CLOCKWORK PLANET
JILID 1 BAB 2
COMPLICATION (03:18)


BAGIAN PERTAMA

3.18 pagi, 24 detik.

Marie Bell Breguet terbangun.

Dia menendang selimutnya dan melompat bangun.

Dia berada di tengah yang kamar kecil dan gelap, tempat ini mungkin digunakan sebagai tempat penyimpanan buku, dan dia menahan nafasnya saat dia mendengarkan daerah sekitarnya.

(Itu…)

Entah mengapa dia merasa gelisah dan juga merasa sangat aneh.

Dia tidur sangat lelap karena kelelahan setelah perjalanan yang panjang, hanya saja saat ini dia terbangun dengan mendadak. Jantung di dada kirinya berdenyut kencang.

Kakinya perlahan meninggalkan kasur sementaranya, dan menyentuh lantai.
Suasananya sangat sunyi.

Dan masih ada beberapa jam lagi tersisa sampai fajar tiba.

Para pasukan sedang mengistirahatkan tubuh dan pikiran mereka karena akan ada tugas berat yang menunggu mereka. Orang-orang yang masih belum tidur mungkin bekerja pada shift malam karena diberi tugas untuk mengawasi. Marie juga tergoda oleh dorongan untuk berbaring di bawah selimut lagi…tapi dia menahan dirinya sendiri.

Dia tidak bisa membiarkan perasaan aneh tadi begitu saja.

Dia adalah orang jenius, dan juga seorang Meister.

Sejak masa kanak-kanaknya, dia sudah pergi ke tiap tempat yang berbeda secara langsung, dan pernah juga mendeteksi anomali bahkan bahaya yang tak terhitung jumlahnya.

Talenta dan pengalamannya memperingati dirinya. Di situasi ini, dia bisa mendapat perasaan seperti itu karena faktor-faktor tersebut.

Karena itulah tidak mungkin jika tidak ada apapun yang terjadi.

“Siapa disana!?”

Marie berteriak saat terburu-buru bangun.

Dia mengenakan mantelnya, menggerakkan kakinya yang berat, dan membuka pintu.

Dia keluar menuju koridor yang redup, dan ada sesuatu yang bergerak sedikit di samping pintu. Itu adalah seorang pria botak paruh baya dengan tubuh seperti beruang raksasa, tapi menakutkannya, keberadaannya tidak terdeteksi sama sekali.

Dia, Halter, sedang terbaring di lantai dengan selimut, dan perlahan-lahan mengangkat kepalanya.

“…Ada apa, Milady? Anda bermimpi buruk?”

“Kau mau mati?”

Marie melihat tajam Halter dengan wajah yang merasa tidak aman.

“Bangun, dasar orang tolol dan gendut. Ambil semua data perhitungan selama 120 detik padaku sekarang juga.”

“Baiklah. Aku akan mengambilnya…ah, selain itu.”

“Apa lagi!? Ce-Cepatlah! Lari sana!”

Di depan wajah mengerikan Marie, Halter berkata,

“Aku sudah mengerti. Setidaknya bisakah anda mengenakan pakaian dalam?”

“?”

Merasa terkejut, gerakan, ekspresi dan napas Marie berhenti di waktu yang bersamaan.

“…”

Tidak ada.

Dia tidak mengenakan apapun.

Atau lebih tepatnya, dia telanjang bulat.



Gadis jenius ini meletakkan tangannya di pinggul, berdiri dengan angkuh disaat tubuhnya telanjang penuh.

“~~~~~~~~~~~!!!”

Saat dia mengangkat kepalanya, Halter sudah tidak terlihat lagi disana.

Telapak tangan yang sudah dia angkat secara insting telah kehilangan targetnya, dan wajahnya menjadi merah padam saat dia terburu-buru kembali ke kamarnya.

***

BAGIAN KEDUA

Halter kembali dengan cepat sesuai perintah Marie.

Marie sudah memilih salah satu pakaian yang berserakan di kamar, dan sesaat setelah dia mengenakannya, ketukan di pintu dapat terdengar.

“–Kau boleh masuk”

Dia bicara dengan kaku.

Sesaat setelah Marie berkata begitu, Halter masuk dengan setumpuk data.

Marie ingin mematahkan salah satu tulang kering Halter saat dia menunggu, tapi dia terpaksa membatalkan gagasan itu setelah dia melihat seorang anggota tim pengamatan mengikuti Halter.

Dia menyembunyikan sikapnya yang terlihat seperti berhadapan dengan seorang penjahat , karena tidak mungkin dia bisa mempermalukan dirinya sendiri di depan anggota pasukan elitnya.

Marie menahan dorongan untuk membunyikan lidahnya sambil melemparkan pandangan tajam ke arah Halter.

–Matilah, dasar penjahat.

Salah satu orang keheranan apakah Halter memahami makna di balik tatapan itu. Dia sedikit membungkukkan badannya dan meletakkan tumpukan data di genggamannya ke atas meja.

Ketua tim pengamatan, Hannes, mengambil selembar data, dan menyerahkannya pada Marie.

“Profesor Marie, dari data pengamatan yang sudah kami kumpulkan–”

“Apakah ada sebuah perubahan berselang pada gravitasinya?”

Marie mengambil kesempatan untuk menjawab duluan.

Setelah kata-katanya dipotong, Hannes membelalakkan matanya.

“Oh, aku benar-benar terkejut. Apa anda sudah menyadarinya?”

“Hanya tebakan saja. Aku punya firasat kalau itulah yang terjadi.”

“Ya, seperti yang anda katakan, profesor. Nilainya meningkat dari 0,92 menjadi 1,04 selama satu jam ini. Sudah ada 3 kejadian perubahan gravitasi secara berselang.”

“…Perubahan sebesar 0,1G? Tidak, perbedaan gravitasi itu seharusnya lebih kecil, kan? Hal yang bagus kalau kau berhasil mengamati hal itu. Bukankah ini guncangan yang cukup besar untuk membangunkan siapapun?”

Halter memotong pembicaraan dengan bahasa sopan yang tidak rapi.

“Kau sudah diubah menjadi seorang cyborg. Mekanisme Tourbillion yang dipasang di dalam tubuhmu membuat setiap tingkat kesalahan dalam perubahan gravitasi tidak akan berpengaruh.”

Marie menjawab sambil melihat salah satu tubuh yang lebih besar dan tinggi dari mereka semua.

Halter, beperan sebagai bodyguard dan sekretaris Marie, sebenarnya adalah seorang ‘teknisi’ yang lahir di daerah militer, dan tubuhnya sudah diubah menjadi seorang cyborg saat dia masih muda. Kekuatan fisiknya meningkat sampai-sampai dia bisa menghancurkan sebuah automata petarung dengan satu pukulan, tapi sebagai gantinya, indranya tidak sepeka tubuh sungguhan.

“Walaupun begitu, jumlah ini berada di nilai tertinggi jika kita membicarakan tentang berat dari seseorang yang menaiki elevator, tidakkah begitu?”

“Itu sudah cukup. tetapi itu bukanlah masalah utamanya.”

“Walaupun perubahannya sendiri hanyalah kekeliruan belaka, masalahnya adalah nilai itu sendiri. Nilai pada grafik frekuensi menunjukkan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya jika kita membandingkan datanya dengan data yang telah tertulis 30 tahun terakhir. Walaupun nilainya mempertahankan nilai gravitasi yang konstan yaitu 1,03…”

“Jika kita mengolah data pengamatannya, kurang lebih seperti itu,”

–Marie merasa berat tubuhnya meningkat, dan berhenti berbicara.

Beratnya tidak sampai menyebabkan dia roboh, tapi perubahan ini tidak bisa diabaikan.

Marie menganalisis berat tarikan gravitasi pada tubuhnya dengan tenang, dan bergumam,

“–Sekarang jam setengah satu.”

“Profesor Marie, bagaimanapun juga ini…”

“Ya, kita tidak bisa memecahkan ini dengan hanya deduksi sederhana berupa ‘hanya sebuah anomali gravitasi biasa’. Melihat rata-rata perubahan ini, semua orang di atas gear akan terkena dampaknya.”

Itu Artinya,

“Dalam skenario terburuk, kita mungkin harus merobohkan struktur kota ini.”

“–!!”

Kata-kata tenang Marie menyebabkan semua orang disana menjadi tegang.

Perubahan gravitasi sebanyak ini setara dengan seseorang sedang yang mabuk berat.

Tapi bagaimana jika ada gaya gravitasi yang lebih besar dari itu? Atau saat gravitasi nol terjadi?

Mereka dapat berakhir dengan dihancurkan oleh berat mereka sendiri, atau mereka dapat dikirim terbang ke luar angkasa.

Atau mungkin kerusakannya bisa melebihi pengatur gerakan yang bisa ditahan, dan mesin-mesin akan mengalami malfungsi.

Kalau ini adalah sebuah otomobil atau sebuah apatermen, maka tidak masalah, tapi jika 12 ‘Menara jam’ yang mengontrol lingkungan kota dan ‘Menara inti’ yang berdiri di tengah kota hingga menjulang sampai stratosfer hancur, mereka tidak bisa membangun kembali kota ini.

Kota ini, Kyoto, akan menghilang selamanya.

‘Clockwork Planet’, sebuah dunia yang terdiri dari gear-gear, adalah teknologi hitam yang tidak bisa ditiru oleh semua orang bahkan setelah 1000 tahun berlalu.

Itupun adalah hal yang sama bagi Meister ini, salah satu dari 6305 Meister di dunia.

“–Dengarkan aku, semuanya.”

Marie berbicara.

Dia melihat ke arah pekerja yang gelisah, dan bicara dengan nada pantang menyerah.

“Aku kira semuanya sudah menyadari kalau situasi ini sangat kritis. Ini kasus yang aneh, baik mengenai pengiriman yang mendadak maupun laporan malfungsi yang sederhana–”

Setelah dia bicara sampai disitu, dia berhenti sejenak.

Kakinya melebar selebar bahunya, tangan kirinya ada di pinggangnya sambil mengangkat lengan kanannya dengan santai.

Walaupun dia memiliki tubuh seorang gadis kecil, dia memiliki aura ratu saat dia melanjutkan.

“Semuanya disini diakui sebagai seorang teknisi kelas satu. Tentu, kita mungkin tidak bisa dibandingkan dengan ‘Y’ yang membuat dunia ini, tapi kalian dan aku adalah elit yang berkumpul dari berbagai bagian dunia. Tidak ada yang bisa melebihi kita, dan tidak ada malfungsi yang tidak bisa kita pecahkan. Pertama-tama, kita harus berpikir seperti ini dan mengakui hal ini.”

Kata-kata yang terdengar arogan ini menyebabkan setiap pekerja yang hadir mengubah ekspresi mereka.

–Benar, tidak ada teknisi yang dikirim kesini sebagai orang yang tidak kompeten.

Semuanya memulai dari ‘Rearing’, dan setelah pembaptisan berupa bekerja di lapangan, dipromosikan menjadi ‘Gazelle’. Setelah mereka menggabungkan talenta dan pengalaman mereka bersama-sama, mereka meraih tingkatan ‘kelas satu, teknisi kawakan.

Tidak ada pengecualian diantara mereka, dari komandan Marie sampai pasukan pengamat; mereka adalah talenta kelas satu yang akan diterima dengan tangan terbuka oleh perusahaan manapun, bahkan ‘militer’.

“Benar. Kita adalah ‘Meister Guild’.”

‘Meister Guild’.
Sebuah organisasi internasional yang bertujuan untuk merawat dan memelihara struktur planet ini. lebih dari setengah Meister di dunia ber-afiliasi dengan organisasi yang dipenuhi oleh teknisi ini, dan organisasi ini memiliki teknologi dan perlengkapan paling mutakhir untuk berurusan dengan segala macam malfungsi di dunia.

Perbuatan mereka tidak dihalangi oleh pemerintah maupun filosofi apapun. Mereka adalah sebuah organisasi nonpemerintah.

Inilah ‘Meister Guild’.

“Memang ‘Guild’ sepertinya selalu punya alasan khusus untuk menyuruh kita buru-buru pergi dari salah satu ujung dunia untuk ikut campur disini. Tingkah ‘militer’ memang menunjukkan kalau mereka melakukan beberapa hal yang tidak bisa dibicarakan…yah, bagaimanapun juga kita sudah terbiasa dibenci oleh mereka, kan?”

Ada seringai masam di wajah para pasukan, menunjukkan pengalaman mereka berurusan dengan ‘militer’.

“Pekerjaan kali ini sepertinya akan memakan cukup banyak tenaga, jadi ayo nikmati pekerjaan ini sebanyak yang kita bisa.”

Nada bicara Marie terdengar menandakan kalau itulah maksud yang sebenarnya; dia terdengar sangat kesal.

“Aku tidak tahu apa lagi yang akan terjadi, tapi kita bisa menyimpulkan kalau ‘kita tidak punya waktu’.”

Bekerja untuk sebuah penny, bekerja untuk sebuah fondasi; dengan mentalitas seperti itu, dia berkata,

“Tim pengamatan, cepatlah konfirmasi lantai menara inti keberapa yang menyebabkan hal ini. teknisi biasa manapun di luar sana akan membutuhkan sata tahun untuk menyelesaikan ini–aku ingin kalian menyelesaikan ini dalam 2 minggu!”
“”Dimengerti!”””

Marie sudah menugasi mereka dengan sebuah permintaan yang sangat amat sulit, tapi semua staf yang hadir merespon dengan bersemangat.
   
***

BAGIAN KETIGA

Setelah melihat tim pengamatan pergi untuk bekerja sesuai instruksinya, Marie berbaring di kasur sementaranya.

“Ahh…itu melelahkan.”

“Memang berat ya. Tadi itu pidato yang menyentuh.”

Marie mengerang saat dia melihat keatas atap, dan Halter memberinya sebuah cangkir yang beruap. Di dalam cangkir itu adalah kokoa panas yang sudah diaduk dengan seksama, diisi dengan banyak susu dan gula.

Marie bangun untuk mengambil cangkir itu, dan melengkungkan bibirnya menjadi seringai.

“Aku benar-benar berterima kasih pada mereka semua, bersedia dibodohi oleh pidato gadis muda ini.”

“Semuanya sudah tahu kalau mereka dibodohi. Bagaimanapun juga mereka itu orang dewasa.”

“Benarkah?”

