesin prostetik bertarung terbaru yang Halter gunakan dengan mudah.
Automata itu mengarahkan meriamnya kepada kelompok Marie dengan teratur, dan kemudian…
–BOOM.
Setelah mendengar laporan melalui alat komunikasi, Limonz melenguh.
…Apa yang orang dungu ini katakan!?
Dia merasakan keringat mengucur dari tangan yang memegang alat komunikasi tersebut.
“……Bi-bisa kau ulangi lagi?”
“Seperti yang saya katakan, Marie Bell Breguet dan dua pengikutnya melawan dengan sengit, jadi kami tidak punya pilihan selain menembak mati mereka. Selain itu, seorang penduduk biasa juga terlibat dalam pertempuran ini–”
“Penduduk biasa itu tidak penting!!”
Limonz menjentikkan lidahnya, dan melanjutkan,
“Siapa yang mengizinkanmu untuk membunuh mereka!? Aku bilang tangkap mereka hidup-hidup!!!”
“Iya, tapi–”
Jawaban ambigu ini menyebabkan Limonz semakin gelisah, dan dia mendesis dengan sikap menginterogasi,
“Kalian mengaktifkan Grat perusahaan kami, dan kalian masih tidak bisa menangkap seorang bocah!?”
“…Tolong maafkan saya. Menganggap target ini sebagai orang biasa itu sedikit tidak tepat.”
“Dia hanya seorang anak bandel.”
Limonz meludah dengan tajam.
Dia menampar alat komunikasi itu berulang-ulang kali, dia benar-benar mendidih.
“Benar, toh dia itu hanya seorang anak bandel. Paling yang bisa dia lakukan hanyalah bermain-main dengan mesin-mesin.”
“..”
“Kau membunuhnya, kan?…Begitu, jadi dia sudah mati.”
Dia menjilat bibirnya dan menarik napas.
“Kurasa tidak ada lagi yang tersisa setelah dia terkena tembakan senapan mesin Grat.”
Limonz terdengar seakan dia sedikit mengharapkan sesuatu, dan informan tersebut memberinya jawaban pasti.
“…Ya. Mayatnya mengalami luka yang parah. Akan membutuhkan waktu untuk membukitkan kalau itu adalah dia–”
“Tidak perlu. Kubur saja mayatnya. Kita tidak perlu laporan. Marie Bell Breguet menghilang saat pengambrukan kota. Kita hanya perlu menyatakannya seperti itu.”
“…Apa itu tidak masalah?”
“Jika kabar kalau putri keluarga Breguet terbunuh oleh orang-orang Vachron tersebar, situasi akan menjadi tidak terkendali. Toh jalanan ini akan tenggelam dalam beberapa jam.”
“Dimengerti.”
Setelah kalimat itu diucapkan, panggilannya berakhir.
Limonz menutup telepon dengan tenang–dan membalikkannya bersama dengan mejanya.
Dia membelalakkan matanya, giginya bergemeretak saat dia meraung dengan marah.
“Tolol! Orang-orang idiot tidak berguna…!”
Akan merepotkan kalau dia benar-benar mati.
Dia ingin menggunakan Marie Bell Breguet sebagai kambing hitam insiden ini, agar dibenci publik, dan memperlemah Breguet.
Namun, itu hanya bisa berhasil jika dia masih hidup.
Orang mati tidak bisa bertanggung jawab, dan jika anak perempuannya terbunuh, Breguet akan merespons dengan lebih agresif. Ini adalah berbanding terbalik dari apa yang Vachron inginkan.”
“Pelacur kotor itu! Dia ingin mempermalukan kami bahkan saat dia mati…!?”
–Dan yang lebih penting,
Jika dia mati semudah itu, Limonz tidak bisa membuatnya merasakan lebih banyak lagi rasa malu.
Limonz ingin mempermalukan dia.
Dia ingin menikmati momen tersebut, bagaimana wajah cantiknya berubah saat harga diri dan kehormatannya hilang.
Jika tidak, Limonz akan menunjukkan belas kasihan sebagai umpan saat persidangan atau saat posisinya dikembalikan, dan membuat gadis arogan itu menangis tersedu-sedu, melayaninya seperti pelacur murahan–masa depan seperti itu bukan mustahil terjadi.
Tapi keinginan buruk itu menjadi tidak berarti saat gadis itu mati.
Dia merasa kesal.
