JILID 1 BAB 1
COINCIDENCE (00:30)


BAGIAN PERTAMA

Naoto Miura tidak punya minat terhadap apapun kecuali mesin.

Dia adalah seorang maniak mesin. Tidak, orang yang sangat fanatik, atau orang yang sangat bergantung pada mesin.

Sejak kanak-kanak, dia menyukai gear, silinder mesin, baut, pegas dan kabel. Dia benar-benar menyukai kilauan besi mesin dan sentuhan keramik. Hatinya akan tentram setiap kali dia mendengar detikan jam, dan hatinya akan berdegup kencang setiap kali dia mendengar jarum kotak musik yang mengenai kubah logamnya.


Hal ini tidak berubah sama sekali bahkan ketika dia masuk SMP.

Tidak, bahkan bisa dibilang malah menjadi lebih buruk.

Dia tidak pernah menunjukkan ketertarikan apapun, baik itu adalah manga, anime, atau game. Saat teman sebayanya meributkan tentang gambar idol wanita dengan pakaian yang bervariatif , dia hanya berpikir untuk mengutak-atik mesin.

Dia lebih tertarik pada bagaimana cara otomobil bekerja daripada  membicarakan perbandingan antara payudara besar dan dada rata.Dia lebih tertarik pada sketsa mesin daripada pemandangan gadis sekelasnya yang memakai pakaian renang.

Dia lebih tertarik pada film documenter mengenai perkembangan pegas utama terbaru daripada saling meminjam video dewasa.

Karena hal itu, dia menyadari sesuatu.

—Begitu ya. Jadi kurasa aku memang dianggap ‘abnormal’.

Tapi walaupun dia sudah menyadarinya sendiri, dia tidak akan mengalami penderitaan sejauh ini jika dia bisa mengubah sifat alami dari lahir yang dia miliki.

Ada pepatah yang berkata kalau sifat seseorang sudah ditentukan sejak mereka muda, dan Naoto Miura tumbuh menjadi dirinya yang sekarang.

Dia memiliki kepribadian aneh berupa mencurahkan semua cintanya pada mesin, dan sia-sia saja untuk membetulkan kepribadiannya ini.

Naoto Miura sudah tidak tertolong.



***




BAGIAN KEDUA

35° N, 135° E.

Jaringan gear Jepang, lapisan pertama, Kyoto.

Kyoto adalah salah satu dari megakota di Jepang, dijuluki ibukota millenium.

Di kota yang dimekanisasi penuh ini, ada beberapa rumah kayu yang tersisa sebagai warisan budaya dunia, tapi rumah-rumah itu tidak serasi di kota modern ini—inilah kota dimana Naoto Miura tinggal.

Di sudut megakota ini, sedikit di ujung area perkotaan, ada bangunan apartemen compang-camping dan sedikit miring ke arah sebelah suatu daerah—dan ada sebuah kamar di ujung kanan bangunan 7 lantai ini yang sangat cocok dijadikan tempat uji nyali.

Disana adalah tempat kediaman Naoto.

“Ahh—hari ini hari yang baik juga!”

Naoto berseru sambil menaiki tangga yang terlihat akan roboh keesokan harinya.

Dia adalah pemuda kecil yang mengenakan seragam hitam.

Benda di saku bajunya menunjukan kalau dia masih siswa kelas satu. Dia tidak punya karakteristik yang menarik di wajahnya, dan dia memakai sepasang headphone hijau neon murah di telinganya, terlihat seperti menekan rambut hitam berantakannya.

Satu-satunya hal yang membedakannya adalah mata kelabu pucat uniknya, tapi karakteristik unik ini ditutupi oleh ekspresi liarnya, terlihat seperti menunjukkan sifat anehnya.

“Mereka memerasku, menipuku, menyuruhku menjadi babu, menyiramkan air padaku, dan bahkan mencorat-coret mejaku! Bentuk bullying apa lagi yang belum mereka lakukan padaku!? Haha!”

Naoto mengeluarkan tawa membosankan dengan sangat menyedihkan.

—Sudah beberapa tahun sejak dia menyadari abnormalitasnya.

Tapi walaupun dia sudah tahu hal itu, dia tidak pernah introspeksi diri, malahan, dia menerimanya dengan lapang dada. Dia mengakui apa yang dia sukai dengan terbuka, memberitahu semua orang mengenai sifatnya, dan menolak seorang gadis senior yang cantik dengan sopan, berkata kalau dia tidak punya fungsi mekanis.

Dan inilah konsekuensinya.

Walaupun kehidupan umat manusia kini berada di dalam dunia yang penuh gear, bullying di sekolah tidak akan pernah berhenti.

Tapi ini hanyalah hutang yang harus dia bayar karena tidak memiliki kesadaran social—walaupun dia sudah menyadari hal itu. Itu tidak cukup untuk mengurangi ketidaknyamanan dari seragamnya yang basah kuyup.

“Haa…syukurlah. Aku pulang…”

Dia membuka pintu, cat pintu tersebut terlihat sudah memudar, dan memasuki rumah tempat dia tinggal. Namun, tidak ada yang menyambutnya.

Naoto tinggal sendirian.

Beberapa tahun lalu, orang tuanya meninggal satu per satu; dia tidak punya teman, dan apa yang diwariskan padanya adalah rumah bobrok ini—dan peralatan kerja orang tuanya, alat mekanik kualitas rendah, yang pernah mereka pakai.

Naoto melempar tasnya kedalam kamarnya, dan berjalan disekitar koridor menuju ruang tamu.

Ruangan ini adalah bengkelnya.

Ada tumpukan suku cadang menumpuk di samping pintu, dan peralatan kerja yang digunakan untuk memotong suku cadang di dinding. Penyejuk udara yang digunakan untuk menyedot debu ada di atap, mengeluarkan suara mesin dengan sunyi.

Di tengah-tengan ruangan redup ini terdapat sebuah meja operasi—bukan, sebuah meja kerja.

Dan ada sebuah automaton yang terbaring disana.

Jenis modelnya adalah gaya Jepang, dan fisiknya sendiri adalah seorang gadis muda berumur sekitar 14 tahun. Bola mata kaca yang pudarnya menatap ke atas dengan lesu, dan orang bisa melihat kabel dan benang teruntai keluar, keluar dari semua celah yang terbuka di seluruh tubuhnya.

“Aku pulang…”

Naoto berbicara pada gadis itu.

Itu adalah automata yang dibuat Naoto dari kumpulan suku cadang bekas.

Di era ini, seluruh planet ditenagai oleh gear, dan keterampilan untuk membuat kembali tubuh manusia dari suku cadang bekas itu tidaklah sulit.

Pada waktu luang diantara sekolah dan kerja paruh waktu, dia akan memulung di bangunan pembuangan sampah dan mengumpulkan setiap gear dan baut dengan gigih, bereksperimen dengan peralatan dan buku petunjuk yang ditinggalkan orang tuanya terus menerus, dan setelah melewati kegagalan yang berulang-ulang, sedikit berhasil membuat kembali tubuh manusia sampai tahap ini dengan penggunaan suku cadang bekas.

Benda ini, yang hampir tidak memiliki bentuk, adalah kebanggaan dan kesenangan Naoto.

“Kalau begitu, aku akan mandi untuk menyegarkan diri, dan mulai berusaha lebih berusaha keras lagi.”

Dia menyemangati dirinya sendiri, dan berbalik.

Naoto kemudian melepaskan semua pakaiannya, kecuali headphone-nya, dan berjalan ke arah kamar mandi dengan santai.



***



BAGIAN KETIGA

*Thud*

“Uhhaa--!”

Naoto mengeluarkan suara aneh saat dia memasukkan tubuhnya ke bak mandi sempit.