“Tentu saja. Bagaimana bisa seorang idiot menjadi seorang Meister dan bertingkah tenang setelah mengetahui fungsi sebuah kota mengalami gangguan? Aku yang hanya seorang teknisi, yang mana sedang terjebak di tingkat ‘Gazelle’ pun tahu sebanyak itu.”

“…”

Halter membawa kursi lipat ke arah Marie, dan duduk di depannya.

“Ini menakutkan. Ini bukanlah sesuatu yang bisa kita hadapi. Jika kau gagal disini, orang-orang akan mati, dan kotanya akan hilang dalam abu. Tidak ada cara untuk menyelamatkannya. Meskipun begitu, semuanya bekerja seperti seorang penjudi, merasa takut tapi masih mau bertaruh, kau tahu, masih ada seorang gadis muda yang masih mencoba berlagak kuat walaupun dia sendiri sedang menunggu dirinya sendiri.”

“…Memang terdengar konyol ya.”

“Tentu saja. Itu menggelikan.”

Halter diam-diam tersenyum, dan melanjutkan.

“Anda tertawa, dibodohi, dan masih berlagak kuat. Jika seorang gadis imut seperti itu masih bisa tertawa dengan lega, bukankah memalukan bagi orang dewasa untuk kabur dari tugasnya?”

“Kau memang bisa bersilat lidah walaupun kau seperti itu, Halter.”

Marie tersenyum, dan mendekatkan cangkir ke bibirnya.

Dia menikmati gula kokoanya, dan sensasi menyenangkan terbentuk di otaknya yang kelelahan.

“Jadi, bagaimana kalau kau mulai bekerja? Sebagai orang dewasa.”

“Ya, sesuai keinginan anda, Milady.”

“Pergi selidiki ‘militer’. Aku ingin tahu apa yang mereka tahu.”

“Hm? Mereka berjanji untuk membuka semua informasi pada kita sekarang?”

“Memang benar kalau tidak ada hal yang mencurigakan mengenai data simulasi yang mereka berikan pada kita, tapi bukan berarti mereka akan menyerahkan semua data pada kita dengan patuh. Aku ingin bukti mengenai hal itu dan isinya.”

“Kau  berpikir kalau–”

Halter megecilkan suaranya dan bicara dengan wajah tegang,

“–‘Militer’ sedang menyembunyikan berita mengenai sebuah malfungsi yang fatal, kan?”

“Setidaknya kita bisa berasumsi kalau kemungkinan itu ada.”

“…Apa situasinya seburuk itu?”

“Mungkin. Ini mengkhawatirkan bahwa markas besar ‘Guild’ tidak pernah memberikan keterangan ringkas pada kita sebelum mengirim kita semua kesini.”

“Menurutku itu informasi rahasia, mungkin? Tapi jika mereka sudah mengetahui setiap rahasia tersembunyi yang dimiliki ‘militer’ dan pemerintah Jepang, setidaknya markas besar akan menjelaskan, kan?”

“Mungkin mereka tidak punya bukti kuat. Disamping itu, bukankah ‘Guild’ tidak punya hubungan dengan dunia luar. Mereka tidak bisa mengabaikan keinginan 5 perusahaan besar yang mendadani kita–dan ada sekumpulan orang yang ingin melenyapkan diriku.”

“…Hei hei, itu menakutkan.”

Marie menyeringai.

“Karena itulah kau ada disini, kan?”

Marie Bell Breguet.

Meister termuda dalam sejarah adalah putri kesayangan dari pemimpin Perusahaan Breguet, salah satu dari 5 perusahaan besar.

Karena talenta dan prestasinya itu, dia sudah terbiasa dengan tatapan iri dan benci meskipun dia tidak dikritik langsung di depan wajahnya. Ada banyak bajingan yang ingin menjatuhkannya, dan saat orang-orang itu mencoba menggunakan kekerasan, sudah menjadi tugas Halter untuk melindunginya.

“Mungkin aku terlalu khawatir, tapi aku ingin jaminan mengenai hal ini.”

“Dimengerti. aku akan mengeceknya.”

Sesaat setelah Halter berdiri, seseorang mengetuk pintu.

“? –Masuklah.”

“Permisi.”

Seorang anggota tim pengamatan, yang baru saja meninggalkan kamar beberapa waktu yang lalu, masuk setelah diizinkan oleh Marie.

“Ada apa? Ada kemajuan dalam pekerjaannya?”

“Yah sebenarnya, aku mau melapor mengenai kontainer untuk YD-01.”

“Hm? Kau menemukan RyuZU?”

Marie tidak sengaja mencoba berdiri, dan pekerja itu tergagap, terlihat kesuiltan untuk bicara.

“Yah, mengenai itu…setelah menganalisis lintasan penerbangannya secara terbalik, kami berhasil mengkonfirmasi dimana kontainer itu mendarat. Kami sudah mengirim tim ke tempat kejadian untuk mengambilnya kembali…”

“Kemudian?”

Marie merasa cemas mengenai seberapa gelisahnya si pekerja terdengar sambil mengepalkan tangannya.

“Sayangnya, kontainer itu jatuh di sebuah apartemen.”

“…Apartemen?”

“Ya. Karena guncangan akibat jatuhnya kontainer itu, yah…seluruh apartemen itu ambruk.”

“–HAH!?”

Tenggorokannya tidak sengaja mengeluarkan suara aneh.

Di saat yang sama, cangkirnya terjatuh dari tangannya.

Kokoa yang panas sekali menghujani lututnya, menyebabkan dia berguling-guling karena rasa terbakar.

Pekerja muda itu hanya bisa bertanya dengan khawatir saat si gadis jenius hampir pingsan,

“A-Apa anda baik-baik saja, Profesor Marie!?”

“Tidak…a-aku bai..”

Marie menjawab sambil mati-matian menelan rintihan yang naik ke tenggorokannya. Dia meraih handuk yang diberikan Halter saat dia berdiri di sampingnya, dan dengan wajah berair mata, dia menatap pekerja itu.

“A-Apartemennya am…bruk?”

“I-Iya, yah…singkatnya, dari awal, apartemen itu adalah apartemen tua dan bobrok.”

“Tunggu, hei! Jangan bilang kalau ada orang yang mati!?”

Halter hampir menjerit, dan pekerja yang melapor itu buru-buru menyangkalnya,

“Tidak, hal bagus diantara ini semua adalah kami belum menemukan satupun orang mati. Hanya ada beberapa orang yang tinggal di apartemen sebesar itu, dan ada cukup banyak waktu dari kejatuhan kontainer sampai ambruknya apartemen itu, jadi sepertinya mereka berhasil evakuasi tepat waktu.”

“Be-Begitu ya? Baguslah…”

Marie menjawab sambil mengelap kokoa dari tubuhnya, tapi pekerja itu melanjutkan,

“Y-Yah, mengenai itu…ini bukan sepenuhnya hal yang bagus.”

“? Apa masalah lainnya?”

“Dengan kata lain, apartemennya sudah terjatuh.”

“Kau baru saja bilang begitu.”

Marie mengerutkan dahi dengan skeptic, dan pasukan pekerja itu menujukkan wajah gelisah,

“Aku bilang kalau apartemennya jatuh! Kontainer YD-01 sudah jatuh ke bawah jalur jaringan kota bersamaan dengan apartemen itu!”

“–!!!”

Untuk pertama kalinya setelah beberapa lama, Marie merasakan matanya menyipit menjadi titik-titik.

Dia kemudian tak sengaja bertanya.

“Apa yang baru saja kau katakan?”

“Kontainer YD-01 sudah jatuh ke bawah jalur jaringan kota. Kabar baiknya adalah puing-puing apartemen itu masih ada di kerak bumi, tapi kemungkinan besar pengambilan kembali akan sangat berat karena kita tidak punya mesin untuk menyingkirkan kayu dan debu…”

“He…”

Halter hanya bisa mengeluh sambil meletakkan tangannya di dahinya.

Kali ini, diapun tidak punya keberanian untuk berkomentar kurang ajar, tapi setelah melihat tuannya masih terkejut, dia akhirnya tersadar, dan berbisik,

“…Pokoknya, ayo hubungi markas besar. Jelaskan kehilangan kali ini pada orang yang mengurusi departemen legal dan kirim mesin ekskavasi ke sana. Benda itu adalah sumber daya yang tidak bisa diabaikan oleh Perusahaan Breguet, jadi mungkin mereka akan mengirim seseorang setelah kita menjelaskan masalahnya.”

“I-Iya…kurasa. Maaf, tapi bisakah aku menyerahkan prosedurnya pada anda?”

“Dimengerti.”

Halter mengangguk, dan membawa pasukan pekerja yang melapor itu keluar ruangan.

Marie menutup pintu, dan ditinggal sendirian di kamar, melengkungkan bibirnya dengan sikap yang mencela dirinya sendiri.

“…Sepertinya pekerjaan ini benar-benar menjadi pekerjaan yang cukup menyenangkan.”

***

BAGIAN KEEMPAT

Di saat yang sama–pukul 03.17 pagi, 46 detik.

Naoto Miura membuka matanya.

Dia ada di sebuah taman, sebuah taman olahraga dengan lapangan luas dan fasilitas tempat bermain untuk bayi dan balita. Naoto sedang terbaring di tempat istirahat yang terletak di sudut taman, menutupi telinganya dan menggertakkan giginya.

“…Diamlah.”

Ada suara yang menyimpang.

Sudah biasa baginya untuk mendengar suara-suara abnormal yang tidak menyenangkan dari struktur kota, tapi suara tadi sangat amat melengking.

Saat ini di lapisan ke-24 ruang bawah tanah menara inti, kedalaman sekitar 70.620m, suara dari gear-gearnya sedang mengeluarkan suara yang tidak menyenangkan.

Karena alasan ini, dia terbangun. Biasanya, suara-suara seperti itu dapat dihambat menggunakan headphone favoritnya–namun, headphone miliknya…atau malahan.,

“Mengapa…aku tidur di tempat seperti ini?”

Dia bergumam pada dirinya sendiri, memiringkan kepalanya.

Tubuhnya seberat balok timah, karena dia tidur di tempat yang keras. Dia tidak terlihat seperti orang yang baru saja tertidur sama sekali.

“Anda terbangun, Master Naoto.”

Sebuah suara yang jelas dan indah terdengar dari belakang, menepak kepalanya yang belum sepenuhnya sadar.

Naoto menoleh ke belakang, dan melihat sebuah wajah bidadari yang hanya berjarak beberapa inci darinya, dan tidak sengaja memundurkan kepalanya kembali.

Mata keemasannya yang berkilau dan mirip batu berharga sedang menatap dirinya.

Dia adalah seorang gadis cantik yang mempesona–tapi memiliki ekspresi sebuah obyek buatan manusia yang sulit dibaca.

…Aku percaya kalau ini…?

Dia berusaha untuk membetulkan posturnya, tapi dia jatuh terguling.

Karena tekanan yang berat tiba-tiba mendesak tubuhnya.

Tangan yang menumpu tubuhnya tergelincir, dan dia terjatuh dari bangku

Bagian belakang kepalanya kemudian menghantam ke ujung kokoh bangku tersebut dengan keras.

“AAAAAAAAAAAAWWWWWW!!!! KEPALAKU TERASA SEPERTI MAU TERBELAH!!!”

Dan saat Naoto merintih, menangkupkan kepalanya dalam penderitaan, sebuah suara yang menawan terdengar dari atas,

“Ini adalah bentuk senam yang baru, kan? Bentuk yang tentunya penuh gaya yang melampaui waktu.”

“Bukan begitu! Tadi itu apa?”

“Sebuah fluktuasi gravitasi, sepertinya. Aku pikir ini adalah kesalahan sepele pada struktur kotanya.”

“Dasar pemerintah sialan. Seharusnya mereka lakukan perawatannya dengan benar!”

Naoto menggerutu sambil berdiri.

Dia membersihkan pakaiannya, dan menghadap kearah pemilik suara indah itu.

Gadis itu duduk dengan lututnya di atas bangku, dan Naoto diam-diam merasa gugup setelah menyadari kalau dia sudah tidur dipaha gadis itu sampai ketika saat dia terbangun.

“Kau dipanggil, RyuZU…kan?”

“Ya. Saya adalah unit pertama dari seri Initial-Y, RyuZU.”

Setelah melihatnya menunjukkan senyuman elegan seperti itu saat dia menjawab, ingatan Naoto akhirnya berfungsi kembali saat dia dengan cepat mengingat kembali apa yang terjadi di malam sebelumnya.

Dan kemudian, setelah memilah-milah apa yang telah terjadi, dia hanya bisa tertawa kosong,

“…Itu adalah malam yang gila.”

Semuanya berjalan seperti biasa sampai ketika dia pulang ke rumah.

Tapi setelah dia masuk kamar mandi, sebuah meteorit jatuh, dan ternyata itu adalah sebuah paket misterius dengan sebuah automata bidadari di dalamnya, pada akhirnya, dia memutuskan untuk tetap berada di gedung yang akan ambruk itu dan melakukan pekerjaan perbaikan diantara hidup dan mati.

“Ah, benar! Apa yang terjadi pada rumahku?”

“Jika itu mengenai rumah yang anda tinggali, Master Naoto,”

Menjawab kata-kata Naoto, RyuZU merespon dengan sebuah tatapan.

Ada asap merah yang membubung di tempat yang sedang dia lihat, lenyap dalam malam gelap.

“Apa itu…apartemen yang aku tempati?”

“Ya. Ada kebakaran dan ambruk setelahnya, oleh karena itu, kita mengungsi disini.”

Setelah mendengarkan baik-baik, dia mendengar sirine pemadam kebakaran diantara suara bising di kota.

Sepertinya taman ini berjarak beberapa blok dari apartemennya; setelah menenangkan diri, dia melihat-lihat, dan memastikan kalau taman ini familiar dengannya.

“…Haha, selamat tinggal, rumahku…jadi sekarang aku seorang gelandangan?”

Naoto tidak bisa mengenang ingatannya saat dia melihat tempat yang dulu menjadi rumahnya, sekarang tidak berbeda dari sebuah tanah kosong.

“Aku juga tidak punya uang. Apa yang harus kulakukan sekarang…”

“Mengenai itu.”

RyuZU bicara dengan tenang,

“Saya mengambil pakaian anda dan barang-barang berharga sebelum rumah anda benar-benar ambruk.”

“Apa?”

Mendengar kata-katanya, mata Naoto terfokus pada benda-benda yang diletakkan di meja.

“Ohh! Dompetku, buku tabungan dan cap bank! Dan headphone-ku!”