Namun, dia tidak punya pilihan. Dia setidaknya ingin menendang mayatnya, tapi dia tidak punya waktu untuk itu. Anomali di kota ini mulai meningkat kecepatannya, dan waktu penghapusan hampir dimulai.
Limonz mengutuk saat dia mempercepat langkahnya menuju helikopter yang diparkir di atap.

“…Apa tidak apa-apa?”
Halter bertanya saat dia mematikan perekam suara.
Marie tersenyum riang dan mengangguk,
“Ya. Tuan Putri Breguet terbunuh oleh Vachron—kau benar-benar merekamnya, kan?”
“Sejujurnya, aku merasa kalau rencana ini memiliki banyak kelemahan…”
Halter menyentuh dagunya sambil bergumam,
“Yah, tidak masalah. Rekaman suara ini akan menjadi bukti nyata, dan tidak peduli apa yang para tentara itu katakan nanti, rekaman ini akan dianggap bukti yang tidak bisa disembunyikan.
“Jika Marie mati, rencana orang-orang itu kurang lebih hancur…logikanya seperti itu, tapi aku tidak pernah mengira anda akan memalsukan kematian anda sendiri.”
Halter menghela napas, dan berbalik untuk melihat ke belakang.
Di belakang dua orang itu, RyuZU sudah mengiris-iris tentara berarmor itu menjadi serpihan, menumpuknya seperti sebuah bukit.
Sang anak muda–Naoto memeriksa timbunan itu, da bergumam dengan wajah kesal.
“Automata ini adalah karya kebanggaan salah satu dari 5 Perusahaan yaitu Vachron…tidak ada rasa artistik sama sekali.”
“Anda benar. Tapi, Master Naoto, mereka meciptakan sesuatu yang bisa anak-anak buat hanya dengan menumpuk balok, bahkan ciptaan gagal murahan pun harus diberi pujian. Contohnya–kamu sudah berusaha keras.”
Gadis yang berdiri di samping Naoto–RyuZU, berbisik dengan pedas.
Halter menonton kedua orang itu, dan berkata lembut,
“…Dua manusia, satu automata berarmor ringan, satu tentara berarmor, dan satu tentara pengintai. Semuanya terdeteksi oleh ‘telinga’ Naoto secara akurat–padahal aku mengira dia salah mengenai tentara berarmornya.”
“Jika Perusahaan Vachron mengetahui kalau sistem siluman Grat yang sangat mereka banggakan itu dikalahkan semudah ini, ekspresi macam apa yang akan ditunjukkan oleh para pengembang senjata itu–hohoho, rasakan itu?”
“Anda kelihatan cukup senang.
Halter meletakkan alat komunikasinya, berdiri dan menghela napas,
“Sebagai seorang mantan tentara, bahkan aku pun benar-benar tidak ingin mempercayai ini setelah melihatnya sendiri. Dia bahkan bisa mendengar sebuah mesin siluman di bawah tanah; bagaimana dia melakukannya.”
“Tapi tidak ada keraguan lagi. Kemampuannya benar-benar ada.”
Marie menyipitkan matanya.

–Faktanya, itu tidak mungkin secara teoritis.
Hewan-hewan seperti ‘gajah’ tidak mendengarkan menggunakan ‘telinga’ mereka, tapi melalui ‘kaki’ mereka.
Mereka merasakan guncangan di tapak kaki mereka, dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan rekan mereka di tempat yang jauh. Guncangan di dalam Bumi, di permukaan tanah, di udara–bahkan suara adalah sebuah vibrasi. Sesuatu yang bisa menimbulkan interferensi dengan yang lainnya akan menciptakan resonansi.
Tidak mungkin ‘langkah kaki’ dari benda di bawah tanah–getaran udaranya mencapai permukaan. Namun, guncangan udara tersebut akan membuat dinding bergetar, dan dinding tersebut akan bergetar bersama bangunannya.
Ada hewan yang dapat mendengar sebuah koin yang dijatuhkan dalam jarak beberapa kilometer.
Ada radar dan sonar, yang menggunakan konsep yang sama.
Namun–Marie melirik ke arah Naoto.

–Naoto Miura.
Dia adalah ‘manusia’. Atau seharusnya adalah manusia.
Dia dapat bercakap-cakap meskipun dia memakai headphone peredam suara. Jika dia bisa mendeteksi getaran kecil melalui seluruh tubuhnya–misalnya, melalui tulang atau semacamnya, fenomena semacam itu dapat dijelaskan.
