PERCAKAPAN DI BAWAH SINAR REMBULAN

Masih bukan yang terkuat.                 
Ingin mengungkapkan bagaimana rasanya seseorang yang tidak mendapatkan kekuatan mereka dengan begitu mudahnya diberikan kepada mereka.
* * *
Orcus Dungeon.
Ini adalah sebuah labirin besar yang terdiri dari 100 level. Sebagai salah satu dari 8 Great Dungeon, semakin ke bawah kau pergi, maka akan semakin kuat monsternya. Tetap saja, dungeon ini adalah tempat yang sangat populer bagi para prajurit bayaran dan petualang. Tempat ini juga sangat bagus sebagai arena pelatihan bagi prajurit pemula. Ini karena kemudahannya untuk mengukur kekuatan monster berdasarkan level dungeon-nya. Monster-monster di sini juga memiliki batu sihir yang kualitasnya lebih baik daripada monster-monster di alam liar.
Batu sihir adalah inti dari monster dan benda iniliah yang memberikan mereka kekuatan. Semakin besar dan baik kualitas batunya, semakin kuat monsternya. Batu-batu inilah yang digunakan sebagai bahan mentah untuk membuat formula sihir. Formasi sihir dapat digambarkan untuk melancakan mantera, tapi mereka juga bisa digambarkan dengan bubuk yang dibuat dari batu sihir. Menggunakan bahan bukan batu sihir untuk membuat lingkaran sihir akan mengurangi kekuatannya sebanyak 1/3 jika tidak menggunakan batu sihir secara langsung.
Singkatnya, lebih baik menggunakan batu sihir untuk memperkuat mantera karena itu lebih efektif. Sebagai tambahan, sebuah batu sihir digunakan untuk membuat peralatan sihir yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada permintaan yang sangat tinggi untuk batu-batu sihir ini. Baik militer maupun rakyat biasa membutuhkannya.
Ngomong-ngomong, monster-monster kuat dengan batu sihir berkualitas tinggi dapat menggunakan sihir khusus. Sihir Khusus tidak menggunakan mantera ataupun lingkaran sihir untuk melakukan sihir tersebut. Monster-monster ini tidak dapat mengguanakan sihir dalam banyak variasi, tapi mereka tidak membutuhkan rapalan ataupun lingkaran. Sihir khusus ini adalah alasan kenapa monster-monster berbahaya.
Para murid dan ksatria yang dipimpin oleh Meld telah tiba di kota Horlad, tempat yang ditinggali para petualang sebelum mereka menuju ke dalam Dungeon. Mereka menggunakan sebuah penginapan yang diatur oleh Kerajaan, di mana para calon prajurit bermalam. Hajime, tidak pernah mendapatkan apa yang dia inginkan untuk waktu yang lama, terjun ke ranjang. Semua kamar dibuat untuk dua orang, tapi hanya Hajime yang mendapat kamar untuk seorang diri. Dia dapat bebas di sini. Dia tidak merasa kesepian meski dia hanya seorang diri.
Besok adalah hari di mana mereka akan menantang dungeon. Kali ini, mereka hanya akan menjalani 10 level pertama. Kalau hanya itu, bahkan seseorang selemah Hajime akan baik-baik saja di bagian belakang. Tetap saja, Hajime ingin meminta maaf karena menjadi beban. Malahan, dia senang bisa keluar dari kota… Hajime tidak dapat membaca suasananya.
Untuk beberapa saat, Hajime membaca buku referensi tentang monster yang dia dapatkan dari perpustakaan. Masih terlalu awal, tapi dia memutuskan untuk tidur lebih cepat. Hajime sudah menyempurnakan kemampuan tidurnya saat di sekolah. Ketika hampir tertidur, dia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Sekalipun masih terlalu cepat untuk Hajime yang biasa begadang di Jepang, sekarang sudah tengah malam di Tortus. Ah, apakah itu Hiyama? Hajime masih sedikit khawatir. Akan tetapi, saat dia mendengar suara orang tersebut, dia merasa tenang.
“Nagumo-kun, apa kau masih bangun? Ini aku, Shirasaki. Bisakah aku mengganggumu sebentar?”
Apa? Untuk sesaat dia membeku, tapi setelah itu dia bergegas ke pintu. Dia melepaskan kunci dan membuka pintunya. Kaori sedang berdiri di sana memakai pakaian tidur seputih saljunya.


“Uwapaa??”
“Eh?”