Dia memakai headphone murah favoritnya tanpa ragu-ragu. Disamping benda-benda yang sudah disebutkan sebelumnya, ada tas sekolah, seragam, sepatu kets, telepon genggam, dan benda lainnya juga diletakkan di meja.

Sudah mengira kalau barang-barang berharganya sudah hancur menjadi debu bersama dengan apartemennya, Naoto memekik kegirangan melihat hal yang tidak terduga ini.

“Tolong izinkan saya untuk meminta maaf sudah membaca buku tabungan anda atas inisiatif saya sendiri…nama anda adalah Naoto Miura…apa saya benar?’

“Eh?”

Sesaat setelah RyuZU bertanya begitu, Naoto sadar kalau dia belum meperkenalkan dirinya sendiri.

“Ahh…yah, iya.”

“–Kalau begitu.”

RyuZu tetap duduk dalam posisi Seiza sambil merendahkan kepalanya dengan hormat.

“Saya berterima kasih anda telah melakukan penyelarasan pada saya. Selain itu, walaupun saya tidak yakin mengenai detailnya, saya meminta maaf dengan terus terang telah menghancurkan kediaman anda, Master Naoto. Barangkali saya harus mengubur kepala orang-orang yang bertanggung jawab mengenai hal ini di tanah dan menyuruh mereka meminta maaf, untuk saat ini, saya…”

RyuZU itu elegan dan kuno, tapi di saat yang sama, Naoto terpesona oleh kebencian beracun dalam permintaan maafnya.

Spesifikasi yang RyuZU tunjukkan setelah diperbaiki ini membingungkan.

Sesaat setelah dia dihidupkan kembali, dia memiliki kemampuan untuk memilih keputusan untuk mengamati sekelilingnya.

Dia memiliki mobilitas untuk meloloskan diri bersama dengan Naoto dari gedung yang ambruk.

Dan juga, dia bahkan berhasil mengumpulkan semua keuangannya dari gedung yang ambruk saat Naoto kehilangan kesadaran.

Dan yang lebih penting–permintaan maaf yang fasih itu.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan.”

Naoto menggelengkan kepalanya.

“Ngomong-ngomong, aku takjub dengan kemampuanmu, RyuZU, sampai-sampai aku ingin menangis.”

“Itu sempurna. Kalau begitu, Apakah anda mengizinkan saya untuk mendaftarkan anda sebagai Master saya dan melayani anda, Master Naoto?”

RyuZU mengulurkan tangannya ke arah Naoto.

Identifikasi Master.

Ikatan antara seorang Master dan budaknya.

“Eh…?”

Perasaan abnormal yang mendadak ini menyebabkan Naoto merasa bimbang.

“Tidak, itu, tunggu…”

RyuZU memiringkan kepala kecilnya dengan skeptis,

“Kalau begitu, apa ada hal yang membuat anda tidak nyaman? Apa ini karena saya yang tidak memiliki cacat dan sempurna ini akan melukai harga diri anda yang mirip dengan mitokondria jika saya ada di samping anda, Master Naoto?”

–Nada bicara RyuZU sama seperti ketika dia pertama kali diaktifkan.

Kata-katanya ganas, namun, entah kenapa tidak berkekuatan, tidak ada rasa tidak puas yang terbentuk di hati Naoto.

Naoto menggelengkan kepalanya, mencegah pikirannya menjauhi topik pembicaraan, dan menjawab,

“Bukan begitu, RyuZU. Kau ini automata yang hebat, kan?”

‘Ya. Apakah anda sudah mengerti?”

“Ada banyak sekali suku cadang di tubuh kecilmu ini, fungsi dan gayamu terasa indah, kau adalah mahakarya yang sempurna.”

“Ya, saya merasa lega anda memiliki mata yang mengenali keindahan disamping menjadi sebuah lubang kayu, Master Naoto.”

“Tidak peduli jenis merek automata baru apapun, tidak akan ada yang dapat melebihi pesonamu, RyuZU!”

“Ya, itu sudah pasti. Tentunya, saya tidak tahu sama sekali mengenai kemampuan-kemampuan automata terbaru, tapi jika umat manusia dapat membuat alat yang hampir mencapai tingkatan saya, fungsi mekanis saya tidak akan berhenti selama 206 tahun seperti yang lain.”

RyuZU menjawab dengan percaya diri.

Kata-kata itu menyebabkan Naoto berseru dengan kaget.

“206 tahun? Ngomong-ngomong, memangnya kapan kau dibuat, RyuZU?”

“Sekitar 1000 tahun yang lalu.”

“Satu milenium–?”

Kira-kira satu milenium yang lalu.

Dengan kata lain–dia adalah automata yang dibuat saat Bumi dilengkapi dengan gear-gear.

…Ini?

Apa ini automata sempurna yang hanya bisa digambarkan sebagai ‘terhebat’?

–Benar, mengapa aku tidak merasa curiga mengenai hal ini sejak awal?

Apa sebenarnya ‘dia’ ini, automata ini yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan automata terbaru.

“RyuZU…apa sebenarnya kau ini?”

“Apa, maksudnya?”

“Itu yang membuatku penasaran! Kau jatuh dari langit! Kau super imut, dan aura ‘aku adalah teknologi yang superior’ di sekitarmu itu!”

“Lalu?”

“Tidak, itu…bagaimanapun juga, aku ini siswa SMA, tahu?”

“Benarkah? Karena anda dapat memperbaiki saya, Master Naoto, saya percaya kalau anda adalah manusia dengan ketrampilan paling ulung di dunia ini, kan?”

“Tidak tidak tidak tidak! Bagaimana mungkin begitu? Aku hanya seorang siswa SMA biasa, bahkan manusia gagal. Kalau dikatakan, aku ini tidak populer!”

“–Kalau begitu, mengapa anda mengaktifkan hamba?”

Dan kemudian, RyuZU bertanya dengan wajah penasaran.

“Yah, itu…”

Naoto tiba-tiba sadar,

…Mengapa?

RyuZU benar? Apa yang ingin dia lakukan setelah memperbaiki automata itu?

Dia kemudian berhadapan dengan RyuZU lagi.

–Boneka antik ini dibuat lebih dari 1000 tahun lalu.

Memang benar dia memiliki keimutan, kecantikan dan kesempurnaan yang tidak bisa didekati.

…Tapi apa dia terlalu sempurna?

Dia menunjukkan spesifikasi yang melebihi spesifikasi automata militer sesaat setelah dia diaktifkan, bahkan sampai batas yang membingungkan, baik itu percakapan sebelumnya, maupun tampilan emosi. Jika itu adalah ekspresi emosi dan percakapan sehari-hari, automata saat ini bisa melakukannya dengan baik, tapi jelas akan memberikan kesan makhluk buatan.

Sebaliknya, RyuZU memiliki aura manusia yang hidup.

Walaupun dia dibuang 1000 tahun lalu, automata setingkat ini tidak mungkin dibuat oleh manusia. Jika dia adalah boneka gadis pelayan yang dibuat oleh sebuah perusahaan…spesifikasinya terlalu tinggi.

Bagaimana kalau dia dibuat oleh’militer’?

Dia tidak terlihat diproduksi masal; apa dia adalah prototipe dan sebuah senjata yang dibuat secara rahasia?

…Tidak tidak, itu tidak mungkin.

Walaupun dia adalah automata militer jenis terbaru, tidak ada alasan maupun manfaat kalau dia mengambil bentuk seorang gadis muda.

Barangkali dalam aspek teknologi, itu masuk akal, tapi jika seorang gadis senjata generasi baru yang mana secantik itu dirilis, tidak ada keraguan kalau kepala pengembangnya akan melayang.

Semakin dia berpikir mengenai hal itu, semakin dia merasa bingung.

Orang seperti apa yang membuat automata seperti itu, dan dengan niat apa?

–Apa dia dibuat dengan niat yang abnormal?

–Apa sebenarnya ada sebuah rahasia mengejutkan yang tersembunyi di dalamnya?

Setelah memikirkan hal itu, walaupun dia adalah automata yang super imut dan tidak cacat, tidak mungkin dia bisa melakukan kontrak dalam situasi ini.

“–Jadi, begitu…”

Sepertinya RyuZU sudah merasakan pikiran Naoto.

Dia kemudian menarik kembali tangannya tanpa berkata-kata.

Temperamen, ketenangan dan wajah tersenyumnya menunjukkan sebuah emosi yang terlalu realistis.

Karena hal itu, perubahan halus itu jelas terlihat.

“Keberadaan saya…tidak dibutuhkan.”

Sebuah ratapan, satu dari sekian perasaan kesepian dan melankolis karena dia tidak dibutuhkan oleh siapapun.

Di saat itu, sebuah timbangan muncul di pikiran Naoto.

Di sisi lain dia memikirkan resiko jika gadis cantik itu akan diserang kapan saja.

Sisi mana yang lebih berat? Mungkin itulah maksudnya?

…Baiklah kalau begitu.

Naoto tersebyun lebar dalam hati, dan pertama-tama, dia meletakkan RyuZU di bagian sisi kiri timbangan.

Sesaat setelah dia meletakkannya, timbangan itu tertekan turun, menghancurkan meja menjadi pecahan dan menyebabkan lantai hancur berkeping-keping, menghancurkan semua rasionalitas, keraguan, kekhawatiran, dan faktor penting lainnya di pikiran Naoto, menghasilkan sebuah deformasi–

“AKU MINTA MAAAAAAAAAAAAAAAAF!!!! AKU BENAR-BENAR MENGINGINKANMUUUUUUU–!!”

Naoto berlutut dengan kecepatan cahaya.

Dan di saat itu, dia menunjukkan niatnya yang sebenarnya.

“Aku terlalu memaksakan diriku! Aku tidak pernah berniat untuk menyerah mengenaimu! Tidak peduli apapun yang terjadi di masa depan, tolong terus mengurusi kehidupan panjangku mulai saat ini!!”

Dia berteriak saat dia berlutut, kepalanya di lantai, lengannya dianggkat setinggi mungkin.

Benar, itulah pikirannya yang sebenarnya.

Apa perlu dipikirkan lagi? Idiot mana yang akan membiarkan ‘harta karun’ seperti itu pergi!

Pembuat? Pemilik asli? Identitas RyuZU yang sebenarnya? Memangnya aku peduli mengenai hal itu!
Walaupun jika dalangnya adalah ‘militer’ atau perusahaan lainnya; tidak ada masalah selama aku mendapatkan RyuZU. Itu pasti!

“–Kalau begitu, mohon izinkan saya meminjam tangan kanan anda. Selain itu, kalau bisa tolong berdirilah?”

Naoto berdiri seolah-olah dia tertembak, dan dengan cepat mengulurkan tangan kanannya.
Tangan RyuZU mengambil telapak tangan Naoto.

“Kalau begitu, permisi–*aum*”

Jari manisnya diisap oleh mulutnya, dari ujung sampai kedalam .

Sensasi mengejutkan terasa mengalir di punggung Naoto, menyebabkannya mengeluarkan suara dengan tidak sengaja.

Lidah lembab dan lembut Ryuzu sedang berdenyut di dalam mulutnya, menjilati jari manis Naoto dengan lembut seolah-olah sedang memeriksanya, membalutnya, mengaduk-aduk di dalamnya. Cairan pelumas yang disekresikan dari material lembut itu menghasilkan gelembung, mengeluarkan suara menghirup.



Aku akan meleleh. Pikir Naoto.

Naoto memiliki perasaan kalau dia sedang dikonsumsi oleh mulut RyuZU untuk selama-lamanya, mulai dari jarinya. Gadis bidadari cantik ini sedang melakukan aksi cabul memasukkan jari Naoto ke dalam mulutnya, menyebabkan Naoto merasakan rasa bersalah yang tidak bisa dijelaskan dan rasa senang yang tidak bisa dikatakan.
Tepat saat Naoto hampir pingsan karena sensasi menyengat yang membakar pikirannya.

–Suara gear-gear tak terhitung yang berputar dalam RyuZU bisa didengar.

“Nn…ahn…”

Apa ini akhir dari identifikasinya?

Mulut RyuZU pelan-pelan meninggalkan jari Naoto.

Mengabaikan kekosongan pikirannya, Naoto menyentuh wajah RyuZU dengan telapak tangannya yang terbebas. Wajahnya adalah gumpalan kehangatan dan kelembutan…

Mata RyuZU berkaca-kaca saat dia bersandar pada tangan itu, dan di saat yang sama dia menghembuskan napas panas,

“–Seri Initial Y Unit 01–‘Your Slave’ RyuZU mengikrarkan kepatuhan dan loyalitas absolutnya pada Master Naoto, selalu ada disamping anda sampai gear-gear di tubuh ini rusak dan berhenti.”

Kata-kata itu jauh melebihi sebuah ‘Identifikasi Master’ biasa. Malahan, kata-kata itu bisa dibandingkan dengan kata-kata sakral sebuah sumpah pernikahan, yang mana dikatakan oleh RyuZU.
  
***

BAGIAN KELIMA

“Tunggu, aku…ti-tidak…”

Saat matahari pagi bersinar seakan menembus langit biru.

Naoto sedang terengah-engah, kehilangan napasnya dengan memalukan di sisi ruang tangga Jembatan Kamo.

“I-Ini tidak mungkin…RyuZU. Aku benar-benar…tidak bisa melakukan ini lagi.”

“Master Naoto, hamba benar-benar terkesan bahwa tubuh rapuh anda dapat bertahan sampai hari ini mengingat anda terengah-engah dari olahraga setingkat ini.”

“…Setelah, apa yang terjadi kemarin, haa, dan mengingat aku tidak tidur sama sekali, tidak sarapan…aku terkejut kau, memanggilku lemah…saat aku harus, berlari ke sekolah…”

“Hamba merasa terhormat telah menerima pujian anda.”

Sindiran yang berhasil dia katakan setelah mengumpulkan banyak keberanian dengan mudah ditepis.

Mereka berjarak satu jam dari ‘apa yang awalnya’ adalah apartemen Naoto, bergerak sepanjang Kamogawa. Kampus sekolah putih terletak di “Delta Kamogawa”, di persimpangan antara Takanogawa dan Kamogawa

Itulah SMA Tadasunomori yang menjadi sekolah Naoto di Kyoto.