Tapi jika hal seperti itu memang ada di kehidupan nyata dan bahkan dimanfaatkan sampai hari ini, bagaimana dia bisa menjelaskan ini?
Fenomena semacam itu tidak bisa hanya dijelaskan sebagai ‘ketrampilan unik’.
Jika itu bisa digambarkan oleh dua kata dari pengetahuan luas yang dikumpulkan Marie–itu adalah sebuah ‘kekuatan super’.
Di dunia ini yang terbuat sepenuhnya dari gir-gir, kemampuan ini, nilai kekuatan tersebut, jika kemampuan itu diukur berdasarkan istilah orang biasa, akan ada makna besar dalam kemampuan–
“Marie?”
“–!”
Suara tersebut menarik keluar Marie dari pikirannya yang berkecamuk.
“A-apa…?”
“Bukan apa-apa. Aku hanya melihatmu melamun disana. Apa yang kau pikirkan? Bukannya kita sedang buru-buru?”
Marie melihat Naoto sedang menatapnya dengan tatapan aneh dan dia memiringkan kepalanya.
“–Ya, kau benar. Maaf.”
Dia meminta maaf dan menghentikan pikirannya yang berkecamuk, mengabaikan skeptisme yang dimilikinya.
Ini bukanlah waktu untuk memikirkan hal semacam itu.
Di momen ini, hal paling penting adalah membuktikan apakah anak muda ini seperti yang RyuZU katakan–seseorang yang bisa dia percayai. Dan kemudian…
“…Baiklah kalau begitu, apa anda baik-baik saja, Milady?”
“Ya, Halter. Aku mengandalkanmu.”
Marie melepas Chronopass yang teruntai di bagian dada mantelnya.
Benda itu adalah bukti seorang Meister.
Gadis bernama Marie Bell Breguet pernah menerima medali ini.
Dan dia,
“–!!”
Melemparnya ke udara.
Dan Halter menembaknya.
‘Chronopass’ yang menari di udara ditembak jatuh oleh peluru Halter dengan akurat.
“–”
Dan benda itu, benda itu pecah, berhamburan menjadi gir-gir yang tak terhitung jumlahnya.
“Benar–itu tidak penting buatku. ‘Meister’ apaan?”
Kata-kata itu terdengar kasar, tapi nada suara Marie sangat menyegarkan.
Jam saku ultra rumit ini, terdiri dari 9 gir dengan segala ukuran, hancur menjadi bubuk.
Benda itu adalah bukti kalau seseorang diakui sebagai salah satu teknisi terbaik di dunia.
Beberapa orang bahkan menawarkan nyawa mereka untuk mendapatkan satu.
Kualitas ulung, bakat luar biasa, kerja keras pantang menyerah–mereka mengumpulkan itu semua, mempertaruhkan karir mereka, tapi jumlah teknisi yang putus asa melihat kegagalan mereka itu sebanyak bintang di langit.
Bahkan Marie, yang dipuji sebagai permata keluarga Breguet, hanya berhasil memperoleh benda itu setelah waktu yang lama.
“–”
Tapi bagaimanapun baginya itu tidak masalah.
Benda ini tidak berguna bagi ‘tujuan’nya yang sekarang, dan hanya akan menghalangi ‘cita-cita’nya. Benda ini tidak bernilai sama sekali baginya.
“Biarkan aku berbuat apapun yang kumau mulai sekarang.”
Marie mengangkat kepalanya, dan melihat ke arah semuanya.
Dia mengepalkan tinjunya, dan berkata dengan semangat.
“Aku ingin menyelamatkan kota ini. apa yang terjadi selanjutnya itu tidak penting. Apapun yang tidak bisa membantuku saat ini tidak berbeda dari kotoran. Aku akan menempuh jalanku sendiri, dan siapapun yang mencoba menghentikanku akan kuhancurkan.”
Ada yang keberatan!? Marie bertanya dengan nada memaksa, dan Halter menjawab dengan tawa.
Dan kemudian, dia menutupi mulutnya sendiri dan merunduk sambil berkata
“Tentu saja tidak masalah, tapi Profesor Marie, aku berpikir kalau serang gadis kaya tidak cocok mengatakan kata ‘kotoran’.”
“Diam, dasar idiot!”
Marie membalas, dan meletakkan tangannya di pinggul.
“Meister Marie Bell Breguet sudah mati. Sekarang aku ini Marie, dan aku tidak punya tanggung jawab apapun. Aku hanya seorang anak perempuan.”
Dia menunjukkan senyuman penuh semangat.