Dia membolak-balik halaman edisi terbaru dari ‘Automata Fan’ dengan hati-hati untuk mencegahnya basah.

“Jadi komponen kaki dari Industri Berat Karasawa memang sangat aktif!! Ohh!? Ini Arsitektur Gear Double yang cantik!! Apa Industri Murakami itu Dewa!?”

Benda yang memikat Naoto seperti itu adalah majalah bulanan mengenai Automata. Majalah ini adalah majalah professional yang menunjukkan detail tren teknologi terbaru di industry.

Bagi Naoto, majalah ini adalah kekasihnya, ada di tingkat yang sama dengan kebanggaan dan kesenangannya.

"Aku memang harus melihat Aula Kaiyou untuk teknologi terbaru. Tapi No-Sign tidak terlalu buruk dalam hal harga keseluruhan, kurasa. Hm..untuk pegasnya, Rotary Damaz…”

Naoto membolak-balik majalahnya dengan senang, dan akhirnya berhenti secara tiba-tiba.

Di halaman itu terdaftar koleksi spesial pegas automata. Halaman itu menuliskan spesifikasi dan harga sebagai perbandingan, mulai dari tipe kuno yang terkenal dan sudah tidak diproduksi sampai suku cadang militer terbaru.

Saat dia melihat harga loak suku cadang tertua diantara pegas-pegas tersebut, Naoto hanya bisa menghela napas.

Dia menggaruk kepalanya dengan cepat,

“Masalahnya memang tinggal pegasnya. Hanya benda ini yang tidak bisa kupulung dari tempat pembuangan sampah.”

Pegas untuk sebuah automata berfungsi sendiri sebagai generator energi yang mengekstrak energi dari gravitasi; saat tidak dibutuhkan lagi, pegas itu akan didaur ulang di fasilitas khusus. Sehingga, berbeda dari suku cadang lain, pegas tersebut tidak akan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

“…Aku tidak punya uang untuk mendapatkannya secara legal…”

Dia menghabiskan waktu satu tahun untuk mengumpulkan suku cadang dari segala tempat. Kemudian dia menghabiskan dua tahun kegagalan yang tak terhitung sebelum akhirnya dia bisa membuat automata itu.

Dia menghabiskan waktu selama itu membuat automata tersbut, tapi dia tidak bisa melangkah maju.

Masalahnya karena dia tidak bisa mendapatkan pegas, dan juga karena Naoto sendiri.

Naoto sering mengabaikan kesehatannya karena fanatismenya dengan mekanik, tapi kemampuan teknisnya itu medioker.

—Memang benar sebagai seorang amatir, dia sudah belajar cukup banyak. Tangannya gesit, dan pastinya dia tidak mungkin tidak punya talenta.

Tapi itulah batasannya.

Mengesampingkan fakta kalau dia tidak bisa membeli suku cadang ortodoks untuk menyusun automata itu, dia tidak punya keahlian atau ketrampilan teknis dalam menyusun kembali sebuah automata menggunakan suku cadang gagal.

Dia memang berhasil mempelajarinya menggunakan buku petunjuk yang sudah tua, tapi pekerjaan teknisi gear  tidak sesederhana itu sampai-sampai seorang amatir bisa mempelajarinya sendirian. Walaupun dia ingin masuk ke sekolah khusus jam seperti itu, dia tidak punya uang.

Ditambah lagi, masalah apakah automata tambal sulam itu bisa bergerak atau tidak. Automata itu tidak punya daya sedikitpun, jadi dia tidak bisa mengetes pergerakannya sama sekali.

Automata itu bisa bergerak, barangkali, hanya sedikit, mungkin, dia berpikir begitu.

Inilah situasinya.

“…Yah, uang tidak akan jatuh kepadaku tidak peduli bagaimana aku mengeluh.”

Naoto mengheela napas sambil berkata demikian, dan sekali lagi memusatkan perhatiannya pada majalah itu.

—Di saat itu.

Melalui headphone-nya, telinganya menangkap suara asing.
Dia mengangkat kepalanya tanpa pikir panjang.

Tentu saja, tidak ada yang bisa dia lihat selain atap kamar mandinya.
Namun, dia mendengar sesuatu melayang di langit dengan jelas. Benda itu bukanlah pesawat terbang, sesuatu mendekat dengan kecepatan yang sangat mencengangkan—

BOOOMM!!!

Dan akhirnya,

Sebuah dentuman yang bisa membuatnya gegar otak mengguncangkan telinganya.

Kamar mandi dan bangunan itu berguncang, seakan terangkat oleh goncangan tadi. Majalah yang tidak sengaja ia lepas tercebur ke dalam air bak—tintanya dengan cepat merembes keluar, dan majalahnya memudar menjadi mosaik dengan cepat.

“Argh!! Aku belum selesai membacanya—tunggu, bukan waktunya untuk memikirkan itu! Tadi itu apa!?”

Setelah sejenak melarikan diri dari kenyataan, Naoto dengan cepat melompat keluar dari bak mandi.

Suara yang mengganggu telinga dan goncangan tiba-tiba melanda apartemen itu; suara itu terdengar seperti sebuah ledakan atau palu penghancur bangunan yang telah menghantam langsung bangunan itu. Salah satu dari itu, atau—

“Sebuah meteor…!? Kau pasti bercanda!”

Naoto bergumam sendiri sambil berlari keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Yang paling utama adalah, dia harus memeriksa kalau automata di ruang kerjanya baik-baik sa-

“ARGGGHHHWSEDRFTGYFUJIKOLP—!?”

Dia mengeluarkan teriakan bodoh yang tidak masuk akal.

Ruang tamu dan ruang makan di ujung koridor hancur sepenuhnya.

Atapnya jebol, dan sejumlah besar puing dan debu mengubur ruangan itu sepenuhnya.

“Ba-Bagaimana ini… bisa terjadi…!”

Lutut Naoto jatuh ke lantai sambil mengeluarkan teriakan yang penuh penderitaan, menangis.

“Apa!? Apa itu!? Apa yang sebenarnya sudah kulakukan!?”

Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi sama sekali.

Dia ingin menikmati mandi dan membaca majalah, tapi sebuah meteor jatuh ke rumahnya, menghancurkan rumahnya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia katakan, tapi—

“Be-Benar—aku harus melihat apa yang terjadi!”

Naoto mengumpulkan tenaga pada tubuh lemasnya dan memaksa dirinya untuk berdiri.

Apa itu benar-benar meteor?

Sungguh beruntung, kelihatannya hanya ruang tamu yang hancur. Karena ruang kerja yang jauh dari ruang tamu masih baik-baik saja.

“Ahh, yang benar saja… sial, sialan! Sinting!”

Naoto berkata seperti itu sambil berlari ke tempat reruntuhan, dimana debu terus meluas.

“Ap… apa-apaan!?”

Dengan air mata dan ingusnya keluar, dia menyingkirkan puing-puing satu demi satu.

“Haa, haa…!”

Telapak tangan Naoto berdarah, mungkin karena sesuatu telah menggoresnya. Saat dia menyingkirkan puing-puing itu, lantainya berderit.

Dia melihat ke atas, dan ada sebuah lubang besar yang melewati atap.

Lantainya belum jebol, tapi orang akan penasaran seberapa lama lantai itu bisa menopang beratnya…barangkali memang ada sesuatu yang jatuh dari langit—

“Jangan bilang kalau itu memang meteor…!? Apa yang sudah kulakukan sampai bisa memicu peristiwa konyol ini!?”

Naoto berkeluh kesah dengan keberatan sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan tangannya yang berdarah.

Dia kebingungan sambil menyingkirkan puing-puing.

Apa yang sebenarnya menyebabkan hal ini terjadi?

Kalau ini terjadi karena manusia, dia pastinya harus membuat orang itu menangis, meminta maaf, dan memberi kompensasi.