Mungkin aku terlihat begini, tapi aku memang punya catatan kehadiran sempurna. Saat dia berkata begitu pada RyuZU, dia diseret olehnya, berlari sampai ke sini…

Namun, waktu yang ditunjukkan jam tangan adalah 07.12 pagi…terlalu pagi sebelum kelas dimulai

Di hadapan fakta tersebut, Naoto berbicara pada RyuZU dengan berurai air mata,

“Ngomong-ngomong, aku ini gelandangan, aku harusnya lebih mengkhawatirkan soal masalah seperti mencari kasur atau makan malam daripada buru-buru pergi ke sekolah, kan?”

“Tolong tenang saja. Hamba akan menangani semua masalah ini saat anda menghadiri kelas di sekolah, Master Naoto. Jika kecerobohan hamba menghambat anda untuk memiliki catatan kehadiran yang sempurna apapun alasannya, harga diri hamba juga akan hilang.”

Naoto mengangkat alisnya ke arah RyuZU,

“Kalau begitu bagaimana jika Mastermu hampir mati karena kekurangan tidur dan kelelahan yang berlebihan?”

“Itu karena ketidakbergunaan dan kelemahan anda, Master Naoto. Hamba tidak bertanggungjawab mengenai kelalaian pendidikan saat waktu sebelum hamba datang.”

“Hm, walaupun memang benar begitu…”

“Sejujurnya, itu bukanlah urusan hamba.”

“Kau benar-benar berterus terang!”

Naoto, setelah mendengar kekerasan verbal seperti itu, akhirnya malah tertawa.

Setiap kata yang disemburkan RyuZU memang ganas, tapi kata-kata itu tidak menjijikan.

–Pastinya bukan karena aku memiliki hobi baru; Naoto bilang pada dirinya sendiri.

“…Master Naoto?”

“Ah, maaf. Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Aku hanya punya cukup uang untuk makan bulan ini.”

“Hamba tidak pernah mengharapkan kemampuan anda, Master Naoto, jadi tenang saja. Hamba sendiri bisa menghasilkan uang untuk tempat bernaung dan nafkah.”
RyuZU berkata dengan santai.

Dan kemudian, Naoto terlihat tidak senang.

“Apa kau akan bekerja, RyuZU? Itu…”

“Anda memang berkata beberapa hal yang aneh, Master Naoto. Tolong pikirkan dengan akal sehat anda. Bagaimana anda mendapat uang melalui kerja keras?”

“…Ini pertama kalinya aku mendengar logika seaneh itu.”

“Di samping itu, hamba ini milik anda, Master Naoto. Walaupun ini hanya masalah sementara, tidak mungkin secara teori maupun fisik bagi orang-orang dengan latar belakang sederhana untuk menggunakan uang ketika mereka tidak tahu cara mendapatkan uang tersebut.”

“–”

…Apa ini yang mereka sebut sebagai seorang Tsundere?

Bibir Naoto tanpa disadari membentuk senyuman, dan dia buru-buru mengganti topiknya.

“Kalau begitu, apa yang tepatnya ingin kau lakukan…?”

“Master Naoto, jangan terlalu banyak bertanya mengenai hal-hal sepele. Walaupun anda jatuh dalam hitungan, seorang elit harus terus positif setiap waktu.”

“Aku tidak ingat pernah sehebat itu…tapi lupakan saja.”

Naoto menghela napasnya sambil berkata begitu, dan melanjutkan.

“Sebenarnya, aku menghabiskan 3 jam memperbaikimu kemarin, RyuZu…pikiran dan tubuhku benar-benar kelelahan sekarang. Jika kau bisa membantu mengurus hal-hal yang menyusahkan –-----ngomong-ngomong, ada apa?”

Naoto mengangkat kepalanya, dan melihat RyuZU berdiri diam dengan mata terbelalak.

Setelah berpose begitu selama 5 detik,

“…Maaf sudah membuat anda khawatir. Hamba sengaja mengulangi kata-kata tadi 20 juta kali di pikiran hamba agar hamba tidak salah mendengar apa yang baru saja anda katakan, Master Naoto.”

“Eh? A-Apa aku mengatakan hal yang aneh?”

“Anda bilang kalau anda memperbaiki diri hamba dalam 3 jam.”

“Eh, iya. Begitulah.”

“…Bolehkah hamba bertanya sesuatu?”

“Oh. Oke. Apa pertanyaanmu?”

RyuZU meletakkan tangannya di dadanya dengan elegan.

“Bolehkah anda memberitahu hamba–jumlah total gear yang membentuk diri hamba?”

“Erm…4.207.600.008.643?”

“Tolong jawab, berapa jumlah vibrasi regular dalam silinder utama hamba?”

“Bagian terbesar dalam punggung, kan? Kalau tidak salah, jumlahnya 6.254.941.395.”

“…Berapa banyak helaian jaringan syaraf artifisial di dalam pegas hamba?”

“Ada 15.945.549.846 yang langsung tersambung, dan jika menghitung jaringan yang tersambung pada resonan-resonan, jumlahnya menjadi 62.945.634.574.578.”

“…Izinkan hamba untuk memastikan, Master Naoto. Apakah anda sudah melihat rancangan desain hamba?”

“Belum? Memangnya benda seperti itu ada?”

“Tidak ada. Secara logika, harusnya tidak ada, karena itulah hamba bertanya hal ini. Bagaimana anda bisa tahu detail-detail konstruksi hamba?”

“Mengapa?”

“Tidak mungkin menganalisis struktur diri hamba dalam 3 jam saja menggunakan alat simulasi kepekaan ----tidak, begitu pula dengan alat profesional. Oleh karena itu, hamba hanya bisa berasumsi kalau anda sudah pernah melihat cetak biru diri hamba sebelumnya.”

RyuZU bertahan dengan pertanyaannya, dan Naoto terlihat kebingungan sambil memiringkan kepalanya.

“Tapi kau ada di depanku saat ini, tahu? Walaupun aku tidak memeriksa semuanya satu demi satu, aku hanya perlu mendengar untuk memahaminya, kan? Secara logika menurutku.”

RyuZU terus menatap ke arah Naoto dengan skeptis.

“Ini pertama kalinya hamba mendengar akal sehat seaneh itu; suara, ya?”

“Yah, kurasa bisa dibilang sebuah skill. Pendengaranku selalu lebih baik daripada orang lain, jadi telingaku bisa mendengar semua yang ada didalam konstruksi mesin walaupun aku tidak melihanya secara langsung.”

“Dengan kata lain, bahkan diri hamba sekalipun?”

“Ya, aku hanya perlu mendengar. Tubuhmu memang indah, RyuZU. Tidak ada suku cadang berlebih di tubuhmu, jadi aku dengan cepat tahu dimana letak kesalahannya. Ada semacam suara bising dalam suara indah itu, dan aku merasa kesal, jadi aku mulai memperbaikinya. Aku tidak menyesali hal ini.”

“…”

“Hm? Ada apa, RyuZU?”

“Master Naoto.”

“Ya?”

“Master Naoto, anda mesum.”



“Ya…ha? Itu tidak ada hubungannya dengan percakapan kita, kan?”

Naoto terkejut dengan wajah keheranan.

“Sudah waktunya kita berjalan.”

Saat mereka beristirahat, jumlah siswa yang pergi menuju sekolah sudah meningkat. Mereka menatap keduanya saat mereka menyebrangi jembatan, menggumamkan sesuatu di sepanjang jalan.”

RyuZU menatap mereka dengan sikap ingin tahu, dan bertanya,

“…Sepertinya pandangan orang-orang berkumpul ke arah kita. Apa alasannya?”

“Ah, yah, mungkin itu karena seseorang sepertiku sedang bersama denganmu.”
Naoto menjawab, dan RyuZU mengangguk mengerti.

“Sudah tentu kalau hamba yang mirip bidadari cantik ini, hadiah dari surga, pasti akan dikagumi rakyat jelata yang sederhana dan penuh penderitaan. Tolong maafkan diri hamba sudah menanyakan pertanyaan yang tolol seperti itu.”

“Eh, itu sedikit benar, tapi aku juga ada disini.”

“Dengan kata lain, rasa terpesona mereka menjadi berkali lipat karena mereka sudah menyaksikan mutiara surga dalam diri hamba ini berdiri bersama dengan Master Naoto, orang yang paling dibanggakan umat manusia?”

“Tidak, sebenarnya mereka berpikir ‘mengapa orang brengsek tak berguna itu bersama dengan seorang gadis yang super imut itu’?”

“Master Naoto, hamba memang merasa kalau penampilan anda sangat kampungan, tapi pastinya tidak akan ada yang berubah meskipun anda dicaci maki  manusia-manusia yang lebih rendah dari semut yang merayap di tanah.”

“Akupun pasti akan menangis jika kau terus bersikap begitu.”

Naoto hampir pingsan di tempat, tapi dia menggelengkan kepalanya,

“Pokoknya, tidak masalah. Aku patut menerimanya, dan aku sudah terbiasa dengan itu.”

Tapi ketika menjawab kata-katanya, RyuZU menggelengkan kepalanya dengan tidak senang.

“Tidak, itu tidak bagus sama sekali.”

“Mengapa?”

“Karena itu tidak masuk akal dan tidak bisa dijelaskan. Hamba tidak mengerti alasan mengapa sekelompok orang ini menganggap anda sebagai orang yang rendahan?”

Naoto menaikkan alisnya dengan tidak percaya.

“Kalau begitu aku ingin bertanya, seberapa tinggi kau berpikir mengenai aku ini, RyuZU?”

“Master Naoto, anda adalah satu-satunya manusia yang dapat memulihkan hamba dari keadaan rusak.”

“Tapi bukankah itu hanya hal yang kau lihat, RyuZU? Sebagian besar orang-orang tidak memikirkanku seperti itu.”

“Itu karena mereka adalah makhluk rendahan dan tidak tampan yang tidak dapat mengerti–”

“Tapi merekalah yang membentuk masyarakat, RyuZU. Mereka yang tidak bisa dimengerti oleh semua orang itu tidak berbeda dengan benda tidak hidup; inilah peraturan masyarakat ini.”

…Setelah terdiam lama, RyuZU bicara dengan tidak senang,

“Hamba mengaku kalau dibantah oleh anda itu menjengkelkan, Master Naoto, tapi hamba juga mengakui kalau apa yang anda katakan itu masuk akal.”

“Jadi kau mengerti. Apa ada pertanyaan lain?”

“Maaf. Ada hal lain lagi yang mau hamba tanyakan?”

“Hm? Apa itu?”

RyuZU memanggil Naoto saat Naoto hampir pergi, terlihat mempertimbangkan sesuatu, dan bertanya dengan sikap menyelidik.

“Sepertinya makhluk yang disebut manusia itu memiliki kebiasaan aneh yaitu menggunakan daya tarik mereka pada sejumlah besar lawan jenis sebagai simbol superioritas.”

“Aku benar-benar ingin tahu darimana tepatnya kau mendengar hal itu; yah, lupakan saja, kau benar. Jadi?”

“Apa itu elemen 'daya tarik’ yang biasanya dimengerti dalam kelompok anda, Master Naoto?”

“Hm? Itu topik yang cukup jauh…”

Naoto memiringkan kepalanya sambil berkata begitu.

“Pokoknya, orang-orang populer itu khususnya akan mendapat opini yang tinggi. Mereka memang dikelilingi orang-orang di sekitar mereka.”

“–Dimengerti.”

“Aku tidak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi, tapi aku akan pergi duluan?”

“Baiklah. Hamba akan menemui anda lagi nanti, Master Naoto.”

Naoto pergi menuju kampus sekolah, merasakan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dari tatapan RyuZU.

Dia melewati pintu samping dimana loker sepatu berada, dan langsung pergi menuju pintu masuk utama. Sepatu dalam ruangannya sudah lama dicuri, jadi dia hanya meminjam sepatu dalam ruangan untuk tamu.

Dia buru-buru pergi menuju ruang kelas saat suara langkah kaki terdengar.
Ada dengungan di koridor saat dia mendekati kelasnya, tapi tidak ada yang menyapa Naoto saat mereka bertemu dengannya. Jika ada perbedaan dari sebelumnya, itu adalah adanya gelak tawa dan gumaman berkala diantara mereka.

Dia memasuki kelas, meletakkan tasnya di bangku yang sudah dicorat-coret penuh yang sangat disayangi olehnya, dan duduk di kursi. Itu adalah rutinitas sehari-hari Naoto untuk berpura-pura tidur sampai bel kelas berbunyi, sebagai sarana menghabiskan waktu.

Dia menyandarkan tubuhnya, dan tiba-tiba mengingat kembali apa yang RyuZU katakan.

“Opini, ya…?”

Sejujurnya, dia memang tidak tertarik.

Orang aneh yang mencuri banyak perhatian banyak orang akan diterima hanya dengan mengatakan hal yang benar, sedangkan orang aneh yang tidak berguna akan diperlakukan sebagai kambing hitam.

Dia tidak berniat untuk bersembunyi, baik itu ketidak cakapannya sendiri maupun anomalinya.

Oleh karena itu, ini adalah sesuatu yang patut dia dapatkan. Ini menyusahkan, tapi dia tidak bisa menyelamatkan apapun.

Dia memikirkan hal itu sambil bersandar di meja, dan benar-benar merasa mengantuk.

…Yah, banyak hal terjadi pagi ini, jadi kurasa ini akan terus berlanjut…

Biasanya, dia akan terbangun setelah guru absen masuk, tapi dia akan tidur hari ini.
Dan begitulah, Naoto bertahap jatuh dalam tidur yang dalam.

***

BAGIAN KEENAM

“–Nn..?”
Keributan aneh di kelasnya menyebabkan Naoto terbangun.
Apa sudah waktunya istirahat makan siang? Dia menatap jam dinding, dan melihat kalau sekarang jam 10.46 pagi.
Dengan kata lain, periode ketiga dimulai, dan dia hanya tidur selama 2 jam.
Apa yang sedang mereka ributkan? Naoto mengangkat kepalanya dengan skeptis.
“Ah…ini mendadak, tapi aku akan memperkenalkan siswa pindahan baru.”
Guru jam pelajaran ketiga berdiri di podium bersama dengan seorang gadis.
Itu adalah gadis cantik yang keberadaanya sendiri dapat menarik tatapan orang lain.
Dia memiliki rambut perak murni yang lurus, kulit putih kristal, bibir tipis berwarna merah muda, pipi berwarna merah, dan mata keemasan yang bercahaya seperti sebuah mahkota.
Gadis cantik yang tidak ada satupun dari umat manusia dapat membayangkannya itu menyebabkan semua orang terpaku.
“…Sedang apa kau?”
Naoto tidak sengaja berbicara dengan terkejut.
Gadis yang berdiri di podium mungkin mendengarnya, karena dia mengambil satu langkah ke depan dan melambaikan tangan kecilnya ke arahnya.
Disaat itu, kelas, yang sudah benar-benar terpesona oleh gadis cantik yang tidak ada bandingannya itu, mengalihkan banyak pandangan mereka menuju teman sekelas mereka yang terkucilkan dan tidak mengesankan.
“Nama saya adalah RyuZU Yourslave. Saya akan menjadi teman sekelas kalian semua, tapi saya tidak tertarik untuk menghabiskan waktu apapun bersama dengan rakyat jelata, jadi tidak masalah jika kalian tidak akrab dengan saya.”
Gadis berambut perak itu menyapa dengan senyuman indah, dan Naoto pingsan di meja.