Dan kemudian, dia berbalik kepada Naoto dan RyuZU.
“Baiklah kalau begitu, posisiku setara dengan kalian sekarang. Bersiaplah untuk diperintah dalam waktu apapun.”
“Ah, er…ya. Aku akan berusaha sebisaku, ya.”
Di momen itu, Halter sudah memeriksa dengan cepat apakah ada bom atau jebakan yang dipasang di mobil. Dia kemudian membuka kunci mobil, dan berkata dengan riang,
“Ayo masuk ke mobil. Kita pergi.”
Marie duduk di kursi depan, sedangkan Naoto dan RyuZU duduk di kursi belakang.
Setelah semuanya mengenakan sabuk pengaman,  Halter tersenyum lebar dan menginjak pedal gas.
Mobil itu meluncur melalui tanjakan tempat parkir, dan Halter memutar kemudi dengan sinting, menyebabkan mobil itu berbelok ke arah kanan dengan tajam. Naoto buru-buru memegangi pegangan mobil.
Mobil itu berakselerasi saat mesin gravitasinya meraung.
“–Mengerikan.”
Marie bergumam saat dia melihat keluar.
Tidak peduli bagaimana seseorang mencoba menutupi hal itu, faktanya diluar kelihatan menyedihkan.
Asap bergolak di udara, awan petir bergolak, dan orang bahkan bisa melihat beberapa angin topan yang mengamuk di jalanan.
Di bawah pengaruh anomali gravitasi, ada rumah, sampah–dan manusia yang terlempar ke udara.
Kehancuran itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda malahan terus meluas.
Sederhananya, pemandangan itu adalah sebuah adegan sebuah bencana berdampak besar dalam sebuah film kepanikan, dimana logam-logam berterbangan kemana-mana.
Mobil Halter terus melaju melalui jalanan seperti itu.
Mereka menuju pusat kota–menara inti yang berukuran besar menjulang menembus langit dan bumi.
Pusat fungsi pengendali berukuran besar yang memanipulasi semua fungsi cuaca dan alam di kota ini.
“Cepatlah, Halter!”
“Oke!”
Kecelakaan mobil kelihatan dimana-mana sepanjang jalan utama yang lebar, tapi Halter terus mengemudikan mobil diantara celah-celah, malahan dia menambah kecepatannya.
Naoto, telah melepaskan headphonenya untuk berkonsentrasi pada pendengarannya, tiba-tiba berbisik,
“Yah, anggap saja igauan jika kalian sudah menyadarinya–dua mobil yang kelihatan berbahaya mendekati kita dari sisi kiri saat ini.”
“Apa? ‘militer’!?”
“Bukan–sepertinya bukan?”
Naoto menggelengkan kepalanya, dan dua mobil kelabu mendekat dari pinggir.
Dua mobil tanpa awak dengan senapan mesin yang dipasang di permukaan datarnya.
Setelah meluncur selama beberapa saat, mereka berganti arah dan mengejar mereka dengan kecepatan menakutkan.
“–Peringatan! Peringatan! Mohon hentikan mobil anda!”
Salah satu mbil mengeluarkan suara rusak.
“Mobil-mobil itu adalah mobil patroli polisi tanpa awak, dan bukan pengejar dari ‘militer’. Mobil itu sendiri mirip dengan automata, jadi mereka mungkin melakukan pengejaran berdasarkan keputusan mereka sendiri.”
“Eh? Mengapa polisi sekarang mengejar kita?”
Marie berteriak marah, dan Naoto merenung selama beberapa saat, sebelum menjawab,
“Kurasa–karena mobil ini jauh melebihi batas kecepatan?”
“Kau bercanda!?”
Marie berteriak sambil menginjak-injak dasbor.
“Mereka masih peduli tentang mengebut di momen seperti ini!? Apa semua orang Jepang itu bodoh atau semacamnya!?”
Dan kemudian, dia menoleh pada si supir Halter, dan bertanya,
“Apa kita bisa menghindari mereka?”
“Akan sulit. Mereka melaju lebih cepat dari kita, dan yang merepotkan adalah mereka akan menghalangi jalan kita.”
“Aku paham.”
Marie melepaskan sabuk pengamannya, berbalik, dan menaikkan kursi depan. Dia kemudian mulai mencari-cari sesuatu, dan bertanya pada Naoto,
“Naoto, apa kau yakin mobil itu tanpa awak?”
“Ya. Tidak salah lagi. Apa yang mau kau lakukan?”