Tapi kalau itu meteor sungguhan… tidak, tunggu dulu? Sepertinya meteor bernilai banyak uang. Dalam hal ini, mungkin ini adalah berkah baginya. Dia bisa tinggal di apartemen baru, dan bahkan membeli pegas baru—

Saat Naoto berpikir demikian, ada sesuatu di tengah-tengah puing-puing itu, dan dia berhenti karena hal itu.

“…Apa, ini?”

Naoto menatap benda itu, memeriksanya.

Ada sebuah kotak hitam yang besar terkubur di tengah-tengah puing-puing—sebuah kotak kontainer.

Tekstur dan strukturnya terlihat berbeda dari kotak logam, dan sepertinya kotak ini hanya dipakai oleh orang-orang seperti ‘militer’, atau mungkin sebuah fasilitas penelitian tertentu…?

Tapi tak peduli apapun itu, sepertinya ada sesuatu yang cukup penting tersembunyi didalamnya.

“Jadi itu bukan meteor. itu hanya sesuatu yang berharga… ya kan?”

Lebih singkatnya jika seseorang memperhatikan mereka akan paham kalau kotak itu tidak akan menahan tabrakan jika terjatuh dari ketinggian yang tinggi—bingkai kontainer itu rusak berat dan ada lubang yang cukup besar yang mana satu orang manusia dapat memasukinya.

Naoto merenung selama beberapa saat, dan kemudian menyimpulkan.

“…Benar, aku tidak tahu apa isinya, tapi kalau itu adalah sesuatu yang berharga, aku akan menggunakannya sebagai kompensasi dan meringankan penderitaanku. Bersiaplah!”

Naoto memaksakan tubuhnya masuk melalui celah kontainer itu dan memasuki kontainer itu.

Dia menginjak material bantalan yang lembut sambil terus masuk menelusuri kontainer itu, dan bergumam,

“Kalau tidak ada harta karun di dalamnya, kau harus bersiap-siap, tahu? Tak peduli dari mana kau jatuh, aku akan menyelidikinya dan menuntut permintaan maaf dan kompensasi, baik melalui hakim atau—“

Namun.

Naoto berhenti berbicara setelah dia melihat apa yang ada di dalam kontainer itu.

Tidak, dia tidak hanya kehilangan kata-kata; napasnya telah diambil.

Mungkin jantungnya telah berhenti berdetak.

Itulah tingkatan syok yang dia rasakan.

Itu adalah sebuah peti mati.

Setidaknya, itulah yang Naoto pikirkan.

Peti mati itu terbuat dari kaca, dipenuhi dengan teknologi menakjubkan yang menyerupai pergerakan mesin jam mekanis yang rumit…

Seorang gadis tertidur di dalamnya.

Dia terbaring di tengah-tengah suku cadang mekanis—baut, silinder motor, kabel, pegas, gear, tidur dengan tenang.

Dia terlihat masih remaja; dia memiliki rambut perak yang lurus dan wajah lembut. Walaupun dia berpakaian dalam gaun hitam elegan dan sederhana, tubuhnya yang semampai dan mirip peri itu bisa dia bayangkan dalam pikirannya.

Naoto tidak bisa berkata-kata.

Atau malahan, setiap kritikus, tidak peduli sepedas apapun kritikan mereka, akan terdiam.

Bentuk ‘terhebat’ tertentu tepat ada di depannya, dapat memikat hati penonton dalam sekejap. Kecantikan itu bukanlah sesuatu yang bisa dibatasi oleh istilah, manis atau imut; kecantikan itu sudah meliputi semua bentuk kecantikan di dunia.

…Benar, itu adalah…

Boneka Clockwork, Automata, bentuk ‘terhebat’,,,!

Setelah Naoto menyadari hal itu, dia berada di tengah-tengah rasa suka citanya



***




BAGIAN KEEMPAT

Di sebuah ‘pelabuhan’.

Beberapa jalur besar dari baja terhampar di bawah langit malam yang hitam.

Jalur itu adalah jembatan penyangga.

Landasan 3500m itu berputar melawan arah jarum jam berlawanan dengan gear raksasa di daerah Osaka, yang berputar lambat.

—Bandara Internasional Kansai

Bandara itu adalah persimpangan internasional yang sudah digunakan sangat lama sebelum planet ini dilapisi oleh gear, bandara yang penuh dengan sejarah.

Walaupun bandara itu memiliki sejarah lebih dari 1000 tahun, konstruksinya sendiri sudah diperbaharui beberapa tahun lalu. Gear-gear yang berputar dapat terdengar dengan sangat jelas dimana-mana.

Di antara mereka, ada angkutan pengangkut yang besar di sudut pelabuhan yang melayang di udara, beranda ketujuh, landasan yang tidak dibuka untuk umum.

Mesin pekerja akan memasuki palka yang terbuka dari samping, dan kontainer dengan tanda cat dipindahkan dengan teratur, di bawah pengawasan sejumlah banyak pekerja.

Kontainer-kontainer yang melewati landasan akan dikirim ke gudang di area terminal ketujuh. Kontainer-kontainer itu kemudian akan dipindahkan ke truk dan dikirim menuju piston ke seluruh area berbahaya dan kembali.

…Itulah prosedur yang seharusnya.

“Kontainer itu jatuh, kau bilang?”

Berlokasi di ruang resepsi di terminal ketujuh.

Seorang gadis berpakaian kemeja biru gelap dan mantel musim panas mirip haori berwarna krem memutar kepalanya dan bertanya dengan ragu-ragu.

“Yah…sepertinya begitu, ada beberapa masalah…”

“Aku tahu itu.”

Gadis itu terdengar dingin saat dia mengibaskan rambut pirang terang di lehernya. Dia menatap tajam ke arah pria itu, mendorong pria itu sebelum melanjutkan kata-katanya.

Dan sebagai responnya, pria itu menghindari tatapan gadis itu sepanjang percakapan ini dengan menundukkan kepalanya.

Saat dia terus merasa gelisah dengan penuh rasa takut, citranya sebagai manajer kargo dan jas yang terlihat mewah sudah hancur.

“Kau baru saja bilang kalau sebuah kontainer jatuh. Aku sedikit kesulitan untuk mengerti hal ini, apa maksudnya hal itu?”

Apa itu kegagalan mesin atau kesalahan manusia? Tidak peduli apa itu, ini pastinya kesalahan pihak pelabuhan, khususnya karena disana ada mesin-mesin bagus yang dilapisi dengan bungkus khusus. Walaupun benda-benda itu tejatuh saat pemindahan, tidak akan ada masalah serius.

“Apa itu kecelakaan yang melibatkan pekerja di lapangan?”

“Tidak, bukan hal itu, proses pemuatannya berjalan baik, dan kontainer yang tersisa sudah dikirim semua dalam satu jam.”

Situasinya menjadi lebih dan lebih membingungkan.

Dimana letak sebenarnya masalah ini?

Manajer kargo itu menggenggam sapu tangan penuh keringat dalam genggamannya, terlihat memiliki masalah saat dia menatap gadis itu.

“Kecelakaan yang kubicarakan terjadi saat penerbangan, bukan saat lepas landas atau saat mendarat.”

Gadis itu tetap diam sambil menatap manajer kargo itu.

Sebagai responnya, pria itu hanya bisa berkata malu-malu, mungkin karena tekanan dari tatapan gadis itu atau ukuran mungilnya yang mungkin sekitar sepertiga dari ukurannya.

“Yah, pe-permintaannya mendadak. Ada kecerobohan saat proses pemuatan, jadi kami lupa mengencangkan salah satu kontainer…”

“Jadi, kontainer itu jatuh di tengah penerbangan?”