*** 

BAGIAN KETUJUH

"Hamba berasumsi kalau ini jelas akan menunjukkan ‘daya tarik’ anda kepada kelompok anda.”
“–Ahh…yah, iya, kurasa. Tapi apa kau tahu istilah berlebihan?’
Naoto mengangkat bahunya di hadapan tatapan-tatapan dari sekelilingnya.
Ada iri hati, kebencian, rasa jijik, kedengkian…jika tatapan-tatapan itu dapat menyebabkan luka fisik, Naoto sudah tercabik-cabik sampai habis.
“Jika pihak lainnya adalah gadis cantik sepertimu, RyuZU, ini akan menjadi ‘mengapa orang itu’?”
“..Ini adalah pendapat jujur diri hamba, tapi hamba merasa mengajari sapi berjalan dengan kaki belakang mereka itu lebih mudah daripada mencari rasionalitas pada manusia.”
“Ya, aku tidak bisa menyangkal hal itu.”
Bagi Naoto, hari ini sudah menjadi siksaan baginya mulai dari jam pelajaran ketiga dan seterusnya.
RyuZU mengambil bangku di sebelah Naoto dengan paksa, dan menempel padanya saat pelajaran berlangsung. Saat waktu istirahat makan siang di kafetaria, RyuZU duduk dengan posisi diagonal ‘Ah–‘ dan menyuruh Naoto menyuapinya dengan nada suara yang monoton. Setelah itu, mereka pergi ke taman di halaman, dan dia memegang kepala Naoto, dan memberinya sandaran dengan paksa…
Walaupun Naoto bukanlah tipe orang yang memang peduli cara pandang orang lain padanya (jika dia memang peduli, dia tidak akan lagi dapat memproklamirkan dirinya sendiri sebagai orang aneh), dia tidak cukup berani untuk menyandar pada RyuZU saat sabitan tekanan yang mengarah padanya dapat mencabik-cabik habis dirinya.
RyuZU juga melakukan semua jenis aksi intim dengannya tanpa batasan apapun. teman sekelasnya hanya menonton mereka berdua dari kejauhan, tidak bertanya hal-hal yang biasa ditanyakan pada siswa pindahan. Beberapa siswa pemberani mencoba menyapa hanya setelah sekolah selesai.
Namun…
“E-Erm, apa kau punya waktu?”
“Ya? Apa ada yang kamu inginkan dari saya?”
“Ah, i-iya. Mengenai pindahanmu, seharusnya ada–”
“Tapi saya tidak punya alasan tertentu untuk mencarimu. Permisi.”
“Kalau ada pertanyaan apapun–eh?”
“Hei! RyuZU kau benar-benar cantik!”
“Ya, saya tahu. Lalu?”
“…Eh, tunggu dulu. RyuZU–”
“Bisakah kamu tidak memanggil nama saya langsung dengan pecahan otak itu? Dan tolong jangan memanggil nama saya dengan akrab begitu dan pahami posisi –-----tidak, saya tidak perlu mengulanginya. Itu hanya akan menghabiskan waktu saja.”
“Ah–Aku siswa kelas dua…”
“Saya mengira kamu benar-benar membenci saya, dengan sengaja datang jauh-jauh kesini dari lantai atas dan merusak suasana hati saya. Saya meminta maaf kalau indra saya tidak cukup sensitif untuk bisa peduli pada semut manapun, jadi tolong kembalilah.”
“Eh, tidak, tapi–aku ini cukup pop–”
“Saya sudah bilang untuk pergi dari hadapan saya, atau –----apa bahasa manusia itu terlalu sulit untuk kamu mengerti?”
“Ah–”
“Jika kamu sudah memikirkannya dengan matang dan sudah berencana mengatakan sesuatu yang akan menghabiskan oksigen di Bumi, dimana banyak nyawa telah berkorban dengan mulia untuk panas eksotermismu dan waktu saya yang tidak bisa tergantikan ---------silakan lanjutkan.”
Bisa dibilang kalau tubuh orang-orang tergeletak dimana-mana.
RyuZU terus memberikan senyuman bidadari pada Naoto setiap kali dia berbicara padanya, tapi memasang ekspresi kaku saat bicara pada orang lain, monoton ketika berbicara, kata-kata iblisnya menusuk orang-orang.
Dan begitulah, ada anak laki-laki dan perempuan, lebih dari 20 orang, terkena luka yang sangat dahsyat saat Naoto dan RyuZU meninggalkan kelas sampai saat mereka sampai di gerbang sekolah.
  
***

BAGIAN KEDELAPAN

Setelah mereka keluar melalui gerbang sekolah, Naoto dan RyuZU turun menuju Sungai Kamogawa.
Mereka pergi menuju perempatan di Demachiyanagi, melewati pria tua yang sedang berlari dengan semangat dan para mahasiswa yang sedang berlatih dengan instrument musiknya.
RyuZU berbalik dan melirik ke arah Naoto, yang berjalan dengan langkah berat.
“Anda terlihat sedikit lesu, Master Naoto.”
“Eh, iya…berkat dirimu, kurasa inilah rasanya ketika sedang gelisah…”
“Anda memang kucing penakut sampai-sampai memikirkan tatapan-tatapan yang biasa-biasa saja -----walaupun hamba tidak terlalu terkejut dengan hal ini.”
“Sudah cukup. aku melihat diriku dalam alam yang baru sekarang.”
Naoto menurunkan tubuhnya dengan depresi, dan berkata,
“–Ngomong-ngomong, aku punya pertanyaan. Bagaimana kau bisa masuk sekolah?”
RyuZU menjawab dengan tenang mengenai faktanya,
“Tentu saja, hamba memberikan formulir permintaan pindah.”
“Waupun kau mengatakannya dengan sangat reaktif, apa sangat mungkin, kau mengirimkan permintaaan pindah pagi ini, dan menyelesaikannya hari ini juga?’
“Hamba hanya ‘mengobrol’ dengan kepala sekolah.”
“…’Mengobrol’?”
“Tidak apa-apa jika anda tidak mengerti, Master Naoto.”
“Tidak tunggu dulu, mengapa aku punya firasat buruk mengenai hal ini?”
“Bukan hal yang besar. Hamba hanya melakukan beberapa pengaturan pada aksesoris di rambut hamba, dan bahkan saat hamba serius, hamba hanya mengatakan beberapa kata saja.”
“Sebuah ancaman!? Itu ancaman, kan!?”
“Tidak. Hamba hanya menyatakan sebuah harapan ‘kecil’ tepat setelah obrolan kami.”
“…Jadi, RyuZU, kau sudah bilang kalau kau akan menangani tempat bernaung dan uang. Apa kau melakukannya dengan metode kriminal…?”
“Master Naoto.”
RyuZU berbicara dengan senyuman memikat,
“Ngomong-ngomong, menurut akal sehat– perbuatan tersebut adalah kejahatan hanya saat ketahuan, kan?”
“……Benar, aku hanya akan berpura-pura tidak pernah mendengar apapun. Ngomong-ngomong, kau bilang kau menemukan tempat untuk kita tinggal. Dimana?”
“Kita akan melihatnya segera. Tempatnya adalah sebuah hotel tepat di sudut gedung itu, yang bernama ‘The Uh-huh’.”
“……RyuZU?”
Naoto tiba-tiba berhenti berjalan, dan bertanya,
“Kalau aku ingat dengan benar, bukannya itu adalah hotel cinta?”
Setelah mendengar keraguan Naoto, RyuZU membelalakkan matanya,
“–Seperti yang anda bilang. Tapi agak mengejutkan untuk mendengar hal ini dari anda, Master Naoto. Apa anda pernah menggunakannya sebelumnya?”
“Itu tidak mungkin. Hanya orang-orang populer di kelas saja yang sering menggunakannya ----tunggu, itu bukan masalahnya sama sekali! Bagaimana mungkin kita bisa tinggal di sebuah hotel cinta?”
“Tapi hotel cinta ‘The Uh-huh’ itu secara kebetulan memiliki harga paling murah di area yang kita tinggali, Kyoto. Fasilitas untuk penghuninya paling memadai.”
“Itu bukan masalahnya! Kalau aku terlihat berjalan keluar dari sebuah hotel cinta bersama denganmu, aku akan dikeluarkan dari sekolah dengan segera, RyuZU.”
“…Itu benar-benar tidak bisa diterima. Kalau begitu, hamba akan mendengar usulan alternatif anda yang lebih baik, Master Naoto.”
RyuZU mengkerutkan dahinya, terlihat sedikit tidak senang sambil berkata beberapa kata kasar. Tapi, Naoto memutar otaknya dengan panik,
“…Po-Pokoknya, ayo tinggal di kafe manga untuk malam ini!”
Naoto memegang tangan RyuZU dan berjalan pergi.
Mereka terlambat karena pergi ke arah hotel cinta sebelumnya, dan karena itu, kerumunan sudah berkumpul saat mereka berjalan melalui jalanan toko belanja, hari mulai gelap secara bertahap.
Matahari sudah terbenam sepenuhnya saat mereka akhirnya menemukan kafe manga yang cocok.
“Ini bagus. Jika kita menunggu sedikit lebih lama, kita bisa mendapat paket malam–”
–Naoto berpaling ke arah RyuZU, dan ekspresinya menjadi suram.
Tiga orang mengelilingi RyuZU tanpa disadarinya.
Mereka semua adalah pemuda, mungkin sebaya dengan mahasiswa. Orang bisa berkata kalau sekumpulan burung akan bergerombol, karena penampilan mereka berantakan, pakaian mereka kotor, dan mereka memakai berbagai macam aksesoris mencolok yang berdenting.
Salah satu dari mereka, preman A sedang mencoba merayu RyuZU dengan sikap sok kenal.
“Hei hei hei! Kau ini gadis yang luar biasa cantik ya?”
“Ya? Lalu?”
“Ahhahaha, dan kau bahkan bilang ‘Lalu’? kau memang benda yang superior.”
“Hei hei–kau mau bermain dengan kami? Kami akan mentraktirmu sesuatu nanti~”
Naoto dengan segera memahami apa yang sedang terjadi.
Preman-preman ini, A, B dan C sedang berkumpul dengan licik mencoba memburu mangsa terbaik, RyuZU.
Biasanya, dia tidak ingin terlibat dengan orang-orang seperti itu. Dia tidak akan perhatian sedikitpun pada kedua pihak, dan bahkan jika dia bertemu dengan mereka, dia hanya akan tertawa dengan tolol dan pergi menjauh. Namun------
“!!”
Sensasi terbakar menyala di dalam Naoto.
Meninggikan tekanan, dia memegang tangan RyuZU.
“Ayo pergi, RyuZU.”
“Oke.”
RyuZU juga mengangguk, siap untuk pergi menjauh. Namun, ketiga preman itu tidak melepaskan dia begitu saja.
Dua dari mereka mengelilingi Naoto dan RyuZU dari bagian depan, menghalangi mereka.
“Tunggu sebentar, ini pelanggaran, apa yang kau lakukan?”
“Gadis ini akan berkencan dengan kami nanti, tahu? Menyingkirlah, bocah.”
Preman A dan B melirik dengan cabul.
Preman terakhir, si C menatap Naoto dengan mata merah.
“Memangnya kau ini siapa? Pacarnya?”
“Lelucon yang bagus, Taku! Itu tidak mungkin! Pastinya!”
Trio itu tertawa, dan preman A, yang pertama kali mendekat, mengulurkan tangannya ke arah RyuZU.
Naoto menyadari tingkahnya, dan dengan segera menepis tangannya.
“–Aw…apa-apaan kau ini, hah!?”
Kesabaran trio itu menghilang, kemarahan menyala di mata mereka.
Walaupun begitu, Naoto berteriak didorong oleh emosinya,
“Diamlah, apa kalian tidak memeriksa diri kalian dengan benar dan tahu siapa yang bisa kalian dapatkan dan tidak bisa kalian dapatkan, dasar homosapien jadi-jadian!? Kalian hanya tidak tahu malu, dasar sampah berjalan!”
–Apa yang sedang aku katakan saat ini?
Bagian pikirannya yang sedikit lebih tenang sedang memperingatinya begitu.
Walaupun preman-preman ini terlihat tidak sehat, mereka adalah 3 orang pria muda, dan dia hanyalah seorang anak laki-laki pendek dan kurus berumur 16 tahun.
Jika ini berakhir menjadi sebuah perkelahian, tidak peduli bagaimana dia berusaha, masa depan satu-satunya yang menunggunya hanyalah menjadi  karung pasir
Jika dia menangani hal ini dengan cara tidak langsung, mungkin dia bisa kabur dengan selamat -----namun, dia tidak menyesal sedikitpun.
Walaupun kejadian seperti ini terjadi lagi, dia pasti akan melakukan hal yang sama ----tidak, dia mungkin akan menendang pihak lainnya sekali-kali.
–Benar, jika mereka berani melakukan hal apapun pada RyuZU,aku akan melakukan apapun untuk melindunginya–
Wajah para pria itu berubah karena marah, berniat untuk mencengkeram Naoto.
Dan Naoto menggigit bibirnya sambil menatap balik.
Dengan segera,
“…Master Naoto, terima kasih banyak.”
Suara yang menyegarkan bisa didengar.
“–Pemahaman hamba terhadap anda sudah meningkat sebanyak satu derajat.”
“Eh?”
Naoto tidak sengaja bertanya balik.
Dan kemudian, keliman rok RyuZU sedikit terbuka.
Hanya itulah yang bisa dilihat oleh mata Naoto.
Namun, tiupan angin dan suaranya terlihat seperti memiliki ‘sesuatu’ saat angin dan suaranya itu melaju ke depan, terlihat seperti menyambar ketiga pria itu.
Hal ini diikuti dengan suara aneh.
Baju, celana, aksesoris, sepatu, pakaian dalam, dan bahkan rambut para pria itu tercabik-cabik seperti ada sebuah trik sulap yang rumit.
“–Saya benar-benar minta maaf.”
RyuZu mengangkat keliman roknya sambil membungkuk ke arah trio pria itu, yang sekarang dalam keadaan telanjang dan tergeletak di tanah,
“Suasana hati saya sudah tidak menyenangkan karena sikap orang-orang kacau ini pada Master Naoto, jadi sayau mau tidak mau mengambil tindakan. Tapi saya tidak berniat untuk merenungkan hal ini.”
“Ah, erm, ah…”
“Sebagai hadiah yang patut untuk kalian, kalian harusnya senang karena kalian tidak pernah menyentuh Master Naoto sedikitpun. Tidak peduli semesum apapun Master Naoto ini, saya tidak berpikir kalau dia akan senang melihat kepala yang terpotong.”
RyuZU menunjukkan senyuman tipis di wajahnya.
Tapi ekspresinya sedingin titik nol absolut, seakan-akan sedang menatap lalat-lalat yang hinggap di daging busuk.
Tidak peduli segila apapun seseorang, dia pasti akan mengerti apa yang RyuZU coba katakan dengan jelas.
Trio telanjang itu mengambil langkah seribu seperti anjing liar, dan kegaduhannya membesar karena teriakan bisa terdengar, bersama dengan teriakan jelas para polisi.
“…O-Oke kalau begitu, ayo pergi ke kafe manga. Pergi keluar malam-malam itu terlalu berbahaya, RyuZU!”
Naoto terburu-buru mendorong punggung RyuZU saat pergi menuju toko.
Dia adalah pelanggan tetap di kafe manga ini.
Toko ini lebar dan terang, benar-benar bersih di dalamnya. Fasilitasnya juga dirawat dengan baik, dan bar minumannya juga memiliki pilihan yang banyak.
RyuZU berhenti, dan melihat-lihat.
“…Tempat ini lumayan, kayaknya.”
Dia mencibir tidak senang.
“Tapi hamba masih berpikir kalau lingkungan dalam “The Uh-Huh” itu lebih baik. Master Naoto, apa anda lebih menyukai tempat yang sempit daripada tempat nyaman yang luas?”
“Ugh, jangan bicarakan hal itu lagi. Lupakan saja, oke?”
Keduanya mendekati area penerimaan tamu, dan seorang pegawai pria muda berjalan keluar dari bagian dalam. Saat melihat RyuZU untuk pertama kalinya, dia tertegun selama sesaat, tapi dengan segera menyapanya dengan senyuman, seolah-olah mengganti suasana hatinya.
“Se-Selamat datang. Apa anda punya kartu anggota?”
Naoto menyerahkan kartu anggotanya.
“Aku ingin paket malam.”
“Jika anda memulainya sekarang, anda harus membayar sekitar 1 jam dengan harga biasa. Apa tidak apa-apa?”
“Tentu. Aku akan mengambilnya.”
“Terimakasih sudah menggunakan jasa kami. Kamar seperti apa yang anda inginkan?”
Untuk sesaat, Naoto tidak tahu bagaimana dia harus menjawab.
Dia terlihat kebingungan saat melihat map interior yang diberikan oleh pegawai itu. Ada kamar kafetaria, kamar kotak, kamar bisnis, kamar santai…bermacam-macam kamar, tapi mengingat kalau dua orang harus tinggal bersama…
Saat Naoto sedang plin-plan mengenai hal ini, RyuZU maju selangkah dari samping.
“Tolong beri kami kamar untuk pasangan.”
“Eh…?”
“Dimengerti. Kalau begitu kamar keempat.”
RyuZU mengabaikan Naoto yang sedang terkejut, dan menyelesaikan prosedurnya dengan cepat sebelum menerima kartu dan kwitansi.
“Tunggu RyuZU!? Apa kamar untuk pasangan itu?”
“Bukannya itu yang anda inginkan, Master Naoto? Hamba bisa merasakan kalau anda punya pikiran mesum tentang memeluk diri hamba dengan penuh semangat di sudut sempit dibandingkan dengan berbaring di kamar yang luas. Bukannya anda merasa berterimakasih untuk wawasanku ini?”
“Bukan begitu! Aku tidak pernah berpikir begitu!”
“Menggunakan pertimbangan itu, kemudian hamba memiliki penjelasan yang cocok mengenai alasan mengapa anda menolak memasuki hotel cinta dengan keras kepala.”
“Aku masih di bawah umur!”
“Tenang saja, Master Naoto, tidak perduli nafsu unik apa yang anda miliki bahkan jika itu sampai membuat masyarakat tidak menerimanya, hamba akan menerima semuanya tanpa pengecualian.”
“Aku bilang ----tidak, lupakan saja. Kalau dipikir-pikir, ini lebih aman.”
“Ya. Sepertinya keamanan disini tidak terlalu baik. Walaupun tidak akan ada masalah selama hamba ada disini, menghindari bahaya itu penting.”
“Ah, iya…”
Menghindari bahaya bagi orang lain, Naoto bergumam.
–Jika beberapa idiot menggoda RyuZU di toko, akan ada pembunuhan…!
Setelah mereka memasuki kamar yang ditentukan, Naoto dengan segera menjatuhkan dirinya ke atas sofa.
“…La-Lama sekali…”
Tubuhnya benar-benar lesu, terasa seperti timah
Jika ini terus berlanjut, aku akan tidur seperti karung tanah. Tidak boleh begitu. Naoto mengambil napas dalam-dalam untuk menguatkan dirinya, dan perlahan-lahan berdiri.
“Master Naoto, anda mau pergi kemana?”
“Aku akan menggunakan kamar mandi. Aku tidak akan merasa nyaman tidur saat aku berkeringat begini.”
“Begitu ya. Dimengerti.”
Naoto melewati RyuZU saat RyuZU merendahkan kepalanya, dan pergi langsung menuju kamar mandi.
Tapi sesaat setelah berjalan, dia berjalan dan berbalik.
Dan kemudian, dia bertanya pada RyuZU, yang sedang menatap kosong ke arahnya,
“Jadi, mengapa kau harus mengikutiku?”
“…? Anda menyuruhku untuk menggosok punggung anda kan?”
“Aku tidak pernah bilang seperti itu!”
“Benarkah? Tapi kelihatannya anda tidak mau jujur dengan nafsu anda sendiri, Master Naoto. Karena itu, hamba mencoba menginterpretasi niat anda yang sebenarnya dan tersembunyi dalam kata-kata anda.”
“Tidak apa-apa jika kau tidak mencoba menginterpretasinya!”
“…Benarkah? Baiklah kalau begitu? Apa anda tidak ingin hamba melepaskan pakaian anda di ruang yang sempit itu dan memberikan pelayanan khusus dengan sabun cair dan spons?”
“…”
“Master Naoto?”
“…Tidak apa. Tidak perlu begitu. Aku akan mandi sendiri.”
“Dimengerti. Hamba akan kembali ke kursi hamba dan menunggu anda kembali.”
“…Ya. Sampa jumpa lagi.”
RyuZU membungkuk dan kembali ke kursinya
Setelah RyuZU benar-benar hilang dari pandangannya, Naoto tidak sengaja jatuh berlutut.
Dia menyeka air mata di matanya, bergumam pada dirinya sendiri,
“…Apa yang sedang kulakukan…?”