“Rendahkan kepalamu dan berpegangan erat.”
“Eh?”
“Master Naoto, hamba mohon anda bergeser ke sebelah sini.”
RyuZU kemudian menarik Naoto ke kursinya, seakan-akan sedang melindunginya.
Tubuh Naoto tanpa sadar membeku setelah dia mendengar mobil patroli itu mendekat.
Marie membuka atap mobil tersebut, dan menyembulkan tubuhnya keluar.
Tangannya sedang memegang sebuah benda dengan panjang 25 sentimeter–?
“Wha!?”
Sebuah senapan mesin ringan.
Dia mengabaikan teriakan terkejut Naoto sambil menembak ke arah mobil patroli di sebelah kanan.
Hujan peluru otomatis itu menghujani mobil patroli tanpa awak tersebut.
Namun, peluru yang berhamburan itu terpental oleh permukaan armor mobil teersebut, dan mobil itu sendiri tidak tergores.
“…Tipe anti peluru juga. Ini mulai lancang.”
Marie menjentikkan lidahnya karena jijik saat dia berpikir kalau mobil itu hanyalah mobil patroli. Di momen ini, Naoto menyela,
“Erm, jika ini sebuah film aksi, aku tidak tahu apakah penduduk biasa A yang terlibat dan tidak bersalah ini harus menyela…”
“Apa?”
“Mobil yang baru saja kau serang itu punya dua roda. Roda kanan depan begerak sedikit aneh, jadi jika kau menusuk–”
Sebelum Naoto bisa menyelesaikan kata-katanya, Marie dengan cepat menyusun ulang senapan mesin ringan di tangannya.
–Coil Spear.
Dia mengangkat senjata yang intinya menjadi sebuah senapan mini dalam sekejap, dan mulai menembak sesuka hati.
Pelurunya memantul dari aspal dan mengenai suspensi roda kanan depan—ban di bagian kanan jatuh kesamping, dan mobil tersebut berguncang hebat.
Mobil itu mulai berputar.
Mobil itu kehilangan keseimbangan dan berbelok hebat ke kanan, menghantam mobil patroli satunya, dan terguling bersamaan, menabrak pagar pembatas, dan terbalik ke samping.
“…Telingamu sungguh berguna.”
Marie kembali ke kursi depan dan memasang sabuk pengaman sambil merasa kagum.
Dan Naoto gemetar saat dia bertanya,
“Apa pengetahuan cara menembak itu diperlukan jika kau ingin menjadi Meister…?”
“Jangan gunakan Tuan Putri ini sebagai standar.”
Halter tertawa, dan memutar kemudi mobil itu.
Mobil itu meluncur di perempatan, dan meluncur dengan kecepatan luar biasa.
Lokasi mereka saat ini adalah diantara gedung-gedung di distrik administrasi, jalanan di sana panjang dan lebar.
Yang mereka perlu lakukan hanyalah melewati jalanan lurus ini, dan mereka dapar sampai di pintu masuk menara inti,
“…Situasinya berjalan baik sampai saat ini. Kukira setidaknya akan ada pemeriksaan.”
“Mengumpulkan kekuatan tempur sebanyak mungkin itu diperlukan saat menyegel sebuah kota. Mereka mungkin dipindahkan ke tempat lain.”
Halter menjawab seakan menghibur Marie yang gelisah.
Sesaat kemudian, Naoto merasakan firasat buruk.
Tapi sebelum dia bisa bicara–
“Maafkan hamba, Master Naoto.”
RyuZU, yang tetap diam sampai titik ini, bergerak.
Dia mengangkat Naoto dengan paksa sedangkan Naoto bersandar padanya. “Ah—woah.” Naoto, ketika dibenamkan ke dada lembut RyuZU, mengeluarkan suara aneh.
“? Apa yang kau—”
Marie berbalik untuk melihat, dan menghentikan kata-katanya.
Karena rok RyuZU sedikit berkibar.
Marie mengetahui makna gerakan seperti itu, karena ia telah mengenal baik konstruksi RyuZU.
Satu-satunya ‘senjata’ yang dimiliki RyuZU–sabit hitam keluar dari balik rok, dan mengayun turun dengan kecepatan yang bahkan tidak bisa diketahui oleh Halter yang merupakan seorang cyborg.
Dan dengan sebuah suara nyaring, mobil itu dibelah dua seperti sebuah lelucon.
