BOKU WA TOMODACHI GA SUKUNAI
JILID 10 BAB 2
SIAPAKAH SI PENDUSTA ITU?

Karena tubuh kami telah sedikit mendingin, Rika dan aku memutuskan untuk kembali saat ini juga.

Persoalan tentang apa yang harus dilakukan terhadap Yozora, kami masih belum memikirkan ide yang baik.

Kami pergi ke atas, tiba di koridor lantai dua yaitu tempat kamar kami berada.

Di koridor, kami berpapasan dengan benda aneh yang menggeliat ke kiri dan kanan.



"Uwa ...... ?!"

"A-Apa itu ......?"

Saat kami mendekatinya dengan takut, kami melihat bahwa benda itu tergulung, dan terikat oleh futon.

Objek tersebut menggeliat, seolah-olah tampak seperti cacing tanah atau ular. Benda itu sedikit memberontak.

"Umm ...... Bukankah kita harus membantu siapa pun orang yang berada di dalamnya?" kata Rika.

"Y-Ya! Mari kita lakukan itu!”

Kami melonggarkan tali yang mengikat futon dengan segera (itu adalah tali yang digunakan untuk Yukata di hotel ini) dan membuka gulungan itu.

Apa yang kami temukan di dalamnya tak lain dan tak bukan adalah Jinguuji Karin ber-Yukata.

"Haa ...... Sudah lama sejak aku terakhir kali mencicipi rasa takut akan kematian."

Karin mengucapkan pernyataan yang suram, tapi anehnya dia terlihat ketagihan.

"Apa sih yang kau lakukan di dalam sana ......?"

“Aku diberitahu oleh Yozora Onee-sama untuk "pergi tidur lebih dulu.” Jadi setelah aku rebahan di futon, tiba-tiba aku mendapati diriku dalam keadaan terikat. Yozora onee-sama cukup berani, bukan?”

...... Betul juga, Yozora mengatakan sesuatu seperti: "Dasar si cabul itu. Ketika aku kembali ke kamar, akan kupastikan untuk mengikat dan menggulungnya.” Sepertinya dia benar-benar mempraktekkan perkataan itu.

"Apapun itu, syukurlah karena kau ada di sini. Kami sedang berpikir untuk memperdalam ikatan antara Neighbors Club dan anggota OSIS, atau sejenisnya. Meskipun pada kenyataannya, kami hanya ingin bermain game bersama-sama. Bisakah kau menyampaikan pesan ini pada anggota OSIS lainnya?”

Setelah mendengar saranku, Karin sedikit mengangkat alisnya dan menatap tajam ke arah mataku, sambil memasang wajah datar.

"A-ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, aku hanya sedikit terkejut. Menurutku, Hasegawa kun adalah tipe orang yang tidak mau menyarankan hal seperti itu atas kemauannya sendiri.”

Aku pun cukup terkejut karena Karin begitu memperhatikan aku.

Memang benar, sewaktu aku melarikan diri dari klub kemudian bergabung dengan anggota OSIS, aku hanya memenuhi tugas yang diberikan kepadaku. Aku tidak pernah mencoba untuk maju dengan kehendakku sendiri; Aku menjaga jarak antara diriku dan semua anggota OSIS.

"I-Ini lah yang mereka sebut dengan perubahan hati."

"'Perubahan hati?' Suatu kalimat yang sungguh cocok.​"

Sudut mulut Karin sedikit terangkat.

"...... Dalam kebanyakan kasus, sedikit paksaan akan jauh lebih baik daripada tidak ramah, tapi berhati-hatilah. Jangan terlalu terlena dalam pekerjaan ini, terutama dalam perihal diriku sendiri.”

Secara acuh tak acuh, Karin menunjuk tempat di mana terasa menyengat dan terpukul keras.

"Apapun itu, aku setuju untuk memperdalam persahabatan dengan klub kalian ...... Mengenai Yozora Onee-sama, tampaknya menyerang secara langsung malah memiliki efek sebaliknya, aku hanya berpikir untuk mengubur parit terluar benteng.”

"Oi."

Aku benar-benar mulai cemas untuk menjalankan ide ini, meskipun kami belum memulainya sama sekali.

"Jadi, jenis permainan apa yang akan kita mainkan, hm?"

"Nah ...... Kami masih memikirkan tentang masalah itu. Kami juga belum mempersiapkan sesuatu pun ...... Jenis permainan indoor macam apa yang cocok untuk dimainkan oleh 10 orang?”

"Ya, sebenarnya aku sudah memikirkan suatu jenis permainan."

"Benarkah?!"

Aku hanya bisa tersentak ketika mendengar itu, tapi aku langsung mendapatkan jawaban darinya.

Dia terlihat gembira, dan sudut mulut Karin pun terbuka lagi.

"Heh ...... aku rasa, aku tidak perlu menyembunyikannya lagi. Orang yang berdiri di depanmu tidak lain dan tidak bukan adalah presiden Bodoge Club.”

"Homoge Club?!"

Rika, yang dari tadi bersembunyi di balikku, tiba-tiba berteriak dengan gembira.

Karin merespon Rika dengan tatapan mata penuh kecurigaan.

"Homoge ......? Aku tidak benar-benar mengerti, tapi kedengarannya mengerikan ......”

Karin adalah seseorang yang gemar pada hal berbau Yuri, maka tidak heran bahwa dia tidak terlalu menyukai ide tersebut, tapi ...... kau bisa mengetahuinya hanya dengan mendengarnya?

"Bukannya Homoge Club, tapi Bodoge Club. Yaitu singkatan dari Board Game Club.”

"Ah, jadi ini seperti The Friend Making Game DX?"

Setelah mendengar komentarku, Karin mengangkat alisnya lagi.

"Memang ...... M-Mengapa ketika mendengar Board Game, kamu langsung berpikiran seperti itu? Pada umumnya, ketika orang mendengarkan kata itu, yang mereka pikirkan pertama kali adalah Mahjong, Life dan Monopoli. Mungkinkah kau memiliki minat pada Board Game, Hasegawa-kun?”

Tidak seperti biasanya, suara Karin terkesan penuh semangat.

Aku mengerti bagaimana perasaan dia. Aku juga jadi sedikit bersemangat setiap kali aku melihat seseorang membaca Light Novel di kereta. Rika (si fetish BL) dan Yukimura (si maniak sejarah Jepang) sepertinya juga begitu.

...... Tapi karena aku mengerti perasaan dia, aku pun merasa menyesal ketika menjawabnya.

"Tidak, baru-baru ini aku kebetulan saja mencoba permainan macam itu. Aku tidak terlalu pakar dalam permainan seperti itu. Bagaimanapun juga, satu-satunya Board Game yang telah aku mainkan adalah Life.”

“Aku paham……"

Melihat dia sedikit kecewa, aku pun melanjutkan perkataanku,

"Bagaimanapun juga, kau adalah presiden Bodoge Club, jadi kau begitu berpengalaman dalam Board Game, kan?”

"Tepatnya, minatku tidak hanya meliputi Board Game, tapi juga table talk, RPG, Board Game elektronik, dan card games.”

Tampaknya dia sudah terbiasa dengan game-game lain dari genre yang berbeda, tapi itu tidak masalah sekarang.

"Jadi, apakah kau membawa salah satu dari game-game tersebut hari ini?"

"Pada saat ini, satu-satunya game yang kubawa adalah card games."

"Card games, eh ......?"

“Aku paham bahwa kau tampak kecewa. Namun, lebih baik kau tidak meremehkan card games. Dengan adanya card games, kau tidak hanya sanggup bermain dengan 10 orang, tetapi card games juga dapat digunakan sebagai alat pendukung game-game lainnya.”

"Apakah begitu?"

"Ya. Aku akan mengajarkan padamu tentang permainan yang sangat menarik untuk acara ini. Hanya ada lima anggota Bodoge klub, jadi kami jarang mendapatkan kesempatan untuk memainkan game itu...... fufu.”

Kilatan aura kejahatan melintas di mata Karin. Pada saat itu, aku tidak memperhatikannya.


Dan dengan demikian, kami berusaha untuk mengumpulkan semua orang dari anggota OSIS dan Neighbors Club.

Tempat yang dipilih untuk bermain adalah kamar Yozora, Karin dan Kobato, yaitu kamar nomor 207. Aku rasa, jika kau menempatkan 10 orang di sana, pasti akan terasa sedikit sempit.