***

BAGIAN KESEMBILAN

“Wah!? Apa ini!?”
Setelah mandi, Naoto kembali ke kamar dengan tubuh yang terasa segar, dan melihat segala macam majalah dan manga yang menumpuk di dalam ruangan.
RyuZU, duduk di sofa, sedang menelusuri halaman-halaman majalah dan manga dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.
Dia berhenti membalikkan halaman untuk beberapa saat, dan menatap ke arah Naoto.
“Selamat datang kembali, Master Naoto.”
“Ah, ya, aku kembali…apa yang sedang kau lakukan?”
“Ini adalah bagian dari pengumpulan data. Fungsi mekanis hamba sudah berhenti selama 206 tahun, jadi hamba merasa kalau diri hamba perlu mengetahui pengetahuan modern sebanyak mungkin.”
“…Termasuk manga-manga itu?”
“Hiburan populer adalah unsur penting untuk referensi.”
“Be-Begitu ya…aku lelah. Kalau begitu aku akan tidur.”
“Nn, kalau begitu selamat malam.”
Setelah itu, RyuZU duduk dengan posisi Seiza, menghadap Naoto.
Naoto duduk di sampingnya, dan berkata,
“RyuZU…kau tidak perlu tidur karena kau itu automata. Bagaimana dengan pegasmu?”
“Tolong jangan khawatir. Pegas hamba berputar kembali secara otomatis.”
“Oh, Begitu…eh, berputar otomatis? Walaupun didalamnya ada lebih dari 4 triliun gir?’
“Ya. Lalu kenapa?”
Naoto mengambil nafas dalam-dalam, dan mengangguk,
“–Tidak, yah. Ini aneh kalau aku tidak bisa melakukan hal seperti itu.”
Bahkan generasi automata terbaru harus diputar pegasnya seminggu sekali…Naoto sekali lagi menyadari spesifikasi tinggi yang dimiliki RyuZU. Sebuah fungsi aktivasi pegas belaka tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan kapabilitas yang sudah dia tunjukkan sampai saat ini…
Setelah meyakinkan dirinya sendiri mengenai hal itu, Naoto bersandar pada lengannya sendiri, dan menutup matanya.
Dan kemudian, nada tabah RyuZU dapat didengar.
“–Apa anda mengabaikan hamba?”
“Eh?”
Naoto tidak sengaja membuka matanya.
Dia melihat wajah sangat tidak senang RyuZU berjarak beberapa inci darinya, and mendekat.
“Apa anda mengabaikan bantal pangkuan hamba?”
Dia menepuk pahanya sambil berkata begitu.
Naoto membelalakkan matanya, dan bertanya,
“…Benarkah?”
“Kita melakukannya saat istirahat makan siang. Sekarang anda adalah Master hamba, Master Naoto. Apa ada hal yang membuat anda tidak nyaman mengenai hal itu?”
“Tidak, tidak masalah sama sekali.”
Naoto menjawab dengan cepat, dan membaringkan kepalanya dengan lembut di atas paha RyuZU.
Sensasi hangat dan lembut seakan-akan membuatnya merasa meleleh di dalam tubuhnya, dan dia sedikit menghembuskan nafasnya, melengkungkan tubuh kecilnya di sofa, dan setelah dia menutup matanya, rasa kantuk menghampirinya.
“Master Naoto.”
“Hm?”
“Hamba sudah mengawasi anda hari ini.”
“Ya.”
“Izinkan hamba untuk berterus terang, anda sungguh orang yang penuh teka-teki.”
“Mungkin. Aku tidak menyangkalnya.”
“Ya. Selain itu, hamba pikir anda terlalu rendah hati.”
Naoto mendengus tidak senang.
“Maaf…kau sudah bertemu dengan pemilik yang jelek ini.”
“–Memang benar kalau bersikap rendah hati itu sangat penting…tapi…”
Naoto bersiap untuk mendengarkan baik-baik kalimat RyuZU selanjutnya.
“…Lupakan saja. Bukan hal yang penting -----selamat malam.”
“…Ya.”
Naoto dengan cepat tenggelam dalam tidur yang lelap.
RyuZU membelai rambutnya dengan lembut sambil berbisik,
“…Bagaimana tepatnya Master Naoto melihatku?”
Tidak ada jawaban
RyuZU juga tidak berharap medapat jawaban.
Melalui observasi yang dia lakukan selama sehari penuh, dia bisa yakin kalau Naoto hanya tertarik pada robot.
Kalau begitu, apa yang dia harapkan dari automata tanpa bandingan ini hanyalah sebuah mesin yang luar biasa.
Tapi jika itu memang benar, mengapa dia memperlakukannya seperti seorang gadis manusia?
“Ini, benar-benar sulit dimengerti.”
RyuZU tersenyum pahit, menurunkan pandangannya, dan mengingat kembali perkelahian tadi.
Dia tidak bisa merasakan apakah Naoto memperlakukannya seperti barang miliknya atau sebagai seorang gadis, tapi Naoto memang berniat untuk melindunginya.
…Dia benar-benar menghargaiku.
Hanya hal itu yang dia yakini, dan itu sudah cukup.

RyuZU tersenyum, tidak menunjukkan niat jahat apapun sambil terus menyisir rambut Naoto.