Mobil itu hampir dibelah dua, menjadi bagian kiri dan kanan saat mereka meluncur di jalan karena inersia.
“Wooahhh!?”
“Apa yang kau lakukan–!?”
Marie dan Halter berteriak, dan kemudian, ada sebuah ledakan.
Sebuah obyek tajam melayang diantara bagian mobil yang terbelah.
–‘benda itu’ melayang dengan kecepatan supersonik, dan bahkan Naoto dengan indra manusia supernya tidak bisa merasakan benda itu.
Sesaat kemudian, ledakan di belakang mereka menunjukkan identitas sebenarnya.
Sebuah peluru roket–sebuah peluru peledak tinggi dengan kekuatan luar biasa.
Benda itu melayang di udara.
Mobil itu ambruk dengan tidak menentu disebabkan oleh angin ledakan tersebut. Saat tubuh mobil itu berderit di tanah dan mengeluarkan banyak percikan, RyuZU memeluk Naoto dan melompat keluar dari mobil.
Walaupun dia hanya membawa satu orang, praktis RyuZU sedang menari di udara.
Dan kemudian, dia mendarat dengan anggun.
Dia menunduk ke arah Naoto, yang berkedip terkejut saat dia menempel di dadanya.
“Master Naoto, apa anda terluka?”
“Tidak, tapi kurasa masalah mereka lebih besar…”
Naoto berkata begitu sambil turun dari lengan RyuZU.
Mobil tersebut, yang dibelah dua, terus meluncur maju karena inersia. Kerangkanya berubah, dan bannya berputar-putar, menghadap langit.
Apa mereka berdua masih hidup–ketika Naoto berpikir begitu, sebuah kain putih jatuh di samping mobil–Marie tiba-tiba melompat keluar, mantel musim panasnya sedikit kotor.
Sepertinya dia berhasil melompat keluar di momen terakhir.
Mata zamrud indahnya dipenuhi kebencian sambil berteriak,
“Ryu–ZU!! Apa kau mencoba membunuhku!?”
Tapi pihak yang terlibat, RyuZU, masih merasa terkejut,
“Kata-kata itu tentunya adalah kata-kata yang aneh didengar. Dalam sisi subyektif, tadi itu harusnya dipandang sebagai saya menyelamatkan nyawa kalian yang rapuh di saat yang sama dengan saya menyelamatkan Master Naoto. Anda harusnya menundukkan kepala anda dan berterimakasih pada saya dengan anggun dalam situasi ini, kan?”
“Apa kau tahu apa artinya tidak berlebihan dalam melakukan sesuatu!?”
Di sampingnya, Halter, yang pakaiannya juga kotor, menyembul keluar.
Dia berbalik untuk melihat ke belakang, menatap jalan yang ditutupi dengan lubang, dan bergumam dengan nada kerepotan,
“…Hei, Marie, daripada mengkhawatirkan hal itu, mereka menembaki kita di jalanan.”
“Ahh, yang benar saja! Apa tidak ada orang yang pikirannya berjalan normal atau semacamnya disini–!?”
“Sepertinya Master Marie memang memiliki sedikit kecendrungan emosi yang tidak stabil. Kurangnya ketenangan adalah ciri khas seorang bayi, jadi maukah anda setidaknya tunjukkan sedikit kedewasaan yang melebihi tubuh anda yang seperti bayi itu?”
Marie tidak bisa berkata-kata mendengar kata-kata RyuZU, dan menundukkan kepalanya.
Dia mengepalkan tinjunya, gemetar, mulutnya mengeluarkan suara yang terdengar seakan-akan suara yang datang dari neraka.
“…Sepertinya kebencian yang terlahir dari perlakuan konyol ini membuatku bisa mencabik-cabik sebuah automata militer.”
“Yang benar? Mau mencobanya sekarang?”
Marie mengangkat kepalanya dan ingin membantah godaan Halter, tapi dia tidak bisa berkata-kata setelah melihat apa yang ada di depannya.
Ada cahaya merah di tengah jalan, berjarak sekitar 300 meter.
–Cahaya merah itu adalah sebuah mata. Satu mata yang bersinar dari bayangan raksasa yang memblokir jalan.
Kerangka raksasa ini memiliki panjang 6 meter, dan siluet bundar itu ditempeli dengan 2 kaki melalui 2 sendi terbalik. Siluet itu kelihatan seperti seekor kelinci atau burung unta berkaki pendek. Selain itu, ada sebuah meriam 120mm yang dipasang di bagian perutnya.