“A-aku benar-benar minta maaf mengenai hal ini…ini pertama kalinya kecelakaan seperti ini terjadi sejak bandara kami mulai beroperasi. Kami mengakui kalau kami menghabiskan cukup banyak waktu untuk hal ini, dan ada keterlambatan dalam laporannya.”

“Kontainer mana yang jatuh?”

Gadis itu bertanya dengan nada tenang tapi tajam.

Dan manajer kargo itu seakan terengah.

“…Kontainer YD-01.”

“—“

“A-aku benar-benar minta maaf mengenai hal ini!”

Dia menundukkan kepalanya lebih rendah, tapi gadis itu tidak memperhatikannya sama sekali.

“…Ini adalah apa yang coba kau beritahukan padaku, kan?”

Gadis itu berbicara, suaranya seakan naik dari lembah neraka.

"Sebuah pengangkut besar melakukan penerbangan darurat dan mengangkut personil bersamaan dengan material penting, dan entah mengapa, pintu bawahnya terbuka sendiri. Salah satu dari 3558 kontainer tidak diikat erat karena kecerobohan, dan secara kebetulan kontainernya adalah kontainer yang paling penting, paling berharga, kontainer 'itu' yang tidak bisa tergantikan?”

“Iya…”

“Kalau ini sekedar lelucon khas Jepang, aku tidak bisa tertawa mendengar lelucon ini.”

“A-aku benar-benar minta ma…”

Pria itu sudah meminta maaf untuk yang kesekian kalinya, dan dia melirik gadis itu, ingin melihat reaksinya. Wajah tabah gadis itu tetap tidak menunjukkan emosi saat dia menatap balik pria itu.

Disaat seperti ini, manajer kargo itu merasakan perasaan yang hampir sama seperti seorang terpidana mati yang menghadapi tiang gantung.

Sebenarnya, situasi ini cukup mirip dengan metafora tadi. Situasinya tidak bisa diselesaikan melalui permintaan maaf dan kompensasi; akan sangat melegakan kalau dia hanya dipecat, tapi dari ekspresi gadis itu, mungkin perusahaannya harus ditutup—mungkin?

Gadis itu tersenyum secerah bunga yang mekar.

Mata hijau lembutnya menunjukkan wajah tomboy, bibir tipis berwarna merah mudanya melengkung dalam sukacita.

--Dan sebuah perubahan besar terjadi.

Gadis itu berbalik dengan tajam, menghantamkan kopernya ke wajah pria itu.

Hidung pria itu patah, darah berhamburan.

Dia menatap rendah ke arah pria itu yang menjerit seperti babi yang dibantai, menggeliat kesakitan, mata gadis itu dipenuhi kemarahan.

Dia kemudian meludah,

"Kau tidak berguna saat bekerja, alasanmu tolol, leluconmu tidak lucu—sepertinya Orang Jepang yang pekerja keras dan cakap hanyalah masa lalu. Sekarang aku benar-benar mengeti—Halter!”

Setelah mendengar suara yang memanggilnya, seorang pria botak, yang sudah bersiaga di sudut ruangan, pelan-pelan berdiri. Tingginya melebihi 2m, tubuh berototnya ditutupi dengan setelan kelabu tua, dan jelas sekali, dia terlihat seperti seorang pembunuh professional atau seorang teroris bagaimanapun dia terlihat.

Dia berbicara sedikit lembut,

“Meister Marie—aku berpikir kalau kau tidak sopan telah menaikkan suaramu seperti itu. Dan juga, kekerasan bukanlah hal yang baik.”

Setelah mendengar hal itu, gadis yang dipanggil ‘Meister Marie’ mendengus, dan membalas dengan angkuh,

“Halter, siapa yang menyewa orang-orang tidak berguna ini?”

Pria yang ditanyai, Halter, menatap ke arah manajer kargo yang sedang menangis dengan sangat menyedihkan,

“Tidak, sejarah performa mereka sangat luar biasa dan aku memang ingat kalau performa seluruh tim staf mereka sangat baik, sangat berpengalaman dalam pekerjaan mereka. Masalahnya disini, kupikir, adalah jadwal yang terlalu padat?”

“Lalu apa? Apa kita harus memaafkan kesalahan yang belum pernah terjadi dan tidak terduga dari angkutan pengangkut yang baru saja menjatuhkan sebuah kargo dengan alasan ‘kami terlalu sibuk’?

Gadis itu mengeluarkan sebuah ‘Chrono Compass’ dari saku bajunya, melihat waktu pada benda itu, dan menghela napas. Benda itu adalah jam yang sangat rumit, sebuah simbol dari seorang Teknisi Jam Kelas Satu (Meister).

“—Tapi memang benar kita tidak punya banyak waktu. Ahh, kadar gulaku…”

Gadis itu mengeluarkan lollipop warna-warni, dan mulai menjilatinya, memerintah dengan wajah tidak senang.

“Kirim tim reklamasi sesegera mungkin. Kita harus mengkonfirmasi kalau isi kontainernya tidak tergores, dan juga kita harus memastikan kotaknya apa keadaannya baik-baik saja. Pastikan kalau dia diambil kembali apapun yang terjadi.

“Dimengerti.”

Halter membungkuk seperti seorang pelayan, dan mulai menggunakan alat telekomunikasi di dalam ruang resepsi.

Gadis itu melirik ke arah Halter dari samping, dan pergi ke lobi.

“…Memang benar kita tidak punya waktu.”

Di dunia yang sekarang, kota-kota dibangun di atas banyak gear.

Karena gear-gear itu terus bergerak, ada batasan seberapa jauh jarak mereka bisa mengangkut barang-barang bahkan jika mereka memindahkan barang-barang dari satu kota ke kota lainnya. Satu-satunya jalan hanyalah ‘Terowongan Silinder’ dan rute udara. Konstruksi ‘Terowongan Silinder’ adalah tempat dimana mereka tidak bisa merubah arah tujuan pengiriman dengan semaunya, dan karena jaraknya, pengiriman lewat udara adalah pilihan satu-satunya—

102 Teknisi.

500 Automata.

Dan 3558 Kontainer.

Bahkan gadis itu merasa kalau mengirimkan sejumlah besar barang dan manusia dari Kanada ke Jepang dalam sehari itu sedikit terlalu berat.

Bagaimanapun—

“Jika itu adalah masalahnya, seharusnya ada batasan akan beberapa jenis kesalahan yang dilakukan, iya kan…!?”

Setelah dia sampai di pintu masuk lobi, dia melihat kalau timnya sudah berkumpul disana dengan barang-barang bawaan di belakang mereka. Teknisi-teknisi yang berbeda jenis kelamin, umur dan rasnya berdiri tegak dengan cepat setelah mereka melihat gadis itu.

Mereka menatap gadis itu sambil tetap diam, tapi gadis itu tidak menunjukkan tanda-tanda canggung saat dia bertanya dengan tenang,

“Apa semuanya siap?”

“Tentu saja, Meister Marie.”

Pria berumur 50-an, salah seorang teknisi, berdiri sebagai perwakilan mereka, dan mengangguk. Gadis itu kemudian berkata padanya,

“Proses pembongkaran muatannya akan selesai dalam satu jam. Saat semua muatan itu diangkut ke Menara inti di Kyoto, tolong buka semua kontainer yang diperlukan untuk pekerjaan kita.”

“Serahkan pada kami.”

“Aku akan pergi langsung ke sana setelah pekerjaan di biro administrasi selesai. Kita akan mulai bekerja besok, waktu lokal  06.00. Sebelum waktu itu, semua automata harus sudah diberi pegas, dan tim pekerja akan diserahkan pada tiap ketua masing-masing, mengerti?”

“Dimengerti.”