Saat dihadapkan pada pemandangan semacam itu, Hajime tak sengaja berubah ke dialek Kansai dan melakukan Tsukkomi. Kaori kehilangan kata-kata karena dia tidak mendengarnya dengan baik. Cepat-cepat menahan dirinya, dia mencoba untuk terlalu menatapi Kaori. Meskipun dia tidak terlalu tertarik, dia tetaplah seorang pemuda remaja. Penampilan Kaori  saat ini sedikit terlalu menggairahkan.
“Ah, bukan apa-apa. Eh, ada apa? Apa ada yang ingin kau sampaikan padaku?”
“Tidak, aku hanya ingin berbicara denganmu. Apakah aku mengganggumu?”
“Masuklah.”
Kelihatannya, dia berpikir ini tentang perjalanan besok, tapi Kaori dengan cepat mengenyahkan pikirannya tersebut. Mata yang memelas itu benar-benar mengejutkan. Itu sangat efektif! Gadis itu menyadari pintu yang terbuka dan undangan masuk tersebut.
“Baiklah.”
Tanpa rasa was-was sedikit pun, dia memasuki kamar dengan senang. Dia duduk di meja dekat jendela. Hajime tanpa sadar menyiapkan teh masih dalam keadaan sedikit bingung. Meskipun ini sebenarnya hanyalah sesuatu yang seperti kantung teh yang meniru teh hitam. Dia menyiapkannya untuk mereka berdua, dan menyodorkan salah satunya ke kaori. Hajime mengambil posisi duduk saling berhadapan dengan kaori.
“Terima kasih.”
Kaori menerima tiruan teh yang disajikan itu dan mencicipinya dengan senang. Cahaya bulan bersinar melewati jendela dan meneranginya. Terlihat seperti ada sebuah lingkaran cahaya di sekitar rambut hitamnya yang berkilauan, dia seperti seorang malaikat. Tanpa ada niat sedikit pun, Hajime terpukau dengan kemurnian Kaori. Dia menyadarkan dirinya saat mendengar Kaori meletakkan cangkirnya. Hajime meminum tehnya untuk menenangkan pikirannya. Dia tersedak sedikit saat minum terlalu cepat. Memalukan.
Kaori terkikik geli karenanya. Hajime dengan cepat memulai percakapan untuk menyembunyikan rasa malunya.
“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Apakah ini soal besok?”
Menjawab pertanyaan Hajime, Kaori mengangukkan kepalanya. Tidak seperti wajah tersenyumnya beberapa saat lalu, dia mulai terlihat risau.
“Ini mengenai perjalanan ke dungeon besok. Aku ingin Nagumo untuk tetap di sini. Aku akan membujuk dan menjelaskannya kepada para instruktur dan yang lainnya. Jadi, kumohon!”
Dia mencondongkan dirinya saat memohon pada Hajime. Hajime kebingungan. Meskipun Hajime adalah beban, bukankah ini sedikit berlebihan?
“Umm., aku tahu kalau ini merepotkan…tapi karena aku sudah di sini, kurasa aku tidak akan bisa berdiam diri saja.”
“Kau salah. Aku tidak bermaksud mengatakan kau merepotkan.”
Kaori mencoba menjelaskan kesalahpahaman tersebut. Mungkin aku terlalu tergesa-gesa, pikirnya. Dia meletakkan tangan di dadanya dan menarik nafas dalam-dalam. Hal tersebut menenangkannya sedikit. Dia dengan cepat dan tenang meminta maaf.
“Aku hanya mendapat firasat buruk. Saat aku tidur sebelumnya, aku tadi bermimpi dan kau ada di sana. Saat aku memanggilmu, kau bahkan tidak menyadarinya. Waktu aku mengejarmu, aku tidak pernah mencapaimu. Pada akhirnya…”
Dia kelihatan takut untuk menyelesaikan ceritanya. Ingin mendengar akhirnya, Hajime mendesaknya untuk melanjutkan.
“Pada akhirnya?”
Sedikit tersentak, Kaori mengangkat kepalanya. Hajime melihat ekspresinya yang berkaca-kaca dan menggigiti bibirnya.
“Kau menghilang.”
“Aku mengerti.”
Mereka duduk dalam kesunyian. Hajime menatap Kaori, yang masih menundukkan kepalanya. Itu benar-benar mimpi yang tidak menyenangkan, tapi itu hanyalah mimpi. Dengan hanya itu, mereka tidak akan membiarkan dirinya tinggal. Jika hal semacam itu diijinkan, maka akan ada masalah dari teman-teman sekelas. Jika hal semacam itu terjadi, dia benar-benar tidak akan disambut lagi. Dia tidak punya pilihan selain pergi. Untuk menenangkan Kaori, Hajime mulai berbicara selembut mungkin.