Marie tanpa sadar membuang udara di paru-parunya.
“Sekarang bagaimana, Milady? Apa anda bisa menggunakan tinju yang anda banggakan itu untuk melakukan sesuatu?”
“Kau bicara begitu karena kau tahu ini kan, Halter!? Itu kan Automata berarmor berat.”
–Automata berarmor berat.
Sebuah automata tanpa awak yang dikembangkan untuk penyerbuan dan penahanan, dilengkapi dengan sebuah meriam kuat, berlapis-lapis armor yang kokoh, dan mobilitas luar biasa bahkan di permukaan yang tidak rata; karena automata itu jago berbelok dalam sudut kecil, automata seperti itu tanpa diragukan lagi adalah senjata terkuat dalam persenjataan urban modern.
Selain itu, bukan hanya satu unit yang muncul di hadapan mereka.
Dilihat dari kejauhan. Ada unit kedua, ketiga…mereka bisa melihat 16 unit seperti itu di jarak pandang mereka.
Berdiri di samping automata berarmor berat itu ada banyak automata berarmor ringan dan artileri otomatis, dan helikopter tanpa awak juga kelihatan di udara. Dengan jumlah unit musuh sebanyak itu, Halter hanya bisa mengepalkan tinjunya.
“…Sepertinya kita sudah diskakmat? Sayang sekali; impianku untuk mendapat jackpot di Las Vegas dan mendapat model pirang sebagai pelayan belum kesampaian.”
“Tolong lupakan pikiran vulgar seperti itu.”
Marie melirik ke arah Halter dengan jijik, tapi dia tidak kelihatan santai setelah itu.
“Senjata-senjata tanpa awak ini…mereka mungkin diatur untuk menghancurkan siapa saja yang mendekati menara inti.”
Alasan mengapa mereka tidak terus menyerang adalah pengaturan jarak untuk menyerang sebuah obyek bergerak seperti mobil itu lebih jauh daripada manusia yang tidak bergerak
“Mereka menggunakan kekuatan tempur yang setara dengan seluruh battalion. Kemana istilah ‘tidak berlebihan’ pergi.”
“Akan buruk jika mereka tidak mendapat kerusakan apapun jika mereka ingin membuat hal ini seperti sebuah kecelakaan.”
Walaupun mereka terdengar santai saat bicara, aura keputusasaaan mulai mengelilingi mereka.
Di saat itu, RyuZU melangkah maju dengan tenang, dan bertanya,
“Kalau begitu, bolehkah saya berasumsi…kalau kalian akan menyerah?”
“Yah–”
Marie grumbled impatiently.
“Kita tidak bisa menembus mereka secara langsung. Saat ini, kita harus memikirkan celah di pertahanan mereka dan mencari rute masuk lain–”
“Jika anda berasumsi kalau waktunya cukup, saya tidak punya pilihan selain memindahkan Master Marie dari kategori ‘lalat kecil’ menjadi ‘lebih rendah dari lalat kecil’…”
RyuZU menghina Marie dengan pedas sambil melangkah maju dengan elegan.
“RyuZU? Apa yang kau rencanakan?”
Merespons suara cemas Naoto, RyuZU hanya menjawab singkat,
“Melenyapkan.”
Dan kemudian, dia memundurkan satu kakinya ke belakang sekitar setengah langkah.
Dia memelototi rintangan yang ada di depannya, seakan mereka itu adalah benda-benda keji dan kasar.
“Karena sampah menjijikan dan mengerikan itu telah mengarahkan senapan mereka dengan berani kepada Master Naoto. Mereka akan menjadi ‘musuh’ yang harus hamba lenyapkan.”
Setelah mendengar RyuZu menyatakan hal itu, Marie berseru dengan khawatir,
“Tu-tunggu! Mereka itu AM[3] terbaru, tahu!?”
“Terus?”
“Terus apanya? Kau…!”
“Jika anda ingin bilang kalau sebuah barang antik dari 1000 tahun lalu tidak sanggup mengalahkan senjata terbaru.”
RyuZU sedikit menunjukkan senyuman yang tak kenal takut.
Mata keemasannya menatap ke depan.
“Inilah jawaban saya–”
Dan kemudian, RyuZU mendongak ke atas.
“Kalian masuh belum memperoleh kemajuan bahkan setelah 1000 tahun berlalu, dan hanya bisa menciptakan ‘mainan’ yang lebih inferior dariku–yang terlemah dari ‘Para Bersaudari’. Inilah alasan mengapa pikiran kalian tidak sanggup melampaui tingkatan seekot kutu.”