Para anggota staf membungkuk sopan pada gadis muda itu setelah dia menyatakan instruksinya dengan jelas.
Gadis itu memperhatikan timnya bersiap untuk bekerja, dan menghela napas saat dia berdiri di tengah lobi.

Mengapa situasinya tidak berjalan mulus kali ini?

Situasinya belum pernah terjadi sebelumnya, baik waktu persiapan yang pendek maupun kecelakaan di tengah-tengah pengangkutan.

“…Perasaanku tidak enak mengenai hal ini.”

Semoga saja aku hanya terlalu khawatir. Gadis itu bergumam pada dirinya sendiri.

Disaat itu,

“Maafkan saya, tapi apakah anda Profesor Marie Bell Breguet dari ‘Meister Guild’?”

Sebuah suara terdengar dari belakang, dan si gadis Marie berbalik.
Ada sekitar 10 pria berdiri disana, berpakaian setelan hitam seperti mereka sedang ada di upacara pemakaman, berpakaian pintar dengan dasi yang membosankan.

Merasa tersinggung oleh senyum palsu yang mereka tunjukkan, Marie meludah dengan hati-hati.

“Aku tidak suka orang-orang memanggilku dengan nama lengkapku.”

“Kalau begitu saya minta maaf, Profesor Breguet. Sebuah kehormatan berjumpa dengan anda”

Para pria itu terus tersenyum, dan melanjutkan,

"Kami dari ‘militer’, merepresentasikan Jalur jaringan Kyoto. Selamat datang.”

“Saya minta maaf kalau kami tidak bisa menyediakan tempat tinggal di tempat kami karena situasi ini mendadak. Kami sudah menyediakan sebuah kamar bagi anda di Hotel Pusat, jadi kalau kau tidak keberatan, Profesor, tolong…”

“Tidak perlu seperti itu.”

Marie memotong perkataan pria itu, dan berkata,

“Aku berterimakasih kalian sudah berusaha sebanyak ini, tapi aku harus buru-buru pergi ke tempatnya dengan segera dan menyusun rencana restorasinya.”

“Begitu ya…tapi Profesor Breguet, dimana anda akan tinggal?”

“Stafku akan tidur disana dengan hanya sebuah selimut. Aku juga akan ada disana seperti mereka.”

“Tapi, sebagai putri dari keluarga Breguet…”

“Kami disini bukan untuk bertamasya.”

Aku tidak punya hal apapun untuk dikatakan. Dengan tingkah ini, Marie mengabaikan pria yang merasa khawatir itu saat dia berbalik menuju pintu masuk.

Para pria itu dengan buru-buru mengikuti mereka.

“Tolong tunggu dulu, Profesor Breguet. Kami berharap setidaknya anda beristirahat di hotel untuk malam ini. Malam ini, akan diadakan sebuah perjamuan.”

“Aku tidak punya waktu.”

Marie terus berjalan tanpa menoleh kebelakang.

Salah satu pria mencoba membantah, berkata,

“Profesor Breguet, kau tidak perlu tak sabaran begitu.”

“Ya. Saat ini, Kyoto sedang menjalami pemeliharaan dengan 1.400 teknisi, lebih dari 10.000 automata tersedia. Tidak ada masalah dengan keamanannya.”

“Tentu saja, kami sudah menginstruksikan mereka untuk mengikuti instruksi anda saat bekerja—“

“Aku tidak memerlukan mereka.”

Marie berbalik, berbicara dengan acuh tak acuh,

“Serahkan saja pekerjaannya pada timku. Tidak lama lagi, aku akan mengirim seorang wakil untuk menerima data mapnya dari kalian.”

“I-Iya…tapi Kyoto saat ini dalam penguasaan ‘militer’. Dengan rendah hati saya tidak berpikir kalau ada orang yang lebih mengerti mengenai fungsi kota daripada kami.”

“Pengaturan kota ini membutuhkan jumlah kerjasama yang rumit. Pekerjaannya tidak akan berjalan mulus kalau teknisinya tidak sinkron.”
“Maafkan saya, Profesor Breguet, tapi mereka dipertimbangkan sebagai papan atas di daerah kami…”

“—Kurasa seperti yang kuharapkan dari negara dengan selera humor yang buruk. Yah, kurasa kalian tidak akan mengerti sampai aku mengatakannya.”

Dan akhirnya, Marie menunjukkan senyuman lembut.

“Semua amatir yang tidak terlatih akan menghalangi jalanku kalau mereka terlibat. Itulah hal yang ingin kucoba katakan.”

“Ini…”

Kata-kata keras dari Marie membungkam pria-pria itu. Dia mengejek mereka dengan tatapan dingin, dan menyeringai,

“Apa kalian ingin aku memberitahu kalian apa yang sebenarnya kalian pikirkan? "Ini adalah area ‘militer’, kami mengawasi kalian, jadi jangan coba-cona untuk melakukan hal yang aneh-aneh". Itulah yang sebenarnya coba kalian katakan, kan?”

“Te-Tentu saja tidak? Kami pastinya tidak punya…”

“Walaupun setetes arak jatuh ke lumpur, lumpur tetaplah lumpur, tapi kalau sedikit lumpur bercampur dengan arak, tidak mungkin meminum arak itu.”

“…”

“Hanya ada satu permintaan yang ingin kuminta dari kalian. Cukup tutup mulut kalian dan tunggu di pinggiran. Kalian pasti bisa melakukan hal itu, kan?”

Setelah itu, Marie berbalik pergi tanpa mengantisipasi respon pria-pria itu, melewati gerbang pintu masuk.

Ada sebuah sedan seelok batu obsidian diparkir di bundaran di depan pintu gerbang bandara, dan Halter, yang sudah pergi duluan, sedang menunggunya.

Marie menyerahkan bagasi beratnya pada Halter, dan duduk di dalam mobil.

Halter kemudian masuk ke kursi supir. Marie mengencangkan sabuk pengamannya, dan berkata:

“Ayo pergi.”

“Dimengerti.”



---Disisi lain

“—Berjalan sesuai rencana.”

Salah satu pria berjas hitam berkata seperti itu saat mereka melihat sedan itu pergi.

Menariknya, tidak ada tanda-tanda kemarahan atau ketidakpuasan bahkan setelah mereka diolok-olok oleh gadis semuda itu. Mereka tersenyum, seakan-akan merasa lega.

Salah satu dari mereka  menyeringai, dan berkata ,

“Untungnya, dia adalah putri yang angkuh, seperti yang rumor katakan. Dia mudah dimanipulasi.”

“Kalau begitu, biarkan dia bekerja dan kita mengklaim hasil kerjanya.”
Mereka menunjukkan senyum mengancam, mencemooh kata-kata gadis tadi yang mengolok-olok mereka.

Hanya mereka yang mendengar kata-kata itu.



***




BAGIAN KELIMA

“Ahh—Aku benar-benar lelah.”

Di mobil yang sedang berjalan.

Marie bersandar ke kursi mobil seperti balon yang mengempis.

Halter melihat hal ini melalui kaca spion, dan meringis.

“Anda sudah mengalami hal yang berat.”

“Berat? Berat kakiku! Aku diawasi oleh para hyena dimanapun aku pergi! Kau pasti bercanda!”

Gadis itu menjawab dengan kekanak-kanakan sambil melepaskan mantel musim panas dan sepatunya. Kemudian, dia mengeluarkan sebatang coklat dari kantong tasnya, dan menggigitnya.

“Tidak ada seorangpun, bahkan ‘Meister Guild' atau pemerintah Jepang yang bisa melakukan persiapan sebelumnya. Aku hanya seorang teknisi jam, mengapa aku harus mengurusi organisasi lokal?”

Marie mengoceh sambil berguling-guling di kursi belakang, membuang semua aspek seorang putri yang tidak pernah menderita dan memerintah pria yang lebih tua dengan jelas.
Dia sudah dalam mode gadis arogan dan busuknya.