Ketika kami memberitahu semua orang tentang rencana untuk mengadakan pesta permainan, Hinata-san, Akane-san, Aoi, Yukimura, Sena dan Maria memberikan kata OKE. Tapi untuk Kobato dan Yozora, melihat bahwa kamar mereka dipilih sebagai TKP, mereka menyatakan keikutsertaannya dengan enggan.

Karin pun duduk di kursi pemimpin, dan kami duduk di sekitar meja.

Ketika Hinata-san memilih tempat duduknya, Yozora segera duduk di kursi terjauh darinya.

Posisi tempat duduknya adalah sebagai berikut


"Jadi, persisnya... apa yang harus kita mainkan?"

Si wakil ketua OSIS, Ootomo Akane, bertanya pada Karin dengan senyum menyegarkan di wajahnya. Karena aku juga belum tahu akan hal itu, aku pun ikut-ikutan memandangi Karin.

Setelah tatapan semua orang di ruangan terkumpul padanya, Karin pun berbicara:

"Permainan yang akan kuperkenalkan kepada semua orang hari ini adalah-- Werewolf."

"Werewolf?" ulang Akane-san.

"...... Dengan kata lain, seorang Manusia Serigala."

"Aku tahu si Manusia Serigala! Dia orang yang menakutkan!”

Kata Maria, sambil melambaikan tangannya dengan penuh semangat.

"Permainan ini cukup populer di luar negeri. Oleh karena itu, game ini sering dimainkan oleh keluarga dan juga dianggap sebagai standar permainan untuk merayakan pesta.”

"Ohh?" "Hmm." Suara-suara tersebut menunjukkan bahwa sebagian dari kami merasa terkesan.

"Aturan dasarnya cukup simpel -- Para pemain dibagi menjadi “tim penduduk desa” dan “tim werewolf”. Masing-masing pemain bertujuan untuk memenangkan tim mereka sendiri.”

Karin meneruskan penjelasannya dengan acuh tak acuh.

"Panggungnya adalah suatu desa fiksi kecil -- Mari kita menyebutnya Desa Chronica demi kenyamanan. Para penduduk desa hidup dengan damai. Namun suatu hati, di dekat desa ditemukan mayat yang termutilasi dengan kejam. Tubuhnya berada dalam kondisi yang sangat buruk, sehingga penduduk desa tidak dapat mengidentifikasi tubuh siapakah itu.”

Cerita itu sedikit menakutkan, namun terasa sama sekali tidak menyeramkan karena cara Karin membawakan kisah tersebut.

"...... Tapi secara misterius, sesegera mungkin diketahui bahwa tidak ada seorang pun yang meninggal di desa tersebut. Kemudian, penduduk desa memutuskan untuk menyelidiki masalah ini lebih lanjut. Sepertinya, si werewolf telah membunuh salah satu penduduk desa, kemudian menyamar menjadi orang malang itu.”

"Gyaa-! Ini buruk! Kita harus membunuh werewolf itu!”

Aku mengerutkan wajahku ketika melihat protes yang berlebihan dari Maria, tapi Karin melanjutkan ceritanya.

"Tepat sekali, Youjo-sensei [1]. Sebelum lebih banyak korban berjatuhan, si werewolf harus ditemukan dan dibunuh. Penduduk desa dan werewolf, manakah dari kedua kelompok ini yang akan bertahan hidup dalam tragedi ini--?”

Itu sungguh merupakan suatu setting-an berdarah ...... Apakah game ini benar-benar dimainkan oleh keluarga pada umumnya?

Kemudian, Karin mulai menjelaskan aturannya secara detail. Intinya adalah:



Salah seorang mengambil peran sebagai moderator dan memiliki tugas untuk menggerakkan permainan melalui tahapan yang berbeda. Karena dia adalah satu-satunya orang yang berpengalaman memainkan game ini, Karin akan mengambil peran itu.

Lantas, sepuluh pemain dibagi menjadi tim penduduk desa dan tim werewolf sesuai aturan. Tim penduduk desa memiliki 8 pemain, sementara itu, tim werewolf memiliki 2 pemain. Tim werewolf akan menang jika mereka sanggup mengurangi jumlah penduduk desa untuk menambah jumlah timnya sendiri. Tugas tim penduduk desa adalah membunuh semua werewolf sebelum itu bisa terjadi.



Para pemain tim werewolf mendapatkan kesempatan untuk memeriksa setiap identitas anggota timnya sebelum pertandingan dimulai. Kesempatan ini tidak diberikan kepada para pemain dari tim penduduk desa. Mereka hanya dapat meyakini bahwa mereka sendiri bukanlah werewolf.



Di antara penduduk desa, terdapat peran khusus sebagai 'peramal' (rupanya, pada game ini juga terdapat peran khusus seperti itu, tapi ini merupakan pertama kalinya kami berurusan dengan peran 'peramal' yang paling dasar.)

Permainan ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu: fase siang, fase voting, dan fase malam.

Selama fase siang, para pemain mendapatkan waktu 5 menit untuk mengadakan diskusi. Di mana, mereka saling bertukar pendapat tentang siapa yang mencurigakan.

Akhir fase siang menandai awal dari fase voting. Secara perorangan, mereka menulis nama orang yang dianggap paling mencurigakan, dengan kata lain, mereka melakukan pemungutan suara. Satu suara anonim per orang, dan aturan menyatakan bahwa memilih diri sendiri adalah suatu pelanggaran. Moderator kemudian menghitung suara, dan orang yang paling banyak di-voting akan dieksekusi di tempat. Lantas, pemain yang tereksekusi akan keluar dari permainan, dan kehilangan hak untuk berbicara selamanya. Selain itu, jika ada 2 pemain dengan jumlah suara voting yang berimbang, eksekusi tidak akan diadakan pada hari itu. Jika seorang warga dieksekusi, lantas jumlah penduduk desa dan werewolf menjadi sama, kemenangan menjadi milik werewolf.

Ketika fase voting berakhir, datanglah fase malam. Selama fase ini, semua pemain yang masih hidup mengistirahatkan kepala mereka di atas meja, kemudian 'Tidur'. Hanya si peramal yang boleh menegakkan kepalanya dan mencoba untuk 'meramal' sifat sejati seseorang, dengan menunjuk ke arah mereka. Dia pun secara diam-diam menanyai moderator tentang identitas mereka. 'Ramalan' ini berarti bahwa ia memiliki kemampuan untuk membedakan antara werewolf dan penduduk desa. Setelah itu, si moderator mengungkapkan identitas pemain yang mereka tunjuk kepada si peramal.

Setelah ramalan selesai, tim werewolf akhirnya mendapatkan giliran. Merka berkomunikasi melalui cara-cara seperti: sinyal mata dan gerak tubuh. Mereka memutuskan tentang manusia mana yang akan dimakan (dibunuh) pada malam itu.

Ketika gilirannya tim werewolf berakhir, pagi datang, dan moderator mengumumkan nama pemain yang menjadi korban di malam tersebut. Pemain sial itu harus berhenti dari permainan. Jika pada saat itu para penduduk desa dan werewolf memiliki jumlah yang sama, moderator akan mengumumkan kemenangan tim werewolf. Jika tidak ada korban pada malam itu, artinya werewolf telah mati, sehingga itulah kemenangan bagi tim penduduk desa.



Bahkan jika seorang pemain dieksekusi atau dimakan, identitas pemain tersebut tidak akan diungkapkan ...... Artinya, bahkan jika kau mengeksekusi seseorang tanpa sengaja, kau tidak akan mengetahui identitasnya yang sebenarnya.

Para pemain di kedua belah pihak menggunakan total 10 lembar kartu: dua joker untuk tim werewolf, ratu untuk peramal dan angka normal untuk warga desa.



"Ini adalah permainan dengan banyak aturan lokal dan variasi, sehingga lumrah bila terdapat banyak aturan berbeda mengenai 'Werewolf'. Namun, suatu hal yang tidak pernah berubah dalam permainan ini adalah, game ini bertipe 'pertarungan beregu'. Yang terpenting bukanlah memperjuangkan keselamatan seseorang, melainkan keselamatan satu tim.”

P-Pertarungan beregu, kan ......? Itu adalah hal yang paling sering membuat Neighbors Club gagal.

"Khusus untuk si peramal, karena dia memiliki kemampuan sangat kuat yang menjadi kunci penentu kemenangan tim penduduk desa, seseorang harus memprioritaskan keselamatannya, dan identitasnya harus tidak terungkap.”

"...... Fumu ...... Jadi, semuanya tergantung pada apa yang akan diungkapkan oleh si peramal.”