Sebuah suara berdering.
Suara itu tidak mirip dengan suara nyanyian yang terdengar lembut.
Dengan nada suara mekanikal dan lugas, RyuZU mengatakan kata-kata ini–atau lebih tepatnya, dia mendeklarasikan.
“Mendefinisikan Deklarasi–seri Initial Y, Unit 01, ‘Yourslave’ RyuZU.”
Benar, itu adalah deklarasi sungguhan.
“Fungsi inheren–‘Dual Time’…urutan pengaktifan, dimulai.”
Itu adalah pernyataan pemberontakan.
Dia mendeklarasikan niatnya kalau mulai titik ini–dia akan menentang hukum fisika.
Naoto membelakkan matanya karena terkejut.
Dia mendengar sebuah suara di dalam RyuZU, yang tidak bisa didengar orang biasa.
Tik tak, tik tak, tik tak, suara jarum kedua yang berdetak.
Suara itu halus, presisi, tidak regular serta inkoheren, tapi suara itu–dibengkokkan dengan sangat indah dan alami.
Di saat yang sama, suara gir-gir yang ditautkan bersama terdengar. Dengan suara domino yang jatuh, bentuk dan warna gaun hitam RyuZU berubah. Kulit putihnya tampak, dan sebuah selubung tipis dan cerah berkibar, membentuk sebuah selubung pernikahan ketat berwarna kristal di sekeliling tubuhnya yang indah.
Dalam waktu singkat itu, mata keemasannya kelihatan berubah menjadi warna rubi membara.

“–Memulai pergeseran dari jam pertama ‘Waktu Sungguhan’ ke jam kedua ‘Waktu Imajiner’.”

Cakram jam di depan dada RyuZU ditekan seperti sebuah shutter.
Setelah itu, cakram jam kedua yang tersembunyi menunjukkan dirinya.
Detikan jam kedua yang tidak bisa terdengar sebelumnya memukul gendang telinga Naoto.
Namun, suara supernatural yang keluar dari RyuZU menyebabkan dirinya, waktunya, dan bahkan keberadaannya melampaui hukum biasa.
Naoto tidak bisa mengerti.
Tapi instingnya jelas menangkap perubahan suara tersebut.
“Mengaktifkan (Chrono Hook)–melompat dari pergerakan sungguhan ke pergerakan imajiner.”
RyuZU mendadak membalikkan badannya.
Naoto melenguh.
Mata merah tua RyuZU yang mengarah padanya bersinar lembut seperti sebuah desain inovatif, dari dalam mata itu muncul nyala api.
RyuZU kemudian bicara dengan sikap melodis,
“Master Naoto.”
“–I-iya?”
“Sebuah gir sepele yang menyebabkan hamba berhenti berfungsi selama 206 tahun; ‘Gir Imajiner’ yang anda perbaiki untuk hamba, Master Naoto, akan diaktifkan. Walaupun bagi anda waktu yang berlalu hanya sekejap, itu sama dengan beberapa jam dalam ‘bidang waktu hamba’.”
–Naoto kelihatan bingung dan tidak mengerti apa maksud di balik kata-kata itu.
Namun RyuZU menutup matanya dengan sikap menyesal, dan terus berkata dengan tenang,
“Fungsi ini tidak akan berhenti sampai energi dari pegas habis terpakai. Namun, hamba akan kembali kepada anda, jadi pada saat itu–mohon putar pegas hamba kembali.”
“I-Iya.”
“Baiklah kalau begitu, walaupun dari sudut pandang hamba waktu berlalu selama 3 jam, hamba mohon izin untuk pergi dari sisi anda.”
Dan kemudian, RyuZU mengangkat keliman roknya dengan elegan sambil membungkuk dalam-dalam.
Dan, dia mengatakan nama fungsi tersebut,

“–‘Mute Scream’–”

Dalam sekejap, semuanya berakhir dalam kognisi[4] Naoto.


 ●
------------------------------------------------------------
Catatan Kaki
1. Kembali ke atas ↑ Orang yang sangat menyukai mesin.
2. Kembali ke atas ↑ Alat pemenggal kepala.
3. Kembali ke atas ↑ Automata Militer.
4. Kembali ke atas ↑ Tindakan mental atau proses mendapatkan pengetahuan dan pemahaman melalui pemikiran, pengalaman, dan indera.