Halter membunuh dorongan untuk tertawa karena melihat perbedaan drastis seperti itu, dan memarahinya.

“Milady, tolong jangan melupakan etika anda sebagai seorang wanita yang baik walaupun anda ada di dalam mobil.”




“Tinggalkan aku sendiri.”

“Ini adalah pekerjaanku. Lihat? Keliman kemeja anda kusut.”

“Lalu? Apa? Kau mau mengintip?”

“Aku tidak tertarik pada bocah. Mungkin 10 tahun lagi.”

“Mati sana.”

Marie menendang bagian belakang kursi supir.

Halter hampir mengenai kemudi mobil di depannya, dan tertawa, sambil berkata:

“Bocah-bocah di Akademi akan pingsan dengan rasa senang kalau mereka melihat hal ini.”

“Memangnya aku peduli soal mereka. Memangnya kau pikir aku ini siapa?”

Karena itu, tentu saja. Halter mengeluarkan tawa kecil.

Ahem. Halter mendengus, dan menjawab.

“Anda adalah Profesor Breguet yang terkenal, cantik dan belum pernah terjadi sebelumnya ada yang lulus sebagai lulusan terbaik dari banyak universitas terkenal. Saat masa belajar anda, di umur termuda yaitu 13 tahun, anda berhasil mejadi seorang teknisi jam kelas satu, seorang Meister, puncak dari 200 juta teknisi jam di dunia. Aku, Halter, sangat bangga menjadi sekretaris anda—”

“Itu menjijikan, kau diam saja!”

Marie meratap, dan Halter berhenti berbicara saat dia tertawa.

Halter menatap gadis itu dengan lembut, yang sedang menggembungkan pipinya, dan melanjutkan,

“Kumohon, Milady, jangan mencari-cari musuh.”

“Apa? Apa ini ceramah?”

“Ini sebuah nasihat. Aku mengerti kalau anda sangat tidak sabar mengenai hal seperti itu, tapi benda itu adalah gear penting yang membuat masyarakat dunia ini meskipun mereka seperti itu. Kita tidak akan dapat keuntungan apa-apa kalau mereka menderita dan membenci kita.”

“Aku percaya aku sudah sopan terhadap mereka, Kalau aku adalah ‘kakak perempuanku’, mereka mungkin sudah menghilang bersama dengan perusahaan mereka.”

“Tidak perlu membandingkan diri anda dengan dia yang luar biasa…”

“Ngomong-ngomong, apa lagi yang bias para amatiran itu lakukan?”

“—Hnn, mereka tidak bisa melakukan apapun, tidak ada.”

Ini adalah bagian yang mengerikan, tapi gadis ini belum menyadarinya.

Walaupun dia memiliki talenta tertinggi di dunia, dia masih belum matang. Halter menurunkan halisnya.

“…Yah, sebenarnya, ada sesuatu yang aneh sedang terjadi.”

Marie terus bersandar di kursi, menikmati coklatnya sambil memiringkan kepalanya.

“Walaupun kita mengusir mereka karena mereka terlalu menyebalkan, mengapa kita terburu-buru seperti ini saat ada markas ‘militer’ di dekat sini?”

“Hm…? Ngomong-ngomong, apa alasan mereka mengirim kita ke sini?”

“Alasannya hanya masalah gravitasi biasa. Mereka bilang ada sebuah kesalahan dengan Menara intinya, bahwa gravitasinya tidak bisa diatur kembali ke nilai normal atau sesuatu seperti itu. Nilainya meningkat sebesar 1% atau kurang lebih seperti itu.”

“Itu benar-benar aneh. Perawatan sederhana seharusnya cukup untuk memecahkan masalah setingkat itu.”

“Ada-ada saja. Tidak perlu mengirim semuanya ke sini secara mendadak dari Kanada; mengapa mereka juga memanggilku ‘untuk berjaga-jaga kalau sesuatu terjadi’?”

“Tapi teknisi ‘militer’ tidak memiliki tingkat keahlian teknis bahkan dibandingkan dengan jumlah kita. Kalau Pemerintah Jepang tidak mengirim permintaan pada ‘Meister Guild’, mereka mungkin merasa khawatir tidak dapat mengurus tanggung jawab seperti itu jika sebuah kesalahan terjadi, mungkin?”

“Selalu politik, politik, politik dimana-mana… tidak bisa dimaafkan kalau liburanku menghilang dalam asap hanya untuk menyelamatkan muka para kakek-kakek itu. Ahh, aku rindu Absinthe Paris…”

“Itu bukan sesuatu yang harusnya diminum oleh gadis muda yang cantik.”

“Kau menyebalkan.”

“Ya ya—kita pergi ke biro administarsi dulu, kan?”

Halter bertanya, dan Marie mengangguk sambil menggerogoti coklatnya.

“Ah—iya. Aku berencana untuk beristirahat setelah menyelesaikan prosedur dan rencananya. Hubungi aku segera jika kau menemukan dia.”

“Dimengerti.”

Dia bisa melihat pusat kota ini dari jendela mobil. Menara inti, berdiri tinggi sampai awan, akan menjadi tempat kerja sementara mulai besok baginya. Dia mengangkat kepalanya, dan melihat kalau ‘Equator Spring’, yang terlihat membelah langit menjadi dua, sedang berputar seperti biasa.

Dunia ini dibangun menggunakan gear yang tak terhitung jumlahnya.
Dan benda yang memberikan semua momentum itu adalah ‘Equatorial Spring’, yang membuat sejumlah energy besar melalui tarikan gravitasi Bulan.

Clockwork Planet.
Sebuah dunia mekanis yang mana angin, temperatur, cuaca dan bahkan gravitasi dikontrol oleh gear.

Laut kering, daratan mati dipahat menjadi gear-gear bersamaan dengan kerak bumi.

Saat ini, tidak ada apapun dibawah gear-gear besar itu.
Bumi sudah menjadi sebuah sekam kosong yang melayang di luar angkasa.

Ini adalah skenario yang sudah berlanjut sejak 1000 tahun lalu.

Tapi bagi dunia ini yang tidak berbeda seperti jam mekanis yang sangat presisi, perawatan secara berkala dibutuhkan untuk menjamin operasinya terus berjalan normal.

Setiap bentuk mesin tidak bisa terus berjalan selamanya.

Mereka akan hancur, menua, menurun, dan akhirnya berhenti berjalan.

Oleh karena itu, ada keperluan untuk mencampuri dan meluruskan kembali mekanisme gear planet ini.

Ini adalah pekerjaan Marie Bell Breguet.

“Aku benar-benar… ingin beberapa Absinthe.”

Marie memanjakan dirinya dalam suasana membosankan nan tenang saat dia menatap kosong ke arah pemandangan yang bergerak di luar jendela.



***




BAGIAN KEENAM

Naoto perlahan-lahan mendekati ‘peti mati’ yang ada di hadapannya.

“Aku tidak tahu kapan lantainya akan ambruk. Harus memindahkan benda ini secepatnya…”

Dia berkeringat dingin setelah dia mendengar lantainya berderit setelah dia bergerak sedikit.

Dia mengelilingi ‘peti mati’ itu, mencari celah. Setelah mencari, dia tidak menemukan satupun lubang atau semacamnya. Peti itu sepertinya bukan peti yang memerlukan sebuah kunci, tapi ada banyak bagian yang bisa digerakkan. Apa ini sesuatu seperti sebuah teka-teki…?

“Hm… sebelah sini? Tidak, tidak cocok. Yang ini? Eh, buang-buang waktu saja—”

Klik!

Sepertinya ada sesuatu yang saling bertautan di tangannya, dan pegas berat di dalam ‘peti mati’ itu terlepas. Setelah itu, suara gear yang berputar bisa didengar, dan uap putih keluar dari celah instalasi.