Kata Yozora, dengan wajah serius.

"Tepat sekali. Yozora Onee-sama gitu loh.”

"...... Biasanya, werewolf bisa berbohong dan juga berpura-pura menjadi seorang peramal.”

"Ya. 'Peramal palsu' adalah metode pertahanan yang paling baik untuk tim werewolf. Bagian penting adalah, bagaimana werewolf menyusup di sela-sela warga agar tidak terdeteksi.”

"Baiklah ...... aku pikir, aku sudah mengerti sebagian besar dari peraturannya."

Senyum kecil terbit di wajah Yozora.

Meskipun sejak awal mood-nya sedang tidak baik, setelah dia mendengar sebagian besar dari peraturan game ini, tampaknya dia mulai tertarik. Pada dasarnya, Yozora adalah tipe orang yang selalu serius ketika memainkan suatu game. Tampaknya, dia cukup menyukai game "role playing".

Setidaknya itu membuat aku menjadi lega. Ide tentang bermain game bersama-sama sangatlah brilian, dan aku pun saling bertukar kedipan mata dengan Rika yang duduk di sampingku.

"Jadi, bisakah kita mulai?"

Karin mulai membagi-bagikan kartu yang tertutup. Masing-masing pemain memeriksa kartu mereka sendiri, sembari memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mengintip.

Aku mendapatkan peran tanpa kemampuan apapun, yaitu seorang warga.

Situasi seperti "narator yang melakukannya", atau "aku sudah tahu sejak tadi" tidak akan dituduhkan padaku karena kartu yang kudapat hanyalah 5 sekop. Itu sedikit memalukan.

"Apakah semua orang sudah mengerti peran masing-masing?"

Semua orang mengangguk ke pertanyaan yang diajukan si moderator, yaitu Karin.

"Sekarang, aku akan melakukan tes untuk melihat siapakah si werewolf dan siapakah si peramal. Tapi sebelum itu, aku ingin semua orang untuk mengetuk meja dengan jari, sementara menutupi wajah masing-masing. Sehingga, tidak ada suara yang terdengar. Seperti ini."

Kemudian, Karin mulai mengetuk meja dengan menggunakan salah satu kukunya.

Aku paham. Ketika suasana menjadi tenang, lantas orang di sampingmu bergerak... walaupun kau telah menyembunyikan kepalamu, kau masih akan mendengar suaranya.

"Jadi, semuanya, aku ingin agar kalian sekarang menutup mata, dan menyembunyikan wajah kalian di dalam pelukan lengan.”

Seperti yang diperintahkan, kami semua menutup mata dan menyembunyikan wajah. Lantas, kami pun mulai mengetuk meja.

"Anggota tim werewolf, tolong angkat kepala kalian untuk memeriksa identitas masing-masing.”

Karena aku adalah anggota tim penduduk desa, aku tidak mungkin tahu siapakah yang menjadi werewolf, karena aku tidak bisa mendengar suara orang yang mengangkat kepalanya. Aku hanya bisa mendengar suara ketukan jari di meja. Aku ingin tahu apakah, pada saat ini, dua werewolf menakutkan sedang tertawa karena mereka bisa melihat wajah mangsa-mangsanya.

Beberapa detik kemudian-

"Werewolf, silakan sembunyikan kembali kepala kalian sekarang............ Sekarang, si peramal boleh mengangkat kepalanya.”

Dengan sungguh-sungguh, aku terus mengetukkan jari-jariku di atas meja. Setelah beberapa detik lebih lama-

"Peramal, silakan sembunyikan kembali kepalamu sekarang ............ Semua pemain, tolong angkat kepala dan buka mata kalian.”

Semuanya mengangkat kepala dan saling pandang. Aku pun bertanya-tanya, siapa ya si werewolf itu ......?

"Seperti yang kalian semua sudah ketahui ...... tadi malam, dua mayat ditemukan di Desa Chronica kita yang damai. Tampaknya dua werewolf telah menyusup ke desa, dan telah mengambil identitas dua penduduk desa naas tersebut.”

Semua orang, termasuk aku, saling melirik satu sama lain.

"Ketika malam tiba, werewolf akan menampakkan bentuk mereka yang luar biasa. Namun, ketika matahari terbit, mereka kembali ke bentuk normal sebagai seorang manusia, dan kekuatan mereka juga tidak berbeda dengan kekuatan manusia pada umumnya. Untuk mencegah terjadinya pembantaian lagi, tidak ada pilihan lain kecuali mengeksekusi werewolf pada siang hari. Setelah diskusi 5 menit, silahkan pilih orang yang menurut kalian pantas dieksekusi.”

Karin mengatur timer pada smartphone-nya untuk jeda waktu 5 menit.

"—Yah, semuanya, mari kita mulai diskusinya."

Dan dengan demikian, pertempuran eksistensi antara werewolf dan penduduk desa telah dimulai.


[Hari pertama]



"Sebaiknya kau jujur dan mengakuinya, Yozora! Kau lah si werewolf, iya kan!”

Yang pertama membuat percekcokan tak lain dan tak bukan adalah Sena.

"Ha? Atas dasar apa kau membuat tuduhan itu, dasar Niku bodoh?”

"Tentu saja berdasarkan naluriku! Bagaimanapun juga, kau sudah mirip seperti werewolf!”

...... Atas tuduhan yang tidak masuk akal ini, Yozora menatap Sena dengan pandangan beracun.

“Aku paham ...... Kalau begitu, bagaimana dengamu. Mengapa kau begitu yakin bahwa kau sendiri bukanlah werewolf?”

"Apa sih yang kau curigakan padaku?"

"Semuanya. Kepribadianmu, perilakumu yang biasa, dan bahkan tatapan matamu. Itu semua mirip seperti jeritan binatang yang kelaparan.”

Un Un! Kobato, yang duduk di sebelah Yozora, mengangguk dengan penuh semangat untuk menyetujui perkataan Yozora.

"K-Kobato-chan juga!?"

Sena termehek-mehek dengan mata berkaca-kaca.

"Permisi, semuanya, aku pikir vampir kotoran adalah si werewolf!"

Maria menyela, dan mengangkat tangannya dengan penuh semangat.

"Ap ...... !? A-Apa yang membuat kau mengatakan itu, dasar biarawati!?”

"Ini karena kau selalu menamai dirimu sendiri dengan sebutan vampir, dan vampir sungguh menakutkan. Werewolf juga menakutkan. Jadi, kaulah pasti orangnya!”

"Kukuku ...... aku adalah seorang bangsawan raja kegelapan, Leysis Vi Felicity Sumeragi! Seorang vampir besar dari keturunan sebenarnya! Werewolf hanyalah binatang setan rendahan, kau berani menyamakan aku dengan makhluk rendahan macam itu!”

"Hmpf! Kau pasti adalah serigala kotoran!”

"Ugugu ...... Kau lah yang sok menjadi pendeta wanita polos, walaupun sebenarnya kau adalah si serigala kotoran!”

"Sudahlah, kalian berdua ...... kalian berdua tidak memiliki bukti untuk memperdebatkan masalah ini.”

Aku berkata demikian kepada Maria dan Kobato, yang sepertinya tidak kunjung menghentikan pertikaian tersebut. Aku juga mengatakan hal yang sama pada Yozora dan Sena, yang terus saling melotot satu sama lain.

"Kodaka, kau sendiri juga mencurigakan. Sorot matamu tampak persis seperti seekor serigala," kata Sena.

"Katanya sih, semua pria adalah serigala."


Akane-san menyiramkan minyak pada kobaran api.

"A-aku hanyalah seorang penduduk desa biasa!"

"...... Kodaka hanyalah seorang pecundang yang kebetulan memiliki wajah menakutkan."

Yozora bergumam.

"Ah ...... Benar juga, itu benar."

Sena menjawab dengan wajah yang benar-benar yakin dan simpatik. Yukimura pun juga ikut berkomentar,

"...... Jika Aniki adalah serigala, betapa melegakan hal itu......"

"Kau jelas-jelas mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan permainan!”

Meskipun keraguan tentang identitasku telah terselesaikan dengan segera, aku tidak merasa senang sama sekali ......

"Jika kita mempertimbangkan penampilan, maka potongan rambut bergaya serigala milik Aoi adalah petunjuk yang mudah terlihat.”

Setelah Hinata-san mengucapkan itu, semua orang mengalihkan perhatiannya ke arah Aoi.