***
  
BAGIAN KESEPULUH

Sudah 26 jam sejak seluruh pasukan mulai menganalisis.
Analisisnya berjalan dengan sukses.
Mereka sudah memeriksa keadaan lantai 2 dari menara utama yang memiliki 27 lantai ini.
Sayangnya, mereka belum menemukan dimana letak masalahnya. Tapi jika mereka terus melaju dengan kecepatan ini, mereka dapat selesai menganalisis seluruh gedung dalam 2 minggu.
Walaupun mereka sudah mendapat alasan seperti itu -----Marie tidak bisa memaksakan dirinya untuk merasa sangat senang.
“…Ini berjalan terlalu lancar.”
Benar, inilah bagian anehnya.
Jika mereka menjalankan pekerjaan mereka dengan lancar, cara menyimpulkannya dengan sederhana adalah, ‘Tidak ada yang menghambat mereka’.
Orang yang mengganggu seharusnya adalah ‘militer’.
Tentu saja, karena kesepakatan. ‘Militer’ tidak bisa menghambat mereka dengan terang-terangan, dan paling tidak akan meminta untuk ‘membantu’; kemudian ‘Meister Guild’ akan menyatakan terima kasihnya mengenai permintaan itu, dan menolaknya supaya bisa menyelesaikan pekerjaan mereka dengan sukses. Namun, ‘militer’ sudah mengembangkan sebuah ego, karena mereka sudah memelihara fungsi kota sehari-hari sebagai pengurus, dan tidak akan memperlakukan ‘orang luar’ manapun terlalu baik setelah mencampuri pekerjaan mereka. Mereka harus mempertahankan reputasi mereka di hadapan penduduk kota.
Pada akhirnya, ‘militer’ akan menggunakan informasi rahasia atau tanggungjawab sebagai perisai untuk mencampuri pekerjaan ‘Guild’. ‘Guild’ akan menyelesaikan pekerjaan mereka sambil menghindari ‘militer’.
Bagi ‘militer’, ‘Guild’ hanyalah burung pemakan bangkai yang berharap untuk mencuri pekerjaan mereka dan mendapat penghargaan.
Bagi ‘Guild’, ‘militer’ hanyalah sebuah organisasi tidak kompeten yang penuh dengan udara panas.
Itulah organisasi yang sudah dihadapi oleh Marie dan yang lainnya sampai saat ini. Namun–
“Kita hanya melihat beberapa anggota Angkatan Teknis hari ini.”
Mereka tidak peduli.
Mereka membuat sebuah ‘permintaan’ saat kelompok Marie tiba, dan di titik ini, ada seorang anggota Angkatan Teknis yang berperan sebagai pengawas, menonton perbuatan mereka tanpa kata-kata.
Tapi hanya itu saja.
Setelah Marie menolak permintaan mereka untuk membantunya, mereka mundur begitu saja. Menara inti ini, yang terletak di jantung kota, seharusnya memiliki lebih dari seribu anggota pengurus, tapi mereka pergi tanpa pertanyaan apapun.
Walaupun kelompok Marie tahu kalau itu hal yang bagus, ada sesuatu yang mengerikan mengenai hal itu.
‘Guild’ tidak bisa menafsirkan tujuan mereka.
Ada sebuah perubahan gravitasi mendadak sebelum fajar menghilang.
‘Militer’ merespon dengan aneh.
Walaupun perubahan itu terlihat seperti sebuah anomali tunggal yang kecil, ‘skenario terburuk’ muncul di pikiran Marie setelah dia menghubungkan semua hal tersebut.
“Ini mungkin…mungkin memang begitu.”
“Meister Marie…”
Seorang anggota pasukan muda berbisik padanya.
Setelah Marie memahami maksud yang tertulis di wajahnya, dia mengangguk.
“Aku tahu. Jangan khawatir, aku sudah bersiap-siap.”
“Kalau begitu, apa ini seperti yang sudah diduga…?”
“Kita masih belum yakin, tapi kurasa sesaat lagi kita akan punya hasil.”
Ekspresi Marie jelas bimbang saat dia menjawab, dan setelah pria itu menyadari hal ini, dia berdehem dan kembali ke posisinya.
“–Oke.”
Marie mengambil napas dalam-dalam, dan kembali ke lorong elevator dengan melangkah secara elegan.
Pengawas Angkatan Teknis mengikutinya tanpa berkata-kata.
Dia mungkin pengelola fasilitas ini, dan di dada tegapnya, cocok bagi seorang tentara, menempel lencana Gazelle.
Saat mereka menunggu elevatornya, Marie berkata pada pria itu.
“Aku berniat untuk mencari angin di luar. Kau tidak keberatan, kan?”
“Silakan saja.”
Balasannya dingin.
Tapi Marie tidak memikirkannya, dan di saat itu, elevatornya tiba. Dia melangkah masuk, dan menekan tombol menuju permukaan tanah.
Timnya sedang bekerja di posisi sekitar 8.200m di bawah area kota, lantai ketiga. Walaupun menggunakan elevator yang melaju dengan kecepatan 1km per detik, mereka akan menghabiskan waktu sekitar 8 menit untuk mencapai permukaan.
Disaat itu, Marie menatap penunjuk didalam pintu elevator. Sesaat kemudian, sepertinya dia akhirnya tidak tahan lagi dengan kesunyian ini dan dia berbalik dan berkata,
“Senapan itu BR-19, kan?”
Dia memulai percakapan dengan nada riang.
Dia sedang menatap pistol di pinggang pria itu, dan pihak kedua tidak menjawab sambil terus berdiri diam. Marie juga tidak keberatan mengenai responnya sambil terus melanjutkan.
“Senapan ini tidak menembakkan peluru melalui perputaran gear-gear, tapi melalu kompresi dan pelepasan udara yang bergerak cepat. Senapan ini memiliki rekoil yang lebih besar daripada senapan-senapan sebelumnya, tapi menggunakan rekoil ini untuk memperkuat kemampuan kompresi tembakan selanjutnya, yang menghasilkan senapan ini memiliki kekuatan pelumpuh yang luar biasa. Senapan ini biasanya diisi dengan 7 peluru, dan dilengkapi dengan kabel yang berfungsi untuk mencegah musuh untuk merebutnya. Hah, bukannya ini .45? Jika kekuatan tembak adalah prioritasnya, bukannya senapan pistol BR-SP33 akan menjadi pilihan yang lebih baik?’
Saat Marie terus mengoceh saat menjelaskan senjata standar ‘militer’ ini, pria itu hanya bisa menunjukkan keterkejutannya mendengar hal ini.
“Kau mengerti cukup banyak ya.”
“Ya. Keluargaku memang membuat senapan.”
“–Oh, begitu. Anda adalah Putri dari Perusahaan Breguet.”
“Apa kau tahu? Mereka yang terlahir di keluarga Breguet diajari detail mengenai desain dan penjualan produk. Sebagai salah satu dari 5 Perusahaan Besar, kami menjual semua hal mulai dari ranjang bayi sampai angkutan transportasi besar. Ini benar-benar…”
“Terdengar berat.”
“Ya. Aku menderita cukup banyak saat aku masih muda.”
“Tapi sejujurnya, aku benar-benar tidak mengerti maksud dibalik itu semua. Kecuali kalau kau adalah seorang pegawai, apa hal seperti ini benar-benar perlu dipelajari oleh seorang Putri?”
Ada nada mengejek diantara kata-kata itu.
Tapi Marie tersenyum, terlihat seakan-akan setuju dengan pria itu.
“Kau juga berpikir begitu?”
“Ya. Kurasa itu keterlaluan. Jika kau punya waktu luang, mengapa tidak mempelajari hal-hal lain yang lebih berguna?”
“Benar. Seperti ini?”
“Hah? Ack–!!?”
Sesaat setelah pria itu berbicara, dia sudah terkapar di lantai.
“Ah, ugh, ummm…!?”
–Dia tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya.
Walaupun dia adalah seorang teknisi, dia diharuskan untuk menerima pelatihan tempur sebagai bagian dari militer. Dia bukanlah bagian dari tim tempur sungguhan, tapi dia sudah mempelajari teknik tempur yang dapat membuatnya menangani 2 sampai 3 preman.
Namun, dia dilumpuhkan oleh gadis berumur 16 tahun, direbut senjatanya, diinjak, dan ditodong pistol di bagian belakang kepalanya, dia mengambil kesempatan untuk melawan balik dalam sekejap. Situasi apa yang terjadi sebenarnya?
“Aku sudah bilang, kan? Aku sudah diindoktrinasi dengan berbagai macam ‘detail spesifik’ produk-produk kami. Itu termasuk dengan ‘cara menggunakannya’, kan? –Bisakah kau diam untuk sebentar saja?
“A-Ap-Apa yang kau lakukan, dasar–aw!?”
“Hei, aku sudah bilang diam, kan, dasar anjing?”
Marie bicara dengan nada merendahkan.
Suaranya terdengar benar-benar alami, dia tidak bergairah maupun gugup.
Kata-kata itu, ditambah dengan perasaan senapan yang ditodongkan pada bagian belakang kepala pria itu, mengikis keinginannya untuk melawan.
Elevator itu sampai di permukaan.
Pintunya terbuka bersamaan dengan suara udara yang dihabiskan. Dan yang Berdiri di depan mereka adalah seorang raksasa besar–Halter.
Dia menengok ke dalam, dan menepuk kepala botaknya.
Dan kemudian, dia berbicara pada pria yang sedang diinjak Marie dengan penuh simpati.
“Kau benar-benar menderita ya. Yah, anggap saja seperti sedang digigit seekor anjing–
“Berhenti mengoceh dan cepat masuk.”
“Baik baik. Permisi.”
Setelah Halter masuk ke dalam elevator, dia menekan tombol untuk turun. Elevatornya sekali lagi tenggelam ke bawah tanah, dan setelah kurang lebih 10 detik, dihentikan secara paksa.
Saat elevator itu menjadi ruangan yang tertutup, Halter mengikat anggota gerak pria itu.
Pria itu terus memberontak di titik ini, tapi tubuh yang terdiri dari daging dan darah itu tidak berkutik melawan cyborg Halter, dan dia jatuh ke lantai, dikekang.
Marie menginjak kepala pria itu.
“Bagaimana kalau kita membuat jeritan di berbagai macam tempat?”
“–Ugh…”
Pria itu masih mencoba berontak, tapi Marie tidak menjauhkan kakinya dari kepala pria itu.
Marie menyeringai saat dia melihat pria itu dalam keadaan ini.
“Ya ampun, sekarang apa? Kau masih berniat berontak? Kau terlihat sangat senang mencoba berontak seperti ini, dasar mesum.”
“Suasana hati anda terlihat sedang bagus, Milady.”
“Aku suka melatih anjing saat aku masih kecil. Anjing sebesar dan sekeras kepala manapun pada akhirnya akan menjadi imut dan merengek setiap kali aku merantai mereka.”
Seperti ini–Marie berkata sambil mencengkeram kerah pria itu, dan pria itu hanya bisa merintih saat dia berontak dengan kepalanya yang sudah diinjak, dasinya ditarik.
“Ngomong-ngomong, apa kau membawa mainan itu kesini, Halter?”
“Hm, aku membawanya…apa anda benar-benar akan menggunakannya?”
Halter mengeluarkan sebuah suntikan putih dengan segan.
Ada suatu cairan perak yang tidak diketahui asalnya.
Setelah melihatnya, wajah pria itu berubah menjadi ketakutan.
“Ap-apa…t-tunggu sebentar! Apa itu!? Apa yang kau coba suntikkan padaku!?”
“Apa sebenarnya ini? Yah, tentu saja ini serum kebenaran–”
“Ap–”
“–Seandainya begitu. Secara kebetulan kami tidak memilikinya. Coba pikirkanlah, kami hanya warga negara biasa.”
“Warga negara biasa macam apa yang akan bertingkah sepertimu!?”
Pria itu berteriak.
Dia mengatakan hal yang akan disetujui sepenuh hati oleh siapapun dengan penuh derita, tapi Marie tidak menjawab perkataannya seraya terus tersenyum lebar.
“Sebenarnya, cairan ini adalah merkuri.”
“Mer-Merkuri!?”
Mata pria itu terbelalak sambil melenguh.
“Ya. Jenis yang digunakan untuk perawatan automata.”
“A-Apa kau, serius!? Jika kau benar-benar menyuntikkan itu”
“Kau akan mati, kan?”
Marie menunjukkan senyuman lebar.
“Lalu? Itu bukan hal yang luar biasa, kan?”
“…”
Wajah pria itu menjadi pucat, bibirnya menegang, dan air mata terlihat keluar di matanya. Anggota geraknya diikat erat, dan keringatnya mengucur deras dari mana-mana.
“Kalau begitu, mari putuskan peraturannya sekarang, oke? Aku Tuannya, kau  anjingnya. Apapun pertanyaannya, jawab dengan gonggongan. Bagaimana? Sederhana kan?”
“Ja-Jangan berpikir kalau kau akan lolos dari hal ini–ack!”
Marie menghentakkan kakinya dengan keras ke wajah pria itu.
“Hei, kau harusnya menggonggong, kan? Mengapa kau tidak mengerti perintah sesederhana itu? Apa kau sedang mengolok-olokku?”
“Bo-Bocah sialan ini…!”
“Apa kau benar-benar memintaku untuk menyemprot otakmu yang menyedihkan itu? Orang tolol tanpa nama masih berani menentangku? Tahu diri, anjing kampung.”
“Sudah cukup, Milady, kita mulai keluar dari topiknya.”
Halter menegurnya.
Dia bicara dengan nada ramah dan iba pada pria yang sedang berurai air mata dan mimisan,
“Kau tahu, bro, Milady mungkin menikmati hal-hal seperti ini sekarang, tapi aku berbeda. Aku hanya ingin bertanya sesuatu. Jika kau bisa memberitahuku dengan jujur, aku akan melepaskanmu dengan segera. Aku berjanji.”
“U…uu..”
“Ada dua hal yang ingin kutanyakan, jadi dengarkan baik-baik? ‘Dimana tepatnya anomali itu terjadi’, dan ‘seberapa banyak ‘militer’ memahami situasi ini’. Bisakah kau memberitahuku?”
“A-Aku tidak bisa. Aku tidak bisa mengatakannya.”
Pria itu menatap mata Halter, dan menggelengkan kepalanya dengan rasa takut.
“Kau tahu, bro, jangan menambah pekerjaanku, oke?”
“Aku akan dibunuh jika aku mengatakannya!”
“Kau lebih memilih membiarkan Putri itu bermain denganmu sampai mati?”
Halter menaikkan dagunya, dan Marie menyiapkan suntikannya dengan gembira.
“Ini nasihat untukmu. Putri itu adalah orang sadis sungguhan, tahu? Bangsawan perempuan yang lahir di Prancis memang memperlakukan pria sipil sebagai anjing kampung.”
“A-Aku tidak bisa melakukannya.”
“Bro.”
“Jika aku memberitahumu, keluargaku yang sudah keluar dari kota juga akan dibunuh oleh ‘militer’!!”
Pria itu berteriak sambil tersedu-sedu,
“Si-Sialan! Bunuh saja aku! Aku tidak akan mengatakan apapun!”
“Hei, tenanglah bro–tidak, aku harus memanggilmu Pak Ryoji Nijama.”
“Apa…?”
Pria itu terpaku setelah mendengar namanya secara mendadak.
Bagaimana dia bisa tahu namaku–sesaat setelah dia merasa ngeri, Halter tersenyum seraya memberikan sesuatu pada pria itu.
Benda itu adalah plat plastik kecil berwarna putih.
Sebuah kartu ID.
“!?”
“Kau baru saja berkata kalau mereka sudah ‘keluar dari kota’, kan? Saat ini, hanya ada satu keluarga Nijima yang berasal dari kota ini dan sudah pergi…kami bisa memastikan hal itu dalam 15 menit.”
“Halter, orang ini tidak berguna. Singkirkan saja dia dan ganti ke target selanjutnya. Ah iya, jangan lupa untuk membunuh keluarganya dalam kecelakaan atau semacamnya.”
Marie memerintah dengan sikap arogan.
Halter mengangkat bahunya, dan menempelkan laras senjatanya di pelipis pria itu.
“Begitulah–maaf.”
“Tun-Tunggu! Aku mengerti! Aku akan berbicara! Aku akan bilang semuanya!”
“Semuanya?”
“Tolong biarkan aku mengatakannya, kumohon…”
“Bagus sekali.”
Marie menatap dingin ke arah pria yang tersedu-sedu itu, dan berkata,
“Pertanyaan pertama. Dimana anomali itu terjadi.”
“Di-Di lantai 24.”
“Lantai 24…letaknya cukup dalam. Jika aku ingat dengan benar, kontrol gravitasi dan tekanan udara ada disana, kan?”
“I-Itu benar…ada sebuah malfungsi fatal di pusat kendali tekanan udaranya…”
“Bagus sekali. Kau menjadi cukup menurut -----kalau begitu, seberapa banyak yang sudah diketahui ‘militer’?”
“Y-Yah…”
“Tidak perlu bertanya, Milady.”
Halter berkata.
“Kemungkinan besar mereka sudah memahami semuanya, dan menyerah untuk memperbaikinya sebelum hal ini. Walaupun mereka tahu dimana semua anomalinya terjadi, mereka tidak akan memberikan informasi apapun, dan bahkan menarik semua teknisi mereka menjauh. Pada dasarnya, itulah yang terjadi, kan?”
Pria itu tetap diam.
Tingkahnya adalah bukti paling besar.
“Oh…Begitu ya. Dengan kata lain, pekerjaan kami adalah menyelamatkan kota berpenduduk 20 juta orang ini yang sudah diabaikan oleh ‘militer’.”
“Ha–”
Sesaat setelah Marie mengangguk dan berkata begitu, pria itu tertawa kecil, dan menyeringai,
“Hahahaha! Coba saja perbaiki kalau kau bisa.”
“–Oh, kau menjadi arogan, ya. Sekarang kau menaikkan hidungmu setelah aku memperlakukanmu dengan lebih baik. Apa kau tidak tahu bagaimana cara belajar? Anjing tidak berguna.”
“Ha–hahahahaha! Tidak mungkin kalian bisa memperbaikinya!”
“Jangan samakan kami teknisi luar biasa dengan kalian yang tidak punya kemampuan, oke?”
“Humph…aku tidak tahu sehebat apa dirimu, tapi tidak ada waktu untuk itu semua!”
“…Apa yang kau bicarakan!?”
“Seperti yang kubilang! Kota ini akan ‘dihapus’. 42 jam lagi!”
–‘Dihapus’.
Hal ini berarti dengan sengaja–mengambrukkan kota.
Jika kota yang memiliki malfungsi tidak bisa diperbaiki, seluruh kota akan ditinggalkan sepenuhnya untuk mencegah kesalahan itu mempengaruhi fungsi palent keseluruhan. Inilah yang mereka sebut ‘Triage’.”
“–Jangan bicara omong kosong disini! Jika kalian akan mengabaikan kota ini 42 jam lagi, bagaimana mungkin kalian tidak mengumumkan perintah evakuasi!?”
“Kami sudah melakukannya…lama sekali pada personel yang berhubungan dengan ‘militer’ dan pemerintah.”
“!”
Halter mencengkeram kerah pria itu saat dia menyeringai, berteriak,
“Kalian semua hanya akan menonton 20 juta orang mati bersama dengan kota ini!?”
“Humph…kalian semua lebih tahu dari siapapun jumlah kota yang dihapus karena kesalahan perawatan, dan kalian bertingkah sombong begitu! Teknik-teknik yang kalian semua banggakan itu pada dasarnya diasah melalui pengorbanan banyak orang, kan?”
“Tutup mulut menjijikanmu, dasar orang rendahan.”
Marie menatap tajam pria itu, dan meraung,
“Benar, kami tidak maha kuasa. Bukan hanya satu atau dua kota yang ditinggalkan karena kami tidak bisa menyelamatkan mereka ------tapi walaupun begitu, kami akan berusaha sebaik mungkin sampai akhir. Aku tidak merasa kalau kami bisa dibandingkan dengan orang-orang yang memilih untuk melindungi dirinya sendiri dan mengabaikan 20 juta orang.”
“Hah! Kau berkata kalau kami tidak pernah berusaha sebaik mungkin juga!? Bilang saja, apa alasan kau muncul disini tanpa rasa malu? –Benar, kami berniat mengabaikan kota ini karena alasan bodoh, kebanggan superior kami, sistemnya! Alasan mengapa kau disini juga tidak berbeda!”
“!”
“Sekarang apa? Aku dapat jackpot? ‘Meister Guild’? ‘Guild Teknisi tanpa Batasan’? berpura-pura memiliki wajah baik!? Wajah-wajah itu pasti hitam jika kau mengirisnya! Mengakulah! Apa isu itu benar!?”
“…Isu itu?”
“Jangan berlagak bodoh! Aku bicara tentang rumor dimana kalian dengan sengaja menghancurkan sebuah Menara inti dan bertingkah seperti kau seorang ahli! Kalian menyebabkan insiden itu di Amsterdam 2 tahun lalu, kan!?”
“–”
Marie mengayunkan suntikannya ke bawah.
Jarum tebal dan tajam itu menusuk dada pria itu, dan dia mengeluarkan pekikan setelah dia melihat hal itu.
“ARGGH! Si-Sialan! Kau sungguh menyuntikkannya!? Dasar bocah gila!”
“Sepertinya kau salah paham. Biar kuberitahu.”
Marie bicara dengan wajah suram dan merendahkan seperti pandangan yang diberikan pada seekor semut,
“Apa niat atasan kami, dan apa yang kami lakukan, tidak satupun akan mengubah fakta bahwa kalian semua, ‘militer’, mengabaikan 20 juta orang. Tidak ada alasan untuk membenarkan hal itu.”
“Diam, dasar pembunuh…!”
“Selain itu, berhentilah bertingkah cerewet dengan pikiran menjijikanmu itu. Kami pasti akan menyelamatkan kota ini, kota yang sudah diabaikan ‘militer’ ini!”
“Ha, hahaha! Berhenti menggertak! Hanya ada 42 jam!? Tidak mungkin kalian bisa memperbaikinya walaupun dengan ratusan kali lipat waktu itu!”
“Pada saat itu, aku hanya akan mati bersama dengan kota ini.”
“Apa…?”
Marie berpaling dari pria yang sedang terengah-engah itu dan berkata pada Halter,
“Tidak ada waktu–ayo pergi.”
“Dimengerti. Apa yang akan kita lakukan pada pria ini?”
“Lakukan saja sesuatu. Bagaimana kalau kau melemparnya dari lantai atas dan biarkan dia mati disana?”
“Ka-Kau! Itu bukan kesepakatan kita! Berikan penawarnya!”
“Pada akhirnya, dia hanya seekor anjing tak berguna yang harus kita urus. Dia tidak diperlukan, kan?”
“A-Ahhh! Sial! Kau merencanakan ini dari awal, kan!? Jenius apanya, brengsek! Matilah, dasar pelacur!”
Halter memukulnya dalam-dalam ke ulu hatinya.
Pria itu meringis kesakitan, dan pingsan. Marie hanya menonton belaka, dan bergumam,
“…Dia seorang Gazelle dan dia tidak bisa membedakan antara merkuri untuk mesin dan cairan pemeliharaan nanogir? Aku tidak bisa percaya orang seperti itu bertanggungjawab atas pemeliharaan.”
“Cairan itu memang tidak berbahaya bagi manusia, tapi tidak ada alasan untuk menggunakannya kecuali manusia itu diubah menjadi seorang cyborg.”
Halter membawa pria yang pingsan itu di bahunya seraya berdiri. Dia mengaktifkan elevator yang berhenti lagi, dan bicara pada Marie yang terlihat dingin,
“Anda baik-baik saja? Anda terlihat kelelahan.”
“Bukan apa-apa. Ini tidak banyak.”
Marie menurunkan kepalanya sambil menjawab.
Dia mengambil sebuah permen dari saku mantelnya, dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
“Mengesampingkan masalahku, Halter, bernegosiasilah dengan Keluarga Breguet menggunakan namaku untuk melindungi keluarga pria ini.”
“Dimengerti.”
“Selain itu, periksa apa niat ‘Meister Guild’ mengirim kita kesini, secepat mungkin.”
“Aku akan mencobanya. Ada lagi?”
“Bisakah kau membelikanku beberapa coklat. Coklat yang manis dengan karamel di dalamnya.”
“Hei, anda akan menjadi gendut, tahu”
“Berhent mengoceh. Belikan aku sekotak penuh supaya aku bisa mengisi perutku.”
Marie mengunyah permennya dan mengangkat kepalanya,
“Tidak ada waktu untuk makan siang.”