“Bagus, petinya terbuka!”

Dia perlahan-lahan membuka tutup peti itu, melepaskan sabuk yang mengikat kencang gadis itu, menarik dan melepaskan kabel-kabel yang kegunaannya tidak diketahui, dan menarik keluar gadis itu dari ‘peti mati’.

—Dia sangat ringan.

Itulah hal pertama yang dia pikirkan.

Beratnya tidak aneh untuk gadis biasa, tapi dia sangat ringan untuk sebuah automata berukuran penuh. Ada kemungkinan kalau dia adalah automata yang digunakan untuk seks, tapi sulit untuk membayangkan sebuah benda berkualitas tinggi seperti ini hanya digunakan sebagai sebuah mainan. Tidak, tapi, apa-apaan dengan kelembutan kulit ini? pabrik mana yang membuat kualitas kulit seperti ini?

“Tidak, ini bukan saatnya berpikiran seperti itu, kalau aku tidak cepat-cepat…”

Naoto tersandung saat dia membawa gadis itu, menghabiskan cukup banyak tenaga untuk menariknya keluar dari kontainer.

Saat melihat keluar dari ruang keluarga yang berubah menjadi terbuka secara paksa, dia bisa melihat siluet ‘equator spring’ yang menggerakkan dunia ini di belakang langit berbintang.

Bangunan ini secara praktis adalah tanah kosong, dan ditimpa guncangan yang setara dengan sebuah meteor yang jatuh.

Jika dia berleha-leha, mungkin lantainya akan benar-benar ambruk…mungkin?

Naoto melihat sekitar dengan tenang untuk mengamati situasinya, dan saat ini, dia melihat semacam segel yang terdapat pada leher gadis yang dia bawa.

—’Y, ‘RyuZU’.’

“…RyuZU? Apa ini nama gadis ini?”

Tentu saja, tidak ada yang akan menjawab, tapi kemungkinan besar itu memang benar.

Naoto bertanya-tanya lagi mengenai cara untuk mengurus ‘automata terhebat’ ini ‘RyuZU’—hal yang pertama dia butuhkan adalah memastikan kalau dia memiliki alat-alati yang diperlukan.

Dia membersihkan puing-puing disekitar dan pergi ke ruang kerjanya.

Beruntung, ruang kerjanya terlihat tidak terlalu rusak.

Dia membuka pintu ruangan kerjanya, masuk ke dalam, dan melihat suku cadang dan peralatan yang berserakan dimana-mana.

Dia memastikan dirinya untuk berhati-hati agar kakinya yang tidak memakai alas apapun tidak menginjak suku cadang dan peralatan itu saat dia pergi ke tengah-tengah ruangan, menuju meja kerjanya.

Dia menatap automata yang belum dia selesaikan—

Dia kemudian mengambil keputusannya, dan memindahkan automata yang belum selesai itu dari meja kerja ke hangar, meletakkan RyuZU di meja itu sebagai gantinya.

Sementara itu, bangunannya berderit dan bergetar, seakan memberikan sebuah peringatan.

Naoto meyentuh leher RyuZU, mempertajam pendengarannya, dan mendengarkan dengan hati-hati.

“…Pegasnya masih bergerak, tapi yang lainnya tidak bisa bergerak. Apa dia memang benar-benar rusak?”

Kalau itu memang benar, dia hanya bisa memperbaikinya disini.

Dia tidak bisa membawa semua peralatan yang dibutuhkan, dan bahkan sejumlah kecil debu akan menyebabkan hambatan pada gear super kecil yang digunakan pada automata.

Dia mempertimbangkan hal itu berulang kali, dan membulatkan tekadnya.

Dia memutuskan kalau dia akan memperbaikannya sebelum gedungnya ambruk, dan kemudian pergi keluar.

“—Oke!”

Naoto menepak pipinya sendiri dengan kedua tangannya untuk memotivasi dirinya.

Dia memakai pakaian kerjanya, menurunkan tas pinggang yang tergantung di dinding, memasangkannya di pinggangnya, menyiapkan cahaya redup di meja kerjanya, dan menyalakannya.

Persiapannya sudah selesai.

Dia membawa gadis itu, dan menarik turun ritsleting di punggungnya.

Dia melepaskan gaunnya seperti seseorang yang melepaskan pembungkus kado, dan melihat postur tubuh belakang gadis itu, dan juga bahunya yang berkulit putih dan lembut di depannya…

Naoto mulai bekerja di tengah-tengah gedung terlihat seperti jika tanah kosong ini hampir ambruk.

Dia membalikkan RyuZU, menggerakkan jarinya di sepanjang bahu RyuZU. Kelihatannya ada sesuatu yang keras di balik kulitnya yang lembut. Dia menekannya sedikit, dan terdengar suara klik saat punggung RyuZU terbuka di bagian tengah seperti bunga yang mekar.

“…Wah!”

Fungsi-fungsi yang rumit terlihat di balik kulit yang terbuka itu, membuat Naoto merasa kalau seluruh alam semesta dicakup didalamnya.

Naoto terteguk.

Dia benar-benar ingin mempelajari bagian-bagian itu sepenuhnya jika bukan karena situasi sekarang. Dia menggelengkan kepalanya dan menggerakkan alat super kecil ke dalam punggung RyuZU.

—Jika tindakannya ini dilihat oleh seorang Meister tertentu, pasti akan ada yang berteriak padanya, sangat pasti.

Metode Naoto terlalu beresiko dibandingkan dengan kompleksitas konstruksi RyuZU.

Dia meraba-raba disini dan disana karena kebingungan dan frustasi, tapi entah mengapa dapat menunjukkan posisi yang benar dengan akurat. Namun, dia harus mencoba lagi berulang-ulang karena memilih alat yang salah.

Pertama, dia belum pernah menggunakan instrument pengukuran, apalagi sebuah map.

Sebuah automata humanoid yang dibuat penuh dari gear adalah sebuah kumpulan suku cadang yang rumit. Memperbaiki sebuah gear mungil tanpa sebuah map, akan membuat siapapun membutuhkan sebuah instrument mahal yang berfungsi untuk menunjukkan kerusakannya dengan tepat.

Seharusnya memang begitu, tapi Naoto mencari kerusakan itu menggunakan pendengarannya.

Dan tidak diragukan lagi didalamnya pasti ada kesalahan, dia terlihat seakan-akan dia tidak perlu mengecek dalamnya, dan juga dia sudah tahu dimana kerusakan itu berada…

“—Ada apa disini?”

Benar, Naoto sudah tahu tempat dimana kerusakan itu terjadi.

Dia hanya perlu mendengarkan saja dengan sederhana.

Didalamnya seperti ada sebuah melodi yang ditiup oleh seorang anak TK di tengah-tengah sebuah orkestra yang lebih besar suaranya dari Orkes Simfoni Vienna.

Ada sebuah noda pada mahakarya sempurna ini.

Bagaimana orang-orang bisa tahan dengan adanya gangguan seperti itu?

Sebuah desain dan produk yang sempurna, menjadi tidak sempurna karena dia tidak bisa bergerak, dan kesimpulannya, benar—itu menyebalkan. Itulah yang Naoto pikirkan.

Namun, masalahnya…

“Suku cadang apa ini sebenarnya…?”

Pengetahuan dan ketrampilan Naoto tidak cukup baginya untuk memahami ini.

Dia tidak tahu sama sekali suku cadang apa ini, atau mengapa suku cadang ini rusak.

Pada akhirnya, dia hanya bisa mendengarkan dan perlahan-lahan mencoba menyelaraskan lubang kunci yang jumlahnya tak terhitung satu demi satu.