"A-Aku?! A-aku seorang manusia biasa! Hinata-san, mohon jangan memperlakukan seseorang seperti serigala hanya karena penampilan luarnya! Fugugu!”

Melihat Aoi yang melolong sambil menunjukkan taringnya, citra serigala segera terbersit di benakku ...... Apakah kami benar-benar yakin bahwa dia bukanlah si serigala?

"Hmm ...... Ini karena kita tidak memiliki petunjuk yang dapat diandalkan dalam situasi saat ini. Bagaimana jika seperti ini- "

Akane-san memotong kalimatnya sendiri, dan kemudian melanjutkan.

"Karin, jika saja jumlah voting berimbang, maka tidak ada yang dapat dieksekusi, kan?”

"Benar."

"Bagus. Kalau begitu untuk yang pertama kalinya, aku ingin meminta semua orang untuk memberikan voting pada orang yang berada di sebelah kanannya.”

"Tentu saja! Jika kita melakukan itu, setiap orang akan menerima satu suara dan kita bisa melewati hari tanpa ada yang dieksekusi!” kata Aoi.

"Hmmmm ...... meskipun begitu, aku masih berpikir bahwa kita harus mengambil peluang ini untuk membunuh Yozora ......”

Akane-san tersenyum kecut pada Sena yang tampaknya tidak puas terhadap ide itu.

"Tidak masalah jika kau mengandalkan keberuntungan untuk menebak siapakah si serigala. Namun peluang terbunuhnya warga desa juga cukup tinggi.”

"...... Ada kemungkinan bahwa werewolf itu akan bertindak berbeda, sehingga bukankah sebaiknya kita mempertimbangkan nama orang yang tidak berada di sebelah kanan?” kata Yozora. Segera setelahnya, dia pun berkata, "Ah!" yang diikuti oleh ekspresi seakan-akan dia menyadari suatu hal penting.

“Aku paham sekarang. Kalau begitu, orang yang berada di sebelah kiri pemain yang tidak menerima voting, mungkin adalah si werewolf ...”

"Tepat sekali. Terlebih lagi, werewolf tidak dapat saling berkoordinasi satu sama lain selama fase voting. Sehingga, kemungkinan bahwa dua individu tersebut mendapatkan dua voting (dengan demikian mereka saling meniadakan) cukuplah tinggi. Kita dapat mengungkapkan identitas kedua werewolf tersebut tanpa adanya korban jiwa -- Itulah mengapa kau harus menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu hal yang bodoh, bukankah demikian Mr Wolf?”

Akane-san mengarahkan kalimatnya kepada werewolf yang seharusnya sedang mendengarkannya, seolah-olah mengejek mereka.

Dan di saat itu juga, alarm pada smartphone milik Karin berbunyi.

"Waktunya habis. Silakan menyudahi diskusi kalian, karena kita akan melakukan voting secara berkala.”

Setelah mendengar kata-kata dari moderator Karin, pembicaraan pun terhenti seketika.

"Semuanya, silahkan tulis nama satu orang yang kalian anggap harus dieksekusi, pada selembar kertas. Lantas, serahkan itu padaku. Sebagai tambahan, silakan tulis namamu di sudut kertas. Aku tidak akan mengungkapkan nama kalian.”

Aku menulis namaku dengan bolpoin, di sudut kertas kosong yang diserahkan kepada kami sebelum permainan dimulai.

Karena orang yang berada di sebelah kananku adalah Yukimura, aku pun menulis kata 'Yukimura' di tengah-tengah kertas, kemudian menulis 'Kodaka' di sudut kertas. Lantas aku menyerahkan kertasku pada Karin.

Aku meyakini bahwa meskipun aku menulis namanya, dia belum tentu dieksekusi.

"Sekarang aku akan mulai menghitung suara."

Setelah mengumpulkan semua surat suara, dan mengacak-ngacak tumpukan kertas tersebut sehingga tidak ada yang tahu kertas milik siapakah itu, Karin pun membacakan nama pada kertas pertama yang dihadapinya.

"Yusa Aoi."

Mendengar namanya disebut, Aoi tersentak. Meskipun begitu, dia tidak perlu bingung seperti itu.

Karin melanjutkan, dan membuka lembaran kedua.

"Hasegawa Kodaka."

"Ofu!"

Aku mengambil kata-kataku kembali ...... Bahkan jika tahu bahwa aku tidak akan dieksekusi, itu masihlah buruk bagi jantung.

Karin terus membuka surat suara dan membaca nama-nama berikutnya.

"Mikadzuki Yozora ...... Takayama Maria ...... Hidaka Hinata ...... Shiguma Rika ...... Ootomo Akane.”

Bagus, bagus. Suatu suara untuk setiap orang, ini semua akan sesuai dengan rencana.

...... Namun,



"Takayama Maria."

"Heh ...? Hahiiiiiii ?!” teriak Maria dengan bingung.

"Ap ... ?!" "Huh ?!" "Eeeh ?!" kekacauan juga menyebar ke para pemain lainnya.

Aku tidak bisa mengerti dengan segera, mengapa semua orang begitu tercengang.

"...... Kusonoki Yukimura ...... Hasegawa Kobato ...... Itu saja."

Sembari mendengarkan Karin membacakan nama dengan nada acuh tak acuh, aku akhirnya bisa memahami apa yang telah terjadi di sini.

Maria. Nama itu. Sudah. Disebut. Dua kali.

"Sebagai hasil pemungutan suara ini, kita telah memutuskan bahwa Takayama Maria-san akan dieksekusi.”

"A-Aku akan dibunuh ......? Mengapa?! Mengapa mengapa?!"

Karin terus berbicara dengan nada kejam dan acuh tak acuh, walaupun Maria sedang kebingungan.

"Eksekusi akan dilakukan dengan segera. Youjo-sensei disita dan dibawa ke tiang gantungan di alun-alun kota.”

"Gyaa- !! Tidak mau-!”

Maria menangis dan berteriak.

Apapun itu, yang bisa kita lakukan hanyalah menonton Maria dalam keadaan bingung.

"...... Tali dikalungkan di leher Youjo-sensei. * Guru guru guru-*. * Gyuuu- *. * Kui- *. * Gyuuuuuu- *!”

Sembari menambahkan beberapa efek suara, Karin menirukan proses eksekusi itu.

Suara acuh tak acuh yang dari tadi kami dengar, kini mulai terdengar semakin berat.

"Bahkan setelah ia dilemparkan dari tiang gantungan, Youjo-sensei menggeliat sebentar, tapi akhirnya dia berhenti bergerak. Amin.”

"Gyaaaaaa ---- !!"

"Kau sudah meninggal. Mohon tidak berbicara lagi.”

"Ya Nyonya ...... (ω)"

Karin menyilangkan tanda salib sekali lagi di dadanya dengan bacaan "Amin". Sementara itu, Maria yang kepalanya digantung merasa kecewa.

"Pemungutan suara dan eksekusi telah berlangsung dengan aman, dan malam pun tiba di Desa Chronica. Semua orang masih hidup, silahkan tutup mata dan wajah kalian, seolah-olah kalian sedang tidur ...... Ah, jangan lupa untuk mengetuk meja dengan jarimu.”

Tanpa diberi waktu untuk memikirkan apa yang baru saja terjadi, kami semua mematuhi kata-kata moderator, Karin, dan mulai mengetuk meja sembari mendekap kepala.

"Sekarang adalah malam hari. Aku meminta peramal untuk mengangkat kepalanya...... Silahkan tunjuk seseorang yang ingin kau selidiki.”

Jika ingatanku tidak salah, peramal mampu membedakan antara werewolf dan penduduk desa.

Kami mengandalkanmu, peramal ...... Mohon ungkap si werewolf!

"...... peramal silahkan menurunkan kepalamu...... Werewolf, silahkan angkat kepalamu ...... Sekarang, silahkan pilih manusia yang ingin kau makan malam ini.”

Selama beberapa puluh detik, yang bisa kudengar hanyalah suara konstan ketukan meja.

Dua werewolf (atau aku kira hanya tinggal satu jika Maria memang si werewolf tersebut) kini memilih mangsanya dan berpesta di atasnya.

Bagiku, aku hanya berdoa agar malam dapat berakhir lebih cepat, sembari aku terus mengetuk.

"Werewolf, silakan turunkan kepala kalian."



[Hari kedua]



"Malam telah berakhir. Semuanya, tolong angkat kepala dan buka mata kalian."

Aku membuka mata dan memeriksa wajah semuanya.