“Mimpi hanyalah sebuah mimpi, Shirasaki-san. Kali ini kita ada Meld dan ksatria-ksatria berpengalaman yang menemani kita. Banyak orang kuat seperti Kouki yang datang bersama kita. Malahan, seluruh kelas kita itu hebat. Aku sebenarnya merasa kasihan pada musuh kita. Aku lemah dan karena aku telah menunjukkan kelemahan semacam itu, mungkin itulah alasannya kau bermimpi seperti itu.”
Kaori hanya menatapi Hajime dengan ekspresi gelisah, sementara pemuda itu berbicara.
“Tetap saja…tetap saja…aku masih khawatir.”
“Kalau begitu.”
Hajime sedikit merasa malu, tapi dia menatap langsung ke mata Kaori.
Maukah kau melindungiku?”
“Eh?”
Dia sadar dengan apa yang dia katakan, dan sebagai seorang laki-laki mengatakan hal ini pada gadis tersebut, merupakan hal yang memalukan. Wajahnya memerah karena malu. Di ruangan yang diterangi cahaya bulan. Kaori mengerti situasinya dengan baik.
“Kau adalah healer, ya ‘kan Shirasaki-san? Healer adalah sebuah class yang memiliki kecocokan kemampuan dengan sihir penyembuhan. Tidak peduli apa yang terjadi, bahkan jika aku terluka, kau bisa menyembuhkanku. Maukah kau melindungiku dengan kekuatan ini? Kalau iya, aku yakin aku akan baik-baik saja.”
Kaori hanya menatapinya sesaat. Hajime hanya menahan diri mati-matian dari rasa malu yang dia rasakan, dan menahan matanya supaya tidak putus kontak dengan mata Kaori. Sekalipun tubuhnya menggeliat.
Penyebab terbesar dari perasaan tidak aman seseorang tidak diketahui. Kaori saat ini, sedang mengkhawatirkan apakah yang mungkin bisa menyerang Hajime. Jadi, akan menenangkan, jika mereka memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi hal yang tidak diketahui yang mungkin akan menyerangnya.
Untuk sesaat, mereka menatap satu sama lain. Kesunyian tersebut pecah ketika Kaori mulai tersenyum.
“Kau tidak pernah berubah, Nagumo-kun.”
“?”
Hajime membuat ekspresi ragu-ragu saat Kaori berkata demikian. Kaori menertawakan raut wajahnya.
“Nagumo-kun, kau mungkin berpikir pertama kali kita bertemu adalah di SMA. Aku mengenalmu sejak kelas 2 SMP.”
Pernyataan tersebut membuat Hajime membelalakkan mata karena terkejut. Dia dengan cepat mencoba mencari-cari dalam ingatannya, tapi dia tidak dapat mengingat pertemuan tersebut. Hajime mengerang saat dia berpikir, dan ini membuat Kaori terkekeh.
“Itu adalah pertemuan satu sisi. Pertama kali aku melihatmu, kau sedang dalam posisi dogeza (berlutut dan membungkuk dalam-dalam). Karena kau dalam posisi tersebut, kau tidak melihatku.”
Do-Dogeza!?”
Kenapa gadis itu melihatnya pada waktu yang tidak tepat? Tubuhnya menggeliat lagi, tapi untuk alasan yang lain kali ini. Kapan dan di mana dia melihat dirinya dalam posisi tersebut? Dia dengan kebingungan mengorek-ngorek ingatannya. Kaori terkekeh saat dia melihat Hajime membuat banyak wajah lucu.
“Yah, kau dikelilingi orang-orang yang mencurigakan. Bahkan saat mereka meludahimu, menyiramkan minuman mereka padamu, atau menginjakmu, kau tidak berhenti. Tidak lama kemudian, mereka pergi dengan kesal.”
“Aku menunjukkan pemandangan yang tidak pantas…”
Hajime merasa sedikit sekarat. Ini sama halnya dengan jika dia melihat dirinya saat dia masih menderita karena Chunibyou. Dan itu akan menjadi peristiwa yang terburuk dalam masa lalunya yang gelap. Hanya seulas senyuman tanpa rasa humor yang tersinggung. Senyum tanpa rasa humor yang sama saat dia mengetahui ibunya menemukan tumpukan Ero doujinshi yang disembunyikannya dan meletakkannya dengan rapi di rak bukunya.