Jika tangannya tidak sengaja terpeleset, dia bisa memotong saraf tiruan yang lebih tipis dari jarring laba-laba, atau dia bisa saja mengacaukan gear-gear berukuran nano didalamnya. Saat Silinder Utama rusak, automata tidak diragukan lagi sudah tidak bisa diselamatkan.

Ini adalah tantangan beresiko dan penuh bahaya.

…Dan Naoto menghabiskan 3 jam penuh melakukan pekerjaan perbaikan berbahaya ini.



***




BAGIAN KETUJUH

“—Haa…!”

3 jam berlalu.

Ini adalah 3 jam mengerikan dimana tubuhnya dan mungkin jiwanya diasah.

Pikiran dan daya tahan Naoto sudah habis, napasnya tak menentu.

“I-ini sudah selesai diperbaiki sekarang… mungkin?”

Dia mempunyai kepercayaan diri, tapi dia berpikir dengan gelisah.

Telinganya memberitahunya kalau ini baik-baik saja, tapi dia belum pernah mengecek konstruksinya sendiri.

Di saat-saat seperti ini, penyesalan muncul di dalam hatinya.

Haruskah seorang amatir seperti dirinya menyentuh mesin terhebat ini? kalau dia gagal, dia sudah melakukan kejahatan yang tidak bisa ditebus.

Naoto merasa ketakutan merangkak masuk ke dalamnya saat dia berpikir begitu, dan menggelengkan kepalanya.

“…Tidak, dia akan aktif kembali setelah aku memutar pegasnya lagi… kurasa.”

Naoto mengulurkan tangannya untuk sementara ke arah pundak gadis itu—pegas yang tersembunyi di bawah rambut peraknya, dan mulai memutarnya dengan tenang.

Namun, gedungnya terlihat tidak dalam kondisi yang bagus. Atapnya sudah bergetar selama beberapa waktu, dan retakan baru terbentuk di atap itu saat bagian-bagian kecil lepas dan jatuh.

“…Haa… haa….”

Dia memutar pegasnya berulang kali, mengumpulkan energi elastis untuk mengaktifkannya.

Tapi seberapa banyak kalipun dia memutarnya, dia tidak bisa merasakan apapun.
Denyut penyesalan naik dari perutnya, dan mengikatnya dengan erat.
Tidak mungkin, tidak mungkin tidak mungkin! Apa aku benar-benar gagal?

“—Sial… kau pasti bercanda!”

Pshh—

Dia mendengar suara yang fatal.

Dia tidak ingin melihatnya. Dan sebenarnya, dia tidak ingin tahu penjelasan lebih lanjutnya.

Meskipun begitu, telinga Naoto menyimpulkan sesuatu melalui headphone-nya.

Gedung sedikit demi sedikit mulai ambruk.

“Ah, si…”

Dia melihat keatas.

Atapnya ambruk, jatuh tepat ke arah Naoto—dan RyuZU.

Tapi di saat yang sama, dia merasakan sedikit sentuhan di tangannya.
Di waktu sekejap itu.



—RyuZU melompat dari meja kerja tanpa firasat apapun.

Dia langsung bergerak dengan tenaga penuh.

Gadis itu memeluk Naoto dengan gerakan yang cepat, sangat mustahil untuk melihatnya bisa aktif.

Penggerak kakinya berputar dengan kecepatan penuh, dan gear akselerasinya berputar cepat saat RyuZU melesat keluar dari jendela di sampingnya dengan Naoto di pelukannya, seperti sebuah meriam.

Semua ini terjadi dalam milidetik belaka sebelum atapnya ambruk.

“Uh, wahh…”

Mereka terjatuh.

Kelembaman menangkap keduanya.

Tinggi apartemen berlantai tujuh ini sekitar 20 meter, dan sebuah automata biasa tidak akan mendarat dengan aman dari ketinggian ini. Automata itu pasti akan hancur, dan Naoto akan mendarat langsung di tanah… bagaimanapun, gadis automata yang membawa Naoto menunjukkan keanggunan dan senyuman—dan sikap tenang.

Naoto menatap ke arah ekspresinya dari samping.

Sebuah kejadian pendek itu terjadi sekitar beberapa detik, tapi rasanya lusinan waktu membuat kejadian itu menjadi terasa lebih lama.

Di waktu saat mereka dekat dengan tanah, gadis itu dengan seketika menggerakkan kakinya dan mengganti posisinya, berputar dengan gesit.
Mereka mendarat.

“—!!”

Suara dentuman yang besar dapat terdengar.

Tapi guncangannya tidak sampai ke tubuh Naoto sama sekali.

Seberapa ampuh penghilang guncangan di automata ini? apa konstruksi kakinya hancur? Ahh, apa kulit buatannya rusak oleh pecahan–?

“…”

RyuZU melepaskannya tanpa berkata apapun, dan Naoto melepaskan genggaman gadis itu saat dia mendarat.

Dengan begitu, Naoto terjatuh tanpa berhasil berdiri tegak.

Pikirannya benar-benar kosong, dan dia tidak bisa berpikir dengan benar mengenai gadis itu. Dia hanya menatap kosong ke arah gadis di depannya itu.

“A—”

Mata topas berkilau gadis itu menatap ke arah Naoto dengan kilauan misterius.

Dan Naoto hanya bisa berkedip kosong ke arahnya.

Napas dari mulut yang sedikit terbuka mengguncang udara.

“An—da—”

Generator suara mulai bergetar, dan ada beberapa suara berisik yang bercampur dengan suaranya.

Apa ada kesalahan karena sudah tidak diaktifkan untuk waktu yang lama? Gadis itu mengangkat pundaknya ke leher, mengangkat matanya ke langit, dan menyelaraskan generator suaranya.
Sesaat kemudian, dia perlahan-lahan menurunkan lengannya, terlihat tenang saat dia mengangguk.

Setelah menyelaraskan dirinya dan pakaiannya.

Dia berdiri diam, seakan berubah kembali ke keadaaan sempurna yang selalu dia alami selama beratus-ratus tahun.

Gadis itu melihat lingkungan sekelilingnya dengan sekejap untuk mengecek sekitar, dan sekali lagi menatap kakinya.

“Apa mungkin anda adalah orang yang memperbaiki saya?”

Suaranya sangat indah, seakan dimainkan oleh sebuah kotak musik.
Gadis berwarna merkuri ini langsing dan jelita, mengenakan gaun yang seakan gaun itu dirajut di malam hari yang sama.

Sepasang mata emas yang berkilau, seakan terbuat dari batu-batu berharga, menatap ke arah orang yang tidak bisa mengatakan apapun di depannya.

“—Ahh, setelah satu malfungsi bodoh seperti itu, saya terpaksa berhenti berfungsi selama 1.804.926 jam, namun kecerdasan umat manusia masih tetap di tingkatan yang tidak lebih baik daripada kutu? Saya merasakan tidak ada kecerdasan maupun karunia, tapi apa anda mungkin lulusan pertama dari tingkatan itu.”

Jika Naoto mendengarkan baik-baik, dia bisa mendengar sebuah pemacu audio anorganik.

Tapi ritme itu dapat disesuaikan dengan nada tinggi berdenyut disekitar kepalanya.

“…Ya ampun. Ketololan umat manusia tidak memiliki batas. Kalau mungkin, saya berharap dengan jujur kalau Masterku setidaknya adalah makhluk yang superior dari seekor serangga.”

Kata-katanya pedas, tapi dia masih mengulurkan tangannya ke arah Naoto dengan elegan.

Ekspresinya lembut, berbanding terbalik dengan kata-kata jahatnya, dan senyuman masih tertinggal di bibirnya.

Naoto membalas senyumannya, mengulurkan tangannya, dan mengacungkan jempolnya dengan seluruh kekuatannya.

Dan dalam sekejap, dia kehilangan kesadarannya.