Mereka memang terlihat gugup. Aku kira, adalah suatu hal yang masuk akal jika kau berpikir bahwa hanya beberapa saat yang lalu, salah satu dari mereka telah dimakan oleh werewolf.

"Pagi ini, kepala Hidaka Hinata-san juga telah ditemukan di kota.”

"A-Apa?"

Mendengar bahwa dia sendiri menjadi korban, Hinata-san terlihat gelisah.

"Kepala Hinata-san dirobek dengan begitu mengerikan, beberapa serat otot masih tergantung. Bola matanya tercongkel dan, di dalam lubang matanya yang kosong, hanya terdapat daging berwarna merah tua- "

"T-Tunggu sebentar, Karin! Apakah penjelasan grafis se-rinci itu perlu disampaikan?!”

"Jangan menampilkan fetish guro-mu [2] pada saat seperti ini!"

Dengan segera, Akane-san dan Aoi menghentikan cerita Karin.

"K-Kepala...... k-ku ...... uu ......"

Karena tidak nyaman mendengar penjelasan grafis rinci tersebut, Hinata-san terus memeriksa kepalanya.

"Jadi, Hinata-san telah dieliminasi dari permainan dan akan tetap diam selamanya."

"Heh ............ kau membuatnya datang."

Yozora berbisik dengan suara yang Hinata-san tidak bisa dengar. Tidaklah jelas apakah suara itu bisa terdengar oleh Kobato dan Rika yang duduk sampingnya dan masih tersentak setelah mendengarkan hasil tersebut dibacakan.

Tapi sungguh ...... 'Kau membuatnya datang', eh? Ini hampir tidak berbeda dari werewolf yang menyatakan 'Aku membunuh Hinata-san'. Jika Yozora memanglah si werewolf, masuk akal bahwa ia akan membunuh Hinata-san dari awal.

Apakah Yozora adalah salah satu dari dua ekor werewolf itu......?

"Nah, silakan memulai diskusi untuk hari kedua.”

Moderator mengatur timer untuk jeda waktu 5 menit, dan kami pun mulai berbicara.

"Aku ...... masih yakin bahwa Yozora-Anego adalah werewolf."

"Mengapa kau berpikir demikian, Yukki?" tanya Aoi.

"Karena aku mendengar bisikan 'Kau membuatnya datang' darinya, setelah kematian Hinata-dono.”

Sepertinya Yukimura telah mendengarnya juga.

"Itu hanyalah imajinasimu."

Kata Yozora dengan acuh. Namun-

“Aku minta maaf, tapi Rika juga mendengarnya."

"……Aku juga."

Rika dan aku menyatakan itu. Kobato tidak mengatakannya secara eksplisit, tapi ia menatap kami dengan ekspresi cemas.

Mengetahui bahwa dia tidak mampu menutup-nutupinya lagi dengan begitu banyak saksi, Yozora pun akhirnya mendecakkan lidahnya, "Cih ......"

"...... Aku memang punya dendam pada wanita yang sudah meninggal barusan."

Almarhum Hinata-san terus menatap dengan ekspresi serius ke wajah Yozora dalam keheningan.

"Huh? Suatu dendam?”

"...... 10 tahun yang lalu ... .. adik laki-lakiku dibunuh oleh wanita itu!”

"Bu!" [Bukan “Ibu”, ini cuma semacam ekspresi terkejut.]

Menanggapi pernyataan Yozora yang keterlaluan: Rika, Yukimura, Akane-san, dan aku, meludah secara bersama-sama.

"Ha Ha! Kau benar-benar membuatnya datang! Dibunuh oleh werewolf pasti adalah suatu bentuk hukuman dari Tuhan!”

"A-Adik laki-laki?! Tapi kita tidak memiliki ad-- "

“Aku meminta si mayat untuk tetap diam."

"Uuu ......"

Karin memberi peringatan singkat ke Hinata-san yang masih bingung.

"...... Oh yahh, mungkin cara-cara roleplay tidaklah terlalu buruk; ketika digunakan dengan benar.”

Kata Akane-san, sembari tersenyum kecut.

"Kesampingkan pernyataan Mikadzuki-san untuk saat ini, ada sesuatu yang aku lebih menarik sekarang.”

"Ah! Kasus kematian Takayama Maria-sensei di hari pertama, bukan?!” kata Aoi.

Akane-san mengangguk.

Itu memang benar-benar penting. Alasan mengapa Maria dieksekusi kemarin.

Lantas, Akane-san berbicara lagi dengan ekspresi yang kompleks.

"Setelah diskusi kemaren, setiap orang harus memilih pemain yang ada di sebelah kanan mereka. Kita layak mempertimbangkan bahwa werewolf akan menentang kesepakatan itu, dan dengan licik mencoba untuk mengurangi jumlah penduduk desa. Dan dengan demikian, pemain di sebelah kiri harusnya adalah si werewolf, tapi ......”

Sena adalah salah seorang pemain yang tidak menerima voting pada hari pertama.

Namun, kenyataannya adalah, pemain yang berada di sebelah kiri malah sudah mati dieksekusi - yaitu Maria.

"Mungkinkah Maria telah menulis namanya sendiri?"

Aku bertanya, dan Karin menjawab,

"Pemungutan suara dilakukan tanpa keraguan, sesuai dengan aturan."

“Aku paham……"

Hanya moderator lah yang tahu siapa-memilih-siapa. Dari fakta itu, harusnya tidak ada kesalahan.

"Jika benar demikian ...... maka apa yang telah terjadi ......?"

Akane-san merenung.

"Karena kita tidak tahu kebenaran di balik pembunuhan Maria-sensei, orang yang paling mencurigakan tentu saja adalah ......”

"Hah ?!"

"HIIII-!"

Aoi melihat ke arah Yozora, tapi dia segera menyusut layaknya anak anjing setelah menerima balasan berupa tatapan mata kejam dari Yozora. Sejak insiden itu, yaitu ketika ia mencoba untuk menghancurkan Neighbors Club, Aoi menjadi sangat sadar bahwa Yozora adalah orang yang sukar ditangani.

Namun, aku terus terang setuju bahwa Yozora adalah pemain yang paling mencurigakan untuk saat ini. Jika kami melakukan voting sekarang, orang yang akan digantung mungkin akan ......

"Dia memang mencurigakan, tapi adalah cerita lama bahwa Yozora-senpai adalah orang yang gemar mengucapkan hal-hal yang mengganggu. Aku sedikit enggan untuk memutuskan dengan sewenang-wenang bahwa dia adalah pelakunya ......”

Seseorang yang pertama kali membelanya adalah Rika.

"Kukuku ...... Aku sungguh setuju ......" Kobato pun menyetujuinya.

"Jadi kenapa kita tidak melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, memilih orang di sebelah kanan kita, lantas melihat apa yang akan terjadi?”

"Tapi, jika kita terus melakukan hal seperti itu, kita akan memberikan kesempatan pada werewolf," kata Yukimura, menunjukkan ketidaksetujuannya.

"Adalah suatu hal yang berbahaya jika kita secara acak mengeksekusi seseorang berdasarkan hasil pemungutan suara, benar kan? Jika peramal bisa bekerja secara cerdik, dia mungkin akan mendeteksi werewolf besok malam."

"Tentu saja, jika kita memperhitungkan risiko tereksekusinya peramal secara tidak sengaja, aku setuju dengan Rika ......”

“Aku mengerti ...... Jika Aniki mengatakan demikian ......"

Yukimura menyimpulkannya.

"Hmm ...... Yah, aku kira, itu tidak masalah?" kata Sena.

Karena pemain lain tidak menunjukkan tanda-tanda keberatan, waktu diskusi pun berakhir dan fase voting dimulai.

"Kalau begitu, semuanya, tulis nama orang yang kau pikir harus dieksekusi di tengah, dan namamu sendiri di sudut, lantas serahkan kepadaku.”

Setelah memutuskan, aku memberikan votingku untuk Yukimura, seperti yang aku lakukan sebelumnya.

Nah ...... akan jadi seperti apa?

"Oke, pemungutan suara selesai ... Yusa Aoi ... Hasegawa Kodaka ... Mikadzuki Yozora ... Kusunoki Yukimura ... Ootomo Akane ... Kashiwazaki Sena ... Shiguma Rika ... Hasegawa Kobato ...”

Ooh!

"...... Semua orang telah menerima satu voting, sehingga tidak ada yang akan dieksekusi kali ini.”

Mendengar nada bicara Karin yang entah kenapa terdengar kesal, keributan pun terjadi di antara para pemain.