***

BAGIAN KESEBELAS

Setelah buru-buru pergi ke tempat kerja di lantai ketiga, Marie berteriak tanpa terengah.
“Semuanya, tolong berhenti dan dengarkan aku!”
Anggota pasukan yang sedang bekerja mengangkat kepala mereka ke arah Marie, mencoba memahami situasinya.
Marie melihat sekilas ke arah ekspresi semuanya, dan berkata,
“Kita sudah memastikan lokasi anomalinya! Malfungsinya ada di jaringan tekanan udara di lantai ke-24! Semuanya harus pergi dengan segera! Mereka yang datang duluan harus buru-buru melakukan pengamatan!”
Para pasukan pekerja membelalakkan matanya dengan terkejut, tapi bersiap-siap untuk pergi dengan segera. Aulanya berdengung, dan para anggota Angkatan Teknisi yang berdiri di sudut ruangan menunjukkan wajah kebingungan.
Kepala mekanik bernama Conrad muncul di samping Marie tanpa ia ketahui,
“–Itu hebat, Meister Marie. Bagaimana anda melakukannya?”
“Aku hanya membuat sebuah ‘permintaan’ tulus.”
“Oh, Begitu ya. Jangan memaksakan diri anda terlalu banyak.”
Kepala Mekanik Conrad hanya menyeringai dengan sikap menegur, tapi Marie tidak melanjutkan hal ini,
“Jangan bicarakan hal ini. kita harus buru-buru ------hanya ada 42 jam lagi.”
Kata-kata itu menyebabkan tim pengamatan berteriak,
“Apa!? Kita tidak bisa melakukan apapun setelah 42 jam!?”
“Walaupun kami tahu dimana anomalinya terjadi, setidaknya kami membutuhkan seminggu untuk menyelidiki detail kesalahannya dan mencoba berbagai macam metode perbaikan!”
“Sebagai gantinya, apa kalian ingin mengambil langkah seribu?”
Api hijau terlihat membara di mata Marie saat dia menatap tim pasukannya.
“‘Militer’ sudah menyerah untuk memperbaiki tempat ini, dan kota ini akan dihapus. Warga negara yang tidak tahu sudah diabaikan.”
“Apa…!?”
“Tidak mungkin! Pasti ada sebuah kesalahan–”
“Tidak, tunggu, mereka mungkin bisa melakukan hal itu! Mereka itu ‘militer’!”
Kemarahan Marie sudah menular pada semua pekerja yang hadir, dan para personil Angkatan Teknisi mengambi l langkah seribu sesaat setelah mereka dihujani lusinan tatapan tajam.
Marie bertepuk beberapa kali, dan berteriak,
“Jika itu benar-benar terjadi, aku akan bertanggung jawab untuk mengumumkan evakuasi akhir. Pertama-tama kita harus cepat-cepat. Kita tidak boleh menunggu sedetikpun mulai sekarang!”
Setelah ini, mereka bergerak dengan kecepatan sangat cepat.
Dalam hanya 5 menit, semua perlengkapan yang berserakan dan sejumlah besar data dokumen sudah dibawa.
Setelah pekerja terakhir pergi, Marie sekali lagi melihat sekilas ke arah aula yang sekarang kosong, dan menghela napas dengan keras.
Dia menyandarkan punggungnya ke dinding, dan pelan-pelan jatuh terduduk di lantai, menyatukan lututnya sambil meletakkan dahinya di atas lututnya.
Lengannya gemetaran.
Sensasi suntikan yang menyuntik tersisa di tangannya.
Senasi sebuah pistol, kelembutan dari menginjak seseorang, kata-kata dendam pria itu, semuanya
–Kupikir aku bisa melakukan semuanya.
Selama dia memberikan perintah, Halter kemungkinan besar akan mengambil alih; inilah profesinya yang sebelumnya. Namun, dia tidak melakukan hal itu, karena yang bisa seperti itu hanyalah kakak perempuannya, jika kakaknya ada disini, dia akan bertindak tanpa ragu setelah dia merasa kalau dia harus melakukannya. Itu karena dia harus mengambil tindakan sehingga dia merasa kalau dia harus bertindak sesuai keinginannya sendiri, setidaknya oleh tangannya sendiri.
Karena pikiran itulah dia melakukan ‘penyelidikan’ tadi–
Tapi pada akhirnya, itu semua menajdi berantakan.
Menyuntikkan suntikan itu berlebihan baginya.
Itu adalah tindakan tak berarti, hanya untuk menyapu jauh rasa frustasinya. Dia hanya melakukan kekerasan ini berdasarkan emosinya sendiri.
Itu adalah kemarahan melawan mereka yang memiliki tanggungjawab untuk menyelamarkan 20 juta jiwa, dan yang mengabaikan mereka.
Dan juga…
“42 jam untuk memperbaikinya–? Tidak mungkin…kau pikir ada berapa triliun suku cadang disana?”
Itu adalah kemarahannya pada dirinya sendiri, yang menanggung tanggung jawab yang sama dengan orang-orang itu, dan mencoba kabur seperti mereka.
Bibirnya gemetaran.
“Oh Dewa…”
Marie tidak pernah percaya pada Dewa, atau setidaknya, dia tidak pernah percaya pada entitas surgawi yang dibuat umat manusia dan diberi nama. Dia selalu percaya pada rasionalitas dan pengetahuan umat manusia.
Tapi walaupun dengan itu, dia mengalami ilham mendadak ini,  saat pikirannya mencapai batasnya, sebuah kumpulan tautan gear-gir kecil belaka. Dia percaya bahwa pada spektrum lain jiwa dan logika yang sangat amat sensitif, ada sebuah keberadaan luar biasa yang tidak bisa dipahami umat manusia.
Dia pelan-pelan mengangkat kepalanya, dan berdiri tegak.
“–Aku harus pergi…bagaimanapun juga, aku tidak boleh membuang satu detikpun saat ini.”
Karena rahmat tadi hanya akan turun pada mereka yang berusaha sebaik mungkin.
Dia menyeka sesuatu yang keluar dari matanya, dan pergi menuju lantai ke-24 juga.