Akan tetapi, Kaori hana menatapnya lembut. Tatapan yang sama sekali tidak memperlihatkan rasa jijik ataupun menghina.
“Tidak, itu bukannya terlihat tidak pantas. Malahan, saat aku melihatmu seperti itu, kupikir kau adalah orang yang sangat kuat dan baik hati.”
“Hah?”
Hajime tidak dapat mempercayai apa yang dia dengar. Bukan kesan semacam itulah yang seharusnya orang-orang miliki, kalau mereka melihatnya. Mungkin, Shirasaki-san memiliki kecenderungan khusus pada hal itu? Hajime berpikir bahwa sangat tidak sepatutnya membayangkan demikian.
“Maksudku, Nagumo-kun. Kau melakukannya demi seorang nenek dan cucunya.”
Saat dia berkata begitu, Hajime akhirnya mengingat sesuatu. Ada kejadia seperti itu saat dia masih SMP.
Kejadian tersebut dimulai ketika seorang bocah laki-laki tidak sengaja bertabrakan dengan para berandalan, dan menumpahkan takoyakinya pada mereka. Bocah laki-laki tersebut mulai menangis, para berandalan mulai menggerutu pada si nenek. Nenek itu gemetar ketakutan, mereka berada dalam situasi yang sangat sulit.
Kebetulan Hajime sedang lewat. Saat nenek tersebut mulai mengeluarkan dompetnya, tubuhnya bergerak sendiri. Dia tidak pernah berkelahi selama hidupnya. Dia hanya menggunakan Jurus Chunibyou Spesialnya di rumah. Itu tidak dapat membantu saat menghadapi lawan seperti itu, jadi dia melakukan dogeza. Dia melakukannya di depan banyak orang. Ternyata itu begitu memalukan untuk setiap orang di sana. Dia merasa ingin melarikan diri. Kejadian tersebut sesuai rencananya dan dengan segera berandalan-berandalan tersebut pergi.
“Orang kuat akan selalu menyelesaikannya dengan mudah lewat kekerasan. Kouki akan mengalahkan orang yang menyebabkan masalah. Tapi aku tidak mengira ada banyak orang yang akan membantu yang lainnya meskipun mereka tidak kuat. Terutama seseorang yang akan merendahkan dirinya sendiri demi orang lain. Malahan, pada saat itu, aku ketakutan. Aku hanya beralasan seandainya aku sekuat Shizuku, tapi aku hanya berdiri di sana dan tidak melakukan apapun. Hanya meminta seseorang untuk menolong mereka.”
“Shirasaki-san…”
“Jadi, aku yakin kau adalah orang terkuat yang kukenal. Saat aku melihatmu di SMA, aku sangat senang bertemu denganmu. Aku ingin sepertimu, dan ingin mengenalmu. Tapi kau hanya tertidur…”
“Ahaha, maaf.”
Hajime merasa begitu malu saat dia tahu alasan Kaori begitu mendekatinya. Dia hanya tertawa getir pada penilaian gadis itu yang begitu tinggi terhadapnya.
“Karena itulah, sekalipun aku sedikit risau, akan kupastikan kau tidak melakukan hal yang gila di dungeon. Seperti saat kau menghadapi berandalan itu.”
Kaori menatap Hajime dengan penuh tekad.
“Aku akan melindungimu, Nagumo-kun.”
Hajime menerima ketetapan hatinya. Dia menatap langsung pada gadis itu, dan menggangguk.
“Terima kasih.”
Segera sesudah itu, Hajime tertawa datar. Peran pria dan wanita bertukar 180 . Tidak diragukan lagi, Kaori berperan menjadi pahlawannya, sementara Hajime berperan menjadi gadis yang dalam kesulitan. Dia mau tidak mau menertawakan situasinya yang aneh ini.
Mereka bercakap-cakap selama beberapa saat, kemudian Kaori kembali ke kamarnya. Sementara Hajime berbaring di ranjang, dia memikirkan banyak hal. Dan ingin menemukan sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Hajime ingin mengeyahkan ketidak cakapannya. Hal tersebut tidak berjalan lancar untuknya, karena itulah dia begitu tergantung pada yang teman-temannya. Hajime tertidur dengan tekad baru dalam kepalanya.
* * *
Tidak ada seorang pun yang menyadari ada yang mengawasi saat Kaori meninggalkan kamar Hajime. Orang tersebut memperlihatkan ekspresi pada wajahnya.