"Waktu voting berakhir, dan malam kedua telah tiba di Desa Chronica. Semua pemain yang masih hidup, silakan peluk kepala kalian masing-masing.”

Kami semua memeluk kepala dan (tanpa perlu diinstruksikan oleh Karin) kami mulai mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari.

"Kalau begitu ...... peramal, angkat kepalamu ...... Mohon tunjuk seseorang dengan kekuatan dewa-mu ............ Orang itu adalah ............ Cukup, mohon tundukkan kembali kepalamu, wahai peramal.”

Aku mohon padamu, peramal ...... kami bisa hanya mengandalkanmu sekarang, wahai peramal ......!

"...... Silakan angkat kepalama, werewolf ...... Pilih salah satu orang yang akan kau santap malam ini.”

Sementara jantungku berdegup kencang, aku terus mengetuk permukaan meja. Dan ......

"...... Silakan tundukkan kepalamu, werewolf ......"



[Hari ketiga]



"............ Malam pun berakhir. Para pemain, kalian dapat mengangkat kepala masing-masing.”

Fuu-- ...... aku dengan spontan mendesah.

Mungkin yang lainnya menyadarinya.

"...... Dengan cukup menyesal, kalian menemukan tubuh bagian bawah Shiguma Rika. Dia terikat pada salib di gereja kota, lengkap dengan pakaiannya yang terkoyak.”

"MENGAPA AKU DIBUNUH DENGAN BEGITU BRUTAL?!"

Rika si korban berteriak.

"...... Mayat Shiguma-san terikat di salib dengan tali yang terbuat dari ususnya sendiri. Selanjutnya, daerah di sekitar alat kelaminnya berkali-kali digigit oleh-- "

"Cukup sudah!"

* Brukk *

"Oww"

Karin, yang memvisualisasikan pembunuhan itu dengan sangat semangat, kepalanya dihantam oleh Hidaka-san.

"...... Orang yang sudah mati diminta untuk tidak beraktifitas lagi."

Karin pun dongkol.

"...... Pokoknya, korban semalam adalah Shiguma-san. Semoga jiwanya beristirahat dalam damai, Amin. Sekarang, semuanya, mulailah diskusi untuk hari ini.”

Dengan mengikuti instruksi Karin, kami pun mulai berdiskusi.

"Mengapa harus Rika ...... Kuu ......!"

Suatu ratapan penuh derita terucap dari mulutku.

Meskipun ini semua hanya suatu permainan, ini masihlah menjengkelkan...

“Sayang sekali ......" kata Yukimura.

"Banyak yang telah terjadi, tapi ...... sekarang dia telah pergi, rasanya agak kesepian, iya kan ......”

Yozora mengatakan dengan ekspresi wajah patuh, seolah-olah dia menerima semya kenyataan itu. Di sampingnya, Rika memasang wajah cemberut.

"H-Hei. aku tidak tahu ...... siapa peramalnya, tapi ...... sudahkah si peramal tahu siapakah werewolf-nya?” aku memohon.

Namun, tidak ada yang menanggapi.

"Sepertinya tidak ada yang menanggapi, ya ......" kata Aoi. ”Apakah mereka masih belum menemukan werewolf-nya, atau ......”

"Atau dia sudah mati ......?"

Mungkin Maria, yang telah dieksekusi di awal; atau Hinata-san, yang telah dibunuh oleh werewolf; atau Rika.

Sangat mungkin bahwa salah satu dari ketiga pemain itu adalah si peramal.

"...... Peramal harus menyelidiki setidaknya dua orang. Misalnya, bahkan jika peramal tidak bisa menentukan siapakah serigalanya, hanya dengan mengetahui apakah orang tersebut adalah manusia ataukah tidak, mereka akan mendapatkan banyak petunjuk.”

Akane-san mengatakan itu, dan anggota yang masih hidup melihat sekeliling.

"Tentu saja, bahkan jika ada dua orang yang mereka bisa percayai, itu akan meyakinkan," tambah Yukimura.

"Benar, iya ......" aku setuju. Jika ada dua ...... tidak, termasuk peramal, tiga orang yang berbeda dari ketujuh penduduk desa, akan mudah bagi kita untuk mempersempit ruang gerak si werewolf."

"Tidakkah juga ada kemungkinan bahwa orang-orang yang diinvestigasi akan dibunuh oleh serigala? ”tanya Aoi.

"Yang sungguh masuk ak--"

-kal, tapi kalimatku terputus.

"--Tidak; kami tahu setidaknya dua orang yang pasti berperan sebagai manusia.”

Yozora menyatakan.

"Eh?"

Yozora menambahkan pernyataan membingungkan itu,



"—Akulah si peramal."



Kami semua menelan ludah setelah mendengar pengakuan itu.

"A-Apakah kau memiliki bukti?!" tanya Aoi.

"...... sayang sekali, tapi aku masih belum menemukan si werewolf terakhir. Dua orang yang sudah kuramalkan adalah manusia.”

"S-Siapakah yang kau ramalkan sebagai manusia?"

Aku bertanya dengan ketakutan.

"Kodaka dan kau."

Yozora menunjuk Aoi.

"A-Aku? T-Benar, aku benar-benar seorang penduduk desa -!”

Wajah Aoi menjadi cerah dan ceria.

“Aku juga manusia! Kalau begitu, Yozora benar-benar seorang peramal-- "

"Fu ......"

Akane-san tertawa dengan terkekeh-kekeh, tapi sepertinya dia sengaja membuatnya cukup keras untuk bisa didengar.

"...... Akane-san?"



"—Jadi, kaulah werewolf-nya, kan, Mikadzuki Yozora?"

Sambil menatap wajah Yozora di depannya, Akane-san mengatakan itu dengan suara yang mantap.

"Apa ......!"

Wajah Yozora meradang.

"A-a-a-a-a-apa artinya ini?!"

Akane-san tersenyum pada Aoi yang benar-benar bingung.

"Jika kau ingin tahu bagaimana aku bisa menyatakan hal itu dengan percaya diri, itu karena akulah si peramal yang asli."

"" EEEEEH?!”"

Aoi dan aku meneriakkan suara terkejut secara serempak.

"Sangat mungkin bahwa dia sengaja menciptakan suasana di mana si peramal boleh menunjukkan dirinya. Dan ketika tidak ada seorang pun mengaku sebagai peramal, si werewolf menyimpulkan bahwa 'peramal harus mati', dan dia pun merancang jebakan di mana dia berdusta sebagai peramal asli. Aku sengaja tetap terdiam tanpa mengumumkan identitasku yang sebenarnya. Tapi, tentu saja, itu adalah peluang bagi si peramal palsu untuk melaksanakan tipu muslihatnya. Kau terlalu terburu-buru, bukankah begitu, Mr. Wolf?”

"Yozora ...... seorang peramal palsu ......?"

"K-kau lah si werewolf?! Kau berbohong lagi!”

Sena menekan Yozora.

"Jadi, maksud Yozora-Anego mengatakan 'Kau membuatnya datang' adalah ......" kata Yukimura.

"T-Tapi Akane-san! Mikadzuki-san menebak dengan benar bahwa aku adalah seorang penduduk desa!”

Aku pun mengerti bahwa maksud Aoi sedikit janggal.

"Aoi. Sejak awal, si werewolf tahu siapakah penduduk desa dan siapakah werewolf temannya. Bahkan jika dia sanggup menebak siapakah penduduk desa dengan tepat, tidak berarti bahwa dia adalah si peramal, lho?”

"B-Benar juga, itu benar!"

Mata Aoi melebar ketika menghadapi penjelasan dari Akane-san.

"Hmph ...... Aku tidak bisa mempercayai orang yang menunggu sampai musuh menunjukkan taringnya, kemudian mengumumkan bahwa dia adalah si peramal. Atau apakah Senpai memiliki bukti nyata bahwa dia adalah si peramal sungguhan?”

Perkataan Yozora juga masuk akal.

Ketika semua orang mengamati dirinya, Akane-san mengungkapkan senyum berani.

"Tentu saja. Aku sudah menemukan werewolf yang lainnya, dan sekarang aku mendapatkanmu."

"AP ...!" Yozora kebingungan.

"Jika si peramal sudah ditemukan, maka dia pasti akan menjadi target werewolf berikutnya. Itu sebabnya setelah menemukan werewolf kedua -- setelah kau, si peramal, mengungkapkan diri - aku bisa terang-terangan seperti ini ".

"S-siapa lagi yang kau yakini sebagai werewolf?!" tanya Aoi.

Kami semua menahan napas, sembari menyaksikan Akane-san mengungkap segalanya.

"Idiot! Jangan mendengarkan kebohongan peramal palsu ini!”

Mengabaikan permohonan dari Yozora, Akane-san meneruskan pernyataannya.

"Awalnya, aku meramalkan Kashiwazaki Sena pada hari pertama. Ini tidaklah sopan, tapi perilaku Kashiwazaki-san pada hari pertama cukup mencurigakan, benar kan? Dia lah yang kuramalkan pertama kali. Namun, dia hanyalah seorang penduduk desa.”

"......! Tentu saja aku adalah manusia ...... Kalau begitu, kau mungkin adalah peramal sesungguhnya?”

"Tunggu! Kau sedang ditipu, Niku bodoh! Tadi dia jelas-jelas mengatakan bahwa mengetahui mana yang manusia, mana yang tidak, bukanlah jaminan bahwa dia sendiri adalah peramal!”

Akane-san mengungkapkan senyum sabar pada Yozora yang teracak-acak.

"Itu benar, ya? Jadi, acara yang sebenarnya dimulai di sini. Pada hari kedua, aku meramalkan ......”

Akane-san mengalihkan pandangannya dan * Bishi * mengarahkan jarinya ......

"Hasegawa Kobato-chan. kau adalah si werewolf kedua.”

"Kobato?!" "Kobato-chan?!"

"Ku-...... Kukuku ...... K-Kau telah melihat wujudku yang sebenarnya, kau memang luar biasa manusia ...... Tunggu, EEEEHH?! T-Tidak! A-aku adalah vampir!”

Kobato-chan menjadi bingung dan menyebabkan keributan.

Karena kehabisan akal, dan karena identitas asli Kobato tercampur dengan role-playing Leysis, Kobato tidak bisa memberikan jawaban yang jelas untuk pertanyaan penting tentang apakah dia werewolf ataukah tidak.

"Jadi Kobato-chan dan Yozora adalah werewolf ......?"

Sena mengatakan itu dengan sedih. Yozora menjawab dengan suara yang kuat, "Seperti yang aku katakan, kau sedang ditipu, NIku bodoh! Kalian, jangan tertipu juga!”

"...... Akane-san, mengapa kau meramal Kobato pada hari kedua?"

Ketika aku menanyakan itu -

"Aku punya keraguan apakah Mikadzuki-san adalah werewolf. Tapi Kobato-chan memiliki karakteristik penting, seolah-olah dia bekerja sama dengan Mikadzuki-san. Sepertinya Mikadzuki-san akan membuat pergerakan jika ia melihat adanya kesempatan, jadi aku memutuskan untuk meramal si penurut Kobato-chan terlebih dahulu -- Bingo.”

"Sekarang aku mengerti……"

Aku punya perasaan bahwa dia memiliki logika yang kuat. Dia juga menyadari adanya kerjasama Kobato berdasarkan tingkah lakunya dalam jangka pendek.

"...... namamu Ootomo-senpai, kan? Secara mengejutkan, kau mahir bersilat lidah, ya ......”

Pada Yozora, yang memandangnya dengan tatapan mata tajam, Akane-san mengangkat bahu dengan ringan.

"Haha, meskipun aku adalah wakil ketia OSIS, ya?"

"Menurutku, kau terlalu baik dalam bersilat lidah. Jika aku werewolf, aku pasti menilaimu sebagai iblis yang paling merepotkan dan membunuhmu terlebih dahulu. Namun, nyatanya kau masih hidup -- Fakta ini saja sudah lebih dari cukup sebagai bukti bahwa kau adalah si werewolf!”

...... Benar, andaikan saja aku lah werewolf-nya, aku mungkin akan menilai bahwa Akane-san yang pintar omong dan cerdas sebagai pemain yang paling berbahaya.

"Fu ...... Ku kembalikan kata-katamu. Jika aku adalah werewolf, aku akan membunuhmu terlebih dahulu.”

Dengan senyum menyegarkan, Akane-san mengatakan sesuatu yang mengganggu.

"Semuanya, aku pikir, kita harus mengeksekusi Mikadzuki-san terlebih dahulu. Mungkin pada malam ini aku akan terbunuh, jadi gantunglah Kobato-chan berikutnya, dan tim penduduk desa akan memperoleh kemenangan!”

"J-jangan mendengarkan dia! Dia mencoba untuk mengatur aku-- "

Saat itulah alaram moderator berbunyi, dan waktu berdiskusi pun telah habis.

"...... Diskusi telah berakhir. Sekarang kita akan beranjak ke fase voting. Tuliskan nama orang yang kau pikir harus dieksekusi.”

"Ku ......"

Yozora atau Akane-san ...... Manakah dari mereka berdua yang berbohong ......?

Yozora memiliki bukti, yaitu dia telah meramalku. Tapi mengingat bahwa Yozora mungkin adalah werewolf, maka tidak ada kredibilitas pada bukti itu.

Di sisi lain, ada Akane-san. Seseorang bisa berpikir bahwa dia lebih kredibel ketika dia bilang telah menemukan werewolf, tapi aku juga tidak yakin bahwa dia bukanlah si werewolf.

Secara pribadi, aku berpikir bahwa Yozora berada di posisi tidak menguntungkan karena dia tidak mampu melepaskan diri dari kecurigaan yang dituduhkan padanya. Di sisi lain, Akane-san lebih mudah untuk dipercaya karena dia memiliki tuduhan-tuduhan yang pasti dan kecakapan berbicara. Namun ...... benarkah seperti itu?

Mula-mula, mengapa Yozora menggunakan bukti tanpa adanya kredibilitas? Apakah dia terbawa suasana sehingga dia membiarkan peramal menunjukkan dirinya di saat Akane-san mengklaim? Ini adalah pertama kalinya kami memainkan game ini, jadi, adalah suatu hal yang lumrah jika kami melakukan sesuatu tindakan ceroboh ......

Semakin aku memikirkannya, semakin aku bingung.

"...... Mohon percepat proses voting saudara-saudara."

Di saat aku tidak bisa memutuskan voting, si moderator malah semakin mendesakku.

Mikadzuki Yozora atau Ootomo Akane?



Pada akhirnya, aku—tidak sanggup memilih salah satu dari mereka, sehingga aku pun menuliskan nama Hasegawa Kobato untuk saat ini, dan menyerahkan kertas suara milikku.



Nyawa seseorang ...... tidak, lebih tepatnya nasib seluruh desa, tergantung pada voting-ku ...... Aku tidak bisa membiarkan hal semacam itu diputuskan oleh intuisi saja.

Ini adalah saat di mana (ketika aku bimbang menentukan pilihan) aku ingin berpikir sekeras mungkin, untuk memastikan bahwa aku membuat keputusan sebaik-baiknya -- Meskipun ini hanyalah suatu permainan.

"Kalau begitu, mari kami beralih ke tahap penghitungan suara."

Semuanya telah mengumpulkan kertas suara mereka, dan Karin membacakan nama-nama.

"...... Ootomo Akane ...... Mikadzuki Yozora ...... Mikadzuki Yozora ...... Ootomo Akane ...... Mikadzuki Yozora ...... Ootomo Akane ......”

Hasilnya imbang ...... tiga lawan tiga.

Diduga, Yozora dan Kobato memilih Akane-san, dan Akane-san memilih Yozora. Tentu saja itulah yang sudah terjadi, lantas siapakah yang dipilih oleh pemain lainnya?

Semua orang, kecuali aku (yang sudah tahu hasilnya) menahan napas sembari menunggu suara terakhir.

"............ Hasegawa Kobato."

"AKU - ?!"

Kobato berteriak ketika mendengar hasil yang tak terduga ini. Yang lainnya hanya tercengang.

"...... Itu sedikit ...... tak terduga, bukan ......?"

Akane-san mengatakan itu dengan suara serak.

Aku punya perasaan bahwa inilah pertama kalinya aku melihat Akane-san dalam keadaan terkesima.



[Hari keempat]



Setelah fase voting selesai, fase malam pun dimulai.

Seperti biasa, aku dengan sungguh-sungguh terus mengetuk meja, dan ketika pagi tiba -- permainan ini berkembang ke arah yang tak terduga.

"...... Di luar desa ada reruntuhan kuno; di sana, mayat Mikadzuki Yozora Onee-sama ditemukan terkunci di dalam suatu kristal. Sembari tetap mempertahankan sosoknya yang indah seperti ketika masih hidup, wajahnya begitu damai sehingga itu membuat orang lain bertanya-tanya apakah dia hanya tertidur. Ngomong-ngomong dia benar-benar telanjang.” * Slurp *

"Sepertinya deskripsi mayat ini berbeda dari yang sebelumnya ...... Dan juga, jangan menjilat bibirmu.”

Setelah secara refleks men-tsukkomi Karin dengan mata mencemooh, aku melihat ke arah si korban, yaitu Yozora.

Dengan tampilan seakan-akan dia sudah tahu bahwa ini akan terjadi, Yozora tidak bergerak sedikit pun.

"...... kau adalah orang yang tergesa-gesa."

Berekspresi dengan senyum samar, Yozora menggumamkan suatu bisikan.

"Kalau begitu, mulai diskusi."

Begitu Karin berkata demikian, aku, Sena, Aoi, Yukimura, dan Kobato... kami semua melihat ke arah Akane-san.

"Apa ada yang salah, semuanya? Apakah ada sesuatu di kepalaku? Misalnya ...... telinga serigala?”

Akane-san tidak lagi mencoba untuk menyembunyikan fakta bahwa dia adalah werewolf.

Tim werewolf berhasil mengeksekusi si peramal yang sesungguhnya, yaitu Yozora. Dengan menggunakan strategi peramal palsu, dia berhasil membunuh Yozora pada fase malam.

Tidak diragukan lagi, Akane-san pasti akan dieksekusi malam ini juga. Tampaknya ia puas karena sudah membunuh Yozora, walaupun itu berarti identitasnya terungkap.

Baik Yozora maupun Akane-san, keduanya dengan tenang membuang nyawa mereka untuk kesempatan meraih kemenangan. Aku merinding ketika memikirkan cara bermain berhati baja seperti itu.

"Sekarang ada lima pemain tersisa ...... Siapakah werewolf yang kedua ......?"

Aoi, Sena, Yukimura dan Kobato ...... semua saling pandang dengan curiga.

"Untuk saat ini, kita yakin bahwa Hasegawa Kobato-san bukanlah salah satu serigalanya, iya kan?! Bagaimanapun juga, dia dipilih oleh Akane-san agar tereksekusi!”

“Aku mempertanyakan hal itu, Aoi. Mungkinkah aku mencampur kebenaran sebagai bagian dari rencana untuk membuat kau percaya padaku??”

"Aku sudah mengatakan berulang kali bahwa aku bukanlah werewolf! Aku adalah seorang vampir hebat keturunan asli, yaitu Leysis Vi Felicity Sumeragi!”

"Ya, ya, tidak ada satu ekor serigala pun yang tersisa di desa ini. Faktanya adalah, Takayama Maria-sensei yang kami eksekusi di awal adalah werewolf kedua. Oh sayang, aku benar-benar sudah kalah sekarang. Ngomong-ngomong, Hasegawa-kun, bagaimana jika kita berdua masuk ke pemandian campur, dan aku hanya menggunakan bikin aja?”

"Ap ......!"

Bahkan jika aku tahu bahwa itu adalah lelucon, aku hanya bisa memerah.

"I-ini bukan waktunya terjebak dalam taktiknya untuk menghabiskan waktu!"

“Aku paham, kalau begitu aku akan menyatakan kebenaran yang mengejutkan di sini, sekarang juga! Aku benar-benar bukan werewolf! Kalian harus percaya padaku!”

"...... Baiklah, sekarang kita dapat dengan aman melenyapkan Akane-san pada saat eksekusi hari ini, mari kami mulai membahas siapakah werewolf lainnya.”

"Y-Ya!" "Aku mengerti." "U-Un."

Aoi, Yukimura dan Kobato mengangguk. Lalu-



"Serigala lainnya adalah Yukimura."

Sena menyatakan itu secara tiba-tiba.

"Eh?!"

Semua orang, termasuk Akane-san, terkejut.

"Sena-Anego ...... bukti apa yang kau miliki sehingga kau berkata demikian ......”

Seperti biasa, Yukimura berkata dengan nada tenang, tapi aku merasakan sedikit keragu-raguan pada perkataannya kali ini.

Tanpa pikir panjang, Sena melanjutkan,

"Bukti? Tentu saja, karena aku meramalkan itu sebelumnya."

"M-meramalkan itu ......?"

"Tepat sekali. Akulah peramal yang sebenarnya.”

"Hahaha ...... Betapa konyol, Kashiwazaki-san. Peramal yang asli adalah Mikadzuki-san, yaitu orang yang tewas tadi malam.”

Kata Akane-san dengan suara dingin, tapi ekspresinya agak kaku.

"Ini bukan tentang 'Siapa yang terbunuh' melainkan 'Siapa yang aku bunuh', kan? ...... Apapun itu, sudahi perlawananmu dan mengakulah, Yukimura.”

“Aku adalah orang yang tidak bersalah."

"Haaa ...... kalau begitu apa boleh buat," Sena mendesah, dan mulai menjelaskan.

"Pada malam pertama, aku meramalkan Yozora, dan dia ternyata hanyalah penduduk desa biasa.”

"...... Sekarang aku baru sadar, setelah semua bualan yang kau ucapkan pada hari pertama, tentang Yozora adalah werewolf, anehnya kau diam pada hari kedua. Meskipun begitu, Yozora mulai terlihat mencurigakan pada hari kedua.”

"Aku adalah satu-satunya orang yang tahu bahwa Yozora bukanlah werewolf.”

Sena mengangguk pada kata-kataku dan dia pun melanjutkan omongannya.

“Aku meramalkan Rika pada hari berikutnya, tapi karena dia dieksekusi tepat setelah itu, maka percuma saja. Dan pada hari ketiga, Yozora melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia adalah peramal, kan? Aku tahu bahwa dia adalah tipe orang yang bisa memikirkan trik-trik licik, jadi aku memutuskan untuk tetap tenang dan melihat apa yang terjadi selanjutnya. Lantas, dua peramal muncul sekaligus, maka aku pun hanya bisa memikirkan: "Ah, kalau begitu, salah satu di antara keduanya pastilah si werewolf." Aku cukup sabar berpura-pura untuk berselisih dengan Yozora secara langsung, agar kau lengah.”

"Ku ......"

Ekspresi kebencian menyebar di wajah Akane-san.

"Kalau begitu, orang-orang yang memilih Akane-san kemarin adalah Yozora dan Sena dan ......”

"A-Aku!" kata Kobato sembari mengangkat tangannya.

“Aku memilih Mikadzuki-san saat itu ......" Aoi mengaku dengan jujur.

Statemen Akane-san sangatlah persuasif, jadi apa boleh buat.

“Aku telah memilih Akane-dono. Pada akhirnya, memang dia lah si werewolf."

"Itu benar-benar sulit dicerna, Yukki ......!"

Aoi me-tsukkomi Yukimura, yang telah mencoba untuk berpura-pura bahwa dia tidak bersalah.

"...... Ngomong-ngomong, orang yang memilih Kobato adalah aku. Aku tidak bisa memutuskan.”

"...... Semuanya akan berjalan lancar jika kau berada di pihakku ...... dasar kau ragu-ragu ......”

Akane-san melemparkan kata-kata itu padaku, bersama dengan tatapan kematian.

Fakta bahwa dia tidak bisa mengeksekusi Yozora adalah bentuk kecacatan pada rencana Akane-san.

Yukimura berada di tim yang sama, dan dia pasti sudah memberikan votingnya. Dia memiliki asumsi bahwa Yozora dan Sena masihlah pemain antagonis.

Perhitungan dia adalah, jika dia meyakinkan untuk mengeluarkan sisa penduduk desa (Aoi, Kobato, atau aku sendiri) dia akan menang. Tetapi supaya penipuan peramal bisa berhasil, salah satu orang harus dituduh sebagai werewolf. Mungkin memilih Kobato adalah suatu resiko baginya. Karena itulah, akan lebih mudah jika dia meyakinkan Aoi dan aku, yaitu orang-orang yang sudah dia kenal.

Sepertinya, Yozora adalah si peramal. Bahkan jika bukan dia, dia adalah kekuatan terbesar yang harus diperhitungkan. Pihak werewolf tidak ada pilihan selain mengorbankan salah satu rekannya sendiri untuk membunuh Yozora.

Namun pada kenyataannya, anggapan bahwa Yozora adalah peramal adalah salah ......

Dan kemudian, alarm berdering.


"...... Silakan mengakhiri diskusi. Kita sekarang akan memasuki fase voting -- "